Laporan Kasus
PNEUMOTORAKS SPONTAN
Oleh
Kamisah 0311580
Pembimbing: dr. Adrianison S!.P
KEPAN"TERAAN K#"N"K SEN"OR $A%"AN "#MU PEN&AK"T PEN&AK"T 'A#AM RSU' AR"("N AR"("N A)*MA' (AKU#T (AKU#TAS AS KE'OKTERAN UN"+ERS"TAS R"AU PEKAN$ARU ,008
1
T"N-AUAN PUSTAKA PNEUMOTORAKS SPONTAN
1. 'einisi
Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh1 : a. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus
akan akan memasuk memasukii kavum kavum pleura pleura.. Pneumo Pneumotor toraks aks jenis jenis ini disebu disebutt sebaga sebagaii closed pabila la kebo!or kebo!oran an pleura pleura vis!er vis!erali aliss ber"un ber"ungsi gsi sebaga sebagaii katup, katup, pneumothorax . pabi maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. kibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga mendor mendorong ong medias mediasti tinum num kearah kearah kontra kontralat latera erall dan menye menyebabk babkan an terjadi terjadinya nya tension pneumothorax .
Robeknya dinding dinding dada dan pleura pleura parietali parietaliss sehingga sehingga terdapat terdapat hubungan antara antara b. Robeknya kavum pleura dengan dunia luar. pabila lubang yang terjadi lebih besar dari #$% diameter trakea, maka udara !enderung lebih mele&ati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura le&at lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. 'aat ekspirasi, tekanan rongga dada dada mening meningkat kat,, akibat akibatnya nya udara udara dari dari kavum kavum pleura pleura keluar keluar melalu melaluii lubang lubang tersebut. (ondisi ini disebut sebagai open pneumothorax .
,. Pa/og /ogenes nesis
Pada Pada manusi manusiaa normal normal tekanan tekanan dalam dalam rongga rongga pleura pleura adalah adalah negati negati". ". )ekanan ekanan negati negati"" diseba disebabkan bkan karena karena ke!ende ke!enderun rungan gan paru paru untuk untuk kolaps kolaps (elastic recoil) dan dinding dada yang !enderung mengembang. *ilamana terjadi hubungan antara alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya +kavitas, bulla dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga pleura sampai terjadi
#
keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. 'erupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada udara akan masuk ke rongga pleura sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup. Pada pneumotoraks spontan baik primer maupun sekunder mekanisme yang terdahulu yang terjadi, sedang mekanisme kedua dapat dijumpai pada jenis traumatik dan iatrogenik.#,% 3. Kasiiasi
*erdasarkan penyebabnya pneumotoraks dibagi sebagai berikut: 1 Pneumotoraks spontan Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab +trauma ataupun iatrogenik. - Pneumotoraks spontan primer Pneumotoraks spontan primer adalah suatu pneumotoraks yang terjadi tanpa ada ri&ayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya. - Pneumotoraks spontan sekunder Pneumotoraks spontan sekunder adalah suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya +)* paru, PPO(, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dsb # Pneumotoraks traumatik Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu penetrasi ke dalam rongga pleura karena luka tusuk, luka tembak atau tusukan jarum. - Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik )erjadi karena jejas ke!elakaan, misalnya jejas dinding dada terbuka$tertutup, barotrauma - Pneumotoraks traumatik iatrogenik •
ksidental )erjadi akibat tindakan medis karena kesalahan$komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleural, biopsi transbronkial, dsb
%
•
rti"isial 'engaja dikerjakan dengan !ara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat ax&ell box. *iasanya untuk terapi )* +sebelum era antibiotik, atau untuk menilai permukaan paru.#
2. Pnemo/oras S!on/an Primer a. E!idemioogi
/nsidens pneumotoraks diperkirakan antara 0,-12 kasus per 133.333 penduduk pada laki-laki dan 1,#-4 kasus per 133.333 penduduk pada perempuan. Pnumotoraks sering terjadi pada laki-laki, tinggi, kurus, dengan umur antara 13-#3 tahun, dan jarang diatas 3 tahun. erokok dapat meningkatkan risiko kejadian pneumotoraks.
b. Pa/oisioogi
Pneumotoraks spontan primer tidak terdapat penyakit paru yang mendasari, namun berdasarkan penelitian ditemukan bullae subpleura pada 04-1335 penderita pada pemeriksaan video-assisted thoracoscopic surgery. 6ari bukti torakotomi etiologi pneumotoraks spontan adalah pe!ahnya alveol peri"er, kista$bulla subpleural.. Pada %1 penderita dengan pneumotoraks spontan primer di U' yang menjalani torakotomi, ternyata pada setiap pasien tersebut ditemukan adanya bulla subpleural. Patogenesis bulla subpleural belum jelas, banyak pendapat menyatakan terjadinya kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau peningkatan distensi pada alveoli. *ulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura "ibrotik yang menebal, sebagian oleh jaringan paru
yang em"isematous. *leb
terbentuk dari suatu alveoli yang pe!ah melalui jaringan interstisial ke dalam lapisan "ibrosa tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk kista.% . )erdapat hubungan yang kuat antara merokok dengan terjadinya pneumotoraks spontan primer dan 0# penderita di /nggris ternyata %# +7#5 adalah perokok atau mantan perokok. Rokok akan meningkatkan degradasi jaringan ikat elastis pada jaringan paru, yaitu dengan meningkatkan migrasi netro"il dan makro"ag kejaringan paru.
Pneumotoraks akan menyebabkan penurunan kapasitas vital, rasio ventilasi per"usi yang menurun dengan akibat hipoksemia. 6erajat hipoksemia tergantung luas pneumotoraks, namun tidak terjadi hiperkapnia karena pnumothoraks didasari oleh jaringan paru yang normal. 4. Rerensi
Pada beberapa penelitian tentang pneumotoraks spontan primer, didapatkan rekurensi %35 +14-8#5, pada pasien pneumotoraks dengan terapi hanya diobservasi, aspirasi dan pemasangan 9'6. Rekurensi paling sering terjadi pada 4 bulan sampai # tahun setelah pneumotoraks pertama.%
5. Pnemo/oras S!on/an Sender a. E/ioogi
*erbeda dengan pneumotoraks spontan primer, pada pneumotoraks spontan sekunder keadaan penderita tampak serius dan kadang-kadang mengan!am kehidupan karena adanya penyakit paru yang mendasarinya. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan pneumotoraks meliputi: o
Penyakit paru obstrukti" kronik
o
sma
o
Cystic fibrosis
o
Intertitial lung disease
o
)uber!ulosis
o
(arsinoma bronkogenik atau metastasis
o
Pneumonia +amur, pneumocystic carinii, ;/<
o
Penyakit kolagen vaskuler meliputi marfan syndrome.
o
Pnemotoraks katamenial.
b. E!idemioogi
/nsidens pneumotoraks spontan sekunder hampir sama dengan pneumotoraks spontan primer, diperkirakan 4,% kasus per 133.333 penduduk laki-laki, dan # kasus
8
per 133.333 penduduk perempuan. /nsiden pun!ak terjadi pada usia diatas 43 atau 48 tahun, seiring dengan peningkatan penyakit PPO(. 4. Pa/oisioogi
danya peningkatan tekanan intralveolar pada penyakit paru obstrukti" kronik dan adanya in"lamasi akan menyebabkan ruptur alveolus, sehingga udara akan berpindah keinterstisial, kemudian ke hilus serta terjadi penumomediastinum dan ruptur pleura parietal. ekanisme lain adalah perpindahan udara langsung kerongga pleura akibat nekrosis jaringan paru misalnya pada pneumonia.
.
'iagnosis
a. Anamnesis •
•
•
6apat timbul pada saat istirahat =yeri dada pada sisi paru yang terkena 'esak, dapat sedang sampai berat, kadang-kadang dapat hilang dalam # jam apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kembali
•
(ombinasi keluhan dan gejala klinis pneumotoraks sangat tergantung pada besarnya lesi pneumotoraks#,,8
b. Pemerisaan (isi 3 •
Pasien dengan pneumotoraks > 185 hemitoraks dapat normal pada pemeriksaan "isik.
•
/nspeksi, mungkin terlihat sesak na"as, pergerakan dada berkurang, batuk batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser ke arah yang sehat.
•
Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar, "remitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang sehat.
•
Perkusi, mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
•
uskultasi,
mungkin
dijumpai
suara
menghilang.
4
na"as
yang
melemah,
sampai
•
Pasien di!urigai tension pneumotoraks apabila hipotensi, takikardi ? 1%8x$menit dan sianosis.
4. Pemerisaan Penn6ang •
@ambaran radiologis "oto toraks pada pneumotoraks berupa bayangan udara dalam rongga pleura yang memberikan gambaran bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru +avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopaAue tipis berasal dari pleura viseralis. ika pneumotoraks luas, akan menekan paru kearah hilus sehingga paru kolaps dan mendorong kearah kontralateral serta didapatkan pelebaran sela iga.4
•
nalisis gas darah memberi gambaran hipoksemia.
