LAPORAN
WORKSHOP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA) TANGGAL 12-13 DESEMBER 2017
SERTA WORKSHOP DAN DIKLAT PPRA TANGGAL 14 DESEMBER 2017
HARRIS HOTEL & RESIDENCE SUNSET ROAD KUTA, BALI
OLEH: Dr. Pande Putu Ayu Patria Dewi, Sp.PK. Ade Budihendrawan, S.Farm.,Apt.
PEMERINTAH PROVINSI BALI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Resistensi terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba, dalam bahasa Inggris antimicrobial resistance,AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu dan meningkatkan risiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan pasien. Yang
dimaksud
dengan
resistensi
antimikroba
adalah
ketidak
mampuan antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi. Meningkatnya
masalah
resistensi
antimikroba
terjadi
akibat
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik melalui PPI. Pelaksanaan PPI yang baik dapat ditingkatkan melalui pelatihan – pelatihan khususnya terkait Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) yang baru di tahun 2018. Selain pengendalian dan pencegahan infeksi melalui PPI yang baik, pengendalian terhadap penggunaan antibiotika juga berperan besar dalam menurunkan resistensi mikroba. Program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan. Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila mendapat dukungan penuh dari pimpinan/direktur RS berupa penetapan regulasi pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan PPRA. Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite atau tim PPRA sesuai Permenkes No.8 tahun 2015. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS), calon – calon anggota PPRA yang nantinya akan dibentuk perlu diikutkan dalam pelatihan khusus mengenai PPRA.
B. Tujuan Tujuan Umum 1. Setelah
mengikuti
pelatihan
ini
diharapkan
peserta
mengetahui
pelaksanaan PPI menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). 2. Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mengetahui dan dapat menerapkan pengendalian resistensi antimikroba melalui PPRA sesuai Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu: 1.
Mengetahui Peran PPI dan PPRA dalam pengendalian resistensi antimikroba
2.
Mengetahui gambaran umum mengenai perubahan dan elemen baru terkait Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1.
3.
Mengetahui standar PPRA terkait SNARS Edisi 1.
4.
Mampu membangun dan mengembangkan PPRA sesuai Peraturan perundang – undangan.
5.
Mampu menerapkan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis yang bijak untuk mencegah resistensi antimikroba.
6.
Mengetahui dasar penyusunan Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotika di Rumah Sakit.
7.
Mengetahui sistem pelaporan PPRA di rumah sakit.
8.
Mengetahui unsur PPRA dan fungsi dari tiap bagiannya.
9.
Mampu melakukan audit terhadap penggunaan antibiotik rumah sakit.
10. Mengetahui cara membuat dan melaporkan pola kuman dan antibiogram rumah sakit. 11. Mengetahui cara pengambilan spesimen yang benar untuk kultur resistensi antimikroba.
C. PESERTA Jumlah peserta sebanyak 60 orang yang terdiri dari berbagai rumah sakit di Indonesia baik itu rumah sakit pemerintah maupun swasta.
D. WAKTU / TEMPAT Workshop Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dam Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dilaksanakan dari tanggal 12 – 13 Desember 2017 sedangkan Workshop dan Diklat PPRA dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2017 di Harris Hotel & Residence Sunset Road, Bali.
MATERI
WORKSHOP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA) TANGGAL 12-13 DESEMBER 2017
SERTA WORKSHOP DAN DIKLAT PPRA TANGGAL 14 DESEMBER 2017
HARRIS HOTEL & RESIDENCE SUNSET ROAD KUTA, BALI I.
Peran PPI dan PPRA dalam Pengendalian resistensi Antimikroba Peran
PPI
adalah
mencegah
transmisi
mikroba
resisten
dengan
melaksanakan Standard General Precaution yaitu: o
Apd & Hand Hygiene, Kes Kerja
Isolasi
o
o
Kesehatan Lingkungan
Sterilisasi
o
ICRA
o
Surveilance – Data
o
Peran PPRA adalah Mencegah selection pressure melalui penggunaan antimikroba yang bijak dengan cara :
II.
o
Penyusunan Panduan Penggunaan Antibiotik Rumah Sakit
o
Ikut serta dalam penyusunan Guidelines/ PPK
o
Audit penggunaan Antibiotik Rumah Sakit
Perubahan dan Elemen Baru terkait Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1.
