ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. K DENGAN KASUS PENYAKIT BASALIOMA BASALI OMA DI RUANG 14 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2018
DISUSUN OLEH :
SUGENG YULIAWAN NIM. 201501038
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS PENYAKIT BASALIOMA DI RUANG 14 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2018
DISUSUN OLEH :
SUGENG YULIAWAN NIM. 201501038
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar Pengesahan Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini dibuat berdasarkan Praktik Klinik Keperawatan dengan kasus Basalioma di RSU Dr. Saiful Anwar ( RSSA ) Malang di Ruang 14 yang dilaksanakan pada tanggal 02 Juli – 07 Juli 2018.
Malang, …………………………. Mahasiswa
Sugeng Yuliawan NIM. 201501038
Disetujui Oleh :
Pembimbing Rumah Sakit
Pembimbing Institusi
……………………………
……………………………
Mengetahui Kepala Ruangan
……………………………
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar Pengesahan Asuhan Keperawatan ini dibuat berdasarkan Praktik Klinik Keperawatan dengan kasus Basalioma pada pasien Ny. K di RSU Dr. Saiful Anwar ( RSSA ) Malang di Ruang 14 yang dilaksanakan pada tanggal 02 Juli – 07 Juli 2018.
Malang, …………………………. Mahasiswa
Sugeng Yuliawan NIM. 201501038
Disetujui Oleh :
Pembimbing Rumah Sakit
Pembimbing Institusi
……………………………
……………………………
Mengetahui Kepala Ruangan
……………………………
BAB 1 TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal. Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and Suddarth, 2000). Basalioma adalah karsinoma sel basal merupakan kangker kulit yang timbul dari sel basal epidermis atau folikel rambut( Brunner & Suddarth,2001). Basalioma merupakan keganasan kulit yang paling sering ditemukan umumnya di daerah wajah dan paling banyak timbul pada orang yang kulitnya miskin pelindung terhadap sinar ultraviolet dari cahaya matahari tumor ini berasal dari sel lapisan basal atau dari luar sel folikel rambut ( R Sjamsuhidayat, 2004) Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit
(kanker) yang berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan appendiks kulit (Graham,R, 2005). Pertumbuhan tumor ini lambat ,dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi,bersifat invasif,serta jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005)
Karsinoma sel basal ( BCC ) atau basalioma adalah neoplasma maligna yang berasal dari sel basal epidermis ataupun sel folikel rambut sehingga dapat timbul pada kulit yang berambut (Manuaba, 2010 ). 1.2 ETIOLOGI Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada berbagai faktor yang menjadi presdiposisi terjadinya basalioma. 1. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 280 sampai 320 nm. Spektrum ini terutama bertanggung jawab dalam membakar dan membuat kulit menjadi cokelat. Pemakaian bahan-bahan yang melindungi kulit dari sinar matahari sangat dianjurkan pada setiap orang yang dalam keluarganya ada yang menderita kanker kulit, dan pada orangorang yang berkulit peka sehingga mudah sekali menderita luka bakar karena sinar matahari.
2. Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan jumlah yang cukup di dalam kulit untuk melindungi jaringan di bawahnya sangat rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Orang yang paling berisiko itu adalah orang yang berkulit cerah, bermata biru, berambut merah yang nenek moyangnya berdarah Celtic, atau orang dengan warna kulit yang merah muda atau cerah di samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan kulit menjadi cokelat kekuningan. 3. Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia tertentu (senyawa arsen, nitrat, batubara, ter dan aspal, serta paraffin). 4. Xeroderma pigmentosum: penyakit ini merupakan penyakit resesif autosomal yang menjadi presdiposisi untuk penuaan dini pada kulit, dimulai dengan perubahan pigmen dan berubah menjadi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma maligna. Efek dari Xeroderma pigmentosum adalah ketidakmampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar ultraviolet dari matahari. 5. Orang yang menderita kanker sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian. 6. Trauma
1.3 MANIFESTASI KLINIK Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk : 1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya teleangiektasis dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut ulkus rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya. 2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif. Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma. 3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan
batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak sklerodermatosa dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan sklerosis di tengahnya. 4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis. 5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan penting, yaitu: 1. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu : a. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda . b. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki. c. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk. d.
