PRESENT PRESENTASI ASI KASUS Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Disusun Oleh : Muhammad Fachri Ridha 030.10.190 KEPANITERAAN KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
IDENTITAS PASIEN
•
Nama
: Tn. H
•
No. RM
: 94.66.31
•
Umur
: 75 tahun
•
Jenis kelamin
: Laki-laki
•
Status pernikahan
: Menikah
•
Pekerjaan
: Kuli lepas (pengangguran) (pengangguran)
•
Alamat
: Jl. Keramat Sentiong Mesjid I
•
Ruang Perawatan
: Lantai 5 Barat (R.509)
•
Tanggal masuk RS `
: 7 September 2014
IDENTITAS PASIEN
•
Nama
: Tn. H
•
No. RM
: 94.66.31
•
Umur
: 75 tahun
•
Jenis kelamin
: Laki-laki
•
Status pernikahan
: Menikah
•
Pekerjaan
: Kuli lepas (pengangguran) (pengangguran)
•
Alamat
: Jl. Keramat Sentiong Mesjid I
•
Ruang Perawatan
: Lantai 5 Barat (R.509)
•
Tanggal masuk RS `
: 7 September 2014
ANAMNESIS
•
•
Autoanamnesis tanggal 8 September 2014 jam 08.00 Keluhan Utama Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan
utama sesak napas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas makin memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas pasien sehari-hari. Sesak napas berkurang dalam keadaan bersandar atau sedang duduk. Sesak napas timbul ketika berada di lingkungan berdebu dan penuh asap. Akibat sesaknya pasien mengeluh tidak bisa tidur setiap harinya.
Pasien mengeluh batuk sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Setiap hari, pasien bisa mengalami batuk sebanyak 56x dan selalu mengeluarkan dahak berwarna putih kental kira-kira 1 sendok makan.
Saat batuk pasien merasakan adanya sedikit nyeri dada atau rasa sakit pada dadanya.
Pasien juga mengeluh demam disertai nyeri kepala sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam yang dialami hilang timbul dan kadang bersamaan ketika pasien merasa sesak.
Nyeri kepala yang dirasakan pasien tidak menentu atau hilang timbul.
Sering lemas akibat sesak yang dialaminya.
Mual (-) Muntah (-). Bak dan Bab dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu DM
(-) Asma (-) Hipertensi (+) tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu Pada tahun 2006, pasien pernah dirawat di RSUD Budi Asih akibat gejala yang sama dan di diagonis menderita Penyakit Paru Obsrtuksi Kronis/PPOK. Pasien hanya berobat jalan ke poli RSUD Budi Asih tetapi tidak teratur.
Riwayat Penyakit Keluarga Asma (-) DM (-) Hipertensi (-) Keganasan (-)
Riwayat Riwayat Kehidupan Pribadi, Sosial, dan Kebiasaan Pasien
adalah seorang kuli lepas (pengangguran) sering menghirup asap dan debu. Pasien mempunyai riwayat merokok selama 40 tahun satu bungkus per hari dan sudah berhenti 10 tahun terakhir tetapi masih merokok sekali-kali dan tidak memiliki riwayat minum minuman beralkohol.
Riwayat Pengobatan Saat
sesak dan batuk hanya membeli obat batuk OBH di warung.
Riwayat Alergi Riwayat
alergi obat ataupun jenis makanan tertentu disangkal oleh pasien.
Riwayat Lingkungan Pasien
tinggal di rumah padat penduduk, penuh dengan asap dan debu.
Anamnesis Menurut Sistem Umum
: Demam, lemas.
Kulit
: Tidak ada keluhan.
Kepala
: Nyeri kepala. Mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan tidak ada keluhan.
Leher
: Tidak ada keluhan.
Dada
: Sesak napas, batuk berdahak.
Abdomen
: Tidak ada keluhan.
Saluran
kemih : Tidak ada keluhan.
Genital
: Tidak ada keluhan.
Ekstremitas
: Tidak ada keluhan.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum •
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
•
Kesadaran
: compos mentis
•
Tekanan darah
: 160/110 mmHg
(Hipertensi Derajat II JNC VII) •
Nadi
: 86 x/menit
•
Suhu
: 37,3º C
•
Pernapasan
: 30 x/menit
•
Tinggi badan
: 172 cm
•
Berat badan
: 60 kg
•
Kesan Gizi
: normal (BMI = 20)
Kelenjar Getah Bening
KULIT • • • • • • • • • • •
Warna Ptechiae Pigmentasi Lapisan lemak Oedem Efloresensi Jaringan parut Pertumbuhan rambut Suhu raba Turgor Ikterus
: Sawo matang : (-) : (-) : Merata : (-) : (-) : (-) : Merata : Hangat : Baik : (-)
•
•
•
•
•
•
•
•
Preaurikuler : tidak teraba membesar Submandibula : tidak teraba membesar Submental : tidak teraba membesar Retroaurikuler : tidak teraba membesar Sepanjang M. Sternokleidomastoideus : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar Infraklavikula : tidak teraba membesar Axilla : tidak teraba membesar
•
Inguinal : tidak dilakukan pemeriksaan
KEPALA •
•
•
•
TELINGA
Ekspresi wajah sedang
: tampak sakit
Simetri muka
: simetris
Rambut merata, warna hitam
: distribusi
Mulut tampak mencucu (Pursed Lips)
Daun telinga normotia/normotia
:
Liang telinga lapang/lapang
:
•
Serumen
: +/+
•
Sekret
: -/-
Membran timpani intak/intak (inspeksi)
:
•
•
•
MATA •
Exophthalmus
: (-)
•
Endophthalmus
: (-)
•
Kelopak
: oedem (-)
•
Konjungtiva
: anemis (-)
•
•
Sklera
: ikterik (-)
•
•
Lapangan penglihatan
: baik
•
Nistagmus
: (-)
•
Lensa
: jernih
•
Visus
: normal
Gerak bola mata segala arah
: aktif ke
•
HIDUNG Deformitas
: tidak ada
Cavum nasi lapang/lapang
:
Concha eutrofi/eutrofi
:
•
Septum deviasi
: -/-
•
Sekret
: -/-
•
MULUT •
•
•
•
•
•
Bibir
LEHER : kering
Lidah : normoglossia, tidak terdapat kelainan Mukosa : tidak hiperemis, tidak terdapat kelainan Gigi geligi : caries (+), oral hygiene cukup baik Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis, detritus -/-, kripta melebar -/Dinding faring posterior: tidak hiperemis, tidak terdapat massa
•
Bau pernapasan
: halitosis (-)
•
Trismus
: (-)
•
•
•
•
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5+3 cmHg Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar Terlihat Vena Jugularis yang tampak berdenyut
PARU PARU INSPEKSI Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan simetris, tidak tampak pergerakan nafas yang tertinggal, sela iga sedikit melebar, tulang iga dan sternum agak cembung, retraksi otot-otot pernapasan (-). PALPASI •
•
simetris kiri dan kanan tetapi lemah. Ictus cordis teraba setinggi ICS 5 ± 1 cm dari garis midclavicula kiri. Vo c al f r e m i t u s
PERKUSI •
Sonor-Hipersonor pada hemithorax kiri dan kanan. Batas paru dan hepar setinggi ICS 6 garis midklavikularis kanan dengan suara pekak. Peranjakan hepar teraba 2 jari pemeriksa. Batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3 ICS 5 garis sternalis kanan dengan suara redup. Batas paru dan jantung kiri setinggi ICS 5 + 3-4 cm medial garis midklavikularis kiri dengan suara redup. Batas atas jantung setinggi ICS 3 garis parasternal kiri dengan suara redup.
–
AUSKULTASI •
Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tetapi suara nafasnya melemah, expirasi memanjang, wheezing -/-, ronkhi basah kasar +/+
JANTUNG INSPEKSI •
Ictus cordis terlihat di ICS V 2 cm dari garis midklavikularis kiri
PALPASI •
Ictus cordis teraba pada ICS 5 + 3-4 cm medial garis midklavikularis kiri. Tidak teraba thrill pada keempat area katup jantung. Besar sudut angulus subcostae > 90°
JANTUNG PERKUSI •
Batas kanan jantung setinggi ICS 3 ICS 5 garis sternalis kanan dengan suara redup. Batas kiri jantung setinggi ICS 5+ 3-4 cm medial garis midklavikularis kiri dengan suara redup. Batas atas jantung setinggi ICS 3 garis parasternal kiri dengan suara redup. –
AUSKULTASI •
BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN INSPEKSI •
Tidak tampak efloresensi yang bermakna, smiling umbilicus (-), hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider navy (-).
