Laporan Kimia Dasar II Redoks BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Oksigen dapat membentuk suatu senyawa yang disebut oksida dan sejak oksigen yang
ditemukan,
menggunakan
langsung
dengan
istilah
oksigen. oksigen,
oksidasi
dihubungkan
Magnesium, pemukaan
sebagai
logam
yang
membentuk suatu lapisan magnesium oksida(Mgo).
dengan
contohnya, terbuka
berbagai dapat
segera
reaksi
bereaksi
dioksidasi
Contoh lain adalah besi.
Besi (Fe) juga dapat dioksida secara perlahan-lahan di udara, proses ini dapat mengakibatkan karat pada logam yang terdiri dari Fe2O3. Suatu logam yang
dapat
diperoleh
kembali
dari
oksida
logamnya
dikenal
dengan
nama
reduksi. Dalam istilah sekarang proses oksidasi maupun reduksi mempunyai arti yang
lebih
luas.
Tidak
hanya
reaksi
suatu
zat
dengan
oksigen,
tapi
oksidasi juga dapat bearti sebagai suatu peristiwa pelepasan electron oleh suatu zat, atom atau ion ke zat, atom, atau ion lin.begitu pula dengan reduksi, pengertian reduksi tidak hanya suatu proses pelepasan oksigen, tapi reduksi juga dapat berarti pengambilan electron dari suatu zat, atom, atau
ion
ke
zat,
atom,
atau
ion
lainnya.
Suatu
reaksi
yang
melibatkan
peristiwa oksidasi dan reduksi sering disebut reaksi oksidasi atau reaksi redoks sebagai singkatannya. Pengertian yang lebih rinci tentang reaksi redoks, akan dijelaskan dalam lapoan ini. Selain itu akan dibahas beberapa ontoh reaksi oksidasi reduksi redoks
dalam seperti
suasana zat
asam,
serta
pengoksidasi
zar-zat
atau
yang
oksidator,
terlibat
dalam
dan
reduksi
zat
reaksi atau
reduktor dan aplikasi redoks dalam kehidupan sehri-hari. 1.2 Tujuan percobaan
Menentukan fungsi reagen yang digunakan
Mengetahui reduktor dan oksidator yag digunakan dalam percobaan
Mengetahui titik akhir titrasi pada percobaan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu,
sebagai
unsure
logam
dan
nonlogam
diperoleh
dari
bijihnya
melalui
proses oksidasi atau reduksi. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida (Cao) dari kalsium dan oksigen. 2Ca(s) + O2(g)2CaO(s) Kalsium
oksida
(CaO)
adalah
senyawa
ionic
yang
tersusun
atas
ion
Ca2+ dan O2-. Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat
electron
pada
dua
atom
O
(dalam
O2).
Agar
lebih
mudah
dipahami,
proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang satu melibatkan hilangnya
empat
electron
dari
dua
atom
Ca
dan
tahap
lain
melibatkan
penangkapan empat electron oleh molekul O 2. 2Ca
2Ca2+ +
4e-
O2 + 4ē Setiap
tahap
reaction),
diatas
yang
dapat
secara
disebut
eksplisit
sebagai
reaksi
menunjukkan
2O2-
setengah
banyaknya
sel
(
hal-
electron
yant
terlibat dalam reaksi. Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron disebut
reaksi oksidasi. Istilah “Oksidasi” pada awalnya
berarti kombinasi unsur
dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang memiliki arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron disebut reaksi reduksi.
Dalam
contoh
diatas,
kalsium
bertindak
sebagai
zat
pereduksi
karena memberikan electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen
tereduksi
bertindak
sebagai
zat
pengoksida
Karena
menerima
electron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi. Dalam persamaan reaksi
redoks
tingkat
oksidasi
harus
sama
dengan
tingkat
reduksi
yaitu
jumlah electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah electron yang diterima oleh suatu zat pengoksida (Raymond, Chang,2005). Definisi tentang oksidasi dan reduksi dapat juga dikembangkan menjadi pengertian yang lebih luas dan jelas Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau lebih dari dalam zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsur dioksida, keadaan oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat pengoksidasi diartikan sebagai zat yang memperoleh electron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Reduksi, diperolehnya
satu
sebaliknya
electron
atau
adalah lebih
suatu
dari
proses
suatu
zat
yang (
atom,
melibatkan ion
atau
molekul ). Bila suatu unsure direduksi, keadaaan oksidasi berubah menjadi
lebih negative ( kurang positif ). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag kehilangan electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas. Sejumlah besar reaksi oksidasi dan reduksi akan dicantumkan diantara reaksi yang digunakan untuk identifikasi ion. Beberapa contoh zat pengoksidasi pengoksidas i 1.
Kalium
kuat adalah KMnO4.
permanganat
merupakan medium.
(KMnO4),
pengoksidasi
Dalam
suasana
merupakan
kuat, asam,
yang ion
zat
padat
cokelat
bekerja
berlainan
menurut
pemanganat
direduksi
menurut
tua
yang
pH
dari
proses
5
elektron, Mn berubah dari + ke +2, MnO4- + 8H++5ē
Mn2+ +
4H2O
dalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan dioksida. MnO4- + 4H+ 2.
+ 3ē
MnO2 +
2H2O
Logam seperti zink, besi, dan aluminium, seringkali logam ini digunakan sebagai bahan pereduksi. Kerja logam ini disebabkan oleh pembentukan ion, biasanya ion itu ada dalam keadaan oksidasi terendah, Contohnya : Zn Fe
+ 2ē Fe2+ + 2ē Zn2+
AI3+
AI
+ 3ē ( G. Svehla, 1990 ).
a.
Bilangan Oksidasi
Suatu
unsur
dapat
bergabung
dengan
unsure
lain
membentuk
senyawa
dengan valensi tertentu. Istilah valensi dikemukakan oleh Wichelhaus yang artinya jumlah ikatan suatu unsure terhadap yang lainnya. Dalam menentukan valensi
unsur,
dahulu.
Oleh
kita
karena
harus itu,
menuliskan cara
ini
struktur
kurang
molekul
praktis
dan
ditemukan cara bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi
senyawa
terlebih
sebagai
gantinya
suatu unsure adalah
muatan suatu atom dalam senyawa, seandainya semua electron yang dipakai bersama menjadi milik atom yang lebih elektronegatif. Contohnya molekul H2O, karena O2 lebih
elektronegatif
maka
ia
kelebihan dua
electron
dari
dua hydrogen. Akibatnya bilangan oksidasi oksigen = -2 dan hydrogen = +1. Bilangan oksidasi dapat positif atau negative. Nilai itu bukan merupakan hasil
percobaan
melainkan
merupakan
perjanjian.
Perjanjian
atau
atau
aturan dalam menentukan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut : 1.
Setiap unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0, Contohnya H2, Fe, He, S8, dan P4
2.
Hidrogen
dalam
H2SO4 dan HCIO4.
senyawa
mempunyai
bilangan
oksidasi
+1,
Contohnya
HCI,
3.
Oksigen
dalam
senyawa
mempunyai
bilangan
oksidasi
-2
Contohnya
H2O,
HIVO3 dan NOH. 4.
Unsur-unsur
golongan
alkali
(
IA
)
dalam
senyawa
mempunyai
bilangan
oksidasi +1, Contohnya NaCI, KOH, dan Li2SO4. 5.
Unsur-unsur
golongan
dikali
tanah
(
II
A
)
dalam
senyawa
mempunyai
bilangan oksidasi +2 contohnya CaO, BaCO, dan SrSO4. 6.
Ion Fluar ( F ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -1, Contohnya Hf, LIF, dan CaF2.
7.
Sebuah ion C1-=-1,
8.
mempunyai
SO42-=-2,
dan
bilangan
oksidasi sama
dengan
muatannya
Contohnya
Ca+2=2.
Senyawa netral mempunyai bilangan oksidasi 0 contohnya HCI = 0, KBr = 0, dan Na2SO4 = 0. Dari aturan diatas dapat ditentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa
tanpa
menuliskan
struktur
molekulnya.
Bilangan
oksidasi
berguna
dalam menuliskan rumus senyawa antara ion positif dan ion negative. Rumus harus
sedemikian
rupa
sehingga
bilangan
oksidasi
senyawa
adalah
0
atau
jumlah muatan negatf dan positifnya sama ( Syukri S, 1999 ) . b.
Penggunaan Bilangan Oksidasi Dalam reaksi redoks, ada beberapa perbedaan dalam bidang oksidasi atau
keadaan
oksidasi
atau
keadaan
oksidasi
(
istilah
ini
digunakan
untuk
memperlihatkan sesuatu yang saling mengubah ) dari dua atau lebih suatu unsure. Perhatikan suatu reaksi yang melibatkan magnesium dan oksigen. 2Mg + O2
2MgO
0 Dimana
ditulis
bilangan
0
+2
oksidasinya
dibawah
-2 nama
senyawa
tesebut,
terlihat bahwa bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi 0 berubah dari 0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti oleh bertambahnya bilangan oksidasi ( bertambah maksudnya disini adalah bilangan
oksidasi
Mg
menjadi
lebih
positif
).
Reduksi
O2 sebaliknya
diikuti oleh berkurangnya bilangan oksidasi 0 menjadi kurang positif atau kurang negatif. Dengan demikian, hal ini memberikan kita cara yang lebiih umum untuk mendefinisikan bilangan adalah
oksidasi
dan
reduksi
oksidasi.
Berdasarkan
bertambahnya
bilangan
yang
perubahan oksidasi
berkaitan
bilangan
dan
reduksi
dengan
perubahaan
oksidasinya, adalah
oksidasi
berkurangnya
bilangan oksidasi. Untuk tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, senyawa Pengoksidasi adalah
zat
yang
direduksi,
dan
senyawa
pereduksi
dioksidasi ( James E. Brady,1987 ) c.
Menyeimbangkan Persamaan Oksidasi
– Reduksi
adalah
zat
yang
Ada satu cara untuk menyeimbangkan persamaan oksidasi-reduksi. Cara ini disebut metode setengah reaksi atau electron ion. Pendekatan cara lainnya berdasarkan pada definisi oksidasi dan reduksi dalam hubungannya dengan bilanganoksidasi disebut metode perubahaan bilangan oksidasi. Metode
electron
ion
atau
setengah
reaksi,
terdiri
dari
beberapa tahap. Dalam metode ini setengah persamaan oksidasi dan reduksi ditulis terpisah kemudian digabungkan menjadi persamaan keseluruhan yang seimbang. Beberapa tahap dalam metode electron ion atau setengah reaksi antara lain : Tahap 1
: Identifikasi spesies yangterlibat dalam perubahan bilangan oksidasi tulislah
dan
oksidasi.
“ rangka “ setengah reaksi melibatkan penambahan bilangan
Reduksi
setengah
reaksi
melibatkan
pengurangan
bilangan
oksidasi. Contohnya pada reaksi sulfite dan Peermanganat SO3-2 + H+ +Mn04 Oksidasi : Reduksi
:
Mn04
SO3-2
SO42- +
Mn2+ + H2O
SO42-
Mn 2+
: Seimbangkan “Jumlah atom “ dari tiap persamaan. Untuk mendapatkan
Tahap 2
jumlah atom yang sama perlu ditambahkan H 2O dan H+ ( untuk suasana asam ) dan OH- ( untuk suasana basa, pada sisi yang kekurangan O ) Oksidasi
+ 2:SO32- + H 2O SO4 + 2H
Reduksi
+ : MnO4- + 8H
Mn2+ +
4H 2O
: Seimbangkan “ muatan listrik “ dari tiap setengah persamaan. Pada
Tahap 3
sisi kanan setengah persamaan oksidasi ditambahkan sejumlah electron agar kedua sisi memiliki muatan keseluruhan yang sama. Lakukan hal yang sama untuk reduksi, penambahan electron disebelah kiri Oksidasi
: SO3-2 + H2O
SO42- +
2H+
+ 2ē (
Muatan
keseluruhan
(
Muatan
keseluruhan
tiap sisi, -2 ) Reduksi
: MnO4- + 8H+
+ 5ē
Mn 2+ +
4H2O
tiap sisi +2 ) Tahap 4
: Dapatkan persamaan oksidasi-reduksi keseluruhan dengan menggabungkan kedua setengah pesamaan. Kalikan electron oksidasi dengan electron reduksi agar electron dalam pesamaan dapat saling menghapuskan.
Electron tidak boleh terlihat pada suatu persamaan keseluruhan. Pada contoh ini oksidasi dikalikan 5 dan reduksi dikalikan 2. Oksidasi
: 5SO32- + 5H2O
5SO4-2 +
10H+
+ 10 ē Reduksi
16H+
+ 10ē
2Mn+2 +
:
2MnO4-2
8H2O
5SO3-2 +5H2O + 2MnO4- + 16 H+
5SO4-2 +10H+ + 2
Mn2+ + 8H2O
+
Tahap
5
: sama
Sederhanakan,
pada
kedua
Bila
sisinya
persamaan yang
keseluruhan
jumlahnya
lebih
mengandung
sedikit.
spesies
Kurangi
yang
lima
H2O
dari tiap sisi persamaan keseluruhan pda langkah 4, dengan demikian akan tersisa
3
H2O
pada
sisi
kanan,
Serta
pengurangan
10
H + dari
tiap
sisi
sehingga tinggal 6 H+ pada sisi kiri. 5SO3-2 + 2MnO4- + 6 H+ Tahap
6
:
Teliti
persamaan
5SO4-2+
keseluruhan
2 Mn2+ + 3H2O
yang
telah
selesai.
Pastikan
bahwa
persamaan keseluruhan seimbang, baik jumlah atom yang ada dalam pesamaan maupun
jumlah
elektronnya.
Pada
contoh
terebut
dapat
dilihat
electron kiri dan kanan adalah -6 (Ralph H. Petrucci, 1987).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
:
Pipet Tetes
Buret & Statif
Elenmeyer
Labu Ukur
Beaker glass
Pipet Volume
Termometer
Tabung Reaksi
Klem 3.1.2 Bahan
Vitamin C
KMnO4
H2C2O4
I2
H2SO4
H2O
:
3.2 Prosedur Percobaan Kualitatif 1.
: :
- Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes KMnO 4
jumlah
- Diamati perubahan warna yang terjadi 2.
- Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes I2 - Diamati perubahan warna yang terjadi 3.
- Diambil 5 ml asam oksalat dalam beaker glass,
- Ditambahkan 2 ml H2C2O4 - Dipanaskan hingga suhu 70ºC - Diteteskan beberapa tetes KMnO4 0,1 N - Diamati perubahan warna yang terjadi Kuantitatif
:
- Diambil 10 ml H 2C2O4 dalam labu elenmeyer - Ditambahkan 3 ml H2SO4 - Dipanaskan pada suhu 70 ºC - Dititrasi dengan KMnO4 0,1N - Diamati perubahan warna yang terjadi.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Perlakuan
Pengamatan
No 1.
- Kualitatif -Reaksi vitamin
Vitamin
antara C
1
ml
ditambah
C
mengalami
oksidasi
(pereduktor)
5
KMnO4
mengalami
reduksi
(
tetes KMnO4
pengoksidasi )
- Diamati
- Warna vitamin C yang semula kuning setelah
berubah
jadi
penambahan
15
orange tetes
KMnO4 -Reaksi
Vitamin
C
1
ml
dengan 5 tetes I2
- Vitamin C mengalami oksidasi ( pereduktor ) -
I2Mengalami
reduksi
(
- Diamati perubahan warna
oksidator )
yang terjadi
- Warna Vitamin C yang semula
kuning berubah menjadi orange setelah penambahan 20 tetes I2. -Reaksi 5 ml H2C2O4 dengan
- H2C2O4(Reduktor)
H2SO4 dan dititrasi dengan
- KMnO4 ( Oksidator )
KMnO4pada suhu 70ºC
-
Warna
bening, dengan
larutan
sebelumnya
setelah
dititrasi
KMnO4 larutan
berubah
warna menjadi cokelat 2.
Kuantitatif -Reaksi 10 ml H2C2O4dengan
- H2C2O4(Reduktor)
3 ml H2SO4dipanaskan pada
- KMnO4 ( Oksidator )
suhu 70ºC
-Terjadi
-
Dititrasi
dengan
perubahan
penambahan
1
ml
warna
KMnO4 menjadi
KMnO40,1 N hingga terjadi
merah lembayung,
perubahan warna
- H2SO4 ( Autokatalisator ) - V1.N1 = V2. N2 I0. N1 = I.0,1 NIC2H2O4 = 0,01N
4.2 Reaksi -
Vitamin C dan KMnO4 O
O
║
║
C
C
│
│ O═C
HO─C
│
O
+
MnO4
→
│ O
+ MnO4
HO─C
O═C │
│ H─C
H─C
│
│ HO─C─H
HO─C
│ CH2OH
│ CH2OH
pada
-
Vitamin C dan I2 O
O
║
║
C
C
│
│ O═C
HO─C
│
O
+
I2
→
│ O
+ 2H+ + 2I-
HO─C
O═C │
│ H─C
H─C
│
│ HO─C─H
HO─C
│
│
CH2OH
CH2OH
- H2C2O4 dan KMnO4
→ 2CO2 + MnO4-→ Mn2+ C2O4-2→2CO2
C2O4-2 + MnO4Reduksi
:
Oksidasi : Reduksi
Mn2+
: MnO4- + 8H+ = 5e-→
Mn2+ +
4H2O
(x2)
Oksidasi : C2O4-2→2CO2 + 2e(x5) Reduksi
: 2MnO4- + 16H+ = 10e-→
2Mn2++8H2O Oksidasi : 5C2O4-
→10CO2 +
2
10e-
2MnO4 + 16 H
+
+
5C2O4-2
→ 2Mn2++8H2O
4.3 Perhitungan Titik akhir titrasi = 1 ml V1. N1 = V2. N2 1O. N1 = 1. 0,1 N1 = 0,1/ 10
+ 10CO2
N C2H2O4 = 0,01 N
4.4 Pembahasan
– oksidasi
Reaksi reduksi terima
electron.
Dalam
suatu
( redoks ) merupakan suatu reaksi serah
reaksi
penggabungan
ion,
dimana
bilangan
oksidasinya berubah. Bilangan oksidasi dapat berubah menjadi lebih positif atau
lebih
disertai
negative,
dengan
perubahan
pertukaran
– reduksi
reaksi oksidasi
bilangan
electron
oksidasi
antara
dalam
pereaksi
reaksi
ini
ini
sering
yang
disebut
( redoks ). Selain itu, jika saat membicarakan
oksidasi suatu zat, kita harus ingat bahwa pada saat yang sama reduksi dari suatu zat lain juga berlangsung. Oleh karena itu, sangatlah logis untuk mendefinisikan redoks sebagai proses yang melibatkan serah terima electron yang terjadi dalam suatu reaksi yang serempak. Oksidasi perubahaan
dan
reduksi
electron,
dan
memiliki perubahan
perbedaan bilangan
pada
pengikatan
oksidasi.
Reaksi
oksigen, oksidasi
adalah suatu reaksi yang mengikat oksigen, mengalami pelepasan sejumlah electron,
serta
mengalami
kenaikan
bilangan
oksidasi.
Sedangkan
reduksi
adalah peristiwa pelepasan oksigen, mengalami penurunan bilangan oksidasi serta menerima electron. Reaksi
antara
kalium
Permanganat
(KMnO4 ) dengan vitamin C
1 ml,
yang berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C, artinya vitamin C dalam reaksi sebagai zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan kalium permanganat (
KMnO4 ) adalah zat yang mengalami reduksi, artinya KMnO 4 dalam reaksi ini berfungsi sebagai oksidator. Pada
percobaan
kedua
yaitu
reaksi
antara
vitamin
C
dan
I2,
yang
berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C dan I 2yang berfungsi sebagai oksidator, karena I2mengalami perubahan bilangan oksidasi dari 0 menjadi 1 Reaksi antara asam oksalat (H2C2O4) dan Kalium Permanganat ( KMnO4 ). Dipanaskan pada suhu 70 ºC. Dalam reaksi ini asam oksalat berfungsi sebagai reduktor
karena
oksidasi
dari
H2C2O4 mengalami
+3
menjadi
sebagai
filter
atau
sebagai
oksidator,
+4,
selain
larutan
Selain
oksidasi
yang
itu
itu
dengan asam
dititrasi.
KMnO4 dalam
perubahan
oksalat
juga
Sedangkan
reaksi
juga
bilangan berfungsi
KMnO 4 berfungsi
berfungsi
sebagai
titran. Reaksi KMnO4 .
Pada
berfungsi bias
antara reaksi
dalam
H2C2O4 dengan digunakan
reaksi.
asam
reaksi
ml
ini
mempercepat
mengoksidasi
oksalat
10
ml
oleh
berfungsi
H2SO4 dan
H2SO4 sebagai
KMnO4Merupakan
oksalat, ini
3
karena sebagai
dengan
autokatalisator
oksidator itu
titrasi kuat
dugunakan
reduktor
dan
tapi H 2SO4 .
juga
yang belum Asam
sebagai
titer. Selain itu juga dilakukan pemanasan pada suhu 70 ºC agar reaksi ini dapat berlangsung dengan stabil. Dalam
pecobaan
yang
dilakukan,
terdapat
berbagai
hasil
percobaan
yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama yaitu vitmin C yang direaksikan dengan KMnO4. Warna Vitamin C awalnya kuning, setelah penambahan 15 tetes KMnO4 warna larutan berubah jadi orange. Untuk percobaan kedua, reaksi antara vitamin C dengan I 2. Vitamin C yang belum dicampur dengan I2 berwarna kuning, setelah penambahan 20 tetes I2 warna larutan
vitamin C brubah menjadi
warna orange.
I2dalam larutan
ini berfungsi sebagai oksidator Reaksi H2C2O4 dengan larutan H2SO4berwarna bening. Setelah dipanaskan sampai 70ºC, larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4. Warna larutan yang awalnya berwarna bening berubah menjadi warna cokelat tua. Selain sebagai oksidator KMnO4 juga sebagai titran. Reaksi antara asam oksalat( H2C2O4 ) dengan asam sulfat (H 2SO4) yang 70ºC dan dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,1 N.
dipanaskan pada suhu
Warna larutan awalnya bening setelah mencapai titik akhir titrasi dengan titran KMnO4 warna larutan berubah menjadi merah lembayung, Asam oksalat juga berfungsi sebagai autokatalisator. Autokatalisator
adalah
senyawa
yang
dapat
mempercepat
terjadinya
reaksi tanpa memerlukan bantuan dari katalis yang lainnya. Contohnya asam sulfat
(H2SO4).
Selain
autokalisator
terdapat
pula
autondikator.
Autondikator adalah senyawa yang dapat meangubah warnanya sendiri ketika
terdapat
titik
akhir
titrasi
tanpa
memerlukan
suatu
indicator
lainnya,
Contohnya KMnO4. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif terletak pada bentuk, ukuran dan
kadar
suatu
larutan.
