Laporan Laboratorium Osmotic Fragility Test Tujuan
Mengetahui ketahanan sel darah merah terhadap beberapa larutan (NaCl) yang berbeda -beda konsentrasinya dan mengetahui proses hemolisis, baik initial hemolytic maupuncomplete hemolytic. Prinsip
Larutan hipotonis dalam percobaan ini yaitu larutan NaCl akan membuat eritrosit lisis pada konsentrasi tertentu baik itu lisis sedikit, separuhnya, ataupun keseluruhannya. Ada tidaknya hemolisis sangat efektif untuk mengukur kepekaan eritrosit terhadap cairan hipotonis dan dapat menegakkan diagnosis dari hemolytic anemia. Bahan
1) 2) 3) 4) 5) 6)
12 tabung reaksi, 75mm dua buah 5ml serologic pipet satu buah pipet 3 ml darah sampel larutan NaCl 1% aquades
Prosedur
1) Siapkan 12 tabung reaksi 2) Beli label berupa nomor pada masing-masing tabung 3) Masukan larutan larutan NaCl 1% dan aquades pada tiap tabung berdasarkan berdasarkan tabel berikut : Tube 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 4) 5) 6) 7) 8)
1% NaCl (mL) 4,25 3,3 3,25 3,00 2,75 2,5 2,25 2,00 1,75 1,50 1,25 0,75
Distilled water 0,75 1,50 1,75 2,00 2,25 2,5 2,75 3,00 3,25 3,50 3,75 4,25
NaCl% 0,85 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,15
Setelah dimasukan kedua zat tersebut lalu dikocok Masukkan 50 L darah pada setiap tabung menggunakan mikropipet. Diamkan pada suhu ruangan selama 30 menit Masukkan tabung untuk disentrifuge pada kecepatan 2000rpm selama 5 menit Amati hasil hemolisis pada 12 tabung
Hasil
Didapatkan dalam percobaan kami bahwa sel mulai lisis pada tabung nomor 8 dengan ditandai cairan yang berwarna kuning dan pada tabung reaksi nomor 12 mengalami lisis total ditandai dengan tidak adanya endapan dan cairan berwarna merah seluruhnya. Adapun hasil setiap tabungnya sebagai berikut. Nomor Konsentrasi Hasil Hemolisis Tabung NaCl% 1 0.85 Sel darah merah mengendap di Tidak permukaan tabung dan cairan berwarna putih 2 0.70 Sel darah merah mengendap di Tidak permukaan tabung dan cairan berwarna putih 3 0.65 Sel darah merah mengendap di Tidak permukaan tabung dan cairan berwarna putih 4 0.60 Sel darah merah mengendap di Tidak permukaan tabung dan cairan berwarna putih 5 0.55 Sel darah merah mengendap di Tidak permukaan tabung dan cairan berwarna putih
6
0.50
7
0.45
8
0.40
9
0.35
10
0.30
11
0.25
12
0.15
Sel darah merah mengendap di permukaan tabung dan cairan berwarna putih Sel darah merah mengendap di permukaan tabung dan cairan berwarna putih Sel darah merah mengendap dan cairan berwarna kuning Sel darah merah mengendap dan cairan berwarna kuning Sel darah merah mengendap dan cairan berwarna kuning Sel darah merah mengendap dan cairan berwarna kuning Tidak ada endapan dan seluruh cairan berwarna merah
Tidak
Tidak
Mulai lisis Mulai lisis Mulai lisis Mulai lisis Lisis total
Kesimpulan
Darah sampel normal, tidak terdeteksi adanya hemolytic anemia karena hemolysis mulai terjadi pada konsentrasi 0.40 yaitu masih dalam batas normal. Apabila positif anemia hemolitik maka akan mulai terjadi hemolysis pada konsentrasi 0.65 Tabung 1-6 tidak terjadi hemolisis,hanya pengendapan (pada penderita hereditary spherocytosis, darah pada tabung ketiga sudah mulai lisis.) Bila eritrosit berada dalam larutan yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya lebih rendah daripada plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg) Uji fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam larutan yang hipotonis. Caranya adalah sebagi berikut : eritrosit dilarutkan dalam larutan salin dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan salin yang sedikit hipotonis, keadaan ini dinamakan peningkatan fragilitas eritrosit (=penurunan resistensi/daya tahan eritrosit), dan apabila hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat hipotonis, keadaan ini mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (=peningkatan resistensi eritrosit). Hemoglobin keluar dari sel pada masing-masing tabung yang berisi larutan NaCl yang kadarnya berbeda-beda. Kadar Hb kemudian ditentukan secara fotokolorimetrik. Hasilnya dilaporkan dalam persentase (%) hemolisis. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diplot dalam suatu kurva dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada keadaan peningkatan fragilitas, eritrosit biasanya berbentuk sferis, dan kurva tampak bergeser ke kanan. Sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata, kurva tampak bergeser ke kiri. Masalah Klinis
