BAB I PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MNERALOGI 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1
Latar Belakang Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan.Tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak halhal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan
(metamorphic
rocks). Batuan-batuan
tersebut
berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya. Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral. Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Demikian pula suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing sesuai dengan proses terbentuknya dan komposisinya. Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka praktikum kristalografi dan dilakukan unutuk mengenal lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral. Praktikum kristalografi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Semoga kita semua juga memperoleh nilai tambah dari penulisan laporan ini.
1
1.1.2
Maksud dan Tujuan Adapun maksud diadakannya prakikum kristalografi dan mineralogi adalah: a. Memahami kristalografi b. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal. c. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal. d.
Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi orthogonal maupun proyeksi stereografis.
e. Menyelidiki secara fisik dari mineral. f. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral. 1.1.3
Manfaat Adapun manfaat praktikum ini adalah untuk memahami bahwa Kristalografi mendukung Mineralogi Deskriptif, Kimia Kristal, dan Taksonomi
Mineralogy,dimana
ketiganya
merupakan
pendukung
Meneralogi. Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama Mata Kuliah Petrologi.
Mineralogi
sendiri
didukung
oleh
Kimia
Anorganik,
Termokimia, dan Geokimia. Laporan Kristalografi dan Mineralogi ini, sangat bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai Kristal dan Mineral sebagai dasar ilmu bagi mahasiswa teknik pertambangan.
1.2
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi adalah : 1.
Pembahasan tentang definisi.
2.
Istilah terkait.
3.
Metode analisis.
4.
Mineralogi fisik dan kimia.
2
5.
Kristalisasi.
6.
Sifat bentuk dan klasifikasi kristal.
7.
Genesa.
8.
Determinasi.
9.
Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan. 1.3
a.
ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah : a. Alat tulis. b. Busur derajat. c. Penggaris 30 cm. d. Penggaris segitiga (1 set). e. Pensil warna. f. Lembar sementara. g. Drawing pen no. 0.2.
b.
Dalam praktikum mineralogi, peralatan yang digunakan adalah : a. Skala kekerasan Mohs. b. Keping porselin. c. Loupe. d. Magnet.
3
BAB II KRISTALOGRAFI 2.1.
DASAR TEORI
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, sedangkan Mineral adalah bahan Anorganik, padat, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetappada batas volumenya dan mempunyai kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Dalam Geologi Kristalografi adalah salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai untuk selanjutnya bisa menguasai Mineralogi. Jadi untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari KRISTAL.
2.1.1
Kristal Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalutetap pada suatu kristal. Bidang muka
kristal
itu
baik
letak
maupun
arahnya
ditentukan
oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalamsebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter. Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidangbidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang
4
datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung pengertian: c. Tidak termasuk di dalam cair dan gas. d. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses fisika. Menuruti
hukum-hukum
pasti
sehingga
susunan bidangnya
mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian: a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap. b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap. c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atomatomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin. 2.1.2
Sumbu Dan Sudut Kristalografi Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal. Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada pusat kristal.
5
C+ b-
γ
β
α
a-
b+
a+
C-
Gambar 2.1 Sumbu dan sudut kristalografi.
Keterangan gambar : 1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas. 2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas. 3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas. 4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c. 5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c. 6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.
2.1.3
Sumbu Simetri Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya. Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyre, bila empat tetragyre, bila enam heksagyre dan seterusnya. Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
6
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan
memutar
kristal
pada
porosnya
dan
memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai simetri gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6). Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya
dengan
memutar
kristal
pada
porosnya
dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. 2.1.4
Bidang Simetri Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal , yang melalui sumbu vertikal (biasanya dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h). b. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.
2.1.5
Pusat Simetri Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya. Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri.
7
2.1.6
Sudut Kristalografi Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan sumbu- sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal). α : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c β : sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a
γ : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:
hol hkl
hko o
(001) okl
(100)
(010)
Gambar 2.2 Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu Kristal 2.1.7
Kristalografi
8
Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon yang berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua padatan transparan pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti menulis. Kristalografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifatsifat geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal. Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari system sistem kristal. a. Sifat Geometri Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang membatasinya. b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. c. Struktur dalam Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. d. Sifat fisik kristal Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin. 2.1.8
Proyeksi Kristalografi Dalam penggambaran kristalografi digunakan matode proyekdi orthogonal. Proyeksi Orthogonal adalag salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal dapat diaplikasikan hampir pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Cara pengambaran pada proyeksi orthogonal
9
adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.
