BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dewasa ini, proses pengabungan unit bisnis menjadi hal yang lazim ditemui. Kemudahan teknologi, perjanjian perdagangan bebas, dan motif mencari keuntungan adalah beberapa hal yang lazim melatar belakangi suatu perusahaan untuk melakukan penggabungan. Bentuk penggabungan bisa beraneka ragam seperi joint venture, akuisisi, maupun merger. Aktivitas penggabungan bisnis tersebut tidak hanya berdampak pada kegiatan produksi atau pemasarannya saja, melainkan semua aspek termasuk aspek keuangannya.
Karena terdiri dari beberapa unit perusahaan yang tergabung menjadi satu, pencatatan keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi tidak sama dengan perusahaan yang hanya berdiri sendiri. Pencatatan keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi menjadi lebih rumit dibandinkan dengan perusahaan yang berdiri sendiri. Dalam pencatatan keuangan konsolidasi, dikenal entitas induk (yang mengendalikan) dan entitas anak (yang dikendalikan).
Hal yang membuat mengapa laporan keuangan konsolidasi rumit adalah adanya peraturan yang mengharuskan dibuatnya laporan keuangan konsolidasi bagi unit usaha yang bergabung dan telah memenuhi syarat. Selain adanya peraturan yang mengharuskan adanya laporan keuangan konsolidasi, hal yang membuat pelaporan keuangan ini menjadi rumit adalah pemahaman bahwa entitas induk dan anak adalah berbeda, namun dalam perhitungannya ada akun-akun yang sama yang harus dieliminasi. Adanya kepentingan nonpengendali juga membuat laporan keuangan konsolidasi lebih rumit dibandingkan laporan keuangan perusahaan yang berdiri sendiri.
Pada makalah ini selanjutnya akan dijelaskan lebih detail mengenai apa itu pelaporan keuangan konsolidasi, gabungan usaha yang seperti apa yang harus mengadakan laporan keuangan konsolidasi, serta cara perhitungan laporan keuangan konsolidasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembuatan makalah yang telah dituliskan diatas, maka bisa diintisarikan rumusan masalah dari penulisan makalah ini yang nantinya menjadi pokok bahasan, yaitu:
Apa pengertian dari laporan keuangan konsolidasi?
Apa kegunaan laporan keuangan konsolidasi?
Apa keterbatasan yang ada pada pelaporan keuangan konsolidasi?
Bagaimana konsep dan standar dari pelaporan keuangan konsolidasi ini?
Bagaimana perhitungan laporan konsolidasi jika penguasaaan anak perusahaan 100% atau kurang dari 100% ?
Tujuan Pembahasan
Setelah pokok bahasan dari makalah ini terjawab, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui definisi dari keuangan konsolidasi
Untuk mengetahui manfaat dari dibuatnya laporan keuangan konsolidasi
Untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang ada pada laporan keuangan konsolidasi
Untuk mengetahui konsep dan standar dari laporan keuangan konsolidasi
Untuk mengetahui perhitungan laporan keuangan konsolidasi baik yang kepemilikan 100% maupun kuran dari 100%
BAB II
ISI
PENGERTIAN LAPORAN KONSOLIDASI
Konsolidasi adalah kombinasi bisnis yang terjadi karena pengendalian tidak menyatukan proses entitas-entitas yang bergabung. Masing-masing entitas tetap beroparasi secara terpisah dan independen serta membuat laporan keuangan individu. Akan tetapi, entitas-entitas tersebut berada dalam satu pengendalian yang dilakukan oleh pihak yang bergabung. Entitas pengendali disebut dengan entitas induk dan entitas yang dikendalikan disebut dengan entitas anak. Konsolidasi diharuskan jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain.
Karena entitas-entitas yang bergabung dalam pengendalian tetap beroprasi secara individu, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mensyaratkan disusunnya suatu laporan keuangan gabungan, yang dalam istilah akuntansi disebut laporan keuangan konsolidasi. PSAK 4 revisi 2009 memberi istilah Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai lampiran keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan seperti suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan keuangan konsolidasi wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha.
Laporan keuangan konsolidasi di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 4 revisi 2009, tentang Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri. PSAK 4 ini diadopsi dari Standar Akuntansi Internasional (IAS) 27 tahun 2009, yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 22 Desember 2009. PSAK 4 yang terbit 22 Desember 2009 ini sebagai revisi dari PSAK 4 tanggal 7 September 1994.
Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm's length transaction diantara entitas yang berafiliasi. Dengan persyaratan ini, entitas induk tidak diperkenankan membedakan harga jual atau pembelian produk terhadap entitas anak dan entitas lain yang tidak berafiliasi.
KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Laporan keuangan konsolidasi terutama ditunjukan untuk kepentingan pihak-pihak yang memiliki kepentingan jangka panjang dengan induk perusahaan seperti pemegang saham, kreditur dan penyedia dana. Laporan keuangan konsolidasi seringkali merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumber daya perusahaan hasil gabungan tersebut.
Pemegang saham yang ada dan calon pemegang saham dari induk perusahaan umumnya mempunyai kepentingan paling besar atas laporan keuangan konsolidasi disbanding laporan masing-masing perusahaan secara individu karena nasib induk perusahaan dipengaruhi oleh oprasi dari anak-anak perusahaan. Ketika anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan. Dan sebaliknya, kerugian yang diterima oleh anak perusahaan juga akan berpengaruh kepada induk perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan konsolidasi, pemilik dan calon pemilik lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari manajemen dalam memanfaatkan sumber daya yang berada pada pengendaliannya.
Kreditur jangka panjang dari induk perusahaan juga memperhatikan kegunaan laporan keuangan konsolidasi karena pengaruh oprasional anak perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaan dan masa depan induk perusahaan,relevan untuk pengambilan keputusan kreditur. Walaupun induk perusahaan dan anak perusahaan adalah entitas yang terpisah, kreditur induk perusahaan mempunyai klaim tidak langsung atas asset-aset anak perusahaan.
Manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan untuk informasi terkini baik mengenai oprasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi. Sebagai contoh, anak perusahaan individual dapat mempunyai volatilitas tinggidalam oprasinya, setelah hasiloprasi dan neraca digabung, manager dapat mengetahui pengaruh keseluruhan aktivitas pada periode tersebut. Sebaliknya, informasi mengenai perusahaan-perusahaan individual dalam entitas konsolidasi juga dapat berguna. Contohnya, manajer dapat mengkompensasi kekurangan kas di suatu anak perusahaan dengan kelebihan kas dari anak perusahaan lain tanpa perlu melakukan pinjaman dari luar yang memerlukan biaya tambahan. Manajer induk perusahaan menaruh perhatian kepada laporan keuangan konsolidasi untuk mengevaluasi kinerja dari masing-masing entitas.
KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Walaupun laporan keuangan konsolidasi berguna, tetap harus diingat bahwa laporan keuangan konsolidasi tetap memiliki keterbatasan. Beberapa informasi akan hilang setiap kumpulan data digabungkan. Beberapa keterbatasan dari laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai berikut:
Karena hasil oprasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang dimasukan dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan, maka kinerja atau posisi dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja baik dari perusahaan lainnya.
Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk perusahaan karena sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang belum dibagikan. Begitu pula karena laporan keuangan konsolidasi termasuk asset anak perusahaan, tidak semua asset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden induk perusahaan.
Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan mana pun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang digabungkan dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang siklus oprasi dari perusahan-perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan piutang dari panjang periode yang sama diklasifikasikan berbeda.
Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan yang termasuk dalam konsolidasi sering sekali diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi tambahan pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI: KONSEP DAN STANDAR
Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian
Satu-satunya kriteria paling penting untuk menentukan apakah individual perusahaan harus dikonsolidasi adalah pengendalian. PSAK 4 menyatakan bahwa laporan keuangan konsolidasi biasanya diterapkan untuk sekelompok perusahaan ketika salah satunya memiliki pengendalian atas kepentingan keuangan di perusahaan lainnya. Dinyatakan juga bahwa kondisi umum untuk pengendalian atas kepentingan keuangan adalah kepemilikan berhak suara mayoritas. Dalam praktiknya, pengendalian ditentukan dari proporsi saham berhak suara perusahaan yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan lain.
Pengendalian Tidak Langsung
Pandangan tradisional mengenai pengendalian terdiri dari pengendalian langsung dan tidak langsung. Pengendalian langsung (direct control) biasanya terjadi jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham biasa perusahaan lain. Pengendalian tidak langsung (indirect control) atau bentuk piramida terjadi jika saham biasa suatu perusahaan dimiliki oleh satu atau lebih perusahaan yang semuanya dalam pengendalian bersama.