PENURUNAN FRAGILITAS : Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia Cooley), anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vit B6, sel sabit), penyakit hemoglobin C, polisitemia vera, post splenektomi, nekrosis hati akut dan sub akut, i kterik obstruktif. PENINGKATAN FRAGILITAS : Sferositosis herediter, transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus), anemia hemolitik autoimun (AIHA), penyakit hemoglobin C, toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik kronis, luka bakar (termal). Prosedur
Uji ini biasanya dilakukan pada sampel darah segar kurang dari 3 jam dan/atu sampel darah 24 jam yang diinkubasi pada suhu 37oC. Sampel darah yang digunakan berupa darah heparin atau darah “defibrinated”. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman. Pada pengujian ini dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda. Penilaian hasil dengan metode fotokolorimetri (menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer). Sebelum melakukan pengujian, sediakan dulu larutan stock buffer NaCl 10% yang terbuat dari NaCl 9 gram, Na2HPO4 1,365 gram, dan NaH2PO4.H2O 0,215 gram. Bahan-bahan tersebut kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Sebelum digunakan untuk pemeriksaan, buatlah larutan pokok NaCl 1,0% dengan cara melarutkan 5,0 ml stock buffer saline 10% dengan aquadest hingga 50,0 ml. Selanjutnya lakukan pengujian sebagai berikut :
Sediakan 12 buah tabung lalu buatlah pengenceran bertingkat larutan NaCl dengan konsentrasi : 0,85%, 0,75%, 0,65%, 0,60%, 0,55%, 0,50%, 0,45%, 0,40%, 0,35%, 0,30%, 0,20% dan 0,10%, masing-masing sebanyak 5,0 ml. Larutan-larutan NaCl tersebut dibuat dari larutan pokok NaCl 1,0%. Tambahkan ke dalam tabung-tabung itu masing-masing 50 µl sampel darah. Campur (homogenisasi) dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu kamar. Campur (homogenisasi) lagi lalu pusingkan ( centrifuge ) tiap tabung tersebut selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Ukur absorbans (OD) dari supernatant pada λ 540 nm dengan blanko supernatant tabung ke-1 (NaCl 0,85%). Hitung % hemolisis dengan cara membagi absorbans (OD) sampel dengan absorbans (OD) tabung ke-12 dikalikan 100%. Buat kurva dengan konsentrasi NaCl sebagai axis (x) dan % hemolisis sebagai ordinat (y). Bandingkanlah dengan kurva dari kontrol darah normal. Nilai Normal
Permulaan hemolisis pada konsentrasi NaCl 0,40% - 0,45% Hemolisis sempurna pada konsentrasi NaCl 0,30% - 0,35% Persentase hemolisis dalam keadaan normal adalah : 97 - 100 % hemolisis dalam NaCl 0,30% 50 - 90 % hemolisis dalam NaCl 0,40% 5 - 45 % hemolisis dalam NaCl 0,45% 0 % hemolisis dalam NaCl 0,55% Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium pH plasma, suhu, konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas osmotik yang tinggi Sampel darah yang diambil lebih dari 3 jam dapat menunjukkan peningkatan fragilitas osmotik. RETIKULOSIT dan CARA PEMERIKSAANNYA