2.2. CARA KERJA Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada: a.
Perbandingan panjang sumbu kristalografi.
b.
Letak atau posisi sumbu kristalografi.
c.
Jumlah sumbu kristalografi.
d.
Nilai sumbu c atau sumbu vertikal.
Ada tujuh buah unit sel yang mungkin untuk semua jenis kristal, yaitu: 1. Cubic system 2. Tetragonal system 3. Hexagonal system 4. Rhombohedral system 5. Orthorhombic system 6. Monoclinic system 7. Triclinic system 2.2.1
Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessuler) Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu yang sama panjangnya dan membentuk sudut 90 0 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut sering di beri nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini memiliki 3 buah kelas dimana setiap kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang berbeda-beda, sudut α=
10
γ = β = 90°. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya:
a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 :
3 C+
a+
30
o
β
α
b+
Gambar 2.3 Isometrik Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine (Fe3Al2(SiO4)3), Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-Ni), Leucite (KAlSi 2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite (FeS 2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S), Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium Oxide) 2.2.2
Sistem Tetragonal (quadratic) Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; Sb c ≠ sumbu a = b; =γ = β = α c = 90°; Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: 30o
;
a+ / b- =
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Contoh mineralnya :
Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan Scheelite.
11
C+
α
β 30
o
b+
γ
+
a
Gambar 2.4 Tetragonal 2.2.3
Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric) Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 90 0 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh makro pinacoid. Penggambarannya:
a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4). C+
β 30 a+
o
α
b+
γ
Gambar 2.5 Orthorombic
12
2.2.4
Sistem Sumbu Heksagonal Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu
horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut β1= β2 = β3 = 90o; sudut γ1=γ2 = γ3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk
60° Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu
a. Penggambarannya:
a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya
adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan C+
d+ b+
o
17
a+
o
39
memperhatikan Sb b dan Sb d. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium. Gambar 2.6 Heksagonal 2.2.5
Sistem Rombohedral (trigonal) Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya. Sudut β1= β2 = β3 = 90o;
sudut γ1=γ2 = γ3 = 120o;
penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3).
13
C+
d+ b+
a+
17
o
39
o
Gambar 2.7 Trigonal 2.2.6
Sistem Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,
monoclinohedral) Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu clino; sumbu b di sebut sumbu ortho; sumbu c di sebut basal. Penggambarannya:
a+ / b- = 45o;
Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; sumbu a adalah sumbu terpendek. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S).
14
C+
β 45o
+
α
b+
γ
a
Gambar 2.8 Monoklin
2.2.7
Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral) Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Sumbu a di sebut brachy; sumbu b di sebut macro; sumbu c di sebut basal..
Penggambarannya:
a+ / c- = 45o;
b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b :
c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite
(NaAlSi3O8). Gambar 2.9 Triklin
C+
2.3. DESKRIPSI KRISTAL 2.3.1
+
a
Penentuan Kelas Simetri
4 5o
8 0o
b+
15
Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional). 2.3.1.1 Menurut Herman Mauguin 1. Sistem Reguler 1. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan :
4 2 , 4, 4 , ,2 m m
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’ m’ menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. 2. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3 3. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut. Bagian ini di notasikan:
2 , 2, m atau tidak ada. m
2. Sistem Tetragonal Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini di notasikan:
4 , 4 , 4, m m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini di notasikan:
2 , 2, m atau tidak ada. m
16
Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut. 2 , 2 , m atau tidak ada. m
Bagian ini di notasikan:
3. Sistem Hexagonal dan Trigonal Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin
6 , 6, 6, 3, 3) dan ada m
tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini di notasikan :
6 , 6, 6, 3, 3 m
Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini di notasikan:
2 , 2 , m atau tidak ada. m
Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. Bagian ini di notasikan:
2 , 2, m atau tidak ada. m
4. Sistem Orthorombic Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut Dinotasikan:
2 ,2,m m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini di notasikan:
2 , 2, m m
Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Di notasikan:
2 , 2, m m
5. Sistem Monoklin
17
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. 6. Sistem Trinklin Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu: - Mempunyai titik simetri
klas pinacoidal 1
- Tidak mempunyai unsur simetri
klas assymetric 1
2.3.1.2 Menurut Schoenflish 1. Sistem Reguler Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2. o Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder). o Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder). Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut mempunyai : -
Bidang simetri horisontal (h)
-
Bidang simetri vertikal (v)
-
Bidang simetri diagonal (d)
Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai: a. Bidang simetri horisontal (h) b. Bidang simetri vertikal (v)
Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai : a. Bidang simetri diagonal (d) b. Bidang simetri vertikal (v)
Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d)
inotasikan dengan d
2. Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin Bagian I :Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:
18
a) Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan
D
(diedrish). b) Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan
dengan c
(cyklich). Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya. a. Bidang simetri horisontal (h) b. Bidang simetri vertikal
(v)
c. Bidang simetri diagonal
(d)
Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai: a. Bidang simetri horisontal (h) b. Bidang simetri vertikal
(v)
Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai : a. Bidang simetri diagonal
(d)
b. Bidang simetri vertikal
(v)
Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d)
Dinotasikan dengan d
2.4 KLASIFIKASI KRISTAL Terdapat 32 klas kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal. Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut.