7. Pena/aasanaan
empunyai dua tujuan, yaitu#: 1 enghilangkan udara dalam rongga pleura. # enurunkan$men!egah kemungkinan terjadinya pneumotoraks spontan berulang. Penatalaksanaan pneumotonaks spontan pada khususnya maupun pneumotoraks jenis lain, pada umumnya +bergantung pada derajat$luasnya pneumotoraks tersebut, mulai dari yang ringan sampai dengan berat dan berulang: a Observasi. b Pemberian O# ! spirasi d Pemasangan Water Sealed Drainage +9'6. e Pleurodesis. " )orakotomi.
a. Obserasi
*ila hubungan antara alveoli dan rongga pleura telah tertutup, sehingga tidak ada lagi kebo!oran, maka udara dalam rongga pleura akan diabsorpsi se!ara bertahap. bsorpsi ini berjalan lambat. (ir!her dan '&artBel melaporkan bah&a 1,#85 udara
0
dalam rongga pleura diabsorpsi selama # jam. (arena itu hanya penderita dengan pneumotoraks > 185 saja yang dapat dilakukan terapi observasi ini.
b. Pemberian Osigen
Pemberian O# memper!epat rasio absorpsi udara rongga pleura. Penelitian pada penderita dengan pneumotoraks spontan memperlihatkan bah&a absorpsi udara rongga pleura kali lebih !epat bila penderita diberi suplemen O# konsentrasi tinggi, oleh karena itu direkomendasikan pada penderita pneumotoraks apapun jenisnya yang dira&at tanpa prosedur terapi aspirasi dan 9'6 untuk diberi suplemen O#. 4. As!irasi
)indakan ini dilakukan sea&all mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya ? 185. )indakan ini bertujuan mengeluarkan udara dari rongga pleura +dekompresi. )indakan dekompresi dapat dilakukan dengan !ara menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan udara positi" akan keluar melalui jarum tersebut.% d. 9S'
Prinsip penatalaksanaan pneumotoraks yaitu pengembangan paru sesegera mungkin antara lain dengan pemasangan 9'6 +ater sealed drainage). )ujuan pemasangan 9'6 adalah mengalirkan udara dari dalam rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negati" rongga tersebut. 9'6 dipasang pada line mid aksilaris pada sela iga ke-4 atau ke-0, atau pada line mid klavikularis sela iga ke-#. 9'6 di!abut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru telah mengembang sempurna adalah dengan jalan penderita disuruh batuk-batuk, apabila diselang 9'6 tidak tampak lagi "luktuasi permukaan !airan, kemungkinan besar paru telah mengembang dan juga disesuaikan dengan pemeriksaan "isik. Untuk mengetahui se!ara pasti paru telah
mengembang dilakukan Rontgen "oto toraks. 'etelah
dipastikan bah&a paru telah mengembang sempurna, sebaiknya 9'6 jangan langsung di!abut tapi diklem dulu selama %hari. 'etelah % hari klem dibuka. pabila paru masihtetap mengembang dengan baik baru selang 9'6 di!abut. 'elang 9'6 di!abut pada &aktu penderita ekspirasi maksimal.#,%
2
(isio/era!i
Prosedur terapi ini ternyata juga dapat memper!epat proses absorpsi udara dalam rongga pleura dan pengembangan paru, selain menambah keper!ayaan diri penderita pneumotoraks
spontan.
etode
"isioterapi yang
dianjurkan
pada
penderita
pneumotoraks spontan ini adalah latihan pernapasan (e!ercise breathing).
8. Kom!iasi 1.
/n"eksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema , hidropneumotoraks.
#.
@angguan
hemodinamika.
Pada
pneumotoraks
yang
hebat,
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang
seluruh
sehat dan
mengakibatkan penurunan kardiak output, sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik. %.
Cm"isema dapat berupa em"isema kutis atau em"isema mediastinalis.0
. Prognosis
Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy. (ekambuhan jarang terjadi pada pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Progsosis pasien pneumotoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru yang mendasarinya.%
7
"#USTRAS" KASUS
ANAMNES"S
)n. =, %2 tahun, alamat l.'&akarya, datang ke R'U6 ri"in !hmad melalui /@6 pada tanggal ## Oktober #332 dengan keluhan utama sesak napas yang hebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit +'R'. namnenis didapatkan se!ara autoanamneis dan alloanamnesis dengan istri pasien. 'atu bulan yang lalu pasien pernah mengalami sesak yang mun!ulnya tibatiba. 'esak bertambah saat pasien bergerak dan menarik napas yang dalam. Pasien hanya berobat ke klinik terdekat dan keluhan berkurang. 'atu hari 'R' pasien mengeluhkan sesak yang hebat, sesak mun!ul tibatiba, sesak bertambah saat pasien bergerak, tidak berkurang dengan perubahan posisi, pasien juga mengeluhkan nyeri pada dada kiri, nyeri bertambah saat pasien menarik napas dalam. *atuk-batuk +-, demam +-. Pasien tidak mempunyai ri&ayat batuk lama sebelumnya, demam malam hari +-, keringat malam +-. Ri&ayat minum obat selama 4 bulan +-. Pasien juga tidak mempunyai ri&ayat trauma, ri&ayat asma, ri&ayat penyakit jantung, ri&ayat ken!ing manis dan ri&ayat hipertensi. )idak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama. Pasien bekerja sebagai guru '6 dan mempunyai kebiasaan merokok sejak usia #3 tahun dengan jumlah rokok ± 2 batang$hari.
PEMER"KSAAN ("S"K
6ari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal #% Oktober #332 didapatkan kesadaran komposmentis-apatis, keadaan umum tampak sakit berat dan keadaan giBi kurang, yaitu tinggi 148 !m dan berat badan 83 kg dengan /) 12,%kg$m# +giBi kurang, dengan bentuk tubuh astenikus. 6ari pemeriksaan vital sign
13
didapatkan tekanan darah 1#3$73 mm;g, nadi 11#x$menit, pernapasan 3x$menit, suhu badan %0,1 3D. Pada pemeriksaan "isik mata didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pada pemeriksaan leher didapatkan
PEMER"KSAAN PENUN-AN%
Pada tanggal ## Oktober dilakukan pemeriksaan darah rutin berupa: ;b: 10, gr 5, leukosit : 1%.833$ mm%,
trombosit : 872.333$ mm%, hematokrit : 8# vol5,
@6':11% gr5.
11
Pasien selanjutnya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks P pada tanggal #% Oktober #332. 6idapatkan hasil : -
*entuk thoraks tidak simetris, sela iga melebar.
-
Fapangan paru kiri lebih radiolusen, tidak terdapat !orakan vaskuler, serta didapatkan paru kiri yang kolaps total.
-
)rakea,
jantung
dan
mediastinum
terdorong
kesisi
kanan
+kontralateral. -
(esan: Pneumotoraks sinistra Fuas pneumotoraks : 2 5
RESUME
Pasien )n.=, laki-laki, %2 tahun, datang ke R'U6 ri"in !hmad Pekanbaru dengan keluhan utama sesak na"as sejak 1 hari 'R', sesak mun!ul tiba-tiba, sesak bertambah saat pasien bergerak disertai nyeri dada. Ri&ayat batuk lama+-, demam +-, ri&ayat trauma +-, ri&ayat asma +-, ri&ayat 6 +-, ri&ayat hipertensi +-, ri&ayat O) +-. Pada pemeriksaan "isik ditemukan pernapasan dispneu,
1#
dada kiri tertinggal, "remitus kiri>kanan, pada perkusi hipersonor pada paru kiri dan auskultasi suara napas pada paru kiri menghilang. *atas-batas jantung bergeser ke sisi kanan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan lapangan paru kiri lebih radiolusen, tidak terdapat !orakan vaskuler, serta didapatkan paru kiri yang kolaps total, trakea, jantung dan mediastinum terdorong ke sisi kanan +kontralateral.
'A(TAR MASA#A*
'esak dan nyeri dada e! Pneumothoraks 'pontan Primer
REN)ANA PEMER"KSAAN
-
nalisis gas darah
-
Pemeriksaan elektrolit darah
REN)ANA PENATA#AKSANAAN
-
O# % liter$menit
-
Pemasangan 9'6
-
/n"us 6 85, #3 tetes$menit
-
inj.De"otaksim # x1 gram
-
sam e"enamat % x 833mg
(O##O9 UP "anggal #$ %&tober #'' 'ubjekti" : sesak +E • • Objekti" : (eadaan umum (esadaran
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 113$23 mm;g =adi : 2 x$menit RR : %3 x$menit ) : %8,23 D : 8E# !m ;#O : : gerakan na"as asimetris, dada kiri tertinggal : "remitus suara lapangan paru kiri melemah
1%
Perkusi
: dekstra : sonor 'inistra : hipersonor uskultasi : suara na"as menghilang pada lapangan paru kiri, suara napas vesikuler pada lapangan paru kiri. : Pneumothoraks sinistra P: • - O# % liter$menit - Pemasangan 9'6 - /n"us 6 85, #3 tetes$menit - inj.De"otaksim # x1 gram - sam e"enamat % x 833mg 6ilakukan pemasangan 9'6, keluar bubble +E pada saat napas biasa, undulasi +E, !airan +-. 6ilakukan rongten setelah pemasangan 9'6 •
"anggal # %&tober #'' 'ubjekti" : sesak berkurang • Objekti" : • (eadaan umum : tampak sakit sedang (esadaran : komposmentis
1
Paru /nspeksi Palpasi Perkusi uskultasi 9'6 • •
-
: : gerakan na"as simetris : "remitus suara lapangan paru dekstraGsinistra : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler pada kedua lapangan paru : bubble +E hanya saat batuk , undulasi +E, keluar !aian ber&arna kuning jernih. : Pneumothoraks sinistra P: O# % liter$menit /n"us 6 85, #3 tetes$menit inj.De"otaksim # x1 gram sam e"enamat % x 833mg
"anggal # %&tober #'' 'ubjekti" : sesak +- • Objekti" : • (eadaan umum (esadaran
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 1#3$23 mm;g =adi : 2 x$menit RR : # x$menit ) : %8,23 D : 8-# !m ;#O : : : gerakan na"as simetris : "remitus suara lapangan paru dekstraGsinistra : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler pada kedua lapangan paru : bubble +-, undulasi +-, keluar !aian ber&arna kuning jernih. 9'6 di klem #x # jam.
18
• •
-
: Pneumothoraks sinistra, pengembangan paru sempurna P: O# % liter$menit /n"us 6 85, #3 tetes$menit inj.De"otaksim # x1 gram sam e"enamat % x 833mg
"anggal #* %&tober #'' 'ubjekti" : sesak +- • Objekti" : • (eadaan umum (esadaran
• •
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 1#3$23 mm;g =adi : 23x$menit RR : # x$menit ) : %8,23 D
14
"anggal +' %&tober #'' 'ubjekti" : sesak +- • Objekti" : • (eadaan umum (esadaran
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 1#3$23 mm;g =adi : 23x$menit RR : # x$menit ) : %8,23 D
• •
: Pneumothoraks sinistra P : observasi
"anggal + %&tober #'' 'ubjekti" : sesak +- • Objekti" : • (eadaan umum (esadaran
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 113$03 mm;g =adi : 23 x$menit
10
• •
RR : # x$menit ) : %4,13 D : 8-# !m ;#O : gerakan na"as simetris : "remitus suara lapangan paru dekstraGsinistra : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler pada kedua lapangan paru
: tampak sakit sedang : komposmentis : )6 : 113$23 mm;g =adi : 2 x$menit RR : # x$menit ) : %4,%3 D : 8-# !m ;#O : gerakan na"as simetris : "remitus suara lapangan paru dekstraGsinistra : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler pada kedua lapangan paru
: tampak sakit ringan : komposmentis : )6 : 113$03 mm;g =adi : 23x$menit RR : # x$menit ) : %4,83 D : 8-# !m ;#O : gerakan na"as simetris : "remitus suara lapangan paru dekstraGsinistra : sonor pada kedua lapangan paru : vesikuler pada kedua lapangan paru
12
PEM$A*ASAN
Pasien didiagonis menderita pneumotoraks spontan primer karena didapatkan tanda dan gejala yang mendukung diagnosa tersebut. 6ari anamnesa didapatkan keluhan sesak napas yang mun!ul tiba-tiba disertai nyeri dada, sesak bertambah saat bergerak. 6ari pemeriksaan "isik didapatkan pernapasan dispneu +napas !epat dan dangkal, dinding dada asimetris dengan dada kiri lebih !embung dan gerakan dinding dada kiri tertinggal, "remitus kiri>kanan, pada perkusi hipersonor pada paru kiri dan auskultasi suara napas pada paru kiri menghilang, batas-batas jantung bergeser ke sisi kanan. 6ari pemeriksaan penunjang didapatkan lapangan paru kiri lebih radiolusen, tidak terdapat !orakan vaskuler, serta didapatkan paru kiri yang kolaps total, trakea, jantung dan mediastinum terdorong k e sisi kanan +kontralateral. Pada pasien ini mempunyai predisposisi mendapatkan pneumothoraks spontan primer karena laki-laki usia muda dengan bentuk badan astenikus dan adanya ri&ayat merokok dengan jumlah 2 batang$hari selama
±
12 tahun. erokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya pneumothoraks karena peningkatan degradasi jaringan ikat elastis pada jaringan paru, yang diinduksi oleh rokok karena rokok meningkatkan migrasi netro"il dan makro"ag ke paru. 'esak pada pasien ini terjadi karena tekanan didalam alveoli meningkat sehingga udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler. Pneumothoraks spontan primer terjadi karena pe!ahnya bulla atau bleb, sehingga adanya akumulasi udara pada rongga pleura. 'esak berhubungan dengan luas pneumothoraks, pada pneumothoraks yang luas akan menyebabkan penekanan dan kolaps paru ipsilateral. Pneumothoraks akan menyebabkan penurunan kapasitas vital, rasio-ventilasi per"usi yang menurun akibat hipoksemia. Pada pneumothoraks spontan primer jarang terjadi hiperkapnia karena didasari oleh jaringan paru yang normal. (eluhan lain yang membantu diagnosis pneumothoraks adalah nyeri dada. =yeri dada terjadi karena adanya udara intrapleura yang menyebabkan regangan pada pleura parietal, nyeri juga dapat terjadi akibat perdarahan yang terjadi akibat robekan pleura viseralis dan darah yang menimbulkan iritasi pada pleura parietalis.
17
Pada pasien ini indikasi dilakukan pemasangan 9'6, karena dari hasil pemeriksaan radiologis didapatkan luas pneumothoraks yang ? #35. 6engan dilakukan pemasangan 9'6 diharakan pengeluaran udara yang terjadi terus-menerus sampai terjadi penutupan "istel bronkopleura. 'etelah pemasangan 9'6 dilakukan pemeriksaan radilogis untuk menentukan keberhasilan pemasangan, dan setelah klinis membaik dilakukan pemeriksaan ulang untuk menilai pengembangan paru. ika paru telah mengembang sempurna, dilakukan uji !oba dengan menjepit pipa #x# jam, dan setelah itu dilakukan rontgen ulang sebelum di!abut. )erapi lainnya berupa pemakaian oksigen dengan konsentrasi tinggi. *erdasarkan literature diperoleh bah&a pemberian oksigen 1335 akan meningkatkan resorbsi oksigen kali lipat. Pada pemberian oksigen dengan kanul nasal optimal diberikan dengan % liter$menit. Pemberian antibiotik ditujukan untuk men!egah in"eksi sekunder akibat pemasangan 9'6. Pada pasien ini juga di"ikirkan di"erensial diagnosa sebagai pneumothoraks spontan sekunder, akibat bronkopneumonia karena adanya sesak, leukositosis. =amun pada pasien ini tidak terdapat ri&ayat demam dan batuk sebelumnya, dan terjadi pengembangan paru yang sempurna dalam % hari pemasangan 9'6, serta gejala klinis yang progresi" membaik dengan pemasangan 9'6. Pada pasien ini juga didapatkan ri&ayat sesak dan nyeri dada yang timbul mendadak sebelumnya membaik se!ara spontan dalam # jam.
#3
'A(TAR PUSTAKA
1. Hajrin. Pneumothorakx. #332. http:$$&&&.thedo!tors.!om. Idiakses tanggal 1# =ovember #332J. #. '&idarmoko, *. Penatalaksanaan (onservati" Pneumotoraks 'pontan. #338. http:$$&&&.!erminduniakedokteran.!om$ Idiakses =ovember #332J %. ;isyam *, goestono ;. Pneumotoraks 'pontan. 6alam: *uku jar /lmu Penyakit 6alam, 'uyono ', editor. akarta: *alai Penerbit H(U/ , #331. 7%78. . 'ahn ', ;e""ner . 'pontaneous Pneumothorax. =C, #333 %#:24-0#. 8. *as!om R. Pneumothorax. #334. http:$$&&&.emedi!ine.!om$ Idiakses =ovember #332J 4. (usuma&idjaja. Pleura dan ediastinum. 6alam: Radiologi 6iagnostik, Ckayuda /, editor. akarta: *alai Penerbit H(U/, #334.117-#3. 0. mirullah R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di 6alam Praktek. #338. http:$$&&&.!erminduniakedokteran.!om$ Idiakses =ovember #332J
#1