ii
i
6
64
1
MK. MINERALOGI DAN PETROLOGI
Rangkuman Mineralogi dan Petrologi
Dosen Pembimbing :
Retno Witjahjati, Ir
Oleh :
Christy Nanlohy (073001500028)
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I :MINERALOGI 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Lingkungan Terbentuknya Mineral 2
1.3 Identifikasi atau Sifat-sifat Fisik Mineral 3
1.4 Kristalografi ……………………………………………………..11
BAB II : PETROLOGI 19
2.1 Pengertian Petrologi 19
2.2 Batu Sebagai Penyusun Kulit Bumi 20
2.3 Siklus Batuan …………………………………………………..26
BAB III : BATUAN BEKU 27
3.1 Magma dan Evolusi Magma 27
3.2 Batuan Beku 30
3.3 Struktur dan Tekstur Batuan Beku 30
3.4 Komposisi Kimia Batuan Beku ………………………………...34
3.5 Klasifikasi Batuan Beku ……………………………………….35
3.6 Batuan Pyroklastik …………………………………………..…35
3.7 Penamaan Batuan Beku …………………………………….…36
BAB IV : Batuan Sedimen 40
4.1 Pengertian Batuan Sedimen 40
4.2 Diagenesa Batuan Sedimen 41
4.3 Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen ………………………....45
4.4 Klasifikasi Batuan Sedimen …………………………………....48
BAB V : BATUAN METAMORF 49
5.1 Pengertian Batuan Metamorf 49
5.2 Struktur Batuan Metamorf 55
5.3 Tekstur Batuan Metamorf 59
DAFTAR PUSTAKA 60
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah yang berjudul "Mineralogi dan Petrologi" ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Mineralogi dan Petrologi.
Selain itu juga makalh ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa melalui usaha membuat rangkuman Mineralogi dan Petrologi. Makalah ini disusun atas bantuan Dosen Pengajar Mata Kuliah Mineralogi dan Petrologi, serta teman-teman dan pada akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
Jakarta, 2 Juni 2016
Hormat kami,
Penyusun
BAB I
MINERLOGI
Pendahuluan
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terjadi secara alamiah, terbentuk dari bahan anorganik, yang memiliki komposisi kimia, memiliki struktur atom yang teratur. Bagian terkecil mineral yang sama terdiri dari latis. Sedangkan Mineraloid memiliki pengertian yang sama dengan mineral namun pada mineraloid struktur atom tidak teratur.
Mineralogi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana terbentuknya mineral, klasifikasi suatu mineral, daerah penyebaran mineral, dan cara pemanfaatan mineral. Pada awalnya bumi dan sisnya berada dalam temperature yang sangat tinggi.
Jenis mineral pembentuk batuan
Mineral utama (Primer)
merupakan penyusun utama kerak bumi, terutama golongan silikat. Mineral-mineral ini terdapat dalam Deret Bowen. Terdapat 2 jenis dari mineral utama, yaitu mineral mafic, dan felsic. Mineral mafic adalah mineral yang berwarna gelap, yang disebabkan karena banyak mengandung besi. Contohnya adalah Olivine, Pyroxene, & Amphibole. Dan, mineral felsic merupakan mineral yang berwarna terang, karena kandungan besi nya sedikit, contohnya Quartz, Plagioklas, & Muscovite. Keterdapatan dari mineral primer ini menjadi penentu dari penamaan mineral.
Mineral sekunder
mineral utama yang terbentuk karena telah melalui proses-proses tertentu, seperti proses pelapukan. Sehingga, mengubah kandungan kimia yang terdapat di dalam mineral. Dengan berubahnya kandungan mineral, dapat berubah juga bentuk kristalnya, warnya mineralnya, dan masih banyak lagi pengaruhnya.. Dapat juga terbentuk dari alterasi hidrotermal. Biasanya banyak terdapat di batuan sedimen.
Mineral tambahan
mineral yang paling sedikit jumlahnya, disebabkan karena terbentuk di akhir, sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membentuk kristal yang bagus. Terbentuk dari kristalisasi magma. Ada atau tidaknya mineral tambahan ini, tidak mempengaruhi dari sifat atau penamaan dari mineral. Contohnya adalah Zircon, Magnetit, & Garnet.
Sifat Suatu Mineral tergantng atas :
Struktur Kristal
Sistem Kristal beserta bentuknya dan Lattice.
Komposisi Kimia
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987).
Lingkungan Terbentuknya Mineral
Lingkungan Magmatik
Mineral pada lingkungan magmatik terbentuk akibat pembekuan magma yang terjadi di dalam bumi sampai permukaan bumi. Pembentukan mineral ini terjadi akibat tekanan yang tinggi. Mineral ada yang terbentuk pada temperatur tinggi, sedang, dan rendah. Mineral juga dapat terbentuk di dalam, di dekat, atau di permukaan bumi.
Dalam lingkungan magmatik ada ada empat tipe mineral, yaitu :
Batuan beku.
Pegmatit.
Vein Hidrotermal.
Endapan – endapan hot spring serta fumarol.
Lingkungan Sedimenter
Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang dapat menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih stabil daripada sebelumnya.
Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung adalah oksidasi karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat ada yang tidak terkena kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah reduksi.Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadienam tipe, yaitu :
Resitat.
Hidrolisat.
Oksidat.
Reduzat.
Presipitat.
Evoporit.
Lingkungan Metamorfosa
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.
Identifikasi atau Sifat-sifat Fisik Mineral
Penampilan Mineral
Kilap (Luster)
Kilap mengacu pada penampilan umum atau kemilau dari suatu mineral. Kilap mengaciu pada cara bagaimana suatu mineral memantulkan cahaya. Kilap dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Metallic Luster : Mineral yang memiliki penampilan mengkilap dari logam. Bebrapa dapat digunakan sebagai kaca.
Nonmetallic Luster : Mineral yang bukan logam.
Submetallic Luster : Mineral yang penampilannya hanya sebagian logam.