AUSKULT AUSKULTASI •
BU (+) normal
PALPASI •
Tidak teraba massa , defence muscular (-), NTE (-). Hepar, lien tidak teraba membesar, ballotement (-).
PERKUSI •
Timpani di seluruh lapang abdomen.
EKSTREMITAS
Dalam Batas Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI RUTIN Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
11.200
3.8-10.6 ribu/uL
Eritrosit
4.5 juta
4.4 5.9 juta/uL
Hb
12.4
13,2-17.3 g/dL
Ht
42 %
40-52%
Trombosit
111.000
150-440 ribu/uL
MCV
95
80-100 µ
MCH
27.7
26-34 pg
–
Analisa Gas Darah PH
: 7.40
( 7.35-7.45)
PCO2
: 58
(35-45)
PO2
: 149
(80-100)
HCO3
: 36
(21-28)
Total Co2
: 38
(23-27)
Saturasi O2 : 99%
(95-100%)
BE
(-2.5-2.5)
: 9.9
Fungsi Hati SGPT/SGOT :27/29 ( <27/<34)
Fungsi Ginjal Ureum
: 24 mg/dl
(17-49)
Kreatinin
: 0.94 mg/dl
(<1.1)
Elektrolit Natrium
: 141 (135-155)
Kalium
: 4.1 ( 3.6-5.5)
Chlorida
: 101 (98-109)
•
EKG
Kesan : Suspek hipertrofi ventrikel kanan, dan Cardiomegali
FOTO RONTGEN •
•
•
Jenis : Foto Thoraks AP Deskripsi : CTR >50%, emfisematouse pada hemithorax kiri dan kanan bagian atas. Corakan Bronkovaskular tampak meningkat, Hilus melebar Kesan : Kardiomegali e.c Edema Paru
RESUME Seorang laki-laki berinisial Tn. P usia 68 tahun datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan utama dyspnoe sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Dyspnoe yang dirasakan makin lama makin memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Dyspnoe yang dirasakan oleh pasien tidak dipengaruhi oleh aktivitas pasien sehari-hari, berkurang jika pasien dalam keadaan bersandar atau sedang duduk, timbul ketika sedang berada di lingkungan berdebu dan penuh asap. Pasien juga mengeluh febris disertai chepalgia sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Febris yang dialami hilang timbul dan kadang bersamaan ketika pasien merasa dyspnoe, sedangkan chepalgia yang dirasakan pasien tidak menentu atau hilang timbul. Pasien juga mengeluh batuk batuk sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang. Tekanan darah pasien 160/110 dimana merupakan hipertensi derajat II menurut JNC7. Pasien tampak dyspnoe dengan RR 30x/menit. Konjungtiva pasien anemis. Pada perkusi paru ditemukan suara redup pada basal hemithoraks dextra. Dan pada asukultasi terdengan ronchi pada basal di kedua lapang paru. Pada inspeksi leher terlihat vena jugularis yang tampak berdenyut, dinding dada pasien yang tampak cembung (barrel chest), dan mulut pasien yang tampak mencucu (pursed lips). Dari hasil perkusi thorax, batas jantung kiri bergeser ke kiri sehingga terletak di 3 cm dari Midclav ke V sebelah kiri. Pada hasil pemeriksaan darah lengkap, kadar Hb pasien adalah 12,4 yang mengindikasikan adanya anemia dan terdapat juga leukositosis. Pada pemeriksaan EKG didapatkan Suspek hipertrofi ventrikel kanan. Pada pemeriksaan Rontgen tampak Kardiomegali disertai edema paru dan gambaran hilus yang membesar. Corakan bronkovaskular juga tampak meningkat
Setiap hari, pasien bisa mengalami batuk sebanyak 5-6x dan selalu mengeluarkan sekret berwarna putih, berkonsistensi kental kira-kira 1 sendok makan. Pada saat batuk pasien merasakan adanya sedikit angina atau rasa sakit pada dadanya. Pasien mengeluh malaise akibat sesak yang dialaminya. Pasien mempunyai penyakit Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu tetapi pasien jarang mengontrol penyakit darah tingginya itu. Pasien tidak pernah mengobati sesaknya selama ini, tetapi pada tahun 2006, pasien pernah dirawat di RSUD Budi Asih akibat gejala yang sama dan di diagonis oleh dokter menderita Penyakit Paru Obsrtuksi Kronis/PPOK. Pasien bekerja sebagai kuli lepas setiap harinya. Pada saat sedang bekerja pasien sering menghirup asap kendaraan bermotor dan debu di sekelilingnya. Pasien juga mengaku sejak 25 tahun yang lalu adalah seorang perokok berat, dimana dia bisa menghabiskan 5-6 bungkus rokok setiap harinya. tetapi sekarang ia telah berhenti merokok. Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk.