Perubahan Nama BAB terkait SNARS Edisi 1
o
Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK)
Akses ke Rumah
Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) o
Pelayanan Pasien (PP)
Pelayanan
o
Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
Asuhan Pasien (PAP) Pelayanan Kefarmasian
dan Penggunaan Obat (PKPO) o
Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
Manajemen
Komunikasi
dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar dari Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) standar versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini. o
Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
Tata
Kelola
Rumah Sakit (TKRS) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
o
Kompetensi dan
Kewenangan Staf (KKS) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
o
Manajemen
Informasi dan Rekam Medis (MIRM) Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs)
o
Program
Nasional dimana terdiri dari: -
Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
-
Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
-
Program Menurunan Angka Kesakitan TB
-
Penyelenggaraan
Pengendalian
Resistensi
Antimikroba
(PPRA) -
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
Elemen Baru dalam SNARS Edisi 1 o
STANDAR
PENGELOLAAN
PENGENDALIAN
RESISTENSI
ANTIMIKROBA (PPRA) o
STANDAR PELAYANAN GERIATRI
STANDAR
o
INTEGRASI
PENDIDIKAN
KESEHATAN
DALAM
PELAYANAN (UNTUK RS YANG MELAKSANAKAN PROSES PENDIDIKAN )
III.
Standar PPRA terkait SNARS Edisi 1
Standar 4-PPRA : o
Organisasi PRA dipimpin oleh staf medis yang sudah mendapat sertifikat pelatihan PPRA.
o
Rumah
sakit
menyusun
program
pengendalian
resistensi
antimikroba di rumah sakit terdiri dari : -
peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang masalah resistensi antimikroba.
o
-
pengendalian penggunaan antibiotik di rumah sakit.
-
surveilans pola penggunaan antibiotik di rumah sakit.
-
surveilans pola resistensi antimikroba.
-
forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
Rumah sakit membuat laporan pelaksanaan program/ kegiatan PRA meliputi : -
kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan tentang pengendalian resistensi antimikroba.
-
surveilans
pola penggunaan antibiotik di RS (termasuk
laporan pelaksanaan pengendalian antibiotik).
-
surveilans pola resistensi antimikroba.
-
forum kajian penyakit infeksi terintegrasi.
Standar 4.1-PPRA : o
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan evaluasi dan analisis indikator mutu PPRA sesuai peraturan perundang-undangan meliputi : -
perbaikan kuantitas penggunaan antibiotic
-
perbaikan kualitas penggunaan antibiotic
-
peningkatan
mutu
penanganan
kasus
infeksi
secara
multidisiplin dan terintegrasi -
penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resisten
-
indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator mutu PMKP
o
Rumah sakit melaporkan perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba resisten sesuai indikator bakteri multi-drug resistant organism (MDRO), antara lain :
IV.
-
extended spectrum beta-lactamase (ESBL)
-
Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
-
Carbapenemase resistant enterobacteriaceae (CRE)
-
bakteri pan-resisten lainnya
Membangun dan Mengembangkan PPRA Sesuai Peraturan Perundang – Undangan Pembentukan PPRA di Rumah Sakit Sesuai perundang – undangan dan SNARS Edisi 1 hendaknya mengacu pada Permenkes No.8 Tahun 2015. Beberapa hal yang harus dilaksanakan mengenai PPRA pada Permenkes No.8 tahun 2015 yaitu :
Pasal 6 : -
Setiap
Rumah
Sakit
harus
melaksanakan
Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba. -
Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
Pembentukan Tim pelaksana pengendalian resistensi antimikroba
Penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik
Melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak
Melaksanakan
prinsip
pencegahan
pengendalian
infeksi
Pasal 7 : -
Susunan tim pelaksana PRA terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
-
Kualifikasi ketua tim PRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi.
-
Dalam
melaksanakan
tugasnya
tim
pelaksana
PRA
bertanggung jawab langsung kepada kepala/direktur rumah sakit.
V.
Penggunaan Antibiotik Terapi dan Profilaksis yang Bijak Penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis yang bijak merupakan salah satu langkah yang dapat diambil untuk pengendalian resistensi antimikroba. Penggunaan antibiotik yang bijak dapat ditentukan melalui 7 Langkah yaitu :
Langkah 1 : Tentukan Masalah Penentuan Masalah dapat dilakukan dengan menetapkan diagnosis klinis atau pasti.