Tabel 1.1
Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan Kilap (Luster) dari Nometallic Mineral
Kilap (Luster)
Pengertian
Contoh Mineral
Vitreous (Kaca)
Penampilannya seperti kaca
Quartz, Tourmaline
Resinous (Resin)
Penampilannya seperti resin
Sulfur, Sphalerite
Greasy (Lemak)
Memantulkan cahaya untuk memberikan berbagai warna ; mirip minyak di air
Chlorite, Nepheline
Silky (Sutra)
Memiliki permukaan yang terdiri dari serat halus
Gypsum, Chrysotile
Adamantine
Berpenampilan cerah, mengkilau seperti berlian
Diamond, Cerussite
Pearly (Mutiara)
Berpenampilan warna-warni seperti mutiara
Muscovite, Talk
Dull
tidak memantulkan jumlah yang signifikan dari cahaya atau menampilkan setiap warna
Kaolinite (clay), niter
Diaphaneity (Transparan)
Diaphaneity merupakan kemampuan mineral untuk meneruskan atau menembus permukaan mineral. Diaphaneity dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
Transparant : Mineral yang dapat meneruskan cahaya dengan baik. (Quartz yang tidak berwarna)
Translucent : Mineral yang tidak dapat meneruskan cahaya dengan baik atau sebagian cahaya ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan.
Opak Mineral : Mineral yang tidak dapat tembus atau meneruskan cahaya kecuali mineral sangat tipis. (Pyrite)
Color (Warna)
Warna biasanya digunakan untuk mengidentifikasi mineral secara cepat. Hal yang paling signifikan dalam warna adalah komposisi kimia suatu mineral. Elemen yang memberikan suatu mineral warna disebut chromophores.
Streak (Cerat/gores)
Streak (Cerat) dalam beberapa kasus adalah kunci suatu diagnosis. Streak sangat berguna untuk membedakan mineral oksida dan sulfide. Streak dari suatu mineral adalah warna yang dimiliki setelah diberi bubuk halus. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan streak adalah dengan menggosokan mineral ke sebuah piring keramik streak. Contoh : Streak Kalsit (Putih), Pyrite (Gelap), Emas (Kuning keemasan).
Luminescence
Beberapa mineral akan memancarkan cahaya ketika mereka diaktifkan oleh bentuk energi selain cahaya tampak. Efek tersebut dinamakan luminescene. Contoh dari luminescene termasuk fluorescene, phosphorescene, dan thermoluminescen. Fluorescene gejala dimana bila suatu mineral tertentu diberi sinar ultraviolet maka akan memberikan warna-warna tertentu contoh, mineral florit. Phosphorescene merupakan sifat yang dimiliki mineral untuk menyerap sinar dan pada kondisi gelap akan mengeluarkan cahaya, contoh mineral fosfor. Thermoluminescen merupakan keadaan dimana mineral akan mengeluarkan cahaya respon dari pemanasan, contoh turmalin.
Sinar Radioaktif
Uraniu dan Thorium dengan luruhannya.
Luruh diikuti satu/lebih :
Partikel Alfa (α)
Partikel Beta (β)
Partikel Gamma (γ)
Tanpa pengaruh tekanan (P), suhu (t), dan unsur sekelilingnya
Kekuatan dan Ketahanan Mineral
Tenacity (Ketahanan)
Tenacity atau kekerasan merupakan suatu kekuatan dan ketahanan untuk hancur atau defromasi.
Tabel 1.2
Istilah untuk Mendeskripsikan Tenacity (Ketahanan)
Fleksibel
Kekuatan/kelenturan
Elastis
Dapat berubah kebentuk awal setelah di bengkokan. (Mika)
Melleable
Dapat ditempa menjadi lempengan tanpa pecah. (Tembaga)
Ductille
Dapat ditarik menjadi bentuk kawat.
Brittle
Mudah pecah dan dihancurkan. (Hallite)
Sectile
Dapat di potong menjadi serutn dengan pisau. (Gypsum)
Flexible
Tidak dapat kembali kebentuk semula setelah di bengkokan. (Talk dan Klorit)
Fracture (Patahan), Cleavage (Belahan)
Fracture (Patahan) adalah kecenderungan mineral untuk pecah melampaui batas elastisitas. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan fracture (patahan) termasuk even, conchodinal, dan splintery.Cleavage (Belahan)adalah sifat mineral yang cenderung untuk membelah pada arah tertentu dan menghasilkan bentuk bidang rata yang teratur.
Tabel 1.3
Istilah yang Digunakan Untuk Mendeskripsikan Fracture
Istilah Fracture (Patahan)
Deskripsi
Even
Halus dan teratur (Halite)
Uneven atau irregular
Kasar dan tidak teratur (Rhodonit)
Hackly
Sangat runcing dan tajam (Tembaga)
Splintery
Seperti Jarum (Kyanite, pectolite)
Fibrous
Seperti bahan serat(Chrysotile, crocidolite)
Conchoidal
Seperti pecahan kaca (Quartz)
Cleavage (Belahan) dalam mineral dapat dibedakan menjadi 7 jenis, yaitu :
Belahan di satu arah. (Muscovite) (a)
Belahan di dua arah di kanan. (Feldsfar) (b)
Belahan di dua arah bukan di kanan. (Amphibole) (c)
Belahan di tiga arah di sudut kanan. (Halite) (d)
Belahan di tiga arah bukan di sudut kanan. (Calcite) (e)
Belahan di empat arah. (Flourite) (f)
Belahan di enam arah. (Sphalerite) (g)
Gambar 1.1Bentuk Cleavage (Belahan)
Gambar 1.1
Bentuk Cleavage (Belahan)
Hardness (Kekerasan)
Hardness (Kekerasan) adalah daya tahan suatu mineral dari lecet atau goresan. Dalam melihat suatu kekerasan mineral kita dapat menggunakan Skala Mohs sebagai acuan. Skala Mohs mengurutkan mineral berdasarkan kemampuan untuk menggores satu sama lain.
Tabel 1.4
Skala Mohs
Mineral
Kekerasan
Talk
1
Gypsum
2
Calcite
3
Fluorite
4
Apatite
5
Feldspar
6
Quartz
7
Topaz
8
Corundum
9
Diamond
10
Density dan Specific Gravity
Density/berat jenis () suatu mineral biasanya memiliki satuan grams/centimetersᶟ dan bergantung pada tekanan dan temperature,namun kebanyakan mineral mempunyai density antara 2 dan 8 gm/cmᶟ.
