Laporan Praktikum Perpetaan Perpetaan BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Ilmu Ukur Tanah dipelajari tentang cara-cara pengukuran di atas permukaan bumi yang tidak teratur (pemetaan, penentuan posisi relative, dan lain-lain). Pada daerah yang relative sempit, unsur kelengkungan permukaan dapat diabaikan. Adapun penyajian gambar dapat berupa : 1. Peta dengan menampilkan skala tertentu. 2. Penampang melintang dengan menambahkan skala horizontal dan skala vertikal. 3. Penyajian ketinggian suatu tempat dengan garis kontur. Untuk penggambaran data permukaan bumi, diperlukan adanya suatu bidang referensi (vertikal), biasanya digunakan untuk menggambarkan muka air laut rata-rata (mean sea level) dan juga bidang referensi horizontal. Dalam penggambaran peta ada dua system koordinat yang harus dicantumkan yaitu system koordinat geografis (sudut lintang dan bujur) dan system koordinat kartesian. Dalam penggunaan alat, sangat diperlukan pemahaman dalam penggunaan alat (waterpass dan theodolite). Kesabaran, kecakapan, kecermatan, dan ketelitian dalam menggunakan alat ukur juga sangat diperlukan untuk membuat gambaran keadaan di lapangan sehingga diperoleh data secara cepat dan tepat. Proses pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pengukuran lokal yang diperuntukan pada perencanaan teknis. Hasil dari pengukuran langsung diplot pada peta skala yang besarnya sudah tersedia dan dapat digunakan sebagai peta perencanaan atau gambar rencana. Semua pengukuran dikerjakan berdasarkan pada peta hasil pengukuran detail. Dengan kontrol yang telah ada dan hasil pengukuran yang pada umumnya peta skala besar semuanya tergantung pada pengukuran yang dilakukan sebelumnya. Pada lmu Ukur Tanah, pekerjaan pengukuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran geodesi dan pengukuran tanah datar. Pekerjaan ini berdasarkan atas luas serta bentuk daerah yang diukur.
1
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Perpetaan 1.2. Maksud dan Tujuan 1.
Maksud
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini bermaksud agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang Ilmu Ukur Tanah, cara-cara pengukurannya dan aplikasinya terutama yang berkaitan pekerjaan teknik sipil. Selain itu kegiatan pengukuran secara langsung di lapangan ini juga dimaksudkan untuk memperoleh data tanah yang lengkap di daerah tempat pengukuran.
2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami secara detail tentang kegiatan pengukuran. 2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami alat-alat pengukuran tanah (waterpass dan theodolite), serta cara-cara penggunaannya. 3. Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat dari kegiatan perkuliahan Ilmu Ukur Tanah. 4. Mahasiswa dapat merencanakan suatu sketsa pengukuran.
1.3. Ruang Lingkup Praktikum
Dalam penyusunan laporan ini, secara garis besar memuat tentang pokok-pokok yang akan dibahas selanjutnya, yaitu: 1. Praktek penggunaan Waterpass 2. Pengukuran beda tinggi 3. Perhitungan penampang melintang dan penampang memanjang 4. Praktek penggunaan Theodolit 5. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal pada Theodolit 6. Perhitungan polygon 7. Penggambaran (plotting, kontur dan editting)
2
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Perpetaan 1.2. Maksud dan Tujuan 1.
Maksud
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini bermaksud agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang Ilmu Ukur Tanah, cara-cara pengukurannya dan aplikasinya terutama yang berkaitan pekerjaan teknik sipil. Selain itu kegiatan pengukuran secara langsung di lapangan ini juga dimaksudkan untuk memperoleh data tanah yang lengkap di daerah tempat pengukuran.
2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami secara detail tentang kegiatan pengukuran. 2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami alat-alat pengukuran tanah (waterpass dan theodolite), serta cara-cara penggunaannya. 3. Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat dari kegiatan perkuliahan Ilmu Ukur Tanah. 4. Mahasiswa dapat merencanakan suatu sketsa pengukuran.
1.3. Ruang Lingkup Praktikum
Dalam penyusunan laporan ini, secara garis besar memuat tentang pokok-pokok yang akan dibahas selanjutnya, yaitu: 1. Praktek penggunaan Waterpass 2. Pengukuran beda tinggi 3. Perhitungan penampang melintang dan penampang memanjang 4. Praktek penggunaan Theodolit 5. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal pada Theodolit 6. Perhitungan polygon 7. Penggambaran (plotting, kontur dan editting)
2
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Perpetaan 1.4. Metode Penelitian Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Laporan ini disusun dalam bentuk penyajian data-data yang diperoleh secara langsung dari pengukuran dan gambar di lapangan dari hasil praktikum sehingga dapat mempermudah teori yang sudah ada. Perhitungan pada praktikum ini menggunakan polygon tertutup. Laporan Pratikum Ilmu Ukur Tanah ini disusun dalam VI Bab. Adapun garis besar sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup praktikum, metode penelitian dan lokasi praktikum. BAB II : ILMU UKUR TANAH
Berisi tentang pengolongan pekerjaan pengukuran bedasarkan keperluan/ tujuan, pengukuran topografi ( Topographic Survey), pengukuran kadaster ( Cadastral Survey), pengukuran teknik sipil ( Construction Survey), fotogrametri, pengukuran hidrografi Hydrographic Survey). ( Hydrographic
BAB III : PENGUKURAN WATERPASS
Berisi uraian mengenai pengukuran waterpass, dasar teori, prinsip kerja waterpass, rambu ukur ( Levelling Rod), pengukuran beda tinggi, peralatan yang digunakan, metode pelaksanaan profil memanjang, metode pelaksanaan profil melintang, BAB IV : PENGUKURAN POLIGON
Berisi tentang dasar-dasar teori yang mendukung untuk digunakan dalam menyelesaian pengukuran poligon, dasar teori, perlatan, penyelesaian, metode pelaksanaan poligon dan perhitungan poligon. BAB V : PENGUKURAN SITUASI
Berisi tentang uraian pengukuran situasi, dasar teori, peralatan yang digunakan, metode pelaksanaan praktikum, perhitungan dan penggambaran peta situasi. BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran. 3
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Perpetaan 1.5. Lokasi Praktikum
Lokasi Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini berada di sekitar Gedung Jurusan Teknik Elektro UNDIP Tembalang. Jarak dari patok pertama sampai patok terakhir adalah 377 meter.