Kualitatif
menjelaskan
tentang
keadaan
fisik
suatu larutan, misalnya saat perubahan warna larutan, pemanasan larutan, dan
sifatnya
Sedangkan misalnya
yang
berhubungan
kuantitatif normalitas
lebih
dengan
menyatakan
larutan,
ukuran
fisik
larutan
ukuran
volume
dan
yang
kadar
larutan
yang
terlihat.
suatu
larutan
digunakan
dan
kadar atau tingkatan persentase larutan. Dalam
percobaan
ini
digunakan
suatu
reagen
yaitu
H 2SO4 .
H2SO4 berfungsi sebagai autakatalisator. Penambahan H2SO4 dalam reaksi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu reaksi yang lebih cepat berlangsung. Walaupun KMnO4 merupakan untuk
mengoksidasi
oksidator
asam
oksalat.
kuat,
tapi
Selain
KMnO4 belum
itu
H 2SO4juga
bias
digunakan
berfungsi
untuk
mengsuasanakan asam dalam larutan. Pemanasan yang dilakukan pada suhu 70ºC dilakukan agar reaksi dapat berlangsung dengan baik dan stabil. Jika pemanasan yang dilakukan berada pada suhu diatas 70ºC, maka larutan yang dipanaskan akan menguap senyawa H2C2O4 jika dipanaskan pada suhu diatas 70 ºC asam oksalat akan terurai dan menguap
menjadi
CO2 dan
air,
sehingga
titrasi
gagal
terjadi.
Sedangkan
jika dibawah 70ºC akan terbentuk endapan Mn0 terlebih dulu. Kalium permanganat (KMnO4 ) dapat menghasilkan warna merah lembayung jika
dilarutkan
dalam
air,
yang
merupakn
cirri
khas
untuk
ion
permanganate. Kalium permanganat merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja berlainan menurut PH Medium. Dalam larutan asam ion permanganate direduksi menurut
proses
penambahan
5
elektrn,
bila
bilangan
oksidasi
Mn
berubah
direduksi
menjadi
dari +7 ke +2. MnO4- + 8H+ Dalam
larutan
+ 5ē
Mn2+ +
netral
atau
4H2O ( Suasana asam )
sedikit
asam
permanganat
mangan dioksida, bila dalam suatu proses ditambahkan 3ē, keadaan oksidasi Mn berubah dari +7 menjadi +4 MnO4- + 3H+
+ 3ē
MnO2
+ 2H2O ( Suasana sedikit asam atau netral
) Dalam
larutan
basa
kuat
(
pada
pH
13
atau
lebih
)
permanganat
dapat
diredusi menjadi manganat dalam suatu proses satu electron. MnO4-
+ ē
MnO4-2 (
suasana basa )
TE / Titik ekivalen adalah titik dimana mol ekivalen titran sama dengan mol
ekivalen
titrat
sehingga
bercampur
sempurna.
Sedangkan
TAT
/
Titik
akhir titrasi adalah titik dimana itran telah mencukupi ditandai dengan perubahan warna larutan.
Bilangan oksidasi Mn dalam MnO4-2 adalah +6. Ion MnO4 -2 menunjukkan warna
hijau
yang
khas
.
Bila
permanganat
dipanasi
dengan
basa
suatu
terjadi
reduksi semacam itu dan tebentuk oksigen. 4MnO4-2 + 4OH-
4MnO4-2
+ 2H2O + O2
Sebagai reaksi KMnO4 dan H2C2O4 dalam suasana asam dapat dalam reaksi ini adalah.
→ 2CO2 + MnO4-→ Mn2+ C2O4-2→2CO2
C2O4-2 + MnO4Reduksi
:
Oksidasi : Reduksi
Mn2+
: MnO4- + 8H+ = 5e-→
Mn2+ +
4H2O
(x2)
Oksidasi : C2O4-2→2CO2 + 2e(x5) Reduksi
: 2MnO4- + 16H+ = 10e-→
2Mn2++8H2O Oksidasi : 5C2O4-
→10CO2 +
2
10e-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
2MnO4 + 16 H
+
→ 2Mn2++8H2O reduksi – oksidasi,
5C2O4-2
+
Dalam suatu reaksi
+ 10CO2 pastinya terjadi reaksi
oksidasi maupun reduksi. Suatu zat yang mengalami reaksi oksidasi dikatakan zat tersebut sebagai reduktor, dan juga dapat mereduksi zat lain dalam reaksi redoks. Sedangkan suatu zat yang mengalami reaksi reduksi di sebut oksidator. Oksidator juga dapat mengoksidsi zat lain dalam reaksi reoks. Contoh dari reduktor pada percobaan ini adalah H2C2O4dan Vitamin C, Sedangkan contoh oksidator dalam percobaan ini adalah KMnO4 dan I2. Reaksi oksidasi sehari-hari. minyak
Reaksi
bumi,
dan
–
reduksi berperan dalam banyak hal
reedoks juga
digunakan
dalam
rumah
nonlogam
diperoleh
dapat
dapat
digunakan
tangga.
dari
bergua
Selain
bijihnya
bagi
pembakaran
sebagai
itu,
melalui
dalam kehidupan
cairan
sebagian proses
bahan
bakar
pemutih
yang
unsur
logam
dan
oksidasi-reduksi,
contohnya pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan oksigen. Faktor
kesalahan
yang
sering
terjadi
dalam
suatu
percobaan
adalah
kurangnya kepekatan larutan yang dibuat. Contohnya pada larutan vitamin C yang
digunakan
KMnO4 dan I2 agar
kurang
pekat
sehingga
dibutuhkan
lebih
dari
tercapai titik akhir titrasnya.
BAB 5 PENUTUP
5
tetes
5.1 Kesimpulan
Reagen
yang
digunakan
dalam
pecobaan
ini
seperti
H 2SO4 yang
berfungsi
untuk mempercepat reaksi juga disebut sebagai Autokatalisator
Pada reaksi antara Vitamin C dengan KMnO4 , yang befungsi sebagai reduktor adalah
vitamin
C
dan
oksidatornya
KMnO4.
Pada
percobaan
kedua
reaksi
vitamin C dengan I2 yang berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C dan oksidatornya
I2.
Untuk
percobaan
ketiga
yaitu
H2C2O4 dan
KMnO4 ,
yang
berfungsi reduktor adalah H2C2O4 dan oksidatornya KMnO
Pada percobaan yang dilakukan yaitu reaksi antara vitamin C dan KMnO 4, yang befungsi sebagai reduktor adalah Vitamin C dan Oksidatornya KMnO4.
Pada
percobaan
kedua,
Vitamin
C
berfungsi
sebagai
reduktor
sedangkan
I2sebagai Oksidator.
Percobaaan ketiga antara H2C2O4 dan oksidatonya KMnO4
Penambahan H2SO4 dalam percobaan ini sebagai katalisator.
Untuk
mengetahui
titik
akhir
titrasi
ditandai
dengan
adanya
perubahan
warna larutan saat penambahan suatu titran. 5.2 Saran
Pembuatan larutan harus diatur kepekaannya agar tidak terjadi kesalahan saat larutan dititrasi
Harus cepat dilakukan titrasi saat 70ºC agar suhu tak turun
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. E. 1987. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi 5 . Binarupa Askara : Jakarta Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jilid 1. Edisi 3
Erlangga : Jakarta Pttrucci,
Ralph
H.
1987.
Kimia
Dasar.
Edisi
4
.
Jilid
Kaman
Media
3. Erlangga : Jakarta
S.Sukri . 1990. Kimia Dasar 1 . ITB : Svehla,
G.
1990. Analisis
Anorganik
Bandung
Kualitatif
Pustaka : Jakarta
. PT
Laporan Praktikum Reaksi RedOks PERCOBAAN II TITRASI OKSIDASI REDUKSI TUJUAN PERCOBAAN A. 1. Mempelajari reaksi reduksi oksidasi 2. Menghintung konsentrasi KMnO4 3. Menghitung konsentrasi (COOH)2 B.
DASAR TEORI
Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen disebut oksidasi. Contoh reaksi: 2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+ Melihat contoh reaksi ini dapat ditarik beberapa kesimpulan umum definisi oksidasi dan reduksi dengan cara berikut : 1. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat direduksi. 2. Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom,ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi, 3. Dari contoh reaksi nampak bahwa oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat jelas, karena elektron (elektron-elektron) yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat yang lain (svehla 1985). Titrasi berdasarkan reaksi redoks yaitu perpindahan elektron, disini terdapat unsr-unsur yang mengalami perubahan tingkat oksidasi. Contoh-contohnya : 5(COOH)2 + 2KMnO4 + 3H2SO4 10CO2 + 8H2O + K 2SO4 + 2MnSO4 Ce4+ + Fe2+ Ce3+ + Fe3+ I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S2O3 Titrasi berdasarkan reaksi redoks sering dibedakan menjadi : 1. Titrasi iodometri atau iodimetri, yaitu titrasi-titrasi yang menyangkut reaksi larutan iod. 2. Titrasi berdasarkan penggunaan oksidator kuat seperti KMnO4, K 2Cr 2O7, Ce(SO4)2, atau reduktor kuat. Kadang-kadang titrasi yang menggunakan KMnO4 sebagai titrant dinamakan juga permanganometri. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan, dari 1 sampai dengan 7 yang semuanya stabil kecuali valensi 1 dan 5. Reduksi MnO2- berlangsung sebagai berikut : 1. Dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 volt 2. Dalam larutan netral, pH 4 – 10 MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 volt 3. Dalam larutan basa, [OH-] 1 N atau lebih MnO4- + e MnO42Eo = 0,56 volt Titrasi dengan KMnO4 kebanyakan dilakukan dengan cara langsung atas analat yang dapat dioksidasi seperti misalnya Fe2+, asam/garam oksalat yang dapat larut, dan sebagainya (Harjadi 1990). Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagi pula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan membentuk mangan dioksida. Adanya zat tersebut sangantlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. Penguraian : 4MnO4- + 2H2O 4MnO2 + 3O2 + 4OHdikatalis oleh mangan dioksida padat. Permanganat tak stabil dengan adanya ion-ion Mn2+ (Basset 1994) : 2MnO4- + Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
C.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan 1. Buret 50ml 2. Klem dan Statif 4. Corong 5. Erlenmeyer 6. Pipet gondok 10 ml 7. Pipet gondok 25 ml 8. Termometer 9. Hot plate 10. Gelas ukur 25 ml 11. Gelas beaker 50 ml
B. 1. 2. 3. 4. 5. D. A. 1. 2. 3. 4. 5.
B. 1. 2. 3. 4. 5.
E.
Bahan yang digunakan Larutan KMnO4 0,02 M Larutan (COOH)2 0,05 M Larutan (COOH)2 unknown Larutan H2SO4 3 M Aqudest
CARA KERJA Standarisasi Larutan KMnO4 Dipipet 10ml larutan (COOH)2 0,05 M ke dalam 3 buah erlenmeyer Ditambahkan 15 ml aquades ke dalam masing-masing erlenmeyer Ditambahkan perlahan-lahan 25 ml larutan H2SO4 3 M Cuplikan dipanaskan sampai suhu 70-80oC, suhu diukur dengan termometer Cuplikan dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,02 M dalam buret, warna KMnO4 sebagai indikator Analisis Larutan (COOH)2 unknown Dipipet 10 ml larutan (COOH)2 unknown ke dalam 3 buah erlenmeyer Ditambahkan 15 ml aquades ke dalam masing-masing erlenmeyer Ditambahkan perlahan-lahan 25 ml larutan H2SO4 3 M Cuplikan dipanaskan sampai suhu 70-80oC, suhu diukur dengan termometer Cuplikan dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,02 M standar dalam buret, warna KMnO4 sebagai indikator
DATA PERCOBAAN Tabel II.I Data Standarisasi Larutan KMnO4 Sampel
(COOH)2 0,05 M
KMnO4
Cuplikan 1
10 ml
10,7 ml
Cuplikan 2
10 ml
10,5 ml
Cuplikan 3
10 ml
10,5 ml
Rata – Rata Cuplikan
10,56 ml
Tabel II.II Standarisasi Larutan KMnO4 Sampel
KMnO4
Molaritas KmnO4
Cuplikan 1
10,7 ml
0,02 M
Cuplikan 2
10,5 ml
0,02 M
Cuplikan 3
10,5 ml
0,02 M
Rata-rata Molaritas KmnO4
Rata – rata Berat KMnO4
0,02 M
0,0332 gr
Tabel II.III Data Analisis Larutan (COOH)2 unknown Sampel
(COOH)2 unknown
KMnO4
Cuplikan 1
10 ml
10,6 ml
Cuplikan 2
10 ml
10,1 ml
Cuplikan 3
10 ml
10,1 ml
Rata – Rata Cuplikan
10,23 ml
Tabel II.IV Analisis Larutan (COOH)2 unknown
F.
Sampel
KMnO4
Molaritas (COOH)2unknown
Cuplikan 1
10,6 ml
0,05 M
Cuplikan 2
10,1 ml
0,05 M
Cuplikan 3
10,1 ml
0,05 M
PERHITUNGAN
Rata-rata Molaritas (COOH)2unknown
Rata – rata Berat (COOH)2unknown
0,05 M
0,0460 gr
G.
PEMBAHASAN Praktikum yang telah dilakukan merupakan titrasi reduksi oksidasi atau sering disingkat menjadi titrasi redoks yang menggunakan metode permanganometri. Prinsip dasar dari titrasi reduksi oksida ialah mereaksikan sejumlah tertentu zat yang akan dianalisa yang memiliki bilangan oksidasi dan potensial reduksi tertentu dengan standar bilangan oksidasi dan juga memiliki harga potensial reduksi tertentu yang memungkinkan untuk bereaksi. Salah satu percobaan yang dilakukan berdasarkan titrasi reduksi oksidasi ialah standarisasi larutan baku KMnO4 dengan bahan baku asam oksalat yang sudah diketahui konsentrasinya dan menentukan konsentrasi (COOH)2 unknown. Hal pertama yang harus dilakukan ialah memipet 10 ml asam oksalat ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan H2SO4 3 M yang memberikan suasana asam dan dipanaskan diatas hot plate sampai suhu mencapai 70-80oC yang diukur menggunakan termometer. Seteleh itu dititrasi dengan KMnO4 sampai berubah warna dari larutan bening menjadi merah muda. Fungsi penambahan asam sulfat ialah untuk memberikan suasana asam. Untuk mempercepat reaksi, cuplikan dipanaskan terlebih dahulu sebelum dititrasi. Pemanasan dilakukan pada suhu sampai sekitar 80oC, tetapi jangan sampai melebihi 80oC karena pada suhu tersebut asam oksalat akan terurai menjadi H2O + CO + CO2 dan pada suhu kurang dari 80oC reaksi akan berjalan lambat. Setelah pemanasan larutan asam oksalat yang sudah ditambah H2SO4 langsung dititrasi dengan KMnO4. Dalam titrasi ini tidak menggunakan indikator tambahan, karena larutan KMnO4 memiliki warna yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi atau yang lebih dikenal bersifat autoindikator. Reaksi yang terjadi ialah : 2KMnO4 + 5(COOH)2+ 3H2SO4 10CO2 + 2KMnO4 + 3 H2SO4 +5H2 Kalium permanganat merupakan oksidator kuat karena memiliki harga potensial reduksi yang besar yang berarti KMnO4 sangat mudah direduksi sehingga memiliki daya oksidasi (sifat oksidator) terhadap zat lain yang menjadi lawannya, dengan reaksi : MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Berdasarkan reaksi, kalium permanganat hanya bersifat oksidator kuat dalam suasana asam, tetapi pada suasana basa daya oksidasi kalium permanganat rendah sehingga harus ditambahkan H2SO4. Dalam pembuatannya, larutan kalium permanganat dilarutkan dengan aquades kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 10-15 menit untuk mempercepat oksidasi zat organik dalam air dan membentuk endapan MnO2. Setelah dingin, larutan disimpan dalam keadaan tertutup selama semalam untuk kemudian disaring menggunakan kaca masir dan disimpan dalam botol reagen gelap untuk menghindari penguraian MnO4- menjadi MnO2 kembali yang disebabkan oleh cahaya.
H.
KESIMPULAN
1. Reaksi oksidasi reduksi merupakan sejumlah reaksi dimana keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi. 2. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil konsentrasi larutan KMnO4 dengan menggunakan bahan baku (COOH)2 yaitu 0,02 M.
3. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan konsentrasi (COOH)2unknown yaitu 0,05 M dengan menggunakan peniter Larutan KMnO4 0,02 M yang sudah distandarisasi. DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia. Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kulitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Judul Tujuan Tempat,waktu Alat dan bahan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
: Reaksi Redoks : Melihat reaksi redoks spontan dan tidak spontan. : Laboratorium kimia SMA N 4 Lahat, Jumat 6 September 2013 :
Alat Tabung reaksi Rak tabung reaksi Ampelas Pipet tetes Bahan Larutan ZnSO4 Larutan CuSO4 Larutan HCl Lempengan seng Lempengan tembaga
4 1 1 4 4mL 4mL 8mL 2 potong 2 potong
Landasan teori : Konsep reduksi dan oksidasi (redoks) berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, penyerahan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Reaksi reduksi-oksidasi merupakan reaksi yang berlangsung pada proses-proses elektrokimia, yaitu proses kimia yang menghasilkan arus listrik dan proses kimia yang menggunakan arus listrik. Reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi reduksi dan reaksi oksidasi yang berlangsung bersamaan. Tidak ada peristiwa pelepasan elektron (reaksi oksidasi) tanpa disertai peristiwa penangkapan elektron (reaksi reduksi). Reaksi redoks dapat berlangsung spontan maupun tidak spontan. Reaksi redoks antara logam dan asam berlangsung spontan bergantung pada mudah atau sukarnya logam itu mengalami oksidasi (kuat ataulemahnya sifatreduktor).Alessandro Volta melakukan eksperimen dan berhasil menyusun deretkeaktifan logam atau deret potensial logam yang dikenal dengan deret Volta. Li K Ba Ca Na Mg Al Nu Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn (H) Cu Ag Hg Pt Au Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Artinya, suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya. Langkah kerja : 1. Ampelas lempengan seng dan tembaga hingga bersih, kemudian potong secukupnya, masingmasing 2 potong 2. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1 sampai 4, isilah keempat tabung itu sebagai berikut. Tabung 1 dengan larutan CuSO4 4mL,
Tabung 2 dengan larutan ZnSO4 4mL, Tabung 3 dan 4 dengan larutan HCl masing-asing 4 mL. 3. Tambahkan lempeng seng ketabung 1 dan 3, sedangkan lempeng tembaga kedalam tabung 2 dan 4. 4. Catat pengamatan anda. Hasil : Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Larutan yang diisikan CuSO4 ZnSO4 HCl HCl Warna larutan Biru Tidak Tidak Tidak berwarna berwarna berwarna Logam yang Zn Cu Zn Cu ditambahkan Perubahan setelah Terjadi Tidak terjadi Logam Tidak terjadi ditambahkan logam penyepuhan perubahan perlahan perubahan habis
Jawab
Jawab
Pembahasan : Dari tabel hasil pengamatan dapat kita ketahui mana reaksi spontan dan mana bukan reaksi spontan. Pada percobaan tabung satu dan tabung tiga dapat kita ketahui bahwa reaksi yang terjadi berupa reaksi spontan. Berdasarkan teori deret kereaktifan logam yang disusun oleh Alessandro Volta, Zn berada disebelah kiri dari Cu sehingga Zn lebih reaktif dan sifat reduktornya lebih besar sehingga dapat mereduksi Cu dan terbentukla endapan Cu pyang terlihat seperti penyepuhan pada lempengan Zn. Sedangkan pada tabung dua terdapat lempengan Cu didalam larutan Zn, dimana Cu berada disebelah kanan dari larutan Zn sehingga Cu kurang reaktif (sifat reduktornya kurang) dan tidak dapat mereduksi Zn. Berarti reaksi lempengan Cu dan larutan Zn bukan reaksi spontan. Pada tabung ketiga terdapat lempengan Zn dalam larutan HCl, dimana Zn berada disebelah kiri dari H, sehingga Zn lebih reaktif dan dapat mereduksi H dan membentuk gas H2, sedangkan pada tabung keempat terdapat lepengan Cu didalam larutan HCl dimana Cu berada disebelah kanan H, jadi Cu tidak dapat mereduksi H (tidak terjadi reaksi). Pertanyaan : 1. Pada tabung manakah terjadi reaksi redoks spontan dan pada tabung yang mana tidak terjadi reaksi? : redoks spontan terjadi pada tabung satu dan tabung tiga. Redoks tidak spontan terjadi pada tabung dua dan tabung empat. 2. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi yang berlangsung spontan! : Tabung 1 Rx. ½ red : Cu2+ + 2e Cu Rx ½ oks : Zn 2+ 2+ Rx satu sel : Cu + Zn Cu + Zn Tabung 3 Rx ½ red
: 2H+ + 2e
H2
Zn2+ + 2e
Rx satu sel
: 2H+ + Zn
Rx ½ oks H2 + Zn2+
: Zn
Zn2+ + 2e
Kesimpulan : Reaksi redoks antara logam dan asam berlangsung spontan bergantung pada mud ah atau sukarnya logam itu mengalami oksidasi (kuat ataulemahnya sifatreduktor). Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Artinya, suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya. Diposkan oleh venny heart di 09.07 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Faceb
laporan praktikum kimia reaksi oksidasi dan reduksi Sabtu, 26 Oktober 2013
reaksi oksidasi dan reduksi BAB I PENDAHULUAN A. Oksidasi Reduksi Pengertian oksidasi untuk menyatakan setiap perubahan kimia yang memberikan arti adanya kenaikan dalam bilangan oksidasi, contoh bila sukrosa (C 12H22O11) di bakar menjadi karbon dioksida maka bilangan oksida karbon berubah dari 0 menjadi +4 sehingga dapat di katakan sukrosa teroksida dan juga dapat di katakana sukrosa mereduksi, karena oksidasi dan reduksi harus terjadi bersama-sama dan saling mengimbangi satu sama lain Zat pengoksidasi di denifisikan sebagai senyawa yang mengoksidasi : yaitu senyawa yang mengandung atom yang menunjukan suatu penurunan bilangan oksidasi, begitu pula zat pereduksi didenifisikan sebagai senyawa yang mereduksi : yaitu senyawa yang mengandung atom yang menunjukan suatu kenaikan bilangan oksidasi Gula yang menpunyai gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah bata, banyaknya endapan merah bata yang terbentuk sesuai kadar gula pereduksi dalam suatu sediaan. Larutan benedict. Merupakan larutan kupri sulfat dengan natrium hidrosida berwarna kebiru-biruan di mana larutan tersebut terjadi keseimbangan kimia dengan hasil reaksi kupri dihidrosida dan natrium sulfat. Kupri dihidrosida dalam larutan tersebut tereduksi oleh gula pereduksi menjadi cuprohidroksida yang mula-mula berwarna kuning dan akhirnya menjadi endapan merah cuprooksida. CuSO4 + 2 NaOH
Cu(OH)2 + Na2SO4 Kebiru-biruan
Gula Pereduksi
2Cu(OH)2
2CuOH + H2O
+O Pemanasan
(diambil oleh gula produk2nya) Cu2O + H2O Endapan merah bata
B. Tujuan Praktikum 1. Untuk mempelajari terbentuknya reaksi oksidasi dan reduksi 2. Untuk mengetahui gula secara kualitatif dalam sampel
C. Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet mohr 10 ml 3. Pipet tetes 4. Bunzen / alat pemanas 5. Jepit tabung
D.Bahan 1. Larutan benedict 2. Aquadest 3. Larutan gula 4. Sepritus
E.Prosedur/Cara Kerja
1. Buatlah larutan gula dengan berbagai pengenceran 2. Masing-masing pengenceran masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 4 tetes dan 2,5 ml larutan benedict 3. Panaskan selama 2 menit memakai alat pemanas 4. Dinginkan perlahan-lahan 5. Perhatikan endapan dan warna yang terbentuk 6. Tuliskan hasilnya dalam bentuk table 7. Buat kesimpulan sementara untuk pembuatan laporan lengkap 8. Bersihkan semua alat dan tempat pratikum 9. Simpan alat dan bahan pada tempatnya dengan rapi
10.Semua prosedur dikerjakan dengan tertib
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelepasan Dan Penggabungan Oksigen Pada awalnya pengertian Reaksi Oksidasi Reduksi hanya digunakan untuk reaksi –reaksi yang berlangsung dengan adanya perpindahan Oksigen. Sesuai dengan asal katanya Oksidasi berarti pemberian Oksigen atau Peng-oksigenan. Jadi Reaksi Oksidasi adalah Penggabungan Unsur / Zat dengan Oksigen Contoh :
2Cu(s) + O2(g)
→
2CuO(s)
4Fe(s) + 3O2(g)
→
2Fe2O3(s)
4Na(s) + O 2(g)
→
2Na2O(s)
C(s)
→
2CO2(s)
→
2Cl2O3(g)
+ 3O2(g)
4Cl(g) + O2(g)
2N2(g) + 5O2(g)
→
2N2O5(g)
Pada reaksi di atas Oksigen disebut zat pengoksidasi atau Oksidator , sedangkan Cu, Fe, Na, C dan Cl disebut zat pereduksi atau Reduktor Reaksi Reduksi adalah reaksi pelepasan Oksigen dari suatu zat atau oksida Contoh : 2H2O(l)
→
2Cl2O3(g)
H2(g) + O2(g)
→
4Cl(g) + O2(q)
CuO(s) + H2(g) Fe2O3(s) 3CO(g)
→
Cu(s) + H2O(g)
→
2Fe(s) + 3CO2(g)
2MgO(s) Na2O(s)
→
2Mg(s) + O 2(g)
→ Na(s)
+ O 2(g)
Jadi Reaksi Reduksi adalah kebalikan dari Reaksi Oksidasi
B. Pelepasan Dan Penerimaan Elektron Reaksi Oksidasi adalah Reaksi yang terjadi karena pelepasan elektron dan Reaksi Reduksi adalah Reaksi yang terjadi karena penerimaan elektron Contoh : a. 2Cu
→
O2 + 4e
→
2Cu2+ + 4e 2O2-
2Cu + O2 → 2Cu2+ + 2O2b. Cu
→
Cu2+ + 2e
Cl2 + 2e
→
2Cl-
Cu + Cl2 → Cu2+ + 2Clc. 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e Cu2+ + 2e
→
Cu
( Oksidasi ) ( Reduksi )
+
( Redoks ) ( Oksidasi ) ( Reduksi ) + ( Redoks ) ( Oksidasi ) ( Reduksi ) +
2Fe2+ + Cu2+ → 2Fe3+ + Cu ( Redoks ) d. Mg
→
Mg2+ + 2e
( Oksidasi )
2Cl-
( Reduksi ) +
2Cl + 2e
→
Mg + 2Cl
→
Mg2+ +2Cl-
( Redoks )
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi Oksidasi selalu disertai dengan reaksi Reduksi. Bila suatu zat melepaskan elektron maka zat lain akan me nerima elektron itu. Zat yang mengakibatkan zat lain mengalami oksidasi atau zat yang cenderung menerima elektron dari zat lain disebut Oksidator , misalnya : Cl2, O 2, Br 2, I2 dan lain-lain sebaliknya zat yang mengakibatkan zat lain mengakibatkan zat lain mengalami reduksi atau zat yang cenderung melepaskan elektron disebutReduktor , misalnya : Na, K, Fe, Ca, Mg dan lain-lain
C. Peningkatan Dan Penurunan Bilangan Oksidasi Untuk reaksi : H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g), kita tidak dapat mengatakan bahwa pada reaksi ini terjadi perpindahan elektron dari H 2 ke Cl2 karena perbedaan keelektronegatifan kedua unsur ini sangat kecil. Untuk reaksi ini lebih tepat dikatakan terjadi perge seran elektron dari atom H mendekati atom Cl. Bilangan Oksidasi atau Tingkat Oksidasi suatu unsur adalah bilangan yang menunjukkan muatan unsur yang disumbangkannya pada pembentukan molekul ataupun ion. Secara umum, untuk dua jenis atom yang berikatan ionik maupun kovalen : Atom unsur yang keelektronegatifannya lebih besar akan memiliki Bilangan Oksidasi Positif dan unsur yang keelektronegatifannya lebih kecil akan memilikiBilangan Oksidasi Negatif Beberapa aturan yang telah disepakati untuk menentukan Bilangan Oksidasi adalah sebagai berikut : 1. Bilangan Oksidasi Unsur-unsur dalam keadaan bebas (Unsur-unsur yang belum berikatan dengan unsur lain) adalah nol 2. Bilangan Oksidasi Unsur H dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam senyawa Hidrida Logam (senyawa yang terbentuk dari unsur logam dengan unsur H misalnya : KH, NaH, CaH2, dan BaH2 ), bilangan oksidasi H dalam senyawa ini sama dengan -1 3. Bilangan Oksidasi O dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam senyawa Peroksida (senyawa yang mengikat atom O berlebih misalnya : H2O2, Na2O2 ) Bilangan Oksidasi O dalam senyawa ini sama dengan -1 dan Bilangan Oksidasi O dalam senyawa OF2 sama dengan +2 4. Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Golongan IA (Unsur-unsur Alkali ) dalam senyawanya adalah +1 Dan Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Golongan IIA (Unsur-unsur Alkali Tanah ) dalam senyawanya adalah +2 5. Pada ion Poliatom ( ion yang dibentuk oleh dua jenis unsur atau lebih ), jumlah aljabar bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuknya adalah sama dengan muatan ionnya 6. Pada senyawa Netral (senyawa yang tidak bermuatan), jumlah aljabar bilangan Oksidasi unsur-unsur pembentuknya adalah sama dengan nol 7. Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Golongan VIIA (Unsur-unsur Halogen) dalam senyawa Biner (senyaw yang terdiri dari dua jenis unsur) adalah sama dengan -1
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas,saya dapat menyimpulkan bahwa Reaksi Oksidasi adalah Penggabungan Unsur / Zat dengan Oksigen.Dan juga Reaksi Oksidasi adalah Reaksi yang terjadi karena pelepasan elektron dan Reaksi Reduksi adalah Reaksi yang terjadi kar ena penerimaan elektron. Dan dalam praktikum yang dilakukan,saya mendapatkan hasil Hijau/hijau kekuningan pada larutan pertama,Biru/hijau keruh pada larutan kedua dan pada larutan keempat, dan Kuning/kehijauan kuning pada larutan ketiga.Larutan gula pada tabung ketiga yang mempunyai warna kuning kehijauan/kuning memiliki konsentrasi lebih besar dibandingkan dengan larutan tabung lainnya.Jadi dapat disimpulkan bahwa larutan benedict merupakan larutan kupri sulfat dengan natrium hidroksida berwarna kebiru-biruan dimana larutan tersebut terjadi keseimbangan kimia dengan hasil reaksi kupri dihidroksida dalam larutan tersebut tereduksi oleh gula pereduksi menjadi cuprohidroksida yang mulamula berwarna kuning dan akhirnya menjadi endapan warna merah cuprooksida.
B.Saran Saran saya sebagai penulis bahwa ketika kita akan melakukan suatu Praktek kimia kita harus mengetahui apa tujuan dan manfaat Redoks dalam kehidupan kita.Agar dalam praktek kita tidak mengalami kesulitan. Dan dalam melakukan praktikum kimia kita harus berhati-hati dengan alat-alat dan bahan agar tidak ada yang celaka.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jilid 1. Edisi 3 Erlangga : Jakarta. http://www.slideshare.net/kimiaunib/reaksi-redoks Syukri, S., Kimia Dasar 1, Penerbit ITB, Bandung, 1999 Syukri, S., Kimia Dasar 2, Penerbit ITB, Bandung, 1999
http://reaksioksidasidanreduksi.blogspot.com/
PERCOBAAN VI Judul Praktikum Tujuan Praktikum
: Reaksi-reaksi Kimia dan Reaksi Redoks
: Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis Mengamati tanda-tandaterjadinya reaksi Menulis persamaan reaksi dengan benar Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan
Pertanyaan Prapraktek 1.
Berikan definisi dari istilah berikut;Katalis,Deret elektromatif,Reaksi eksotermik,Endapan,Produk dan Pereaksi ! Katalis adalah zat yang dapat mempercepat terjadinya suatu reaksi dengan menurunkan energ aktivitasi. Deret elektromatif ialah suatu deret yang menyatakan susunan unsur -unsur berdasarkan kemampuan mereduksi dari yang paling kuat ke yang pling lemah. Reaksi eksotermik merupakan reaksi dimana sistem melepaskan kalor keluar (lingkungan). Endapan adalah timbunan atau sisa yang berupa hasil dari percampuran suatu zat atau bagian dari suatu zat yang tidak dapat larut lagi. Produk ialah hasil dari reaksi kimia atau suatu unsur yang didapatkan dari percampuran zat kimia. Pereaksi merupakan penghasil dari reaksi kimia atau suatu unsur yang menyebabkan terjadinya reaksi yang akan menghasilkan produk.
Terangkan arti dari lambang berikut; Δ, WR, (s), (l), (g), dan (aq). Δ melambangkan bahwa telah terjadinya perubahan dalam suatu satuan. WR melambangkan (s) melambangkan suatu zat dalam bentuk solid (padat). (l) melambangkan suatu zat dalam bentuk liquid (cair). (g) melambangkan suatu zat dalam bentuk gas (gas). (aq) melambangkan suatu zat dalam bentuk aqua (larutan).
3.
Berapa kira-kira volume dalam tabung reaksi yang berisi sepersepuluh bagian
4.
Apakah warna indkator PP dalam larutan asam Tidak Berwrna atau Bening.
5.
Hitung massa atom Cu dari data berikut: Bobot cawan penguap + Logam M yang tidak diketahui Bobot cawan penguap Bobot cawan penguap + Logam Cu
2.
= 45,82 g = 45,36 g = 45,78 g
6.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Oksidasi dan Reduksi Oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron mengakibatkan BO bertambah. Reduksi merupakan peristiwa penangkapan elektron mengakibatkan BO berkurang.
7.
Jelaskan apa yang dimaksud dengn Oksidator dan Reduktor Oksidator merupakan zat yang mengalami Reduksi. Reduktor merupakan zat yang mengalami Oksidasi.
Landasan Teori Reaksi Redoks merupakan reaksi dimana terdapat perubahan bilangan oksidasi,valensi atau muatan. Dalam reaksi redoks selalu terdapat unsur yang tepat unsur yang teroksidasi bersama-sama dengan unsur yang tereduksi sebab reaksi redoks terjadi karena perpindahan elektron. Reduktor melepaskan elektron sedangkan oksidator menangkap atau menerima elektron.unsur yang teroksidasi naik BO-nya, sedagkan unsur yang tereduksi turun BOnya atau yang sering disebut muatan positifnya. Reduktor : Unsur yang mereduksi Unsur yang melepaskan elektron Unsur yang naik BO-nya Unsur yang naik muatan positifnya
Oksidator : Unsur yang dioksidasi Unsur yang menerima elektron Unsur yang turun BO-nya Unsur yang turun muatan positifnya Mengenali reaksi Redoks: Ada unsur bebas yang terlihat (terdapat sebagai pereaksi atau hasil) sebab muatan dan BO-nya sama dengan 0, dan senyawa tidak 0 tapi positif atau negatif. Unsur bebas dalam reaksi terjadi dari senyawa atau berubah menjadi senyawa hingga terjadi perubahan. Ada unsur yang diketahui dapat berubah nilai valensi atau BO, ini membutuhkan pengetahuan tentang valensi atau BO unsur-unsur. (Harjadi.1993:36-37)
(Pharing.2003:30-31) Menyatakan bahwa melalui persamaan reaksi setara dapat kita lakukan perhitungan jumlah partikel zat reaktan dan zat hasil reaksi. persamaan reaksi setara adalah persamaan reaksi yang atom-atom jenisnya jumlahnya sama pada ruas kiri dan kanan. Peramaan reaksi dapat disertakan dengan cara mengatur angka didepan reaktan (koefisien) dan hasil reaksi. Langkah-langkah penyertaan reaksi (Pharing.2003:30-31) : Tulis persamaan reaksi yang belum setara Tetapkan koefisien zat yang lebih rumit, ialah zat yang umumnya lebih banyak Aturlah besarnya koefisien reaktan dan hasil reaksi agar reaksi setara Jika diinginkan, maka kalikanlah dengan bilangan bulat terkecil hingga mengh ilangkan koefisien yang berbentuk pecahan. Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dan basa. Reaksi asam basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+ dan anion OH- dan juga O2. Asam + basa → garam + air semua garam merupakan elektrolit kuat contoh : HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(s) + H2O(l) jika kita lihat reaksi diatas dengan jumlah mol dari asam basa yang sama, pada akhir reaksi hanya akan menghasilkan garam dan tidak ada asam basa yang tersisa. in i merupakan ciri-ciri dari penetralan asam basa (Chang.Rayrion.2004:99). Ada lima jenis reaksi kimia biasa. jenis pertama ialah sinte sis atau jenis senyawa dari 2 zat atau lebih. jenis ini dinamakanRreaksi Penggabungan. A + Z → AZ Jenis kedua disebut Reaksi Penguraian, yaitu terpecahnya suatu senyawa menjadi 2 zat atau lebih, biasanya dengan penambahan kalor. AZ → A + Z jenis rekasi ketiga, dinamakan Reaksi Penggantian, disini satu unsur menggantikan unsur lain dalam senyawa. unsur yang digantikan adalah yang letaknya lebih bawah dalam deret elektromotif (deret elektromotif: Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Fe, Cd, Ni, Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Au). A + BZ → AZ + B jenis reaksi keempat dinamakan Penggantian Rangkap, dua zat dalam larutan bertukar pasang, artinya anion dari salah satu zat bertukar dengan senyawa anion lain. X + BZ → AZ + BX Jenis reaksi kelima ialah Reaksi Netralisasi, asam dan basa bereaksi membentuk garam dan air. HX + BOH → BX + HOH reaksi netralisasi sesungguhnya merupakan jenis khusus dari reaksi peng gantian rangkap dengan satu kation hidrogen dan satu anion hidroksida. hidrogen dalam asam menetralkan hidroksida dalam basa untuk membentuk air. jika rumus air ditulis sebagai HOH, persamaan reaksi lebih mudah diimbangkan. disamping kelima reaksi itu perlu pula di kaji reaksi oksiodasi reduksi (redoks). banyak logam reaksi dengan asam membentuk garam dari logam tersebut dan gas hidrogen. beberapa logam tak aktif dapat bereaksi dengan asam nitrat (HNO3). yang terjadi bukan gas hidrogen melainkan oksidasi dari nitrogen (Epinur, dkk. 2012: 47-48). Sunarya, Yayan (2012: 248-253) menyatakan bahwa : reaksi-reaksi kimia terdiri dari reaksi reduksi – oksidasi (redoks) pada bagian ini akan dibahas terminologi yang digunakan un tuk menjelaskan reaksi reduksi oksidasi (redoks) kemudian jenis-jenis reaksi redoks. Terminologi
ketika besi dicelupkan kedalam larutan tembaga (II) sulfat yang berwarna biru, besi menjadi terlapisi oleh logam tembaga yang warnanya kemerah-merahan. persamaan elemennya : Fe + CuSO4 → FeSO4 + Cu persamaan ion brsihnya adalah : Fe0+ + Cu2+ → Fe2+ + Cu Reaksi disproporsionasi merupakan reaksi dimana pereaksi mengalami oksidasi dan juga reduksi, de ngan kata lain reduktor dan oksidatornya adalah senyawa yang sama. contoh reaksi dalam larutan air +1 0 +2 2Cu+(aq) → Cu(s) + Cu2+(aq) Reaksi redoks dalam anion tidak semua reaksi redoks sesederhana reaksi yang bukan redoks. misalkan pada uji standar bromin dalam larutan air. sejumlah kecil arutan yang diduga mengandung ion bromida diolah dengan KMnO4 dalam suasana asam. jika terdapat ion bromida akan dihasilakan Br 2. Keberadaan Br2 dapat dideteksi, sebab Br2 larut dalam cairan tertentu yang tiodak larutdalam air mengahasilkan lapisan berwarna ungu. persamaan reaksi : 10Br -(aq) + 2MnO-4(aq) + 16H+(aq) → 5Br2(aq) + 2Mn22+(aq) + 8H2O(l)
Alat dan Bahan Alat: Tabung reaksi Pipet tetes Bunsen Sudip Krus Serbuk Cu 0,1 g
m
Prosedur Kerja A. Reaksi Penggabungan
Mg seujung sudip │dimasukkan kedalam krus │dibakar pada bunsen │diamatidan dicatat hasil Hasil B.
Reaksi Penguraian
Kristal CuSO4 .5H2O │dimasukkan seujung sudip kedalam Tabung reaksi │dipanaskan
Bahan: Mg dan kristal CuSO4 .5H2O Larutan AgNO3 0,01 m Larutan HCl 0,1 m Larutan Hg(NO3)2 0,1 m Larutan Al(NO3)3 0,1 m danCuSO4 0,5 m Larutan NaPO4 0,1 m Larutan HNO2 0,1 m Larutan H2SO4 0,1 m Larutan H3PO 0,1 m Larutan NaOH 0,1 m Larutan KMnO4 0,1 m Larutan Na2C2O4 0,1 m Larutan NaHSO3 0,1 m Larutan Zn dan Cu Larutan ZnSO4 0,5 m Larutan Pb(NO3)2 0,5 m Larutan NaNO3 0,1 m Larutan H2O2 0,1 KI 0,1 m dan FeCl 0,1 m Serbuk Cu 0,1 g Indikator PP Logam Zn dan Cu
Bunsen │diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil C. Reaksi Penggantian Tunggal
Tabung reaksi │diisi dengan 1 ml AgNO3 Larutan AgNO3 │ dimasukkan 0,1 gr Cu │dikocok │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil Tabung reaksi │ diisi dengan Larutan HCl 0,1 m │ditambah dengan Serbuk Mg │diamati │ dicatat hasil pengamatan Hasil
D. Reaksi Penggantian Rangkap
Tabung reaksi I,II, dan III │masing-masing tabung dimasukkan Larutan AgNO3 0,01 m Larutan Hg(NO3)2 0,1 m Larutan Al(NO3)3 0,1 m │ditambahkan 1 ml KI 0,1 m kedalam masing-masing │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil
tabung
Tabung reaksi IV, V dab VI │ ditambahkan kedalam masing-masing tabung Larutan AgNO3 0,01 m Larutan Hg(NO3)2 0,1 m Larutan Al(NO3)3 0,1 m │ ditambahkan kedalam masing-masing tabung Larutan NaPO4 0,1 m │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil E.
Reaksi Netralisasi
Tabung reaksi VII, VIII dan IX
1 ml
reaksi
│ diisi dengan 1 ml HNO3 0,1 m 1ml H2SO4 0,1 m 1 ml H3PO4 0,1 m │ ditambahkan kedalam masing-masing tabung 1 tetes Indikator PP │ diamati dan dicatat hasil pengamatan │kemudian ditetesi dengan Larutan NaOH 0,1 m │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil
F.
Reaksi Redoks
Tabung reaksi X │ diisi dengan 0,5 ml H2SO4 6 m KMnO4 0,1 m │ kemudian ditetesi dengan Na2C2O4 0,1 m, hingga terjadi perubahan warna Tabung reaksi XI │ diisi dengan, sambil diaduk/dikocok NaHSO3 0,1 m NaOH 0,1 m │ ditetesi dengan KMnO4 0,1 m │ diamati, hingga terjadi perubahan warna │ dicatat hasil pengamatan, dan juga jumlah tetes KMnO4 yang digunakan Tabung reaksi XII │ ditetesi dengan 1 ml HCl 6 m │ ditambahkan 1 g KMnO4 │dipanaskan dalam lemari asam │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil
G. Beberpa Reaksi Redoks 1. 2 ml CuSO4 0,5 m │ dimasukkan kedalam Tabung reaksi │ ditambahkan Logam Zn │dibiarkan beberapa detik sambil amati apa yang terjadi │ dicatat hasil pengamatan 2 ml ZnSO4 │ dimasukkan kedalam Tabung reaksi │ ditambahkan Logam Cu
│ dibiarkan beberapa detik sambil amati apa yang terjadi │ dicatat hasil pengamatan Hasil
2. Pb(NO3)2 0,5 m NaNO3 0,1 m │ ditambahkan sedikit Serbuk Logam Mg │ dicatat urutan logam sesuai kereaktifannya │ditulis persamaan reaksinya │dijaga tabung reaksi agar tidak goyang
3. Tabung reaksi │ dimasukkan 5 tetes H2O2 0,1 m │ ditambahkan 5 tetes H2SO4 1 m 10 tetes KI 0,1 m │ ditambahkan Larutan Kanji │ dicatat hasil pengamatan
4. FeCl3 0,1 m │ dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 10 tetes H2SO4 1 m 10 tetes KI 0,1 m │dipanaskan selama ± 2 menit │ditambah dengan 1 tetes Larutan Kanji │ diamati dan dicatat hasil pengamatan Hasil
Hasil Pengamatan Persamaan Reaksi A.
Reaksi Penggabungan
Mg+ ½ O → MgO
B.
Timbulnya Asap putih (O2) dan berbau.
Reaksi Penguraian
CuSO4 . 5H2O → CuSO4 + 5H2O
C.
Bukti Terjadinya Reaksi
Reaksi Penggantian Tunggal
Terdapat uap air pada tabung reaksi dan warna biru menjadi putih.
u (s) + AgNO3 (s) → Cu (NO3)2 (s) + Ag g + 2HCl → MgCl + H2 .
D.
Perubahan warna, perubahan suhu, berbuih atau timbulnya gelembung gasdan terbentuk endapan.
Reaksi Penggantian Rangkap
AgNO3 + KI → AgI + K NO3
Terjadi perubahan warna
Hg (NO3)2 + KI → HgI + K NO3
Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan
Al(NO3) + KI → TR AgNO3 + Na3PO4 → Ag PO4 + Na NO3
E.