Specific gravity (G) adalah rasio masa dari mineral dengan massa persamaan volume air pada tekanan 1 atm dan 4 C
Kemagnitan
Diamagnetisme (Menolak Magnet)
Paramagnetisme (Ditarik Magnet)
Contoh Mineral:
Magnetik (Fe3O4)
Phyrhotite (Fe1-nS)
Polimorf dan Maghematit (Fe2O3)
Fungsi sebagai Magnet Alam
Kelistrikan
Konduktor (Umumnya sifat Logam)
Non-Konduktor (Non- Logam)
Kebasahan
Lyophile
Permukaannya mudah dibasahi oleh air dan bisa dibantu dengan lemak.
Lyophobe
Permukaan tidak mudah dibasahi air.
Mineral Metalik = Lyophile
Indra Perasa
Taste (Rasa)
Asterigent : (Menciutkan)
Saline : (Asin)
Alkaline
Cooling
Bitter : (Pahit)
Sticky : (Lengket)
Odour (Bau)
Bawang (Garlic) : Mineral mengandung As (Aspal)
Bitominous : Aspal, Minyak
Sulfur telur busuk : H2S (Belerang)
Argillaceous : Mineral Lempung
Feels (Rabaan)
Halus : Sepiolite
Berlemak : Talk
Kasar : Semua Mineral
Dingin : Corondum, Al2O3
Lengket di lidah : Mineral Lempung
Warna Pijar (Serbuk)
Bila serbuk dibakar pada bunsen akan menghasilkan warna khusus
Serbuk
Warna
Barium
Yellow – Green
Boron
Yellow – Green (Brief)
Calcium
Reddrin Orange
Copper
Green
Lithium
Red
Pothastum
Violet
Sodium
Yellow
Strotium
Red
Klasifikasi Mineral
Mineral Umum Pada Batuan Beku
Kelas Mineral
Contoh Mineral
Olivine
Olivine
Pyroxene
Diopside
Augite
Orthopyroxene
Amphibole
Hornblende
Mica
Biotite
Muscovite
Feldspar
Orthoclase
Microcline
Sanidine
Plagioclase
Feldspathoid
Leucite
Nepheline
Sodalite
Silica
Quartz
Oxide
Magnetite
Ilmenite
Rutile
Sulfide
Pyrite
Pyrrhotite
Mineral yang terbentuk akibat temperature rendah dari batuan sedimen
Kelas Mineral
Contoh Mineral
Silica
Quartz
Karbonat
Calcite
Magnesite
Halide
Halite
Sylvite
Sulfate
Gypsum
Anhydrite
Native Element
Sulfur
Kristalografi
Kristal adalah padatan yang berbentuk polihedral yang dibatasi bidang – bidang datar ( permukaan kristal ).
Polihedral form : Solid bounded by flat planes ( crystal faces )
struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal. Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi (lattice).
Genesa KristalPendinginan MagmaRekristalisasi IsokimiaEvaporit dan PresipitasiGenesea Kristal terbagi atas 3, yaitu :
Genesa Kristal
Pendinginan Magma
Rekristalisasi Isokimia
Evaporit dan Presipitasi
Keterangan :
Pendinginan Magma ( tahap/bentuk dan jumlah mineral)
Pada saat mengalami pendinginan di permukaan
Hanya terdiri 1 mineral
Jenis padatan Amorf
Warna bening
Mendekati permukaan
Hanya terdiri 1 mineral
Jenis Padatan Amorf dan Kristalin ( Intermediet )
Warna hanya satu macam
Jauh dari permukaan
Mineral beragam
Padatan kristalin
Warna bermacam - macam
Rekristalisasi Isokimia :
Merupakan perubahan bentuk kristal yang diakibatkan pengaruh suhu atau kimia yang berasal dari satu unsur tapi bentuknya berbeda unsut tetap sama.
S, Al, MgS, Al, MgS, AlAl, MgContoh :
S, Al, Mg
S, Al, Mg
S, Al
Al, Mg
Evaporit dan Presipitasi
Evaporit adalah Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini.
Presipitasi adalah pengendapan
Faktor Terbentuk kristal:
Homogenitas/keseragaman larutan
Kecepatan pendinginan/penguapan
Kemurnian larutan ( hanya terdiri satu mineral)
Kesempurnaan Kristal
Hukum Wayne : semakin banyak lattice maka semakin sempurna bangun kristal.
Latice, merupakan bagian terkecil dari pembentuk kristal yang dinamakan/dinyatakan oleh Auguste Bravais (1811 – 1863) dimana Sistem Latice menggunakan x-ray defraksi untuk mengetahui kisi – kisi kristal.
Sistem Kristal
Sistem kristal di kelompokkan menjadi 7 sistem, antara lain:
Isometrik
Ciri-cirinya sebagai berikut:
jumlah sumbu ada 3
Axial ratio a=b=c
sudut alfa=beta=gamma=90
Contoh mineralnya antara lain: emas, pirit, galena, halite, fluorite.Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: emas, pirit, galena, halite, fluorite.
tetoidal
gyroidal
diploida
hextetrahedral
hexoctahedral
2. Tetragonal
Ciri-cirinya sebagai berikut:
jumlah sumbu ada 3
Axial ratio a=b (tidak = c)
sudut alfa=beta=gamma=90
Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: rutile, autunite, pyrolusite, leusite, scapolite.piramid
Contoh mineralnya antara lain: rutile, autunite, pyrolusite, leusite, scapolite.
Bipiramid
Ditetragonal Piramid
Ditetragonal Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Skalenohedral
3. Hexagonal
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Jumlah sumbu ada 4
a=b=d (tidak = c)
sudut alfa=beta=90 dan gama=120
Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Hexagonal Piramid
Contoh mineralnya antara lain: dolomite, apatite.Hexagonal Bipiramid
Contoh mineralnya antara lain: dolomite, apatite.