a. Sistem Reguler/Isometrik terdiri dari lima kelas yaitu: tritetrahedral, didodecahedral, hexatetrahedral, trioctahedral, hexoctahedral. b. Sistem Tetragonal terdiri dari tujuh kelas yaitu tetragonal pyramidal, tetragonal trapezohedral, tetragonal bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal bipyramidal, tetragonal tetrahedral, tetragonal scalenohedral.
19
c. Sistem Ortorombik memiliki tiga kelas yaitu: orthorombik dipiramidal, orthorombik dispnhenoidal, orthorombik pyramidal. d. Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal bipyramidal, ditrigonal bipyramidal, hexagonal pyramidal, hexagonal trapezohedral, hexagonal bipyramidal, dihexagonal pyramidal, dihaxagonal bipyramidal. e. Sistem Trigonal mempunya lima kelas yaitu: trigonal pyramidal, trigonal trapezohedral, ditrigonal pyramidal, rhombohedral, ditrigonal scalenohedral. f. Sistem Monoklin mempunyai tiga kelas yaitu: sphenoidal, domatic, prismatic. g. Sistem Triklin mempunyai dua kelas yaitu: pinacoidal, pedial.
20
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Kristal Dari Praktikum Kristalografi Pada Laboratorium Krismin
21
BAB III MINERALOGI 3.1. DASAR TEORI 3.1.1
Pengertian Mineralogi Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral, sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya. Defenisi mineral menurut beberapa ahli: 1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959 “Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur”. 2.D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972 “Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik”. 3.A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
22
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal. Batasan - batasan Defenisi Mineral: a) Suatu bahan alam, Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia. b) Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan, pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain sebagainya. c) Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag), dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa: Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain. d) Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari suatu kehidupan. e) Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana. f) Berupa padat, cair, dan gas.
3.2. CARA PEMERIAN NAMA MINERAL 3.2.1
Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan
mikroskop.
Dengan
cara
ini
seseorang
dapat
mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di man sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: 3.2.1.1
Warna (Color)
23
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya. 2. Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya. Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain: 1. Komposisi mineral 2. Struktur kristal dan ikatan ion 3. Pengotor dari mineral
3.2.1.2
Perawakan Kristal Perawakan kristal merupakan bentuk khas mineral yang
ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan mineral dapat dibagi menjadi 3 golongan (Richard Peart, 1975), yaitu: 3.2.1.2.1
Elongated habits (meniang/berserabut); yang terbagi atas:
1. Meniang (Columnar) 2. Menyerat (Fibrous) 3. Menjarum (Acicular) 4. Menjaring (Reticulate) 5. Membenang (filliform)
24
6. Merambut (Cappilery) 7. Mondok (Stout, Stubby, Equant) 8. Membintang (Stellated) 9. Menjari (Radiated) 3.2.1.2.2
Flattened habits (lembaran tipis); yang terbagi atas:
1. Membilah (Bladed) 2. Memapan (Tabular) 3. Membata (Blocky) 4. Mendaun (Foliated) 5. Memencar (Divergent) 6. Membulu (Plumose) 3.2.1.2.3
Rounded habits (membutir); yang terbagi atas:
1. Mendada (Mamillary) 2. Membulat (Colloform) 3. Membulat jari (Colloform Radial) 4. Membutir (Granular) 5. Memisolit (Pisolitic) 6. Stalaktit (Stalactic) 7. Mengginjal (Retiform)
Gambar 3.1 Contoh beberapa perawakan mineral dan asal mulanya (Klein & Hurlbut, 1993)
25
3.2.1.3
Kilap (Luster) Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineralmineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3. Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi: 1. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit. 2. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan. 3. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum. 4. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas. 5. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit. 6. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin. 7. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit. 3.2.1.4
Kekerasan (Hardness) Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu
goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar
26
dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. 1. Talc Mg3Si4O10(OH)2 2. Gypsum CaSO4·2H2O 3. Calcite CaCO3 4. Fluorite CaF2 5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) 6. Orthoclase KAlSi3O8 7. Quartz SiO2 8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2 9. Corundum Al2O3
10. Diamond Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya: 1. Kuku jari manusia
H = 2,5
2. Kawat tembaga