Terdapat dua lapisan (coklat bening) dan gumpalan berwarna hitam.
Tidak bereaksi Perubahan warna dari bening menjadi keruh
Hg(NO3)3 + Na3PO4 → Hg3 PO4 + 3NaNO3
Adanya endapan dan terjadi perubahan warna
Al(NO3)3 + Na3PO4 → Al3 PO4 + 3NaNO3
Perubahan warna dari bening menjadi putih susu
Reaksi Netralisasi
HNO3 + NaOH →NaNO3 + H2O H2SO4 + NaOH → NaSO4 + H2O
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Perubahan warna dari bening menjadi ungu (50 tetes) Perubahan warna dari bening menjadi ungu (20 tetes) Perubahan warna dari bening menjadi ungu (50 tetes)
F.
Reaksi Redoks
Na2C2O4 + KMnO4 →+ MnO(aq) + Na2CO3(aq)+ H2O(g)
Perubahan warna dari ungu menjadi coklat
C2O42- + MnO4 - → Mn2+ + CO2 NaHSO4 + KMnO4 →-
Perubahan warna (atas: coklat kehitaman, bawah:
-
MnO4 + HSO3
-
→ MnO4
2-
+ SO4
2-
HCl + KMnO4 → KCl + Cl2 + MnO + H2O
kuning) Adanya gelembung gas terjadi, perubahan suhu dan mendidih
G. Beberpa Reaksi Redoks No Percobaan 1. CuSO4 + Logam Zn Zn SO4 + Logam Cu Serbuk Mg + Pb(NO3)2
2.
Serbuk Mg + Pb(NO3)2 Serbuk Mg + Na(NO3)2
3.
H2O2 + H2SO4 + KI + Kanji
4.
FeCl + H2SO4 + KI + Kanji
Pengamatan Reaksi Terjadinya perubahan suhu menjadi panas Serbuk Cu mengendap karena Zn menggumpal Terbentuk endapan Reaksi penggantian tunggal Terbentuk endapan Mg
Suhu menjadi panas Mg menggumpal dan terdapat gelembunggelembung gas Terdapat gelembung gas Mg bersatu denga NaNO3 warna menjadi bening Warna berubah dari coklat menjadi kehitaman Terbentuk endapan dan terjadi perubahan suhu Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi bening Tidak terbentuk endapan maupun gelembung gas Terdapat asap ungu saat dipanaskan Warna kuning memudar pada saat pemanasan
Pembahasan A. Reaksi Penggabungan Reaksi Penggabungan atau yang seriing juga disebut dengan sintesis merupakan suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa tergabung dengan O2 membentuk senyawa yang mengandung Oksigen sederhana. Mg+ ½ O → MgO Tanda-tanda terjadinya reaksi ialah dengan adanya asap putih (O2) dan timbul bau. Semua logam alkali tanah terkorosi terus-menerus diudara membentuk Oksigen, Oksida, Hidrokarbon/karbonat. Apabila semua logan alkali tanah dipanaskan. B.
Reaksi Penguraian Reaksi Penguraian merupakan reaksi dimana suatu zat dipecahkan menjadi zat -zat sederhana. CuSO4 . 5H2O → CuSO4 + 5H2O Tanda-tanda terjadinya reaksi ialah dengan terjadinya perubahan warna dari hasil Kristal putih, perubahan suhu,dengan adanya Uap Air dan gelembung Gas.
C. Reaksi Penggantian Tunggal Reaksi Penggantian Tunggal yaitu suatu reaksi dimana unsur memindahkan unsur lain dari suatu senyawa. Pada Percobaan ini senyawa AgNO3dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan Cu lalu dikocok. Selanjutnya larutan HCl dimasukkan kedalam tabung reaksi lain dan ditambahkan dengan serbuk Mg. Cu (s) + AgNO3 (s) → Cu (NO3)2 (s) + Ag Tanda-tanda terjadinya reaksi ialah dengan menghaslkan endapan Cu. Mg + 2HCl → MgCl + H2 . Terjadinya Perubahan warna, menghasilkan Endapan serta Gelembung dari H2 . D. Reaksi Penggantian Rangkap 1.
2.
3.
4. 5.
6.
AgNO3 + KI → Ag I + K NO3 Hasil dari reaksi ini ialah terjadinya perubahan warna dari Bening → Kuning keruh/Krem. Hal inimenyatakan bahwa AgNO3 telah bereksi dengan KI. Hg (NO3)2 + KI →HgI + K NO3 Ketika dua senyawa ini digabungkan atau dicampur, reaksi yang dihasilkan ialah terjadinya perubahan warna dari Bening → Orange, dan terbentuk pula endapan yang menandakan terjadinya perubahan yang semakinmembuktikan bahwa reaksi benar-benar terjadi. Al(NO3) + KI → TR Pada percobaan ini tidak terjadi perubahan warna, bau, maupun bentuk yang menandakan terjadinya reaksi dan endapan pun tidak ditemukan dalam prosedur yang kami lakukan. Hingga kesimpulannya bahwa percobaanini tidakmenghasilkan apa-apa. AgNO3 + Na3PO4 → Ag PO4 + Na NO3 Hasil dari percobaan ini adalah terjadinya perubahan warna dari Bening → Keruh. Hg(NO3)3 + Na3PO4 → Hg3 PO4 + 3NaNO3 Tanda-tanda terjadinya reaksi pada percobaan ini adalah timbulnya gelembung gas, adanya endapan dan juga perubahan warna dari Bening → Kuning. Al(NO3)3 + Na3PO4 → Al3 PO4 + 3NaNO3 Hasil percampuran dari dua senyawa ini ialah terjadinya perubahan warna dari Bening → Putih susu namun tidak terbentuk endapan.
E. 1.
Reaksi Netralisasi HNO3 + NaOH →NaNO3 + H2O Percobaan ini merupakan reaksi titrasi asam oleh basa. HNO3 dimasukkan sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi. Larutan HNO3ditetesi dengan 1tetes Indikator PP (fenoftalin). Kemudian larutan HNO 3 tersebut ditetesi dengan NaOH hinggawarnanya berubah menjadi Ungu. Jumlah tetesan NaOH adalah 50 tetes. 2. H2SO4 + NaOH → NaSO4 + H2O 1 ml H2SO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu, ditetesi deng an 1tetes Indikator PP (fenoftalin). Untuk mengubah warna HCl manjadi Ungu. 3. HCl + NaOH → NaCl + H2O HCl dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1ml,kemudian ditetesi dengan Indikator PP ( fenoftalin) untuk mengubah warnanya menjadi Ungu dibutuhkan sebanyak 50 tetes NaOH. F. Reaksi Redoks yaitu reaksi kimia yang disertai dengan perubahan Bilangan Oksidasi/Biloks(BO). 1. Na2C2O4 + KMnO4 →+ MnO(aq) + Na2CO3(aq) + H2O(g) Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini ialah dimasukkan Larutan H2SO4 dan KMnO4 masingmasing sebanyak 0,5 ml kedalam tabung reaksi. Hasil yang didapatkan yaitu t erjadinya perubahan suhu (Eksoterm) dan warna menjadi Ungu muda. Kemudian larutan ditetesi dengan larutan Na2C2O4 sebanyak 20 tetes maka warna berubah menjadi Cokelat. C2O42- + MnO4 - → Mn2+ + CO2 2.
NaHSO4 + KMnO4 →3 ml larutan NaHSO4 ditambahkan dengan 1 ml NaOH sambil dikocok, kemudian ditetesi dengan KMnO4 0,1 m. Larutan mengalami perubahan suhu (Eksoterm), tapi warna nya berubah menjadi bagian diatas Cokelat kehitamhitaman dan bawah Kuning. MnO4- + HSO3- → MnO42- + SO42-
3.
HCl + KMnO4 → KCl + Cl2 + MnO + H2O 1ml HCl ditambahkan dengan kurang-lebih 1 g kristal KMnO4. Terjadiperubahan warna dari Bening → hitam pekat kemudian mengendap, saat dipanaskan warnanya berubah menjadi ke Abu-abuan. Setelah dipanaskan lagi warna kembali menjadi Hitam pekat.
G. Beberpa Reaksi Redoks 1. CuSO4 + Zn → Zn SO4 + Cu CuSO4 sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan se potong logan Zn. Yang dihasilkan ialah larutan menjadi Eksoterm, adanya endapan, dan men galami perubahan warna dari biru muda menjadi biru tua Zn SO4 + Cu → Logam Cu dimasukkan kedalam larutan Zn SO 4.Yang dihasilkan ialah adanya endapan berwarna Cokelat tapi tidak terjadi perubahan warna pada larutan. 2. Serbuk Mg + Pb(NO3)2 Serbuk logam Mg dimasukkan kedalam larutan 1 ml Pb(NO3). Yang dihasilkan ialah adanya endapan dan warna beerubah dari Bening menjadi Keruh. Mg + Na(NO3)2 → Setelah serbuk logam Mg dimasukkan kedalam larutan NaNO3 yang terjadi ialah teerbentuknya endapandan perubahan warna menjadi Bening. 3. H2O2 + H2SO4 + KI + Kanji → 2H2O(aq) + I2(q) + K2SO4(aq) Tanda-tanda terjadinya reaksi yaitu warna berubah dari cokelat menjadi keHitam -hitaman setelah dimasukkan atauditambah dengan kanji. 4. FeCl + H2SO4 + KI + Kanji → 2FeCl(aq) + K2SO4(aq) +6HCl(q)+ I2(q) Tanda-tanda terjadinya reaksi yaitu ketika dipanaskan timbil asap berwarna ungu dan warna kuning berubah memudar secara perlahan dan adanya penguapan yang dihasilkan dari pembakaran.
Diskusi A. Reaksi Penggabungan yaitu suatu reaksi dimana unsur / senyawa tergabung dari oksigen dengan membentuk senyaw yang mengandung oksigen sederana. A+Z → AZ Pada percobaan ini direaksikan Mg dengan O 2 yaitu : Mg+ ½ O → MgO menghasilkan Asap putih yang merupakan O2 dan berbau. B.
Reaksi Penguraian yaitu suatu reaksi dimana unsur / senyawa yang diuraikan menjadi lebih sederhana lagi. AZ → A+Z Pada percobaan ini diamati penguraian dengan menggunakan CuSO4 . 5H2O yaitu : CuSO4 . 5H2O → CuSO4 + 5H2O menghasilkan Kristal putih,serta Uap Air dan gelembung Gas.
C. Reaksi penggantia Tungggal yaitu suatu reaksi dimana unsur memindahkan unsur lain dari suatu senyawa. A + BZ → AZ + B Cu (s) + AgNO3 (s) → Cu (NO3)2 (s) + Ag Pada percobaan ini diamati penguraian tunggal dengan menggunakan Cu (s) + AgNO3 Mg + 2HCl → MgCl + H2 . menghasilkan Endapan serta Gelembung dari H 2 .
(s) yaitu
:
D. Reaksi Penggantian Rangkap yaitu suatu reaksi dimana terdapat dua unsur yang mengalami pemindahkan dari suatu senyawa. AX + BZ → AZ + BX Pada percobaan ini diamati Penggantian Rangkap ini, yaitu : a. AgNO3 + KI → AgI + K NO3 b. Al(NO3) + KI → TR c. AgNO3 + Na3PO4 → Ag PO4 + Na NO3 d. Al(NO3)3 + Na3PO4 → Al3 PO4 + Na NO3 dengan reaksi yang ditandai dengan adanya: a. Terbentuk endapan AgI dan terjadi perubahan warna. b. TR. c. Terjadi perubahan warna dan terbentuknya endapan Ag 3PO4 yang berwarna kuning. d. Terjadi perubahan warna dan terbentuknya endapan Al 3PO4 yang berwarna putih susu. E.
Reaksi Netralisasi
1) 2) 3)
yaitu suatu reaksi Penetralan antara asam dan basa yang menghasilkan garam dan juga air. HX + BOH → BX + HOH pada percobaan ini digunakan: HNO3 + NaOH →NaNO3 + H2O H2SO4 + NaOH → NaSO4 + H2O HCl + NaOH → NaCl + H2O Terjadi perubahan warna → keungu-unguan (pada 1, 2, dan 3) da ketiga-tiganyanya menghasilkan perubahan suhu/temperatur.
F.
ReaksiRedoks yaitu reaksi kimia yang disertai dengan perubahan Bilangan Oksidasi/Biloks(BO). Bukti terjadinya reaksi yang ditandai oleh: terjadi perubahan warna dari ungu → cokelat. terjadi perubahan warna atas = cokelat kehitaman, bawah = kuning . terjadi perubahan warna dari hitam pekat → hitam pudar, serta timbul gas H2, dan terbentuk endapan hitam. G. Beberapa Reaksi Redoks 1. a. terjadi perubahan warna dari biru → hitam, adanya endapan Cu dan suhu meningkat dengan ditandai terasa panas. b. TR c.TR 2. a. seharusnya bereaksi b.TR. 3. terjadi perubahan warna dari kuning → cokelat setelah ditetesi kanji. 4. ketika dipanaskan warna yang tadinya hitam pekat menjad memudar, dan ada gas yang berwarna ungu.
PERTANYAAN PASCAPRAKTEK a)
1.Identifikasikanlah zat-zat berikut ini. Lihat kembali hasil pengamatan anda Asap putih (A.1)→ Gas O2
b)
Cairan tidak berwarna (B1) → Indikator PP
c)
Gas yang dapat memadamkan api (B.2) → CO2
d)
Padatan kelabu C.1)→ Endapan Ag
e)
Gas tak berwarna (c.2) →→ Gas H2
f)
Endapan jingga (D.2) → PbI2
g)
Endapan kuning (D.4) → Ag3PO4
h)
Yang mengubah warna indicator (E.1) → NaOH
a)
2.Persamaan reaksi Tembaga logam + Oksigen
b)
Cu + ½ O2 →CuO Merkuri (II) Nitrat + Kalium bromide→ Merkuri (I) Bromida + Kalium Nitrat
a)
Hg(NO3)2 + 2KBr→HgBr2 + 2KNO3 3.Persamaan reaksi Hg + Fe (NO3)3→TR
b)
Zn +Ni (OH)2→Zn (OH)2 +Ni
c)
Pb (NO3)2 + K2CrO4→TR
d)
Zn (HO3)2→Zn + 2HCO 3
→ Tembaga (II) Oksida
KESIMPULAN Jenis-jenis reaksi Reaksi Penggabungan adalah Sintesis 1 senyawa dari 2 zat/lebih. Reaksi Penguraian adalah Terpecahnya 1 senyawa menjadi 2 zat/lebih. Reaksi Penggantian adalah 1 unsur menggantikan unsure lain dalam senyawa. Reaksi penggantian rangkap adalah 2 zat yang bertukar posisi membentuk pasangan. Reaksi netralisis adalah Asam basa bereaksi membentuk garam dan air. Tanda-tanda terbentuknya endapan
Terjadi perubahan warna,suhu,timbulnya gas dan adanya endapan atau lapisan Persamaan reaksi dapat disertakan dengan reaksi dan persamaan sebelum dan sesudah reaksi.
Reaksi Redoks dapat disertakan dengan metodesetengah reaksi dan persamaan Biloks,reaksi ini dapat dikatakan ssetara apabila jumlah zat sebelum dan sesudah reaksi serta reaktan dan muatan produk sama.
Deret Elektromagnetif: Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Fe, Cd, Ni, Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Au
DAFTAR PUSTAKA Epinur, dkk. 2012. Penuntun Praktikun Kimia Dasar . Jambi : UNJA Harjadi. 1993. Materi Pokok Kimia Dasar . Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Pharing. 2003. Kimia. Surabaya : Media Ilmu Sunarya. Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : Yrama Widya
http://chic-al-kiimaa-iyyu.blogspot.com/2015/01/laporan-praktikum-kimia-dasar-reaksi.html
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar balakang Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia. Reaksi oksidasi dan reduksi ialah reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan ada juga yang berlangsung tidak sepontan. Reaksi redoks yang berlangsung sepontan digunakan sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki reaksi redoks yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan menggunakan arus listrik yaitu dalam elektrolisis yang diterapkan dalam industry pengolahan aluminium dan pengolahan lainnya. Dalam oksidasi reduksi suatu intensitas diambil atau dibarikan dari dua zat yang bereaksi situasinnya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa. Merupakan pasangan system dalam kimia reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa memiliki nasib sama, dalam hal keduannya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Perkembangan sel elektrik juga sangat penting penyusunan komponen reaksi oksidasi. Reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah contoh penting keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industry kimia. Oleh karena itu yang melatar belakangi percobaan ini untuk mengetahui dan dapat memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan percobaan sederhana dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Tujuan percobaan Mengetahui hasil reaksi vitamin c ditetesi KMNo4 dan I2. Mengetahui normalitas KMNO4 setelah penitrasian H2C2O4 0,02 N. Mengetahui titrasi akhir titrasi pada percobaan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
a.
Redoks (reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan hambatannya bilangan oksidasi ( keadaan oksidasi ) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, ataureduksi karbon oleh hydrogen yang menghasilka metana (CH4) ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks sseperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer electron yang rumit. Penemu oksigen Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar kombinasi antara zat dan oksigen yakni oksidasi paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkataran logam pasti telah menarik perhatian orang sejak dulu. Reaksi perkaratan : 4Fe + 3O2 ==> 2Fe2O3 Namun, baru di akhir abad ke-18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya. Pembakaran dapat di pahami hanya ketika oksigen di pahami. Oksidasi : reduksi dan hydrogen
b.
c.
d.
Oksidasi : mendorong hydrogen Reduksi : menerima hydrogen Peran hydrogen Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya walaupun reaksi untuk mensintesis aniline dengan mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan oksigen pembentuk CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2 = CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun 1 penambahan hydrogen berefek sama dengan pemberiaan oksigen. Jadi, etana di reduksi dalam reaksi ini : Oksidasi : reduksi dan hydrogen Oksidasi : mendonorkan hydrogen Reduksi : menerima hydrogen Peran electron Pembakaran magnesium jelas reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen 2Ng + O2 ==> 2MgO Reaksi antara magnesium dan klorin tidak di ikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen Mg + Cl2 ==> MgCl2 Namun, mempertimbangkan valensi magnesium merupakan hal yang logis untuk mengangap ke dua reaksi dalam kategori yang sama memang, perubahan magnesium Mg ==> Mg ####3, umum unutk kedua reaksi dan dalam kedua reaksi magnesium dioksida dalam kerangka ini keberlakuan yang lebih umum akan dicapai bila oksidasi-reduksi didefinisikan dalam rangka pemberian dan penerimaan electron. Oksidasi : reaksi electron Oksidasi : mendorong electron Reduksi : menerima electron Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembaran kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi berlangsung tanpa disertai lawannya, bila zat menerima electron maka harus ada yang mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang menerima electron dari lawannya disebut oksidasi (bahan pengoksidasi) sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan yang medonorkan electron pada oksidan disebut dengan redukton ( bahan pereduksi ) karena lawannya oksidan tadi tereduksi suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Bila senyawa itu mendonorkan electron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi redukton. Sebaiknya bila senyawa ini muda menerima electron senyawa itu adalah oksidan. Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi suatu unsure menyatakan banyaknya electron yang dapat dilepas di terima maupun digunakan bersama dalam membentuk ikatan dengan unsure lain bilangan oksidasi dapat berupa positif nol atau negative. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan unutk mengoksidasi senyawa lain di katakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan
electron dari senyawa lain sehingga dirinnya sendiri tereduksi oleh karena ia “menerima” elktron
ia juga di sebut sebagai penerima electron. Oksidator biasannya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsure. Unsure dengan bilangan oksidasi yang tinggi seperti H2O2, MNO4#, CrO3,Cr2O##, O5Ou) atau senyawa, senyawa yang sangat elektro negative sehingga dapat
mendapatkan satu atau dua electron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen ). Fluorin, klorin, dan bromine). Untuk memperluas konsen bilangan molekul pada molekul poliatomik. Penting untuk mengetahui distributor electron dalam molekul dengan akurat. Karena hal ini sukar, di putuskan bahwa muatan formal di besikan pada tiap atom dengan mengunakan aturan tertentu dan bilangan oksidasi di definisikan berdasarkan muatan formal untuk lebih jelaasnya lihat table 2.1 Table 2.1 bilangan oksidasi No
Keterangan
Biloks
Contoh
1
Unsure-unsur bebas
0
Cu,Zn,Ni,Ag
2
Unsure-unsur senyawa
dalam 0
H2SO4, NH4
3
Unsure-unsur penyusun Sama dengan muatan dalam ion dalam ionnya
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa. Senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan
elektronnya kee senyawa lain sehinggga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena itu is “mendonorkan”
elektrodanya ia juga di sebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa sebagai reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn dan Al dapat digunakan sebagai reduktor logam-logam ini dapat memberikan elektrodannya dengan mudah. Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer hibrida, misalnya NaBH4 dan L##, reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alcohol . metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum,atau riak reduksi katalitik ini utamanya di gunakan pada reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon cara yang mudah unutk melihat proses redoks adalah redactor mentransfer elektronya ke teroksidasisehingga dalam reaksi , reduktor melepaskan elektrondan teroksidasi dan oksidator mendapatkan electron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi di sebut sebagai pasangan redoks (petrucci, ralp H. 1999). Penyusun persamaan reduksi oksidasi penyesun setengah reaksi dapat dengan mudah di tentukan dengan setengah reaksi dan reaksi total. a. Penyusun setengah reaksi oksidasi reduksi 1. Tuliskan persamaan perubahan oksidasi dan redukton 2. Setarakan jumlah hydrogen dari ke dua sisi persamaan dengan menambahkan sejumlah H2O 3. Setarakan jumlah hydrogen di ke dua sisi persamaan dengan menambahkan jumlah H+yang tepat
4. Setarakan muatanya dengan menambahkan sejumlah electron sekali setengah reaksi telah di susun mudah untuk menyusun persamaan reduksi oksidasi keseluruhan dalam osidasi reduksi penerunan bilangan oksidasi oksidan dan kenaikan bilangan oksidasi redukton harus sama hal ini sama dengan hubungan ekuivalen dalam reaksi asam basa. b. Penyusunan reaksi oksidasi reduksi total. 1. Pilihlah persamaan untuk oksidasi dan reduktan yang terlibat dalam reaksi kalikan sehingga jumlah electron yang terlibat sama. 2. Jumlah kan kedua reaksi (elektronya akan saling meniadakan) 3. Ion lawan yang mungkin muncul dalam oersamaan harus di tambahkan ke dua sisi bersamaan sehingga kesetaraan bahan tetap di pertahankan. Jumlah kuantitatif oksidan dan reduktan sehingga reaksi oksidasi reduksi lengkap mirip dengan stoikiometri asam basa. Stoikiometri oksidasi reduksi nOMOVO = nR MR VR Jumlah ekuantitatif oksidasi dan reduktor sehingga reaksi oksidasi di setarakan
Keterangan :
O = oksidasi R = reduktor n = perubahan bilangan oksidasi M = konsentrasi mular V = volume Prinsip yang terlibat dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan dalam titrasi asam basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi pilihan indikatornya untuk menunjukan titik akhir terbatas kadang hantar larutan di gunakan sebagai indicator berbagai maam senyawa aromatic di reduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa redikal bebas. Secara umum penderma elektrodanya adalah berbagai jenis Havoenzim dan koenzimnya. Seketika terbentuk radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oksigen menjadi super oksida. Rekasi bersihnya adalah oksidasi koenzim Havoenzim dan reduksi oksigen menjadi super oksida. Tingkah laku katalitik ini di jelaskan sebagai siklus redoks (Keenam, 1984). Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks. Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas jadi tidak mungkin oksidasi dari reduksi berlangsung tanpa di sertai lawanya. Bila zat menerima elektron maka harus ada
yang mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi senyawa yang menerima electron dari lawanya di sebut oksidan seban lawanya akan teroksidasi lawan oksidan yang mendonorkan electron pada oksidan di sebut dengan reduktan karena lawan oksidan tadi tereduksi suatu senyawa yang dapat berlaku selaku oksidan dan juga reduktan. Bila senyawa itu mudah mendonorkan electron pada lawanya senyawa ini dapat menjadi reduktan sebaliknya bila senyawa ini mudah menerima electron sennyawa itu adalah oksidan. Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen misalnya walaupun reaksi untuk mesentisis anlin denga mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiraan HCl adalah reaksi oksidasi pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2CH2 tidak melibatkan pemberiaan dan penerimaan oksigen. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain sehingga dirinya sendiri
tereduksi. Oleh karena ia “menerima” elektron dapat disebut sebagai penerima elektron oksidator
biasanya adalah senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi. Metode reduksi lainya yang juga berguna melibatkan gas hydrogen (H2) dengan katalis poladium atau nikel reduksi katalitik ini utamanya di utamakan pada ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor mentransfer elektronya ke oksidator (Rivai, 1995).
BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Tabung reaksi Beaker gelas Biuret Pipet tetes Labu erlenmayer Hot plate Gelas ukur Thermometer Rak tabung reaksi Pipet volume
3.1.2 Bahan Vitamin C Asam oksalat KMnO4 H2C2O4 (0,01 M) H2SO4 (1 M) I2 Tissue Kertas label 3.2 prosedur percobaan 3.2.1 Analisa kuantitatif vitamin C
3.2.2 -
Diambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung reaksi Di tambahkan KMnO4 4 tetes Dikocok Di amati dan di catat perubahan yang terjadi Di ambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung reaksi Di tambahkan I2 sebanayak 2 tetes Di kocok Di amati dan di catat perubahan yang terjadi Standarisasi larutan KMnO4 diambil 10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan dalam labu erlenmayer ditambahkan 2 ml H2SO4 1 M dipanaskan hingga suhu 60˚ - 70˚c dititrasikan dengan KMnO4 hingga titik akhir titrasi dicatat volume KMnO4 dan hitung konsentrasinya
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Perlakuan
Pengamatan
Analisis kuantitatif vitamin C diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam tabung reaksi
warna larutan kuning pekat
ditambahkan KMnO4 4 tetes, dikocok diamati
warna larutan menjadi kuning muda warna larutan kuning pekat
diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan I2, 2 tetes di kocok
warna larutan kuning muda
diamati
warna larutan setelah di tambahkan KMnO4 lebih muda dari warna larutan setelah I2
standarilisasi larutan KMnO4
warna larutan kuning
diambil 10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan kedalam erlenmayer ditambahkan 2 ml H2SO4 1 M dipanaskan hingga suhu 60o-70oC
warna larutan dititrasi dengan KMnO4 hingga titik akhir lembayung titrasi (lembayung) 2,15 ml V=2,15ml dicatat volume KMnO4
menjadi
N1=H2C2O4
N2=KMnO4
V1= 10ml
V2=2,15ml
N1.V1 = N2.V2 = 0,0465116 N
4.2 Reaksi 2.4.1. Reaksi KMnO4 + vitamin C
2.4.2. Vitamin C + I2
2.4.3. Reaksi KMnO4 + 5H2C2O4
merah
4.3 Perhitungan
4.4 Pembahasan prinsip percobaan reaksi oksidasi – reduksi adalah pemberian dan penerimaan elektron atom ataupun ion. Dengan kata lain senyawa yang memiliki elektron lebih maka akan didonorkan kepada senyawa yang kekurangan elektron begitu pula sebaliknya. Fungsi reagen KMnO4 sebagai oksidator H2SO4 sebagai pemberi suasana, autokatalisator dan autoindikator, I2 sebagai oksidator, autokatalisator dan autoindikator, H2C2O4 sebagai reduktor fungsi perlakuan mengapa pada percobaan kuantitatif harus dipanaskan dengan suhu 60-70 c sebab bila larutan H2C2O4 dipanaskan dibawah suhu 60 c maka ketika larutan tersebut dititrasi KMnO4. Pada suhu kurang dari 60 – 70 c akan menghasilkan endapan MnO4. Apabila dipanaskan pada suhu diatas 70 c maka H2C2O4 akan terurai menjadi C02 dan H2O, hingga reaksi berjalan lambat Oleh karena itu suhu optimal yang digunakan adalah 60-70oC. Pada percobaan analisa kuantitatif vitamin C dilakukan 2 percobaan yang berbeda percobaan pertama adalah pertama-tama diambil vitamin C sebanyak 20 tetes. Kemudian kedalamannya ditambahkan 4 tetes KMnO4, maka akan menghasilkan titrat yang awalnya orage tua menjadi orange muda. Dalam hal ini dapat terjadi demikian disebabkan KMnO4mengalami reduksi dan vitamin C dan kedalamannya ditambahkan 2 tetes I2 sebagai pengganti KMnO4 warna akan berubah warna menjadi yang awalnya orage tua menjadi warna orange muda. Sebab I2 mengalami reduksi pada percobaan terakhir yaitu percobaan standarlisasi larutan KMnO4 pada percobaan ini mula-mula diambil 10 ml H2C2 0,01 ml ditambahkan 2ml H2SO4 1 N. kemudiaan dipanaskan pada suhu 60-70 ## dititrasi dengan KMnO4 hingga berubah warna
menjadi merah lembayung. Pada percobaan kali ini volume pentitrasi yang diperoleh adalah 2 ml sehingga dari perhitungan dapat diketahui normalitasnya adalah sebesar 1 N berbeda dengan KMnO4 sebelum dititrasi. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi KMnO 4 sebelum titrasi merupakan konsentrasi larutan, sedangkan konsentrasi KMnO4 setelah dititrasi merupakan titik ekuivalen. Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom-atom dalam sebuah reaksi kimia pengertian dan oksidasi dapat dijelaskan tiga konsep a. konsep pengikat oksigen berdasarkan konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi p engikat oksigen Oleh suatu zat dan reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu Zat b. konsep pengikatan hidrogen berdasarkan konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan hidrogen Oleh suatu zat dan redukai adalah reaksi pelepasan hidrogen dari suatu zat c. Konsep ini berlaku umum tidak hanya melibatkan reaksi pengikatan atau pelepasan oksigen atau elektron. Faktor-faktor kesalahan sering terjadi dalam praktikum yaitu sebagai berikut. Ketidaktepatan praktikan dalam melakukan pemanasan seharusnya 60-70% dapat menjadi kurang atau lebih, kekurangtelitian dalam melakukan titrasi sehingga volume yang diperoleh tidak sesuai keinginan, ketidaktepatan praktikan dalam pengambilan larutan. KMnO4 adalah senyawa yang stabil yang menghasilkan larutan warna lembayung. Semuanya merupakan zaty pengoksidasi yang kuat. KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting yang dimana untuk analisa kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+. Sumber utama senyawa mangan adalah MnO2. Juka MnO2 dipanaskan dengan penambahan alkali dan zat pengoksidasi garam permanganat dapat terbentuk. 3MnO2 + 6KOH + KClO3 K 2MnO4 + KCl + 3H2O Reaksi penganganan bila direaksikan dalam suasuana asam, basa, netral Basa
Autokatalisator adalah katalis yang dihasilkan oleh suatu preaksinya atau hasil reaksinya contohnya: KMnO4 berwarna ungu bila direduksi berubah menjadi ion Mn2+ yang tidak berwarna larutan I2 yang berwarna kuning coklat, titik akhir dapat diketahui dari awal terbentuknya atau hilangnya warna kuning. Perubahan warna ini dipertajam dengan larutan amilum atau kloroform atau karbon tetraklorida, ion permanganat dan asam oksalat sedangkan autoindikator adalah terjadi apabila pereaksi mempunyai warna yang kuat kemudian warna tersebut hilang/berubah. Apabila direaksikan dengan zat lain contohnya KMnO4 berubah menjadi ungu apabila direduksi menjadi Mn2+ reaksi KMnO4 dan H2C2O4reaksi ini makin lama
makin cepat karena terbentuk Mn2+ yang merupakan katalisator bagi reaksi tersebut. I2 atau CO yang bersifat inhibitor pada reaksi 2H2(g) + O2 (g) → 2H2O(g) Kekuatan oksidator yaitu logam-logam. Yang terletak disisi kiri H+ memiliki E° red bertanda negatif. Semakin ke kiri nilai E° red semakin keci (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam tersebut semakin sulit mengalami reduksi akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya logam-logam yang terletak disisi kanan H+ memiliki E° red bertanda positif. Semakin ke kanan nilai E° red semakin besar (semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut semakin mudah mengalami reduksi dan sulit meng alami oksidasi.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Volume KMnO4 setelah dilakukan percobaan diperoleh V=2mL Hasil yang dihasilkan Vitamin C ditambahkan KMnO4 maka menghasilkan titrat yang awalnya orange tua menjadi orange muda atau tampak agak sedikit memudar atau bening. Begitu pula pada saat ditetesi dengan I2. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan pada saat penambahan suatu titran. 5.2 Saran Agar tidak terbentuk endapan MnO2 maka titrasi dilakukan segera setelah pemanasan selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1989. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Pettrucci, Ralph H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta: Erlangga Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Erlangga http://semuacoretankuliah.blogspot.com/2012/12/laporan-kimia-dasar-ii-reaksi-reduksi.html
REAKSI REDOKS A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan dapat mempelajari beberapa reaksi redoks.
B. KAJIAN TEORI Reaksi kimia adalah suatu reaksi antara senyawa antara senyawa kimia atau unsur atau unsur kimia yang melibatkan perubahan struktur dari molekul, dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan pembentukan dan pemutusan ikatan pemutusan ikatan kimia. kimia. Dalam suatu reaksi kimia terjadi proses ikatan kimia, di mana atom zat mula-mula (edukte) (edukte) bereaksi menghasilkan hasil (produk). (produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan energi memerlukan energi (reaksi endotermal) (reaksi endotermal) atau melepaskan energi( melepaskan energi(reaksi reaksi eksotermal) eksotermal).. Ciri – ciri reaksi kimia : – Terbentuknya endapan – Terbentuknya gas – Terjadinya perubahan warna – Terjadinya perubahan suhu atau temperatur (www.wikipedia.com www.wikipedia.com)) Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan bilangan oksidasi dari dua dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 1995). Dalam sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikeolmpokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum didefinisikan oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron. Dengan melihat contoh-contoh reaksi dari reaksi redoks , dapat ditarik kesimpulan umum dan dapatlah didefinisikan okdidasi dan reduksi dengan cara berikut. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi oksidasi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau
lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, leleham maupun gas (Shevla,1979). Partikel (unsur, ion, atau senyawa) yang dapat mengokdidasi partkel lain disebut pengoksidasi, tetapi ia sendiri tereduksi. Sebaliknya partikel yang mereduksi partikel lain disebut pereduksi, tetapi ia sendiri teroksidasi. Reaksi redoks dapat terjadi bila suatu pengoksidasi bercampur dengan zat lain yang dapat teroksidasi, atau perediksi bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari perubahan masingmasing dapat ditetukan pereaksi dengan hasil reaksi beserta koefisiennya masingmasing (Syukri,1999) (Syukri,1999).. Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai penurunan bilangan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi negatif (Dogra, 1998). Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi paling mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi reaksi keseluruhan ke dalam dua setengah reaksi. Dalam setengah-reaksi oksidasi atom-atom tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi, dan elektron tampak pada sebelah kanan persamaan setengah-reaksi. Dalam setengah reaksi reduksi, bilangan oksidasi dari atom-atom tertentu menurun, dan elektron pada sebelah kiri dari persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keselurahan, jumlah elektron yang sama harus tampak dalam masing-masing persamaan setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan dasar dari persamaan keseimbangan oksidasi-reduksi (Petrucci, 1985). C. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : 1. Alat : Tabung Reaksi Rak tabung Pipet tetes Gelas kimia Gelas ukur Pemanas Thermometer 2. Bahan : Logam Al Logam Fe
Pb(NO3)2 Zn(NO3)2 PbNO3 H2O2 1
M, 0,1 M MnO padat H SO encer H SO pekat FeCl KI 0,1 M KMnO 1 M, 0,1 M, 0,01 M NaOH 2 M NaOH padat MnSO 1 M Larutan Kanji 1% Aquades 2
2
4
2
4
3
4
4
D. PROSEDUR KERJA 1. Beberapa reaksi redoks a.
Logam Aluminium (Al), Tembaga (Cu), dan Besi (Fe)
Logam Al Logam Cu Logam Fe
Al + Pb(NO3)2
bereaksi
Al + Zn(NO 3)2
bereaksi
Al + NaNO3
tidak bereaksi
Cu + Pb(NO3)2
tidak bereaksi
Cu + Zn(NO3)2
tidak bereaksi
Cu + NaNO3
tidak bereaksi
Fe + Pb(NO3)2
bereaksi
Fe + Zn(NO3)2
tidak bereaksi
Fe + NaNO3
tidak bereaksi
–
Masing-masing di masukkan ke dalam larutan Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan NaNO3.
–
Disusun menurut kereaktifannya
b.
Reaksi disproporsionasi
10 tetes H2O2 0,1 M –
Ditambahkan sedikit MnO2
–
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
H2O2 + MnO2
bereaksi
c.
Reaksi H O 0,1 M 2
2
–
Ditambahkan 5 tetes H2SO4 1M
–
Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M
–
Ditambahkan 1 tetes kanji
–
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
5 tetes H2O2 0,1 M
H2O2 + H2SO4
Bening – kuning
H2O2 + H2SO4 + KI
Kuning – kuning pekat
H2O2 + H2SO4 + KI + larutan kanji
Kuning pekat –biru lembayung
d.
Reaksi FeCl 0,1 M + KI 0,1 M dalam suasana asam 3
5 tetes FeCl3 0,1 M
–
Ditambahkan 10 tetes H2SO4 1 M
–
Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M
–
Dipanaskan
–
Ditambahkan 1 tetes kanji
–
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
FeCl3 + H2SO4 FeCl3 + H2SO4 + KI
Kuning – kuning pekat Kuning pekat – biru lembayung
2. Mangan (VI)
5 mL KMnO4 0,01 M KMnO4 + H2SO4
tidak bereaksi
KMnO4 + H2SO4 encer
tidak bereaksi
KMnO4 + MnO2 padat
bereaksi
–
Dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi masing-masing
–
Didalam tb 1 dimasukkan 5 mL H2SO4 encer, tb 2 dimasukkan 5 mL NaOH encer, tb 3 dimasukkan sedikit MnO2 padat, dan tb IV sebagai control
–
Dikocok setiap tb
–
Diamati
–
Dicatat setiap perubahan yang terjadi
3. Mangan (III) a. Reaksi Larutan Mn(II) + NaOH 2 M 2 mL larutan MnSO4 1M –
Dimasukkan 2 mL larutan NaOH 2 M
–
Dicatat perubahan yang terjadi
–
Dijelaskan
Mangan (II) + NaOH
bereaksi
b. Reaksi MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat
1 mL larutan MnSO4 1M
–
–
Dimasukkan 2 mL larutan H 2SO4 encer
–
Dimasukkan 5 tetes larutan H2SO4 pekat
–
Didinginkan
–
Ditambahkan 5 tetes KMnO4 1 M
–
Diamati perubahan warna
–
Ditambahkan 25 mL air
–
Diaduk dan dijelaskan
2. Mangan (IV) 5 tetes KMnO4 0,1 M –
Ditambahkan 2 butir NaOH padat
–
Dicatat perubahan yang terjadi
–
Dijelaskan
E. HASIL PENGAMATAN 1.Beberapa reaksi redoks
Hasil Pengamatan No
1.
Keterangan
Pereaksi Al + Pb(NO3)2
Ada gelembung gas
Terjadi reaksi.
Ada gelembung gas
Terjadi reaksi
Al + Zn(NO 3)2 2. 3.
Tidak terjadi reaksi Al + NaNO3
Tetap
4.
Tidak terjadi reaksi Cu + Pb(NO3)2
Tetap
Cu + Zn(NO3)2 5.
Tidak terjadi reaksi Tetap Tidak terjadi reaksi
Cu + NaNO3 6.
Tetap
Terjadi reaksi 7.
Fe + Pb(NO3)2
Larutan keruh
Tidak terjadi reaksi
Fe + Zn(NO3)2 8.
Tetap Fe + NaNO3
9.
Tidak terjadi reaksi Tetap Terjadi reaksi
10. H2O2 + MnO2
Ada oksigen dan air
Bening – kuning Terjadi reaksi
H2O2 + H2SO4 Kuning – kuning pekat
Terjadi reaksi
H2O2 + H2SO4 + KI
11.
H2O2 + H2SO4 + KI + larutan kanji
Kuning pekat –biru lembayung
Terjadi reaksi
Kuning – kuning pekat FeCl3 + H2SO4 12. FeCl3 + H2SO4 + KI
Terjadi reaksi Kuning pekat – biru lembayung
Terjadi reaksi
2.Mangan (VI)
Pereaksi No
Hasil Pengamatan
Keterangan
Tetap
Terjadi tidak bereaksi
Tetap
Terjadi tidak bereaksi
Ungu – hijau
Terjadi reaksi
KMnO4 + H2SO4 1. KMnO4 + H2SO4encer 2.
3.
KMnO4 + MnO2padat
3.Mangan (III)
No
Pereaksi
Hasil pengamatan
Keterangan
Endapan putih 1.
Mangan (II) + NaOH
(Adanya mangan (IV))
Terjadi reaksi
2.
MnSO4 + H2SO4 encer
Tetap
Tidak terjadi reaksi
3.
MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat
Tetap
Tidak terjadi reaksi
4.
MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat + KMnO4
Putih – coklat
Terjadi reaksi
4.Mangan (IV)
No
1.
Pereaksi KMnO4 + NaOH padat
Hasil pengamatan Ungu – biru lembayung (adanya Mangan (IV))
Reaksi yang terjadi : 1. Beberapa reaksi redoks a.
Reaksi beberapa logam
– Logam Almunium (Al)
Al
(s)
Pb2+(s) +2e
Al3+(s) + 3e
x 2 oksidasi
Pb (s)
x 3 reduksi
2Al (s) + 3 Pb2+ (s)
2 Al3+ (s)+ 3 Pb (s)
2Al (s) + 3 Pb(NO 3)2 (aq)
2 Al(NO3)2 (aq) + 3 Pb (s)
Al
Al3+(s) + 3e
(s)
Zn2+(s) +2e
Zn (s)
x 2 oksidasi
x 3 reduksi
2Al (s) + 3 Zn2+ (s)
2 Al3+ (s)+ 3 Zn (s)
2Al (s) + 3 Zn(NO3)2 (aq)
2 Al(NO3)2 (aq) + 3 Zn (s)
Keterangan
Terjadi reaksi
Al (s) + NaNO3 (aq)
–
Logam Tembaga (Cu)
Cu + Pb(NO3)2 (aq
Cu + Zn(NO3)2 (aq Cu + NaNO3 (aq)
–
Logam Besi (Fe)
Fe
(s)
Pb2+(s) +2e
Pb (s)
x 2 oksidasi x 3 reduksi
2 Fe (s) + 3 Pb2+ (s)
2 Fe 3+ (s)+ 3 Pb (s)
2 Fe (s) + 3 Pb(NO 3)2 (aq)
2 Fe(NO3)2 (aq) + 3 Pb (s)
2 Fe (s) + 3 Zn(NO 3)2 (aq)
2 Fe (s) + NaNO3 (aq)
b.
