LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA Penanaman dan Pemupukan
Disusun Oleh : Kelompok IV
Raden Mas Abadi
PT/06206
Endang Bogowati
PT/06455
Miftachul Huda
PT/06484
Sidiq Tripamungkas
PT/06496
Fadella Nur Almira
PT/06535
Adhi Anggrahito
PT/06579
Asisten: Fajar Aji Mukti
LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
PENANAMAN DAN PEMUPUKAN TINJAUAN PUSTAKA Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi (Sutanto, 2009). Tanah adalah sumber utama penyedia zat hara bagi tumbuhan. Tanah juga tapak utama terjadinya berbagai bentuk zat didalam daur makanan (Nasoetion, 2009). Komponen tanah (mineral, organik, air, dan udara) tersusun antara yang satu dan yang lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizonhorizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam-macam jenis tanah yang terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda (Sutanto,2009). Tanah yang menjadi media tumbuh bagi tanaman memiliki komposisi seperti, karbohidrat (gula, selulosa, hemiselulosa), lemak (gliserida, asam-asam lemak, stearat dan oleat), dan lignin yang tersusun dari C, H, dan O, juga oleh N. P, S, Fe, dan lain-lain, sedangkan bagian mineralnya terdiri dari unsur hara makro dan mikro esensial. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk dapat melengkapi siklus hidupnya, dan jika tanaman mengalami defisiensi maka dapat diperbaiki dengan unsur hara tersebut. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, biasanya diatas 500 ppm dinamakan unsur hara esensial sedangkan, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, biasanya kurang dari 50 ppm dinamakan unsur hara mikro esensial. Unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman adalah unsur N karena digunakan sebagai komponen produksi, kecuali untuk tanaman yang produksinya berupa buah berair atau umbi. Unsur hara yang ada dalam tanah dapat juga dimanfaatkan untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan membuat lubang resapan biopori (Hanafiah, 2005). Tanah merupakan salah satu media tanam yang umum digunakan. Lahan yang digunakan pada saat praktikum digemburkan terlebih dahulu
menggunakan cangkul dan diratakan sebelum ditanami. Sutanto (2009) menyatakan tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi sedangkan Nasution (2009) menyatakan tanah adalah sumber utama penyedia zat hara bagi tumbuhan. Tanah juga tapak utama terjadinya berbagai bentuk zat didalam daur makanan. Roidah (2013) menyatakan bahwa unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang tidak terlalu tinggi, namun pupuk ini dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air ,dan kation-kation tanah. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan dilakukan karena tanah tidk mampu menyediakan satu atau beberapa unsur hara untuk menjamin tingkat produksi tertentu. Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan teknologi khusus di pabrik melalui perubahan-perubahan kimia dari pupuk alam atau dari bahan dasar sederhana seperti pada pembuatan pupuk N. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisasisa makhluk hidup yang dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau, dan lain-lain (Sadikin, 2004). Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pengaplikasian pupuk organik dengan menyemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah (Dongoran, 2009). Pupuk kandang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk kandang segar berupa kotoran hewan yang baru dikeluarkan oleh hewan sehingga belum mengalami pembusukan dan pupuk kandang busuk yang merupakan pupuk kandang yang tekah disimpan atau digundukkan sehingga mengalami pembusukan. Pengaruh pemberian pupuk kandang