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa -sisa ribosom dan RNA (Ribonucleic acid) yang berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi i ni hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak difiksasi sehingga disebut pewarnaan supravital (Riswanto, 2013). Jumlah retikulosit dihitung pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 x 10, dihitung minimal per 1000 eritrosit dalam lapang pandang lebih dari 10. Jumlah retikulosit yang ditemukan dalam lapang pandang tersebut dicatat (Riadi Wirawan, 2011). Jumlah retikulosit dapat dilaporkan dalam persen atau permil terhadap jumlah eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak (Riadi Wirawan, 2011). Prinsip pemeriksaan Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak beri nti dan di dalam sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa ribosom dan RNA dapat dilihat dengan pewarnaan New Methylene Blue (NMB) atau Brilliant Cresyl Blue (BCB). Sisa RNA tampak sebagai filamen atau granula berwarna ungu atau biru tergantung zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang tidak difiksasi dan diwarnai dalam keadaan vital (Riadi Wirawan, 2011). Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu cara sediaan basah dan sediaan kering. Taruhlah satu tetes larutan BCB dalam metilalkohol (metanol) di tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai kering atau taruhlah satu tetes larutan zat warna BCB di atas kaca obyek.
Taruhlah setetes kecil darah di atas bercak kering atau ke atas tetes zat warna dan segeralah campur darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup, lapisan darah dalam sediaan basah ini harus tipis benar. Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan petri yang berisi kertas saring basah jika sekiranya pemeriksaan selanjutnya terpaksa ditunda. Periksalah memakai lensa minyak imersi dan tentukan berapa banyak retikulosit didapat antara 1000 eritrosit. Masukkanlah 0,5 sampai 1 mL larutan pewarna (dalam garam) ke dalam tabung kecil. Campurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan selama 30 menit. Mengambil 1 tetes dari campuran itu untuk membuat sediaan apus seperti biasa yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa. Campuran di atas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan basah: setetes diletakkan ke atas kaca obyek dengan ditutup kemudian oleh kaca penutup. Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit yang terlihat per 1000 eritrosit (Gandasubrata, 2007). Kelebihan cara basah adalah lebih mudah, ringkas dan waktu yang diperlukan lebih singkat/efisien. Kelemahan cara basah adalah tidak dapat disimpan dengan waktu yang cukup lama dan sel retikulosit bergerak menyebabkan sel dapat terhitung ulang. Kelebihan cara kering yaitu, sediaan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama jika harus dilakukan penundaan pemeriksaan. Kelemahan cara kering ada pada proses pembuatan sediaan karena dikerjakan cukup lama (Kusnadi Supriadi Hidayat). Komposisi larutan BCB atau larutan NMB adalah sebagai berikut: Brilliant cresyl blue/new methylene blue 1g Larutan sitrat salin 100 mL Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur 1 bagian l arutan natrium sitrat 30 g/L dengan 4 bagian larutan NaCl 9,0 g/L, kemudian larutan disaring (Riadi Wirawan, 2011). Zat warna yang tidak disaring mungkin mengendap pada eritrosit sehingga mengganggu pembacaan sediaan. Waktu inkubasi campuran antara darah dan zat warna kurang lama, paling sedikit diperlukan waktu 30 menit. Campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai homogen sebelum membuat sediaan. Re tikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga cenderung berada di bagian atas dari campuran. Campuran antara darah dengan zat warna perlu dicampur dengan baik sebelum dibuat sediaan apus. Menghitung di daerah yang jumlah eritrositnya terlalu padat. Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai 1000 atau tidak mencapai 10 lapang pandang. Kesalahan dalam membedakan benda inklusi (benda Heinz dan hemoglobin H) dan retikulosit. Retikulosit berwarna biru dengan filamen dan granula berwarna biru tua. Badan Heinz tampak sebagai badan inklusi yang berukuran 1-3 mikrometer, berwarna biru tua dan biasanya berada dekat membran eritrosit, kadang-kadang tampak di luar eritrosit. Inklusi hemoglobin H terlihat sebagai badan bulat yang multipel berwarna biru kehijauan (Riadi Wirawan, 2011). INDEKS ERITROSIT Tujuan Pemeriksaan