MASALAH •
Penyakit Paru Eksaserbasi Akut
Obstruksi
Kronis
•
Congestif Heart Failure ec Hipertensi
•
CAP (Community Acquired Pneumonia)
PEMBAHASAN KASUS BERDASARKAN MASALAH
1. Penyakit Paru Obastruksi Kronis Eksaserbasi Akut Anamnesis Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah sesak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak yang dirasakan makin lama makin memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak yang dirasakan oleh pasien tidak dipengaruhi oleh aktivitas pasien sehari-hari. Sesak berkurang jika pasien dalam keadaan bersandar atau sedang duduk. Pasien juga mengaku sesaknya timbul ketika sedang di lingkungan berdebu dan penuh asap. Dari riwayat kebiasaan pasien mengaku perokok berat sejak 40 tahun yang lalu dan sudah pernah dirawat di RSUD Budi Asih dengan Diagnosa PPOK. Pasien juga mengeluhkan batuk disertai dahak yang banyak sekitar 1 sendok makan setiap kali batuk.
Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik auskultasi paru didapatkan suara ronchi basah kasar pada kedua lapang paru bagian basal, Dinding dada yang sedikit mencembung (Barrel chest) dan pernafasan tambahan lewat mulut dengan mencucu (Pursed lips), vocal fremitus yang lemah pada kedua lapang paru Pemeriksaan Penunjang Dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu hematologi didapatkan leukositosis dan dari foto thorax AP didapatkan Corakan bronkovaskular yang bertambah dan hilus membesar.
2. Congestif Heart Failure ec Hipertensi Anamnesis Dari hasil anamnesis didapatkan pasien memiliki riwayat hipertensi yang sudah lama dan tidak terkontrol. Selain itu pasien juga sering mengeluhkan lemas, batuk-batuk, dan sesak nafas. Sesak nafasnya timbul ketika pasien berbaring (ortopnoe) dan berkurang pada saat bersandar atau duduk. Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien yang tinggi yaitu 160/110 (Hipertensi derajat II menurut JNC VII) dan dari pemeriksaan perkusi batas jantung diduga terdapat kardiomegali dimana batas kiri jantung bergeser 3 cm dari midclav 5 kiri.
Pemeriksaan Penunjang Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan pada hasil pemeriksaan foto thorax AP dengan kesan Cardiomegali dan disertai edema paru
3. Community Acquired Pneumonia Anamnesis Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan tambahan pasien adalah demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demamnya biasanya muncul bersamaan ketika pasien merasa sesak. Pasien juga sering batuk mengeluarkan dahak berwarna putih kental. Pasien juga merasa sesak. Setiap harinya pasien selalu terapar debu dan asap di sekitar lingkungan rumahnya. Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada perkusi paru ditemukan suara redup pada basal hemithoraks dextra.
Pemeriksaan Penunjang Dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu dari pemeriksaan darah lengkap adalah leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi bakteri. Dari foto Rontgen juga menunjukan pembesaran pada hilus disertai corakan bronkovaskular yang meningkat.