PPPPContoh dari pengendalian tidak langsung dari PT Z oleh PT P termasuk situasi kepemilikan sebagai berikut:
P
P
P
P
80%80%PP
80%
80%
P
P
30%30%80%80%90%90%15%15%15%15%(1)(1)(2)(2)(3)(3)XXWWZZYY30%30%40%40%70%70%90%90%ZZ80%80%60%60%YYXXXXZZ
30%
30%
80%
80%
90%
90%
15%
15%
15%
15%
(1)
(1)
(2)
(2)
(3)
(3)
X
X
W
W
Z
Z
Y
Y
30%
30%
40%
40%
70%
70%
90%
90%
Z
Z
80%
80%
60%
60%
Y
Y
X
X
X
X
Z
Z
Di (1), P memiliki 80% X, yang memiliki 60% Z.
Di (2), P memiliki 90% X dan 70% Y; X memiliki 40% Z dan Y memiliki 30% Z.
Di (3), P memiliki 90% X dan 80%Y; X memiliki 80% W dan 30% Z; Y memiliki 15% Z; dan W memiliki 15% Z.
Pada masing-masing situasi, pengendalian P atas Z bersifat tidak langsung karena P memperoleh pengendalian tersebut dengan mengendalikan perusahaan-perusahaan lain yang mengendalikan Z.
Kemampuan Untuk Memiliki Pengendalian
Dalam situasi tertentu, pemegang saham mayoritas anak perusahaan mungkin tidak mampu untuk mempunyai kendali walaupun mereka mempunyai lebih dari 50% saham berhak suara yang beredar. Hal ini bisa terjadi, sebagai contohnya, jika anak perusahaan dalam kondisi reorganisasi legal atau dalam kepailitan; walaupun induk perusahaan memiliki kepemilikan mayoritas, pengendalian ada pada peradilan atau trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.
Begitupula jika anak perusahaan berada di Negara lain dan Negara tersebut memberikan batasan pada anak perusahaan yang mencegah pengambilan laba atau asset ke induk perusahaan, konsolidasi dari anak perusahaan tersebut tidak sesuai karena ketidakmampuan induk perusahaan untuk mengendalikan aspek penting dari oprasi anak perusahaan.
Perbedaan Periode Fiskal
Perbedaan periode fisal dari induk perusahaan dan anak perusahaan tidak menyebabkan konsolidasi tidak diterapkan atas anak perusahaan tersebut. Sering terjadi periode fiskal anak perusahaan, jika berbeda dengan induk perusahaan, diubah untuk disamakan dengan periode fiskal induk perusahaan. Baik Bapepam maupun standar akuntansi yang berlaku memperbolehkan konsolidasi dari laporan keuangan anak perusahaan tanpa menyesuaikan periode fiskal anak perusahaan jika periode fiskal tersebut tidak berbeda lebih dari tiga bulan dari periode fiskal induk perusahaan dan jika dilakukan pengakuan terhadap kejadian-kejadian yang mempunyai pengaruh material terhadap posisi keuangan atau hasil oprasi.
PROSEDUR KONSOLIDASI
a. Transaksi Antar Perusahaan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas anak yang dalam oprasi sehari-hari adalah entitas yang terpisah. Pengendalian entitas induk atas entitas anak menyebabkan oprasi entitas anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak hal. Dengan demikian banyak terjadi transaksi bisnis diantara kedua entitas tersebut. Setiap transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau sebaliknya , atau transaksi yang dilakukan entitas anak dengan entitas anak lainnya dalam hubungan entitas induk-anak, disebut dengan transaksi antar perusahaan.
Contoh transaksi antar perusahaan seperti transaksi penjualan barang dari entitas induk ke entitas anak akan menyebabkan akun penjualan pada induk dan akun pembelian pada anak perusahaan. Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam penyusunan laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan anak adalah satu,, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi dengan anak, hal itu berarti melakukan transaksi dengan diri sendiri. Laporan keuangan konsolidasi tidak mengakui transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut hanya sebagai pemindahan (transfer) asset saja. Oleh karena itu dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi, transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya mengakui transaksi dengan pihak-pihak diluar hubungan induk-anak. Entitas lain diluar hubungan induk-anak selanjutnya disebut entitas eksternal.