antara lain memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkecambahan buji dan akar, dan merupakan sumber unsur hara tanaman. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang yang penting bagi tanaman antara lain nitrogen, phosphor , dan kalium. Rata-rata kandungan unsur hara di dalam pupuk kandang adalah 0,3 sampai 0,6% N, 0,1 sampai 0,3% P2O5, dan 0,3 sampai 0,5% K2O (Mahanani, 2003). Sutedjo (1994) dalam skripsi Mahanani (2003) menyatakan metode pemupukan yang dapat digunakan antara lain, penyebaran pupuk. Cara ini biasanya menggunakan pupuk yang tidak larut dalam air dan bagianbagian utamanya terikat secara kimiawi. Cara pemupukannya dengan disebar merata dan dilakukan setelah atau sebelum pengolahan tanah kemudian dibenamkan. Plow sole placement , metode ini dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan menempatkan pupuk yang diperlukan secara langsung di belakang alat pembajak. Hal ini bertujuan agar pemupukannya dapat merata dan terbenam dalam tanah. Pupuk yang biasa digunakan merupakan pupuk yang tidak mudah larut dalam air. Side band placement , metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk pada sebuah sisi atau kedua belah sisi tanaman atau benih yang berjarak 5 sampai 7,5 cm pada kedalaman 2,5 sampai 5 cm dari permukaan tanah.In the row placement , cara pemupukan dengan menempatkan pupuk pada lubang-lubang benih atau sepanjang larikan tempat benih yang akan ditanami.Top dressed atau side dressed placement , metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk di atas permukaan tanah di sekitar tempat tumbuh tanaman. Pemupukan dengan cara ini sebaiknya dilakukan menjelang musim hujan dan minggu pertama sesudah musim hujan. Hal ini bertujuan agar pencucian atau pengangkutan pupuk oleh air dapat dihindarkan. Penyemprotan atau sistem irigasi. Penyemprotan hanya dapat dilakukan dengan pupuk yang mudah larut dalam air agar unsurunsur yang terkandung dalam larutan pupuk buatan dapat diserap oleh
daun atau batang tanaman. Cara pemupukan dengan penyemprotan merupakan cara yang efektif karena biayanya murah. Distribusi nutrisi ke tanaman
lebih
cepat,
waktu
pengaplikasiannya
setiap
saat,
dan
kehilangan unsur hara akibat pencucian bisa dikurangi. Pemeliharaan tanaman terdiri dari beberapa proses. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman agar tetap baik. Marliah et al. (2010) menyatakan bahwa proses pemeliharaan tanaman meliputi peyiraman tanaman dan pembubunan dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari setiap harinya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida dan ppenghilangan penyakit secara manual
MATERI DAN METODE
Materi Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penanaman dan pemupukan adalah cangkul, ember, tali rafia, dan patok. Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penanaman dan pemupukan adalahbatang rumput raja, pupuk organik, air dan lahan sebagai media tanam. Metode Metode
yang
digunakan
pada
praktikum
penanaman
dan
pemupukan adalah dengan menggemburkan dan membersihkan area lahan yang akan ditanami. Area lahan yang digunakan adalah 2,25 m 2. Tanah di area tanam dicampur dengan pupuk hingga merata. Batang rumput raja ditancapkan kedalam tanah dengan kemiringan 45º secara vertikal. Batang rumput raja. Batang rumput raja disiram selama 30 hari. Pertumbuhan tunas kemudian diamati dan dicatat selama 30 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyiapan dan pengolahan lahan berupa pembajakan tanah berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga memperlancar sirkulasi udara atau aerasi di dalam tanah. Penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti teksturtanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum. Budi daya rumput rajadengan teknik penyiapan lahan konservasi dapat berhasil baik pada tanahbertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh drainase yang baik (Akil dan Dahlan, 2004). Tanah setelah digemburkan kemudian diratakan dan dipasang patok kayu dan tali rafia sehingga membentuk petak petak berukuran luas 1,5x1,5 m. Masing-masing kelompok mengerjakan satu buah petak. Tepian petak dibuat saluran irigasi berupa parit kecil yang berfungsi untuk lewatnya air yang akan mengairi lahan, karena lahan yang digunakan tidak luas, maka pembuatan parit irigasi hanya menggunakan cangkul. Akil dan Dahlan (2009) menyatakan pengairan tanaman pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak. Lahan yang telah siap dengan lubang tanamnya, kemudian ditancapkan rumput raja sebanyak 9 kedalam lahan yang telah dipersiapka.