Kista pada tulang rahang.
e.
Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multipel yang berhubungan dengan sindroma ini. 2. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia. 3. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut : a. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas. b. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-anak.
Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
Gambar penderita basalioma :
1.4 komplSIFIKASI Klasifikasi TNM digunakan sebagai sistem klasifikasi pada tumor ganas kulit non melanoma. Klasifikasi TNM Tumor Ganas Kulit ( kecuali Melanoma Maligna ) : T
: Tumor primer
Tx
: Tumor primer tidak dapat dievaluasi
T0
: Tidak ditemukan tumor primer
Tis
: Karsinoma insitu
T1
: Tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm.
T2
: Tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm.
T3
: Tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm.
T4
: Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago, otot skelet
atau tulang. N
: Kelenjar getah bening
Nx
: Kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa
N0
: Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
N1
: Ada metastasis kelenjar limfe regional
M
: Metastasis jauh
Mx
: Tidak dapat diperiksa
M0
: Tidak ada metastasis jauh
M1
: Ada metastasis jauh
Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut American Joint Committee on Cancer tahun 2006 : Stadium
T
N
M
0
Tis
N0
M0
I
T1
N0
M0
T2
N0
M0
T3
N0
M0
T4
N0
M0
Tiap T
N1
M0
Tiap T
Tiap N
M1
II
III
IV
Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut AJCC tahun 2006.
1.5 PATOFISIOLOGI Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat kanker kulit. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari. Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.
1.6 WOC PRE OPERSI Sinar uv, orang yg tidak/kurang pigmen, kontak lama dengan zat2 toksik, sering terpapar dng sinar radiasi, mengalami trauma fisik yg berulang, ps yg dpt pengobatan utk menekan reaksi imun, pembentukknya siktarik yg meluas, genetik, terjadinya melanosti nevi yg brhubungan dengan kelainan genetik/lingkungan.
Pada
imun
akan
menimbulkan
yang
Terapi imuno supresi
lemah
Lesi di kulit
kulit
meradan
Lesi, kemerahan timbul
Lama kelamaan timbul
nodul
plak dan nodul
Kemudian berpoliferasi
Nodul ulserasi
Nodul ulserasi yang
Tipe papilen yg menonjol di
menimbulkan ulkus
atas kulit seperti kemabng kol
Mengalir melalui aliran limfatik dan aliran darah
11
Mengalir melalui aliran limfatik dan aliran darah
Pertumbuhan sel-sel yg lebih agresif
Karsinoma sel basal
Suplai nutrisi ke jaringan CA meningkat
Seperti nodul kecil dengan tepi yang te rgulung, translusen dan mngilap Hipermetabolisme ke jaringan Ulserasi
Pasien cemas
Perfusi jaringan
dengan keadaannya
terganggu
Suplai nutrisi jaringan lain menurun
Lesi yang diabaikan dapat menyebabkan hilangnya mata, hidun
MK. Ansietas
Ulkus
telin a dan bibir
Luka yang tidak sembuh
Berat badan menurun
Inflamasi MK. Kerusakan
MK. Gangguan Citra Tubuh
Integritas Jaringan MK. Nyeri Akut
MK. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
12
Mengalir melalui aliran limfatik dan aliran darah
Pertumbuhan sel-sel yg lebih agresif
Karsinoma sel basal
Suplai nutrisi ke jaringan CA meningkat
Seperti nodul kecil dengan tepi yang te rgulung, translusen dan mngilap Hipermetabolisme ke jaringan Ulserasi
Pasien cemas
Perfusi jaringan
dengan keadaannya
terganggu
Suplai nutrisi jaringan lain menurun
Lesi yang diabaikan dapat menyebabkan hilangnya mata, hidun
Ulkus
MK. Ansietas
telin a dan bibir
Luka yang tidak sembuh
Berat badan menurun
Inflamasi MK. Kerusakan
MK. Gangguan Citra Tubuh
Integritas Jaringan
MK. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