Dihexagonal piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
4. Trigonal
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Jumlah sumbu ada 4
a=b=d (tidak = c)
sudut alfa=beta=90 dan gama=120
Contoh mineralnya antara lain: tourmaline, cinnabar.Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: tourmaline, cinnabar.
Trigonal Piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
5. Orthorombik
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Jumlah sumbu ada 3
a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut alfa=beta=gama=90
Contoh mineralnya antara lain: stibnite, chrysoberyl, aragonite, witherite.Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: stibnite, chrysoberyl, aragonite, witherite.
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
6. Monoklin
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Jumlah sumbu ada 3
a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut alfa=beta=90 tidak = gama
Contoh mineralnya antara lain: azurite, mlachite, colemanit, gypsum, epidot.Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: azurite, mlachite, colemanit, gypsum, epidot.
Sfenoid
Doma
Prisma
7. Triklin
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Jumlah sumbu ada 3
a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut "alfa" tidak sama dengan "beta" tidak sama dengan "gama" tidak sama dengan 90
Contoh mineralnya antara lain: albite, anortite, labradorite, kaolinite, microcline, anorthoclase.Beberapa kelas kristalnya yaitu:
Contoh mineralnya antara lain: albite, anortite, labradorite, kaolinite, microcline, anorthoclase.
Pediol
Pinakoidal
Tingkat kesempurnaan bangun kristal yang dipengaruhi
Sifat Alamiah fasa zat cair dan gas
Ruang atau tempat terbentuknya
Pengaruh Tekanan dan Suhu
Spesifikasi Kristal
Euhedral (Bagus)
apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal
Anhedral (Jelek)
apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Subhedral (Intermediet / diantara bagus dan jelek)
apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Ukuran Kristal:
Kristalin (tanpa alat bantu)
Mikrokristalin (menggunakan mikroskop)
Kriptokristalin ( bantuan x-ray difraksi)
Penamaan Mineral
Pengelompokkan mineral berdasarkan ikatan kimia, nama penemu, dan sifat fisik mineral. Pada umumnya berdasarkan senyawa kimia utama seperti Oksida, Sulfida, Karbonat, Fosfat, dan lain – lainnya.
Penamaan dapat berdasarkan :
Sifat Fisik dan Kimia
Nama tempat ditemukan
Nama seorang Tokoh atau ahli mineral
Contoh Penamaan Mineral:
Albit (Na Al Si O3)
Berwarna putih (Bahasa latin "albis"= putih)
Rhodonite ( Mn Si O3)
Berwarna Merah muda (Bahasa yunara rhodon = merah muda)
Chromite (Fe Cr2 O8)
Karena senyawa Cr nya lebih dominan
Silimanite (Al2O3)
Berasal dari penemuan guru besar Prof. B. Siliman
Magnetit (FeO4)
Karena sifat mineral yang kemagnetan
Pranklinite (ZnFe2O8)
Ditemukan di daerah Franklin, New Jersey, USA
BAB II
PETROLOGI
Pengertian Petrologi
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku,metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya).
Petrologi batuan Pyroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api. Batu ini merupakan diantara batuan beku dan batuan sedimen.
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.
Batu Sebagai Penyusun Kulit Bumi
Lapisan kulit bumi disebut dengan litosfer. Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dan sphere (sphaira) berarti bulatan. Dengan demikian, litosfer dapat diartikan lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian litosfer aalah lapisan bumi yang paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas batuan. Litosfer merupakan lapisan kulit bumi yang mengikuti bentuk muka bumi yang bulat dan tersusun atas batuan dan mineral.
Batuan adalah massa yang terdiri atas satu atau lebih macam mineral dengan komposisi kimia yang tetap sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Ilmu yang mempelajari batuan disebut Geologi. Batuan merupakan bahan utama pembentuk kulit bumi. Induk segala batuan adalah magma. Magma adalah batuan cair pijar yang bershu tinggi dan mengandung berbagai unsur minaral dan gas. Kulit bumi atau litosfer tersusun sekitar 90 jenis unsur kimia yang satu dengan yang lainnya dapat bergabung membentuk persenyawaan yang disebut dengan mineral.
Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu kuarsa (SiO2), Feldspar, Piroksen, mika putih (K-Al-Silikat), Biotit, atau mika Coklat (K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit(CaC03), dolomit (CaMgCO3), Olivin, biji besi hematlit, magnetik, dan limonit.
Struktur Lapisan Bumi
Kulit bumi mempunyai ketebalan yang tidak merata antara bagian daratan dan bagian dasar samudra, dimana kulit bumi di bagian benua atau dataran lebih tebal daripada di dasar samudra. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan tersebut sebagai berikut.
Barisfer
Barisfer, yaitu lapisan inti bumi berupa bahan padat yang tesusun dari lapisan nife (Niccolum = nikel dan ferum = besi ). Jari-jarinya kurang lebih 3470 km dan batas luarnya kurang lebih 2900 km di bawah permukaan bumi.
Lapisan pengantara
Lapisan pengantara, yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife setebal 1700 km. Berat jenisnya rata-rata 5 gr/cm3. Lapisan pengatara disebut juga asthenosfer (mantle) merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar.
Litosfer
Litosfer, yaitu lapisan yang terletak di atas lapisan pengantara dengan ketebalan 1200 km. Berat jenisnya rata-rata 2,8 gr/cm3. Litosfer terdiri atas dua bagian sebagai berikut :
Lapisan SIAI adalah lapisan yang terletak paling luar dari kulit bumi yang tersusun dari logam silisium (Si) dan aluminum (AL) dalam bentuk senyawa SIO2, dan AL2O3. Pada lapisan ini terdaspat batuan sedimen, granit, andesit, batuan metamorfosis, dan batuan lain yang tedapat di daratan dan benua. Lapisan silisium dan aluminium merupakan lapisan kerak yang padat dan kaku dengan ketebalan rata-rata kurang lebih 35 kilometer. Lapisan kerak ini dibagi lagi menjadi dua bagian sebagai berikut :
Kerak Benua merupakan lapisan padat yang terdiri atas batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak bumi ini menempati hampir semua bagian benua.