Gambar 1.1 Google Earth
4
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
BAB II ILMU UKUR TANAH Bentuk dari muka bumi adalah elipsoida putar, yaitu bentuk elips yang diputar pada sumbu pendeknya. Karena penggambaran peta menggunakan sistem koordinat, maka pengerjaan pengukuran yang dapat dilakukan adalah dengan sistem ukur tanah datar ( surveying). Pada sistem ukur tanah datar ( surveying) daerah cakupan kecil sehingga permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar. Bila daerah cakupan lebih luas, maka permukaan bumi harus diperhitungkan sebagai elipsoida putar yang memerlukan perhitungan yang lebih sulit. Praktikum IImu Ukur Tanah berkaitan dengan disiplin teknik sipil sering disebut sebagai pengukuran teknik sipil ( construction survey). Pengukuran ini dimaksudkan untuk memperoleh data tanah yang lengkap sehubungan dengan perencanaan suatu proyek bangunan seperti gedung bangunan, perumahan, jalan raya, bendungan, jembatan dan macam-macam bangunan sipil lainnya. Berdasarkan keperluan/tujuan dari pekerjaan pengukuran, maka dapat digolongkan menjadi :
1.
Pengukuran Topografi (Topographic Survey)
Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh gambaran dari permukaan tanah yang diukur, yaitu keadaan medan (tinggi-rendahnya) serta semua benda-benda atau bangunanbangunan yang ada di sekitarnya.
2.
Pengukuran Kadaster (Cadastral Survey)
Pengukuran yang berhubungan dengan pemilikan tanah, hak tanah dan batas tanah.
3.
Pengukuran Teknik Sipil (Construction Survey)
Pengukuran yang berhubungan dengan pembangunan gedung, jalan raya, dan lainnya.
5
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
4.
Fotogrametri
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan foto udara.
5.
Pengukuran Hidrografi ( Hydrographic Survey)
Pengukuran untuk mendapatkan bentuk dari permukaan dasar laut, dasar danau, dasar sungai dan bentuk dasar perairan-perairan lainnya.
6
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
BAB III PENGUKURAN WATERPASS
3.1. Dasar Teori
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih dan elevasi titik-titik kontrol vertikal dengan alat ukur waterpas. Tujuannya untuk memperbanyak titik kontrol vertikal pada suatu lokasi proyek yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain: untuk pemetaan, perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran air, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan pada elevasi tanah yang ada, perhitungan ruangan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada dan pengukuran penampang memanjang dan melintang dalam berbagai pekerjaan teknik sipil lainnya. Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan empat metode yaitu: 1. Metode Barometris Pengukuran beda tinggi dengan melakukan pengukuran tekanan udara antara satu titik dengan titik yang lain kemudian dengan perbedaan tekanan udara tersebut dapat ditentukan beda ketinggiannya. 2. Metode Trigonometris Pengukuran beda tinggi dengan mengukur jarak horizontal dan sudut vertikal. 3. Metode Pengukuran dengan Sifat Datar Pengukuran ini digunakan untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh, dalam pengukuran ini digunakan alat yang disebut dengan waterpass 4. Pengukuran Tinggi Secara langsung Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur ketinggian suatu tempat secara langsung di lokasi/tempat yang hendak kita ketahui ketinggiannya.
3.2. Prinsip Kerja Waterpass
Prinsip kerja alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung yang berisi cairan dengan gelembung udara di dalamnya berada di tengah.
7
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Gambar 3.1. Alat Ukur Waterpass Selain itu kelebihan dari alat ukur waterpass adalah alat ukur ini dilengkapi dengan lensa optik yang berfungsi memperbesar bayangan sehingga dapat membaca rambu ukur sampai jarak ± 75 m. Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu prosedur pengukuran waterpass, antara lain: 1. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari (jam ±07.00-10.00) atau pada sore hari (jam ±14.00-17.00). 2. Alat ukur diletakkan pada permukaan tanah yang stabil. 3. Rambu ukur didirikan di atas patok. 4. Selama pengukuran alat ukur dilindungi payung. 5. Jarak alat ukur ke rambu ukur maksimum 50 m. Selain prosedur pengukuran, dalam penggunaan alat waterpas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Untuk memeriksa alat tersebut diperlukan penyelidikan terhadap selisih tinggi antara dua titik.