c. Kepentingan Nonpengendali
Laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban suatu entitas manakala entitas tersebut memiliki hak pengendali dalam entitas lain. Kepemiikan suara diatas 50% merupakan salah satu ciri adanya pengendalian yang mewajibkan entitas induk menyusun laporan konsolidasi. Apabila entitas anak berbentu perseroan terbatas (PT), kepemilikan saham menjadi indikasi suara. Kepemilikan saham 100% entitas anak dalam kondisi normal akan memberikan hak pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun pemilikan entitas induk terhadap saham biasa entitas anak kurang dari 100%, entitas induk tetap memiliki pengendalian atas entitas anak jika terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus dibagikan hak-nya. Inilah yang disebut dengan kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh undang-undang. UU No. 40 tahun 2007 menyebutkan Kepentingan Nonpengendali dengan pemilik saham minoritas. Pemilik saham minoritas diberi hak menjual sahamnya dengan harga wajar apabila tidak menyetujui penggabungan, peleburan, atau pengambil alihan yang dilakukan.
PSAK revisi tahun 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai ekuitas entitas anak yang tidak dapat didistribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada entitas induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009 mensyaratkan kepentingan nonpengendali atas laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi selama periode pelaporan diidentifikasi secara terpisah dari laporan konsolidasi. Kepentingan nonpengendali atas asset neto (ekuitas) terdiri dari:
Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis awal.
Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal kombinasi bisnis.
Kepentingan non pengendali disajikan dibagian ekuitas dalam lapran posisi keuangan konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.
Modal Saham Biasa Rp 7.500.000 Laba Ditahan 5.000.000 Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12.500.000 Modal Saham Biasa Rp 7.500.000 Laba Ditahan 5.000.000 Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12.500.000Contohnya, PT A mengakuisis saham biasa PT B pada harga yang sama dengan nilai bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang saham PT B saat itu terdiri dari:
Modal Saham Biasa Rp 7.500.000
Laba Ditahan 5.000.000
Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12.500.000
Modal Saham Biasa Rp 7.500.000
Laba Ditahan 5.000.000
Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12.500.000
Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh samah PT B (100%), maka PT A memiliki pengendalian penuh atas PT B. Hal tersebut juga berarti bahwa tidak ada Kepentingan Nonpengendali dalam PT B.
Apabila PT A mengakuisis 90% saham PT B, sekalipun PT A bisa mengendalikan PT B tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang tidak dikuaisai PT A. Kekayaan PT B yang dimiliki PT A akibat akuisisi tersebut hanya sebesar 90% dari total kekayaan PT B atau sebesar 90% x Rp 12.500.000 = Rp 11.250.000. Jadi kekayaan nonpengendali adalah 10% x Rp 12.500.000 = Rp1.250.000
Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp 1.000.000, sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 600.000. Pengumuman laba akan menambah kekayaan entitas induk sebesar 90% dari laba tersebut yakni Rp 900.000. Sedangkan 10% dari laba tersebut menjadi laba kepentingan nonpengendali, yakni Rp 100.000. Dividen yang diumumkan PT B juga dialokasikan sebesar 10% untuk kepentingan non pengendali yang mengurangi kekayaan kepentingan nonpengendali sebesar 10% x 600.000 = Rp 60.000. Dengan demikian perhitungan kepentingan nonpengendali pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Kepentingan Nonpengendali 31/12/2011 Rp. 1.250.000 Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 100.000 Dividen (60.000) Kekayaan kepentingan nonpengendali 31/12/2012 Rp. 1.290.000 Kepentingan Nonpengendali 31/12/2011 Rp. 1.250.000 Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 100.000 Dividen (60.000) Kekayaan kepentingan nonpengendali 31/12/2012 Rp. 1.290.000
Kepentingan Nonpengendali 31/12/2011 Rp. 1.250.000
Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 100.000
Dividen (60.000)
Kekayaan kepentingan nonpengendali 31/12/2012 Rp. 1.290.000
Kepentingan Nonpengendali 31/12/2011 Rp. 1.250.000
Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 100.000
Dividen (60.000)
Kekayaan kepentingan nonpengendali 31/12/2012 Rp. 1.290.000
c. Prosedur Penyusunan Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkan laporan keuangan entitas induk dan laporan keuangan entitas anak. Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, setiap akun antarperusahaan harus dieliminasi karena entitas induk dan anak dianggap satu.. Karena itu, prosedur penyusunan laporan konsolidasi menjadi sebagai berikut:
Laporan Konsolidasi = Laporan entitas induk + Laporan entitas anak – Akun antar perusahaan
Laporan konsolidasi berasal dari penggabungan saldo akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak. Kas konsolidasi disajikan dengan menjumlahkan kas induk dank as anak. Piutang konsolidasi disajikan dari hasil penjumlahan piutang induk serta anak dan apabila terdapat piutang antar peruahaan, jumlah piutang antar perusahaan tersebut dikurangi sehingga diperoleh piutang konsolidasi yang mencerminkan bahwa entitas induk dan anak adalah satu.
