Analis Kesehatan 82
Analis Kesehatan
82
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktek Kerja Industri merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi para siswa, yang memadukan antara pendidikan di Sekolah dengan pendidikan di Dunia Industri yang diperoleh dengan melakukan praktek kerja secara langsung dan terarah untuk menambah keahlian tertentu.
Sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan bahwa lulusan SMK diharapkan menjadi siswa yang siap pakai di masyarakat. Di dalam kurikulum sekolah ditetapkan bahwa untuk mewujudkan program tersebut para siswa diharuskan mengikuti dan melaksanakan prakerin antara lain : Ketentuan Kurikulum SMK, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan berdasarkan pendekatan pendidikan dan pelatihan berdasarkan pendekatan Pendidikan Sistem Ganda, Visi dan Misi SMK.
Pengetahuan dan keterampilan yang menjurus pada satu bidang pekerjaan yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus memerlukan media yang bersifat melatih penerapannya dan memperjelas fungsi yang sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan tuntutan agar secara langsung dapat menerapkan teori-teori dan pratik-praktik yang telah dikuasai sebagai pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. Pengetahuan dan keterampilan analis kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu yang pendidikannya memerlukan pendekatan pada fungsi sesungguhnya di tengah masyarakat. Pelaksanaan praktek tidak terbatas pada praktik laboratorium saja tetapi juga praktik pengenalan lingkungan kerja yang sesungguhnya.
Dasar Penulisan
Untuk mengembangkan dan berbagi ilmu yang telah di dapat di RS. Harum Sisma Medika dalam bentuk tulisan.
Untuk menyelesaikan tugas prakerin dan syarat untuk mengikuti Uji Kompetensi.
Untuk memberikan informasi tentang RS. Harum Sisma Medika.
Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Laporan ini dibuat agar kami (penulis) dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan sebagai bukti bahwa siswa telah melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan Pratek Kerja Industri (PRAKERIN) di RS. HARUM SISMA MEDIKA.
1.3.2 Tujuan
Untuk mengenal dan mengetahui jenis pemeriksaan laboratorium yang tidak terdapat di sekolah tetapi terdapat di Rumah Sakit.
Untuk lebih mengetahui metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium rumah sakit.
Untuk lebih memahami tahap-tahap pra analisis, analisis dan pasca analisis dengan berkomunikasi secara langsung dengan pasien atau petugas lain.
Untuk menambah dan memperluas pengetahuan tentang metode, cara kerja dan interpretasi hasil yang terdapat di laboratorium.
Manfaat Kegiatan
Dapat mengetahui gambaran umum laboratorium yang terdapat di Rumah Sakit.
Dapat mengetahui metode dan cara kerja yang terdapat di laboratorium Rumah Sakit.
Dapat melatih tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
BAB 2
PANDANGAN UMUM
RUMAH SAKIT HARUM SISMA MEDIKA
Gambar 2.1 Rumah sakit Harum Sisma Medika
Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Harum Sisma Medika
Awal berdirinya Rumah Sakit Harum Sisma Medika dimulai pada tahun 1987 yang merupakan bagian dari PT. Sismadi Mancorpindo, yaitu perusahan swasta murni yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh keluarga Dr. Simardi Partodimulyo, MBA. Dalam operasionalnya Rumah Sakit Harum Sisma Medika dibiayai dari sumber dana pribadi dan pinjaman dari bank. Pada awal didirikannya Rumah Sakit Harum Sisma Medika hanya teridir dari 8 ruangan poliklinik sederhana dan 38 tempat tidur. Kemudian dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1996 dilakukan perluasan bangunan dan penambahan peralatan Rumah Sakit disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan tuntutat profesional kerja.
Secara keseluruhan fasilitas pelayanan Rumah Sakit Harum Sisma Medika meliputi rawat jalan, rawat inap, UGD (Unit Gawat Darurat), HCU (High Care unit), kamar operasi, kamar mayat, poliklinik umum, poliklinik gigi, poliklinik spesialis (mata, THT, jantung, onkologi, bedah mulut), serta penunjang diagnosa seperti instanlasi farmasi (apotik), laboratorium, rontgen, fisioterapi dan rehabilitasi medik.
Pada tahun 1999 dan 2003 Rumah Sakit Harum Sisma Medika telah terakreditasi tingkat dasar untuk 5 bidang pelayanan yaitu, administrasi, pelayanan medik, perawatan, UGD dan medical record. Pada tahun 2004 Rumah Sakit Harum Sisma Medika menambah kapasitas tempat tidur menjadi 84 tempat tidur dan pada tahun 2006 kapasitas tempat tidur bertambah lagi menjadi 97 tempat tidur yang terbagi menjadi 4 paviliun antara lain, paviliun mawar, anggrek, anyelir dan arum ndalu.
Pada tahun 2008 Rumah Sakit Harum Sisma Medika menambah fasilitas pelayanan berupa pemeriksaan CT Scan dan klinik tumbuh kembang anak.
Organisasi dan Tata Laksana
Organisasi
Berdasarkan SK No. 3/SK/YH/VI/2002 struktur organisasi ini ditetapkan oleh ketua Yayasan Harum yaitu Dr. H. Sismadi Partodimulyo, MBA di Jakarta pada tanggal 1 juni 2002.
Sumber Daya Manusia RS. Harum Sisma Medika terdiri dari :
Direktur : 1 orang
Wakil Direktur : 2 orang
Personalia : 3 orang
Operator : 2 orang
Penunjang Rumah Sakit : 1 orang
Logistik : 2 orang
Marketing dan Humas : 5 orang
Akutansi : 8 orang
FO dan Administrasi : 21 orang
P2D & MR : 10 orang
Petugas Dapur : 23 orang
Petugas Teknisi : 7 orang
Driver : 5 orang
Kurir : 4 orang
Rumah Tangga : 3 orang
Satpam : 14 orang
Dokter Karyawan : 3 orang
Suster Kontrol : 4 orang
Ahli Gizi : 2 orang
Petugas Apotek : 28 orang
Laboratorium : 10 orang
Fisioterapi : 2 orang
Radiologi : 6 orang
Para Medis terdiri dari :
Bidan : 13 orang
OK : 11 orang
HCU : 11 orang
Poliklinik : 12 orang
Ruang Perawatan Mawar : 21 orang
Ruang Perawatan Anyelir : 15 orang
Ruang Perawatan Anggrek : 14 orang
Ruang Perawatan Arum Ndalu : 12 orang
UGD : 11 orang
Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit
Visi
Pusat rujukan alternative bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat Jakarta Timur dan sekitarnya.
Misi
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang holistic berdasarkan standar profesi.
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau pada masyarakat.
Motto
Melayani dengan baik merupakan kewajiban kami.
Pelayanan dengan nuansa "HARUM" dengan makna :
H ~ ormati sesama
A ~ kurat dalam pelayanan
R ~ amah selalu
U ~ tamakan kesehatan pasien
M ~ emegang teguh etika
Peraturan
2.4.1 Peraturan Laboratorium
Datang tepat waktu, dengan ketentuan jam kerja :
Shift Pagi :
Mulai dari : Jam 07.00 s/d 14.00 WIB
Shift Sore :
Mulai dari : Jam 14.00 s/d 21.00 WIB
Shift Malam :
Mulai dari : Jam 21.00 s/d 07.00 WIB
Memakai seragam yang telah ditentukan.
Memakai jas lab yang bersih dan rapih.
Menggunakan sarung tangan yang bersih.
Memakai masker.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
Membuang sarung tangan ke tempah sampah dengan label infeksius.
Memakai sepatu tertutup.
Membuka dan menyimpan jas lab ke dalam tempat yang telah disediakan.
2.5 Fasilitas Rumah Sakit
Ruangan yang terdapat di RS.Harum Sisma Medika
BASEMENT
Dapur
Gudang Logistik
Maintenance
Ruang Makan Karyawan
Cleaning Service
LANTAI DASAR
Font Office (Customer Service)
Pendaftaran Rawat Jalan Asuransi dan Tunai
Pendaftaran/ Adminiatrasi Rawat Inap
Operator
CT Scan
Radiologi/ Rontgen
Laboratorium
Apotek
UGD (Unit Gawat Darurat)
Poliklinik Umum
Poliklinik Spesialis
Kantin
P2D
Kamar Jenazah
LANTAI 1
Ruang Komite Medik
Rekam Medis
Ruang Konsultasi Gizi
Fisioterapi
Ruang Senam Kesehatan
Poliklinik Spesialis
Apotek
Klinik Tumbuh Kembang Anak
Klinik Kecantikan
Ruang Hemodialisa
Ruang Perawatan Mawar, meliputi :
Kamar Bayi, terdiri dari 11 box
Kamar Bersalin, terdiri dari 3 tempat tidur
Kamar Perawatan terdiri dari :
Kelas VIP : 3 tempat tidur
Kelas I : 4 tempat tidur
Kelas II : 12 tempat tidur
Kelas III : 4 tempat tidur
LANTAI 2
Ruang Perawatan Anyelir, meliputi :
Kelas VIP B : 4 tempat tidur
Kelas Utama : 2 tempat tidur
Kelas I : 8 tempat tidur
Kelas II : 14 tempat tidur
Ruang Perawatan Anggrek, meliputi :
Kelas Isolasi : 1 tempat tidur
Kelas II A : 6 tempat tidur
Kelas II B : 4 tempat tidur
Kelas III A : 18 tempat tidur
Kelas III B : 6 tempat tidur
Ruang Perawatan Arum Ndalu, meliputi :
Kelas VIP A : 4 tempat tidur
Kelas I A : 8 tempat tidur
LANTAI 3
Kamar Operasi : 4 meja operasi
HCU : 4 tempat tidur
Ruang Kantor Administrasi
Ruang Direksi
Ruang Pertemuan/ Rapart
Pelayanan dan Fasilitas Rumah Sakit Harum Sisma Medika
No
Jenis Spesialisasi
Jumlah Dokter
1
Anak
4
2
Bedah Anak
1
3
Bedah Digestif
1
4
Bedah Mulut
1
5
Bedah Onkologi
1
6
Bedah Orthopedi
3
7
Bedah Plastik
1
8
Bedah Syaraf
1
9
Bedah Thorax
1
10
Bedah Umum
3
11
Bedah Urologi
1
12
Gizi
2
13
Jantung
2
14
Kebidanan & Penyakit Kandungan
5
15
Kulit dan Kelamin
2
16
Mata
4
17
Neurologi (Syaraf)
3
18
Ortodonthie
1
19
Paru-paru
3
20
Penyakit Dalam
8
21
Psikiatri
1
22
Rehabilitas Medik
1
23
THT
4
24
Tumbuh Kembang Anak
-
25
Klinik Kecantikan
1
Produk RS. Harum Sisma Medika
Laboratorium 24 Jam
Radiologi X Ray/ Rontgen
CT Scan
Tread Mill
Instalasi Farmasi 24 Jam
Klinik Tubuh Kembang
Ambulance
Mobil Medical Check Up & Rontgen
Senam Osteoporosis (Indoor)
Senam Jantung Sehat, Senam Diabetes, Senam Rematik, Senam Asma, Senam Osteoporosis (outdoor)
USG 4D
Klinik Kecantikan
Kamar Perawatan :
VIP A
Fasilitas Ruangan
1 Electric Bed
Lemari Pakaian
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
Kulkas
TV
Pesawat Telepon Intern
Dispenser
Sofa & kursi tunggu pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
VIP B
Fasilitas Ruangan
1 Electric Bed
Lemari Pakaian
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
Kulkas Mini
TV
Pesawat Telepon Intern
Dispenser
Sofa & kursi tunggu pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
UTAMA
Fasilitas Ruangan
2 tempat tidur semi otomatis
Lemari Pakaian
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
Kulkas Mini
TV
Pesawat Telepon Intern
Dispenser
Sofa & kursi tunggu pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
Kelas I A
2 tempat tidur semi otomatis
Lemari Kecil
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
TV
Pesawat Telepon Intern
Dispenser
Sofa & kursi tunggu pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
Kelas I B
2 tempat tidur semi otomatis
Lemari Kecil
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
TV
Pesawat Telepon Intern
Guci Air Mineral
Sofa & kursi tunggu pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
Kelas II A
2 tempat tidur semi otomatis
Lemari Pakaian
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
TV
Kursi Tunggu Pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
Kelas II B
4 tempat tidur semi otomatis
Lemari Pakaian
Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
TV
Kursi Tunggu Pasien
Kamar Mandi dengan Water Heater
AC
Kelas III A
3 tempat tidur semi otomatis
Meja/Lemari Pakaian
TV
Kursi Tunggu Pasien
Kamar Mandi (dalam)
AC
Kelas III B
3 tempat tidur
Meja/Lemari Pakaian
Kursi Tunggu Pasien
Kamar Mandi (luar)
AC
BAB 3
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Pelayanan Pasien di Laboratorium
Pasien membawa pengantar laboratorium ke kasir untuk di proses pembayaran atau jaminan.
Pengantar yang sudah disertai bukti pembayaran diserahkan ke petugas laboratorium.
Pasien tunggu dipanggil oleh petugas laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan atau pengambilan sampel.
Petugas menjanjikan hasil laboratorium kepada pasien.
Pasien menunggu dipanggil petugas untuk mendapatkan hasil pemeriksaan.
3.2 Pra Analisis
3.2.1 Persiapan Pasien
Pasien Rawat Jalan
Bagian administrasi rumah sakit menerima formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dari dokter dalam atau dokter luar atau permintaan sendiri.
Pasien menyerahkan formulir yang telah diregistrasi (dibayar) kepada petugas laboratorium.
Bagian laboratorium membaca jenis-jenis pemeriksaan yang diminta dan menanyakan identitas pasien untuk memastikan identitas pasien.
Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang akan diambil.
Petugas laboratorium memberi nomor pada formulir permintaan sesuai dengan urutan data dilaboratorium tersebut.
Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pengambilan sampel seperti spuit dan wadah penampung sampel.
Bagian pengambilan sampel menanyakan pasien apakah telah melakukan persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel, apabila belum petugas memberikan penjelasan mengenai persiapan yang harus dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut :
Glukosa Puasa : Puasa 10 - 12 jam
Glukosa PhostPrandial : Puasa 2 jam setelah makan
Lemak Lengkap : Puasa 10 – 12 jam
Setelah pengambilan sampel, pasien diberikan kartu untuk mengambil hasil pemeriksaan
Pasien Rawat Inap
Perawat ruang mengantarkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang telah ditulis oleh dokter yang bersangkutan dengan identitas pasien, ruang perawatan, tanda tangan dokter dan kwitansi pembayaran.
Petugas laboratorium menanyakan identitas pasien kepada perawat untuk memastikan identitas pasien.
Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang akan diambil.
Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pengambilan sampel seperti spuit dan wadah penampung sampel.
Petugas laboratorium memberi nomor pada formulir permintaan sesuai dengan urutan data dilaboratorium tersebut.
Petugas laboratorium menanyakan kepada perawat apakah pasien telah melakukan persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel, apabila belum maka petugas memberikan penjelasan pesiapan yang harus dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut :
Glukosa puasa : Puasa 10-12 jam
Glukosa PhostPrandial : Puasa 2 jam setelah makan
Lemak Lengkap : Puasa 10 – 12 jam
BTA : Sampel Pagi hari
Petugas laboratorium mengambil sampel ke ruang perawatan dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan untuk memastikan nama pasien, umur, jenis kelamin dan ruang perawatannya
Pasien Unit Gawat Darurat
Perawat UGD atau keluarga pasien menyerahkan formulir ke laboratorium yang telah ditulis oleh dokter yang bersangkutan dengan identitas pasien, jenis pemeriksaan, tanda tangan dokter, lengkap dengan kwitansi pembayaran dan stampel UGD.
Petugas laboratorium menanyakan identitas pasien kepada keluarga pasien atau perawat untuk memastian identitas pasien.
Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang akan diambil.
Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pengambilan sanpel sepeti spuit dan wadah penampung sampel.
Petugas laboratorium memberikan nomer pada formulir permintaan sesuai dengan urutan data laboratorium pada hari tersebut.
Petugas laboratorium mengambil sampel ke Unit Gawat Darurat dengan membawa formulir permintaan untuk memastikan nama pasien, umur dan jenis kelamin.
Pesiapan Pengambilan Spesimen
3.2.2.1 Mikrobiologi
Pasien Rawat Jalan
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta.
Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada wadah penampung sputum.
Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara penampungannya kepada pasien.
Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
Untuk pemeriksaan BTA pasien rawat jalan dilakukan selama 3 hari berturut-turut sehingga pasien diminta untuk menampung sputum yang dikeluarkan pada pagi hari sebelum mengkonsumsi makanan dan minum (kecuali air mineral) dan mengantarkan sampel setiap hari selama 3 hari berturu-turut ke laboratorium.
Pasien Rawat Inap
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta.
Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada wadah penampung sputum.
Petugas memberikan wadah penampung sputum kepada perawat ruangan untuk diberikan kepada pasien.
Untuk pemeriksaan BTA pasien rawat inap dilakukan selama 3 hari berturut-turut sehingga perawat ruangan diminta untuk memberitahu pasien untuk menampung sputum yang dikeluarkan pada pagi hari sebelum mengkonsumsi makanan dan minum (kecuali air mineral) dan perawat mengantarkan sampel setiap hari selama 3 hari berturu-turut ke laboratorium.
3.2.2.2 Hematologi
Pasien Rawat Jalan
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan diambil.
Petugas menyiapkan wadah penampung yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada wadah penampung.
Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara pengambilannya kepada pasien.
Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
Pasien Rawat Inap
Laboratorium di telephone oleh petugas ruang perawatan, untuk mengambil bahan pemeriksaan pasien.
Ruang perawatan memberikan formulir permintaan pemeriksaan ke laboratorium yang disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan yang akan diambil.
Petugas laboratorium mendatangi ruang perawatan pasien dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab serta sarung tangan.
Petugas laboratorium mengucapkan salam dan menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada wadah penampung.
Pasien Unit Gawat Darurat
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran dan stampel UGD.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan diambil.
Petugas laboratorium mendatangi unit gawat darurat dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab serta sarung tangan.
Petugas laboratorium mengucapkan salam dan menanyakan identitas pasien di ruangan tersebut sebelum pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada wadah penampung.
3.2.2.3 Kimia Darah
Pasien Rawat Jalan
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan atau sampel yang akan diambil.
Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada wadah penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum non-addictive.
Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara pengambilannya kepada pasien.
Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
Untuk pemeriksaan glukosa nuchter dan glukosa post prandial, diinformasikan kepada pasien bahwa setelah pengambilan darah nuchter, pasien diperbolehkan untuk makan dan minum seperti biasa setelah itu pasien diminta untuk berpuasa selama 2 jam untuk pengambilan darah post prandial.
Pasien Rawat Inap
Laboratorium ditelephone oleh petugas ruang perawatan, untuk mengambil bahan pemeriksaan pasien.
Ruang perawatan memberikan formulir permintaan pemeriksaan ke laboratorium yang disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan yang akan diambil.
Petugas laboratorium mendatangi ruang perawatan pasien dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab serta sarung tangan.
Petugas laboratorium mengucapkan salam dan menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada wadah penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum non-addictive.
Jika pasien meminta pemeriksaan glukosa nuchter dan glukosan post prandial, diinformasikan kepada pasien bahwa setelah pengambilan darah nuchter, pasien diperbolehkan untuk makan dan minum seperti biasa setelah itu pasien diminta untuk berpuasa selama 2 jam untuk pengambilan darah post prandial.
Setelah 2 jam berpuasa, petugas kembali mendatangi ruang perawatan untuk mengambil darah post prandial.
Pasien Unit Gawat Darurat
Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih dan rapih.
Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan diambil.
Petugas laboratorium mendatangi unit gawat darurat dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab serta sarung tangan.
Petugas laboratorium mengucapkan salam dan menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan nama pasien dan nomor urut pasien pada wadah penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum non-addictive.
Teknik Pengambilan Sampel
3.2.3.1 Hematologi
Pengambilan darah kapiler
Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan darah kapiler.
Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa akan diambil darah pada ujung jari.
Petugas memilih jari manis atau jari tengah pasien yang akan diambil.
Ujung jari pasien didesinfeksi/ dibersihkan dengan kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar dari dalam keluar dan dibiarkan hingga kering.
Ujung jari ditusuk dengan lanset , setelah darah keluar, darah yang pertama kali keluar di hapus dengan tissue kering dan darah selanjutnya digunakan untuk bahan pemeriksaan.
Pengambilan darah vena
Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan darah vena.
Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa akan diambil darah pada bagian vena fossa cubiti/ bagian lengan.
Petugas meraba vena yang akan ditusuk untuk memastikan posisi vena dengan baik.
Bagian yang akan ditusuk, didesinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga kering.
Torniquite dipasang pada lengan bagian atas dan pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.
Kulit ditegangkan kemudian tusuk kulit hingga jarum masuk ke dalam vena.
Torniquite diregangkan dan secara perlahan spuit ditarik hingga darah masuk ke dalam spuit sampai volume yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.
Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian spuit dicabut secara perlahan.
Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
c. Pengambilan darah arteri untuk analisa gas darah (AGD)
Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan darah arteri.
Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa akan diambil darah pada bagian arteri radialis/ bagian pergelangan tangan.
Petugas membilas spuit dengan anticoagulant heparin.
Petugas meraba arteri yang akan ditusuk untuk memastikan posisi arteri dengan baik.
Bagian yang akan ditusuk, di desinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga kering.
Bagian yang akan ditusuk ditekan agar tidak bergerak.
Bagian tersebut ditusuk dengan memakai spuit steril dan posisi jarum 45o sampai 90o.
Darah arteri akan masuk dan mendorong spuit sampai volume yang diinginkan.
Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian spuit dicabut secara perlahan.
Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
3.2.3.2 Kimia Darah
Pengambilan darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) dan glukosa darah puasa (GDN)
Petugas menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan untuk pengambilan darah kapiler dan alat accu check.
Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa darah akan diambil darah pada ujung jari.
Petugas memilih jari manis atau jari tengah pasien yang akan diambil darahnya.
Ujung jari didesinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering.
Ujung jari ditusuk dengan lanset, setelah darah keluar, darah yang pertama kali keluar dihapus dengan tissue kering kemudian darah selanjutnya di masukkan kedalam strip yang sudah dipasang pada alat accu check, tunggu beberapa menit kemudian hasil akan muncul.
b. Pengambilan darah kapiler untuk bilirubin bayi
Petugas menggunakan jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan untuk pengambilan darah kapiler dan pipa mikrokapiler serta crestocell.
Petugas memberikan informasi kepada ibu pasien bahwa darah akan diambil darah pada bagian tumit.
Petugas memijat bagian tumit bayi kemudian tumit didesinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering.
Tumit ditusuk dengan lanset, setelah darah keluar, darah dimasukkan kedalam pipa mikrokapiler sampai ¾ bagian pipa.
Salah satu bagian bawah pipa ditutup dengan crestocell/ lilin.
Bagian tumit yang telah ditusuk ditutup dengan kapas alkohol 70% dan direkatkan dengan mikropore.
c. Pengambilan darah vena
Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang bersih.
Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan darah kapiler.
Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa akan diambil darah pada bagian vena fossa cubiti/ bagian lengan.
Petugas meraba vena yang akan ditusuk untuk memastikan posisi vena dengan baik.
Bagian yang akan ditusuk, di desinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga kering.
Torniquite dipasang pada lengan bagian atas dan pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.
Kulit ditegangkan kemudian tusuk kulit hingga jarum masuk ke dalam vena.
Torniquite diregangkan dan secara perlahan spuit ditarik hingga darah masuk ke dalam spuit sampai volume yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.
Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian spuit dicabut secara perlahan.
Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
Penanganan Sampel
Kriteria sampel
Hematologi
Sampel menggunakan antikoagulan EDTA 10% dengan perbandingan antara antikoagulan dan darah 1:10.
Sampel non-hemolisis.
Sampel tidak boleh ada bekuan.
Sampel dihomogenkan sebelum melakukan pemeriksaan.
Kimia Darah
Sampel harus benar-benar membeku sebelum dicentrifuge.
Sampel non hemolisis.
Label
Setiap menampung darah dalam tabung vacutainer, menampung urin pada pot urin dan menampung sputum pada wadah penampung sputum, harus diberi label yang benar dan sesuai deng formulir permintaan. Label diberi nama, nomor pasien dan jenis pemeriksaannya.
Pemusingan
Pada saat darah sudah ditampung pada tabung vacum berwarna merah dan biru, tabung diletakkan ke dalam centrifuge kemudian di pusing dengan kecepatan dan waktu yang telah ditentukan.
Setelah serum/plasma terpisah dari darah dengan sempurna, masing-masing tabung tersebut diletakkan pada masing-masing bagian. Tabung vacum warna merah diletakkan pada bagian kimia, sedangkan tabung warna biru diletakkan dibagian hematologi.
Pengiriman
Pengiriman bahan pemeriksaan ke laboratorium rujukan harus disimpan pada suhu tertentu sesuai dengan bahan yang akan diperiksa.
3.3 Analisis
3.3.1 Hematologi
1. Prosedur penggunaan Mindray BC-1800
Gambar 3.1 Mindray BC-1800
Metode : Impedance.
Prinsip alat : Alat hematologi analyzer menggunakan metode restansi elektrolit/impedance gunanya untuk menghitung sel darah merah sebelum pemeriksaan sampel akan didilusi (diencerkan) dengan larutan yang memiliki konduktifitas dan osmositas tertentu kemudian RBC dialirkan melalui celah dengan ukuran tertentu yang disebut oriface. Pada saat yang sama suatu aliran listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang diluar dan sisi dalam oriface. Sel darah merupakan penghantar listrik yang buruk, sehingga setiap sel darah yang masuk melalui oriface akan menimbulkan suatu pulsa, dimana besarnya pulsa tersebut akan berbading lurus dengan demikian harus dapat mengenali jenis-jenis sel darah menurut ukurannya, serta menghitung jenisnya.
Prosedur :
Persiapan Sebelum Menghidupkan Alat
Cek kecukupan reagen.
Cek reagent apakah kotor, keruh atau yang lainnya.
Cek tubing reagent ada gelembung atau tidak.
Kosongkan botol pembuangan.
Menghidupkan Alat
Tekan power on switch pada bagian belakang alat alat akan melakukan inisialisasi dan mengecek background secara otomatis dan masuk ke layar tampilan "Count".
Cek Background
Hasil beckground harus sesuai dengan nilai berikut :
WBC 0,3 x 109/ L
RBC 0,03 X 1012/L
HBG 0,1 gr/dl
PLT 10 X 109/L
Kalau background tidak masuk maka pada layar akan tampil "Abnormal Background". Lakukan cleaning dan maintenance sebelum mengecek ulang background.
Sampel Whole Blood
Cara menjalankan :
Tekan menu pilih "Sampel mode" pilih "Whole blood" tekan "Enter" tekan "Menu" pilih "Count".
Untuk sampel dianjurkan menggunakan EDTA, kocok secara perlahan sampai homogen, masukkan tabung sampel pada probe sampel hingga menyentuh sampel, tekan tombol aspirate untuk memulai pengukuran.
Sampel Predilute
Cara menjalankan :
Tekan "Menu" pilih "Sampel mode" pilih "Prediluted" tekan "Enter" tekan "Menu" pilih "Count".
Cara melakukan predilute :
Tekan diluent tabung disiapkan dibawah tabung lalu tekan "Aspirate" diluent akan keluar di probe sebanyak 0,7 ml kemudian segera masukkan darah 20 ul lalu dihomogenkan secara perlahan masukkan tabung pada "Probe sampel" hingga menyentuh sampel tekan Aspirate" untuk memulai pengukuran.
Mematikan Alat
Tekan "Menu" pilih "Shutdown" tekan "Enter" (gunakan E-Z cleanser untuk shutdown) tekan "Aspirate".
Calibrasi dan Control
Calibrasi
Tekan "Menu" pilih "Calibration"
Manual (untuk merubah faktor secara manual).
Calibration (masukkan nlai calibrator) kemudian jalankan kalibrator 5 kali untuk mencari faktor secara otomatis.
Control
Tekan "Menu" pilih "Quality Control" pilih L – J Analysis pilih L – J edit (untuk memasukkan nilai kontrol) pilih L – J Count (untuk menjalankan kontrol).
2. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)
Gambar 3.2 Tabung Westergreen
Metode : Westergreen
Tujuan : untuk mengetahui kecepatan sel darah mengendap dalam
satuan mm/jam
Prinsip : Sejumlah darah dengan anticoagulan dicampur dengan Nacl 0,9 % dengan perbandingan 1:4 kemudian dipipet dengan pipet westergreen dan dibiarkan selama 1 jam dalam keadaan tegak lurus sampai terjadi mekanisme pembentukan rouleaux yang berlangsung selama 10 menit, pengendapan sel-sel darah yang berlangsung selama 40 menit dan pemadatan sel-sel darah yang berlangsung selama 10 menit.
Alat dan Bahan :
Pipa westergreen
Rak Westergreen
Botol sample
NaCl 0,9%
Darah EDTA
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Darah dihomogenkan.
Nacl 0,9% dipipet sampai skala 50 mm menggunakan pipet westergreen dan dikeluarkan pada botol berwarna coklat.
Darah dipipet sampai skala 200 mm menggunakan pipet westergreen dan dikeluarkan pada botol sampel yang telah berisi Nacl 0,9% sebanyak 50 mm.
Campuran darah dengan Nacl 0,9% yang telah homogen dipipet sampai tanda 0.
Pipet westergreen diletakkan pada rak laju endap darah dengan tegak lurus dan didiamkan selama 1 jam di tempat yang datar dan terhindar dari goncangan.
Setelah 1 jam, tinggi plasma dibaca sebagai nilai Laju Endap Darah (LED) dan hasil dicatat.
Nilai Normal :
Laki-laki : < 10 mm/jam
Perempuan : < 15 mm/jam
Pembahasan :
LED merupakan ukuran kecepatan mengendapnya sel darah merah /jam dalam satuan mm.
LED dapat dijadikan alat pemantauan perkembangan suatu penyakit dan juga keberhasilan terapi atau pengobatan.
Hasil Laju Endap Darah (LED) yang tinggi juga dapat terjadi karena
Anemia
Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :
Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga), menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.
Pemeriksaan Retikulosit
Metode : Pewarnaan Supravital (New Methylene Blue)
Definisi : Pewarnaan supravital adalah pewarnaan yang mewarnai sel-sel yang masih hidup atau vital
Yang termasuk pewarnaan supravital :
Pewarnaan Gram
Pewarnaan New Methylene Blue
Tujuan : untuk mengetahui jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit
Prinsip : Sejumlah darah dicampur dengan pewarna supravital pebandingan antara darah dan New Methylene Blue 1:1 dan kemudian di inkubasi selama 30 sampai 60 menit lalu dibuat sediaan maka sel retikulosit dapat di identifikasi.
Reaksi :
Darah + New Methylene Blue 1% Sel Retikulosit terwarnai (Biru)
Alat dan Bahan :
Darah EDTA
Tabung reaksi
Mikropipet
Mikroskop
Larutan New Methylene Blue
Objek glass
Prosedur :
Sediaan Basah
Alat dan bahan disiapkan.
Larutan New Metheylene Blue atau Briliant Cresol Blue 1% dipipet sebanyak 100 ul dan dimasukkan ke dalam tabung.
Darah dihomogenkan, kemudian darah dipipet sebanyak 100 ul dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pewarna supravital.
Larutan dan darah dihomogenkan kemudian tabung ditutup dan diinkubasi selama 30 sampai 60 menit.
Campuran pewarna dan darah dibuat sediaan basah, dengan cara sebagai berikut :
Campuran pewarna dan darah yang telah diinkubasi di pipet dengan pipet pasteur dan diletakkan diatas obyek glass sebanyak 1 tetes.
Tutup campuran pewarna dan darah tersebut denngan cover glass.
Baca sediaan basah tersebut pada mikroskop dengan lensa obyektif 100x.
Retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit kemudian hasil dilaporkan.
Sediaan Kering
Alat dan bahan disiapkan.
Larutan New Methylene Blue atau Briliant Cresol Blue 1% dipipet sebanyak 100 ul dan dimasukkan kedalam tabung.
Darah dihomogenkan, kemudian 100 ul darah dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pewarna supravital.
Larutan dan darah dihomogenkan kemudian tabung di tutup dan didiamkan selama 30 sampai 60 menit.
Campuran pewarna dan darah dibuat sediaan kering, dengan cara sebagai berikut :
Campuran pewarna dan darah yang telah diinkubasi di pipet kemudian diletakkan diatas obyek glass sebanyak 1 tetes.
Tetesan tersebut di buat apusan dengan cara didorong dengan obyek glass lain.