h
2L
Gambar 3.2 Pengukuran Beda Tinggi 8
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Keterangan
:
Pa = Pembacaan baak ukur A 2L = Jarak A - B Pb = Pembacaan baak ukur B h = Beda tinggi (Pa - Pb)
Pertama-tama peralatan ditempatkan di tengah-tengah antara A dan B. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka akan terbentuk sudut antara garis visir (garis arah nivo) dengan garis horisontal, walaupun nivo sudah seimbang. Kemudian peralatan dipindahkan ke BQ = X, karena adanya kesalahan sudut tadi, maka pada pembacaan baak ukur A dibaca Qa, dan pada baak ukur B dibaca Qb, maka besarnya penyimpangan ( C ) adalah : C = 2L + (Qa – Qb – h) Pada teropong tanpa sekrup helling, maka koreksi dilakukan dengan koreksi benang silang vertikal, sedangkan nivo tetap seimbang. Pada teropong dengan sekrup helling ada kemungkinan yaitu koreksi pada garis visir atau koreksi pada nivo. Bila
dikerjakan koreksi pada garis visir, maka pekerjaan dilakukan seperti teropong tanpa sekrup helling sampai pembacaan selanjutnya, dilanjutkan dengan koreksi pada nivo. 2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I Pada alat tanpa sekrup helling pengaturannya seperti mengatur sumbu I pada teodolit, yaitu dengan tiga sekrup pengatur. Setelah penyimpangan nivo diperbaiki dengan sekrup koreksi maka syarat dapat dipenuhi. Bila tidak ada sekrup helling maka syarat di atas tidak perlu. 3. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I Diperiksa dengan mengarahkan ke suatu titik pada tembok, ujung kiri benang silang dibuat berhimpitan dengan titik ini. Jika benang datar ini tegak lurus sumbu I, maka benang akan selalu berhimpitan dengan titik tersebut, jika teropong diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Jika tidak demikian,maka diafragma dengan benang silang 9
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan diputar sedikit dengan tangan, sesudah itu sekrup kecil yang terletak pada sisi diafragma dilepas sedikit Diagram Alir Waterpass
Mulai
Menentukan daerah/lokasi
Mengukur Jarak untuk menentukan patok
Memasang patok
Membuat sketsa lokasi atau poligon
Menyiapkan alat pengukuran berupa Waterpass,Statif,Bak Ukur,Meteran
Alat ukur diletakkan antara patok A dan B
Memasang Statif dan Waterpass di tempat yang stabil
Mengatur NIVO
Mengukur patok A dengan mengarahkan Waterpass ke arah bak ukur
10
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Melihat Benang Tengah,Benang Atas,Benang Bawah
Mengukur patok B dengan mengarahkan Waterpass ke arah bak ukur
Melihat Benang Tengah,Benang Atas,dan Benang Bawah
Mengukur profil melintang dari setiap patok,dengan meletakkakn waterpass dua meter dari patok
Kemudian catat semua data yang didapat dari praktikum
Lakukan kegiatan diatas terus menerus sampai balik lagi ke patok awal
Selesai Gambar 3.5. Diagram Alir Alat Waterpass
11
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 3.3. Rambu Ukur ( Levelling Rod )
Dalam setiap penggunaan alat ukur waterpass harus selalu disertai dengan rambu atau bak ukur. Rambu ukur ini terbuat dari bahan kayu atau alumunium yang panjangnya 3-5 m. Yang utama dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya yang harus betul-betul teliti untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik. Disamping itu pemegangannya harus tegak.
3.4. Pengukuran Beda Tinggi
Bila alat memenuhi syarat seperti yang telah dijelaskan di atas, maka alat diletakkan di titik P sehingga PA = PB. Pembacaan benang tengah ke A = b dan pembacaan benang tengah ke B = m. Maka beda tinggi antara titik A dan B adalah: h=b-m Keterangan : h
: Beda Tinggi
b
: Benang Atas Belakang
m
: Benang Atas Muka
h
Gambar 3.3 Pengukuran Beda Tinggi Keterangan : P : Alat Waterpass A : Patok A B : Patok B
12
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Cara meletakkan pesawat seperti di atas adalah untuk menghindari adanya kesalahan dari kedudukan tidak sejajarnya sumbu teropong dengan garis arah nivo. Bila kedudukannya tidak betul, maka sumbu teropong akan membentuk sudut dengan garis datar, walaupun gelembung nivo sudah kita setel di tengah-tengah.
3.5. Peralatan yang Digunakan
1. Waterpass Untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh.
Gambar 3.4 Gambar waterpass
2. Statip / tripot Alat yang digunakan untuk memasang pendirian alat ukur waterpass.
Gambar 3.5 Gambar statif
13
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 3. Bak ukur / rambu ukur Alat yang terbuat dari kayu atau alumunium, dengan panjang tertentu dan dilengkapi angka untuk pembacaan beda tinggi.
Gambar 3.6 Gambar bak ukur
4. Meteran Untuk mengukur jarak antar patok
Gambar 3.7 Gambar meteran
5. Payung Untuk melindungi nivo alat waterpass dari matahari.
Gambar 3.8 Gambar payung
14
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 6. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengukuran dilapangan (calculator membantu proses perhitungan).