Kerak Samudra merupakan lapisan padat yang terdiri atas endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan-batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridotit. Kerak ini juga menempati wilayah samudra dan sebagian benua.
Lapisan SiMa adalah lapisan kulit bumi yang disusun oleh logam-logan silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO2. Lapisan ini memiliki berat jenis lebih berat dibandingkan lapisan SiAl karena mengandung besi dan magnesium. Sifat dari lapisan SiMa cenderung elastis dengan ketebalan rata-rata kurang lebih 65 kilometer.
Batuan penyusun Litosfer
Berbagai jenis batuan penyusun litosfer ini ada karena adanya suatu proses yang dikenal sebagai siklus ata daur batuan. Siklus atau daur batuan, yaitu batuan mengalamai perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma.
Akibat pengaruh atmotsfer, batuan beku di permukaan bumi akan rusak, hancur, dan kemudian terbawa oleh aliran airm gletser, dan embusan angin. Tidak jarang pada waktu hujan lebat, batuan yang hancur tersebut meluncur pada lereng yang curam karena gravitasi dan pada akhirnya batuan yang telah diangkut itu akan diendapkan di tempat abru, sampai pada akhirnya terbentuklah batuan endapan yang tertimbun di dataran renda, sungai, danau, atau di laut.
Batuan beku maupun batuan endapan pada suatu masa karena tenaga endogen mencapai suatu tempat yang berdekatan dengan magma. Akibat terjadinya perisnggungan dengan magma, batuan sedimen maupun batuan beuku dapat berubah bentuknya dan lazim dinamakan dengan batuan malihan (metamorf). Batuan malihan dapat juga terbentuk sebagai akibat tekanan yang terjadi pada batuan sedimen. Pada suatu tempat, batuan malihan akan mengalami proses pengangkatan sehingga lapisan yang tadinya berada di dalam muncul ke permukaan bumi. Namun, dapat pula akibat tenaga eksogen akan terjadi pelapukan dan pengangkutan sehingga berubah kembali menjadi batuan sedimen. Hal ini dapat juga terjadi karena aktivitas Vulkanisme di mana batuan malihan bertemu dengan resapan magma, batuan malihan berbaur dengan magma tersebut dan menjadi bagian magma tersebtu. Akibatnya, batuan malihan berubah menjadi batuan beku lagi. Fenomena inilah ayng dinamakan dengan daur batuan.
Kulit bumi mengandung berbagai macam batuan yang dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf.
batuan beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena magma pijar yang mendingin atau membeku menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya, batuan beku dibedakan menjadi tiga sebagai berikut :
batuan beku dalam (abisik/plutonik) terbentuk karena pembekuan yang terjadi jauh di dalam kulit bumi dan proses pembekuannya sangat ambat sehingga kritastalnya besar-besar. Contohnya batu granit, diotit, dan gabbro.
Batuan beku luar (lelehan/efusif) batuan ini terbentuk di luar kulit bumi akibat magma yang menerobos sehingga suhunya turun relatif cepat. asa yang membentuk kristal kecil-kecil, tetapi ada juga yang tidak. Contohnya adaalh batu andesit, riolit, batu apung, dan batu kaca.
Batuan beku gang (korok/porfirik) merupakan batuan yang terbentuk di dalam gang-gang atau korok-korok. Batuan ini proses pendinginannya cepat karena dekat dengan permukaan bumi. Contohnya adalah batu granit fosfir.
Batuan sedimen (sedimentary rock)
Batuan sedimen terjadi karena pengendapan dari batuan-batuan beku, batuan yang mengalami pelapukan, dan erosi. Pada awalnya batuan ini lunak, lambat laun mengeras karena proses pembatuan. Batuan sedimen dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :
Berdasarkan proses pengendapannya
Batuan sedimen klastis (mekanik), proses pengendapan berlangsung secara mekanik dari tempat asal ke tempat pengendapannya.
b.Batuan sedimen kimiawi, proses pengendapan berlangsung secara kimiawi dari tempat asal ke tempat pengendapannya.
batuan sedimen organik, yaitu proses pengendapan mendapat bantuan dari organisme.
Berdasarkan tempat pengendapannya
batuan sedimen lakusture, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau. Contohnya, tuff danau dan tanah liat danau.
Batuan sedimen kontinental, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di darat. Contohnya, tanah loss dan tanah gurun pasir.
Batuan sedimen marine, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di latu. Contohnya, lumpur biru di pantai, radiolaria di laut dalam, dan lumpur merah.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut.
Batuan sedimen glasial, proses pengangkutan dilakukan oleh es. Contohnya: Morena
Batuan sedimen aeris atau aeolis, proses pengangkutan dilakukan oleh angin ; Contoh tanah los
Batuan sedimen aquatis, proses pengangkutan dilakukan oleh air, contohnya : batu breksi, konglomerat,dan batu pasir.
Batuan sedimen marine, proses pengangkutan dilakukan oleh arus laut.
Batuan Malihan (Metamorphick Rock)
Batuan malihan atau yang dikenal dengan batuan metamorf adala batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat karena pengaruh suhu dan tekanan. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh suhu yang tinggi, tekanan tinggi, tekanan dan suhu yang tinggi.
Batuan meramorf kontak (termik), terjadi karena penambahan suhu yang tinggi karena berdekatan dengan dapur magma. Contohnya adalah batuan pualam.
Batuan metamorf dinamik (sintektonik), batuan yang berubah karena penambahan tekanan yang tinggi, umumnya terjadi karena gaya tektonik yang bekerja paa batuan tersebut. Contohnya, batu sabak dan batu bara.
Batuan metamorf ternik pneumatolitik, terjadi karena penambahan suhu dan tekanan. Contohnya, azurit mineral (pembawa tembaga), topas, dan tumalin (permata).