Langkah 2 : Tentukan Severitas (Tingkat Keparahan) Kasus berat (severe) memerlukan penanganan yang lebih kompleks dan agresif yang biasanya dilakukan di ICU dengan melibatkan beberapa profesi, pemeriksaan lanjutan dan penanganan cepat diamana pemberian antibiotik empirik biasanya harus segera diberikan untuk mencegah meningkatnya tingkat keparahan pada pasien. Untuk menentukan severitas dapat dilakukan melalui metode : o
Quick SOFA
o
CURB 65, severity scoring criteria
Langkah 3 : Tentukan apakah disebabkan Multi Drug Resistent Organism (MDRO). Infeksi akibat MDRO kebanyakan merupakan Hospital Accuired Infection(HAI). Faktor risiko infeksi patogen MDRO adalah sebagai berikut : -
Pasien Geriatri
-
Pasien yang dalam 90 hari sebelumnya pernah dirawat ddi rumah sakit atau ward lainnya.
-
Memiliki riwayat operasi besar.
-
Memiliki riwayat pemasangan kateter, terutama CV kateter.
-
Riwayat penggunaan antibiotik intravena terutama golongan Cephalosporin.
Langkah 4 : Tentukan apakah pasien Immunokompromis. Kriteria Pasien Immunokompromis adalah : o
Usia Lanjut, Anak, Ibu Hamil
o
Pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang atau kemoterapi.
o
Pasien mengidap HIV-AIDS.
o
Pasien dengan Autoimmune (SLE)
o
Pasien geriatri dengan minimal 2 penyakit sistemik/kronik.
Langkah 5 : Tentukan kemungkinan bakteri penyebab infeksi.
Penentuan kemungkinan bakteri penyebab dilakukan melalui uji mikrobiologi. Langkah ini sangat membantu dalam penentuan antibiotik terapi yang akan digunakan. o
Antibiotik profilaksis : berikan antibiotic profilaksis hanya untuk operasi bersih dan bersih tercemar
o
Temperature : suhu badan sebelum operasi harus dalam keadaan normal
o
Sugar : Kontrol gula darah agar dibawah 200 pada saat operasi
Langkah 6 : Tetapkan Antibiotik Penentuan antibiotik dilakukan berdasarkan hasil uji mikrobiologi.
Langkah 7 : Tetapkan Durasi penggunaan Antibiotik. Penentuan durasi antibiotik dilakukan berdasarkan Farmakokinetik dan Farmakodinamik tiap antibiotik. Penggunaan Antibiotik diharapkan dengan dosis optimal dan durasi sesingkat mungkin. Penggunaan Antibiotik yang overuse maupun underdose dihindari karena meningkatkan resiko resistensi antimikroba.
VI.
Penyusunan Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotika di Rumah Sakit Penyusunan Kebijakan dan Panduan Pengunaan Antibiotika di Rumah Sakit didasari oleh Permenkes No.8 Tahun 2015 pasal 6 ayat 2(b) yang menerangkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik. Kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik disusun melibatkan SMF, PPI, Instalasi Farmasi, Mikrobiologi, PPRA dan KFT. Adapun kebijakan dan panduan yang harus disusun rumah sakit berisikan :
Kebijakan : o
Kebijakan penanganan kasus infeksi harus dilaksanakan secara multidisiplin.
Kebijakan
o
pemberian
antibiotik
meliputi
empirik, definitif, de-eskalasi dan profilaksis.
penetapan
antibiotik
o
Kebijakan peresepan/pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data laboratorium mikrobiologi.
o
Kebijakan mengenai Infeksi kommunitas atau HAI.
o
Kebijakan mengenai pemeriksaan kultur sesuai indikasi pada kasus infeksi bakteri.
Panduan : o o o o o o o
o
o
o o
o
o o o
Judul, logo rumah sakit, edisi tahun. Kata pengantar tim penyusun Sambutan pimpinan rumah sakit Keputusan pimpinan rumah sakit mengenai tim penyusun Daftar tim penyusun Daftar istilah dan singkatan Daftar isi Pendahuluan - Latar belakang - Definisi - Tujuan - Masa berlaku - Kelebihan dan keterbatasan pedoman Indikasi penggunaan antibiotik - Profilaksis : tercantum pembagian kelas operasi berdasarkan kriteria Mayhall. - Terapi empirik : dasar dan cara pemilihan antibiotik empirik , disertai diagram alur indikasi penggunaan antibiotik Daftar kasus dan alur penanganan pasien Klasifikasi dan cara penggunaan antibiotik meliputi : - Jenis - Dosis - Interval - Rute - Cara pemberian - Saat dan lama pemberian - Efek samping antibiotik Catatan khusus (jika ada bagian/divisi yang belum menyetujui pedoman. Penutup Referensi Lampiran
VII.