Gambar 3.9 Gambar alat tulis
3.6. Metode Pelaksanaan Profil Memanjang
Pada pengukuran beda tinggi menggunakan Waterpass, metode pelaksanaan Waterpass memanjang adalah sebagai berikut: 1. Memasang patok pertama di tempat yang telah ditentukan dan diikuti dengan pemasangan patok berikutnya hingga pada patok terakhir kembali ke patok awal (polygon tertutup). Jarak antar patok 30 – 60 meter. 2. Setelah semua patok selesai dipasang, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan Waterpass di antara dua patok secara berurutan. Pemasangan Waterpass diusahakan berada pada tengah-tengah kedua patok yang akan diukur, sehingga diperoleh jarak muka = jarak belakang. 3. Setelah Waterpass dipasang, dilanjutkan dengan pengaturan nivo pada Waterpass agar tepat di tengah-tengah tempat nivo, sehingga posisi Waterpass bisa benar-benar sejajar dengan bidang horizontal. 4. Memulai pengukuran dengan Waterpass dimulai dari titik awal ketitik akhir (arah pergi). 5. Bidik Waterpass kearah baak ukur belakang, kemudian baca BA, BT, BB. lakukan pengecekan dengan menggunakan rumus: 2 BT = BA + BB
15
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Keterangan : BT
: Benang Tengah
BA
: Benang Atas
BB
: Benang Bawah
Apabila tidak sama, maka batas toleransi adalah 2 mm 6. Setelah mengukur baak ukur belakang dilanjutkan dengan mengukur baak ukur muka, lakukan sesuai dengan langkah nomor 5. 7. Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik berikutnya. ulangi pekerjaan ini sampai ke titik awal lagi. 8. Tahap selanjutnya mengukur kearah berlawanan yaitu dari titik akhir ke titik awal (arah pulang). 9. Setelah pengukuran Waterpass polygon tertutup selesai dalam arah pulang pergi, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan melakukan koreksi dan perhitungan jarak dari Waterpass ke baak ukur dengan menggunakan rumus: D = 100 x (BA – BB) keterangan : D = jarak BA = bacaan benang atas BB = Bacaan benang bawah
Gambar 3.10. Pengukuran Waterpass Memanjang
16
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Diagram Alir Pelaksanaan Profil Memanjang
Mulai
Menentukan daerah/lokasi
Memasang patok dengan jarak antar patok 20 – 40 meter
Pemasangan Waterpass di antara dua patok secara berurutan
Pengaturan nivo pada Waterpass agar tepat di tengah-tengah tempat nivo,
Memulai pengukuran dengan Waterpass dimulai dari titik awal ketitik akhir (arah pergi)
Bidik Waterpass kearah bak ukur belakang, kemudian baca BA, BT, BB
Setelah mengukur bak ukur belakang dilanjutkan dengan mengukur bak ukur muka
Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik berikutnya. ulangi pekerjaan ini sampai ke titik awal lagi
17
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Tahap selanjutnya mengukur kearah berlawanan yaitu dari titik akhir ke titik awal (arah pulang
Setelah pengukuran Waterpass polygon tertutup selesai dalam arah pulang pergi, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan melakukan koreksi dan perhitungan jarak dari Waterpass ke bak ukur
Mengukur patok B dengan mengarahkan Waterpass ke arah bak ukur
Selesai
Gambar 3.13.Diagram Alir Pelaksanaan Profil Memanjang
3.7. Metode Pelaksanaan Profil Melintang
Langkah pengukuran sebagai berikut: 1. Untuk pelaksanaan praktikum, setiap kelompok harus mengukur penampang melintang sebanyak 6 patok. 2. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan cara mendirikan alat di atas patok atau di luar patok. 3. Langkah selanjutnya perhitungan alat di atas titik atau alat di luar titik. 4. Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 100. 5. Kemudian penggambaran penampang melintang dibuat dengan skala 1 : 100 (vertikal dan horizontal).
18
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Diagram Alir Pelaksanaan Profil Melintang Mulai
Dirikan alat di atas patok atau di luar patok.
Langkah selanjutnya perhitungan alat di atas titik atau alat di luar titik.Dengan menembak arah melintang dari patok.
Catat data yang berupa Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah
Lakukan kegiatan diatas pada setiap Patok.
Penggambaran penampang melintang dibuat dengan skala 1 : 100 (vertikal dan horizontal).
Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang dibuat dengan skala horizontal 1 : 300 dan skala vertikal 1 : 100.
Selesai
Gambar 3.14. Diagram Alir Pelaksanaan Profil Melintang
19
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 3.8 Perhitungan Waterpass 3.8.1 Waterpass Profil Memanjang
1. Pergi Dimisalkan P1
P2
BB (belakang) = 0,920 m
BB (muka) = 2,900 m
BT (belakang) = 1,000 m
BT (muka) = 2,920 m
BA (belakang) = 1,080 m
BA (muka) = 2,940 m
BA + BB
= 2,000 m
BA + BB
jarak (D)
= 100 x (BA - BB)
= 5,840 m
= 100 x (1,080 m – 0,920 m) + 100 x (2,940 m – 2,900 m) = 20 meter Beda tinggi
= BT (belakang) - BT (muka) = 1,000 m – 2,920 m = -1,920 meter
2. Pulang P2
P1
BB (belakang) = 2,860 m
BB (muka) = 0,900 m
BT (belakang) = 2,920 m
BT (muka) = 0,960 m
BA (belakang) = 2,980 m
BA (muka) = 1,020 m
BA + BB
= 5,840 m
BA + BB
jarak (D)
= 100 x (BA - BB)
= 1,920 m
= 100 x (2,980 m – 2,860 m) + 100 x (1,020 m – 0,900 m) = 24 meter Beda tinggi
= BT (belakang) - BT (muka) = 2,920 m – 0,960 m = +1,96 meter
20
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan ‘,’ Beda tinggi rata-rata =
= -1,940 meter
Koreksi = =
x -1
x -1
= 0,057
Definit = beda tinggi rata-rata + koreksi = -1,940 +0,057 = 0,137 m
Tinggi titik P1 = 65.000 Tinggi titik P2 = 65.00 -0,317 = 64,863 m
Perhitungan dilanjutkan sampai pada titik terakhir. Kemudian untuk tinggi dihitung antar patok, yang harganya negatif ditulis negatif, demikian juga yang positif. Untuk pengukuran waterpass tertutup (poligon), harga beda tinggi semua patok dijumlahkan, jika hasilnya nol berarti perhitungannya benar, jika tidak, harus dikoreksi sedemikian sehingga hasilnya sama dengan nol.