Siklus Batuan
langkah langkah keterjadian batuan adalah sebagai berikut :
(1) Magma membeku membentuk batuan beku pada kerak bagian dalam. (2) Kerak dalam lalu terangkat di permukaan bumi. (3) Aktivitas atmosfir akan merubah batuan menjadi lapuk, tererosi, tertransportasi dan diendapkan menjadi sedimen. (4) Karena beban dan konsolidasi serta penyemenan, sedimen berubah menjadi batuan sedimen yang kompak dan keras. (5) Batuan sedimen dapat terangkat ke permukaan bumi atau mengalami proses metamorfosa menjadi batuan metamorf, Batuan sedimen juga bisa tenggelam (penunjaman) dan meleleh menjadi magma baru (mantel). (6) Batuan metamorf dapat terangkat ke permukaan bumi. Atau tenggelam menjadi magma baru (mantel). (7) Batuan beku juga dapat mengalami metamorfosa menjadi batuan metamorf. (8) Selanjutnya batuan metamorf mengalami pemanasan suhu, kemudian mencair sehingga menjadi magma kembali.
Gambar 3.2Siklus Batuan
Gambar 3.2
Siklus Batuan
BAB III
BATUAN BEKU
MAGMA DAN EVOLUSI MAGMA
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah begerak (mobile), bersama antara 90o -110o C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas. (F.F. Grounts, 1947: Turner & Verhogen, 1960: H. Williams, 1962).
Berdasarkan pengertian tentang magma di atas, dapat ditafsirkan bahwa secara kimia fisika, magma adalah system berkomponen ganda (multi component system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang mengandung didalamnya sebagai komponen utama, disamping fase gas pada keaadaan tertentu.
Bunsen (1951) berpendapat bahwa ada 2 jenis magma primer, yaitu Basaltis dan Granitis, dan batuan beku adalah merupakan hasil campuran dari 2 magma ini yang kemudian mempunyai komponen lain.
Dally (1933) berpendapat bahwa magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi menjadi magma bersifat lain. Magma basa bersifat encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi, sedangkan magma asam sebaliknya.
EVOLUSI MAGMA
Pembentukan magma, sebetulnya adalah sebuah rangakaian proses yang rumit meliputi proses pemisahan (differentation), pencampuran (assimilation) anateksis (peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar). Sementara, komposisi magma ditentukan oleh komposisi bahan yang meleleh, derajat fraksinasi dan jumlah pengotoran dalam magma oleh batuan samping (parent rock).
Diferensiasi Magma yaitu proses dimana magma yang homogen terpisah dalam fraksi-fraksi komposisi yang berbeda-beda.
Proses-proses differensiasi magma (keterangan untuk Gambar 7) meliputi:
Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.
Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan Potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.
Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium, Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.
Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan Kalsium, Magnesium dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi Gabroik.
Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
Fragsinasi, Proses pemisahan Kristal-kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal-kristal mengubah perkembang. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
Liquid Immisbility, Ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membelah membentuk bahan yang heterogen
Asimilasi; evolusi magma juga dipengaruhi oleh batuan sekitarnya (wall-rock). Magma dalam temperatur tinggi, sewaktu kristal-kristal mulai terbentuk maka panas ini akan menjalar dan melarutkan batuan-batuan sekitarnya. Sehingga mempengaruhi komposisi magma tersebut. Hal ini sering terjadi terutama pada magma plutonik.
Proses Pencampuran Magma; dua batuan yang berbeda, terutama batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapat juga dihasilkan oleh campuran dari sebagian kristalisasi magma.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut:
a. Hibridisasi = pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis.
b. Sintesis = pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan gamping.
c. Anateksis = proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar.
Sehingga dari akibat-akibat proses tersebut magma selanjutnya mengalami perubahan daya kondisi awal yang homogen dalam skala besar sehingga menjadi suatu tubuh batuan beku yang bervariasi.
BATUAN BEKU
Batuan beku terbentuk dari magma . ketika magma erupsi dan mendingin di permukaan bumi.jika magma mendingin di dalam bumi, maka disebut batuan intrusive, yang nantinya akan keluar oleh erosi dan factor cuaca
STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah hubungan antar mineral penyusun batuan. Dengan demikian tekstur mencakup tingkat visualisasi ukuran butir atau granularitas, tingkat kristalisasi mineral atau kristalinitas, tingkat keseragaman butir kristal, ukuran butir kristal, dan bentuk kristal.
Tingkat Visualisasi Granularitas
Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau memakai loupe, maka tekstur batuan beku dibagi dua, yaitu tekstur afanitik dan tekstur faneritik.
a. Afanitik adalah kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.
b. Fanerik (faneritik, firik = phyric) adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir (kristal satu dengan kristal lainnya atau kristal dengan kaca). Singkatnya, batuan beku mempunyai tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelas/kaca, dapat diamati.
Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
Tingkat kristalisasi atau kristalinitas
a. Holokristalin, apabila batuan tersusun semuanya oleh kristal.
b. Holohialin, apabila batuan tersusun seluruhnya oleh gelas atau kaca.
c. Hipokristalin, apabila batuan tersusun sebagian oleh kaca dan sebagian berupa kristal.
Tingkat Keseragaman Butir
a. Equigranular, apabila kristal penyusunnya berukuran butir relatif seragam. Tekstur sakaroidal adalah tekstur dimana ukuran butirnya seragam seperti gula pasir atau gula putih.
b. Inequigranular, jika ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.
Ukuran butir kristal : < 1 mm ——– berbutir halus
1 – 5 mm ——– berbutir sedang
5 – 30 mm ——– berbutir kasar
> 30 mm ——– berbutir sangat kasar
Bentuk Kristal
a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal (tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.
b. Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas, sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya berbentuk kristal subhedral disebut hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.
c. Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur. Tekstur batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik granular atau xenomorfik granular.
Secara tiga dimensi, bentuk kristal disebut :
a. Kubus atau equidimensional, apabila ketiga dimensinya sama panjang.
b. Tabular atau papan, apabila dua dimensi kristalnya lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
c. Prismatik atau balok, jika dua dimensi kristalnya lebih pendek dari satu dimensi yang lain. Bentuk ini ada yang prismatik pendek (gemuk) dan prismatik panjang (kurus, kadang-kadang seperti jarum).
Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, yang tertanam di dalam masadasar (groundmass). Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam di dalam masadasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukkan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam di dalam masadasar gelas. Karena tekstur holokristalin porfiritik dan hipokristalin porfiritik secara mata telanjang dapat diidentifikasi maka kenampakan tersebut dapat disebut bertekstur faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila fenokrisnya tertanam di dalam masadasar afanitik maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedang kristalnya hanya sedikit (< 10 %).
Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal olivin dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir sedang – kasar (Æ : 1 – 30 mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan plagioklas basa. Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun oleh plagioklas asam, alkali felspar, dan kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur holokristalin kasar – sangat kasar (Æ ³ 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur dioritik sebanding dengan tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku menengah.
Struktur Pada Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku
1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2. Struktur Batuan Beku Intrusi
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil.
KOMPOSISI MINERAL BATUAN BEKU
KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).
1. Mineral Primer
Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
2. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
3. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
4. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.
5. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
BATUAN PIROKLASTIK
Ketika magma keluar ke permukaan bumi, magma tersebut dapat mengalir sebagai cairan atau akan disemburkan keluar sebagai fragmen yang bebas. Fragmen yang meletus keluar disebut pyroclasts; kumpulan fragmen yang meletus dari pyroclasts disebut tephra; batuan yang dibentuk dari pengendapan atau kumpulan tephra disebut batu pyroclatic. Beberapa ahli geologi menyebut batu piroklastik sebagai batu beku atau batu sedimen.
KLASIFIKASI BATUAN PYROKLASTIK
PENAMAAN BATUAN BEKU
Berdasarkan komposisi kimia
Kandungan Silika (SiO2)
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia
Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :
Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.
Batuan Beku Menengah (intermediat)
Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.
klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Ellis (1948) antara lain sebagai berikut :
Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand, 1943, antara lain :
Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60% mineral mafik.
Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan cara terjadinya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang(1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
e) Kandungan alumina
Alumina (Al 2 O 3) Saturasi
Setelah silika, alumina adalah konstituen oksida paling melimpah kedua di batuan beku. Feldspars, secara umum, mineral yang paling berlimpah yang terjadi di batuan beku. Dengan demikian, konsep saturasi alumina didasarkan pada apakah atau tidak ada kelebihan atau kekurangan Al untuk membentuk feldspars. Perhatikan bahwa Al 2 O 3 terjadi di feldspar dalam rasio 1 Al 1 Na, 1K, atau 1 Ca:
Kalsi 3 O 8 - 1/2 K 2 O: 1/2 Al 2 O 3
NaAlSi 3 O 8 - 1/2 Na 2 O: 1/2 Al 2 O 3
CaAl 2 Si 2 O 8-1 CaO: 1 Al 2 O 3
Tiga kondisi yang mungkin ada.
Jika ada kelebihan Alumina lebih yang diperlukan untuk membentuk feldspars, kita mengatakan bahwa batu adalah peraluminous. Kondisi ini diungkapkan kimia secara molekuler sebagai:
Al 2 O 3> (CaO + Na 2 O + K 2 O)
Dalam peraluminous. batu kami berharap untuk menemukan sebuah Al 2 O 3 -rich mineral hadir sebagai mineral modal - seperti muskovit [Kal 3 Si 3 O 10 (OH) 2], korundum [Al 2 O 3], topaz [Al 2 SiO 4 ( OH, F) 2], atau Al 2 SiO 5 - mineral seperti kyanite, andalusite, atau sillimanite.
Batuan Peraluminous akan memiliki korundum [Al 2 O 3] di norma CIPW dan tidak ada diopside di norma.
Batu Metaluminous adalah mereka yang persentase molekul adalah sebagai berikut:
Al 2 O 3 <(CaO + Na 2 O + K 2 O) dan Al 2 O 3> (Na 2 O + K 2 O)
Ini adalah jenis yang lebih umum dari batuan beku. Mereka dicirikan oleh kurangnya Al 2 O 3 -rich mineral dan kurangnya pyroxenes sodik dan amphiboles di mode.
Batu Peralkaline adalah mereka yang jenuh dengan alkali (Na 2 O + K 2 O), dan dengan demikian undersaturated sehubungan dengan Al 2 O 3. Secara molekuler, batuan ini menunjukkan:
Al 2 O 3 <(Na 2 O + K 2 O)
Batuan Peralkaline dibedakan oleh kehadiran mineral Na-kaya seperti aegerine [Nafe 3 Si 2 O 6], riebeckite [Na 2 Fe 3 2 Fe 2 3 Si 8 O 22 (OH) 2], arfvedsonit [Na 3 Fe 4 2 (Al, Fe 3) Si 8 O 22 (OH) 2], atau aenigmatite [Na 2 Fe 5 2 TiO 2 Si 6 O 18] dalam mode tersebut.
Dalam norma CIPW, acmite [Nafe 3 Si 2 O 6] dan / atau natrium metasilicate Na 2 SiO 3 akan terjadi sebagai mineral normatif.
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen.
Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan (sedimen) dari hasil erosi material-material batuan, organik, kimia dan terkompaksi serta tersementasi (litifikasi).
Batuan asal batuan sedimen dapat berupa batuan beku, metamorf ataupun batuan sedimen itu sendiri.
Tenaga pembentuk sedimen adalah : air, angin, es.
Bahan sedimen yang mengeras disebut batuan sedimen
Sifat – sifat utama batuan sedimen :
Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Diagenesa batuan sedimen
Proses Diagenesa meliputi :
Kompaksi sediment
Yaitu termampatnya butiran sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan ( permeabilitas relatif ) pada ruang antar butir makin besar.
Rekristalisi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dalam suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sadimen selama diagenesa atau jauh sabelumnya. Reksriatalisasi sangat umum terjadi pada pambentukan batuan karbonat.
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenetik, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klorite, illite, gipsum dan lain-lain.
Metasomatisme
Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu:
Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan batugamping.