Fe l3+(s) + 3e
Reaksi disproporsionasi
H2O2
O2 + 2H+ + 2e
H2O2 + 2H+ + 2e
2H2O
2H2O2
O2 + 2H2O
2H2O2
MnO2
c. H2O2 + 2H+ + 2e
2I
–
H2O2 +
2I + 2H+
reduksi
O2 + 2H2O
2H2O
reduksi
I2 + 2e
oksidasi
2H2O + I2
–
H2O2 + 2KI + H2SO4
2H2O2 + I2 + K2SO4
–
d. Fe3+ + e 2I
–
2Fe3+ + 2 I
Fe2+
(Reduksi)
I2 + 2 e
(Oksidasi)
2Fe3+ + I2
–
2 FeCl3 2 KI + 2 KI
oksidasi
asam
2 FeCl2 + I2 + 2 KCl
2. Mangan (VI) MnO4 + 4 H+ + 3 e
MnO2 + 2 H2O
4MnO4 + 4 OH
MnO4 + O2 + 2 H2O
–
–
–
–
MnO4 + MnO2 –
MnO2 + 4 H+ + 2e MnO2 + 4 OH + O2 –
Mn+2 + 2 H2O 2MnO42- + 2 H2O
3. Mangan (III)
Mn+2 + 4 OH + O2
MnO42- + 2 H2O
3Mn+2 + 2MnO4 + 2 H2O
5MnO2 + 4 H+
–
–
4 Mangan (IV) KMnO4 + NaOH padat MnO4 + 2 H2O + 3 e –
MnO2(s)
+ 4 OH
–
F. PEMBAHASAN Reaksi yang disertai dengan pertukaran elektron disebut reaksi oksidasi reduksi atau lebih pendek disebut reaksi redoks. Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. . Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Pada percobaan ini, dipelajari beberapa reksi redoks, yakni reaksi dari beberapa logam. Pada pengamatan yang pertama pencampuran antara larutan Pb(NO3)2 dengan logam Al terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna coklat dimana yang tereduksi adalah Pb dan yang teroksidasi adalah Logam Al. Selanjutanya pencampuran antara larutan Zn(NO3)2 dengan logam Al terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Zn, yang tereduksi adalah Zn dan yang teroksidasi adalah logam Al. Serta reaksi antara pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan logam Fe terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna coklat yang bertibdak sebagai oksidator adalah Zn dan
yang bertindak sebagai reduktor adalah logam Fe. Namun pada pengamatan kali ini, ada beberapa pencampuran yang tidak menghasilkan reaksi redoks yakni reaksi antara NaNO 3 dengan logam Al dan logam Fe serta pencampuran antara Zn(NO3)2 dengan logam Fe. Hal ini disebabkan karena sifat dari beberapa logam pada deret volta. Semakin ke kanan maka logam tersebut makin mudah tereduksi, semakin ke kiri logam tersebut semakin sulit untuk tereduksi dengan kata lain lebih mudah untuk melakukan oksidasi. Serta suatu logam hanya dapat mereduksi logam yang terdapat di sebelah kanannya dalam deret volta hal ini dilihat dari potensial oksidasi dan reduksinya. Pada pengamatan yang kedua, dipelajari reaksi disproporsionasi,yakni reaksi dimana zat yang bereksi mengalami oksidasi sekaligus reduksi dalam hal ini H 2O2. Meskipun sering dikutip sebagai zat pengoksidasi kuat, hidrogen peroksida dapat bertindak baik sebagai zat pengoksidasi maupun zat reduksi. Kerja oksidasinya pada proses dua-elektron, yang mengakibatkan terbentuknya air (H 2O). Sebagai pereduksi, hidrogen peroksida melepaskan 2 elektron dan terbentuk gas oksigen (O 2). Peranannya dalam reaksi redoks bergantung pada kuat pengoksid ataupun pereduksi dari pasangan reaksinya, dan juga pH larutan. Pada reaksi berikutnya yakni reaksi antara KI dan FeCl3. ion iodida mereduksi sejumlah zat, sementara ion ini sendiri dioksidasi menjadi iod (I 2). Bilangan oksidasi iod berubah dari –1 menjadi 0. dalam hal ini yang tereduksi adalah Fe 3+ menjadi Fe2+, besi mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +2. Pada pengamatan selanjutnya, yakni mempelajari beberapa bilangan oksidasi dari mangan (Mn). Ada enam bilangan oksidasi dari Mangan, MnO, Mn 2O3, MnO2, Mn 2O7, dan Mn3O4. Lima dari oksidasi ini, mempunyai keadaan oksidasi masing-masing +2, +3, +4, +6, dan +7. sedang yang terakhir, Mn 3O4, merupakan mangan (II)-mangan (III) oksida, (MnO.Mn 2O3). Dalam pengamatan kali ini, yang dipelajari adalah mangan (III), mangan (IV) dan mangan (VI). Untuk mempelajari bilangan oksidasi dari mangan (IV) digunakan larutan KMnO 4 dengan penambahan beberapa pereaksi, yang pertama penambahan H2SO4 encer, tidak terbentuk mangan (IV), tetapi terbentuk Mn2+, ion permanganat direduksi menurut proses lima elektron, bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 menjadi +2. De ngan penambahan NaOH pekat, permanganat dapat tereduksi menjadi menjadi manganat (MnO42-) dalam suatu proses satu elektron. Bilangan oksidasi mangan dalam manganat adalah +6. Ion MnO 42- menunjukkan suatu warna hijau khas. Selanjutnya untuk mempelajari reaksi redoks dari mangan (III) digunakan larutan Mn(II) yang ditambahkan dengan NaOH dan H 2SO4 encer serta penambahan H2SO4 pekat..Untuk mempelajari reaksi redoks mangan (IV) digunakan larutan KMnO 4 dengan penambahan NaOH padat.
G. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi redoks akan terjadi oksidasi dan reduksi dan pertukaran elektron dari zat-zat yang bereaksi. Reaksi yang melibatkan hanya satu zat dimana zat tersebut (H 2O2) akan mengalami oksidasi serta reduksi disebut reaksi disproporsionasi.Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Dasar . Univeritas Haluoleo. Kendari. Dogra.1998. Kimia Fisiska. Universitas Indonesia. Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia. Diakses tanggal 5 Desember 2007. Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 1 Edisi Keempat . Erlangga. Jakarta. Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta. Shevla G. 1979. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I . PT Kalman Media Pusaka. Jakarta. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. jilid II . ITB. Bandung.
https://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/06/laporan-praktikum/
PERCOBAAN I REAKSI OKSIDASI-REDUKSI Tujuan Percobaan Memperkenalkan beberapa reaksi redoks dan menentukan zat yang bertindak sebagai oksidator dan reduktor. Teori Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) adalah reaksi pengikatan dan pelepasan elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron sedangkan reaksi reduksi adalah penerimaan / penyerapan elektron oleh suatu zat kimia. Pelepasan dan penerimaan elektron terjadi secara simultan artinya jika suatu senyawa kimia melepaskan elektron berarti ada senyawa kimia lain yang menerima elektron. Reaksi redoks ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi pada saat pereaksi berubah menjasi hasil reaksi atau pada oksidasi terjadi penambahan bilangan oksidasi sedangkan pada reduksi terjadi penurunan bilangan oksidasi.
1. Reaksi Redoks Pada Senyawa Organik Reagen kimia : Alkohol 50 % H2SO4 pekat Larutan K2Cr2O7 (kalium dikromat) 0,1 M Peralatan : Tabung reaksi Gelas ukur Gabus Lampu spiritus
Kawat kasa, kaki tiga Beaker gelas Cara kerja : Kedalam tabung reaksi masukkan 1 ml K 2Cr2O7 (note : 1 ml = 20 tetes) Kemudian secara perlahan-lahan masukkan 0,5 ml H 2SO4 pekat. (note : 10 tetes-dari lemari asam). Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan ke dalam beaker yang telah berisi air dan dibiarkan beberapa menit. Setelah dingin tambahkan perlahan-lahan alkohol. Amati warna yang terbentuk dan bau yang terjadi, dan bandingkan dengan bau alkohol.
2. Hidrogen Peroksida sebagai Oksidator dan Reduktor Bahan-bahan yang digunakan : Larutan CrCl3 0,1 M Larutan NaOH 1 M Larutan H2O2 3% Larutan KMnO4 0,05 M Larutan H2SO4 2 M Alat-alat yang digunakan : Tabung reaski beserta rak Gelas ukur Pipet tetes Cara kerja Ambil dua tabung reaksi A dan B Masukkan ke dalam tabung reaksi A larutan CrCl 3 sebanyak 1 ml dan kemudian tambahkan 1 ml larutan NaOH, selanjutnya tambahkan 2 ml larutan H 2O2, amati perubahan yang terjadi. Masukkan ke dalam tabung reaksi B larutan KMnO4 sebanyak 1 ml dan kemudian tambahkan 1 ml larutan H 2SO4. Selanjutnya ke dalam tabung ini tambahkan 2 ml larutan H2O2, amati perubahan yang terjadi.
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Nama
: Rika Diani Dasopang
NIM
: 1103114097
Fakultas/Jurusan
: FMIPA/Kimia B
Tanggal percobaan
: 26 April 2012
Asisten
: Dwiwahyuni Primita Sari
Paraf Asisten
:
Reaksi Redoks 1. Reaksi Redoks pada Senyawa Organik Zat
Warna
Bau
Alkohol
Tidak berwarna
Alkohol
Alkohol+H2SO4+ K2Cr2O7
Tidak berwarna
Alkohol
Pertanyaan : Tulis reaksi yang terjadi 3C2H5OH + 2H2SO4 + 3K2Cr2O4 —> 2Cr(SO4)3 + 2K2SO4 + 3CH3COOH + 11H2O Senyawa yang terbentuk adalah Asam Karboksilat 2. Hidrogen Peroksida sebagai Oksidator dan Reduktor Larutan
Warna
CrCl3
Biru
CrCl3 + NaOH
larutan hijau
CrCl3 + NaOH + H2O2
Larutan kuning
Larutan
Warna
KMnO4
Ungu
KMnO4 + H2SO4
Ungu
KMnO4 + H2SO4 + H2O2
Bening/tidak berwarna
Pertanyaan : Tulis reaksi redoks dari CrCl3 + NaOH + H2O2 2 CrCl3 + 10NaOH + 9H 2O2 —> 2 Na2CrO7 + 6NaCl + 14H 2O
Oksidator pada reaksi CrCl 3 + NaOH + H2O2 adalah H2O2 Tulislah reaksi redoks dari KMnO4 + H2SO4 + H2O2 2KMnO4 + 3H2SO4+ 5 H2O2 —> K2SO4 + 2MnSO4 + 8H2O + 5O2 Pada reaksi KMnO4 + H2SO4 + H2O2 oksidatornya adalah KMnO4 dan reduktornya adalah H2O2. Note : Laporan diatas merupakan hasil revisi yang telah disesuaikan dengan hasil praktikum yang sebenarnya menurut referensi akhir semester dari asisten dan laboran. Silahkan klik disini untuk mendapatkan postingan ini versi PDF!
KESPONTANAN REAKSI REDOKS 00.45
nova febrina
Tujuan
Praktikum
Mengamati
:
kespontanan
Teori
reaksi
Dasar
redoks :
Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi redoks. Setiap reaksi redoks terdiri atas setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi atau penyerapan elektron sedangkan oksidasi adalah kenaikan bilangan oksidasi atau pelepasan elekron. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan
,
ada
juga
Alat
yang
tidak
spontan. :
-
tabung
reaksi
-
pipet
tetes
-
gelas
ukur
-
kertas
Bahan
ampelas :
-
larutan
CuSO4
-
larutan
ZnSO4
-
larutan
HCl
-
lempengan
tembaga
-
seng lempengan
magnesium
Prosedur
1.
kerja
siapkan
6
tabung
reaksi
dan
:
berilah
label
1
sampai
6
2. isikan larutan CuSO4, ZnSO4, dan HCl ke dalam 6 tabung reaksi. (1 CuSO4, 2 ZnSO4, 3 HCl) 3. ambil tembaga, seng, dan magnesium yang sudah di ampelas masing2 2 potong dan berukuran sama 4.
masukan
5.
potongan
seng,
amati
alumunium, dan
dan
magnesium
catatlah
tadi hasil
ke
dalam
6
tabung
reaksi
pengamatan
Data Pengamatan Tabung Reaksi
Logam
Larutan
Warna Sebelum Reaksi
Warna Sesudah Reaksi
Jenis Reaksi
Gelembung
tadi. anda!
I
Zn
CuSO4
Putih
Hitam
Spontan
Ada
II
Cu
ZnSO4
Coklat Keemasan
Coklat Keemasan
Tidak Spontan
Tidak Ada
III
Mg
ZnSO4
Abu-abu
Hitam
Spontan
Ada
IV
Mg
HCl
Abu-abu
Hitam
Spontan
Ada
V
Zn
HCl
Putih
Abu-abu
Spontan
Ada
VI
Cu
HCl
Coklat Keemasan
Coklat Keemasan
Tidak Spontan
Tidak Ada
Analisis Data o Reaksi yang merupakan reaksi redoks spontan, yaitu :
o Ada gelembung gas;
HASIL
DATA
PENGAMATAN :
1. Seng ditambah larutan CuSO4 mengalami perubahan warna logam dari putih menjadi hitam, tidak bergelembung.
2. Tembaga ditambah larutan ZnSO4 mengalami perubahan logam tidak berubah warna, dan bergelembung.
3. Magnesium ditambah larutan ZnSO4 mengalami perubahan warna pada logam dari putih menjadi hitam, dan bergelembung,
4. Seng ditambah larutan HCl, tidak ada perubahan warna, ada gelembung.
5. Magnesium tambah larutan HCl, magnesium habis melebur, banyak gelembung gas.
6. Tembaga tambah larutan HCl, tidak ada perubahan warna, tidak bergelembung.
Kesimpulan
:
Dari hasil pecobaan, dapat disimpulkan bahwa reaksi yang terdapat gelembung/perubahan warna merupakan reaksi spontan. Sedangkan yang tidak terdapat gelembung atau berubah warna bukan reaksi spontan
Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi-Reaksi Kimia REAKSI-REAKSI KIMIA Nur Aini Solihat 133020382 Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan ABSTRAK Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antar senyawa kimia yang mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses ikatan dimana senyawa pereaksi bereaksi menghasilkan senyawa baru (produk). Dalam ilmu kimia reaksi itu merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat – sifat kimia dari satu atau berbagai jenis zat. Sifat – sifat kimia, kemudian di catat sebagai data kuantitatif. Tujuan percobaan Reaksi-Reaksi Kimia untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat kimia dan fisika) darizat yang direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa dan koefisien reaksi dari senyawa dengan cara mereaksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan adanya perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. (Sutrisno, E,T. Nurminabari, I,S, 2012). Hasil pengamatan dari praktikum reaksi-reaksi kimia dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan reaksi-reaksi kimia adalah dengan adanya perubahan dari percampuran dua reaksi atau lebih, baik perubahan warna, suhu, bau, endapan, dan adanya gas. Key Words: Reaksi Kimia, Indikasi Kimia, dan Perubahan yang Terjadi.
PENDAHULUAN Reaksi kimia (chemical reaction) yaitu suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satu atau lebih senyawa baru. Untuk berkomunikasi satu sama l ain tentang reaksi kimia, para kimiawan menggunakan cara standar untuk menggambarkan reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia ( chemical equation) menggunakan lambang kimia untuk menunjukan apa yang terjadi saat reaksi kimia berlangsung. Tujuan percobaan Reaksi-Reaksi Kimia untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat kimia dan fisika) darizat yang direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa dan koefisien reaksi dari senyawa dengan cara mereaksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan adanya perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Perinsip percobaan adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih. Perinsip percobaan adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih. Molekul yang kecil atau atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Berdasarkan Hukum Kekekalan Massa yang di temukan oleh Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama” dan berdasarkan Hukum Perbandungan Tetap (Hukum Proust) : “Dalam setiap persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”. Berdasarkan bronsted Lowry : “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menyumbang proton dan basa sebagai setiap zat sembarang yang menerima proton”.
METODOLOGI Alat Yang Digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, penjepit tabung, pipa U, bunsen, kertas lakmus, botol semprot, neraca digital, tisyu,korek api. Bahan Yang Digunakan Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH , HCl, CH 3COOH, K2CrO4 ,K2CrO7, Al2(SO4)3, NH4OH, ZnSO4, (NH4)2SO4, Pb(NO3)2, NaCl, AgNO3, BaCl2, CaCO3, Ba(OH)2, H2C2O4, H2SO4, KMnO4, Besi (II) / Fe2+, CuSO4, Besi (III) / Fe3+,,KSCN, Na3PO4, phenolphthalein (PP), metil merah (MM).
Metode Percobaan Tabel 1. Metode Percobaan Reaksi Reaksi Kimia No Reaksi 1. . 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes phenolphthalein (pp) . 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes metil merah (MM) c. HCl 1 M + 1 tetes phenolphthalein (pp) d. HCl 1 M + 1 tetes metil merah (MM) 2. . 1 ml CH 3COOH 0,05 M + 1 tetes phenolphthalein (pp) . 1 ml CH 3COOH 0,05 M + 1 tetes metil merah (MM) . 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes phenolphthalein (pp) d. 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes metil merah (MM) 3. a. 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml HCl 0,1 M (pp) . 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml HCl 0,1 M (mm) . 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml CH 3COOH 0,5 M . 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml CH 3COOH 0,5 M (mm) 4. a. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M b. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,05 M 5. a. 1 ml K2Cr 2O7 1 M + 1 ml HCl 0,1 M b. 1 ml K2Cr 2O7 1 M + 1 ml NaOH 0,05 M 6. 1 ml Al2(SO4)3 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M 7. 1 ml Al2(SO4)3 + 5 tetes NaOH + ±30 tetesNH4OH 8. a. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M b. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M + ±30 tetes NH4OH 9. Tabung pertama : 4 ml (NH 4)2SO4 + NaOH 1 ml Tabung kedua : Lakmus merah 10. 1 ml Pb(NO3)2 0,1 M + 1 ml NaCl 0,1 M dipanaskan dan amati 11. 1 ml NaCl 0,5 M + 10 tetes AgNO 3 12. 1 ml BaCl2 0,1 M + 1ml K 2CrO4 0,1 M 13. 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml K 2Cr 2O7 0,1 M 14. 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M + 1 ml K2CrO4 0,1 M 15. Tabung pertama : 1 gram CaCO 3 + HCl Tabung kedua : Ba(OH) 2 16. 1 ml H2C2O4 0,1 M + 2 tetes H 2SO4 + 8 tetes KMnO4 0,05 M
17.
1 ml Fe2+ 0,1 M + 2 tetes H 2C2O4 + 3 tetes KMnO4 0,05 M 18. 1 ml CuSO4 0,05 M + ±30 tetes NaOH 1 M 19. 1 ml CuSO4 0,05 M + ± 26 tetes NH 4OH 1 M 20. : 2 ml Fe3+ 0,1 M + 2 ml KSCN 0,1 M + 1 ml Na3PO4 : 2 ml Fe3+ 0,1 M + 2 ml KSCN 0,1 M
(Sumber: Nur Aini Solihat, Kelompok P, Meja 1, 2013) HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Pengamatan Reaksi Kimia No Reaksi Hasil Reaksi 1. .1ml NaOH 0,05 ml + 1 Warna larutan : Pink tetes phenolphthalein Endapan :(pp) Gas :.1ml NaOH 0,05 ml + 1 Warna larutan : Kuning tetes metil Endapan :merah (MM) Gas :c.HCl 1 M + Warna larutan : (Bening) 1 tetes Endapan :phenolphthalein (pp) Gas :d.HCl 1 M + : Merah muda 1 tetes metil merah Endapan :(MM) Gas :2. .1 ml CH3COOH 0,05 M Warna larutan : (Bening) + Endapan :1 tetes Gas :phenolphthalein (pp) .1 ml CH3COOH 0,05 M Warna larutan : Merah + muda 1 tetes metil merah Endapan :(MM) Gas :c.1 ml NaOH 2 M + Warna larutan : (Bening) 1 tetes phenolphthalein Endapan :(pp) Gas :d.1 ml NaOH 2 M + Warna larutan : Kuning 1 tetes metil merah Endapan :(MM) Gas :3. .1 ml NaOH 0,05 M (pp) Warna larutan : (Bening) + Endapan :1 ml HCl 0,1 M (pp) Gas :.1 ml NaOH 0,05 M : Merah muda (mm) + 1 ml HCl 0,1 Endapan :M (mm) Gas :1 ml NaOH 0,05 M (pp) Warna larutan : (Bening) + 1 ml CH 3COOH 0,5 Endapan :M Gas :.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : Orange (mm) + Endapan :1 ml CH3COOH 0,5 M Gas :-
4.
(mm) .1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M .1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,05 M
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
a.1 ml K2Cr 2O7 1 M + 1 ml HCl 0,1 M
Warna larutan : Orange Endapan :Gas :Warna larutan : Kuning Endapan :Gas :-
: Orange gelap Endapan :Gas :b.1 ml K2Cr 2O7 1 M + Warna larutan : Orange 1 ml NaOH 0,05 M muda Endapan :Gas :1 ml Al2(SO4)3 0,1 M + Warna larutan : (Bening) 5 tetes NaOH 1 M Endapan : Putih Gas :1 ml Al2(SO4)3 + Warna larutan : (Bening) 5 tetes NaOH + Endapan : Putih ±30 tetes NH4OH Gas :1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 Warna larutan : (Bening) tetes Endapan : Putih NaOH 1 M Gas :1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 Warna larutan : (Bening) tetes NaOH 1 M + Endapan : Putih ±30 tetes NH4OH Gas :abung pertama : Tabung pertama 4 ml (NH4)2SO4 + Warna larutan : (Bening) NaOH 1 ml Endapan :abung kedua : Gas :Lakmus merah Tabung kedua : Lakmus tetap 1 ml Pb(NO3)2 0,1 M + Warna larutan : (Bening) 1 ml NaCl 0,1 M Endapan :dipanaskan dan Gas :amati Tidak terjadi perubahan ketika sudah dipanaskan 1 ml NaCl 0,5 M + Warna larutan : (Bening) 10 tetes AgNO3 Endapan : Putih Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + Warna larutan : Kuning 1ml K2CrO4 0,1 M susu Endapan : Kuning Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + Warna larutan : Kuning 1 ml K2Cr 2O7 0,1 M bening Endapan : Kuning Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + Warna larutan : Kuning 1 ml HCl 0,1 M + keorangean 1 ml K2CrO4 0,1 M Endapan :-
15. bung pertama : 1 gram CaCO3 + HCl abung kedua : Ba(OH)2
16.
17.
18.
19.
1 ml H2C2O4 0,1 M + 2 tetes H2SO4 + 8 tetes KMnO4 0,05 M 1 ml Fe2+ 0,1 M + 2 tetes H2C2O4 + 3 tetes KMnO4 0,05 M 1 ml CuSO4 0,05 M + ±30 tetes NaOH 1 M
1 ml CuSO4 0,05 M + ± 26 tetes NH4OH 1M 20. ung pertama : 2 ml Fe3+ 0,1 M +2 ml KSCN 0,1 M +1 ml Na3PO4 ung kedua : 2 ml Fe3+ 0,1 M +2 ml KSCN 0,1 M
Gas :Tabung pertama Warna larutan : Putih susu Endapan :Gas :Tabung kedua Warna larutan : (Bening ) Endapan : Putih Gas :Warna larutan : Bening setelah dipanaskan 6 detik Endapan :Gas :Warna larutan : Bening setelah dipanaskan 3 detik Endapan :Gas :Warna larutan : Hijau lumut seperti gel Endapan :Gas :Warna larutan : Biru tua Endapan : Putih Gas :Tabung pertama : Merah kehitaman Endapan :Gas :Tabung kedua : Merah bening Endapan : Merah kehitaman seperti gel Gas :-
(Sumber: Nur Aini Solihat, Kelompok P, Meja 1, 2013) Percobaan reaksi kimia yang telah dilakukan masih memiliki banyak kesalahan. Hasil yang didapat sering kali berbeda dari hasil reaksi yang benar. Kesalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya ketelitian praktikan saat mengguakan pipet. Pipet yang telah dipakai untuk mengambil zat sebelumnya tidak dibersihkan terlebih dahulu saat akan mengambil zat yang lain, sehingga zat sebelumnya tercampur dengan zat lain dan mempengaruhi hasil akhir dari reaksi kimia tersebut. Bila terjadi perbedaan baik itu perubahan warna, endapan, dan tidak adanya endapan, hal itu bisa terjadi karena faktor lingkungan. Faktor lingkungan disekitar seperti tinggi rendahnya suhu ruangan yang mempengaruhi proses kelarutan, takaran yang tidak sesuai ataupun botol larutan yang tidak ditutup kembali itu sangat mempengaruhi reaksi kimia ini. Sehingga ketika kita akan melakukan percobaan kita harus memperhatikan sekali kebersihan dan keadaan lingkungan disekitar kita. Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satua atau lebih senyawa baru. Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para ilmuwan menggunakan cara standar untuk menggambarkan reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia adalah menggunakan lambang kimia untuk menunjukkan apa yang terjadi saat reaksi kimia tersebut berlangsung. Pereaksi ( reaktan ) → Hasil reaksi ( produk ) Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Reaksi kimia adalah perubahan yang melibatkan perubahan sifat fisik zat dengan membentuk zat baru, biasanya melibatkan perubahan sifat fisik seperti, perubahan suhu, perubahan warna, bau, terbentuknya endapan dan timbulnya gelembung gas. (Sutrisno, E,T. Nurminabari, I,S, 2012).
