LAPORAN PENDAHULUAN MENINGIOMA
DISUSUN OLEH: NAMA : LUQMANUL HAKIM NIM : 09.IK.018
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN 2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul LP
: MENINGIOMA
Nama Mahasiswa
: LUQMANUL HAKIM, S.Kep
NIM
: 14.NS.031
Banjarmasin,
RSUD Ulin Banjarmasin
September 2014
Program Profesi Ners STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK)
( NIK.
Preseptor Akademik (PA)
)
( NIK.
)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul LP
: MENINGIOMA
Nama Mahasiswa
: LUQMANUL HAKIM, S.Kep
NIM
: 14.NS.031
Banjarmasin,
RSUD Ulin Banjarmasin
September 2014
Program Profesi Ners STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK)
( NIK.
Preseptor Akademik (PA)
)
( NIK.
)
LAPORAN PENDAHULUAN MENINGIOMA
A. PENGERTIAN Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%), tumor primer kira – kira 50% adalah glioma, 20% meningioma, 15 % adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60% terletak supratentorial. Pada anak, 70% terletak di infratentorial. Pada anak yang paling sering adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.(Harsono.1996) Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) besifat jinak maupun ganas, timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan
otak,
dan
jaringan
perkembangan
residual,
atau
dapat
bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan, sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma, dan colon. (Sylvia A. Price. 2006) Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan (Brenda G Bare. 2002)
B. ETIOLOGI Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit lebih banyak pada wanita. Neurofibroma. Neurilema dan glioma sering
berhubungan
neurofibromatosis neuroektoderm fakomatosa
tergolong
dan
lain
dengan
neurofibromatosis. pada
mesoderm
misalnya
yang
kelainan disebut
tuberosklerosis
Sementara
perkembangan fakomatosa. yang
selalu
itu dari
Contoh disertai
peningkatan insidensi tumor otak. Radiasi merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak. Tetapi bahan insdustri tertentu seperti nitrosourea adalah karsinogen yang paten, setidak – tidaknya pada kelinci percobaan.
Limfoma
lebih
sering
terdapat
pada
mereka
yang
mendapat
imunosupresan seperti pada transplantasi ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS. (Harsono.1996)
C. PATOFISIOLOGI Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif. Gejala-gejalanya
timbul
dalam
rangkaian
kesatuan
sehingga
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gejala-gejala sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intra kranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (glioblastoma multiforma). Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
D. PATHWAY
Cause ; Idiopatik
Tumor Otak
Penekanan Jaringan Otak
Bertambahnya Massa
Infasi Jaringan Otak
Penyerapan Cairan Tumor
Nekrosis Jaringan Otak
Obstruksi Vena
Gangguan Suplai Darah
Hipoksia Jaringan
Kerusakan Jaringan Neuron
Kejang Gangguan Neurologis Fokal
E. MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial. Tanda penting dari tumot otak ialah adanya gejala neurologi yang progresif. Progresifitas ini bergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor, dan edema di sekitarnya. Gambaran klinik terpenting adalah sebagai berikut: 1.
Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar
tumor otak menyebabkan cefalgia, mual, dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang timbul berulang – ulang, sedangkan sebelumnya tidak menderita cefalgia kronis, harus dicurigai adanya tumor otak. Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada sebagian kecil tumor otak, jadi lebih banyak tumor otak tanpa edema papil. 2.
Menifestasi klinik fokal seperti hemiparesis, afasia dan gangguan
visus, bergantung pada lokasi tumor dan edema otak di sekitarnya.
Tumor pada silent region bisa hanya memberi gejala edema papil atau gangguan mental. 3.
Konvulsi fokal . Konvulsi umum atau keduanya terdapat pada
sepertiga penderita tumor otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh supratentorial dan lebih sering pada tumor dengan pertumbuhan lambat. 4.
Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah bisa
disangka sebagai GPDO. Pada glioblastoma multiforme, metastasis dari kariokarsinoma, melanoma dan karsinoma paru anaplastik, sering terjadi perdarahan spontan. (Harsono.1996)
F. PENATALAKSANAAN Tumor otak yang tidak terobati menunjukan arah kematian, salah satu akibat dari peningkatan TIK (Tekanan intra kranial) atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan
tanpa
meningkatnya
penurunan
neurologik
(paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu variasi pengobatan dapat digunakan : pendekatan
spesifik
bergantung
pada
tipe
tumor,
lokasinya
dan
kemampuan untuk dicapai dengan mudah. Pendekatan pembedahan komfensional memrlukan insisi tulangn (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, askrositoma kistik pada sereblum, kistakoloid pada fentrikel ke tiga, tumor kongenital seperti kista dermoid dan beberapa glanuloma. Tindakan terhadap kanker otak adalah paliatif dan melibatkan penghilangan
atau
mengurangi
simtomatologi
serius.
Meringankan
dengan pasti adalah tujuan, menekan tanda dan gejala, dalam usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi pasien maupun keluarga. Pasien dengan metastase intra serebral dan yang tidak terobati mengalami keadaan yang naik turun dengan waktu kelangsungan hidup yang sangat terbatas sedangkan pengobatannya berlangsung untuk periode waktu singkat. Pemdekatan teraupetik ini mencakup radiasi, yang
menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intra kranial tunggal) atau kombinasi metode ini. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (dexametason, brednison) menurunkan radang sekitar pusat metastase dan edema sekitarnya, obat-obatan lain mencakup agen-agen osmotik (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak. Obat-obat anti kejang (fenitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.
G. Diagnosa keperawatan 1. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori serta penurunan kemampuan kognitif. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan asupan makanan dan malabsorpsi 3. Ansietas
yang
berhubungan
dengan
kemungkinan
kematian,
ketidakpastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup 4. Potensial terhadap perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kemungkinan berduka dan beban yang ditimbulkan oleh perawatan terhadap individu sakit terminal.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono.1996. “ Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama”. Jakarta : EGC
Sylvia A. Price. 2006. “Patofisiologi ”. Jakarta : EGC
Smeltzer. 2002. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta : EGC