MK. Nyeri Akut
Kebutuhan Tubuh
12
1.6 WOC POST OPERASI
Karsinoma sel basal
Tindakan Operasi Basalioma
Struktur kulit dan
Eksisi bedah / luka
Terputusnya jaringan
Media masuknya
Rangsangan terhadap
mikroorganisme
reseptor nyeri di
jaringan terputus
Perubahan terhadap kulit dan jarigan
korteks serebri MK. Resiko Infeksi
MK. Kerusakan
Nyeri dipersepsikan
Integritas Jaringan MK. Nyeri Akut
13
1.6 WOC POST OPERASI
Karsinoma sel basal
Tindakan Operasi Basalioma
Struktur kulit dan
Eksisi bedah / luka
Terputusnya jaringan
Media masuknya
Rangsangan terhadap
mikroorganisme
reseptor nyeri di
jaringan terputus
Perubahan terhadap kulit dan jarigan
korteks serebri MK. Resiko Infeksi
MK. Kerusakan
Nyeri dipersepsikan
Integritas Jaringan MK. Nyeri Akut
13
1.7 KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu: 1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi: a.
Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
b.
Perubahan warna kulit.
c.
Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.
d.
Luka kulit yang kronis.
e.
Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2. Akibat kemoterapi dan bioterapi: a.
Mual dan muntah.
b.
Syndrome flulike.
c.
Mielosupresi.
d.
Paresthesia
e.
Fibrosis pulmonary.
f.
Hipersensivitas.
g.
Alopesia.
h.
Reaksi alergi
1.7 KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu: 1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi: a.
Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
b.
Perubahan warna kulit.
c.
Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.
d.
Luka kulit yang kronis.
e.
Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2. Akibat kemoterapi dan bioterapi:
3.
a.
Mual dan muntah.
b.
Syndrome flulike.
c.
Mielosupresi.
d.
Paresthesia
e.
Fibrosis pulmonary.
f.
Hipersensivitas.
g.
Alopesia.
h.
Reaksi alergi
Umum: a.
Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh.
b.
Kehilangan fungsi pada ekstremitas.
c.
Perlukaan dan perubahan warna kulit.
d.
Proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian terakhir.
1.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita. Basalioma adalah : a. Evaluasi histologist b. Biopsi Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis basalioma yaitu pemeriksaan histopatologis. Biopsi kulit sering diperlukan
14
untuk
memperkuat
diagnosis
dan
menentukan
gambaran
histopatologi.
Dari
pemeriksaan ini dapat ditemukan : a. Karsinoma sel basal tipe nodular : nukleus oval besar, hiperkromatik, dan sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada gambaran mitotik biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya bergabung dengan pola berbentuk palisade di daerah perifer dan membentuk sarang-sarang. Biasanya ada peningkatan produksi musin di sekitar stroma dermis. Pembelahan sel, yang dikenal sebagai artefak retraksi biasanya muncul diantara sarang-sarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi dan pewarnaan. b. Karsinoma tipe berpigmen : mengandung melanosit yang terdiri dari sitoplasma granula melanin dan dendrit. c. Karsinoma sel basal tipe morfea : pola sarang pertumbuhannya tidak melingkar tapi membentuk untaian. d. Karsinoma sel basal tipe superfisial : penampakannya seperti semak-semak sel basaloid yang berlekatan dengan epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di dermis(Wong & Strange, 2009)
(a)
(b)
Gambaran histopatologi kulit normal(a). Basalioma (b). (Berman, 2008) Untuk basalioma yang metastasis atau yang berpenetrasi ke tulang dapat dilakukan pemeriksaan radiologi. Salah satunya adalah dengan MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
Pemeriksaan
ini
memiliki
sensitivitas
yang
tinggi
untuk
mendeteksi terjadinya destruksi tulang pada basalioma.