Sediaan diamati secara mikroskopis dengan menggunakan lensa obyek 100x.
Retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit kemudian hasil dilaporkan.
Perhitungan : Retikulosit x 100%
Eritrosit
Nilai Normal : 0,5 – 1,5%
Pembahasan :
Pemeriksaan biasanya dilakukan setelah pendarahan (post hemoragic).
Retikulosit berada dalam sirkulasi darah akibat adanya infeksi parasit, bahan kimia atau reaksi transfusi yang salah.
Pemeriksaan ini untuk mendiagnosa anemia aplastik atau kerusakan sumsum tulang.
Retikulosit yang berlebih didalam sirkulasi darah disebut retikulositosis.
4. Pemeriksaan Bleeding Time
Metode : Ivy
Tujuan : Untuk mengetahui lamanya masa perdarahan untuk menilai faktor - faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler.
Prinsip : Dengan sengaja membuat luka pada kulit lalu diukur dengan lamanya waktu untuk menghentikan perdarahan yang diperankan oleh jaringan bawah kulit.
Alat dan Bahan :
Spignomanometer
Lancet dan autoklik
Stopwatch
Kertas saring
Kapas alkohol 70%
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Lengan pasien dikenakan spignomanometer dan dipompa 40mmHg, selama percobaan tekanan diharuskan stinggi itu.
Kulit 3 jari dibawah lipat siku ditegangkan lalu didesinfektan menggunakan kapas alkohol 70%.
Kulit yang sudah didesinfektan ditusuk menggunakan autoklik berisi lancet sedalam 3mm.
Stopwatch dijalankan saat darah keluar.
Kertas saring ditempelkan setiap 30 detik sampai darah berhenti, dijaga agar jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
Stopwtch dihentikan pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi dan jumlah tetesan dihitung.
Perhitungan : Jumlah tetesan x 30 detik
Nilai normal : 1-3 menit
Pembahasan :
Bleeding time test adalah percobaan untuk menilai faktor faktor hemostasis yang terletak di ekstravaskuler.
Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita :
trombositopeni (rendahnya jumlah trombosit hingga 50.000 sel/ ul)
ketidaknormalan fungsi trombosit
ketidaknormalan pembuluh darah
penyakit hati tingkat berat
anemia aplastik
kekurangan faktor pembekuan darah dan leukemia
perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya:
salisilat (obat kulit untuk anti jamur)
obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah)
5. Clotting Time test ( masa pembekuan)
Metode : Lee-white
Tujuan : untuk mengetahui faktor faktor koagulasi darah terutama yang membentuk thromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Selain itu kadar fibrinogen juga ikut berpengaruh.
Prinsip : Lamanya waktu pembentukan benang benang fibrin diukur setelah darah dikeluarkan dari tubuh pasien.
Alat dan bahan :
4 tabung reaksi
Stopwatch
Spuit 5 ml
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Pengambilan darah vena dilakukan , saat darah mulai mengalir kedalam spuit stopwatch dijalankan.
Darah yang didapatkan dialirkan ke 4 tabung masing masing sebanyak 1ml tabung dimiringkan pada saat darah diisi.
Setiap 30 detik tabung pertama diangkat dan dimiringkan untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan.dalam tindakan itu tabung lain dijaga agar tidak tergoyangkan.
Setelah darah dalam tabung pertama beku, tabung kedua diperiksa setiap 30 detik ada atau tidaknya pembekuan. Kemudian waktu dicatat.
Perlakuan yang sama dilakukan berturut turut dengan tabung ketiga dan keempat. Waktu pembekuannya juga dicatat.
Perhitungan : waktu tabung ke- II +III +IV
3
Pelaporan dibulatkan 30 detik
Nilai normal : 9-15 menit
Pembahasan :
Hasil dari tes ini menjadi ukuran aktivitas faktor faktor koagulasi darah, terutama faktor faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit.
Percobaan ini biasanya dilakukan terhadap pasien yang akan menjalankan tindakan operasi.
Penurunan masa pembekuan terjadi pada:
Penyakit infark miokard (serangan jantung)
Penyakit emboli pulmonal (penyakit paru-paru)
penggunaan pil KB
vitamin K
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita:
penderita penyakit hati
kekurangan faktor pembekuan darah
leukemia
gagal jantung
6. Pemeriksaan Sediaan Apus Darah (SAD) / Diff Count
Gambar 3.3 mikroskop dan cell counter
Metode : Pulasan Wright
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan warna sel-sel darah
Prinsip : Sediaan apus difiksasi dengan Methanol kemudian diwarnai dengan
pewarnaan Wright maka sel-sel darah akan terwarnai.
Alat dan Bahan :
Objek glass
Pipet Pasteur
Rak pewarnaan
Mikroskop
Methanol
Pewarna Wright
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Sediaan apus dibuat dengan cara meneteskan 1 tetes darah pada objek glass kemudian dorong dengan objek glass lain.
Sediaan dibiarkan hingga mengering.
Sediaan difiksasi dengan methanol selama 1 menit atau sampai mengering.
Sediaan diwarnai dengan pewarnaan wright selama ± 15 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
Sediaan dibiarkan mengering dengan diletakkan pada rak objek glass.
Pembacaan pada Mikroskop :
Sediaan diletakkan pada meja preparat dan dilihat dengan lensa obyektif 100x dengan penambahan minyak imersi.
Sel-sel lekosit dhitung pada 10 lapang pandang (LP) hingga sel-sel berjumlah 100 sel.
Nilai Normal :
Basofil : 0-1%
Eosinofil : 1-3%
Netrofil Batang : 2-6%
Netrofil Segmen : 50-70%
Limfosit : 20- 40%
Monosit : 2-8%
Pembahasan :
Peningkatan Basofil biasanya terjadi pada kasus keracunan.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
Peningkatan Eosinofil disebut Esinofilia, biasanya terjadi pada kasus cacingan dan infeksi.
Penurunan Eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
Peningkatan jumlah neutrofil disebut Neutrofilia atau Shift To The Left, biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi dan lainnya.
Peningkatan limfosit disebut Limfositosis, biasanya terjadi pada kasus infeksi virus.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dan Iain-Iain.
Peningkatan monosit disebut monositosis, biasanya terjadi pada kasus yang disertai dengan infeksi parasit.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
7. Pemeriksaan Protrombin Time (PT)
Gambar 3.4 Alat Coatron®M1
Metode : Optic
Tujuan : untuk mengetahui adanya gangguan faktor pembekuan darah pada jalur ekstrinsik khususnya faktor pembekuan V, VII, X, protrombin dan fibrinogen
Prinsip : kepada plasma citrat rendah trombosit diberi sejumlah tromboplastin dan ion calcium yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun benang fibrin diukur.
Alat dan bahan :
Alat coatron ® M1
Mikropipet
Yellow tip
Singel cuvet
Plasma citrat
Reagen TE clot PT-5
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Alat coatron®M1 dinyalakan dengan menekan tombol "ON" kemudian tunggu sampai tanda merah "service" menjadi "ready".
Singel cuvet diletakkan pada tempat incubation" dan reagen tube ditempatkan pada tempat "reagen".
Pada coatron®M1 ditekan tombol "test" untuk memilih test yang inginkan kemudian tekan "enter".
Reagen dipipet sebanyak 200 ul dengan mikropipet kemudian di inkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
Sampel plasma citrat dipipet sebanyak 50 ul dengan mikropipet kemudian dimasukkan kedalam singel cuvet ditempat inkubasi.
Tombol "timer" ditekan, kemudian inkubasi selama 120 detik.
Singel cuvet dipindahkan ke tempat "optic" kemudian tekan "optic".
Tunggu sampai perintah "active" kemudian reagen dimasukkan sebanyak 100 ul ke dalam plasma citrat yang berada di singel cuvet.
Tunggu beberapa detik.
Hasil dicatat dan dilaporkan sebagai nilai PT (Protrombin Time).
Nilai Normal : 11,0 – 15,0 detik
Pembahasan :
Pemeriksaan PT dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada pembekuan darah yang dilakukan oleh trombosit.
8. Pemeriksaan APTT (Activated Partial Tromboplastin Time)
Metode : Optic
Tujuan : untuk mengetaui adanya kekurangan faktor pembekuan pada jalur ekstrinsik khususnya faktor XII dan XI
Prinsip : menambahkan sejumlah reagen APTT dan CaCl2 ke dalam plasma citrat rendah trombosit dan lamanya waktu untuk membentuk benang-benang fibrin diukur.
Alat dan bahan :
Coatron ® M1
Mikropipet
Yellow tip
Singel cuvet
Reagen APTT
Reagen CaCl2
Plasma citrat
Prosedur :
Alat dan bahan disipakan.
Alat coatron ® M1 dinyalakan dengan menekan tombol "ON" kemudian tunggu sampai tanda merah "service" menjadi "ready".
Singel cuvet diletakkan pada tempat "incubation" dan reagen tube ditempatkan pada tempat "reagen".
Pada coatron®M1 ditekan tombol "test" untuk memilih test yang inginkan kemudian tekan "enter".
Reagen CaCl2 dipipet sebanyak 100 ul dengan mikropipet kemudian dimasukkan ke dalam tempat reagen tube 2.
Reagen CaCl2 di inkubasi selama 600 detik.
Sampel plasma citrat dipipet sebanyak 50 ul dan dimasukkan kedalam singel cuvet kemudian ditambahkan reagen APTT sebanyak 50 ul.
Inkubasi selama 180 detik.
Singel cuvet yang telah berisi plasma citrat dan reagen APTT dipindahkan ke tempat "optic" lalu tekan "optic".
Tunggu sampai perintah "active" kemudian reagen CaCl2 dipipet sebanyak 50 ul dan dimasukkan kedalam singel cuvet yang berada ditempat "optic".
Tunggu beberapa detik, hasil dicatat dan di laporkan sebagai nilai APTT.
Nilai Normal : 30,52 – 39,30 detik
Pembahasan :
Pemeriksaan APTT dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada pembekuan darah yang dilakukan oleh trombosit.
APTT memanjang dijumpai pada :
Defisiensi bawaan
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
Faktor VIII
Faktor IX
Faktor XI
Faktor XII
Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor).
Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
Penyakit hati (sirosis hati)
Leukemia (mielositik, monositik)
Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
Malaria
Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation (DIC).
Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi).
Selama terapi antikoagulan oral atau heparin.
9. Pemeriksaan Fibrinogen
Metode : Optic
Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan pada faktor pembekuan darah
Prinsip : ditambahkan reagen thrombin ke dalam plasma sitrat dan akan bereaksi membentuk benang fibrin. Lamanya waktu terbentuk benang fibrin diukur. Hasil dilaporkan dalam mg/dl
Alat dan bahan :
Coatron®M1
Mikropipet
Yellowtip
Plasma sitrat
Singel cuvet
Reagen fibrinogen buffer (IBS Buffer)
Reagen fibrinogen (trombin)
Prosedur :
Alat Coatron®M1 dinyalakan, tekan ON, kemudian ditunggu hingga muncul tulisan "READY" pada layar.
Dilakukan pengenceran plasma terlebih dahulu dengan perbandingan antara sampel dengan buffer 1 : 9, plasma citrat 50 ul dan buffer 450 ul lalu dihomogenkan.
Reagen FIB (Trombin) dipipet sebanyak 50 ul dan dimasukkan kedalam tabung lalu diinkubasi pada alat selama 10 menit pada suhu 37oC.
Dipipet pengenceran plasma tadi sebanyak 100 ul lalu dimasukkan ke dalam cuvet dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 120 detik (2 menit).
Cuvet dipindahkan ke lubang "OPTIC".
Tekan "OPTIC" dan tunggu hingga muncul tulisan "ACTIVE" pada layar.
Setelah tulisan "ACTIVE" muncul, ditambahkan 50 ul reagen FIB (Thrombin) yang telah diinkubasi tadi ke dalam cuvet tersebut.
Hasil dibaca dalam satuan detik dan dilaporkan.
Nilai normal : 150 – 350 mg/dl
10. Pemeriksaan Golongan Darah
Gambar 3.5 Reagen dan slide golongan darah
Metode : Aglutinasi
Tujuan : Untuk menetapkan jenis golongan darah pasien
Prinsip : Sel darah merah dicampur dengan antisera A, antisera B, antisera AB, antisera D kemudian dilihat adanya aglutinasi yang terbentuk stelah dirotator selama satu menit.
Reaksi : Ag + Ab kompleks Ag-Ab
Alat dan bahan :
Darah EDTA
Slide golongan darah
Rotator
Batang pengaduk
Antisera A, B, AB dan D
Mikropipet
Prosedur kerja :
Alat dan bahan disiapkan.
Sample darah dihomogenkan.
Darah dipipet sebanyak 40µl dengan mikropipet.
Satu tetes darah diletakkan pada masing-masing bagian pada kertas golongan darah.
Anti A diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan darah sebanyak satu tetes dibagian anti A.
Anti B diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan darah sebanyak satu tetes dibagian anti B.
Anti AB diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan darah sebanyak satu tetes dibagian anti AB.
Anti D diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan darah sebanyak satu tetes dibagian anti Rh (resus)
Sel darah dan antisera dicampur menggunakan lidi pengaduk
Kartu golongan darah diletakkan pada rotator selama 1 menit.
Aglutinasi yang terbentuk diamati.
Interpretasi hasil :
Golongan darah
Anti A
Anti B
Anti AB
A
+
-
+
B
-
+
+
AB
+
+
+
O
-
-
-
Pembahasan :
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh.
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO dengan menambahkan "+" bagi pemilik faktor rhesus atau "-" bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.
Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor rhesus (Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus (Rh-) dalam darahnya.
3.3.2 Kimia Klinik
Prosedur Penggunaan Alat BS-380
Gambar 3.6 Alat kimia darah BS-380
Prinsip : Seberkas cahaya monokromasi akan melewati filter kemudian cahaya masuk kedalam cuvet dan di dalam cuvet ada cahaya yang terserap dan ada juga cahaya yang di teruskan. Cahaya yang teserap akan diukur oleh detektor kemudian diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik itulah yang merupakan hasil pengukuran.
cahaya monokromator cuvet detektor meter
Prosedur :
Pengecekan Alat Sebelum Menghidupkan Alat
Cek kecukupan diluent wash solution
Cek pada reagent disk posisi D dan W pastikan cukup terisi
D dengan Concentrated Wah Solution
W dengan Distillated Water
Cek pada sampel disk posisi D1, D2 dan W pastikan cukup terisi
D1 dengan Acid Wash Solution
D2 dengan Concentrated Wash Solution
W dengan Distillated Water
Cek tempat pembuangan (High dan Low Concentrated Waste) pastikan tempat pembuangan kosong
Menyalakan Alat
Turn On Water Pump Unit.
Switch on main power BS-380 (Pada bagian samping kiri bawah).
Switch on elektronik BS-380 (pada bagian samping kiri atas).
Turn on monitor computer.
Turn on computer dan printer.
Software pengoperasian alat BS-380 akan bekerja secara otomatis.
Menempatkan Reagent
Tempatkan reagen sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada reagent disk dan buka penutup reagent.
Pastikan botol reagent sesuai dengan yang telah ditentukan untuk akurasi perhitungan pada inventory pada alat.
Menjalankan Kalibrasi
Jalankan kalibrasi apabila dibutuhkan.
Pilih calibration calibration request pilih test yang akan dicalibration kemudian tekan request.
Tempatkan calibration sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk memulai menjalankan calibrasi.
Untuk melihat hasil calibrasi, pilih calibration result pilih pada test list untuk melihat hasil calibrasi sesuai dengan test yang dipilih.
Menjalankan Qontrol
Pilih QC QC request pilih test yang akan dicontrol tekan request.
Tempatkan control sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk memulai menjalankan control.
Untuk melihat hasil control, pilih QC real timer (daily/ day to day) pilih test pada test list.
Menjalankan Sampel
Pilih sampel sampel request masukkan ID pilih test yang akan dijalankan tekan request.
Masukkan ID dan pilih test untuk sampel berikutnya hingga selesai.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Menjalankan Emergency Sampel (STAT)
Pilih sampel sampel request masukkan ID pilih test yang akan dijalankan klik kotak pada bagian kiri STAT tekan request.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih current atau history.
Menambahkan atau Mengahapus Sampel/ Test
Menambahkan Sampel
Pilih sampel sampel request masukkan ID pilih test yang akan dijalankan tekan request.
Masukkan ID dan pilih test untuk sampel berikutnya hingga selesai.