Nasoetion
(2009)
menyatakan
sistem
jarak
tanam
mempengaruhi cahaya, CO2, angin, dan unsur hara yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada akhirnya
memberikan
pengaruh
yang
berbeda
pada
parameter
pertumbuhan dan produksi rumput raja. Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji. Variasi jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun, tinggi tanaman, indeks luas daun, indeks panen, serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi per han. Nasution (2009) menyatakan sistem jarak tanam satu baris menggunakan jarak tanam 60x25 cm memberikan tinggi tanaman rumput raja yang paling tinggi dibandingkan dengan sistem dua baris menggunakan jarak tanam 25x25 cm dan sistem baris segitiga berjarak 25x25x25 cm dengan jarak tiap segitiga 60 cm. Berdasarkan hal tersebut, jarak tanam yang digunakan pada saat praktikum belum sesuai untuk menghasilkan tinggi rumput raja yang optimal. Nasution (2009) mengatakan sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, angin, serta unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi rumput raja. Penanaman pada setiap lahan diberikan perlakuan yang berbeda berupa perbedaan metode penanaman, yaitu perlakuan dengancara metode stek dan metode ditanam secara langsung. Mahanani (2003) menyatakan pupuk yang diberikan pada tanaman dapat dalam bentuk butiran atau granule maupun dalam bentuk larutan. Pupuk yang diberikan dalam bentuk granule lebih efektif karena pupuk tidak mudah tercuci oleh air hujan atau air penyiraman dan dapat diserap tanaman secara perlahan sehingga ketersediaan pupuknya lebih kontinyu. Berdasarkan hal tersebut, pemakaian pupuk kompos untuk pemupukan tanaman lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan pupuk cair. Penanaman dilakukan dengan menanam batang rumput raja pada media tanam yang tersedia. Batang rumput raja yang ditanam bervariasi tergantung pada perlakuan. Penggemburan tanah dan pembersihan media
tanam
dilakukan
sebelum
proses
penanaman
dilakukan.
Berdasarkan praktikum data yang diamati meliputi banyaknya tunas yang tumbuh, hari bertunas, dan tinggi dari tunas yang ada. Hari bertunas Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui bahwa pertama kali bertunas untuk perlakuan 1 (penanaman dengan cara batang
rumput raja diletakkan diatas tanah) dan perlakuan 2 (penanaman dengan cara batang rumput raja ditancapkan pada media tanam) secara berturutturut adalah pada hari kelima dan hari ketujuh. Febriana (2009) menyatakan bahwa pembentukan tunas sangatlah penting sebab tahap awal pembentukan primordia daun dimana daun merupakan organ tanaman yang memiliki jumlah klorofil terbesar yang berfungsi sebagai terjadinya proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat sebagai sumber makanan. Polakitan dan Kairupan (2009) menyatakan bahwa tunas baru akan muncul pada hari kedua dan ketiga setelah pemotongan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa tunas yang muncul pertama kali masih terlambat dan berbeda dengan literatur yang ada. Perbedaan waktu tumbuh dapat disebabkan oleh kualitas tanah yang digunakan sebagai media tanam, batang rumput raja yang digunakan untuk stek, penyiraman dan suplai unsur hara maupun air pada tanaman, dan adanya hama dan gulma. Jumlah tunas Jumlah tunas yang tumbuh pada tanaman yang digunakan pada saat praktikum diamati dan dihitung selama 30 hari. Jumlah tunas yang tumbuh pada perlakuan 1 dan perlakuan 2 diamati dan dilakukan perbandingan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil pengamatan penanaman dan pemupukan rumput raja Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan 1* 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 2
Jumlah Tunas Perlakuan 2** 0 0 0 0 2 2 3 5 6 6 6 7
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
* : 3 batang rumput raja 3 ruas ditanam dengan cara diletakkan diatas media tanam. ** : 4 batang rumput raja ditanam dengan cara ditancapkan dengan sudut 45o pada media tanam.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil jumlah tunas pada penanaman rumput raja dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2 setelah 30 hari masa penanaman secara berturut-turut adalah 4 tunas dan 8 tunas. Jumlah tunas bergantung pada jumlah ruas batang rumput raja yang ada. Perbedaan perlakuan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 akan mengakibatkan perbedaan terhadap daya serap air, daya serap unsur hara pada tanah, dan jumlah cahaya yang diterima. Polakitan dan Kairupan (2009) menyatakan bahwa jumlah tunas yang tumbuh setelah
Commented [u1]: Dijelaskan hubunganny emng bgmn dari msg2 perlakuan ?
pemotongan adalah 224 tunas. Hasil praktikum menunjukkan perbedaan jumlah tunas yang sangat signifikan. Mulatsih (2003) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali tanaman adalah kadar cadangan karbohidrat, kesuburan tanah, iklim, penerimaan cahaya, tinggi pemotongan, dan interval pemotongan.
Commented [u2]: Kamu pakai analisis statistika kok bilang sngt signifikan ?
