Laporan Kasus
T E N SI SI ON T YP Y P E H E A D A CH CH E
Disusun oleh: Maya Chandra Dita, S.Ked
04084821618178
Monica Trifitriana , S.Ked
04084821719206
Pembimbing: dr. Lidya Aprilina, Sp.S
DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
TENSION TYPE HEADACHE
Oleh: Maya Chandra Dita, S.Ked Monica Trifitriana , S.Ked
04084821618178 04084821719206
Pembimbing: dr. Lidya Aprilina, Sp.S Telah diterima sebagai syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik periode 19 Juni – Juni – 24 24 Juli 2017 di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang, Juni 2017
dr. Lidya Aprilina, Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Tension Type Headache”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Departemen Neurologi RSMH Palembang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Lidya Aprilina, Sp.S. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Palembang, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................... ...................................... 1 HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ 2 KATA PENGANTAR ............................................. ...................................... 3 DAFTAR ISI ................................................... ............................................... 4 BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 5
BAB II
STATUS PASIEN ........................................................................... 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 22 BAB IV ANALISA KASUS ..................................................... ................... 41 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 44
BAB I PENDAHULUAN
Headache dapat menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan, aktivitas sosial dan kapasitas kerja. Hal ini berakibat pada penurunan derajat kualitas hidup. Headache terbagi menjadi beberapa tipe yaitu simple headache, migrain, tension-type headache dan cluster headache. Di dalam literatur kedokteran, tension-type headache (TTH) memiliki multisinonimi, seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit kepala tegang otot, nyeri kepala tegang otot. Tension type headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache, stress headache, essential headache, idiopathic headache dan psycogenic headache, merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka terhadap analgesik. Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala berulang yang berhubungan dengan gangguan pada otot (muscular).1 Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/ squeezing ), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia. TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 2530 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan untuk menderita nyeri kepala ini adalah 3:1.7 Tension type headache perlu mendapatkan perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat mengganggu aktivitas keseharian dari penderita.
BAB II STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
: Mansyur Ali
Tanggal Lahir
: 20 Oktober 1954
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kompleks Kenten Indah Blok F no. 7
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 25 Juni 2017, pukul 12.15 WIB
No. RM/Register
: 778875/RD17011481
ANAMNESIS
Pasien a.n Mansyur Ali/ 62 thn/ laki-laki dirawat di PDL dengan Hipertensi stage 2 dan sefalgia dikonsulkan ke bagian neurologi karena sefalgia. Sejak ± 2 bulan yang lalu, penderita mengalami nyeri yang dirasakan seperti rasa terikat didaerah dahi dan tengkuk. Nyeri awalnya dirasakan di kepala bagian belakang dan menyebar ke kepala bagian depan. Durasi nyeri dirasakan tidak tentu dengan frekuensi 3-4 kali seminggu. Nyeri yang muncul bersifat ringan kemudian bertambah hebat. Nyeri tidak hilang dengan penderita beristirahat. Nyeri yang timbul lebih sering dirasakan saat penderita sedang banyak pikiran dan sudah mulai 2 bulan ini penderita tampak cemas bila tekanan darahnya tinggi. Nyeri kepala berkurang ketika penderita mengonsumsi obat penghilang nyeri. Nyeri kepala dirasakan tidak berdenyut. Nyeri kepala tidak disertai mual dan muntah, tidak disertai pandangan mata kabur, mata silau, atau pandangan ganda, dan tidak disertai keluhan telinga berdenging. Tidak ada keluhan penurunan kesadaran, kelumpuhan sesisi tubuh, mulut mengot dan bicara pelo, dan gangguan sensibilitas. Penderita memiliki riwayat darah tinggi (7 tahun), rutin minum obat amoldipin, kencing manis tidak ada, dan riwayat trauma pada kepala tidak ada. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Penyakit ini diderita untuk kesekian kalinya. Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang sama dan hanya mengonsumsi paracetamol 3 x 500 mg tablet perhari saat serangan muncul.
III.
PEMERIKSAAN FISIK 25 JUNI 2017 Status Internus
Kesadaran
: GCS = 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah
: 180/110 mmHg
Nadi
: 76 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu Badan
: 36,6º C
Pernapasan
: 20 kali/menit
Berat Badan
: 64 kg
Tinggi Badan
: 163 cm
IMT
: 24,01 kg/m2
Jantung
: HR = 76 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
: Vesikuler normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Datar, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Anggota Gerak
: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema pretibia (-/-)
Genitalia
: Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: kooperatif
Ekspresi Muka : normal
Perhatian
: normal
Kontak Psikik : normal
Status Neurologikus
KEPALA Bentuk
: Normocephali
Deformitas
: tidak ada
Ukuran
: normal
Fraktur
: tidak ada
Simetris
: simetris
Nyeri fraktur
: tidak ada
Hematom
: tidak ada
Pembuluh darah
: tidak ada pelebaran
Tumor
: tidak ada
Pulsasi
: tidak ada kelainan
LEHER Sikap
: lurus
Deformitas
: tidak ada
Torticolis
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Pembuluh darah
: tidak ada kelainan
Nervus Cranialis Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Subjektif
+
+
Objektif dengan teh
+N
+N
+N
+N
Tajam Penglihatan
+N
+N
Lapangan Pandang
+N
+N
Melihat Warna
+N
+N
+N
+N
+N
+N
Membuka mulut
+N
+N
Mengunyah
+N
+N
Menggigit
+N
+N
Refleks kernig
+N
+N
Sensibilitas muka
+N
+N
+N
+N
Mengerut dahi
+N
+N
Menutup mata
+N
+N
Memperlihatkan gigi
+N
+N
Bersiul
+N
+N
Perasaan lidah
+N
+N
Perasaan muka Dahi Pipi Dagu
+N +N +N
+N +N +N
N. Olfaktorius
Dengan kopi N Optikus
N. Occulomotorius
Refleks cahaya N. Trochlearis
Pergerakan mata (kebawah-keluar) N. Trigeminus
N. Abducens
Pergerakan mata ke lateral N. Fasialis
N. Vestibulococchlearis
Detik arloji
+N
+N
Suara berbisik
+N
+N
+N
+N
Bicara
+N
+N
Menelan
+N
+N
Nadi
+N
+N
Mengangkat bahu
+N
+N
Memalingkan kepala
+N
+N
Pergerakan lidah
+N
+N
Tremor lidah
+N
+N
Artikulasi
+N
+N
N. Glosopharingeus
Perasaan lidah bagian belakang N. Vagus
N. Accesorius
N. Hipoglossus
MOTORIK Anggota Gerak Atas (Lengan) Kanan
Kiri
Pergerakan
C
C
Kekuatan
5
5
Tonus
N
N
Biceps
N
N
Triceps
N
N
Radius
N
N
Ulna
N
N
Sensibilitas taktil
N
N
Sensibilitas nyeri
N
N
Motorik
Refleks
Sensibilitas
Refleks patologis
Hoffman Tromner
-
-
Leri
-
-
Meyer
-
-
Anggota Gerak Bawah (Tungkai) Kanan
Kiri
Pergerakan
C
C
Kekuatan
5
5
Tonus
N
N
Patella
N
N
Achilles
N
N
Babinski
-
-
Chaddock
-
-
Clonus paha
-
-
Clonus kaki
-
-
Patrick
-
-
Laseq
-
-
Kernik
-
-
Sensibilitas taktil
N
N
Sensibilitas nyeri
N
N
Motorik
Refleks
Sensibilitas
FUNGSI VEGETATIF Miksi
: tidak ada kelainan
Defekasi
: tidak ada kelainan
KOLUMNA VERTEBRALIS Kyphosis
: tidak ada
Lordosis
: tidak ada
Gibbus
: tidak ada
Deformitas
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Meningocele
: tidak ada
Hematoma
: tidak ada
Nyeri ketok
: tidak ada
GEJALA RANGSANG MENINGEAL Kanan
Kiri
Kaku kuduk
tidak ada
tidak ada
Kernig
tidak ada
tidak ada
Lasseque
tidak ada
tidak ada
Brudzinsky - Neck
tidak ada
-
Cheek
tidak ada
-
Symphisis
tidak ada
-
Leg I
tidak ada
tidak ada
-
Leg II
tidak ada
tidak ada
GAIT DAN KESEIMBANGAN Gait
: normal
Keseimbangan dan Koordinasi
: normal
GERAKAN ABNORMAL Tremor
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Athetosis
: tidak ada
Ballismus
: tidak ada
Dystoni
: tidak ada
Myocloni
: tidak ada
FUNGSI LUHUR
IV. DIAGNOSIS Diagnosis Klinik
: Tidak ada kelainan
: Nyeri kepala primer ec Tension Type Headache tipe episodik sering
Diagnosis Topik
: Myofascial
Diagnosis Etiologi
: Idiopatik
V. DIAGNOSIS BANDING
-
Migraine
- Nyeri kepala tipe kluster - Nyeri kepala karena penyakit lain - Nyeri kepala servikogenik -
VI.
VII.
Psikosomatis
PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN
-
Laboratorium: darah rutin, elektrolit, kadar gula darah
-
EEG
-
Rontgen kepala
-
CT Scan kepala
PENATALAKSANAAN Terapi Non Farmakologis:
1. Kontrol diet 2. Terapi fisik (latihan postur dan posisi, Massage, kompres panas/dingin, Ultrasound , TENS) 3. Behaviour treatment 4. Hindari pemakaian harian obat analgesik, sedatif berlebihan 5. Edukasi, untuk kontrol ulang 1 minggu lagi
Terapi Farmakologis:
Ibuprofen 2 x 400 mg/ hari per oral Amitripilin 1 x 25 mg/ hari per oral
Pertimbangan rujukan:
- Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf. - Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis jiwa.
PROGNOSIS: Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanam
: bonam
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Definisi
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi. Internasional Headache Society (IHS) mendefinisikan sebagai sesuatu yang bilateral dan memiliki kualitas tekanan atau pengetatan dengan keparahan ringan sampai sedang. TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction headache”). “ Muscle
contraction” ini
timbul oleh
karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau depresi).1
3.2. Klasifikasi
Menurut International Headache Society Classification, TTH terbagi atas 3 yaitu: 1. Episodik tension-type headache, 2. Chronik-tension type Headache, dan 3. Headache of the tension type not fulfilling above criteria. Klasifikasi tension-type headache
Infrequent episodic tension-type headache Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari/bulan (atau <12 hari/ tahun), nyeri kepala berakhir dalam 30 menit – 7 hari bilateral, menekan mengikat, tidak berdenyut, mild atau moderate, tidak ada mual/ muntah, mungkin ada fonofobia/ fotofobia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit nyeri kepala lain.
Frequent episodic tension-type headache Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1- 15 hari/bulan dalam waktu paling tidak selama 3 bulan (atau 12 -180hari pertahunnya), nyeri kepala berakhir dalam 30 menit- 7 hari, bilateral, menekan, mengikat, tidak berdenyut, mild or
moderate, tidak ada mual/ muntah, mungkin ada fonopobia/ fotopobia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit nyeri kepala lain.
Chronic tension-type headache Nyeri kepala yang berasal dari ETTH yang timbul >15 hari/bulannya dalam waktu > 3 bulan (atau >180 hari/tahun).
Probable tension-type headache Dijumpai memenuhi kriteria TTH akan tetapi kurang satu kriteria untuk TTH bercampur dengan salah satu kriteria probable migrane. Nyeri kepala berlangsung >15 hari/bulan selama > 3 bulan (atau > 180 hari/tahun), nyeri kepala berlangsung selama sekian jam atau terus menerus kontinyu, bilateral, rasa menekan/mengikat, intensitas mild or moderate, tidak ada severe nausea atau vomiting , mungkin ada fotopobia/ fonopobia, tidak ada hubungannya dengan penyakit kepala lainnya, paling tidak masa 2 bulan terakhir.3
3.3.Epidemiologi
TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan untuk menderita nyeri kepala ini adalah 3:1. TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38 – 74%. Rata-rata prevalensi TTH 11-93%. Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%.5
3.4.Etiologi
Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut: a. organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis b. gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, tekanan darah tinggi, postur yang salah dan nyeri yang direfleksikan2
3.5.Patofisiologi
Riset terbaru membuktikan peningkatan substansi endogen di otot trapezius penderita tipe episodic TTH. Juga ditemukan nitric oxide sebagai perantara (local mediator) TTH. Menghambat produksi nitric oxide dengan agen investigatif (L-NMMA) mengurangi ketegangan otot dan nyeri yang berkaitan dengan TTH. TTH episodik dapat berevolusi menjadi TTH kronik dengan cara sebagai berikut : 1) Mekanisme myofascial perifer berperan penting pada TTH episodik, sedangkan pada TTH kronis terjadi sensitisasi central nociceptive pathways dan inadequate endogenous antinociceptive circuitry. Jadi mekanisme sentral berperan utama pada TTH kronis. Sensitisasi jalur nyeri (pain pathways) di sistem saraf pusat karena perpanjangan rangsang nosiseptif (prolonged nociceptive stimuli) dari jaringan-jaringan miofasial perikranial tampaknya bertanggung-jawab untuk konversi TTH episodik menjadi TTH kronis. Pada individu yang rentan secara genetis, stres kronis menyebabkan elevasi glutamat yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA mengaktivasi NFκB, yang memicu transkripsi iNOS dan COX-2, di antara enzim-enzim lainnya. Tingginya kadar nitric oxide menyebabkan vasodilatasi struktur intrakranial, seperti sinus sagitalis superior, dan kerusakan nitrosative memicu terjadinya nyeri dari beragam struktur lainnya seperti dura. 2) Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-neuron nociceptive Aδ menuju dorsal horn dan nukleus trigeminal di TCC (trigeminocervical complex.), tempat mereka bersinap dengan second-order neurons. 3) Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi homosinaptik dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik yang memicu terjadinya sensitisasi sentral. 4) -
Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan pelepasan beragam neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya: substansi P dan glutamat) yang mengaktivasi reseptor-reseptor di membran postsynaptic, membangkitkan potensial potensial aksi dan berkulminasi pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang nyeri (pain thresholds).