Tempatkan sampel sesuai tempat yang telah ditentukan pada sampel request.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Mencetak Hasil Pemeriksaan
Pilih sampel current / history tekan ID Pilih sampel dan test yang akan di print tekan print/send.
Mematikan Alat
Setelah pemeriksaan atau pengoperasian alat selesai dan system atau status alat dalam keadaan IDLE ( berada di pojok kiri atas monitor) pilih shutdown untuk keluar dari program alat, secara otomatis akan mematikan computer, selanjutnya :
Turn Off monitor computer
Turn Off printer
Switch Off Elektronik BS-380 ( Pada bagian samping kiri atas)
Switch Off power BS-380 ( Pada bagian samping kiri bawah)
Turn Off water pump unit
Tutup semua botol reagent dan simpan pada refrigerator suhu 2-8oC. Pindahkan semua sampel dari sampel disk. Bersihkan semua permukaan alat dengan desinfectan menggunakan clean soft cloth. Periksa tangki pembuangan (High dan Low concentrated wasted) kosongkan bila perlu.
1. Pemeriksaan Total Protein
Metode : Biuret
Tujuan : Untuk menetapkan kadar total protein didalam darah pasien.
Prinsip : Protein dalam spesimen akan bereaksi dengan cupri sulfat dalam suasana alkali akan beraksi membentuk kompleks warna yang intensitasnya sebanding dengan kadar protein total dalam sample.
Reaksi : Protein + Cu2+ suasana alkali kompleks warna
Alat dan bahan :
Serum
Tabung reaksi
Mikropipet
Bluetip dan yellowtip
Fotometer
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung.
Blanko
Standar
Test
Reagen protein total
1000µl
1000µl
1000µl
Standar
20µl
Serum
20µl
Masing-masing tabung dihomogenkan lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37o C.
Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan total protein.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (protein total) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan :
Protein total (g/dl) : Abs test x kadar standar
Abs std
Nilai normal : 5-8 g/dl
Pembahasan :
Pemeriksaan total protein berguna untuk memonitori perubahan kadar protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan menguji faal hati.
Penurunan Kadar : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air.
Peningkatan Kadar : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosi.
2. Pemeriksaan Albumin
Metode : BCG ( Brom Cresol Green )
Tujuan : Untuk mengetahui kadar albumin dalam serum pasien.
Prinsip : Albumin yang terdapat dalam serum akan bereaksi secara spesifik dengan indicator BCG pada pH tertentu membentuk kompleks warna yang intensitasnya sebanding dengan kadar albumin dalam serum.
Reaksi :
Albumin + indikator BCG pH tertentu kompleks warna
Alat dan Bahan :
Reagen albumin
Serum
Fotometer
Cuvet
Mikropipet
Yellowtip dan bluetip
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung.
Blanko
Standar
Test
Reagen albumin
1000µl
1000µl
1000µl
Standar
10µl
Sample
10µl
Seluruh isi tabung dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
Reaksi yang terjadi dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 578nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (Albumin) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test x konsentrasi standar
Abs std
Nilai normal : 3,5-5,3 mg/dl
Pembahasan :
Albumin berfungsi sebagai penyusun sel dan mempertahankan tekanan osmotik + H2O.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya gangguan pada fungsi liver dan ginjal.
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak), Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik, peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal). Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
Peningkatan kadar : dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin.
3. Pemeriksaan SGOT/AST
Metode : IFCC
Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim AST.
Prinsip : AST mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat dan α- ketoglutarat menjadi oxaloacetat dan L-glutamat. Oxaloacetat akan direduksi dan oksidasi NADH menjadi NAD dengan bantuan L-malate dihidrogenase.
Reaksi :
L. Aspartate + α-ketoglutarate AST oxaloacetate + L-glutamate
Oxaloacetate + NADH + H+ MDH L-Malate + NAD+ + H2O
Alat dan bahan :
Serum
Tabung reaksi
Fotometer
Yellowtip dan bluetip
Reagen SGOT
Mikropipet
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung.
Blanko
Test
Reagen AST
1000µl
1000µl
Serum
100µl
Masing-masing isi tabung dihomogenkan,lalu diinkubasi selama 1 menit disuhu ruang.
Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer pada panjang gelombang 340nm.
Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan enzim enzim AST.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (SGOT) tekan ok
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test x faktor
Nilai normal : <40 IU/L
Pembahasan :
SGOT Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Peningkatan kadar SGOT terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, kerusakan sel-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
4. Pemeriksaan SGPT/ALT
Metode : IFCC
Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim ALT
Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-alanine dan α- ketoglutarat menjadi pyruvat akan direduksi dan oksidasi NADH menjadi NAD dengan bantuan L-lactate dihidrogenase.
Reaksi :
L-alanine + α-ketoglutamate ALT Pyruvat + L-glutamate
Pyruvat + NADH + H+ LDH L-Laclate + NAD+ + H2O
Alat dan bahan :
Serum
Yellowtip dan bluetip
Tabung reaksi
Fotometer
Reagen SGPT
Mikropipet
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung.
Blanko
Test
Reagen ALT
1000µl
1000µl
Serum
10µl
Masing-masing isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada suhu ruang.
Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer pada panjang gelombang 340nm.
Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan aktivitas enzim ALT
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (SGPT) tekan ok
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test x faktor
Nilai normal : < 38 IU/L
Pembahasan :
SGPT merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Peningkatan kadar SGPT terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis, infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis, sirosis empedu.
5. Pemeriksaaan Bilirubin Total
Metode : DMSO
Tujuan : Untuk mengetahui kadar bilirubin total dalam serum pasien.
Prinsip : Bilirubin akan bereaksi dengan diazotized sulfamilis acid (DSA) membentuk zat warna merah diukur pada fotometer.
Reaksi :
Sulphanilic acid + sedium nitrit PSA
Bilirubin + DSA + accelerator total Azobilirubin (merah)
Alat dan bahan :
Serum
Tabung reaksi
Fotometer
Yellowtip dan bluetip
Reagen bilirubin total
Mikropipet
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung.
Blanko
Test
R1 bilirubin total
500µl
500µl
R2 bilirubin total
25µl
Serum
50µl
50µl
Semua tabung dihomogenkan kemudian di inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang.
Kadar bilirubin total dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 555 nm.
Hasil yang muncul dicatat sebagai nilai bilirubin total.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (Bilirubin total) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history .
Nilai Normal : < 1,00 mg/dl
Pembahasan :
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotelium.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar bilirubin.
Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan menurun.
Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
Pemeriksaan Bilirubin Direct
Metode : DMSO
Tujuan : untuk mengetahui kadar bilirubin direct dalam serum pasien
Prinsip : bilirubin glukoronida yang larut dalam air bereaksi langsung (direct) dengan DSA.
Reaksi : Bilirubin + DSA Direct azobilirubin
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Fotometer
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko
Sampel
R1 Bilirubin
750 ul
750 ul
R2 Bilirubin
25 ul
Serum
50 ul
50 ul
Semua tabung dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang.
Kadar bilirubin direct dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 555 nm.
Nilai normal : < 0,25 mg/dl
Pemeriksaan Gamma GT
Metode : SZASZ
Tujuan : Untuk mengukur aktivitas enzim Gamma GT.
Prinsip : L-gamma glutamyl 3-carboxy 4 nitro anilide bereaksi dengan glycyglycin dengan bantuan Gamma GT akan terbentuk L-4 glutamyl glycyglycin + nilai 5 amino 2 nitro benzoate yang terbentuk sebanding dengan aktivitas Gamma GT dalam serum.
Reaksi :
L-gamma glutamyl-3-carboxy -4 gamma GT L-4 glutamly glycygcin + 5 nitro anilide + glycyglycin amino- 2 nitro benzoate
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen Gamma GT
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Test
Reagen Gamma GT
500 ul
Serum
50 ul
Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 1 menit pada suhu ruang.
Kadar gamma GT dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 405 nm.
Cara otomatis
Alat dan bahan disiapkan
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (gamma GT) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai Normal :
Laki-laki : 9 – 54 IU/L
Perempuan : 8 – 35 IU/L
Pembahasan :
Peningkatan Kadar : sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe IV, infark miokard akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik. Pengaruh obat : Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif palsu.
Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.
8. Pemeriksaan Alkali Phosphatase (ALP)
Metode : DGKC
Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim ALP.
Prinsip : Alkali Phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer 4-nitrophenilphosphat dan 2-amino-2-metil-1-propanol (AMP) menjadi 4-nitrophenol. Kenaikan 4-nitrophenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm.
Reaksi :
P-NPP + H2O Alkali 4-nitrophenolphosphat + 2-amino 4-nirophenol
-2-metil-1-propanol (AMP)
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen Alkali Phosphatase (ALP)
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Test
Reagen Alkali Phosphatase (ALP)
600 ul
Serum
10 ul
Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 1 menit pada suhu ruang.
Kadar ALP dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 405 nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (ALP) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai Normal : 98-279 u/L
Pembahasan :
Peningkatan kadar : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia.
Penurunan kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C) dan lain-lain.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Sampel hemolisis,
Pengaruh obat-obatan tertentu
Usia pasien
9. Pemeriksaan Glukosa Darah
Metode : GOD-PAP
Tujuan : untuk mengetahui kadar glukosa dalam serum pasien.
Prinsip : Glukosa dalam spesimen akan terhidrolisa oleh enzim glukosa oksidase (GOD). Hasil hidrolisa bereaksi dengan paraaminopenazon (PAP) dengan dikatalis oleh enzim peroksidase (POD), shingga membentuk warna merah dan diukur pada fotometer.
Reaksi : glukosa darah GOD Hidrogen peroksidase
( H2O2 )
H2O2 enz. Peroksidasi Quinoneimine
+ P-aminopenazone (PAP)
Alat dan bahan :
Serum
Fotometer
Tabung reaksi
Mikropipet
Yellowtip dan bluetip
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Blanko
Standar
Test
Reagensia
1000µl
1000µl
1000µl
Standar
10µl
Serum
10µl
Seluruh isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 15-20menit pada waktu ruang.
Kemudian dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (Glukosa D) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test x kadar standar
Abs std
Nilai normal :
Glukosa puasa : <140 mg/dl
Glukosa sewaktu : < 180 mg/dl
Glukosa 2 jam pp : 70-110 mg/dl
Pembahasan :
Kadar glukosa dalam darah merupakan indikator untuk memastikan diagnosa Diabetes Melitus.
Pemeriksaan ini juga berguna untuk memantau kadar gula untuk keberhasilan pengobatan.
10. Pemeriksaan Trygliserida
Metode : GPO –PAP
Tujan : untuk mengetahui kadar trigliserid dalam spesimen (serum).
Prinsip : Trigliserid yang terdapat didalam spesimen akan terhidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol akan bereaksi dibantu oleh ATP dan enzim gliserol kinase menghasilkan gliserol 3-phospat. Selanjutnya akan diubah oleh enzim glycerol phospoxydase menjadi dihidroxi aceton phospat dan H2O2. Reaksi terakhir antara H2O2 dengan kromogen dipengaruhi oleh enzim peroksidase menghasilkan senyawa berwarna kemerahan dan diukur dengan fotometer.
Reaksi :
Trigliserid enz. Lipase glycerol + free fatty acid
Glycerol + ATP glycerol kinase glycerol 3-phospate +ADP
Glycerol 3 phospate + O2 glycerol phospoxydase DAP + H2O2
H2O2 +TBHB peroxydase Qunoneimine + 2H2O
(merah)
Alat dan bahan :
Serum
Mikropipet
Reagen trigliserid
Yellowtip dan bluetip
Fotometer
Tabung reaksi
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Balnko
Standart
Test
Reagen Triglyserida
1000µl
1000µl
1000µl
Standart
10µl
Serum
10µl
Seluruh isi tabung dicampur hingga homogen lalu di inkubasi selama 15-20 menit pada suhu ruang.
Dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
Angka yang muncul pada fotometer dicatat dan dilaporkan.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (Triglyserida) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai normal : 150 mg/dl
Pembahasan :
Pemeriksaan triglyserida diperlukan untuk mendiagnosa gangguan pembuluh darah seperti sakit jantung dan stroke.
Triglyserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Penurunan kadar triglyserid serum dapat terjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.
11. Pemeriksaan Cholesterol
Metode : CHOD-PAP
Tujuan : Untuk mengetahui kadar cholesterol dalam spesimen serum.
Prinsip : cholesterol yang terdapat didalam serum berupa cholesterol ester yang dihidrolisis oleh enzim cholesterol esterase menjadi cholesterol dan asam lemak. Cholesterol yang bebas akan dioksidasin oleh enzim cholesterol oxydase menghasilkan H2O2. H2O2 bereaksi dengan kromogen menghasilkan qunoneimin dibantu oleh enzim peroksidase akan berwarnamerah yang diukur dengan fotometer pada intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar cholesterol.
Reaksi :
Cholesterol ester Cholesterol Esterase Cholesterol acid
Cholesterol + O2 Cholesterol Oxidase Cholesterol -3-one + H2O2
H2O2 + P-HBS + 4-aminoantipyrine enz. POD Qunoneimine + 2H2O
(merah)
Alat dan bahan :
Serum
Reagen cholesterol
Bluetip dan yellowtip
Mikropipet
Fotometer
Tabung reaksi
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Blanko
Standar
Test
Reagen cholesterol
1000µl
1000µl
1000µl
Standart
10µl
Serum
10µl
Seluruh isi tabung dicampur hingga homogen dan diinkubasi selama 15-20 menit pada suhu ruang.
Hasil reaksi dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
Angka yang diperoleh dicatat dan dilaporkan.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (CHOL S) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test x kadar standar
Abs std
Nilai normal : 50-200mg/dl
Pembahasan :
Cholesterol (sterol) berfungsi sebagai bahan baku produksi hormon steroid yang berfungsi untuk melindungi kulit serta bahan baku untuk menghasilkan garam empedu.
Peningkatan cholesterol disebut hyperkolesterolemia yang dapat menyebabkan pumbuluh darah terganggu.
12. Pemeriksaan HDL
Metode : Direct
Tujuan : untuk mengetahui kadar HDL dalam darah manusia.
Prinsip : kolesterol HDL akan bereaksi secara spesifik dengan reagensia membentuk kompleks warna yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi HDL. Hasil reaksi diukur secara fotometri.
Alat dan bahan :
Serum
Fotometer
Tabung reaksi
Yellowtip dan bluetip
Mikropipet
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen
1000µl
Serum
10µl
Isi tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC.
Kadar HDL diukur menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (HDL) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai normal : 30-75 mg/dl
Pembahasan :
HDL adalah lemak baik yang membantu/mencegah terjadinya artrioseklorasi sehinggga terhindar dari penyakit jantung atau stroke.
HDL membantu mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.
13. Pemeriksaan LDL
Metode : Friedwald
Tujuan : Untuk mengetahui kadar LDL dalam serum pasien.
Perhitungan : Cholesterol Total – HDL cholesterol – Triglyserida5
Nilai Normal : 66 – 178 mg/dl
Pembahasan :
LDL mempunyai peran utama terjadinya penyakit sumbatan pembuluh darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dan Iain-Iain.
14. Pemeriksaan Ureum (Urea)
Metode : GLDH
Tujuan : Untuk mengetahui kadar urea dalam serum pasien.
Prinsip : Urea direaksikan dengan enzim urease menjadi 2NH3 dan karbondioksida (CO2). Nitrat dan α-KG ditambah NADH dan H+ maka akan menjadi L-glutamate dan NAD+ dengan bantuan enzim GLDH.
Reaksi :
Urea + H2O urease 2NH3 + CO2
NH3 + α-KG +NADH+ + H+ GLDH L-glutamate + NAD+ + 2H2O
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen ureum
Standart ureum
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko
standart
Test
Reagen
1000 ul
1000 ul
1000 ul
Standart
-
10 ul
-
Serum
-
-
10 ul
Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.
Kadar ureum dibaca pada fotometer dengan program Abs.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (UREA 50x 10) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test 2 – Abs test 1 x kadar standart
Abs std 2 – Abs std 1
Nilai Normal : 15 – 50 mg/dl
Pembahasan :
Ureum merupakan hasil metabolisme protein yang berasal dari asam amino arginin dan metionin.
Pemeriksaan ureum untuk mendiagnosa adanya penyakit yang mengganggu fungsi ginjal.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil :
Input protein
Aktivitas otot atau tubuh
Fungsi ginjal
15. Pemeriksaan Creatinin
Metode : Jaffe
Tujuan : untuk mengetahui kadar creatinin dalam serum pasien.