15
a
b
(Berman, 2008) (a) Ulserasi supefisial dari tumor yang berpenetrasi ke lapisan superfisial pada regio temporalis. (potongan axial) (b) MRI potongan coronal. Gambaran destruksi tulang zygoma (panah), tetapi tidak dapat dipastikan berasal dari tumor yang mengalami penetrasi, sehingga dibutuhkan konfirmasi dengan pemeriksaan hystopatologi.
1.10 PENATALAKSANAAN Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu : 1. Kuretase dan elektrodesikasi Keuntungan : a. Tehniknya sederhana. b. Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian : a. Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif. b. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang adekuat. 2. Bedah eksisi Keuntungan : a. Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering. b. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan tumor secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi dengan pemeriksaan histopatologi. Kerugian : a. Membutuhkan waktu. 16
b. Biaya mahal. c. Memerlukan pengalaman yang luas. d. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan 3. Radioterapi Keuntungan : a. Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode pembedahan. b. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum. c. Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif. Kerugian : a. Memerlukan peralatan yang mahal. b. Memerlukan kunjungan yang berulang kali. c. Memberikan efek samping yang signifikan. 4.
Bedah beku Keuntungan : a. Tehniknya cepat. b. Peralatan yang dibutuhkan sederhana. c. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang rawan, dan si stem saluran air mata.
d. Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan metode pengobatan lainnya, seperti kelopak mata. e. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase. f. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi penderita rawat jalan. Kerugian : a. Rasa nyeri dan edema. b. Timbul bula, edema, dan lesi yang basah. c. Dapat terjadi hipopigmentasi. d. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu. e. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid. 5. Bedah mikrografik Mohs Keuntungan : 17
a. Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100% dibandingkan dengan tehnik seksi vertikal tradisional. b. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal. c. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang. Kerugian : a. Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang terlatih. b. Biayanya mahal. 6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.
Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang hampir sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai fasilitas dan pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut : a) Faktor penderita : keadaan umum dan usia penderita, sosio-ekonomi penderita. b) Faktor tumor 1. Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan dengan tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir). 2. Ukuran tumor. 3. Jenis histologi. 4. Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya). 5. Terjadinya metastasis. c) Faktor fasilitas: peralatan yang ada, pengalaman dan keahlian dokter yang mengobati. d)
Faktor metode yang akan digunakan 1. Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi, terutama daerah wajah. 2. Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan yang tinggi
18
BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN 1. Keluhan Utama Anamnesis biasanya ada keluhan berupa lesi pada kulit. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Kontak lama dengan sinar ultraviolet matahri, kontak dengan agen arsenik. 3. Pemeriksaan Fisik Umumnya karsinoma sel basal timbuk di daerah tubuh yang terpajan sinar matahari dan lebih prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk mengalami pajanan sinar matahari yang intensif serta ekstensif. Insiden tersebut berbanding lurus dengan usia pasien (rata-rata 60 tahun) serta jumlah total pajanan sinar matahari, dan berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin dalam kulit. Karsinoma basal biasanya dijumpai : a. Dimulai sebagai nodul kecil seperti malam (lilin) dengan tepi yang tergulung, transulen dan mengilap; pembuluh darah yang mengalami telangiektasia dapat dijumpai. b. Dengan tumbunya karsinoma sel basal akan terjadi ulserasi pada bagian tengahnya dan kadang terdapat pembentukan krusta. c. Dapat timbul sebagai plak yang mengilap, datar, berwarna kelabu atau kekuningan. d. Ciri khas dari tumor ini adalah berbentuk nodula eritematosa, halus, dan seperti mutiara. Tepi tumor sering kali meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukaannya. Tumor ini sering kali berdarah, menginvasi dermis, dan merusak jaringan normal.