Peraga 3-1 menyajikan contoh laporan keuangan PT A dan entitas anak PT B yang dikuasai 100% per 31 Desember 2011. Penyusunan laporan konsolidasi akan menjadi lebih akurat apabila akun antar perusahaan diperhitungkan dahulu, baru kemudian dilakukan konsolidasi akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.
Tahap-tahap pengkonsolidasian akun-akun laporan keuangan entitas induk sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
Penyusunan jurnal eliminasi atas akun-akun antar perusahaan.
Penjumlahan akun-akun entitas induk dan entitas anak yang sama, misalnya kas entitas induk dank as entitas anak, utang entitas induk dengen utang entitas anak, dan seterusnya.
Penjumlahan No.2 dikurangi dengangan No.1 atas akun-akun sejenis.
Penyajian akun-akun hasil konsolidasi dalam laporan keuangan konsolidasi berdasar ketentuan yang berlaku.
Akun antarperusahaan dalam penyusunan neraca konsolidasi PT A dan PT B ditelusuri untuk dieliminasi sebagai berikut:
Utang Usaha Rp3.000.000 Piutang Usaha Rp3.000.000 Utang Usaha Rp3.000.000 Piutang Usaha Rp3.000.000Akun piutang entitas induk dan akun utang entitas anak sebesar Rp3.000.000 merupakan akun antar perusahaan. Eliminasi utang-piutang antar perusahaan dilakukan dengan prosedur akuntansi, yakni dengan membalikan dari saldo normal. Utang dieliminasi dengan mendebet dan piutang dieliminasi dengen mengkredit sebesar saldo yang dimaksud. Ayat jurnal eliminasinya adalah:
Utang Usaha Rp3.000.000
Piutang Usaha Rp3.000.000
Utang Usaha Rp3.000.000
Piutang Usaha Rp3.000.000
Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak
Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun "investasi dalam saham entitas anak" milik entitas induk berkaitan dengan akun "modal pemegang saham" entitas anak. Saldo normal investasi adalah debet sehinggan akun tersebut harus dieliminasi dengan mengkredit. Dalam perusahaan yang berbentuk PT, kekayaan pemegang saham terdiri dari modal saham dan laba untuk pemegang saham, yakni laba ditahan. Modal saham dalam neraca harus disajikan pada nilai nominalnya. Apabila pada penjualan perdaha harga saham yang dijual ditetapkan diatas nilai nominalnya, maka selisih harga jual dengan nilai nominal disajikan dalam akun aigo saham. JAdi kekayaan pemegang saham melibatkan akun: modal saham, laba ditahan dan aigo saham.
Penguasaaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam investasi tersebut adalah 100% sehingga seluruh kekyaaan pemegang saham PT B dimiliki oleh PT A. Pada bagian sebelumnya dijelaskan jika nilai investasi adalah sebesar Rp12.500.000. Karena itu, eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet komponen kekayaan entitas anak dan mengkredit akun investasi dalam saham entitas anak. Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Modal Saham 7.500.000 Laba ditahan 5.000.000 Investasi dalam saham entitas anak 12.500.000 Modal Saham 7.500.000 Laba ditahan 5.000.000 Investasi dalam saham entitas anak 12.500.000
Modal Saham 7.500.000
Laba ditahan 5.000.000
Investasi dalam saham entitas anak 12.500.000
Modal Saham 7.500.000
Laba ditahan 5.000.000
Investasi dalam saham entitas anak 12.500.000
Berdasarkan jurnal eliminasi tersebut akun-akun neraca konsolidasi dihitung seperti diperlihatkan dalam peraga 3-2
Akun-akun laporan keuangan yang telah dikonsolidasi tersaji dalam bentuk laporan keuangan konsolidasi pada peraga 3-3.
Neraca Konsolidasi atas Entitas Anak yang Dikuasai Kurang dari 100%
Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang sesuai dengan nilai bukunya. Jadi, kekayaan entitas anak yang dibeli entitas induk adalah 90% x Rp12.500.000 = Rp11.250.000. Karena itu, nilai investasi adalah Rp11.250.000 atau sebesar nilai buku yang diterima. Peraga 3-4 menyajikan pengkonsolidasian akun-akun.
Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah:
Jurnal Eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha
Utang Usaha 3.000.000 Piutang Usaha 3.000.000 Utang Usaha 3.000.000 Piutang Usaha 3.000.000Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang-piutang antar perusahaan tanpa memandang presentase kepemilikan, tetapi didasarkan pada adanya pengendalian yang memandang entitas anak dan entitas induk adalah satu. Jurnalnya sebagai berikut:
Utang Usaha 3.000.000
Piutang Usaha 3.000.000
Utang Usaha 3.000.000
Piutang Usaha 3.000.000
Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas Anak
Penguasaaan entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi tersebut adalah 90%, sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk adalah 90% x Rp12.500.000 = Rp.11.250.000. Jadi, eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet kekayaan entitas anak yang meliputi akun modal saham dan laba ditahan dari unsur-unsur kekayaan anak sebesar 90% dan mengkredit akun invetasi dalam saham anak dengan jurnal:
Modal Saham (90% x 7.500.000) 6.750.000 Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 4.500.000 Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000 Modal Saham (90% x 7.500.000) 6.750.000 Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 4.500.000 Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000
Modal Saham (90% x 7.500.000) 6.750.000
Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 4.500.000
Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000
Modal Saham (90% x 7.500.000) 6.750.000
Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 4.500.000
Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000
Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi entitas induk karena entitas anak hanya dikuasai 90%, sehingga hanya ada 10% pemegang saham non pengendali dalam PT B. Jumlah kepentingan nonpengendali ini adalah 10% x 12.500.000 = Rp11.250.000. Jurnal eliminasi dapat dibuat sebagai berikut:
Modal Saham 7.500.000 Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 5.000.000 Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000 Kepentingan nonpengendali 1.250.000 Modal Saham 7.500.000 Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 5.000.000 Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000 Kepentingan nonpengendali 1.250.000
Modal Saham 7.500.000
Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 5.000.000
Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000
Kepentingan nonpengendali 1.250.000
Modal Saham 7.500.000
Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 5.000.000
Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000
Kepentingan nonpengendali 1.250.000
Neraca konsolidasi PT A dan PT B per 31 Desember 2011 disajikan pada peraga 3-5.
BAB III
PENUTUP
Laporan keuangan konsolidasi adalah lampiran keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan seperti suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan keuangan konsolidasi wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha. Laporan keuangan konsolidasi di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 4 revisi 2009, tentang Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri. Laporan keuangan konsolidasi pada umunya digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki keperluan jangka panjang dengan induk perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi bisa memberikan gambaran keseluruhan mengenai suatu gabungan bisnis. Laporan keuangan konsolidasi juga bisa dijadikan evaluasi kinerja oleh manager terkait. Walaupun memiliki kegunaan yang banyak, bukan berarti laporan keuangan konsolidasi tidak memiliki kekurangan. Kekurangan laporan keuangan konsolidasi ialah tidak bisa memberikan gambaran yang detail mengenai satu entitas yang bergabung dalam gabungan bisnis karena laporan yang ada bersifat keseluruhan. Selain itu, kinerja buruk dari satu entitas anak perusahaan bisa ditutupi dengan kinerja baik dari entitas anak perusahaan yang lain. Secara umu, rumus perhitungan laporan keuangan konsolidasi adalah "Laporan Konsolidasi = Laporan entitas induk + Laporan entitas anak – Akun antar perusahaan." Perhitungan laporan keuangan konsolidasi terdiri dari beberapa tahap yaitu: (1) Penyusunan jurnal eliminasi atas akun-akun antar perusahaan, (2) Penjumlahan akun-akun entitas induk dan entitas anak yang sama, misalnya kas entitas induk dank as entitas anak, utang entitas induk dengen utang entitas anak, dan seterusnya. (3) Penjumlahan No.2 dikurangi dengangan No.1 atas akun-akun sejenis. (4) Penyajian akun-akun hasil konsolidasi dalam laporan keuangan konsolidasi berdasar ketentuan yang berlaku.
Daftar Pustaka
Karyawati, Glorida. 2011. Akuntansi Keuangan Edisi IFRS.
Jakarta : Penerbit Erlangga
E. Baker, Richard, dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan
(Perspektif Indonesia). Jakarta: Salemba Empat
R. Boatsman, James.1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan
Jakarta: Penerbit Erlangga