Prinsip : Creatinin sodium picrate dalam suasana alkali akan diubah menjadi senyawa creatinin picrate yang berwarna kuning sampai jingga.
Reaksi :
Creatinin + Sodium Picrate alkali senyawa creatinin picrate
(kuning – jingga)
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen I creatinin (NaOH)
Reagen II creatinin (Picrit Acid)
Standart creatinin
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko
Standart
Test
Reagen I (NaOH)
1000 ul
1000 ul
1000 ul
Reagen II
(Picrit Acid)
200 ul
200 ul
200 ul
Standart
-
50 ul
-
Serum
-
-
50 ul
Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 60 detik.
Kadar creatinin dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 492 nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (Creatinin) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : Abs test 2 – Abs test 1 x kadar standart
Abs std 2 – Abs std 1
Nilai Normal : 0,4 – 1,4 mg/dl
Pembahasan :
Pemeriksaan creatinin untuk mendiagnosa adanya penyakit yang mengganggu fungsi ginjal.
16. Pemeriksaan Asam Urat
Metode : Uricase
Tujuan : untuk mengetahui kadar asam urat dalam serum pasien.
Prinsip : asam urat dalam spesimen akan di hidrolisa dalam enzim uricase menghasilkan H2O2. H2O2 ini akan bereaksi dengan Aminoantipyrin dibantu oleh enzim peroksidase (POD) menghasilkan senyawa berwarna merah.
Reaksi :
Uric Acid + 2H2O + O2 uricase Allatoin + CO2 + H2O2
2H2O2 + 4-AAP + DHBS Hidrogen Peroxidase Quinoneimine + 4H2O
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen Uric Acid
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko
Standart
Test
Reagen
1000 ul
1000 ul
1000 ul
Standar
-
25 ul
-
Serum
-
-
25 ul
Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
Kadar asam urat dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (URIC ACID S) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai Normal : 2,5 – 7,7 mg/dl
Pembahasan :
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).
Asam Amino Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya.
Pemeriksaan asam urat (uric acid) untuk mendiagnosa adanya kelainan metabolisme.
Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan.
Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain.
16. Pemeriksaan CK – NAC ( CK )
Metode : DGKC
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas enzyme creatinine kinase ( CK ).
Prinsip : CK mengkatalisaktivitas pembentukkan ATP dari creatinine phosphate dan ADP, ATP dengan adanya hexokinase memfosforilasikan glucose menjadi glucose – 6 – phosphate. Glucose – 6 – phosphate dioksidasi menjadi phospho gluconate dan mereduksi NAD + NADH.
Reaksi : Creatinine phosphate + ADP CK Creatinine + ATP
Glucose + ATP HK G – 6 – Phosphate
G – 6 – Phosphate + NAD+ G-6-PDH G – Phosphoglukonat + NADH + H+
Alat dan Bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Bluetip
Fotometer
Serum
Reagen CK
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen CK
1000µl
Serum
25µl
Seluruh isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang.
Hasil reaksi yang terjadi dibaca menggunakan fotometer pada panjang gelombang 340nm pada suhu 37o C.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (CK-NAC) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Perhitungan : CK ( IU/L) = ( Abs test/menit ) x faktor
Nilai normal :
Perempuan : < 160 IU/L
Laki laki : < 130 IU/L
Pembahasan :
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium :
Injeksi IM dapat menyebabkan peningkatan kadar CK/CPK total
Hemolisis pada sampel
Aktifitas berat dapat menyebabkan peningkatan kadar.
Trauma dan tindakan bedah dapat meningkatkan kadar.
18. Pemeriksaan CKMB
Metode : DGKC
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas enzyme creatinine kinase myoglobin darah manusia ( CK-MB ).
Prinsip : CK-MB teridiri dari 2 sub unit CK-M dan CK-B, dimana sub unit CK-M dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya aktivitas sub unit CK-B yang setara dengan setengah aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan cara kinetik enzimatik. Creatin phosphat dan ADP dengan adanya enzim creatin kinase akan berubah menjadi creatin dan ATP, dimana ATP ini bersama glukosa oleh enzim heksokinase diubah menjadi glukosa-6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-phosphat bersama NADP oleh enzim G-6-P-DH akan diubah menjadi gluconat-6-phosphat dan NADPH. Aktivitas CK-B sebanding dengan perubahan NADP. Hasil yang terukur kemudian dikonversikan dengan CKMB.
Alat dan bahan :
Serum
Reagen CK
Fotometer
Tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip dan blue tip
Prosedur :
Cara Manual
Alat dan bahan disiapkan.
Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen CKMB
1000µl
Serum
25µl
Isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada suhu ruang.
Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 340nm pada suhu 37o C.
Cara Otomatis
Alat dan bahan disiapkan.
Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan cara sebagai berikut :
Pilih sampel klik sampel request masukkan ID dan nama pasien ubah tube type menjadi micro pilih test (CKMB) tekan ok.
Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada sampel disk.
Pilih play untuk menjalankan sampel.
Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel current atau history.
Nilai normal : <24 IU/L
Pembahasan :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menguji fungsi jantung.
18. Pemeriksaan Elektrolit
Gambar 3.7 Alat AVL 1980 electrolyte analyzer
Metode : ISE (Ion Selektif Electrolyte)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar ion Na+, K+ dan Cl- dalam serum pasien.
Prinsip : metode ISE menggunakan reference elektroda yang mengandung larutan elektrolit yang dapat berdioiasi dengan ion yang diperiksa dan secara elektrik akan mengubah reaksi antara elektroda dan ion tersebut menjadi arus yang stabil dan dapat ditampilkan dalam bentuk digital.
Prosedur :
Alat dinyalakan dengan menekan tombol "ON" pada bagian belakang.
Tunggu beberapa saat hingga tertampil "Enter Code", kode "Key" dimasukkan lalu tekan "No" ditekan sampai huruf yang dikehendaki.
Tunggu beberapa saat hingga status alat "Na K Cl" "Ready", menu "Daily Maintenance" dipilih lalu tekan No. Di tekan sampai tertampil menu yang diinginkan setelah itu tekan "Yes".
Tekan "Yes" apabila tertampil pertanyaan "Perform Daily Cleaning?" dan tunggu beberapa saat hingga tertampil perintah "Open Sampel Door".
Tutup "Probe" dibuka lalu cairan cleaning Solution dihisap sampai terdengar bunyi "BEEP" kemudian probe diseka dengan tissue sampai bersih lalu ditutup ("Wipe Probe and Close Sampel Door").
Setelah itu tunggu beberapa saat hingga tertampil pertanyaan kembali "Remain In Daily Maintenance?" maka tekan "No" ditunggu hingga proses Auto Calibration selesai dan tertampil "Na K Cl Ready".
Penutup "Probe" dibuka dan ditunggu hingga muncul perintah "Insert Sampel". Setelah itu sampel dimasukkan hingga terdengar bunyi "BEEP". Kemudian probe diseka dengan tissue sampai bersih lalu probe ditutup kembali.
Tunggu beberapa saat hingga hasil tertampil pada layar monitor atau cetak pada thermal paper.
Setelah selesai digunakan, alat diposisikan pada keadaan "Standby" lalu menu Operator Fuction dipilih dan tekan "No" dua kali. Tombol "yes" ditekan kemudian menu standby dipilih dengan cara yang sama. Dengan cara ini alat tidak perlu dimatikan dan dinyalakan berulang.
Nilai Normal :
Na+ : 135-147 mmol/gram
K+ : 3,5 – 5,20 mmol/gram
Cl- : 97-108 mmol/gram
Pembahasan :
Natrium
fungsinya sebagai penentu utama osmoloritas dalam darah pengaturan volume ekstra.
Peningkatan natrium (hipernatremia) dalam darah terjadi bila ada kelebihan natrium dalam kaitannya dengan air. Ada banyak penyebab hipernatremia, ini mungkin termasuk penyakit ginjal, asupan air terlalu sedikit, dan kehilangan air akibat diare dan / atau muntah.
Konsentrasi penurunan natrium (hiponatremia) terjadi setiap kali ada peningkatan relatif dalam jumlah air tubuh relatif terhadap natrium. Hal ini terjadi dengan beberapa penyakit pada hati dan ginjal, pada pasien dengan gagal jantung kongestif, pada korban luka bakar, dan berbagai kondisi lainnya.
Kalium
fungsinya mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh.
Peningkatan kalium dikenal sebagai hiperkalemia. Kalium biasanya diekskresikan oleh ginjal, sehingga gangguan yang mengurangi fungsi ginjal dapat menyebabkan hiperkalemia. Obat-obat tertentu juga dapat mempengaruhi individu untuk hiperkalemia.
Hipokalemia, atau penurunan kalium, dapat timbul karena penyakit ginjal, kehilangan berlebihan karena berkeringat berat, muntah, atau diare, gangguan makan, obat-obatan tertentu, atau penyebab lainnya.
Klorida
fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam cairan ekstrasel.
Peningkatan klorida (hyperchloremia): Ketinggian di klorida dapat dilihat dalam diare, penyakit ginjal tertentu, dan kadang-kadang di overactivity kelenjar paratiroid.
Penurunan klorida (hypochloremia): Klorida biasanya hilang dalam urin, keringat, dan sekresi lambung. Kerugian yang berlebihan dapat terjadi dari keringat berat, muntah, dan kelenjar adrenal dan penyakit ginjal.
3.3.3 Imunoserologi
1. Pemeriksaan Widal
Gambar 3.8 Reagensia dan slide widal
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antibodi (Ab) yang terbentuk pada tubuh penderita terhadap kuman Salmonella penyebab penyakit demam tifoid.
Prinsip : Serum direaksikan dengan antigen (Ag) Salmonella (Salmonella typhi O, Salmonella typhi H dan Salmonella paratyphi) kemudian diamati adanya aglutinasi. Apabila reaksi positif (+) maka serum diencerkan beberapa kali dengan Nacl 0,85% dan direaksikan kembali dengan antigen. Yang dilaporkan adalah pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi dengan antigen. Semakin tinggi titernya, menandakan semakin parah infeksi kuman Salmonella.
Reaksi :
Ag Salmonella + Ab pasien kompleks Ag Ab yang tandai
dengan adanya aglutinasi
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Slide widal
Batang pengaduk
Rotator
Serum
Reagen Salmonella O dan Salmonella H
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum diteteskan pada 8 lingkaran, masing-masing 20 ul.
Masing-masing lingkaran ditambahkan 1 tetes Ag Salmonella (1 jenis reagen untuk 1 lingkaran).
Serum dan Ag Salmonella dicampur dengan menggunakan batang pengaduk.
Slide digoyangkan pada rotator selama 1 menit.
Lihat adanya aglutinasi.
Bila hasil positif (+) maka lakukan langkah-langkah seperti diatas dengan volume serum 10 ul dan 5 ul.
Nilai Normal : Negatif (-)
Pembahasan :
Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita penyakit typhus atau penderita yang di diagnosa menderita penyakit typhus.
Gejala penyakit typhus adalah demam selama 3-5 hari ± 60 hari.
Penularan bakteri Salmonella typhi dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. Pemeriksaan CRP (C-Reaktif Protein)
Gambar 3.9 Reagensia dan slide CRP
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : Untuk mengetahui berbagai jenis infeksi dan kerusakan pada otot jantung.
Prinsip : zat anti yang terdapat didalam serum direaksikan dengan antigen CRP lalu diamati terbentuknya aglutinasi. Semakin jelas aglutinasi yang terbentuk semakin tinggi jumlah zat anti yang terdapat dalam serum.
Reaksi : Ag + Ab kompleks Ag Ab yang ditandai dengan
adanya aglutinasi
Alat dan bahan :
Pipet pasteur
Batang pengaduk
Slide CRP
Serum
Reagen CRP
Prosedur :
Kualitatif
Alat dan bahan disiapkan.
Reagen CRP diteteskan pada slide CRP sebanyak 1 tetes.
Serum dipipet dan diletakkan pada slide yang telah ada reagen CRP sebanyak 1 tetes.
Slide di goyangkan pada rotator selama 8 menit pada kecepatan 1000 rpm dan dilihat ada tidaknya aglutinasi.
Jika terdapat aglutinasi, serum diencerkan dengan Nacl 0,85% dengan perbandingan 1:1.
Semi Kuantitatif
Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9% kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty reaksi.
Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5. Caranya dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada lingkaran 2 itu dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4, dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5 setelah pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung udara pada saat pengenceran berlangsung.
Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan pengenceran terbesar ( lingkaran 5 ) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen CRP, kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing – masing lingkaran yang berisi spesimen itu.
Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah cahaya terang.
Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif :
Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi menunjukkan titer daripada spesimen yang diuji.
Contoh :
1 2 3 4 5
Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5
Reaktif 1:2 R R N N N
Reaktif 1:8 R R R R N
Reaktif 1:16 R R R R
Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :
Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada kartu tes baru.
Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).
Nilai Normal Kualitatif : Negatif (-)
Pembahasan :
Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya kerusakan pada otot-otot jantung dan infeksi lainnya.
CRP adalah suatu reaktan fase akut yang meningkat konsentrasinya beberapa jam setelah inisiasi proses peradangan (inflamasi).
3. Pemeriksaan ASTO/ASO
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : Untuk mengetahui adanya infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus β- hemolyticus yang terdapat dalam serum pasien.
Prinsip : Reagen latex Aso yang berisi pastikel-partikel lates yang dilapisis streptolisin akan bereaksi dengan anti steptolisin pada serum yang akan menimbulkan aglutinasi.
Alat dan bahan :
Pipet pasteur
Slide Asto
Batang pengaduk
Serum
Reagen Asto
Prosedur :
Kualitatif
Alat dan bahan disiapkan.
Serum diteteskan pada slide Asto sebanyak 1 tetes kemudian reagen asto di teteskan pada slide yang telah terdapat serum sebanyak 1 tetes lalu homogenkan.
Slide diputar pada rotator selama 8 menit denga kecepatan 1000 rpm.
Dilihat ada tidaknya aglutinasi.
Semi Kuantitatif
Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9% kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty reaksi.
Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5. Caranya dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada lingkaran 2 itu dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4, dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5 setelah pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung udara pada saat pengenceran berlangsung.
Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan pengenceran terbesar ( lingkaran 5) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen ASTO, kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing – masing lingkaran yang berisi spesimen itu.
Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah cahaya terang.
Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif.
Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi menunjukkan titer daripada spesimen yang diuji.
Contoh :
1 2 3 4 5
Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5
Reaktif 1:2 R R N N N
Reaktif 1:8 R R R R N
Reaktif 1:16 R R R R R
Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :
Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada kartu tes baru.
Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).
Nilai normal kualitatif : Negatif
Pembahasan :
Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa penyaki yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β- hemolyticus.
4. Pemeriksaan VDRL/ RPR
Gambar 3.10 Reagensia dan slide VRDL
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : Untuk penetapan secara kualitatif dalam mendeteksi adanya reaksi Ab terhadap Ag non- Treponema pallidum.
Prinsip : Ag VDRL yang mengandung mikropartikel karbon untuk memperjelas pengamatan reagen yang terdapat dalam spesimen penderita sifilis.
Alat dan bahan :
Pipet pasteur
Batang pengaduk
Kartu reaksi
Rotator
Serum
Serum kontrol positif dan negatif
Antigen RPR
Prosedur :
Kualitatif
Alat dan bahan disiapkan.
Serum pasien diteteskan pada lingkaran kartu reaksi.
Serum kontrol positif dan negatif diteteskan pada masing-masing lingkarang sebanyak 1 tetes.
Cairan suspensi Ag RPR dikocok dahulu sebelum diteteskan.
Ag RPR diteteskan pada serum-serum yang ada pada lingkaran kartu reaksi sebanyak 1 tetes.
Kartu reaksi diputar pada rotator selama 8 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
Lihat ada tidaknya aglutinasi.
Semi Kuantitatif
Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9% kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty reaksi.
Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5. Caranya dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada lingkaran 2 itu dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4, dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5 setelah pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung udara pada saat pengenceran berlangsung.
Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan pengenceran terbesar ( lingkaran 5 ) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen RPR, kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing – masing lingkaran yang berisi spesimen itu.
Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah cahaya terang.
Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif
Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi menunjukkan titer daripada spesimen yang diuji.
Contoh :
1 2 3 4 5
Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5
Reaktif 1:2 R R N N N
Reaktif 1:8 R R R R N
Reaktif 1:16 R R R R
Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :
Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada kartu tes baru.
Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).