21
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 3.8.2 Waterpass Profil Melintang
Dimisalkan profil pada P1 : 1. P1
:
BA = 1,080 BB = 0,970 BT = 1,000
Garis visir (V) = t + BT, dimana t = tinggi permukaan air tanah terhadap air laut Garis visir diambil dari titik P1 = e V = t + BT e = 65,00 + 1,000 = 66,000 Jadi, elevasi P1 adalah 65,000 m
2. Titik A :
BA = 1,750 BB = 1,680 BT = 1,690
Kemudian titik tinggi A = V-BT A = 66,000 – 1,690 = 64,310 Jadi elevasi titik A adalah 64,310 m
3. Titik B :
BA = 1,430 BB = 1,390 BT = 1,400
Kemudian titik tinggi A = V-BT A = 66,000 – 1,400 = 64,60 Jadi elevasi titik A adalah 64,60 m
4. Titik C :
BA = 1,100 BB = 0,980 22
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan BT = 1,050 Kemudian titik tinggi A = V-BT A = 66,000 – 1,050 = 64,95 Jadi elevasi titik A adalah 64,95 m
5. Titik D :
BA = 1,280 BB = 1,180 BT = 1,250
Kemudian titik tinggi A = V-BT A = 66,000 – 1,250 = 64,75 Jadi elevasi titik A adalah 64,75 m
Titik titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sama. Misalnya profil P2, untuk visir memakai BT P2 dan seterusnya
23
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan BAB IV THEODOLIT
5.1 Pengenalan Theodolit Theodolit merupakan suatu alat ukur yang mempunyai banyak kegunaan, diantaranya : 1. Sebagai alat untuk mengukur sudut 2. Sebagai alat untuk mengukur arah 3. Sebagai alat untuk mengukur jarak antar dua titik 4. Sebagai alat untuk mengukur beda tinggi, dan data-data yang dapat digunakan untuk menggambar situasi Sudut yang diukur adalah sudut vertikal dan sudut horizontal, theodolit jugadigunakan untuk mengukur jarak secara optis maupun secara langsung dengan alat tertentu. Pada umumnya theodolit digolongkan menurut cara pemakaiannya, kegunaan dan ketelitiannya. Macam-macam theodolit berdasarkan cara pemakaiannya antara lain : 1. Theodolit Vermer 2. Theodolit Skala Optis 3. Theodolit EDM 4. Theodolit Total Station Adapun peralatan lain sebagai pendukung kegiatan pengukuran dilapangan adalah : 1. Statif Berfungsi sebagai penopang/meja theodolit 2. Landasan Theodolit Digunakan sebagai dasar yang datar yang disekrupkan pada statif dengan menunjang kaki-kaki skrup penegak 3. Tribach Alat ukur yang berfungsi sebagai penunjang seluruh bagian yang lain, terutama bagian yang berlekuk, kedudukan yang berbentuk sebagaimana bagian alat ukur yang lain yang ditumpangkan di atasnya. Jika alat ini digunakan posisinya harus benar-benar mendatar 24
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 4. Pengaturan Penegak Untuk memungkinkan tribach dapat berdiri tegak maka skrup penegak dipasangkan di antara tribach dengan landasan theodolit. Skrup ini berfungsi untuk mengatur gelembung nivo yang terletak pada piringan penutup, o
kepekaan nivo tabung ini ±2mm – 40 sudut. 5. Lingkaran Mendatar/Piringan Bawah Piringan bawah terletak di atas tribach yang dapat diputar dan dihentikan dalam posisi yang diatur oleh sebuah pengunci piringan bawah yang dibantu dengan skrup posisi penggerak halus/skrup tangensial 6. Piringan Penutup pada Lingkaran Mendatar/ Piringan Atas Prinsip kerja piringan atas sama dengan prinsip kerja piringan bawah. Hanya mempunyai ciri tertentu, yaitu pada piringan atas terdapat skrup pengunci beserta skrup penggerak halus. 7. Skrup Pengunci Piringan Atas dan Bawah Skrup pengukuran sudut horizontal dan skrup pengunci piringan merupakan inti dalam melakukan pengukuran sudut sehingga seorang surveyer harus benar-benar paham mengenai cara pemakaian alat. 8. Kerangka atau Standar Terpasang secara langsung pada piringan tertutup yang merupakan kerangka memanjang. Dalam kedudukan teropong miring ke atas, kerangka mempunyai bentuk khusus dalam huruf A atau segitiga sama sisi. 9. Sumbu Penglihatan atau Sumbu Trunion Sumbu pengalihan harus tertumpu pada badan kedudukan dan dikokohkan kedudukannya pada sumbu pengalihan. Ketiganya bebas berputar dalam bidang tegak dan dapat dikunci dalam kedudukan apapun dalam bidang tersebut oleh suatu pengunci yang dikenal dengan nama pengunci teropong. 10. Nivo Tabung Tinggi Sudut yang diukur dalam suatu bidang tegak harus diukur nisbi (relatif) terhadap suatu garis yang benar-benar mendatar. Nivo tabung dari nivo piringan mempunyai kepekaan 2 mm sampai 25 detik. 11. Gerakan pengguntingan 25
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Theodolit harus diletakkan tepat diatas titik, sehingga theodolit dilengkapi dengan suatu gerakan pengguntingan yang umumna diletakkan di atas tribach. Karena keseluruhan gerakannya hanya 20 mm dan alat ukur ini harus ditempatkan dengan sangat teliti diatas titik sebelum gerakan pengguntingan dipakai.
5.2 Cara Kerja Theodolit Sebelum digunakan terlebih dahulu alat yang akan digunakan yaitu theodolit diperiksa kelengkapan dan kesiapannya untuk digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penggunaan theodolit : 1. Pengaturan Sumbu Vertikal Dalam pengukuran harus diperhatikan bahwa sumbu I (vertical) harus benarbenar tegak, jika sumbu I miring maka semua hasil pengukuran salah, baik pengukuran terhadap sumbu vertical maupun sudut horizontal. 2. Pengaturan Nivo a. Mengatur nivo kontak b. Mengatur nivo tabung 3. Pengaturan sudut horizontal Pengukuran sudut antara dua titik tolak dapat dilakukan dengan cara langsung dengan menggunakan teropong pada titik. Tetapi dengan mencari selisih pembacaan sudut horizontal antara dua titik akan didapat sudut secara kasar, agar lebih teliti hal ini dilakukan berulang-ulang dengan posisi teropong biasa dan luar biasa Setelah semua peralatan diperiksa kelengkapannya, maka kegiatan pengukuran dapat dilaksanakan. Adapun langkah kerja pengukuran tersebut adalah : 1. Tentukan titik poligon 2. Dirikan alat ukur theodolit diatas patok dan pastikan nivo berada ditengah 3. Menempatkan unting-unting diatas patok 4. Mengkoreksi theodolit dengan tiga sekrup 5. Melihat melalui lubang pada sisi theodolit, paku harus berimpit dengan tanda + pada alat, pengamatan siap dimulai. 26
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
BAB V PENGUKURAN POLIGON
5.1.Dasar Teori
Dalam pembuatan poligon, peralatan yang dipakai adalah theodolit jalan, rambu ukur, unting-unting, pita ukur, patok dan alat tulis. Poligon adalah suatu cara menghubungkan titiktitik dengan mengukur sudut dan jarak antara titik-titik. Pengukuran poligon dimaksudkan sebagai metode penentuan titik kontrol horisontal (x,y) berupa segi banyak yang nantinya berfungsi sebagai kerangka peta. Dalam ketinggian belum dipakai dalam hal ini. Poligon ada beberapa jenis yaitu : A. Menurut bentuk poligon 1. Poligon terbuka Poligon yang titik awal dan akhirnya tidak bertemu di satu titik.
A
αA1
(X,Y)
2 d12
1
B d23
d3B
3
Gambar 5.1 Polygon Terbuka
2. Poligon tertutup Poligon yang titik awal dan akhirnya bertemu di satu titik. U
2 α12
1(X1,Y1)
5
3
4
Gambar 5.2 Poligon Tertutup
27
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan B. Menurut titik ikat 1. Poligon terbuka terikat sempurna Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat pada titik-titik tertentu. U A (x,y) awal
B (x,y) akhir
α awal
α akhir
Gambar 5.3 Poligon terbuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat azimuth Poligon terbuka yang hanya salah satu ujungnya terikat pada titik yang telah di ketahui koordinatnya. U A (x,y) awal α awal
α akhir
Gambar 5.4 polygon terbuka terikat azimuth
3. Poligon terikat koordinat Poligon yang pada titik-titiknya sama sekali tidak terikat pada titik yang telah di ketahui pada koordinatnya. U A (x,y) awal α awal
B (x,y) akhir Gambar 5.5 Poligon terikat koordinat
C. Segi penyelasaian / peralatan Ditinjau dari segi penyelesaian poligon dapat dibedakan menjadi : 1. Poligon yang diselesaikan dengan cara numeris. 2. Poligon yang diselesaikan dengan cara grafis. 28
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 5.2.Peralatan
Alat ukur yang dipergunakan dalam pengukuran poligon : 1. Theodolit.
Gambar 5.6 Gambar Theodolit 2. Theodolit Bousole.
Gambar 5.7 Gambar Theodolit Bousole. 3. Bousole tramebe mautegne.
Gambar 5.8 Gambar Bousole tramebe mautegne.
29
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 4. Plane table.
Gambar 5.9 Gambar Plane Table
5.3.Penyelesaian
Ditinjau dari segi penyelesaiannya poligon dapat dibedakan menjadi: 1. Poligon yang dapat diselesaikan secara numeris. 2. Poligon yang dapat diselesaikan dengan cara grafis. Penentuan sudut poligon pada alat theodolite dilakukan dengan mendirikan pesawat tersebut di titik P 1, diarahkan ke P 0 kemudian dibaca piringan horizontalnya. Selanjutnya alat diputar pada sumbu horizontalnya dan diarahkan ke titik P 2. Misal pembacaan piringan horizontal pada titik P 0 adalah dan pada titik P 2 adalah , maka besar titik sudut P 1= - . Jika dalam penggambaran poligon terjadi ujung poligon tidak berhimpit dengan pangkal poligon, maka harus diadakan koreksi secara grafis.
5.4.Metode Pelaksanaan Poligon
1. Menentukan titik poligon dengan cara menancapkan tongkat pada tempat yang lapang sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran. 2. Mengukur jarak secara langsung dengan pita ukur pada sisi poligon. 3. Menentukan titik awal dari suatu poligon kemudian menentukan besarnya azimut. 4. Mendirikan alat theodolite pada titik poligon tersebut tegak lurus patok dengan bantuan unting-unting. 5. Membidik titik poligon tersebut dalam dua posisi teropong yang berbeda, sudut biasa dan luar biasa. 6. Membaca pembacaan pada piringan horizontal dan vertikal.
30
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 7. Mengulangi langkah-langkah pada no.4, 5, 6 dan seterusnya pada patok berikutnya sampai patok terakhir. Setiap memindah alat perlu mengatur theodolite kembali pada posisi agar sumbu I vertikal.
Diagram Alir Theodolit
Mulai
Menentukan Menentukan daerah/lokasi daerah/lokasi
Mengukur Jarak untuk menentukan patok
Memasang patok
Menyiapkan alat pengukuran berupa Theodolit,Statif,Bak Ukur,Meteran
Alat ukur diletakkan di patok A
Sejajarkan statif dengan tanah/jalan ,lalu pasang theodolit pada statif lalu kencangkan
Atur nifo horizontal hingga di tengah,begitu juga nifo vertikalnya
Lakukan penembakan “biasa” pada patok sesudahnya,kemudian ke patok sebelumnya
31
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut Vertikal,dan Sudut Horizontal
Lakukan penembakan “luar biasa” pada patok sebelumnya,kemudian ke patok sesudahnya
Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut Vertikal,dan Sudut Horizontal
Lakukan penembakan ke sekeliling daerah patok untuk denah situasi
Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut Vertikal,dan Sudut Horizontal
Lakukan kegiatan diatas secara terus menerus sampai patok terakhir
Selesai
Gambar 5.10 Diagram Alir Alat Theodolit
32
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 1.5 Perhitungan Poligon Sudut
No.
kor.