Mengendap Tanpa Mengalami Proses Transportasi
Mengendap Tanpa Mengalami Proses Transportasi
Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi,
atau dengan kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik
Batuan Asal Mengalami Proses Transportasi
Batuan Asal Mengalami Proses Transportasi
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi :
Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
Contoh:
Konglomerat atau Breksi;
Batupasir;
Batulanau;
Lempung
Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Batuan yang termasuk dalam kumpulan ini adalah:
Evaporit ;
Batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit) ;
Batuan sedimen bersilika (rijang) ;
Endapan organik (batubara)
Batuan Sedimen Evaporit
Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang cukup lama.
Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).
Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum
Terjadi Penguapan (Evaporasi)
Terjadi Penguapan (Evaporasi)
Batuan Sedimen Karbonat
Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batu gamping dan dolomit.
Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah:
Kalsit (Calcite) (CaCO3)
Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2)
Batuan Organik
Batubara Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Batubara
avolkanoklastik. Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah:
Batupasir tufa
Aglomerat
Batuan Piroklastik Mengalami Transportasi dan Mengendap
Batuan Piroklastik Mengalami Transportasi dan Mengendap
Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen
Tekstur Pada Batuan Sedimen
Ukuran butir
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari "Skala Wentworth" yaitu
Sortasi atau Derajat Pemilahan
Derajat pemilahan adalah tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan pembentuk batuan sedimen. Derajad pemilahan inipun hanya dapat diamati secara megaskopis pada batuan yang bertekstur kasar. Tingkat-tingkat dalam derajad pemilahan ini adalah :
Pemilahan baik (well sorted)
Pemilahan sedang (moderately sorted)
Pemilahan buruk (poorly sorted
Derajat Pembundaran (Roundness)
Yaitu nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan sedimen, dimana untuk ini diberikan 5 kategori, yaitu:
a. Angular (menyudut)
b. Sub-Angular (menyudut tanggung)
c. Sub-Rounded (membulat tanggung)
d. Rounded (membulat)
e. Well Rounded (membulat baik)
Kebundaran/roundness: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.
Merupakan sifat permukaan dari butiran
Disebabkan oleh pengaruh transport terhadap butiran
Kemas (Fabric)
Kemas/fabric: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Di dalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu:
Kemas Terbuka, Butiran tidak saling bersentuhan (mengambang di dalam matrik).
Kemas Tertutup, Butiran saling bersentuhan satu sama lain.
Struktur Pada Batuan Sedimen
Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
Struktur batuan sedimen yang penting antara lain struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya struktur perlapisan adalah:
a. Adanya perbedaan warna
b. Adanya perbedaaan ukuran butir
c. Adanya perubahan struktur sedimen
d. Adanya perbedaan komposisi mineral
e. Adanya perubahan macam batuan
f. Adanya perubahan kekompakan
KLASIFIKASI DAN PENAMAAN
BAB V
BATUAN METAMORF
PENGERTIAN BATUAN METAMORF
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".
Contoh :
marmer, malihan dari batuan gamping
kuarsit,malihan dari batu pasir kuarsa
genes, malihan dari granit
Tahap-Tahap Proses Metamorfisme
Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah ada.
Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya telah ada.
Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.
Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.
Gambar Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan
Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.
Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Gambar Lokasi dan Tipe Metamorfisme
Struktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).
Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur
1b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)
Gambar Struktur Phylitic
1c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur
1d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
2.a Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
Gambar Sruktur Granulose
2b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
2c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).
Struktur Milonitic
2d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
Tekstur Batuan Metamorf
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.
d. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai berikut:
Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering disebut porphyroblasts.
Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstektur homeoblastik.
ContohPerubahanBatuanAsalMenjadiBatuanMetamorf
BatuanAsal
BatuanMetamorf
BatuanSedimen
Batupasirkuarsa
Kuarsit
Serpih
Sabak, filit, sekis
Batugamping
Marmer
Batubara batumina
Antasit, grafit
BatuanBeku
Granit
Genes
Berbutirhalusmengandungmika,
biotit, atauklorit.
Sekismika, sekisbiotitdansekisklorit
DAFTAR PUSTAKA
http://khariswiratama.blogspot.co.id/2013/10/klasifikasi-penamaan-batuan-piroklastik.html ( 26 mei 2016)
http://petroclanlaboratory.weebly.com/magma.html (26 mei 2016)
http://perpustakaangeografionline.blogspot.co.id/2012/05/mineralogi-petrologi-pengenalan.html (26 mei 2016)
http://pustakatambang.blogspot.co.id/2012/03/komposisi-mineral-batuan-beku.html (26 mei 2016)
http://pustakatambang.blogspot.co.id/2012/03/komposisi-mineral-batuan-beku.html (26 mei 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku#Komposisi_Mineral (26 mei 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku#Komposisi_Mineral (26 mei 2016)
https://ptbudie.wordpress.com/2012/03/29/klasifikasi-batuan-beku-berdasarkan-komposisi-kimia-dan-mineralogi/ (26 mei 2016)
http://geology.com/rocks/igneous-rocks.shtml (26 mei 2016)
http://geosjepara.blogspot.co.id/2014/02/batuan-piroklastik.html (26 mei 2016)
http://rezkygeo14.blogspot.co.id/2015/07/cara-penamaan-dan-klasifikasi-batuan.html (26mei2016)
https://www.academia.edu/9771553/Batuan_Beku_Berdasarkan_Tempat_Terbentuknya (26 mei 2016)
http://geology.com/rocks/igneous-rocks.shtml
http://www.universetoday.com/82009/how-are-igneous-rocks-formed/ (26meei 2016)
http://dearthurjr.blogspot.co.id/2013/05/sifat-fisika-kimia-dan-klasifikasi-dari.html (26 mei 2016)
http://ongkiboomy.blogspot.co.id/2012/10/igneous-rocks.html (26 mei 2016)
http://geograph88.blogspot.co.id/2015/01/litifikasi-dan-diagenesa-batuan-sedimen.html (26 ei 2016)
http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2014/09/siklus-sedimentasi.html (26 mei 2016)
http://geophysicsgeologys.blogspot.co.id/2015/03/cekungan-sedimen.html (26 mei 2016)
Bryan Simpson.1983.Rocks and Minerals.Swansea:Pergamon Press.
Dietrich Richard V dan Brian J. Skinner.1979.Rocks and Rock Mineral.New York: Wiley