Nilai Normal : negatif (-)
Pembahasan :
Pemeriksaan VDRL dilakukan untuk mendiagnosa penyakit sifilis yang disebabkan oleh bakteri non-Treponema pallidum
5. Pemeriksaan Dengue Blood (IgG dan IgM Dengue)
Gambar 3.11 Strip dengue IgG dan IgM
Metode : ICT (Immunokromatografi Tes)
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan antibodi IgM atau IgG secara kualitatif terhadap virus dengue di dalam serum atau plasma pasien.
Prinsip : IgG dan IgM yang spesifik akan mengikat protein kemudian dilekatkan pada membran nitrocellulose sebagai dua garis pengetesan pada rapid card, yaitu garis IgG dan IgM. Rekombinan dengue viral protein yang telah dimurnikan berkonjugasi dengan partikel koloid pada daerah sampel kemudian diluent diteteskan pada lubang diluent agar dapat membawa sampel pada membrane arbsorben. Jika terdapat antibodi terhadap virus dengue dari partikel yang berkonjugasi dengan kompleks antigen-antibodi pada daerah pengetesan menghasilkan garis IgG (T1) atau IgM (T2) atau IgG dan IgM yang berwarna. Berubahnya warna pada daerah kontrol (merah menjadi biru) menunjukan test card berfungsi dengan baik.
Reaksi :
Anti-human IgG & IgM + Ab dengue IgG/IgM + Ag dengue rekombinan + konjugat goldbelled monoclonal anti dengue virus garis merah muda
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum diteteskan sebanyak 1 tetes ke dalam lubang sampel (S1).
Diluent diteteskan sebanyak 1 tetes (40-50 ul) pada lubang buffer (S).
Diamkan selama 20 menit, kemudian lihat garis yang terbentuk.
Interpretasi Hasil :
DENGUE ID _____ C M G S1 SDENGUE ID _____ C M G S1 SDENGUE ID _____ C M G S1 SDENGUE ID _____ C M G S1 S
DENGUE
ID _____
C
M
G
S1
S
DENGUE
ID _____
C
M
G
S1
S
DENGUE
ID _____
C
M
G
S1
S
DENGUE
ID _____
C
M
G
S1
S
Positif (+) Positif (+) Positif (+) Negatif (-)
IgG dan IgM IgM IgG
Nilai Normal : Negatif (-)
Pembahasan :
Dengue merupakan flavirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Gejala dengue secara umum ditandai dengan demam yang mendadak, sakit kepala, mual, nyeri pada persendian dan ruam.
Pada infeksi primer dengue, antibodi IgM akan muncul terlebih dahlu dan meningkat pada hari ke 3-5 dan biasanya bertahan di dalam tubuh hingga 30-90 hari.
Biasanya pada daerah endemik banyak pasien yang mengalami infeksi sekunder, maka muncul antibodi IgG yang tinggi kemudian muncul IgM.
6. Pemeriksaan Dengue NS1
Gambar 3.12 Strip dengue NS1
Metode : ICT (Imunokromatografi Test)
Tujuan : untuk mendeteksi adanya Ag dengue NS1 yang dapat menyebabkan penyakit DHF dalam serum pasien sejak hari pertama sampai hari ketiga.
Prinsip : device yang berisi strip membrane yang sudah direkatkan dengan Ag dengue NS1 pada garis test. Anti dengue NS1 berikatan dengan gold conjugate ditambahkan serum/plasma/shole blood akan bergerak melewati membrane mulai dari garis test sampai garis control.
Alat dan bahan :
Rapid test dengue NS1
Pipet pasteur
Serum
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Rapid test dibuka dari bungkusnya kemudian diberi identitas seperti no. Pasien.
Serum diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel "S".
Buffer dengue diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel "S" yang sudah terdapat serum.
Rapid test di diamkan selama 15-20 menit kemudian rapid test dilihat ada tidaknya garis pada tanda "C" dan "T".
Interpretasi Hasil :
Dengue ID ______ C T SDengue ID ______ C T SDengue ID ______ C T SDengue ID ______ C T S
Dengue
ID ______
C
T
S
Dengue
ID ______
C
T
S
Dengue
ID ______
C
T
S
Dengue
ID ______
C
T
S
Negatif (-) Positif (+) Invalid
Nilai Normal : Negatif
Pembahasan :
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam peredaran darah manusia melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Salah satu gejala DHF adalah timbulnya ruam-ruam kemerahan pada kulit
Pemeriksaan NS1 dilakukan untuk melihat antigen dengue yang dapat dilihat pada hari ke 1 sampai ke 4.
7. Pemeriksaan TUBEX-TF
Gambar 3.13 Tubex® TF
Tujuan : untuk mengetahui adanya antigen salmonella/ IgM anti salmonella pada serum pasien.
Prinsip : Serum yang dicampur 1 menit dengan larutan reagen brown pada tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas. Kemudian 2 tetes larutan reagen blue dicampur selama 2 menit. Tabung ditempelkan pada skala genetik. Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada skala genetik.
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Reaction well strip
Serum
Reagen TUBEX- TF
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Kocok seluruh reagen dengan teliti sebelum digunakan.
Reaction well strip diletakkan tegak lurus diatas meja.
Brown reagen dipipet masing-masing sebanyak 45 ul ke semua wells.
Kontrol positif-kontrol negatif dan serum dipipet masing-masing sebanyak 45 ul dan dicampur dengan menggerakkan pipet naik turun sebanyak 10 kali dan diamkan 2 menit.
Blue reagen dipipet sebanyak 90 ul ke semua wells.
Reaction wells strip ditutup dengan sealling tape.
Miringkan reaction wells strip 90o dan kocok maju mundur selama 2 menit.
Weel strip diletakkan diatas skala magnetik untuk reaksi separasi.
Didiamkan selama 5 menit kemudian baca warna pada skala magnetik. Jangan baca hasil pengujian lebih dari 5 menit.
Interpretasi hasil :
2 negatif : Tidak menunjukan infeksi demam tifoid
3 borderline : Tidak dapat disimpulkan
4 positif lemah : Infeksi demam tifoid
6-10 positif : Indkasi kuat infeksi
Indeterminated : Ketidak jelasan
8. Pemeriksaan HBsAg
Gambar 3.14 Strip HBsAg
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum pasien.
Prinsip : Reagensia berupa strip yang dilapisi dengan anti HBsAg maka akan terlihat dua garis yang sejajar.
Alat dan bahan :
Strip HBsAg
Pipet pasteur
Serum
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum dipipet dengan pipet pasteur kemudian diteteskan pada lubang test sebanyak 3 tetes.
HBsAg test di diamkan selama 15-20 menit.
Lihat garis yang terbentuk pada strip.
Interpretasi Hasil :
C C C
T T T
Positif (+) Negatif (-) Invalid
Pembahasan :
HBsAg adalah penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam darah > 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis.
9. Pemeriksaan HBsAg (ELISA)
Metode : Sandwich (ELISA)
Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antigen HBS dalam serum pasien.
Prinsip : Reaksi antara fase padat yang direkatkan oleh anti HBS kemudian ditambahkan serum yang mengandung antigen HBS membentuk kompleks antigen-antibodi spesifik yang berlabel enzym lalu di inkubasi dan kelebihannya akan dicuci oleh wash solution kemudian direaksikan dengan substrat kromogenik yang kemudian akan terbentuk warna biru lalu di hidrolisis oleh enzym. Reaksi ini akan dihentikan oleh asam kuat dan basa kuat akan terbentuk warna kuning.
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Mikroplate
Serum
Reagen anti-HBS Bio-tech
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum dipiet sebanyak 50 ul kemudian dimasukkan ke smua mikroplate.
Conjugate ditambahkan ke mikroplate yang telah berisi serum sebanyak 50 ul (1 tetes) kemudian rotator selama 1 menit dan di inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Cuvet dan ray diletakkan pada alat humanreader untuk di cuci
Penggunaan alat humanreader :
Pilih P2
Tekan "Row" 1 tekan "start"
Tunggu hingga berhenti sendiri
Cuvet tray diambil dan dikeprek sampai tidak ada cairan yang tersisa.
Substrat A dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul (1 tetes).
Substrat B dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul kemudian inkubasi selama 10 menit suhu 37oC pada ruang gelap.
Stop solution ditambahkan sebanyak 50 ul ke semua mikroplate.
Hasil dibaca pada fotometer program 28.
Cara penggunaan alat :
Tekan Test Tekan 28 Enter hingga muncul Read Tekan Read Tunggu beberapa menit
Nilai Normal : Negatif (-)
Pembahasan :
Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya Ag HBS (Hepatitis B) dalam serum pasien.
10. Pemeriksaan Troponin-I
Metode : ICT (Immunokromatografi Test)
Tujuan : Untuk mengetahui secara kualitatif cardiac Troponin-I dalam serum.
Prinsip : Sample bermigrasi melalui absorbent conjugate antibody zat warna yang mengikat troponin dalam spesimen membentuk kompleks antigen antibodi. Kompleks antigen antibodi yang mengikat troponin antibodi pada daerah reaksi (test) dibagian kiri jendela pengamat akan menghasilkan garis berwarna merah muda ketika konsentrasi troponin pada sample lebih dari 0,5 mg/ml.
Alat dan bahan :
Serum
Rapid troponin-I
Mikropipet
Yellow tip
Timer
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum diteteskan pada lubang sample sebanyak 25 µl.
4 tetes diluent ditambahkan pada lubang sampel.
Rapid test troponin-I didiamkan selama 20 menit, kemudian hasil dibaca.
Interpretasi Hasil :
C C C C
T T T T
Positif (+) Negatif (-) Invalid
Pembahasan :
Peningkatan konsentrasi troponin tidak boleh digunakan sendiri untuk mendiagnosa atau menyingkirkan serangan jantung, sebaiknya disertai pemeriksan laboratorium lainnya, seperti CK-MB, LDH, CRP, dan AST. Di samping itu, pemeriksaan fisik dan riwayat klinis juga penting.
Beberapa orang yang memiliki serangan jantung bisa saja memiliki kadar troponin normal, dan beberapa orang dengan konsentrasi troponin meningkat tidak memiliki cedera jantung yang jelas.
11. Pemeriksaan Anti HBs (ELISA)
Metode : Sandwich (ELISA)
Tujuan : Untuk mengetahui adanya antigen HBsAg dalam serum pasien.
Prinsip : Reaksi antara fase padat yang direkatkan oleh anti HBsAg kemudian ditambahkan serum yang mengandung antigen HBsAg membentuk kompleks antigen-antibodi spesifik yang berlabel enzym lalu di inkubasi dan kelebihannya akan dicuci oleh wash solution kemudian direaksikan dengan substrat kromogenik yang kemudian akan terbentuk warna biru lalu di hidrolisis oleh enzym. Reaksi ini akan dihentikan oleh asam kuat dan basa kuat akan terbentuk warna kuning.
Alat dan bahan :
Mikropipet
Yellowtip
Mikroplate
Serum
Reagen anti-HBsAg Bio-tech
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum dipiet sebanyak 50 ul kemudian dimasukkan ke smua mikroplate.
Conjugate ditambahkan ke mikroplate yang telah berisi serum sebanyak 50 ul (1 tetes) kemudian rotator selama 1 menit dan di inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Cuvet dan ray diletakkan pada alat humanreader untuk di cuci.
Penggunaan alat humanreader :
Pilih P1
Tekan "Row" 1 tekan "start"
Tunggu hingga berenti sendiri
Cuvet tray diambil dan dikeprek sampai tidak ada cairan yang tersisa.
Substrat A dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul (1 tetes).
Substrat B dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul kemudian inkubasi selama 10 menit suhu 37oC pada ruang gelap.
Stop solution ditambahkan sebanyak 100 ul ke semua mikroplate.
Hasil dibaca pada fotometer program 27.
Cara penggunaan alat :
Tekan Test Tekan 27 Enter hingga muncul Read Tekan Read Tunggu beberapa menit
Nilai Normal : Negatif (-)
Pembahasan :
Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya Ag HBsAg (Hepatitis B) dalam serum pasien
12. Pemeriksaan Anti HIV
Metode : ICT (Imuno Chromatography Test)
Tujuan : Untuk penetapan kualitatif dalam mendeteksi Ab terhadap HIV.
Prinsip : Penetapan kualitatif membran sistem imun dengan 2 antigen untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV pada serum manusia.
Alat dan bahan :
ACON HIV
Pipet tetes
Serum
Buffer
Prosedur kerja :
Alat dan bahan disiapkan.
Serum diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel.
Buffer diteteskan pada lubang yang sama.
Hasil diamati setelah 10-15 menit.
Interpretasi hasil :
C C C C
T2 T2 T2 T2
T1 T1 T1 T1
Negatif Positif HIV I Positif HIV II Positif HIV I & II
13. Pemeriksaan HbA1C
Gambar 3.15 Clover A1*C
Metode : Boronate
Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dari pasien selama 3 bulan dalam mendiagnosa suatu penyakit dan mengukur keteraturan dalam pemakaian makanandari pasien.
Prinsip : Sejumlah sampel dihisap oleh ujung pipa kapiler pada reagent pack dengan memasukkan reagen pack ke cartridge, darah akan melepaskan Hb dan boronate bead mengikat glycated – Hb. Campuran sampel darah diputar ke zona pengukuran cartridge, dimana jumlah total Hb dalam sampel darah diukur dengan reflektansi dari fotosensor.
Alat dan Bahan :
Check Cartridge
Clover A1C
Darah EDTA
Prosedur Kerja :
Alat dan bahan disiapkan.
Spesimen darah EDTA dihomogenkan.
Alat HbA1C dilakukan quality control sebelum dipakai.
Check Cartridge disiapkan.
Ujung cartridge di tempelkan pada spesimen darah yang akan diserap oleh kapasitas dari alat check cartridge.
Kemudian dimasukkan kedalam check cartridge pada alat HbA1C.
Ikuti perintah alat yang tertera.
Hasil ditunggu selama 5 menit.
Hasil yang tertera pada alat merupakan hasil dari pemeriksaan HbA1C.
Nilai Normal : 4,5% - 6,3%
31. Pemeriksaaan AGD ( Analisa Gas Darah )
Gambar 3.16 pHox analyzer
Metode : Asam Basa
Tujuan : 1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa.
2.Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskular.
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
Prinsip : Menggunakan sebuah kombinasi yang unik pada optic yang bergerak maju dengan menerapkan teknologi elektroda, mikroskoper adalah dasar alat untuk menganalisa sampel darah. Analyzer pH, pCO2, pO2, SO3, HCT, HGB dalam darah yang diberi antikoagulan.
Alat dan bahan :
pHOx Analyzer
Darah Arteri (dengan antikoagulan heparin)
Prosedur :
Cara penggunaan pHOx Analyzer
Alat dan bahan disiapkan.
Pada menu ready, "SYRINGE" ditekan.
Probe akan keluar otomatis, lalu sampel dimasukkan dibawah probe ( jarum semprit dilepaskan ).
"ASPIRATE" ditekan, setelah terdengar bunyi "BEEP" sampel segera dikeluarkan dari probe.
Informasi dari sampel diisi, seperti suhu dan FIO2%, dan sampel ID.
"VIEW SAMPLE" ditekan untuk elihat hasil pemeriksaan.
Hasil akan tampak pada layar dan diprint secara otomatis.
Kemudian "HOME" ditekan untuk kembali ke "MENU READY", dan siap untuk pemeriksaan berikutnya.
Cara penggantian reagen pack :
Tekan "Menu" pada tampilan "Ready (home)".
Arahkan panah untuk memilih "Change Cart Ridge".
Tekan "Enter".
Arahkan panah untuk memilih "Change Calibration Cart Ridge".
Tekan "Enter".
Tarik reagen pack yang lama, masukkan reagen pack yang baru setelah mengocoknya selama ± 10 detik.
Tekan "Prime".
Setelah priming, akan muncul pertanyaan : "Do you want to calibrate? Tekan "Yes" untuk kalibrasi.
Setelah kalibrasi selesai, pastikan pH, pCO2, pO2, Hct tidak ada tanda silang.
Calibrasi SO2/ Hb (External Kalibrasi) :
Tekan "Calibration" dari posisi "Ready (Home)".
Arahkan panah ke bawah ke "External Two Standard Hb, SO2% calibration".
Tekan "Enter" akan muncul di monitor "Assay Value : Std # 1 : ..... masukkan nilai standard 1 (contoh 52,2) tekan "Enter". Buka ampules standard 1 masukkan dibawah jarum tekan "Continius" setelah terdengar bunyi "Beep" tekan "Analyze". Tunggu beberapa saat sampai alat selesai melakukan pengukuran standard 1 kemudian akan muncul "Assay Value : Std # 2 : .... masukkan nilai standard 2 (contoh 98,2) tekan "Enter". Buka ampules standard 2 masukkan dibawah jarum tekan "Continius" setelah terdengar bunyi "Beep" tekan "Analyze".