:
Untuk mengetahui volume eritrosit rata-rata atau Mean Corpuscular Volume (MCV). Untuk mengetahui bobot hemoglobin di dalam eritrosit atau Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH). Untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit atau Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) Untuk mengetahui kadar Hemoglobin, Hematokrit dan jumlah eritrosit. Untuk mengetahui jenis kelainan eritrosit atau anemia dan membedakan berbagai macam anemia. Dasar teori
:
Indeks Eritrosit terdiri atas : isi / volume atau ukuran eritrosit (MCV : Mean Corpuscular Volume atau Volume eritrosit rata – rata), berat eritrosit (MCH : Mean Corpuscular Hemogblobin atau Hemoglobin Eritrosit rata – rata), Konsentrasi eritrosit (MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata – rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC Distribution Width atau luas distrubusi eritrosit). Indeks Eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit / PCV dan hitung eritrosit. Macam pemeriksaan indeks eritrosit terdiri atas : a. Volume Eritrosit Rata – Rata (VER) atau Mean Corpuscular Volume (MCV).
MCV mengindikasikan ukuran eritrosit, yaitu : mikrositik (MCV lebih kecil daripada normal), normositik (MCV normal), dan makrositik (MCV lebih besar daripada normal). Masalah Klinis :
Penurunan nilai disebabkan karena anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi. Peningkatan nilai disebabkan karena anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik). b. Hemoglobin Eritrosit Rata – Rata (HER) atau Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. Derajat hemoglobinisasi sel dapat diperkirakan dengan mengukur MCH dan dapat digambarkan sebagai memiliki hemoglobin rata – rata normal (normokromik) atau hemoglobin rata – rata kurang daripada normal (hipokromik). Masalah Klinis : meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis. menurun pada anemia mikrositik - normokromik atau anemia mikrositik - hipokromik. c. Kadar Hemoglobin Eritrosit Rata – Rata (KHER) atau Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit dan merupakan hal penting dalam mengevaluasi anemia dan kelainan hematologik lain. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia. Masalah Klinis : Penurunan MCHC terjadi pada anemia hipokromik dan talasemia. Peningkatan MCHC terjadi pada penderita defisiensi zat besi. Metode : Hemoglobin : Cyanmethemoglobin Hematokrit : Mikrohematokrit Hitung Jumlah Eritrosit : Manual Prinsip : Hemoglobin Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan drabkin yang berisi kalium ferr isianida dan kalium sianida. Absorbance larutan diukur pada panjang gelombang 540nm. Hematokrit Sejumlah darah yang ditambahkan menggunakan antikoagulan dimasukkan kedalam tabung kapiler dan dicentrifuge sehingga terjadi pemadatan sel darah merah. Tingginya kolom sel darah merah diukur dengan menggunakan skala hematokrit yang dinyatakan dalam persen terhadap seluruh darah. Hitung Jumlah Eritrosit Sejumlah darah diencerkan dengan larutan hayem sehingga menyebabkan sel – sel selain eritrosit lisis. Alat dan Bahan : Alat : 1. Tabung serologi 2. Fotometer. 3. Centrifuge hematokrit. 4. Pipet thoma eritrosit 5. Tabung kapiler 6. Micropipet 7. Yellow tip dan blue tip 8. Pipet ukur 9. Spinball 10. Dempul 11. Mikroskop 12. Penyedot karet 13. Reader device. 14. Counter. 15. Bilik hitung NI 16. Deckglass Bahan : 1. Larutan drabkin 2. Larutan hayem 3. Darah EDTA Prosedure : a. Hemoglobin Disiapkan 2 tabung serologi diberi tanda Blanko (B) dan Sample (S). Dimasukaan 500µl larutan drabkin kedalam tabung serologi Blanko (B). Dimasukkan 1,25ml larutan drabkin dan 5µl darah kedalam tabung serologi Sample (S), homogenkan. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar.
Dibaca absorbance sample dan blanko menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 540nm. b. Hematokrit Disiapkan alat dan bahan Diisi tabung kapiler dengan darah 3/4 bagian. Ditutup ujung satu tabung kapiler dengan nyala api atau dengan menggunakan dempul. Dimasukkan tabung kapiler kedalam centrifuge hematokrit diputar selama 3 - 5 menit dengan kecepatan 16.000rpm. Dibaca tinggi kolom eritrosit dengan menggunakan reader device. c. Hitung Jumlah Eritrosit dipipet darah EDTA menggunakan pipet thoma eritrosit sampai garis tanda batas 0,5 dilap kelebihan darah yang melekat diluar pipet menggunakan tissue. dimasukkan ujung pipet thoma eritrosit larutan hayem sambil menahan penyedot agar darah tidak keluar. dipegang pipet dengan sudut 45° dan dihisap larutan hayem secara perlahan sampai garis tanda batas 101. tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap. dihomogenkan pipet thoma eritrosit selama 3 – 5 menit secara perlahan dan searah. dibuang cairan 2 – 3 tetes pertama kemudian tetes berikutnya dimasukkan kedalam bilik hitung. dihitung eritrosit dalam 80 kotak kecil dengan perbesaran 40x. pengamatan : a. hemoglobin : 15 b. hematokrit : 46 c. Σ eritrosit : 470 Perhitungan : a. Hitung Jumlah Eritrosit : Σ sel yang dihitung x 1/L x 1/T x P Σ kotak keseluruhan 470 x 1 x 1 x 200 80 1/400 1/400 470 x 400 x 10 x 200 80 470 x 10.000 = 4.700.000 sel/mm3 darah b. MCV (Mean Corpuscular Volume) Hematokrit x 10 Σ eritrosit 46 x 10 = 97,87 fL 4.700.000 c.
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) Hemoglobin x 10 Σ eritrosit 15 x 10 = 31,91 pg 4.700.000 d. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) Hemoglobin x 100% Hematokrit 15 x 100% = 32% 46 Nilai Rujukan : a. MCV (Mean Corpuscular Volume) Dewasa : 82 - 92 fL Bayi baru lahir : 98 - 122 fL Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) Dewasa : 26 - 34 pg. Bayi baru lahir : 33 - 41 pg. Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg. Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg. c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) Dewasa : 32 - 36 %. Bayi baru lahir : 31 - 35 %. Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %. Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %.
d. Hemoglobin Wanita : 12 – 16 gr/dl Pria : 13 – 18 gr/dl e. Hematokrit Wanita : 37 – 43 vol% Pria : 40 – 48 vol% f. Hitung Jumlah Eritrosit Wanita : 4.000.000 – 5.000.000 sel/mm3 darah Pria : 4.500.000 – 5.500.000 sel/mm3 darah Hasil : a. Hemoglobin : 15 gr/dl b. Hematokrit : 46 vol% c. Hitung Jumlah Eritrosit : 4.700.000 sel/mm3 darah d. MCV : 97,87 fL e. MCH : 31,81 pg f. MCHC : 32% Pembahasan : Pemeriksaan indeks eritrosit bertujuan untuk memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan banyaknya Hemoglobin tiap eritrosit. Pada pemeriksaan MCV didapatkan hasil lebih dari batas normal sehingga disebut makrositik, peningkatan nilai MCV disebabkan karena adanya beberapa faktor, yaitu : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa, penyakit hati kronis, hipotiroidisme (miksedema), pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik). MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannnya, sedangkan MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit. Kesimpulan : Jadi, pada pemeriksaan indeks eritrosit dengan sampel darah EDTA didapatkan hasil makrositik normokromik. Daftar Pustaka : Gandasoebrata, R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. (25 Desember 2014) Anonim, 2008. INDEKS ERITROSIT.http://patologiklinik:INDEKSERITROSIT.html (25 Desember 