•
PROGNOSIS
•
Ad Vitam
: dubia ad bonam
•
Ad Sanantionam : dubia ad malam
•
Ad Fungsionam
: ad malam
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP Tanggal
Subyektif
Obyektif
Analisis
Penatalaksanaa n
8/9/2014
Sesak, batuk batuk, sakit kepala
TD : 160/110 mmhg
-PPOK eksaserbasi akut
Asering/ 8jam + Lasal 2cc + Ethapilin
N : 86x/menit S : 36,5'C RR : 24x/min Lab L : 11.4 ribu/uL Analisa Gas Darah PH: 7.40 ( 7.35-7.45) PCO2: 58 (35-45) PO2: 149 (80-100) HCO3: 36 (21-28) Total Co2: 38 (23-27) Saturasi O2: 99% (95-100%) BE : 9.9 (-2.5-2.5) Hasil Foto thorax : Cardiomegali disertai Edema Paru + pelebaran hilus pulmonalis
-CHF -Hipertensi -CAP
Cefobactam 1 x 2 gr Ambroxol syr 3 x 1 Vistein 3x1 Amlodipine 1 x 10 Spironolactone 1 x 100 Digoxin 1 x 0,25 Inhalasi Combivent 4 x
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Analisis
9/9/2014
Sesak, batuk batuk, sakit kepala
TD : 190/80
PPOK eksaserbasi Asering/ 8jam + akut Lasal 2cc + Ethapilin -CHF
N : 82x/min S : 36,5
C
RR : 20x/min
-Hipertensi -CAP
Analisa Gas Darah PH: 7.25 ( 7.35-7.45) PCO2: 93 (35-45) PO2: 80 (80-100) HCO3: 43 (21-28) Total Co2: 45 (23-27) Saturasi O2: 92% (95100%) BE : 12,2 meq/dl (-2.5-2.5)
-Asidosis Respiratorik terkompensasi Alkalosis metabolik
Penatalaksanaan
Cefobactam 1 x 2 gr Ambroxol syr 3 x 1 Vistein 3x1 Amlodipine 1 x 10 Spironolactone 1 x 100 Digoxin 1 x 0,25 Inhalasi Combivent 4 x Suction krena PCO2 tinggi Bagging 15 menit sekali/jam+O2
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Analisis
10/9/2014
Sesak berkurang, batuk berkurang, demam (-)
TD : 140/80
PPOK eksaserbasi AsAsering/ 8jam akut + Lasal 2cc + Ethapilin -CHF
N : 80x/min S : 36,5
C
RR : 24x/min
-Hipertensi -CAP
Analisa Gas Darah PH: 7.44 ( 7.35-7.45) PCO2: 75 (35-45) PO2: 51 (80-100) HCO3: 52 (21-28) Total Co2: 54 (23-27) Saturasi O2: 85% (95100%) BE : 23,3 meq/dl (-2.5-2.5)
-Asidosis Respiratorik terkompensasi Alkalosis metabolik
Penatalaksanaan
Cefobactam 1 x 2 gr Ambroxol syr 3 x 1 Vistein 3x1 Amlodipine 1 x 10 Spironolactone 1 x 100 Digoxin 1 x 0,25 Inhalasi Combivent 4 x Suction krena PCO2 tinggi Bagging 15 menit sekali/jam+O2
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Analisis
Penatalaksanaan
11/9/2014
Sesak bertambah, batuk batuk, pusingpusing,
TD : 150/90
PPOK eksaserbasi akut
Asering/ 8jam + Lasal 2cc + Ethapilin
-CHF -Hipertensi
Cefobactam 1 x 2 gr
-CAP
Ambroxol syr 3 x 1
--Asidosis Respiratorik terkompensasi Alkalosis metabolik
Vistein 3x1
N : 76x/min S : 36,3
C
RR : 24x/min Analisa Gas Darah PH: 7.31 ( 7.35-7.45) PCO2: 114 (35-45) PO2: 98 (80-100) HCO3: 58 (21-28)
Total Co2: 61 (23-27) Saturasi O2: 95% (95100%) BE : 25,3 meq/dl (-2.52.5)
Amlodipine 1 x 10 Spironolactone 1 x 100 Digoxin 1 x 0,25 Inhalasi Combivent 4 x Suction krena PCO2 tinggi Bagging 15 menit sekali/jam+O2 kadar rendah 2L
TINJAUAN PUSTAKA PPOK
•
• •
•
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya. Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut: Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan, Perkembangan gejala bersifat progresif lambat Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangandan tempat kerja) Sesak pada saat melakukan aktivitas Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).