Setelah selesai melakukan pengukuran standard 2 di monitor akan muncul "Ready" dan semua tanda silang hilang.
Catatan : Nilai standard 1 dan nilai standard 2 dilihat di kertas dalam box SO2 Calibration Multipack, level 1, 2.
Cara melakukan Quality Control (QC)
Pada menu "Ready" tekan QC.
Pilih "Analyze QC" pada monitor tekan "Enter".
Tekan "Next Control" sampai ketemu "External L-1".
Tekan "Analyze".
Setelah jarum keluar, masukkan control level 1 secepat mungkin kemudian tekan "Continue".
Setelah terdengar nada "Beep" keluarkan control dari jarum dan tekan "Analyze" pada monitor.
Tunggu hasil print out dari komputer.
Ulangi prosedur mulai dari nomor 1 sampai 7 untuk melakukan control level 2 dan level 3.
Maintenance
Sensor Medule Conditioning.
Untuk melakukan sensor medule conditioning dengan whoole blood dengan cara sbb :
Isi syringe dengan whoole blood.
Tekan "Menu" pindahkan kunsor ke sensor conditioning kemudian tekan "Enter".
Masukkan syringe ke probe dan tekan "Continue".
Setelah terdengar nada "Beep", jauhkan syringe dari probe dan tekan "Analyze".
Akan muncul pesan, sensor conditionig in progress. Tunggu sampai nada selesai muncul. Untuk membatalkan conditioning tekan "Cancel".
Kalibrasi ulang dengan menekan "Calibration – Enter".
Flowpath Cleaning
Untuk maintenance, air detektor tidak terkalibrasi, pO2 hasilnya rendah, QC tidak masuk, lakukan flowpath cleaning/ deproteinizing :
Tekan "Menu" pindahkan kunsor ke Flowpath Cleaning – Enter.
Tunggu sampai pump berhenti, kemudian lepaskan Na Sensor dan ganti dengan blank electrode.
Masukkan Ampule Deproteinizing Solution/ sampler preheater cleaning ke probe, kemudian tekan "Continue".
Setelah nada "Beep", jauhkan ampule dari probe, kemudian tekan "Analyze".
Tunggu sampai flowpath cleaning selesai.
Pilih flowpath/ probe maintenance.
Buka kembali blank electrode dan ganti dengan Na Sensor.
Kalibrasi ulang dengan menekan "Calibration – Enter".
Jika Mati Listrik
Setelah listrik hidup kembali di monitor akan muncul tanda silang dan tulisan "Not Ready".
Tekan "Menu", turunkan kunsor ke Change Cart Ridge tekan "Enter". Pilih Change Calibration Cart Ridge tekan "Enter".
Tekan "Prime" setelah prime ± ½ menit tekan "Cancel" 2x sampai proses prime berhenti.
Kalau prime tidak mau, cabut reagen pack setelah itu masukkan kembali baru kemudian prime di tekan kembali setelah ± ½ menit menit tekan "Cancel" 2x sampai proses prime berhenti.
Setelah selesai tekan "Calibrate" kemudian "Enter".
Setelah selesai calibrate pertama tekan calibrate lalu pilih nomor 2 (External standard Hb, SO2% calibrate).
Tekan "Enter" akan muncul di monitor "Assay Value : Std # 1 : ..... masukkan nilai standard 1 (contoh 52,2) tekan "Enter". Buka ampules standard 1 masukkan dibawah jarum tekan "Continius" setelah terdengar bunyi "Beep" tekan "Analyze". Tunggu beberapa saat sampai alat selesai melakukan pengukuran standard 1 kemudian akan muncul "Assay Value : Std # 2 : .... masukkan nilai standard 2 (contoh 98,2) tekan "Enter". Buka ampules standard 2 masukkan dibawah jarum tekan "Continius" setelah terdengar bunyi "Beep" tekan "Analyze".
Setelah selesai melakukan pengukuran standard 2 di monitor akan muncul "Ready" dan semua tanda silang hilang.
Jika terjadi Bekuan/ Cloth pada jarum
Tekan "Menu" tekan "Service" akan muncul "System Test" tekan "Enter".
Pindah kunsor ke "Sampler" tekan "Enter", pindahkan kunsor ke "Syringe" tekan "Enter".
Jarum otomatis akan keluar dari tempatnya.
Lepas selang W dan selang R yang berada di reference electrode.
Semprotkan syringe yang telah di isi dengan air melalui selang W dan selang R ditutup dengan jari sehingga air mengalir dengan lancar melalui flowcell dan keluar di jarum.
Setelah air keluar dengan lancar pasang kembali selang W dan selang R yang dilepas kemudian tekan "Exit" kemudian "Home".
Lakukan kalibrasi.
Nilai normal :
Hb : 12,0 – 14,0 gr/dl
HT : 40 – 48 %
Suhu : 36°C
pH : 7,350-7,450
pCO2 : 35-45 mm/Hg
pO2 : 69 – 116 mm/Hg
HCO3 : 20 – 24 mmol/L
TCO2 : 21,0 – 25,0 mmol/L
BEecF : 3,3 – 1,2 mmol/L
Beb : -3,3 – 1,2 mmol/L
SO2% : 25 – 99 mmol/L
SBC : 22 – 26 mmol/L
Pembahasan :
Pemeriksaan AGD merupakan pemeriksaan penting untuk mendiagnosis dan memantau terapi pasien-pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa, oksigenisasi dan eliminasi karbondioksida dalam tubuh.
Pemeriksaan terdiri dari sekumpulan pemeriksaan yaitu : pH, tekanan parsial karbondioksida (pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), Base Excess (BE), kadar bikorbonat (HCO3) dan saturasi oksigen (SO2).
Penilaian hasil pemeriksaan AGD memberikan informasi tentang status asam basa dan status oksigen dalam tubuh.
3.3.4. Pemeriksaan Urinalisa dan Feses
3.3.4.1. Makroskopis
1. Pemeriksaan warna urine
Tujuan : Untuk mengetahui warna urine sebagai salah satu cara petunjuk pada kelainan klinik.
Prinsip : Urine dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih, tidak bergaris, transparan dan dilihat dengan mata telanjang.
Alat dan bahan :
Tabung reaksi
Urine
Cara kerja :
Disiapkan tabung centrifuge yang bersih, kering dan jernih.
Diisi tabung centrifuge dengan urine sebanyak ± 12 ml.
Diamati urine ditempat yang terang, kemudian catat hasilnya.
Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah dan putih seperti susu.
Warna normal : Warna antara kuning muda sampai kuning tua.
Pembahasan : Warna normal karena adanya urobilin dan urobilinogen.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru
tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
2. Pemeriksaan kejernihan urine
Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan urine dan menentukan apakah urin itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau menjadi keruh setelah dibiarkan.
Prinsip : Urine dimasukan dalam tabung yang bersih dan transparan lalu dilihat kejernihannya dengan mata biasa.
Alat dan bahan :
Tabun reaksi
Urine
Cara kerja :
Disiapkan tabung centrifuge yang bersih, kering dan jernih.
Diisi tabung centrifuge dengan urine sebanyak ± 12 ml.
Diamati urine di tempat yang terang, kemudian dicatat hasilnya.
Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut:
Jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh.
3.3.4.2. Kimiawi
Gambar 3.17 urinter 720 plus
Metode : Carik celup
Tujuan : Untuk mengetahui zat-zat kimia yang terkandung didalam urin, yang dipakai sebagai indikator adanya penyakit tertentu.
Prinsip :
1. Glukosa : Uji ini berdasarkan pada reaksi enzim secara berantai. Pertama, enzim glukosa oksidase menjalankan proses oksidasi dari glukosa sehingga terbentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Enzim kedua,peroksidase dengan senyawa pewarna kalium iodida. Senyawa ini akan teroksidasi membentuk warna dari biru menjadi coklat kehijauan dan dari coklat ke coklat tua.
2. Bilirubin : Uji ini didasarkan pada penggabungan antar bilirubin dengan senyawa diazotized dichloroaniline dalam suasana asam kuat. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda sampai coklat kemerah-merahan.
3. Keton : uji ini didasarkan pada reaksi asam aseto asetat dalam urin dengan senyawa nitropusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila tdak terjadi reaksi dan ungu untuk hasil positif.
4. Berat jenis : Uji ini didasarkan pada perubahan pKa dari polielektrolit tertentu dengan perlakuan tertentu terhadap konsentrasi ion. Dengan adanya indikator, warna berubah dari biru tua sampai hijau kekuningan dengan konsentrasi ion yang semakin meningkat.
5. Darah samar : Uji ini didasarkan pada reaksi 3,3'5,5'-tetramethylbenzidine dan cumene hydroperoxydase melalui aktivitas pseudoperoksidase dari hemoglobin. Warna yang dihasilkan berkisar dari kuning kehijauan hingga hijau kebiruan dan biru tua.
6. pH : Uji ini menggunakan indikator ganda ( methyle red dan bromthymil blue ) sehingga dapat mencangkup seluruh pH urin. Warna berkisar antara oranye hingga kuning kehijauan dan hijau ke biruan.
7. Protein : Uji ini didasarkan pada perubahan warna dari indikator tetra bromphenol blue bila terdapat protein dalam spesimen. Reaksi positif ditandai dengan perubahan warna dari kuning kehijau hingg biru kehjauan.
8. Urobilinogen : Uji ini didasarkan pada modifikasi dari uji reaksi Erlich dimana p-diathylaminobenzaldehide bereaksi dengan urobilinogen dari urin dalam suasan asam kuat. Perubahan warna berkisar dari coklat muda sampai merah muda.
9. Nitrit : Uji ini didasarkan pada reaksi asam para-arsanilat dengan nitirit ( nitrit berasal dari nitrat dalam makanan yang diubah oleh bakteri dalam tubuh) dalam urin untuk membentuk senyawa diazonium. Senyawa diazonium tersebut bergabung dengan senyawa 1,2,3,4-tetrahydrobenzo(h)quinolin dalam suasana asam. Warna yang dihasilkan adalah merah muda. Derajat warna merah muda yang bagaimanapun dapat diartikan sebagai reaksi positif.
10. Lekosit : Uji ini menunjukan adanya reaksi enzim granulosit esterase. Enzim esterase menghidrolisa derivatif dari naphyl ester. Naphyl yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menghasilkan warna ungu.
Alat dan bahan :
Urin pasien
Strip celup AIM URI-TESTTM
Tissue
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Sample urin dihomogenkan, lalu dimasukkan kedalam tabung centrifuge sebanyak ± 12 ml.
Strip dikeluarkandari botol kemudian botol ditutup rapat kembali.
Strip tersebut diperiksa. Perubahan warna pada daerah reagen dapat menandakan kerusakan dan strip tersebut tidak dapat lagi digunakan.
Strip reagen dicelupkan seluruhnya kedalam urin selama tidak lebih dari satu detik. Urin yang berlebihan bisa ditiriskan dengan cara menyentuhkan strip ke tissue pada bagian salah satu sisi strip.
Kemudian strip dibandingkan dengan cermat terhadap label warna pada etiket botol dalam kondisi penerangan yang baik. Waktu pembacaan yang tepat adalah 30-60 detik, atau strip diperiksa pada alat.
Nilai normal :
Glukosa = (-) negatif
Protein = (-) negatif
Bilirubin = (-) negatif
Urobilinogen = (-) negatif
pH = 5,8 – 8,0
Berat jenis = 1000-1030
Darah samar = (-) negatif
Keton = (-) negatif
Nitrit = (-) negatif
Lekosit = (-) negatif
Pembahasan :
Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin,protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
pH
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (ya;lng berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi:
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam.
Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi:
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi.
Lekosit
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Sedimen Urine
Metode : mikroskopis
Tujuan : Untuk mencari unsur – unsur yang tidak bisa diamati secara makroskopis dan juga tidak teridentifkasi melalului reaksi kimia.
Prinsip : Sejumlah urin ditampung pada tabung centrifuge. Kemudian diputar sampai didapatkan sedimen dan sedimen tersebut diamati secra mikroskopis.
Alat dan bahan :
Urine
Centrifuge
Mikroskop
Objekglass
Tabung centrifuge
Deckglass
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Membuat sedimen urin.
Sample urin dihomogenkan lalu dimasukkan kedalam tabung centrifuge sebanyak ±12ml.
Kemudian diputar menggunakan centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500rpm. Penggunaan centrifuge haruslah seimbang.
Sedimen dipisahkan dari supernata dengan cara membalikkan tabung centrifuge di limbah cair infeksius atau di wastafel dengan air yang mengalir. Sehingga didapatkan volume ± 0,5ml pada tabung centrifuge tersebut.
Membuat sediaan
Sedimen dihomogenkan. 1 tetes sedimen di teteskan pada objekglass.
Kemudiaan ditutup menggunakan deckglass sehingga didapat sediaan yang rata tanpa gelembung udara.
Pengamatan
Sediaan yang telah dibuat diletakkan pada meja benda mikroskop.
Sediaan diamati denan lensa objektif 10x(LPK) dan 40x(LPB).
Sediaan diamati secara zigzag atau dididir pada setiap lapang pandang (±12 lapang pandang).
Nilai normal :
Eritrosit = 0-1 / LPB
Leukosit = 1-3 / LPB
Silinder = Negatif (-) / LPK
Sel Epitel = Positif (+) / LPB
Kristal = Negatif (-)
Bakteri = Negatif (-)
Parasit = Negatif (-)
Pembahasan :
Eritrosit
Gambar 3.18 Eritrosit dalam urin
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah dll.
Leukosit
Gambar 3.18 Leukosit dalam urin
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi.
Sel Epitel
Gambar 3.19 Sel epitel
Epitel umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Silinder hiali
Gambar 3.20 Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
Silinder Eritrosit
Gambar 3.21 Silinder eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
Silinder Leukosit
Gambar 3.22 Silinder leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
Silinder Granula
Gambar 3.23 Silinder granula
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.
e. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Gambar 3.24 Silinder lilin
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar (lihat pengumpulan specimen urine)
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
Ragi
Gambar 3.25 Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina
Trichomonas vaginalis
Gambar 3.26 Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit.
Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
Kalsium Oksalat
Gambar 3.27 Ca oxalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
Triple Fosfat
Gambar 3.28 Triple phosphat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
Asam Urat
Gambar 3.29 Kristal asam urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
Sistin (Cystine)
Gambar 3.30 Kristal cystin
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.
Leusin dan Tirosin
Gambar 3.31 Kristal leusin dan tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).
Kristal Cholesterol
Gambar 3.32 Kristal cholesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.
Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :
Kristal dalam urin asam :
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal dalam urin alkali :
Gambar 3.33 Kristal Amonium urat
Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset.
Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :
Gambar 3.34 Kristal Sulfadiazin Gambar 3.35 Kristal Sulfonamida
1. Pemeriksaan Kehamilan
Gambar 3.36 Pregna strip
Metode : Immunokromatografi Test (ICT)
Tujuan : Untuk mendeteksi adanya hormon HCG (Human Corionic Gonadotropin) dalam urin secara kualitatif .
Prinsip : strip yang tersiri dari bantalan penyerap spesimen dan mengalir melintasi daerah membran bantalan penyerap sisa reaksi bantalan yang mengandung antibodi monoklonal mouse anti HCG yang di konjugasikan dengan zat warna colloidal gold zona test pada daerah membran di ikat dengan antibodi goat anti HCG dan zona kontrol dengan goat anti mouse IgG.
Reaksi :
Urin diserap bantalan strip (Ab Monoklonal Mouse + anti HCG)
Ab Monoklonal Mouse + anti HCG konjugasi dengan zat warna Colloidal Gold
Alat dan bahan :
Urin
Pregna Strip
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Strip di celupkan sampai batas yang ada selama 30-60 detik.
Strip diangkat dan di tiriskan.
Tunggu selama 2 menit dan lihat garis yang terbentuk pada strip.
Interpretasi Hasil :
C C C C
T T T T
Positif (+) Negatif (-) Invalid
Pembahasan :
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itula plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormone protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakan hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim.
Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormone HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari.
Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan pada ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormone ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
2. Pemeriksaan Amphetamin
Metode : Imunokromatografi Test (ICT)
Tujuan :Untuk mendeteksi adanya amphetamin dalam urin pasien.