Beberapa dari percobaan reaksi kimia diatas dapat digolongkan menjadi beberapa jenis reaksi, yaitu reaksi asam basa terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Reaksi pengendapan terdapat pada nomor 6, 8, 11, 12, 13, 18 dan19. Reaksi redoks terdapat pada 9, 16 dan 17. Reaksi metatesis terdapat pada nomor 10. Reaksi penguraian terdapat pada nomor 14. Reaksi pembentukan terdapat pada nomor 15. Reaksi kompleks terdapat pada nomor 20. Reaksi Kimia dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah: a.Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-. b.Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius. c.Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry. 2. Reaksi pengendapan adalah reaksi antara zat ion logam yang sukar larut dalam air, sehingga terbentuklah endapan. Untuk mengetahui apakah suatu reaksi terbentuk endapan atau tidak, harus diketahui kelarutan zat yang terjadi. Sebagai contoh beberapa zat yang sukar larut dalam air, yaitu I +, Mg2+, Fe2+, dan Cl-. 3. Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks adalah: 2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq) 4. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua reaksi. AgNo3(ag)→NaCL(a g) →AgCL(p) + NaNO3(ag) 5. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana 2Ag2O(p)→4Ag(p) + O2(9) 6. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa). 2H2 (9) + O2 (9)→ 2H2O (9) CO (9) + 2H2 (9)→ CH3OH (9) 7. Reaksi kompleksometri adalah reaksi ion logam, yaitu kation dengan anion atau molekul netral yang terdiri dari atom pusat dan sejumlah ligan. Pada saat reaksi kimia berlangsung, akan muncul beberapa peristiwa yang menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang mengalami perubahan kimia. Tanda-tanda terjadinya reaksi kimia pada suatu materi dapat diketahui dari beberapa hal berikut ini: 1.Terjadi pembentukan endapan. Hal ini terjadi jika zat baru yang terbentuk tidak larut / sukar larut dalam air. 2.Terjadi pembentukan gas. Hal ini terjadi jika zat baru yang dihasilkan berbentuk gas sehingga menimbulkan gelembunggelembung gas yang seringkali memiliki bau yang khas. 3.Terjadi perubahan warna. Hal ini biasa terjadi jika zat baru yang terbentuk mempunyai warna yang berbeda dengan warna zat semula. 4.Terjadi perubahan suhu. Pada setiap reaksi kimia berlangsung selalunya disertai dengan penyerapan dan pelepasan energi panas (kalor). Jika suhu materi naik, maka terjadi reaksi Eksoterm. Sedangkan jika suhu materi menurun maka terjadi reaksi Endoterm. Laju reaksi atau kecepatan reaksi yang menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: 1. Luas permukaan, untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan luas permukaan dapat menceritakan luas permukaan bola. Berbeda dengan luas permukaan bola, yang dimaksud dengan luas permukaan dalam reaksi kimia adalah luas permukaan zat-zat pereaksi yang bersentuhan untuk menghasilkan reaksi. Dalam reaksi kimai, tidak semua luas permukaan zat yang bereaksi dapat bersentuhan hingga terjadi reaksi, hal ini bergantung pada bentuk partikel zat-zat yang bereaksi. Suatu reaksi dapat saja melibatkan pereaksi dalam bentuk padatan. Luas permukaan zat ini akan berkaitan dengan bidang sentuh zat tersebut.Luas permukaan zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. 2. Konsentrasi Larutan: Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah. Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya. 3. Suhu: Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi. Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata peningkatan suhu juga meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksi semakin cepat. 4. Katalis: Katalis adalah zat yang pada umumnya ditambahkan dalam ke dalam suatu sistem reaksi untuk mempercepat reaksi. Pada akhir reaksi, katalis diperoleh kembali dalam bentuk zat semula. Katalis bekerja dengan cara turut terlibat dalam setiap tahap reaksi, tetapi pada akhir tahap, katalis terbentuk kembali. Jika suatu campuran zat tidak dapat bereaksi, penambahan katalis pun tidak akan membuat reaksi terjadi. Dengan kata lain, katalis tidak dapat memicu reaksi, tetapi hanya membantu reaksi yang berlangsung lambat menjadi lebih cepat. Katalis bekerja secara khusus. Artinya, tidak semua reaksi dapat dipercepat dengan satu macam katalis. Dengan kata lain, katalis bekerja hanya pada satu atau dua macam reaksi, tetapi untuk reaksi yang lain tidak dapat digunakan. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. 5. Molaritas adalah banyaknya mol zat trelarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat dari pada molaritas yang tinggi Aplikasi dalam bidang pangan dapat berguna dan membantu kita dalam menentukan zat yang terdapat di dalam bahan pangan, yang berguna untuk menentukan kadar lemak, protein, kadar karbohidrat, dapat di tentukan dengan reaksi reaksi kimia, dengan adanya perubahan warna, pembentukan gas atau bau, perubahan suhu dan pembentukan endapan. KESIMPULAN Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri adanya reaksi kimia adalah adanya perubahan dari pencampuran dua reaksi atau lebih, baik perubahan warna, suhu, bau, adanya endapan dan adanya gas. Maka dengan hasil percobaan ini kita dapat menuliskan sebuah persamaan reaksi. Reaksi kimia ini digunakan untuk menetukan kandungan zat dalam suatu bahan pangan, menilai kadar mutu pangan. Contoh indikator menilai kandungan zat bahan pangan komponen lemak, protein, karbohidrat, mineral, asam lemak dan gula untuk mengetahui dan menguji yang terjadi pada bahan pangan tersebut. DAFTAR PUSATAKA Brady, E., James, (1999), Kimia Universitas Asas dan Struktur , BinarupaAksara : Jakarta Djulana, D. 2001. Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Akademi analis kesehatan: Bandung Kemdiknas, Pustekkom. 2010. Jenis-jenis Reaksi Kimia. www.kemendik.go.id. diakses: 23 Oktober 2013. Turmala, ElaSutrisno, Dra, M.S.(2010). PenuntunPraktikum Kimia Dasar , UniversitasPasundan : Bandung Yanisestria,(2012), Laporan Praktikum Kimia Analitik, yanisestria.blogspot.comdiakses: 23oktober 2013
LAMPIRAN No Reaksi 1. .1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes phenolphthalein (pp) .1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes metil merah (MM) c.HCl 1 M +
Hasil Reaksi Warna larutan : Ungu Endapan :Gas :Warna larutan : Kuning Endapan :Gas :Warna larutan : (Bening)
1 tetes phenolphthalein (pp) d.HCl 1 M + 1 tetes metil merah (MM) 2. .1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes phenolphthalein (pp) .1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes metil merah (MM) c.1 ml NaOH 2 M + 1 tetes phenolphthalein (pp) d.1 ml NaOH 2 M + 1 tetes metil merah (MM) 3. .1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml HCl 0,1 M (pp) .1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml HCl 0,1 M (mm) 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml CH 3COOH 0,5 M .1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml CH3COOH 0,5 M (mm) 4. .1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M .1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,05 M 5.
6.
7.
8.
a.1 ml K2Cr 2O7 1 M + 1 ml HCl 0,1 M
Endapan :Gas :: Merah muda Endapan :Gas :Warna larutan : (Bening) Endapan :Gas :: Merah muda Endapan :Gas :Warna larutan : (Bening) Endapan :Gas :Warna larutan : Kuning Endapan :Gas :Warna larutan : (Bening) Endapan :Gas :: Merah Endapan :Gas :Warna larutan : (Bening) Endapan :Gas :Warna larutan : Merah Endapan :Gas :: Kuning keemasan Endapan :Gas :: Kuning cerah Endapan :Gas :-
: kuning keemasan Endapan :Gas :b.1 ml K2Cr 2O7 1 M + : kuning cerah 1 ml NaOH 0,05 M Endapan :Gas :1 ml Al2(SO4)3 0,1 M + : putih keruh 5 tetes NaOH 1 M Endapan :Gas :1 ml Al2(SO4)3 + n : putih keruh kental 5 tetes NaOH + Endapan :±30 tetes NH4OH Gas :1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 : Putih keruh
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
tetes Endapan : NaOH 1 M Gas :1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 : putih keruh tetes NaOH 1 M + Endapan : Putih ±30 tetes NH4OH Gas :abung pertama : Tabung pertama 4 ml (NH4)2SO4 + Warna larutan : (Bening) NaOH 1 ml Endapan :abung kedua : Gas :Lakmus merah Tabung kedua : Lakmus merah mnejadi biru 1 ml Pb(NO3)2 0,1 M + Warna larutan : (Bening) 1 ml NaCl 0,1 M Endapan :dipanaskan dan Gas :amati Tidak terjadi perubahan ketika sudah dipanaskan 1 ml NaCl 0,5 M + Warna larutan : Putih 10 tetes AgNO3 Endapan : Putih Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + n : Kuning kental susu 1ml K2CrO4 0,1 M Endapan : Kuning Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + : Kuning tua 1 ml K2Cr 2O7 0,1 M Endapan : Kuning Gas :1 ml BaCl2 0,1 M + : Kuning keemasan 1 ml HCl 0,1 M + Endapan :1 ml K2CrO4 0,1 M Gas :bung pertama : 1 gram Tabung pertama CaCO3 + HCl Warna larutan : Soda abung kedua : Endapan :Ba(OH)2 Gas :Tabung kedua Warna larutan : (Bening ) Endapan : Putih 1 ml H2C2O4 0,1 M + Warna larutan : Bening 2 tetes H2SO4 + setelah dipanaskan 6 detik 8 tetes KMnO4 berubah menjadi warna 0,05 M coklat Endapan : coklat Gas :2+ 1 ml Fe 0,1 M + Warna larutan : coklat tua 2 tetes H2C2O4 + setelah dipanaskan 3 detik 3 tetes KMnO4 Endapan : coklat 0,05 M Gas :1 ml CuSO4 0,05 M + Warna larutan : Biru ±30 tetes Endapan : Hijau NaOH 1 M lumut Gas :1 ml CuSO4 0,05 M + Warna larutan : Biru ± 26 tetes NH4OH Endapan : Putih 1M Gas :-
20. ung pertama : 2 ml Fe3+ 0,1 M +2 ml KSCN 0,1 M +1 ml Na3PO4 ung kedua : 2 ml Fe3+ 0,1 M +2 ml KSCN 0,1 M
Tabung pertama : Merah Endapan : Merah Gas :Tabung kedua arutan : coklat tua kemerahan Endapan : Gas :-
REAKSI-REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS 1. Tujuan percobaan a) Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis b) Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi c) Menulis persamaan reaksi dengan benar d) Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan 2. Pertanyaan prapraktek • Berikan definisi dari istilah -istilah berikut : - Katalis : suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi - Deret elektromatif : suatu deret yang menyatakan susunan unsur-unsur berdasarkan kemampuan mereduksi,dari yang paling kuat ke yang paling lemah - Reaksi eksoterm : reaksi yang melepaskan energi dalam bentuk panas ditandai dengan naiknya suhu - Endapan : zat yang berada di dasar campuran - Produk : hasil reaksi kimia - Pereaksi : zat-zat yang mengalami reaksi • Terangkan arti lambang -lambang berikut : - ∆ : perubahan - WR : energi rata-rata dalam reaksi kimia - (s) : zat dalam bentuk solid - (l) : zat dalambentuk liquid - (aq) : zat dalam bentuk aquos • Berapa kira-kira volome dalam tabung reaksi yangberisi sepersepuluh bagian ? Jawab : misalkan volume tabung reaksi adalah 5 00ml, maka spersepuluh volume tabung tersebut adalah 50ml.
• Apakah warna indikator PP dalam larutan asam ? Jawab : tidak berwarna
• Hitung massa atom Cu dari data : - Bobot cawan penguap + logam M yang tidak diketahui = 45,82gr - Bobot cawan penguap = 45,361 Jawab : massa atom Cu = 45,781 – 45,361 = 0,42 gr
• Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi ? - Oksidasi = peristiwa pelepasan elektron,akibatnya biloks bertambah - Reduksi = pe ristiwa penangkapan elektron, akibatnya biloks berkurang
• Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor ? - Oksidator = zat yang mengalami reduksi, menangkap elektron - Reduktor = zat yang mengalami oksidasi,melepas elektron 3. Landasan Teori Reaksi kimia merupakan reaksi senyawa dalam larutan (air). Perubahan yang terjadi adalah bukti terjadinya reaksi kimia. Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat -sifat kimia dari suatu atau berbagai zat. Perubahan dalam reaksi kimia dapat b erupa perubahan warna, timbulnya panas, timbulnya gas, terjadinya endapan dan sebagainya. Reaksi kimia secara umum dibagi 2, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Pada reaksi redoks terjadi perubahan biloks (bilangan o ksidasi), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Keduanya ini terdapat ke dalam 4 tipe reaksi, yaitu : A. Reaksi Sintetis Reaksi dimana dua atau lebih zat tunggal dalam suatu reaksi kimia (kombinasi, komposisi). • Unsur + Unsur à Seny awa, misal : Fe + S àFeS
• Senyawa + Senyawa à Senyawa yang lebih kompleks, B. Reaksi Dekomposisi Reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk dari suatu zat tunggal. Senyawa à Dua atau lebih zat yang lebih sederhana, C. Reaksi Penggantian Tunggal Reaksi dimana suatru unsur menggantikan unsure lainnya D. Reaksi Penggantian Ganda
Reaksi dimana ion-ion positif dari dua senyawa saling dipertukarkan. Cara teringkas untuk memberikan suatu reaksi kimia adalah dengan menulis suatu persamaan kimia berimbang yang merupakan pernyataan kualitatif maupun kuantitatif mengenai pereaksi yang terlibat. Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya. Menyatakan banyaknya atom-atom dari tiap macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus molekulnya merupakan kelipatan bilangan bulat rumus emperis zat itu yang menyatakan Jumlah minimal yang mungkin dalam perbandingan yang benar atom-atom dari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi yang dijumpai dengan melaus dalam kimia ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi penukargantian sederhana dan reaksi penukargantian rangkap. Hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu p ersamaan kimia berimbang memberikan dasar stoikiometri. Perhitungan stoikiomentri mengharuskan penggunaan bobot atom unsur dan bobot molekul senyawa. Banyaknya suatu hasil reaksi tertentu yang menurut perhitungan akan diperoleh dalam suatu reaksi kimia rendemen teoritis untuk suatu reaksi kimia. Penting untuk mengetahui mana yang merupakan pereaksi pembatas yakni pereaksi yang secara teoritis dapat bereaksi sampai habis, sedangkan pereaksi-pereaksi lain berlebih. (Keenan, 1984) Jika terjadi reaksi kimia, dapat diamati tiga macam perubahan : a. Perubahan Sifat b. Perubahan Susunan c. Perubahan Energi Semua perubahan kimia tentu induk pada hukum pelestarian hukum energi dan hukum p elestarian energi massa. Susunan senyawa kimia tertentu oleh hukum susunan pasti dan hukum perbandingan berada. Azas fundamental yang mendasari semua perubahan kimia merupakan daerah kimia teoritis, korelasi antara konsep unsur dan senyawa dengan keempat hukum tersebut diatas diperoleh dalam Teori Asam Dalton, teori modern pertama mengenai atom dan molekul sebagai partikel fundamental dari zat-zat yang tumbuh dari teori ini antara lain adalah skala, bobot atom relatif unsur-unsur dilarutkan menurut bertambahnya bobot atom, munculnya unsur-unsur secara teratur dengan sifat-sifat tertentu mendorong meddeleu menyusun tabel berkala dari unsur-unsur dan meramalkan adanya beberapa unsur yang belum diketahui. Bayaknya dan dari situ proporsi relatif sebagai atom dalam satuan terkecil senyawa diberikan oleh rumus senyawa, dalam mana d igunakan lambang unsur kimia itu. (Keenan, 1984) Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi red oks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antar a dua system redoks (Rivai, 1995). Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai penurunan bilangan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi negatif (Dogra, 1998). Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi paling mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi reaksi keseluruhan ke dalam dua setengah reaksi. Dalam setengah -reaksi oksidasi atom-atom tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi, dan elektron tampak pada sebelah kanan p ersamaan setengah-reaksi. Dalam setengah reaksi reduksi, bilangan oksidasi dari atom-atom tertentu menurun, dan elektron pada sebelah kiri dari persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keselurahan, jumlah elektron yang sama harus tampak dalam masing-masing persamaan setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan dasar dari persamaan keseimbangan oksidasi-reduksi
(Petrucci, 1985).
4. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan 1) Tabung reaksi 2) Rak tabung reaksi 3) Pipet tetes 4) Selang tabung reaksi 5) Kaca arloji 6) Neraca analitik Bahan 1) HCl 0,1 N 16) CuSO4 0,1 M 2) CH3COOH 0,1 N 17) (NH4)2SO4 3) NaOH 0,1 N 18) Lakmus merah 4) Indikator PP 19) Pb(NO3)2 0,1 M 5) K2CrO4 0,1 M 20) NaCl 0,1 M 6) HCl 1 M 21) AgNO3 0,1 M 7) NaOH 1 M 22) CaCO3 8) K2Cr2O7 0,1 M 23) Ba(OH)2 9) Al2(SO4)3 0,1 M 24) Asam nitrat 10) NH4OH 1 M 25) KI 0 ,1 M 11) BaCl2 0,1 M 26) CHCl3 12) H2C2O4 0,1 N 13) H2SO4 2 M 14) KMnO4 0,1 M 15) Fe2 0,1 M
5. PROSEDUR KERJA 1. a. Ke dalam 2 tabung reaksi masukkan masing-masing tepat 1,0 mL HCl 0,1 N dan larutan CH3COOH 0,1 N. tambahkan masing-masing 1 tetes larutan indicator PP. amati warna larutan -larutan tersebut. b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain masukkan larutan NaOH 0,1 N masing-masing 1 mL. tambahkan pada kedua tabung tersebut masing-masing 1 tetes larutan indicator PP. amati warna larutan tersebut. c. Campurkan kedua asam dengan basa pada nomor 1.a. dan 1.b. Amati perubahan yang terjadi. 2. a. masukkan kedalam 2 tabung reaksi masingmasing 1 mL larutan K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung p ertama tambahkan larutan HCl 1 M. Kocok dan amati. Ke dalam tabung lainnya tambahkan larutan NaOH 1 M. Simpan kedua larutan ini, untuk dibandingkan dengan larutan nomor 2.b. b. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL larutan K2CrO7 0,1 M. Perlakukan seperti pada nomor 2.a. Bandingkan larutan-larutan pada nomor 2.a. dan 2.b. 3. a. Masukkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan tetes demi tetes NaOH 1 M. Perhatikan apa yang terjadi. b. Masukkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 tetes larutan NH4OH 0,1 M dan amati. Tambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M dan amati. Bandingkan dengan nomor 3.a. 4. a. Campurkan 1 mL BaCl2 0,1 M dalam tabung reaksi dengan 1 mL K2CrO4 0,1 M. Amati, simpan untuk dibandingkan dengan nomor 4.b. dan 4.c. b. Ke dalam 1 mL larutan BaCl2 0,1 M tambahkan 1 mL K2CrO4 0,1 M. Amati. c. Ke dalam 1 mL larutan BaCl2 0,1 M tambahkan 1 mL HCl 1 M dan 1 mL K2CrO4 0,1 M.
5. a. Ke dalam campuran 1 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N dan 2 tetes H2SO4 2 M, teteskan larutan KMnO4 0,1 M sambil dikocok. Teteskan terus larutan KMnO4 sampai warnanya tidak hilang lagi. b. Ke dalam campuran 1 mL larutan besi (II) 0,1 M dan 2 tetes H2SO4 0,5 M, teteskan larutan KMnO4 0,1 M sambil di kocok. Bandingkan kecepatan hilangnya warna KMnO4 pada nomor 5.a. dan 5.b. 6. a. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 1 M kedalam 1 mL larutan CuSO4 0,1 M. Tambahkan lagi NaOH sampai berlebihan. b. Ulangi pekerjaan nomor 6.a., tetapi gantilah larutan NaOH dengan larutan NH4OH 1 M. Bandingkan hasil pengamatan nomor 6.a. dan 6.b. 7. Kedalam tabung yang bersaluran, masukkan 4 mL larutan (NH4)2SO4. Tambahkan larutan NaOH. Gas yang terbentuk dikenakan pada kertas lakmus yang telah dibasahi dengan air dan diletakkan di mulut tabung. 8. Campurkan 1 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dengan 1 mL larutan NaCl 0 ,1 M. Amati apa yang terjadi. Panaskan campuran tersebut sambil dikocok. Kemudian campuran didinginkan. Catat pengamatan. 9. Kedalam 1 mL larutan NaCl 0,1 M tambahkan 10 tetes larutan AgNO3 0,1 M. Catat pengamatan (campuran jangan dibuang, kumoulkan ditempat khusus sisa AgNO3). 10. Masukkan ± 1 gram serbuk CaCO3 ke dalam tabung reaksi yang bersaluran. Tambahkan larutan HCl. Gas yang terjadi dialirkan ke dalam tabung lain yang berisis larutan Ba(OH)2 11. Campurkan ke dalam tabung reaksi 1 mL asam nitrat dan 1 mL larutan KI 0,1 M. Amati warna larutan. Tambahkan 1 mL CHCl3 a tau CHCl4 lalu kocok. Diamkan kemudian amati larutan yang terjadi 6. HASIL PERCOBAAN Hasil Percobaan a. Percobaan 1 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. HCl + PP HCl (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), pada campuran tidak terjadi perubahan apapun 2. CH3COOH + PP CH3COOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), pada campuran tidak terjadi perubahan apapun 3. NaOH + PP NaOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), campuran ini menghasilkan warna ungu. 4. NaOH + PP NaOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), campuran ini menghasilkan warna ungu. 5. (NaOH + PP) + (HCl + PP) (NaOH + PP) berwarna ungu + (HCl + PP) tidak berwarna, menghasilkan campuran tidak berwarna, sebab asam kuat bertemu b asa kuat akan menjadi netral. 6. (NaOH + PP) + (CH3COOH + PP) (NaOH + PP) berwarna ungu + (CH3COOH + PP) tidak berwarna, menghasilkan campuran berwarna ungu tua, sebab asam lemah bertemu basa kuat maka konsentrasinya akan basa.