Jumlah Tunas 9 8 7 s 6 a n u5 T h a 4 l m u J 3
Perlakuan 1 Perlakuan 2
2 1 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari ke-
Grafik 1. Jumlah tunas yang muncul Tinggi tunas Tinggi tunas diukur selama 30 hari penanaman. Tinggi tunas didapatkan dari rata-rata tinggi tunas yang ada pada batang stek rumput raja. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil tinggi tunas seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengamatan penanaman dan pemupukan rumput raja Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Tinggi tunas Perlakuan 1* 0 0 0 0 1 1 7 7,6 7,6 7,6 7,7 7,7 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8
Perlakuan 2** 0 0 0 0 0,5 0,75 0,85 2 4 4,2 8 8,9 9,1 10,8 11,7 12,3 12,7 14,3 15,3
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
11 11 11 11,2 11,2 11,5 11,5 11,7 11,7 11,7 12
16,3 19,12 21,68 23,77 25,12 26,87 27,33 27,9 28,8 29,32 30,2
* : 3 batang rumput raja 3 ruas ditanam dengan cara diletakkan diatas media tanam. ** : 4 batang rumput raja ditanam dengan cara ditancapkan dengan sudut 45o pada media tanam.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tinggi tunas pada perlakuan 1 dan perlakuan 2 setelah penanaman selama 30 hari adalah masing-masing 12 cm dan perlakuan 2 adalah 30,2 cm. Tinggi tunas pada praktikum yang dilakukan masih kurang baik. Polakitan dan Kairupan (2009) menyatakan bahwa tinggi tanaman rumput raja dwarf berkisar antara 100 hingga 200 cm. Rumput raja biasa dipanen pada umur 50 hingga 70 hari. Hasil praktikum menunjukkan tinggi tunas pada penanaman 30 hari masih jauh dibawah kisaran normal menurut literatur. Sparta et al. (2011) berpendapat bahwa pertumbuhan tunas pada stek dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan seperti bahan stek yang digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan stek.
Tinggi Tunas 9 8 7 ) 6 m c 5 ( i g g 4 n i t 3
Perlakuan 1 Perlakuan 2
2 1 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari ke-
Grafik 2. Rata-rata tinggi tunas
KESIMPULAN
Berdasaran praktikum penanaman dan pemupukan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penanaman rumput raja dengan carastek (ditancapkan diatas tanah penanaman 45º) lebih baik daripada penanaman dengan cara direbahkan diatas tanah penanaman. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kadar cadangan karbohidrat,
kesuburan
pemotongan,
interval
tanah,
iklum,
penerimaan
pemotongan,bahan
stek
cahaya,
yang
tinggi
digunakan,
lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan stek.
DAFTAR PUSTAKA Akil, M dan Hadijah A. Dahlan. 2004. Budi Daya rumput raja dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Avalaibleat . pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10241.pdfdiakses1De sember 201311.52 WIB. Dongoran, Doddy. 2009. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Rumpu Raja terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF dan Pupuk Kandang Ayam. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. Febriana, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi ZPT dan Panjang Stek terhadap Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad (Persea americana Mill ). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mahanani, C. L. R. 2003. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk NPK terhadap Produksi Tanaman Pak-Choi (Brassicachinensis) Varietas Green Pak-Choi. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marliah, A., Jumini, dan Jamilah. 2010. Pengaruh jarak tanam antar barisan pada sistem tumpang sari beberapa varietas rumput raja terhadap pertumbuhan dan hasil. Jurnal Agrista. Volume 14, No 1. Mulatsih, R.T.. 2003. Pertumbuhan kembali rumput raja dengan interval defoliasi dan dosis pupuk urea yang berbeda. J.Indon.Trop.Anim.Agric.. Volume 28, No. 2. Nasoetion, Andi Hakim. 2009. Pengantar ke Ilmu –Ilmu Pertanian. Litera Antarnusa. Jakarta. Nasution, Diana Pima. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan produksi rumput raja Varietas DK3. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utar. Medan. Polakitan, D. dan A. Kairupan. 2009. Pertumbuhan dan produktivitas rumput raja dwarf. (Pennisetum purpureum cv. Mott ) pada umur potong berbeda. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian. Sumatera Utara. Roidah, I.S.. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal uUniversitas Tulungagung Bonoworo. Volume 1, No1. Sadikin, Soraya. 2004. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth.). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutanto, Rachman. 2009. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Sparta, A., M. Andini., T. Rahman. 2011. Pengaruh berbagai panjang stek terhadap pertumbuhan bibit buah naga (Hylocereus polyryzus). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.