3) Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar. Rasional : Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan. 4) Antisipasi
kebutuhan
sebaik
mungkin.
Kunjungan
pasien
secara
teratur.
Rasional : Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunias. 5) Pertahankan lingkungan yang tenang. Rasional : Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan. d. Gangguan citra tubuh b/d perubahan
dalam
penampilan sekunder akibat
penyakitnya Tujuan : Dapat meningkatkan tingkat kepercyaan diri Intervensi : 1) Dorong pasien
untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan dirinya Rasional : Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain 2) Dorong pasien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan Rasional : Membeikan keyakinan pada pasien tentang penyakitnya 3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan Rasional : Membina hubungan saling percaya e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan
berhubungan
dengan
tidak
mengungkapkan
secara
terbuka/mengingat kembali, setelah menginterpretasikan konsepsi. Tujuan : Adanya saling pengertian tentang prosedur pembedahan dan penanganannya, berpartisipasi dalam program pengobatan, melakukan perubahan gaya hidup yang perlu. Intervensi : 1) Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya. Rasional : Memberi pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat keputusan sesuai informasi.
2) Diskusikan kebutuhan diet yang seimbang, diet bergizi dan bila dapat mencakup garam beriodium. Rasional : Mempercepat penyembuhan dan membantu pasien mencapai berat badan yang sesuai dengan pemakaian garam beriodium cukup. 3) Hindari makanan yang bersifat gastrogenik, misalnya makanan laut yang berlebihan, kacang kedelai, lobak. Rasional : Merupakan kontradiksi setelah tiroidiktomi sebab makanan ini menekan aktivitas tyroid. 4) Identifikasi makanan tinggi kalsium (misalnya : kuning telur, hati) Rasional : Memaksimalkan suplay dan absorbsi jika fungsi kelenjar paratiroid terganggu. 5) Dorong program latihan umum progresif Rasional : Latihan dapat menstimulasi kelenjar tyroid dan produksi hormon yang memfasilitasi pemulihan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit : Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Junadi Burnawan, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua, Media Aeusculapius, FKUI, Jakarta.
Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
3. Manifestasi klinik
a. Secara klinis
keadaan umum lemah
kurus meskipun banyak makan
bola mata exopthalmus
kulit basah , terus keluar keringat
muka merah
b. Gejala pada kardiovaskuler
palpitasi
takikardi
hipotensi sistolik
c. Gejala pada system persyarafan
emosi labil, cepat marah dan tersinggung
tremor
4. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroid. Bahan yang mengadung iodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekuil yoditironin (T3). tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi tiroid SH (TSH) dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis sedang T3 merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat dipengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. 5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tandatanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari. c. Sistem pernafasan Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas. d. Sistem Neurologi Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit. e. Sistem gastrointestinal Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
6. Komplikasi Hipokalesmia
sehubungan dengan kekurangan kelenjar, meski kelenjar lain masih
tersisa,karena edema dapat mengurangi fungsinya. Distres
pernapasan berhubungan baik dengan hemoragik atau kekambuhan kerusakan saraf
larenggeal.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan kadar serum kadar serum fosfat anorganik menurun, sementara kadar
kalsium dan fosfat urine meningkat. Pemeriksaan Tampak
Radiologi
penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.
8. Penatalaksanaan/ pengobatan
Memperbaiki kelainan matabolik yang menyebabkan hipersekresi PTH.
Bedah eksplorasi leher dan reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungi atau tumor.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian a) Anamnesa a. PRE OP Data subjektif
Pasien mengatakan takut akan di operasi
Pasien mengatakan dadanya berdebar debar
Pasien mengatakan malu dengan adanya benjolan di lehernya
Data objektif
Takikardi
Bola mata exopthalmus
Kulit basah, terus keluar keringat
Muka merah
Tremor
Terdapat benjolann di lehernya
b. Post OP Data subjektif
Pasien mengeluh nyeri pada area luka operasi
Data objektif
Pasien tampak terpasang drain di area luka operasi
b) Riwayat penyakit sekarang Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
Aktivitas/istirahat : insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
Eliminasi : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
Integritas ego : mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
Makanan/cairan : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
Rasa nyeri/kenyamanan : nyeri orbital, fotofobia.
Keamanan : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap 0
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,4 C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
Seksualitas : libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
c) Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok. d) Riwayat kesehatan keluarga Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini. e) Riwayat psikososial Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy adalah : a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis. Tujuan : Jalan nafas klien efektif Kriteria : Tidak ada sumbatan pada trakhea Intervensi : 1) Kaji pernafasan dan kedalaman serta kecepatan nafas. R/ Mengetahui adanya gangguan pernafasan 2) Dengarkan suara nafas catat adanya ronchi R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas 3) Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis. R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring 4) Atur posisi semifowler R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman 5) Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan