LAPORAN KEGIATAN IMUNISASI PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (P2M) PUSKESMAS OEPOI
Jeane A. C. Wolagole, S.Ked 1308012040
KEPANITERAAN KLINIK STASE IKM-IKKOM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA PUSKESMAS OEPOI KUPANG 2017
LAPORAN KEGIATAN IMUNISASI PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (P2M) PUSKESMAS OEPOI
Jeane A. C. Wolagole, S.Ked 1308012040
1.
PENDAHULUAN Tingginya angka penyakit infeksi menjadikannya sebagai salah satu beban
utama dalam bidang kesehatan Indonesia. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakt menular yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistim imun tubuh untuk membentuk antibodi sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan penyakit.(1,2) Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberian imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraannya termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.(2,3) Setiap Negara mempunyai program imunisasi yang berbeda, tergantung dari prioritas dan keadaan kesehatan di tiap Negara. Di Indonesia, program imunisasi mewajibkan setiap bayi (0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak.(2,3) 2.
LAPORAN KEGIATAN
2.1
Imunisasi Polio
2.1.1 Pendahuluan Piliomyelitis adalah penyakit menular, disebabkan oleh infeksi virus polio, terutama menyerang pada anak-anak dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Pencegahan dan pemberantasan virus polio sangat mudah karena sudah ada vaksin yang sangat bagus dan efektif, yaitu vaksin polio oral (VPO) dan vaksin polio suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV). Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian empat minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui oral. 2.1.2 Jadwal dan Cara Pemberian 1. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio
oral
diberikan
saat
bayi
dipulangkan
(untuk
menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain). 2. Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, yaitu pada umur lebih dari 6 minggu. 3. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, yaitu pada umur 16 minggu 4. Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, yaitu pada umur 6 bulan 5. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, yaitu pada umur 18 bulan 6. Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5, yaitu pada umur 5 tahun Cara pemberian imunisasi polio bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang digunakan adalah OPV, karena lebih aman. OPV diberikan dengan meneteskan
vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi polio diberikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu. 2.1.3 Efek Samping Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. 2.1.4 Tingkat Kekebalan Dapat mencapail hingga 90%. Pemberian imunisasi polio untuk memutus rantai penularan virus polio. 2.1.5 Kontra Indikasi Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 380C), muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 2.1.6 Jenis Vaksin Polio a. Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk menggunakan IPV.
b. Oral Polio Vaccine (OPV) Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2, dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari atau selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. 2.1.9 Pelaksanaan Kegiatan -
Waktu
: Kamis, 18 Mei 2017
-
Tempat
: Puskesmas Oepoi
-
Pendamping
: Ibu Sonya
-
Pasien
:
Nama
: An. AW
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
-
Alamat
-
Dokumentasi
: 3 bulan : Oebufu :
Pemberian Imunisasi Polio
2.2
Imunisasi Campak
2.2.1 Pendahuluan Campak (rubeola, measles) disebabkan oleh paramyxovirus yang menyerang traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar melalui darah. Campak adalah penyakit yang endemis dibeberapa belahan dunia dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta kematian setiap tahunnya. Campak sangat berbahaya bila mengenai anak dengan gizi kurang atau sedang menderita satu penyakit lainnya. Virus campakdapat menyerang sistim pernapasan dan sistim kekebalan, sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai infeksi lainnya, seperti pneumonia dan diare. Anak dengan sistim
2.2
Imunisasi Campak
2.2.1 Pendahuluan Campak (rubeola, measles) disebabkan oleh paramyxovirus yang menyerang traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar melalui darah. Campak adalah penyakit yang endemis dibeberapa belahan dunia dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta kematian setiap tahunnya. Campak sangat berbahaya bila mengenai anak dengan gizi kurang atau sedang menderita satu penyakit lainnya. Virus campakdapat menyerang sistim pernapasan dan sistim kekebalan, sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai infeksi lainnya, seperti pneumonia dan diare. Anak dengan sistim imun yang rendah (misalnya anak yang mendapat pengobatan kanker, penderita HIV) rentan terhadap penyakit campak dan mempertinggi ancaman terhadap kesehatan mereka. Keberadaan penyakit campak di satu wilayah, dapat diasumsikan sebagai pertanda kurang optimalnya sistim pelayanan kesehatan. Maneifestasi klinis yang dapat ditemui adalah batuk, pilek, konjungtivitis, dan koplik spot (bintik putih keabuan, dimukosa bukal dan mudah berdarah). Vaksin campak dianjurkan diberikan pada usia 9 bulan dan pengulangan pada sat masuk sekolah dasar (5-6 tahun). 2.2.2 Teknik Pemberian
Sebelum disuntikkan vaksin campak harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut yang telah tersedia pada kemasan. Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, disuntikkan pada lengan atas. 2.2.3 Pelaksanaan Kegiatan -
Waktu
: Kamis, 18 Mei 2017
-
Tempat
: Puskesmas Oepoi
-
Pendamping
: Ibu Sonya
-
Pasien
Nama
: An. W. N.
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 10 bulan
Alamat
: Kayu Putih
-
Dokumentasi
Gambar Penyuntikan Imunisasi Campak
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Penyakit Dalam. 2014. Jakarta: Interna Publishing. 2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Imunisasi di Indonesia. 2016. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No, 42 Tahun 2013. Penyelenggaraan Imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Penyakit Dalam. 2014. Jakarta: Interna Publishing. 2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Imunisasi di Indonesia. 2016. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No, 42 Tahun 2013. Penyelenggaraan Imunisasi.