H = 3
3. Pecahan kaca
H = 5,5
4. Pisau baja
H = 5,5
5. Kikir baja
H = 6,5
6. Lempeng baja
H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3. 3.2.1.5
Gores (Streak)
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi
27
goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama. 3.2.1.6
Belahan (Cleavage)
Belahan
adalah
kenampakan
mineral
berdasarkan
kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan menjadi: 1. Sempurna (perfect) Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. 2. Baik (good) Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya. 3. Jelas (distinct) Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. 4. Tidak jelas (indistinct) Yaitu
apabila
arah
belahannya
masih
terlihat,
tetapi
kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. 5. Tidak sempurna (imperfect) Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
28
3.2.1.7
Pecahan (Fracture) Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: 1. Pecahan
konkoidal
(Choncoidal):
Pecahan
yang
memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. 2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit; 3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan permukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet; 4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya mineral lempung. 5. Pecahan
Runcing
(Hacly):
Pecahan
mineral
yang
permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcingruncing. Contohnya mineral kelompok logam murni. 6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung. 3.2.1.8
Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity) Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral
terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan,
pembengkokan,
pematahan,
pemukulan,
penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi: 1. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. 2. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung. 3. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula. 4. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
29
5. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila dilepaskan. 6. Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah. 3.2.1.9
Berat Jenis (Specific Grafity) Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu
mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur. Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:
3.2.1.10
Sifat Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit ataukah diamagnetit. 1. Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap magnet. 2. Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet.
3.2.1.11
Derajat Ketransparanan Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada
kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas: 1. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini
permukaannya
mempunyai
meninggalkan berkas hitam atau gelap.
30
kilauan
metalik
dan
2. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca. 3. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus pandang. 4. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.
3.3 DESKRIPSI MINERAL Dalam laporan ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan terutama
mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam
laporan ini hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti: Nama dan Rumus Kimia
:Penamaan mineral yang telah di kenal berikut rumus kimia rumus kimia.
Sisitem kristal
: Seperti Triklin
Belahan
: Sempurna (010)
Kekerasan
: Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-10
Berat Jenis (BJ)
: Dalam gram/cm2
Kilap
: Seperti kilap logam
Warna
: Warna asli mineral itu sendiri
Gores
: Warna dalam bentuk serbuk halus
Optik
: Sifat mineral di bawah mikroskop
Genesa/Asosiasi Mineral
: Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya mineral tersebut.
Beberapa deskripsi mineral logam secara umum : 1. Emas (Au) - Tempat ditemukan
: Sulida, Sumatra Barat
- Sistem kristal
: Isometrik
- Warna
: Kuning – Emas
31
- Goresan
: Kuning
- Kilap
: Metalik
- Belahan dan pecahan
: Tak ada; Hacly(pecahan bergerigi dengan ujung tajam)
- Kekerasan
: 2,5 – 3 Skala Mohs
- Berat jenis
: 19,3 gr/cm3
- Genesis
: kebanyakan emas terdapat dalam uraturat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal.
- Manfaat
:untuk membuat perhiasan, lempeng elektrode, pelapis gigi, dan emas lantakan.
2. Sulfur (S) - Tempat ditemukan
: Kawah Papandayan, Jawa Barat
- Sistem kristal
: Ortorombik.
- Warna
: Kuning sampai coklat kekuningan
- Goresan
: Putih
- Belahan dan pecahan
: Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata
- Kekerasan
: 1,5 – 2,5 Skala Mohs
- Berat jenis
: 2,07 gr/cm3
- Genesis
:Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung api aktif, di
sekitar mata air panas, dan
hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada uraturat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. - Manfaat
:Digunakan senyawa
untuk
sulfur,
membuat seperti
senyawa-
asam
sulfat
(H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.