Azimuth
Jarak (D)
D. Sin A
kor.
D. Cos A
°
`
"
`
"
°
`
"
P1
91
5
29
14
45,75
179
48
0
38
0,133
3,840
-39,000
P2
159
50
0
14
45,75
159
2
9
50
17,889
5,503
P3
76
57
0
14
45,75
55
23
19
50
41,151
P4
192
32
0
14
45,75
67
19
29
50
P5
89
59
0
14
45,75
24
42
39
P6
175
48
0
14
45,75
29
54
P7
147
27
30
14
45,75
62
P8
142
44
30
14
45,75
P9
188
59
0
14
45,75
∑ß =
1265
22
Koordinat
kor.
No.
X
Y
3,693
254,497
256,726
P1
-46,690
4,788
258,470
215,088
P2
5,503
28,400
4,788
281,412
163,610
P3
46,135
5,503
19,275
4,788
327,616
187,222
P4
44
-17,396
4,446
40,415
4,213
378,804
201,710
P5
49
28
-13,182
2,830
24,703
2,681
365,854
237,912
P6
46
29
30
-26,296
3,032
14,441
2,873
355,501
259,933
P7
100
55
9
37
-36,536
3,739
-5,839
3,543
332,238
271,502
P8
91
18
19
50
-49,996
5,503
-0,606
4,788
299,440
262,120
P9
∑D = 377
∑D Sin A = -38,098
∑kor = 38,098
∑ kor = 36,099
254,497
256,726
P1
29
∑D Cos A = 36,099
Syarat poligon tertutup :
a. Sudut Dalam :
n
2 x 180°
:
n 2 x 180°
:
D i Sin
Syarat Ordinat :
D i Cos
Sudut Luar b. Syarat Absis
i = 0
i
= 0
Tahap Perhitungan :
a. Hitung koreksi seluruh sudut :
n 2 x 1800 =
sudut + K
b. Hitung koreksi tiap titik : Kβi=
K
titik
c. Hitung sudut terkoreksi : i + koreksi tiap titik (Kβi)
d. Hitung Azimuth :
akhir =
awal +
0
i – 180 +Kβi
33
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
e. Hitung selisih absis dan koreksi absis : Di Sin αi
f. Hitung koreksi absis tiap titik : K xi =
Di Sin i
D
x ∑ Di Sin αi
g. Hitung selisih ordinat dan koreksi ordinat :
yi = Di cos i h. Hitung koreksi ordinat tiap titik : K yi =
Di Cos i
D
x ∑Di Cos αi
i. Hitung koordinat terkoreksi: Xi = X awal + Di sin αi + K∆Xi Yi = Y awal + Di cos αi + K∆Yi
Contoh perhitungan : a. Hitung koreksi seluruh sudut dalam 1265° 22’ 29” = (9 – 2) x 180º + Kβ Kβ
= 0º 22’ 29”
b. Hitung koreksi tiap titik Kβi=
0° 22' 29" 9
0° 35' 50"
c. Hitung sudut terkoreksi < P1 = 91° 5’ 29” + 0° 35’ 50” = 91° 41’ 19” d. Hitung Azimuth ψ 1-2 = 179° 48’ 0” + 91° 41’ 19” - 180° = 91° 29’19”
34
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan e. Hitung selisih absis dan koreksi absis
xi
= Di Sin ψ i
xi
= 38 sin 179°48’0” = 0,133
f. Hitung koreksi absis tiap titik K xi =
38 377
x -38,098
= 3,840 g. Hitung selisih ordinat dan koreksi ordinat
yi
= 38 cos 179°48’0” = -38,00
h. Hitung koreksi ordinat tiap titik K yi =
38 377
x 36,099
= -3,639 i. Hitung koordinat terkoreksi Xi
= 254,497 + 0,133 +3,840
Xi
= 258,470
Yi
= 256,726 – 38,00 – 3,639
Yi
= 215,088
35
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
BAB VI PENGUKURAN SITUASI 6.1. Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran situasi adalah untuk mendapatkan data ukuran dari lapangan yang akan digunakan untuk pembuatan Peta Situasi. Adapun data-data yang dibutuhkan mencakup keadaan topografi, kondisi bangunan yang ada, kondisi saluran, jalan, sungai dan data lain seperti areal persawahan, tegalan, perumahan, batas desa dan lain-lain.
6.2. Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk menggambar antara lain : 1.
Alat tulis dan gambar.
2.
Kertas millimeter.
3.
Kertas kalkir.
Gambar 6.1. Kalkir
36
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Gambar 6.2. Alat tulis
Gambar 6.3. kertas milimeter 6.3. Metode Pelaksanaan Praktikum
Diagram Alir Pengukuran Situasi
Mulai
6.4. 6.5.
Memasang dan mengatur alat di atas kontrol 6.6.yang mempunyai data koordinat dan elevasi (X, Y, Z) 6.7.
6.8. Membuat skets lokasi yang meliputi
37
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
Menyeketsa kontur 6.9.
Menyeketsa titik detail 6.10.
Mengukur situasi dengan cara Tachimetri menggunakan alat theodolit 6.11. TO, sebelum mengukur kunci bousole 6.12.dibuka terlebih dahulu kemudian ditutup6.13. kembali
Mengukur detail ke semua titik detail 6.14. yang ada dalam sketsa lokasi dengan cara pengukuran secara radial 6.15.