2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak efek metastasi kanker basal, respons sekunder intervensi pascabedah. 2. Kecemasan b.d kondisi penyakit, prognosis kanker pada jaringan kulit. 3. Gangguan citra tubuh b.d kecacatan
19
2.3 RENCANA KEPERAWATAN Sasaran utama bagi pasien dapat mencakup penurunan respon nyeri dan berkurangnya ansietas atau kecemasan.
No 1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Nyeri Akut b.d kerusakan Dalam waktu 2 x 24 jam
Intervensi
Rasional
1. Kaji nyeri dengan PQRST.
1. Menjadi parameter dasar untuk
jaringan
lunak,
erosi nyeri berkurang/ hilang
melihat sejauh mana rencana
jaringan
lunak
efek atau teradaptasi. Dengan
intervensi yang diperlukan dan
metastasi respons
kanker
basal,
kriteria :
sekunder a. Secara
intervensi pascabedah.
sebagai subjektif
melaporkan
evaluasi
keberhasilan
dari intervensi manajemen nyeri
nyeri
keperawatan.
berkurang atau dapat 2. Jelaskan dan bantu pasien dengan 2. Pendekatan diadaptasi. Skala nyeri
tindakan
pereda
nyeri
0-1 (0-4).
nonfarmakologi dan noninvasif.
b. Dapat
meningkatkan
menggunakan
relaksasi
dan
lainnya
telah
nonfarmakologi
menunjukkan keefektifan dalam
mengindentifikasi aktivitas
dengan
mengurangi nyeri. yang 3. Lakukan atau
menurunkan nyeri. c. Pasien tidak gelisah.
manajemen
nyeri 3. a.
Posisi
fisiologis
keperawatan.
meningkatkan
a. Atur posisi fisiologis dan
jaringan
yang
imobilisasi ekstrimitas yang
peradangan
mengalami selulitis.
Pengaturan adalah
asupan
akan O2
ke
mengalami subkutan.
posisi
pada
idealnya
arah
yang
20
berlawanan dengan letak dari selulitis. Bagian tubuh yang mengalami inflamasi
lokal
dilakukan
imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan
dan
meningkatkan kesembuhan. b. Istirahatkan klien.
b. Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan
yang
mengalami
peradangan. c. Manajemen
lingkungan:
c. Lingkungan
lingkungan tenang dan batasi
menurunkan
pengunjung.
eksternal
tenang
stimulus dan
pengunjung
nyeri
pembatasan
akan
meningkatkan
akan
membantu
kondisi
O2
ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. d. Meningkatkan asupan O2
21
berlawanan dengan letak dari selulitis. Bagian tubuh yang mengalami inflamasi
lokal
dilakukan
imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan
dan
meningkatkan kesembuhan. b. Istirahatkan klien.
b. Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan
yang
mengalami
peradangan. c. Manajemen
lingkungan:
c. Lingkungan
lingkungan tenang dan batasi
menurunkan
pengunjung.
eksternal
tenang
akan
stimulus dan
pengunjung
nyeri
pembatasan
akan
meningkatkan
membantu
kondisi
O2
ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. d. Meningkatkan asupan O2
21
d. Ajarkan
teknik
relaksasi
pernapasan dalam.
segingga akan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan. e. Distraksi
e. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
perhatian) stimulus
(pengalihan
dapat
menurunkan
internal
mekanisme
dengan
peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri
sehingga
menurunkan persepsi nyeri. 4. Analgetik 4. Kolaborasi
dengan
dokter,
pemberian analgetik. 2
Kecemasan
b.d
kondisi Dalam waktu 1 x 24 jam
nyeri
memblok
sehingga
nyeri
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal 1. Rekasi verbal/nonverbal dapat kecemasan. Dampingi pasien dan
menunjukkan
pada jaringan kulit.
berkurang. Dengan
lakukan
marah, dan gelisah.
kriteria:
menunjukkan perilaku merusak.