FAKTOR RESIKO
• • • • • • • • •
Genetik, Paparan partikel, Pertumbuhan dan Perkembangan paru, Stres oksidatif, Jenis kelamin, Umur, Infeksi saluran nafas, Status sosioekonomi, Nutrisi dan komorbiditas.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGY
DERAJAT PPOK Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut : PPOK Ringan Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi sputum.- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1Spirometri:- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau- VEP1 / KVP < 70% PPOK Sedang Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi sputum.- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).Spirometri:- VEP1 / KVP < 70% atau- 50% < VEP1 < 80% prediksi. PPOK Berat Gejala klinis:- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.- Eksaserbasi lebih sering terjadi- Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri:- VEP1 / KVP < 70%,VEP1 < 30% prediksi atau- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
SKALA SESAK PADA PPOK
•
•
•
•
•
Skala SesakSkala sesak dan Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitass Skala 0 :Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat skala 1 :Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga satu tingkat skala 2 : Berjalan lebih lambat karena merasa sesak skala 3 : Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit skala 4 : Sesak bila mandi atau berpakaian
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Rutin 1. Faal paru Spirometri Uji bronkodilator • •
2. Darah rutin Hb, Ht, leukosit 3. Radiologi Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Pemeriksaan Non Rutin Analisis gas darah Terutama untuk menilai : - Gagal napas kronik stabil - Gagal napas akut pada gagal napas kronik
SPIROMETRI
Apakah Spirometri? Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometeri Tujuan : Mengukur volume paru secara statis dan dinamik Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru •
•
PRINSIP SPIROMETRI •
•
Mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin
INDIKATOR SPIROMETRI •
•
•
• •
•
Forced vital capacity (FVC) Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80% FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional Peak Expiratory Flow (PEF) Kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal midexpiratory flow)
KLASIFIKASI PENILAIAN SPIROMETRI •
•
•
Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.
UJI BRONKODILATOR
•
•
•
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
PENATALAKSANAAN PPOK
PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA •
Bronkodilator Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan oral atau sistemik
•
Anti inflamasi Metilprednisolon atau Prednison. Pada eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemikc.
•
Mukolitik Digunakan sebagai simtomatik bila tedapat lengket dan kental
pengobatan dahak yang
Antitusif Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. •
PENATALAKSANAAN PENUNJANG •
Rehabilitasi
•
Edukasi
•
Berhenti merokok
•
Latihan fisik
•
respirasi
•
Nutrisi
TERAPI OKSIGEN •
•
•
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualitas hidup
VENTALASI MEKANIK
•
•
Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat
PROGNOSIS Tergantung pada: Beratnya obstruksi Adanya kor pulmonale Kegagalan jantung kongestif Derajat gangguan analisa gas darah • • • •
Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti merokok, penurunan fungsi paru akan lebih cepat dari pada bila pasien berhenti merokok.Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis pada waktu berobat. Penderita dengan penyakit emfisema paru akan lebih baik daripada penderita yang penyakitnya bronkitis kronik. Penderita dengan sesak nafas ringan (<50 tahun), 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan. Tetapi bila penderita datang dengan sesak sedang, maka 5 tahun kemudian 42% penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.
DAFTAR PUSTAKA •
•
•
•
Penyakit Paru obstruktif dan penumonia. Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33132/4/ Chapter%20II.pdf. Update ; Nov 31 2013. Accessed On: 29 January 2014. Niederman MS, Sarosi GA. Respiratory infection. In: George RB, Light RW, Matthay MA, 2nd eds. Chest medicine essentials of pulmonary and critical care medicine. Baltimore: Williams & Wilkins, 307, 1990. Bartlett JG, Breiman RF, Mandell LA, File TM Jr: Community Acquired Pneumonia in adults: Guidelines for management. Clin Infect Dis 26:811-838, 1998 Fishman : Pulmonary disease and disorders, fourth edition, volume two, United States, 119:2097-2114, 2008