Prinsip :Urin yang mengandung amphetamin akan mengikat antibody. Kandungan amphetamin dalam urin yang kurang dari 1800 ng/dl tidak akan mengikat antibody sehingga akan menampilkan garis berwarna merah pada garis test.
Alat dan Bahan :
ABON Amphetamin Rapid Test
Pipet Tetes
Urin
Prosedur Kerja :
Alat dan bahan disiapkan.
Rapid test amphetamin dibuka kemudian diberi identitas seperti no pasien.
Urin diteteskan ke lubang sampel sebanyak 3 tetes.
Rapid test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.
AMP C T S AMP C T S AMP C T S AMP C T SInterpretasi hasil :
AMP
C
T
S
AMP
C
T
S
AMP
C
T
S
AMP
C
T
S
Negatif (-) Positif (+) Invalid
3. Pemeriksaan Opiates ( Morphine )
Metode : Imunologikromatografi Test (ICT)
Tujuan : Untuk mendeteksi adanya morphine, opiates dan heroin dalam urin pasien.
Prinsip : Urin yang mengandung morphine akan mengikat antibodi. Kandungan morphine dalam urin yang kurang dari 300 ng/ml tidak akan mengikat antibodi. Pada test ini morphine yang kandungannya lebih dari 300 ng/ml dalam urin akan mengikat antibodi sehingga akan menampilkan garis berwarna merah pada daerah test tersebut.
Alat dan Bahan :
ACON MOR rapid test
Pipet tetes
Urin
Prosedur Kerja :
Alat dan bahan disiapkan.
ACON MOR rapid test dibuka kemudian diberi identitas seperti no pasien.
Urin diteteskan pada lubang sampel sebanyak 3 tetes.
Rapid Test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.
Interpretasi hasil :
MOR C T S MOR C T S MOR C T S MOR C T S
MOR
C
T
S
MOR
C
T
S
MOR
C
T
S
MOR
C
T
S
Negatif (-) Positif (+) Invalid
4. Pemeriksaan THC (Marijuana)
Metode : Immunokromatografi Test (ICT)
Tujuan : Untuk mengetahui adanya THC (Marijuana) dalam urine.
Prinsip : Urin yg mengandung marijuana akan mengikat antibodi. Kandungan Marijuana dalam urin yang kurang dari 50 ng/ml tidak akan mengikat antibodi pada test ini, sedangkan kandungan marijuama yang lebih dari 50 ng/ml akan berikatan dengan antibodi sehingga akan menampilkan garis berwarna merah terang pada daerah garis test tersebut.
Alat dan bahan :
Rapid test THC
Pipet tetes
Urine
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Rapid test THC dibuka dari bungkusnya, kemudian diberi identitas seperti nomor pasien.
Urine diteteskan pada lubang sampel sebanyak 3 tetes menggunakan pipet tetes.
Rapid test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.
Interpretasi hasil :
THC C T STHC C T STHC C T STHC C T S
THC
C
T
S
THC
C
T
S
THC
C
T
S
THC
C
T
S
Negatif (-) Positif (+) Invalid
Nilai Normal : Negatif (-)
Pembahasan :
Nama lain : Ganja, cannabis, gele, marijuana, hash, cimeng, kangkung, oyen, ikat, bang, labang, rumput, grass, dope, weed, hemp, Colombian, sinsemilia, barang.
Terdeteksi dalam urin tergantung pemakaian :
1 – 2 kali pakai, terdeteksi dalam urin 1 – 2 hari
Perokok : 1 – 5 hari
Perokok moderate (94 kali/minggu) s/d 5 hari.
Perokok berat : s/d 10 hari
Pengguna kronis : 14 – 18 hari
5. Pemeriksaan Feses Lengkap
Metode : Makroskopis dan Mikroskopis
Tujuan : Untuk mengetahui warna, konsistensi, lendir, darah, parasit dan unsur-unsur yang tidak terlibat secara makroskopis dalam feses.
Prinsip :
Makroskopis : Feses yang diperoleh diamati warna, konsistensi, lendir, darah dan parasit.
Mikroskopis : Bagian feses yang terlihat abnormal di ambil kemudian di campur dengan pewarna eosin dan diamati secara mikroskopis.
Alat dan Bahan :
Objek glass
Deck glass
Lidi
Feses
Pewarna eosin
Mikroskop
Prosedur Kerja :
Makroskopis
Feses di dalam wadah penampung diamati seperti warna, lendir, darah dan parasit.
Feses yang berada di dalam wadah penampung di sentuh dengan menggunakan lidi untuk mengetahui konsistensinya.
Hasil yang telah diamati dicatat.
Mikroskopis
Alat dan bahan disiapkan.
Pewarna eosin diletakkan diatas objek glass sebanyak 1 tetes.
Feses diambil dengan menggunakan lidi sesuai kebutuhan kemudian dicampur hingga merata.
Campuran feses dan pewarna eosin ditutup dengan cover glass.
Lihat unsur-unsur yang berada didalam feses dengan menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10x (LPK) dan 40x (LPB).
Pemeriksaan unsur dilakukan secara zig-zag dan hasil dicatat.
Nilai Normal :
Makroskopis
Warna : Coklat tua
Konsistensi : Agak lunak dan mempunyai bentuk
Lendir : Negatif
Darah : Negatif
Parasit : Negatif
Mikroskopis
Lekosit : 0-3 / LPB
Eritrosit : 0-1 / LPB
Epitel : Negatif
Bakteri : Negatif, apabila positif (+) hanya E.coli
Jamur : Negatif
Serat tumbuhan : Positif
Telur cacing : Negatif
Amoeba : Negatif
Pembahasan : Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidaknya unsur-unsur secara mikroskopis maupun makroskopis.
6. Pemeriksaan Darah Samar Feses/ FOB
Metode : Guajak
Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah yang tidak dapat terlihat atau terdeteksi secara makroskopis
Alat dan bahan :
Tabung darah samar
Feses
Reagen I dan II darah samar
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Pipet diputar kemudian feses dipipet sampai batas yang ditentukan.
Pipet diputar sampai sejajar dengan tanda "-" dan tekan kebawah untuk mengeluarkan feses dari pipet.
Nacl 0,9% dimasukkan sebanyak 1000 ul dengan bluetip melalui lubang yang tersedia dan homogenkan.
Reagen I dan II ditambahkan masing-masing sebanyak 500 ul dengan bluetip melalui lubang yang tersedia kemudian homogenkan.
Tunggu selama 1 menit dan lihat warna feses sesuai warna yang berada di tabung.
Interpretasi hasil :
Negatif : tidak berubah warna
+2 : berwarna hijau muda
+4 : berwarna hijau tua
3.3.5 Mikrobiologi
1. Pewarnaan Gram
Gambar 3.37 Bakteri Gram positif dan negatif
Tujuan : untuk mengetahui morfologi dan sifat bakteri
Prinsip : Gram positif :
Bakteri gram positif (+) akan mengikat zat warna primer dengan bantuan lugol tidak dapat lepas pada saat pencucian dengan alkohol 96% sehingga bakteri tampak berwarna ungu.
Gram Negatif :
Bakteri gram negatif akan melepaskan zat warna primer dengan pencucian dengan alkohol 96% dan akan mengikat zat warna sekunder sehingga bakteri tampak berwarna merah.
Alat dan bahan :
Gentian Violet
Lugol
Alkohol 96%
Safranin/fuchsin
Rak pewarnaan
Mikroskop
Objekglass
Pipet pasteur
Secret vagina
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Preparat yang sudah dibuat digenangi dengan larutan gentian violet selamat 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir.
Preparat degenangi lagi denganlarutan lugol selama 1 menit untuk menguatkan zat pewarna gentian violet, kemudian dicuci kembali dengan air mengalir.
Warna preprat dilunturkan dengan menggenangi alkohol 96% selama 30 detik sampai warna ungu terlihat pucat, lalu dibilas dengan air mengalir lagi.
Kemudian preparat digenangi dengan larutan safranin/fuchsin selama 1 menit lalu dibilas dengan air mengalir.
Preparat dikeringkan, alu diperiksa dibawah mikroskop.
Pembahasan :
Pemeriksaan dilakukan untuk membedakan kuman berdasarkan sifatnya.
Pada bakteri gram positif lapisan lipidnya bakteri gram positif tipis dan lapisan peptidoglikannya tebal sehingga bakteri akan menyerap zat warna gentian violet.
Pada bakteri gram negatif lapisan lipidnya tebal dan lapisan peptidoglikannya tipis sehinggan bakteri akan menyerap zat warna fuchsin.
2. Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Gambar 3.38 Bakteri Tahan Asam (BTA)
Metode : Zhiel-neelsen
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri tahan asam dalam sampel, seperti bakteri Mycobacterium tuberculosis
Prinsip : Bakteri tahan asam mempunyaui diding sel dengan pori-pori yang sangat rapat dan sulit ditembus oleh zat warna. Bakteri tahan asam akan menyerap zat warna carbol fuchsin. Bakteri tidak tahan asam tidak akan menyerap zat warna carbol fuchsin tetapi menyerap methylene blue.
Alat dan bahan :
Objekglass
Pensil kaca
Rak pewarna
Mikroskop
Pinset
Bunsen
Lidi
Minyak imersi
Carbol fuchsin
Spesimen Sputum
Asam alkohol 3%
Methylene blue
Prosedur :
Alat dan bahan disiapkan.
Objekglass diberi identitas pasien pada bagian ujungnya.
Spesimen diambil menggunakan lidipada bagian kental (berkeju,berdarah) dan diletakkan pada tengah objekglass.
Spesimen diratakkan menggunakan lidi dan di tunggu hingga kering lalu dilewatkan diatas api bunsen sebanyak 3x selama masing-masing 3-5detik.
Lalu sediaan diletakkan diatas rak pewarnaan dengan apusan dibagian atas.
Carbol fuchsin diteteskan sampai menutupi seluruh objekglass.
Kemudian dipanaskan diatas api bunsen hingga keluar uap selama 3-5 menit tidak sampai mendidih dan didiamkan selama 2 menit dan dicuci menggunakan air mengalir.
Asam alkohol 3% diteteskan agar warna merah fuchsin hingga, dan dibilas dengan air mengalir.
Kemudian preparat digenangi dengan methylene blue selama 20detik , dibilas dengan air mengalir dan dibiarkan kering.
Diamati dibawah lensa mersi.
Interpretasi hasil
BTA : berwarna Merah
BTTA : berwarna Biru
Hasil
Skala IUAT
3+
>10/LP
2+
1-10/LP
1+
10-99/100LP
± (ulangi)
1-9/100LP
Negatif
0/100LP
Pembahasan :
Pada pewarnaan BTA, sekali sitoplasma terwarnai, aka sel-sel organisme seperti mikrobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat. Organisme yang dapat menahan zat warna carbol fuchsin dikatakan bakteri tahan asam dan berwarna merah.Sedangkan organisme yang dapat dengan mudah zat warna primer dilunturkan maka dikatakan bakteri tidak tahan asam dan berwarna biru.
Pewarnaan ini dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis dokter penyakit Tuberculosis ( TBC ).
Pasca Analitik
Pasca Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau benar. Tahap pasca analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau dilacak. Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap prasca analitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri, suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan.
Pencatatan Hasil
Hasil pemeriksaan dicatat di masing-masing lembar kerja dengan warna yang berbeda. Macam-macam warna lembar laporan harian
Hematologi : Merah
Kimia Urin : Hijau
Kimia Feses : Hijau
Kimia Darah : Kuning
Imunoserologi : Merah
Hasil yang keluar dicatat pada lembar laporan harian dan di cek kembali, jika hasil abnormal petugas laboratorium akan melakukan pemeriksaan ulang (duplo). Setelah diperiksa hasil dicacat dan diserahkan kebagian imput data untuk diketik pada dan diprint.
Pelaporan
Gambar 3.38 Ruang input data
Hasil yang telah diserahkan ke bagian input akan diketik dan dprint out kemudian diserahkan ke koordinator laboratorium untuk diperiksa apakah hasil siap untuk dikeluarkan atau harus dikonsultasikan kepada dokter patologi klinik selaku penanggung jawab laboratorium. Setelah itu diberi paraf dan stample laboratorium sebagai tanda bahwa hasil siap untuk diserahkan.
Pasien rawat jalan yang hendak mengambil hasil pemeriksaan laboratorium harus menunjukan nota pengambilan yang telah diberi No. Urut laboratorium. Untuk pasien rawat inap, hasil pemeriksaan yang telah diparaf dan di stampel serahkan atau akan diambil oleh perawat.
Penerapan K3 di Laboratorium
Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) dan alat bantu digunakan pada laboratorium untuk menghindari/ meminimalisasi tertularnya suatu penyakit :
Memakai Jas lab
Memakai sarung tangan
Memakai Masker
Memakai sepatu yang tertutup
Memipet dengan alat bantu (bulp)
Membuat preparat BTA dengan menggunakan alat bantu pinset untuk memegang preparat yang telah dibuat
Tidak makan dan minum saat bekerja
Tidak tidur saat bekerja
Memakai pipet pasteur yang disposible
Membuang sampah infeksius pada tempat sampah yang telah ditentukan
Pengolahan Limbah
Rumah sakit harum sisma medika membagi pengolahan limbah sebagai berikut :
Menyediakan tempah sampah yang terbuat dari bahan plastik dan dilapisi dengan kantong plastik berwarna sesuai dengan jenis limbah masing-masing
Kantong plastik berwarna kuning digunakan untuk limbah infeksius seperti jarum suntik, lanset, sarung tangan, masker dan benda tajam lainnya
Kantong plastik berwarna hitam digunakan untuk limbah non infeksius seperti kertas, sisa makanan, plastik, alat tulis dan lain-lain
Pengolahan limbah padat
Limbah padat infeksius
Limbah padat infeksius ditampung pada tempat sampah plastik yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning setelah itu diangkut dan ditampung ditempat sampah sementara untuk dipisahkan dengan limbah non infeksius kemudian limbah padat infeksius di incenerator di tempat tertentu. Limbah ini setiap hari diangkat minimal 3 kali sehari oleh petugas kebersihan RS. Harum sisma medika
Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius ditampung pada tempat sampah plastik yang dilapisi dengan kantong plastik berwarna hitam setelah itu diangkat dan ditampung ditempat sampah sementara untuk dipisahkan dengan limbah infeksius. Limbah ini diangkat minimal 3 hari sekali oleh petugas kebersihan RS. Harum sisma medika
Limbah kimia
Limbah kimia yang berasal dari sisa regaen pemeriksaaan kemudian dibuang ke wastafel khusus yang berhubungan langsung dengan instalasi pengolahan limbah
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari kegiatan praktek kerja industri (prakerin) di laboratorium klinik Rumah Sakit Harum Sisma Medika yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2013 sampai 13 Desember 2013. Dapat disimpulkan bahwa fasilitas, sarana dan pelayanan di laboratorium sudah memenuhi syarat sebagai laboratorium rumah sakit. Untuk pengambil sampel darah baik pasien rawat jalan maupun rawat inap semua masih dilakukan oleh petugas analis di laboratorium. Hanya saja, masih ada beberapa pemeriksaan yang dikirim keluar (rujukan).
Saran
Saran untuk laboratorium Rumah Sakit Harum Sisma Medika :
Dapat meningkatkan mutu dan kinerja kerja untuk menjadi semakin baik
Menambahkan suatu pemeriksaan yang belum ada (dikirim keluar) di laboratorium RS. Harum Sisma Medika agar menambah kelengkapan pemeriksaan tanpa harus dikirim ke rumah sakit lain dan apabila ada yang melaksanakan prakerin di laboratorium RS. Harum Sisma Medika dapat mengerjakan pemeriksaan tersebut
Lampiran 1
Gambar-gambar alat
Centrifuge
Rak mikropipet, yelowtip dan bluetip
Oven
Rotator
Waterbath
Lampiran 2
Gambar-gambar ruangan
Ruang pengambilan sampel
Ruang pencatatan hasil
Ruang analisis kimia darah
Wastafel tempat cuci tangan
Wastafel tempat pembuangan limbah cair dan kimia
BIODATA SISWA
Nama : Indah Dwi Oktaviani
NIS : 111210025
Kelas : XII CD
No. Hp : 089647292499
Nama : Meliany Nurlita
NIS : 111210030
Kelas : XII CD
No. Hp : 083872663782
Nama : Risma Marta Hatmanti
NIS : 111210040
Kelas : XII AB
No. Hp : 089635595554
Nama : Tinitah Muslim Gifari Sekar Utami
NIS : 111210046
Kelas : XII AB
No. Hp : 089630899716