32
3. Kalsit (CaCO3) - Tempat ditemukan
: Kliripan, Yogyakarta
- Sistem kristal
: Trigonal
- Warna
: Tak-berwarna sampai putih
- Goresan
: Putih sampai keabuan
- Belahan dan pecahan
: {10 11} sempurna
- Kekerasan
: 3 Skala Mohs
- Berat jenis
: 2,71 gr/cm3
Genesis
: Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,
sedimen, metamorf dan melalui
proses hidrotermal - Manfaat
: merupakan sumber senyawa CaO.
4. Kalkopirit (CuFeS2) - Tempat ditemukan
: Pegunungan tengah, Irian Jaya
- Sistem kristal
: Tetragonal
- Warna
: kuning - kuningan
- Goresan
: hitam kehijauan
- Belahan dan pecahan
: {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
- Kekerasan
: 3,5 – 4 Skala Mohs
- Berat jenis
: 4,1 – 4,3 gr/cm3
- Genesis
: Terbentuk melalui proses hidrotermal.
- Manfaat
: mineral bijih sumber logam tembaga.
5. Gipsum (CaSO42H2O) - Tempat ditemukan
: Besuku, Jawa Timur
- Sistem kristal
: Monoklin
- Warna
: Tak-berwarna dan transparan
- Goresan
: Putih
- Belahan dan pecahan
: {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
- Kekerasan
: 2 Skala Mohs
- Berat jenis
: 2,32 gr/cm3
33
- Genesis
:Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam uraturat metalik sebagai mineral geng.
- Manfaat
: Digunakan dalam industri konstruksi.
6. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8) - Tempat ditentukan
: Flores, NTT
- Sistem kristal
: Triklin
- Warna
: Putih, kadangkala berwarna coklat, atau
abu. - Goresan
: Putih
- Belahan dan pecahan
: {001} sempurna
- Kekerasan
: 2 Skala Mohs
- Berat jenis
: 2,6 gr/gm3
- Genesis
:Terbentuk
sebagai
hasil
dekomposisi
aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh
aktivitas
pelapukan,
atau
hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit. - Manfaat
: Digunakan dalam industri kertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi.
7. Grafit (C) - Tempat ditentukan
: Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
- Sistem kristal
: Heksagonal
- Warna
: Hitam
- Goresan
: Hitam
- Belahan dan pecahan
: Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
- Kekerasan
: 1 – 2 Skala Mohs
- Berat jenis
: 2,09 – 2,23 gr/cm3
34
- Genesis
:
Terbentuk
pada
lingkungan
batuan
metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf. - Manfaat
: Digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batu permata.
3.4 KLASIFIKASI MINERAL Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dengan grup anion. Berikut klasifikasinya menurut Dana : 1.
Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar batuan adalah >95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen, dan dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, iron, dan calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines, pyroxenes, amphiboles, garnets, dan micas.
2.
Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO 3)2dan termasuk calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium carbonate), dolomite (magnesium/calcium carbonate) dan siderite (iron carbonate). Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalactites dan stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineralmineral nitrate dan borate.
3.
Sulfate Class, Sulfat terdiri dari anion sulfat, SO42-. Biasanya terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahanlahan menguap sehingga formasi sulfat dan halides berinteraksi. Contoh sulfat; anhydrite (calcium sulfat), celestine (strontium sulfat), barite (barium sulfat), dan gypsum (hydrated calcium sulfat). Juga termasuk chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate, dan mineral tungstate.
35
4.
Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salts) dan termasuk fluorite (calcium fluoride), halite (sodium chloride), sylvite (potassium chloride), dan sal ammoniac (ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfats, ditemukan juga di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan landlocked seas seperti Dead Sea dan Great Salt Lake. The halide class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-mineral iodide.
5.
Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetic Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi, teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral asesori pada batuan beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides; hematite (iron oxide), magnetite (iron oxide), chromite (iron chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide – mineral pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium dioxide), dan ice (hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral hydroxide.
6.
Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih (ores). Contohnya termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas palsu ‘fools’ gold), chalcopyrite (copper iron sulfide), pentlandite (nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan sulfosalts.
7.
Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A dapat berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Phospate yang umum adalah apatite yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.
8.
Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (antimony, bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.
36
9.
Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates, citrates, cyanates, acetates, formates, hydrocarbons and other miscellaneous species. Contoh lain juga; whewellite, moolooite, mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite.
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral Dari Praktikum Mineralogi Pada Laboratorium Krismin
37