Pada pembuatan sketsa atau detail situasi biasakan dalam pembuatan 6.16. nomor urut keterangan detail searah 6.17. dengan jarum jam
6.18. Kemudian untuk setiap titik detail yang diukur harus dibaca: tinggi alat, nomor titik sesuai dengan sketsa6.19. lokasi, benang atas, benang 6.20.zenith ke titik detail, sudut tengah, benang bawah, sudut miring/sudut 6.21. horizontal ke titik detail
Apabila semua titik detail telah selesai diukur, maka pada akhir pengukuran harus diukur titik kontrol yang akan digunakan untuk titik pengukuran berikutnya 6.22. Setelah selesai pengukuran, maka dapat dilanjutkan pengukuran ke titik berikutnya dengan prosedur yang sama 6.23. Selesai
Gambar 6.1 Diagram alir pengukuran situasi 38
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 6.4. Perhitungan
Apabila semua pengukuran selesai tahap berikutnya adalah menghitung jarak mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan ke titik detail serta elevasi titik detail. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jarak mendatar dan beda tinggi dengan menggunakan sudut miring adalah sebagai berikut :
tan
TA
BT
h
D d
Gambar 6.2 Jarak mendatar dan beda tinggi
Contoh perhitungan : Dd = 100 (19,8-16,2 ) cos² -1° 50'
= 35,89 meter h
= 100 (19,8-16,2 ) sin 1° 50' cos 1° 50' + (1,350 – 1,800) = 0,7 meter
PEIL = tinggi titik P 0 + h = 65,000 + 0,7 = 65,7 meter
39
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan Tabel Contoh Perhitungan Denah Situasi
T PEMBACAAN A TINGGI L A ALAT ATAS ARAH SUDUT T TENGAH (M) A BAWAH DATAR V P M E 1 2 3 4 5 T
19,8
18
16,2 1,8
1,6 P1
1,4
1,35
126˚12’
88˚10’
KETERANG AN TITIK SAMPING TINGGI PATOK
α
Y
Dd
6
7
8
9
10
11
12
t TINGGI ALAT 6+1 (+ atau -) CM CM
PEIL
Patok 65,000
P1
1˚50’
36
35,89
1,35
0,7
65,7
177˚53,5’ 86˚55’
Gedung
A
3˚5’
40
39,88
1,35
3,338
68,338
166˚53,5’ 88˚50’
Tiang
B
1˚10’
28
27,99
1,35
0,8099
65,8099
89˚25’
Tiang
C
0˚35’
18
17,98
1,35
-0,0567
64,9433
12,5 11,1
9,7 16,8
15,9
15
45˚53’
6.5. Penggambaran Peta Situasi 6.5.1. Penggambaran Detail dan Garis Kontur
1. Plot semua titik kontrol horisontal dan vertikal (x,y), kemudian hubungkan titiktitik tersebut dengan garis putus-putus. 2. Selanjutnya plot semua titik-titik detail sesuai dengan skets lokasi. Plotting titik detail dapat dilakukan dengan dua cara sesuai dengan cara pengambilan data. Apabila pengambilan data ukur dilakukan dengan theodolit yang dilengkapi Bousole, maka pengggambaran dilakukan dengan cara menggunakan azimuth. Apabila pengambilan data dilakukan dengan theodolit biasa yang tidak dilengkapi kompas, maka penggambaran dilakukan dengan cara menggunakan sudut arah theodolit. 3. Untuk semua titik detail, supaya dicantumkan ketinggian titik yang bersangkutan. 4. Untuk titik-titik yang membentuk garis linier (misalnya jalan), agar segera dihubungkan satu sama lain. 5. Apabila semua titik detail telah diplot, maka dapat dilakukan penarikan garis kontur.
40
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan 6. Lakukan penarikan garis kontur sesuai dengan skets yang dibuat pada waktu pengukuran. 7. Dalam penarikan garis kontur harus diperhatikan sifat-sifat garis kontur, Misalnya garis kontur tidak boleh berpotongan satu sama lain. 8. Setelah selesai penggambaran baik gambar detail maupun gambar kontur, maka dapat dibuat penggambaran halus diatas kertas kalkir. 6.5.2. Penggambaran Halus
1. Pembuatan kop gambar. 2. Penggambaran peta situasi dengan cara tracing pada kertas kalkir. 3. Melengkapi gambar :
Absis pada kertas kalkir dari timur ke barat.
Ordinat dari utara ke selatan.
Keterangan peta.
41
Kelompok 19
Laporan Praktikum Perpetaan
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan
1. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran guna mendapatkan gambaran yang diukur, yaitu keadaan medan dan semua bangunan yang ada di atasnya. 2. Pengukuran waterpass dapat digunakan untuk membuat penampang melintang dan memanjang dari suatu area pengukuran. 3. Dari pengukuran Theodolite dapat dihasilkan peta situasi dari suatu area pengukuran. 4. Dalam pengukuran sering terjadi kesalahan karena faktor pengamat, alat, maupun keadaan lapangan.
7.2. Saran
1. Waktu pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari agar tidak terjadi penguapan pada nivo. Bila perlu saat melakukan pengukuran alat dilindungi payung. 2. Untuk dapat mengurangi faktor kesalahan yang dilakukan mahasiswa, sebaiknya para mahsiswa didampingi oleh para asisten. Sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih benar dan akurat. 3. Pada saat pengukuran, sebaiknya kita lebih teliti dalam pembaca skala pada baak ukur dan alat ukur. 4. Waktu untuk pengukuran sebaiknya ditambah karena sering terjadi hambatan yang tidak terduga misalnya hujan.
42
Kelompok 19