tindakan
bila
rasa
agitasi,
menyatakan
kecemasan berkurang, 2. Hindari konfrontasi. mengenal
akan
berkurang.
penyakit, prognosis kanker kecemasan pasien akan
a. Pasien
lintasan
2. Konfrintasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja
22
d. Ajarkan
teknik
relaksasi
pernapasan dalam.
segingga akan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan. e. Distraksi
e. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
perhatian)
(pengalihan
dapat
stimulus
menurunkan
internal
mekanisme
dengan
peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri
sehingga
menurunkan persepsi nyeri. 4. Analgetik 4. Kolaborasi
dengan
dokter,
pemberian analgetik. 2
Kecemasan
b.d
kondisi Dalam waktu 1 x 24 jam
nyeri
memblok
sehingga
nyeri
akan
berkurang.
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal 1. Rekasi verbal/nonverbal dapat
penyakit, prognosis kanker kecemasan pasien akan
kecemasan. Dampingi pasien dan
menunjukkan
pada jaringan kulit.
berkurang. Dengan
lakukan
marah, dan gelisah.
kriteria:
menunjukkan perilaku merusak.
a. Pasien
lintasan
tindakan
bila
rasa
agitasi,
menyatakan
kecemasan berkurang, 2. Hindari konfrontasi.
2. Konfrintasi dapat meningkatkan
mengenal
rasa marah, menurunkan kerja
22
perasaannya
sama
b. Dapat
3. Mulai melakukan tindakan untuk 3. Mengurangi
penyebab atau faktor
mengurangi
yang
lingkungan
memengaruhinya
suasana penuh istirahat.
tindakan
mungkin
memperlambat penyembuhan.
mengindetifikasi
c. Kooperatif
dan
kecemasan. yang
tenang
Beri
rangsangan
eksternal yang tidak perlu.
dan
terhadap 4. Bina hubungan saling percaya.
d. Wajah rileks.
4. Pasien harus didorong untuk mengekspresikan
perasaan
terhadap seorang yang mereka percayai.
Mendengarkan
keprihatinan mereka dan selalu siap
untuk
memberikan
perawatan yang terampil serta penuh
kehangatan merupakan
intervensi yang penting untuk mengurangi ansietas.
5. Orientasikan
pasien
terhadap 5. Orientasi
prosedur rutin dan aktivitas yang
dapat
menurunkan
kecemasan.
diharapkan.
23
perasaannya
sama
b. Dapat
3. Mulai melakukan tindakan untuk 3. Mengurangi
penyebab atau faktor
mengurangi
yang
lingkungan
memengaruhinya
suasana penuh istirahat.
tindakan
mungkin
memperlambat penyembuhan.
mengindetifikasi
c. Kooperatif
dan
kecemasan. yang
tenang
Beri
rangsangan
eksternal yang tidak perlu.
dan
terhadap 4. Bina hubungan saling percaya.
d. Wajah rileks.
4. Pasien harus didorong untuk mengekspresikan
perasaan
terhadap seorang yang mereka percayai.
Mendengarkan
keprihatinan mereka dan selalu siap
untuk
memberikan
perawatan yang terampil serta penuh
kehangatan merupakan
intervensi yang penting untuk mengurangi ansietas.
5. Orientasikan
pasien
terhadap 5. Orientasi
prosedur rutin dan aktivitas yang
dapat
menurunkan
kecemasan.
diharapkan.
23
6. Beri kesempatan kepada pasien 6. Dapat untuk ansietasnya.
mengungkapkan
menghilangkan
ketegangan
terhadap
kekhawatiran
yang
tidak
diekspresikan.
7. Berikan privasi untuk pasien dan 7. Memberi orang terdekat.
waktu
untuk
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan perilaku
cemas
adaptasi.
dan
Adanya
keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan
membaca
akan
(misalnya: menurunkan
perasaan terisolasi). Pengaturan keluarga
agar dan
setiap
anggota teman
dekatnya untuk lebuh banyak mencurahkan
waktu
mereka
bersama pasien dapat menjadi upaya yang bersifat supportif.
