LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ANSIETAS/ KECEMASAN
I.
KAJIAN TEORI A. PENGERTIAN
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan bert ahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75). Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh contoh dampak psikologis psikologis adalah timbulnya kecemasan kecemasan atau ansietas.
B. TINGKAT KECEMASAN Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1998)
Respon Adaptif
Antisipasi
Ringan
Respon Maladaptif
Sedang
Berat
Panik
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kecemasan dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
-
Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan
menyebabkan
seseorang
menjadi
waspada
dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. -
Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun melakukan suatu yang lebih terarah.
-
Kecemasan berat adalah ansietas yang sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada suatu yang terinci dan spesifik serta tidak terpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area pikiran lain.
-
Panik adalah kecemasan yang berhubungan dengan terkejut, ketakutan, dan error. Pikiran terpecah dari proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan
pengarahan.
Panik
melibatkan
disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan penilaian rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kelelahan yang sangat bahkan kematian.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas : 1. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat. 3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. 4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. 5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas . Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 katagori : 1. Ancaman terhadapintegritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari. 2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut (Carpenito, 2006) tentang batasan karakteristik pada klien yang mengalami kecemasan dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari ti ga kategori yaitu: fisiologis, emosional, dan kognitif. Gejala-gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas. a.
b.
Fisiologis 1) Peningkatanfrekuensi jantung
11) Gelisah
2)
Peningkatan tekanan darah
12) Gemetar, kedutan
3)
Peningkatan
13) Berdebar-debar
frekuensi
nafas
14) Sering berkemih
4)
Diaforesis
15) Diare
5)
Insomnia
16) Sakit
6)
Keletihan dan kelemahan
(khususnya dada, punggung
7)
Pucat dan kemerahan
dan leher)
8)
Mulut kering
17) Pusing dan mau pingsan
9)
Dilatasi pupil
18) Parestesia
10)
Suara tremor/ perubahan
19) Rasa panas atau dingin
nada
20) Anoreksia
Emosional 1) Ketakutan 2) Ketidakberdayaan 3) Gugup 4) Kurang percaya diri 5) Ketegangan,
dan
dikunci 6) Kehilangan kontrol 7) Tidak dapat rileks 8) Antisipasi kegagalan
merasa
dan
nyeri
tubuh
Individu akan memperlihatkan : 1) Peka rangsang / tidak sabar 2) Marah berlebihan atau menangis 3) Cenderung menyalahkan orang lain 4) Reaksi kaku 5) Kretinisme pada diri sendiri 6) Kurang inisiatif 7) Mencela orang lain 8) Kontak mata buruk c.
Kognitif 1) Tidak dapat konsentrasi 2) Kurang kesadaran tentang sekitar 3) Mudah lupa 4) Rumination 5) Orientasi pada masa lalu daripada masa kini dan masa depan 6) Konfusi 7) Blok pikiran 8) Terlalu perhatian 9) Preokupasi 10) Penurunan kemampuan belajar
F. SUMBER KOPING
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya
dapat
membantu
seseorang
mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
G. MEKANISME KOPING
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulang tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping: 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress. 2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptif terhadap stress.
H.
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Gangguan perilaku : kecemasan
Core Problem
Koping individu tak efektif
II. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku. Secara tidaklangsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat ansietas.
Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut: a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. b. Gangguan perilaku; kecemasan c. Koping individu tak efektif
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
mencederai
diri
sendiri,
orang
lain
dan
lingkungan
berhubungan dengan gangguan perilaku; kecemasan 2. Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif ditandai dengan klien tampak gelisah, tegang
C. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan perilaku ; kecemasan TUM: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan TUK: Klien mampu mengontrol rasa cemasnya Intervensi: a.
BHSP dengan klien
Memperkenalkan diri dengan sopan dan ekspresi wajah bersahabat
b.
Tanyakan nama klien
Jabat tangan klien
Pasien akan terlindung dari bahaya
Terima dan dukung pertahanan klien
Kenalkan realita yang berhubungan dengan mekanisme koping klien
Berikan umpan balik pada klien tentang perilaku, str essor dan sumber koping
c. Ciptakan lingkungan tenang dan jauh dari kegaduhan d. Jauhkan klien dari benda yang berbahaya seperti benda tajam
2. Diagnosa 2 : Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif ditandai dengan klien ta mpak gelisah, tegang TUM: Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya TUK: Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya Intervensi: a. Libatkan klien dalam aktivitas sehari- hari
Beri aktivitas pada klien dan penguatan perilaku produktif. Berikan beberapa jenis latihan fisik
Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
Libatkan keluarga dan sistem pendukung lain seban yak mungkin
b. Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaan tentang ansietas
Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaan yang mendasar.
Kaitkan perilaku klien dengan perilaku dan perasaan tersebut.
Gunakan pertanyaan terbuka untuk menghindari konflik
c. Klien dapat menguraikan rencana koping maladaptif dan adaptif
Gali cara pasien menurunkan ansietasnya dimasa lalu
Tunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping sekarang.
Dorong klien menggunakan respon adaptif yang efektif dimasa lalu.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi dan respon klien
E. Evaluasi
1. Sudahkah ancaman terhadap integritas kulit atau sistem dari pasien berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya ? 2. Apakah perilaku klien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih ringan ?
3. Sudahkah sumber koping klien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat? 4. Apakah klien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan tersebut? 5. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif? 6. Sudahkan klien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi ansietas? 7. Apakah klien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan personal?
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta : EGC Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan Psikosisial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese). Jakarta: EGC. Suliswati, 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC Stuart and Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8th Edition. St. Louis: Mosby. Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC. Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis; Elsevier.