Sistem Pelaporan PPRA di Rumah Sakit
Sistem pelaporan PPRA di rumah sakit diatur oleh Permenkes No. 8 Tahun 2015 Pasal 12 ayat (1) dan (2) dimana pelaporan dilakukan oleh pimpinan/direktur rumah sakit kepada Menteri Kesehatan melalui Komite Pencegahan Resistensi Antibiotik (KPRA) secara berkala setiap akhir tahun. Adapun format pelaporan adalah sebagai berikut : Pendahuluan
o
Informasi Umum Rumah Sakit
o
Program kerja Komite/Tim PPRA
Struktur Organisasi Rumah Sakit yang mencantumkan posisi komite/tim PPRA. Rumah Sakit.
Daftar dokumen yang berhubungan dengan PPRA meliputi : o
Kebijakan/Peraturan rumah sakit
o
SPO PPRA
o
Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB)
Bundle VAP adalah: o
Kebersihan tangan
o
Posisi pasien 30-45°
o
Kebersihan mulut dengan chlorhexidine 0.2%
o
Manajemen sekresi oropharingeal dan tracheal
o
Pengkajian setiap hari sedasi dan ekstubasi
o
Pressure cuff 20-30 cmH20
o
Peptic Ulcer Profilaksis
o
DVT Profilasksis
Pelayanan Laboratorium Mikrobiologi o
Sarana dan Prasarana
o
Jenis pemeriksaan mikrobiologi dan metode
o
Jenis pemeriksaan mikrobiologi yang dirujuk ke laboratorium lain disertai nama laboratoriumnya
o
Antibiogram (peta kuman dan kepekaannya) rumah sakit (dalam setahun)
Instalasi Farmasi o
Jumlah Apoteker farmasi klinik
o
VIII.
Metode pengendalian pelayanan antibiotik
Penggunaan Antibiotik rumah sakit o
Audit kuantitatif
o
Audit kualitatif
Kegiatan rumah sakit untuk mendukung PPRA o
Pelaksanaan edukasi/pelatihan yang mendukung keberhasilan PRA
o
Pelaksanaan diskusi kasus infeksi multidisiplin
o
Pelaksanaan studi/penelitian yang mendukung PRA rumah sakit.
Unsur PPRA dan Fungsi Tiap Bagiannya PPRA tersusun dari 6 pilar utama yaitu Klinisi, Keperawatan, Laboratorium klinik, Instalasi Farmasi, Komite PPI, dan KFT. Adapun fungsi dari tiap bagian yaitu :
Klinisi : o
Menerapkan prinsip antibiotik bijak dan kewaspadaan standar
o
Melaksanakan koordinasi implementasi PPRA di tiap SMF
o
Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan antibiotik di smf
o
Melakukan evaluasi antibiotik bersama tim.
Keperawatan : o
Menerapkan kewaspadaan standar dan prinsip PPI
o
Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar
o
Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara aseptik
Instalasi farmasi : o
Mengelola ketersediaan dan mutu antibiotik
o
Terlibat dalam tata laksana pasien infeksi
o
Memberi informasi dan edukasi penggunaan antibiotik
o
Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim
o
Tersedia fasilitas
o
Komitmen individu
Mikrobiologi klinik : o
Pelayanan pemeriksaan mikrobiologi
o
Konsultasi dan terlibat dalam tata laksana pasien infeksi
Informasi pola mikroba dan pola kepekaan/resistensi secara
o
berkala (antibiogram). KFT
o
Menyusun
dan
mengembangkan
kebijakan
dan
panduan
penggunaan antibiotik rumah sakit o
Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan yang telah disusun
o
Komite PPI o
IX.
Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim
Pengendalian penyebaran MDRO
Audit Penggunaan Antibiotik Rumah Sakit
Audit Kuantitatif menggunakan Defined Daily Dose (DDD) DDD adalah dosis harian rata – rata antibiotika yang digunakan pada orang dewasa untuk indikasi utamanya. DDD ditentukan dengan : -
Penentuan numerator :
Jumlah DDD= (
-
100
Penentuan Denominator :
Jumlah konsumsi Antibiotika (dalam DDD) = ℎ ( ) ()
DDD/100 patient days =
−
100
Audit Kualitatif menggunakan alur Gyssens :
Tahap VI : Data lengkap o
Bila data pasien dalam rekam medik tidak lengkap maka dilakukan ekslusi
o
Angka ekslusi tinggi menandakan kepatuhan pengisian rekam medik rendah yang merupakan pelanggaran terhadap International Patient Safety Goals (IPSG)
Tahap V : Indikasi sesuai
Tahap IV a : Ada alternatif lebih efektif
Tahap IV b : Ada alternatif kurang toksik
Tahap IV c : Ada alternatif lebih murah
Tahap IV d : Ada alternatif indeks terapi lebih sempit
Tahap III a : Durasi terlalu lama
Tahap III b : Durasi terlalu singkat
Tahap II a : Dosis tepat
Tahap II b : Interval pemberian tepat
Tahap II c : Rute pemberian tepat
Tahap I : Waktu pemberian tepat
Tahap 0 : Tepat semua
Semua data hasil audit dikumpulkan dan dilaporkan dalam audit PPRA.
X.
Membuat dan Melaporkan Pola Kuman dan Antibiogram Rumah Sakit Pembuatan Antibiogram rumah sakit dilakukan dengan cara :
Download program WHO net atau sejenisnya
Buat field untuk mengisi data pasien, dan jenis sample mikrobiologi
XI.
Isi data dalam field selama 6 bulan
Olah data menggunakan program.
Sajikan dalam bentuk tabel
Buat kesimpulan dari hasil data yang diperoleh
Laporkan dalam bagian laporan PPRA.
Cara Pengambilan Spesimen yang Benar Untuk Kultur Resistensi Antimikroba Pengambilan spesimen untuk kultur harus dilakukan secara “6 Benar” yaitu :
Benar Lokasi : Lokasi pengambilan spesimen mewakili lokasi infeksi dan telah bebas kontaminasi
Benar Waktu Pengambilan spesimen dilakukan pada saat mikroba penyebab infeksi banyak dalam spesimen misalnya : o
Pada saat demam terjadi biasanya dikarenakan jumlah mikrobiologi patogen meningkat pada jaringan infeksi.
o
Sebelum dilakukan terapi antibiotik karena jika pengambilan sample dilakukan setelah terapi antibiotik akan menekan jumlah bakteri patogen sehingga jumlahnya tidak cukup untuk dilakukan kultur.
Benar volume : Pengambilan spesimen dilakukan dengan volume yang cukup untuk menumbuhkan kultur misalnya :
o
Spesimen darah pada neonatus : 0,5 – 1mL
o
Spesimen darah pada anak : 2 – 5 mL
o
Spesimen darah pada dewasa : 8 – 10 mL
Benar Cara Pengambilan : Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara yang benar misalnya pada sample urin: o
Sampel urin diambil pada pagi hari
o
Lakukan pembersihan sebelum mengambil spesimen
o
keluarkan dulu beberapa mL urin yang keluar paling pertama untuk membuang kotoran dalam saluran kencing
o
Tampung urin setelahnya dalam volume yang cukup.
Benar Wadah : Pengambilan spesimen dilakukan pada wadah yang sesuai dan steril dari kontaminan yang dapat menyebabkan bias pada hasil kultur
Benar identitas dan Spesimen : Dilakukan pemberian identias pada spesimen meliputi : o
Tanggal pengambilan
o
Jam saat pengambilan
o
Nama pasien
o
Nomor rekam medis
o
Jenis spesimen
o
Tempat rawat
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Kegiatan Workshop PPI – PPRA dan Diklat PPRA ini telah berjalan dengan lancar, dimana seluruh peserta mampu mengikuti dengan antusias dan aktif. Banyak ilmu dan pengalaman yang diperoleh saat pelatihan. Semoga ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan demi keselamatan pasien di rumah sakit.
SARAN 1. Agar kegiatan pelatihan dilakukan update secara kontinu 2. Mengirimkan staf yang terkait dalam pelatihan tersebut.
Denpasar, 19 Desember 2017
Dr. Pande Putu Ayu Patria Dewi, Sp.PK.
Ade Budihendrawan, S.Farm.,Apt.