24
6. Beri kesempatan kepada pasien 6. Dapat untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
menghilangkan
ketegangan
terhadap
kekhawatiran
yang
tidak
diekspresikan.
7. Berikan privasi untuk pasien dan 7. Memberi orang terdekat.
waktu
untuk
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan perilaku
cemas
adaptasi.
dan
Adanya
keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan
membaca
akan
(misalnya: menurunkan
perasaan terisolasi). Pengaturan keluarga
agar dan
anggota
setiap
teman
dekatnya untuk lebuh banyak mencurahkan
waktu
mereka
bersama pasien dapat menjadi upaya yang bersifat supportif.
24
8. Kolaborasi : berikan anti cemas 8. Meningkatkan sesuai
indikasi
contuhnya
:
relaksasi
dan
menurunkan kecemasan.
diazepam 3
Gangguan citra tubuh b.d Klien dapat menerima kecacatan
keadaannya. Dengan
1. Kaji perubahan atau kehilangan 1. Episode pada pasien.
tidak terjadi
membuat
perasaan kehilangan aktual yang
kriteria hasil : perasaan negatif tentang diri sendiri
traumatik
dirasakan. 2. Bersikap
positif
pengobatan.
selama 2. Meningkatkan kepercayaan
hubungan antara
pasien
dengan perawat. 3. Berikan
kelompok
untuk orang terdekat.
pendukung 3. Meningkatkan memungkinkan
perasaan
dan
respons
yang
lebih membantu pasien.
25
8. Kolaborasi : berikan anti cemas 8. Meningkatkan sesuai
indikasi
contuhnya
:
relaksasi
dan
menurunkan kecemasan.
diazepam 3
Gangguan citra tubuh b.d Klien dapat menerima kecacatan
keadaannya. Dengan
1. Kaji perubahan atau kehilangan 1. Episode pada pasien.
tidak terjadi
membuat
perasaan kehilangan aktual yang
kriteria hasil : perasaan negatif tentang diri sendiri
traumatik
dirasakan. 2. Bersikap
positif
pengobatan.
selama 2. Meningkatkan kepercayaan
hubungan antara
pasien
dengan perawat. 3. Berikan
kelompok
untuk orang terdekat.
pendukung 3. Meningkatkan memungkinkan
perasaan
dan
respons
yang
lebih membantu pasien.
25
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Menurut jenis sel yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan sebagai berikut: karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan kimia dan adanya jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik berupa genetik, sistem imun yang rendah dan ras. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa adanya metastasis jauh. Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Menurut jenis sel yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan sebagai berikut: karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan kimia dan adanya jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik berupa genetik, sistem imun yang rendah dan ras. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa adanya metastasis jauh. Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan cara kuretase dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah. Sedangkan penanganan MM prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada awalnya dilakukan pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu dengan teknik Breslow thickness. Prognosa dari KSB adalah baik dengan angka kesembuhan skitar 95% sedangkan pada KSS tergantung dari lokasi, ukuran, tingkat diferensiasi sel-sel dan kedalaman perluasannya, dan pada MM prognosa ditentukan oleh sifat tumor, stadium klinis, lokasi metastase dan faktor penderita.
26
DAFTAR PUSTAKA
Berman, K. MD, PhD, Associate. 2008. Basal cell carcinoma [Online] Available from:URL: /das/journal/view/0/N/15119303?issn=&source=MI. Diakses tanggal 03
Juli 2018
12.00
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC Manuaba, Tjakra Wibawa. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010 . Jakarta: Sagung Seto Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.EGC: Jakarta.
Sjamsudidayat ,R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Wong CS, Strange RC, Lear JT. Basal cell carcinoma [Online]. 2009. Available from: URL:http://bmj.bmjjournals.com/cgi/contaent/full/327/7418/794. Diakses tanggal 03 Juli 2018 12.00
27