2014) Anonim, 2010. INDEKS ERITROSIT .http://Analispoenyakendari:indekseritrosit(pengukurandanperhitunganukuraneritrosit).html (25 Desember 2014) Anonim, 2010. NILAI ERITROSIT RATA – RATA. http//nilaieritrositrata-rata:CatatanKecil.html (25 Desember 2014) Anonim, 2012. Nilai Eritrosit Rata – Rata (Indeks Eritrosit).http//nilaieritrositratarata(indekseritrosit).AnalisKesehatanIndonesia.html (25 Desember 2014) Anonim, 2013. PRAKTIKUM KE-XV Pemeriksaan Indeks Eritrosit MCV, MCH dan MCHC.http://medicallaboratorytechnology:praktikumkeXVPemeriksaanIndeksEritrositMCV,MCHdanMC HC.html (25 Desember 2014)
Latar Belakang Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eri trosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi (MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-rata.Indeks eritrosit dipergunakan untuk mengklasifikasi anemia atau membedakan berbagai macam anemia. Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. 1. Bahan Pemeriksaan : Darah Vena EDTA (Sdr. Mochammad Aji H) 2. Tujuan : Mahasiswa mampu dan mengetahui cara menghitung nilai indeks eritrosit yang meliputi MCV,MCH,MCHC. 3. Metode : · Hemoglobin : Cyanmethhemoglobin · Hitung Eritrosit : Metode Bilik Hitung · Hematokrit : Mikrohematokrit 4.
Prinsip
:
a. Cyanmethemoglobin Hemoglobin dalam larutan drabkin akan diubah menjadi Methemoglobin dan dibaca pada fotometer panjang gelombang 540nm. b. Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian
bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap. c. Hitung Jumlah Eritrosit Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu. Dengan mengkalikan terhadap faktor perhitungan diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan volume darah. 5.
Dasar Teori
:
Anemia adalah bukanlah diagnosa akhir tetapi merupakan tanda – tanda obyektif dari suatu penyakit. Keadaan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang. ( Imam Supandiman, 1994) Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi dan mekanisme terjadinya anemia. Menurut morfologinya diperlukan data indeks Wintrobe dilihat dari rentang normal untuk menggolongkan anemia kedalam anemia mikrositik, normositik, makrositik. Hal ini berguna dalam pendekatan mencari etiologi, yaitu disebabkan penurunan efektifitas produksi sumsum tulang, perdarahan, dan, hemolisis. Klasifikasi berdasarkan morfologi dan mekanisme yang mungkin serta pertimbangan penyebab yang diperoleh dari daftar masalah selanjutnya akan mengarah ke evaluasi diagnostik lebih lanjut yang sesuai dan terapi yang diberikan ( Larry Waterbury, 1998 ) 6.
Cara Kerja
:
Perhitungan Mean Corpuscular Volume (MCV) MCV = hematokrit / Jumlah eritrosit dalam juta x 10 ……. Femtoliter (fl) Perhitungan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) MCH = hemoglobin / Jumlah eritrosit dalam juta x 10 ……. pikogram/pg Perhitungan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) MCHC = hemglobin / hemtokrit x 100 ……. (%) 7.
Pengamatan
:
· MCV = (hematokrit / Jumlah eritrosit dalam juta) x 10 ……. Femtoliter (fl) MCV = (42/ 4,9 ) x 10 = 85,7 fl · MCH = (hemoglobin / Jumlah eritrosit dalam juta) x 10 ……. pikogram/pg MCH = (13.5 / 4.9) x 10 = 27,5 pg · MCHC = (hemglobin / hemtokrit) x 100 ……. (%) MCHC = (13,5 / 42 ) x 100= 32,1% 8.
· · · 9.
Nilai Rujukan :
MCV = 82 – 92 fl MCH = 27 – 32 pg MCHC = 32 – 37 % Daftar Pustaka Gandasoebrata.R.1967.Penuntun Laboratorium Klinik.Dian Rakyat.Jakarta. http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/03/26/lab.menghitung-sel-seldarah//labkesehatan.blogspot.com/2009/12-indeks-eritrosit.html