b. Percobaan 2 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. K2CrO4 + HCl K2CrO4 (kuning) + HCl (tidak berwarna) menjadi larutan berwarna orange. 2. K2CrO4 + NaOH K2CrO4 (kuning) + NaOH (tidak berwarna) menjadi larutan berwarna kuning dengan endapan di dasar tabung reaksi. 3. K2Cr2O7 + HCl K2Cr2O7 (orange) + HCl (tidak berwarna) menjadi larutan yang berwarna kuning. 4. K2Cr2O7 + NaOH K2Cr2O7 (orange) + NaOH (tidak berwarna) menjadi larutan yang berwarna kuning. c. Percobaan 3 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. Al2(SO4)3 + NaOH Al2(SO4)3 (tidak berwarna) + NaOH (tidak berwarna menjadi campuran yang tidak berwarna dengan endapan putih di dasar tabung reaksi. 2. Al2(SO4)3 + NH4OH Al2(SO4)3 (tidak berwarna) + NH4OH (tidak berwarna) menjadi campuran yang tidak berwarna dengan endapan putih, pada saat di campur dengan NH4OH berlebih sebanyak 5 tetes, tetap endapan tidak larut. d. Percobaan 4
No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. BaCl2 + K2CrO4 Pada reaksi BaCl2 (tidak berwarna) + K2Cr2O4 (kuning) menghasilkan larutan berwarna kuning keruh 2. BaCl2 + NaOH + K2CrO4 BaCl2 (tidak berwarna) + NaOH (tidak berwarna) mengasilkan larutan berwarna putih dengan endapan di dasar tabung. Kemudian ditambahkan K2CrO4 (kuning) menjadi larutan berwarna kuning dengan endapan di dasar tabung. 3. BaCl2 + HCl + K2CrO4 BaCl2 ditambahkan dengan HCl tetap tidak berwarna, kemudian dimasukkan K2CrO4 maka larutan tersebut menjadi warna orange dengan endapan di dalam tabung. e. Percobaan 5 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. H2C2O4 + H2SO4 + K2MnO4 H2C2O4 tidak berwarna + 2 tetes H2SO4 sebagai katalis + K2MnO4 sebanyak 7 tetes, pada tetes ke 8 warnanya hilang (warna menghilang dalam jangka waktu yang cukup lama) 2. Fe2 + H2SO4 + K2MnO4 Fe22+ + 2 tetes H2SO4 sebagai katalis + K2MnO4 sebanyak 3 tetes pada tetes ke-4 warnanya hilang (warna menghilang dengan cepat) f. Percobaan 6 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. NaOH + CuSO4 NaOH yang tidak berwarna dicampurkan dengan CuSO4 berwarna biru, dan hasil campurannya adalah biru tua dengan endapan. Hasil reaksi di pindahkan sedikit, dan ditambahkan larutan NaOH sehingga endapan akan larut pada tetes ke 19. 2. NH4OH + CuSO4 (NH4)OH dengan CuSO4 berwarna biru, dan hasil campurannya adalah biru tua dengan endapan. Hasil reaksi di pindahkan sedikit, dan ditambahkan larutan (NH4)OH sehingga endapan akan larut pada tetes ke 10. g. Percobaan 7 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. (NH4)2SO4 + NaOH 4 mL larutan (NH4)SO4 + NaOH 2 mL sehingga terbentuk gas NH3 yang diketahui dengan berubahnya warna lakmus merah menjadi biru. h. Percobaan 8 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. Pb(NO3)2 + NaCl Pb(NO3)2 tidak bewarna + 1 mL NaCl tidak berwarna, terbentuk endapan putih dari campuran tersebut. Setelah dipanaskan dan didinginkan maka endapan itu pun hilang. i. Percobaan 9 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. NaCl + AgNO3 NaCl tidak berwarna + AgNO3 tidak berwarna menghasilkan endapan putih pada dasar tabung reaksi.
j. Percobaan 10 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. CaCO3 + HCl CaCO3 + HCl menghasilkan gas (O2 karena bereaksi dengan Ba(OH)2 ditabung yang lain terbentuk endapan putih BaCO3 + H2O. k. Percobaan 11 No Prosedur Pengamatan dan Penjelasan 1. Cl2 + KI + CHCl3 Campuran dari 1 mL asam nitrat dengan 1 mL KI menjadi larutan berwarna orange. Ditambahkan dengan CHCl3 dan dikocok terbentuk 2 larutan yang berwarna ungu (dibawah) dan orange (diatas), dua larutan tersebut tidak menyatu (seperti air dan minyak).
6. Pembahasan a. Percobaan 1 1) Saat HCl (asam kuat) yang berwarna bening dicampurkan dengan indikator PP maka menghasilkan campuran tidak bewarna, demikian juga dengan CH3COOH yang dicampurkan dengan indikator PP maka hasilnya tidak berwarna. 2) NaOH dicampurkan dengan indikator PP berubah warna dari tidak bewarna menjadi ungu, sebab indikator PP akan bereaksi pada basa yang pHnya lebih dari 7. 3) Saat NaOH (dengan indikator PP) dan HCl (dengan indikator PP) di reaksikan, maka warna dari NaOH menjadi hilang, karena asam kuat bertemu dengan basa kuat akan menjadi nertral. Sedangkan, saat NaOH direaksikan dengan CH3COOH akan berubah warna menjadi ungu tua, sebab terjadi reaksi antara basa kuat dengan asam lemah. NaOH + HCl à NaCl + H2O NaOH + CH3COOH à CH3COONa + H2O b. Percobaan 2 1) K2CrO4 (kuning) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) maka hasil reaksinya berwarna orange, sedangkan apabila K2CrO4 direaksikan dengan NaOH maka hasil reaksinya berwarna kuning dengan adanya endapan didasar tabung. 2) K2Cr2O7 (orange) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) maka hasil reaksinya berwarna kuning. Sedangkan saat K2Cr2O7 direaksikan dengan NaOH maka hasil reaksinya menjadi berwarna orange. K2CrO4 + 2HCl à 2KCl + H2CrO4 K2CrO4 + 2NaOH à 2KOH +Na2CrO4 K2Cr2O7 + 2HCl à 2KCl + H2CrO7 K2Cr2O7 + 2NaOH à 2KOH + Na2CrO7 c. Percobaan 3 1) Al2(SO4)3 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna), maka akan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan putih. 2) Al2(SO4)3 (tidak berwarna) direaksikan dengan NH4OH (tidak berwarna), maka akan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan putih. Sedangkan saat ditambahkan dengan NH4OH berlebih sebanyak 5 tetes, maka endapannya larut. Al2(SO4)3 + 6 NH4OH à 2Al(OH)3 + 3(NH4)2SO4 d. Percobaan 4 1) BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan K2CrO4 (kuning) menghasilakn larutan berwarna kuning keruh. 2) BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna) mengahasilkan senyawa dengan endapan putih. Dan pada saat ditambahkan K2CrO4 maka hasil reaksinya terdapat endapan kuning. 3) BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) mengahasilkan larutan tidak berwarna. Dan pada saat ditambahkan K2CrO4 maka hasil reaksinya menjadi berwarna orange dengan endapan. BaCl2 + K2CrO4 à BaCrO4 + 2KCl 2BaCl2 + K2CrO4 + 2NaOH à BaCrO4 + Ba(OH)2 + 2KCl + 2NaCl e. Percobaan 5 1) H2C2O4 direaksikan dengan H2SO4 (sebagai katalis) dan KMnO4 sebanyak 7 tetes, pada saat tetasan ke 8 maka warnanya belum menghilang. Warnanya menghilang dalam jangka waktu yang cukup lama. 2) Fe (II)2+ direaksikan dengan H2SO4 (sebagai katalis) dan KMnO4 sebanyak 3 tetes, pada saat tetasan ke 3 maka warnanya menghilang. Warnanya menghilang dalam jangka waktu yang cepat. f. Percobaan 6 1) NaOH (tidak berwarna) direaksikan dengan CuSO4 (biru) menghasilkan endapan Cu(OH)2 dan NaSO4, saat ditambahkan NaOH berlebih maka endapannya pun larut pada tetesan ke-19. 2) NH4OH (tidak be rwarna) direaksikan dengan CuSO4 (biru) menghasilkan endapan, saat ditambahkan NH4OH
berlebih maka endapannya pun larut pada tetesan ke-10. CuSO4 + NaOH à Cu(OH)2 + Na2SO4 g. Percobaan 7 (NH4)SO4 ditambahkan dengan NaOH sehingga terbentuk gas NH3 yang dapat diketahui dari perubahan kertas lakmus merah menjadi biru.
h. Percobaan 8 Pb(NO3)2 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaCl (tidak berwarna) menghasilkan endapan pada larutan tersebut. Namun pada saat dipanaskan dan didinginkan, makan endapannya menghilang. i. Percobaan 9 NaCl (tidak berwarna direaksikan dengan AgNO3 ( tidak berwarna) menghasilkan larutan dengan endapan putih. NaCl + AgNO3 à NaNO3 + AgCl j. Percobaan 10 CaCO3 yang direaksikan dengan HCl menghasilkan gas CO2 yang bereaksi melalui selang bersaluran dengan Ba(OH)2 yang berada ditabung lain, maka terbentuk endapan BaCO3 dan H2O CaCO3 + HCl à CaCl2 + H2CO3 H2CO3 à CO2 + H2O k. Percobaan 11 Asam nitrat yang dicampurkan dengan KI menjadikan warna larutan berwarna orange. Dan ditambahkan lagi CHCl3. Setelah dikocok maka terbentuk latutan berwarna ungu (dibawah) dan yang berwarna orange (diatas). Larutan tersebut tidak menyatu sepeti minyak dan air karena kerapatan larutan tersebut berbeda. 7. Pertanyaan pasca praktek 1. Buatlah persamaan reaksinya :
a. Cu + ½ O2 → CuO b. Hg(NO3)2 + 2KBr → 2KNO3 + HgBr2 2. Lengkapi persamaan reaksi berikut,bila tidak ada reaksi tulis TR?
a. Hg + Fe(NO3)3 → TR b. Zn + Ni(OH)2 → Zn(OH)2 + Ni
8.KESIMPULAN Dari hasil kegitan praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Reaksi kimia dikatakan berlangsung apabila salah satu hal teramati diantaranya: - Reaksi tersebut menghasilkan gas. - Reaksi tersebut menghasilkan perubahan suhu. - Reaksi tersebut menghasilkan perubahan warna 2. Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi. 3. Reaksi kimia dibagi beberapa jenis diantaranya : - Pembakaran - Penggabungan - Penguraian - Pemindahan Tanggal
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL, 1992. Kimia Untuk Universitas, Jilid 1. Bandung: Erlangga. Petrucci, H. Ralph, Suminar,1989,Kimia Dasar,Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Brady, James E. 1998. Kimia Universitas Asas & Struktur Edisi Kelimi Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta
PERCOBAAN VII Judul : Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia Tujuan : 1. Untuk mempelajari pendesakan 2. Untuk mempelajari reaksi redoks pada sel volta Hari / Tanggal : Sabtu / 1 Desember 2012 : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin
I.
DASAR TEORI Sejumlah reaksi yang mana keadaan oksidasinya berubah, yang disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut sebagai reaksi oksidasi-reduksi atau dengan pendek disebut reaksi redoks. Istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat . Atau dengan kata lain oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom,ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif. Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses ini zat tersebut dioksidasi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas. Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak, karena elektron yang dilepas oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain. Jadi, proses-proses oksidasi dan reduksi berubah menjadi hasil reaksi, contoh :
2 Cl- + MnO2+ 4 H+
Cl2 + Mn2+ + 2 H2O
Reaksi di atas telah memenuhi hukum kekekalan muatan dan hukum kekekalan massa, pada reaksi tersebut pereaksi Cl- mengalami kenaikan bilangan oksidasi menjadi hasil pereaksi Cl2, sedangkan Mn dan MnO2 mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi Mn2+. Pada suatu reaksi redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang mengoksidasi zat lain disebut reduktor. Reaksi redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi atau reaksi autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan oksidasi di antara bilangan oksidasi tertinggi dan terendah yang saling bereak si satu sama lain. Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial elektroda yaitu berdasarkan penentuan percobaan potensial. Antara dua elektroda, bila dibuat suatu hubungan listrik antara dua daerah yang mempunyai rapatan muatan yang berbeda maka muatan listrik akan mengalir dari daerah yang mempunyai rapatan muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang lebih
tinngi menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah. Gabungan dua setengah sel disebut sel elektokimia. Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara tertentu, kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan secara sederhana elektroda saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektroda. Aliran listrik di antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah sel. Hubungan ini disebut jembatan garam. Jembatan garam ini terdiri dari pipa U terbaik yang diisi dengan elektrolit yang menghantarkan listrik seperti kalium klorida, dan disumbat dengan kapas pada kedua ujungnya untuk mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua cairan tanpa mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam selalu dipilih sedemikian rupa sehingga tidak bereaksi dengan masing-masing larutan yang dihubungkan nama alat ini biasa disebut sel Galvani atau Sel Volta. Angka yang biasanya tertera di pengukuran lingkar arus listrik menunjukan perbedaan
potensial di antara dua setengah sel tersebut. Karena perbedaan potensial ini merupakan “daya dorong” elektron, maka sering disebut daya elektromotif (eruf) sel atau potensial sel satuan yang digunakan untuk mengukur potensial listrik adalah Volt, jadi potensial sel disebut juga Voltase Sel. Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel penentuan reaksi sel, dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik sel E0 adalah daya gerak listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu. 1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda katode dikurangi potensial elektroda anode. E0 sel = E0 katode - E0anode Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E0 sel < 0 maka menyatakan reaksi berlangsung tidak spontan. 2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung p ada katode adalah reaksi reduksi. Reaksi sel adalah jumlah dari kedua reaksi ini. Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat dalam deret keaktifan logam yaitu : Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya semakin meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan semakin ke kiri makin mudah untuk dioksidasi. Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda hidrogen baku. Potensial elektroda standar suatu elektroda diberi nilai positif bila elektroda ini lebih positif dari pada elektroda hidrogen standar, dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen standar. Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk menggambarkan sebuah sel. Penulisan ini disebut diagram sel, untuk sel elektrokimia : Zn /│Zn2+ ││Ag+ │ Ag
Berdasarkan konvensi, maka sebelah kiri merupakan elektroda dimana terjadi oksidasi dan disebut anode. Sedangkan kanan merupakan elektroda dimana terjadi reduksi disebut katode. Garis tegak lurus tunggal merupakan batas antara suatu elektroda dan fase lain. Garis tegak lurus ganda menekankan bahwa larutan tersebut dihubungkan oleh jembatan garam. Dengan menghubungkan elektroda dengan sumber energi luar (berupa suatu generator atau baterai timbal), elektroda dapat dibuat mengalir dalam arah yang berlawanan. Dalam reaksi elektrolisis, energi listrik digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan terjadi secara spontan (E sel bernilai negatif). Dalam beberapa hal tegangan yang diperlukan untuk menjalankan reaksi elektroda tertentu dapat melampaui hitungan secara teori, interaksi yang disebut polarisasi mungkin terjadi antara permukaan elektroda yang terdapat direaksi elektrolisis. Hukum Faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan elektroanalisis. Hukum ini digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel elektrolitik dalam pemeriksaan kimia. Sehubungan dengan ini, Faraday merumuskan dua hukum dasar yang dikenal hukum elektrolisis, yaitu : a) Massa zat yang bereaksi pada elektroda sebanding dengan jumlah kelistrikan yang mengalir melalui sel. b) Massa ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda dengan melewatkan sejumlah tertentu muatan listrik melalui sel.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. III.
II. ALAT DAN BAHAN 2.1 Alat Alat yang digunakan: Gelas kimia : 4 buah Spatula : 1 buah Pipet tetes : 1 buah LCD : 1 buah Laptop : 1 buah Gunting : 1 buah 2.2 Bahan Bahan yang digunakan: Larutan CuSO4 Zn Larutan ZnSO4 Cu
PROSEDUR KERJA 3.1 Beberapa Reaksi Redoks 1. Memasukkan 2 ml larutan CuSO4 kedalam gelas kimia, kemudian menambahkan sedikit logam Zn dan mendiamkannya selama beberapa menit. 2. Mencatat apa yang terjadi.
3. Pada tabung yang lain memasukkan logam Cu kedalam gelas kimia yang berisi Larutan ZnSO4 1 M. 4. Mengamati apa yang terjadi. 3.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta 1. Mendengarkan, melihat, mencatat penjelasan asisten dosen tentang sel elektrokimia.
IV.
HASIL PENGAMATAN 4.1 Beberapa Reaksi Redoks No Variabel yang diamati 1 5 ml larutan CuSO4 + sedikit logam Zn. Membiarkannya selama 5 menit.
2
Larutan ZnSO4 1 M sebanyak 5 ml + Logam Cu. Membiarkannya selama 5 menit.
4.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta No Variabel yang diamati
Hasil pengamatan Larutan CuSO4 bewarna biru Logam Zn bewarna abu-abu Ada gas / gelembung Logam Zn berubah warna menjadi abu-abu menjadi hitam lalu menjadi cokelat.
Larutan ZnSO4 bewarna putih bening. Logam Cu bewarna merah bata / cokelat Tidak terjadi reaksi
Hasil pengamatan
1
Anode Logam : Zn Larutan: Zn(NO3)2 1 M. Katode Logam : Ag Larutan : Ag(NO3)2 1 M.
E0 sel = 1,56 V Elektron mengalir dari anode ke katode .
2
Anode Logam : Ag Larutan: Zn(NO3)2 1 M. Katode Logam : Zn Larutan : Ag(NO3)2 1 M.
E0 sel = Elektron tidak mengalir dan tidak terjadi reaksi
V. ANALISIS DATA 5.1 Beberapa Reaksi Redoks Pertama memasukkan logam Zn ke dalam larutan 5 ml CuSO4 1 M, yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia menjadi hangat, dan terdapat endapan di gelas kimia. Pada reaksi kedua yaitu memasukkan logam Cu kedalam larutan 10 ml ZnSO4 1 M
yang berada dalam gelas kimia. Setelah didiamkan beberapa saat, tidak terjadi apa-apa dalam larutan tersebut. Zn yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 akan mengalami reaksi seperti berikut : Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu E0 = 1,1 V Oksidasi
0
+2
+2
0
Reduksi
Reaksi ini termasuk reaksi spontan, karena menurut deret keaktifan logam Cu berada lebih karena dari pada Zn, sehingga dalam reaksi. Cu2+tereduksi menjadi Cu dan Zn lebih kiri mengakibatkan Zn teroksidasi menjadi ionnya yaitu Zn2+. Gelas kimia yang terasa hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya pelepasan elektron dari Zn sehingga Zn menjadi Zn2+ dan penangkapan elektron oleh Cu2+sehingga menjadi Cu dan mengendap. Zn yang berubah warna itu sebenarnya bukan Zn tapi Cu yang berubah dari larutan menjadi padatan (endapan) sedangkan Zn menjadi larutan ZnSO4. Itu dibuktikan dengan endapan berwarna merah bata, warna khas dari tembaga. Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan CuSO4. Dan kalau dilihat dengan kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E0 selnya positif. Logam Cu yang dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4 mengalami reaksi karena potensial reduksi Cu lebih besar daripada Zn. Jadi Cu tidak bisa dioksidasi oleh Zn 2+ menjadi Cu2+ dan Zn2+ tidak bisa direduksi oleh Cu2+menjadi Zn, hal ini juga terlihat dari deret keaktifan logam, Cu lebih mudah direduksi dibandingkan Zn. Agar bisa bereaksi diperlukan energi luar yaitu dengan konsep elektrolisis. Maka nilai E0 selnya adalah negatif. 5.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta Di dalam sel volta diisi logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 yang berperan sebagai anode. Kemudian di katode diisi logam Ag dengan larutan Ag(NO3)2 . Zn yang berperan sebagai anode dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan Zn(NO3)2 dan logam Ag dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Ag2+ yaitu Ag(NO3)2. Bila logam Zn dihubungkan dengan logam Ag melalui kawat penghantar, maka terjadi reaksi. Pada anode logam Zn akan melepas elektron melalui kawat penghantar dan logam Zn teroksidasi menjadi Zn2+ kemudian memasuki larutan. Elektron dari Zn mengalir dari melalui kawat penghantar,dan menuju katode. Di katode, elektron ditangkap oleh ion Ag2+ yang berada di dalam larutan dan mengendap sebagai logam Ag. Jembatan garam memungkinkan cepat berjalannya arus listrik antara keduanya. Tanpa adanya jembatan garam maka larutan akan
menjadi larutan setengah sel, Zn akan kelebihan ion Zn2+dan bermuatan positif. Sedangkan dalam setengah sel Ag akan kekurangan ion Ag2+ dan kelebihan anodanya menumpuk muatan negatif. Dengan demikian arus listrik akan berhenti. Ion negatif dari garam (Cl-) akan menetralkan kelebihan ion positif dalam setengah sel Zn dan ion positif dari garam (Na+) akan menetralkan kelebihan muatan negatif dari setengah sel Ag. E0 sel yang berharga +1,56 V dinyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dan pereaksi ini elektronnya mengalir dari anode ke katode. Diagramnya Zn /Zn2+ //Ag+ /Ag. Apabila kita tukar logam Zn dan larutan Zn(NO3)2 diletakkan di katode dan logam Ag dengan larutan Ag (NO3)2 diletakkan di anode. Maka harga E0selnya akan negatif, yaitu -1,56 V. di karenakan elektron mengalir dari katode ke anode. Sehingga terbaca oleh Voltmeter negatif atau dapat dibuktikan dengan teori yang dinyatakan dalam rumus : E0 Sel = E katode – E anode Di karenakan elektron mengalir dari katode ke anode maka nilai E anode akan lebih besar dari nilai E katode, setelah melalui perhitungan maka nilai E selnya negatif. Sehingga akan lebih sesuai ketika Zn dan larutan Zn(NO3)2 diletakkan di anode sedangkan Ag dan Larutan Ag(NO3)2 diletakkan di katode karena potensial reduksi Zn lebih kecil daripada Ag. Reaksi kimianya adalah : Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e: 2Ag+ (aq) + 2e2Ag(s) + Keseluruhan : Zn (s) + 2Ag (aq) Zn2+ (aq) + 2Ag (s) Sedangkan apabila larutannya dibalik Zn larutannya Ag(NO3)2 dan logam. Ag larutannya Zn (NO3)2 maka elektronnya tidak mengalir sehingga tidak terjadi reaksi. Antara anode dan katode, ion Ag2+ akan masuk ke dalam logam Zn dan Zn akan melepas Zn2+ . dengan kata lain logam Zn bereaksi dengan larutan Ag(NO3)2 sedangkan Ag tidak bereaksi dengan larutannya maka tidak ada elekton yang mengalir melalui kawat, dan maka nilai E0 selnya tidak ada. Reduksi
VI. KESIMPULAN 1. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan larutan Ag(NO3)2 di katode mendapat nilail E0 Sel sebesar + 1,56 V. 2. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di katode dan logam Ag dengan larutan Ag(NO3)2 dianode mendapat nilail E0 Sel sebesar -1,56 V. 3. Logam Zn dengan larutan Ag(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan larutan Zn(NO3)2 di katode tidak terdapat reaksi dan elektron tidak mengalir. VII. DAFTAR PUSTAKA Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. Dosen-dosen Kimia di Perguruan Tinggi Wilayah Barat. 1994. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: ITB. Petrucci, Ralp.H. 1999. Kimia Dasar Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga. Syahmani. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar . Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro 1 & 2 Edisi ke5. Jakarta: Kalman Media Pustaka.