-
Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla) secara normal melalui sinyal-sinyal fine-tunes pain yang bermula dari perifer, namun pada individu
yang rentan, disfungsi dapat memfasilitasi sinyal-sinyal nyeri, serta membiarkan terjadinya sensitisasi sentral. 5) Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment serabut-serabut C dan mekanoreseptor Aβ di sinap-sinap TCC, membiarkan perkembangan allodynia dan hiperalgesia. 6) Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring waktu, berbagai perubahan molekuler di pusat-pusat lebih tinggi seperti thalamus memicu terjadinya sensitisasi sentral dari neuron-neuron tersier dan perubahan-perubahan selanjutnya pada persepsi nyeri.15 Proses ini dapat dilihat pada Skema 1.
1
2
4b
5
3
4a
Skema 1. Patofisiologi TTH Keterangan gambar: AMPA — alpha-amino-3-hydroxyl-5-methyl-4-isoxazole-propionate; COX — cyclooxygenase; CTTH — chronic tension-type headache; ETTH — episodic tension-type headache; iNOS —inducible nitric oxide synthase; NFκB— nuclear factor κ light-chain; NK1 — neurokinin-1; NMDA — N-methyl-D-aspartate; PAG — periaqueductal gray; PGE2 — prostaglandin E2; PkC — protein kinase C; RVM — rostroventral medulla; TCC — trigeminocervical complex.6
3.6.Gambaran Klinis
Penderita biasanya akan merasakan gejala-gejala yang biasa dikeluhkan seperti berikut :
Ketegangan otot di daerah kulit kepala/leher yang berlangsung dalam hitungan menit
hingga
hari,
predileksi
nyeri
pada
daerah
frontal
bilateral
dan
nuchooksipital, nyeri bersifat konstan seperti diikat, intensitas nyeri ringan sampai sedang. TTH seringkali timbul saat atau segera setelah ban gun tidur.
TTH dapat dicetuskan oleh stress, kekhawatiran, bunyi, kelaparan, dan kekurangan tidur, nyeri TTH mereda dengan istirahat, pasien dapat juga mengalami insomnia dan sulit berkonsentrasi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital dan pemeriksaan neurologis yang normal. Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher serta nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone tidak selalu ada.1
3.7.Diagnosis
Diagnosis sakit kepala tipe tegang pada dasarnya klinis dan hanya bergantung pada gejala, tidak ada tes laboratorium yang bisa membuat diagnosis selain membuktikan penyebab sekunder, berikut diagnosis menurut Annal of Indian Academy of Neurology.3
3.8.Diagnosis Banding
1. Migren 2. Cluster Headache 3. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik, gangguan metabolic, anemia, gagal ginjal. 4. Nyeri kepala servikogenik 5. Psikosomatis
3.9.Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah (indikasi untuk menyingkirkan penyebab sekunder) Studi Imaging
Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan khususnya dalam mengevaluasi fossa posterior
CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.
Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.6
3.10.
Penatalaksanaan
Pada serangan akut diberikan analgetik seperti di tabel berikut:5
Sedangkan pada tipe kronis diberikan obat-obatan sebagai berikut:
1. Antidepresan Jenis trisiklik : amitriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan tension type headache 2. Anti ansietas Golangan benzodiazepine dan butalbital sering dipakai, kekurangan obat ini bersifat adiktif dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.
3.11.
Prognosis
Dalam studi epidemiologi longitudinal 12 tahun dari Denmark, 549 orang yang ditindaklanjuti, 146 subjek memiliki TTH episodik dan 15 memiliki TTH kronis pada awal. Dari jumlah tersebut, 45% mengalami remisi, 39% mengalami TEST episodik yang tidak berubah, dan 16% mengalami TTH kronis yang tidak berubah atau baru dikembangkan saat follow-up. Secara umum, dapat dikatakan prognosis TTH baik.3
BAB IV ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa keluhan utama penderita untuk konsul ke bagian nerurologi RSMH karena mengeluh sakit diseluruh bagian kepala yang hilang timbul. Selama 2 bulan terakhir penderita mengalami sakit kepala yang dirasakan seperti rasa terikat didaerah dahi dan tengkuk yang awalnya dirasakan di kepala bagian belakang dan menyebar ke kepala bagian depan. Durasi nyeri dirasakan tidak tentu dengan frekuensi 3-4 kali seminggu. Nyeri yang muncul bersifat ringan kemudian bertambah hebat. Nyeri tidak hilang dengan penderita beristirahat. Nyeri yang timbul lebih sering dirasakan saat penderita sedang banyak pikiran dan sudah mulai 2 bulan ini penderita tampak cemas bila tekanan darahnya tinggi. Nyeri kepala berkurang ketika penderita mengonsumsi obat penghilang nyeri. Nyeri kepala dirasakan tidak berdenyut. Nyeri kepala tidak disertai mual dan muntah, tidak disertai pandangan mata kabur, mata silau, atau pandangan ganda, dan tidak disertai keluhan telinga berdenging. Tidak ada keluhan penurunan kesadaran, kelumpuhan sesisi tubuh, mulut mengot dan bicara pelo, dan gangguan sensibilitas.. Berdasarkan keluhannya penderita dapat didiagnosis mengalami Tension Type Headache (TTH) menurut kriteria IHS (The International Headache Society). Kriteria diagnostik dari TTH menurut IHS adalah 2 dari 4 poin berikut 1) Ditekan atau seperti di ikat; 2) Lokasi Frontal-occipital; 3) Bilateral – intensitas yang ringan atau sedang; dan 4) Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik. Berdasarkan frekuensinya, nyeri dikatakan episodik karena terjadi secara hilang timbul dan tiba-tiba bukan secara terus menerus. Nyeri diperkirakan dalam sebulan terdapat 1-14 kali serangan, sehingga dapat dikatakan penderita mengalami nyeri kepala TTH tipe episodik sering. Tidak adanya penurunan kesadaran, kelumpuhan sesisi tubuh, mulut mengot dan bicara pelo, dan gangguan sensibilitas menunjukkan tidak adanya suatu defisit neurologis baik sensorik ataupun motorik. Untuk penegakan diagnosis yang lebih akurat, akan dilakukan perencanaan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari elektroensefalografi (EEG), CT-Scan kepala atau MRI kepala, foto toraks AP/Lateral, dilakukan pemeriksaan laboraturium elektrolit, darah tepi, tumor marker. Pemeriksaan penunjang ini dilakukan dengan tujuan penegakan
diagnosis yang lebih pasti, untuk mengetahui penyebab lain ataupun menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik (relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers). Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri kepala ini tidak berbahaya. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di hilangkan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Sjahrir H Machfoed MH, Suharjanti I, Basir H Adnyana MO. Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Consensus Nasional IV Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI. Surabaya: Airlangga University Press: 2013 2.
Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis . Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
3. World Health Organization. Headache Disorder . (Online) 2004. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/ (Accessed: 20 April 2017) 4. Adult Health Advisor. Tension Headache . University of Michigan Health System. McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from:
http://www.med umich edu
(Accessed: 20 April 2017) 5. Merikangas KR, Cui L, Richardson AK, Isler H, Khoromi S, Nakamura E dkk. Magnitude, impact and stability of primary headache subtye: 30 years prospective Swiss cohort study. BMJ Aug 25 2011:343;d5076. 6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache . Department of Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania, Hahnemann University. (Online) 2007. Available from: http://www.emedicine.com (Accessed: 20 April 2017) 7. Fernandez-de-las-Penas C, Lars Arendt-Nielsen L, Robert D. Gerwin RD (Eds). TensionType and Cervicogenic Headache: Pathophysiology, Diagnosis, and Management .
Jones and Bartlell Publishers. USA. 2010.