LAPORAN KASUS ODONTEKTOMI RSUD KABUPATEN KEDIRI
Disusun oleh : ALHAADI DWI PRIANA 10608001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… DAFTAR ISI …………………………………………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………..
1.1 Latar belakang ……………………………………………………………………………. 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………... 1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………. BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………….
2.1 Impaksi ............................................ ………………………………………………………… 2.2 Odontektomi……………………………………………………………………..... 2.3 Laporan Kasus Odontektomi…………………………………………………………
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tiada Tuhan selain Allah SWT dan tiada sekutu bagi-Nya. Begitu banyak dan berlimpah nikmat yang telah Ia berikan terutama nikmat Iman, Islam, dan Ihsan. Salawat dan serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Rasulullah SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya. Dalam rangka memenuhi tugas klinik Bedah Mulut, penulis menyusun makalah “Laporan Kasus Odontektomi”. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih ban yak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, men gingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Amin.
Kediri, 24 November 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut.1 Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.1 Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan merupakan gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering terjadinya impaksi pada gigi tersebut. Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah dankemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi molar ketiga rahang bawah.2 Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian maka akan memudahkan makanan terperangkap di dalamnya, sehingga pasien akan mengalami kesulitan untuk membersihkannya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak, mulut berbau, gigi gampang terserang karies.5 Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi.6
1.2 RUMUSAN MASALAH
Ada pun rumusan masalah dari makalah ini yaitu apa gigi impaksi .
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gigi impaksi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Impaksi 1. Pengertian Impaksi
Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat disekitarnya 4. Gigi yang sering mengalami impaksi gigi adalah gigi M3 RB. 2. Etiologi Impaksi
Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya impaksi gigi. Faktorfaktor ini diklasifikasikan menjadi faktor lokal, faktor sistemik, dan kondisi abnormal lainnya. a. Faktor Lokal
Malposisi gigi lawan
Densitas jaringan keras disekitarnya
Inflamasi kronis yang menyebabkan fibrosis mukosa disekitarnya
Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna atau karena retensi gigi sulung
Nekrosis karena adanya infeksi Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis
b. Faktor Sistemik
Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)
Post natal (rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakit pada rahang dan jaringan lunak disekitarnya)
c. Kondisi abnormal lainnya
Cleidocranial dysostosis
Oxycephaly
Achondroplasia
2.2. Odontektomi 1. Pengertian Odontektomi
Definisi odontektomi yaitu dilakukan pengambilan tulang pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap mukoperiosteal, kemudian yang menghalangi dengan bur atau tatah (Pederson, 1996). Odontektomi adalah pengeluaran gigi yang dalam keadaan tidak dapat bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang menghalangi pengeluaran gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan bedah pengangkatan molar bawah yang terpendam. Klasifikasi Impaksi
Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga rahang bawah (Archer, 1975). Klasif ikasi didasarkan pada pemeriksaan radiologis yaitu dengan menggunakan photo periapikal , panoramik, oklusal dan Water’s.Menurut Pell dan gregory : A. Berdasarkan hubungan ukuran antara lebar gigi molar tiga bawah terhadap jarak antara ramus mandibula dan bagian distal gigi molar kedua bawah. Kelas I : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua cukup bagi ukuran mesio distal gigi molar tiga. Kelas II : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua kurang dari ukuran mesiodistal gigi molar tiga Kelas III : Seluruh atau sebagian besar gigi molar tiga berada dalamramus mandibula
B. Berdasarkan letak gigi molar tiga dalam tulang Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak setinggi atau diatas garis oklusal gigi molar dua Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawah bidang oklusal, tetapi diatas garis servikal gigi molar dua Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawah servikal gigi molarDua.
Klasifikasi lain menurut Winter berdasarkan perbandingan sumbu panjang molar tiga terhadap molar dua, yaitu : a. Mesioangular b. Horizontal c. Vertikal d. Distoangular e. Bukoangular f. Linguoangular g. Inverted
2. Indikasi dan Kontra indikasi Odontektomi
a. Indikasi :
Menimbulkan gejala neuralgia disebabkan tekanan gigi pada syaraf
Pembentukan kista
Ada gejala inflamasi
Mengalami karies
Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga
b. Kontra indikasi :
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau struktur lainnya
Penderita usia lanjut
Kondisi fisik atau mental terganggu
3. Prinsip dan langkah dasar rencana perawatan odontektomi
1. Mendapatkan exposure yang cukup kearea gigi 2. Mendapatkan akses yang diperlukan untuk pembuangan tulang agar gigi terlihat 3. Membelah gigi dengan bur agar ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang berlebihan 4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar dengan elevator 5. Pembersihan dengan irigasi dan pembersihan mekanis dengan kuretase dan ditutup simple interrupted suture.
2.3 Laporan Kasus Odontektomi A. Identifikasi Penderita
Nama
: Tn. Yohanes W.S.A Edus
Alamat
: Dsn Ngadiluwih RT 04/01 Kediri
Pekerjaan
: Mahasiswa
Usia
: 26 Tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
B. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan ingin dicabut giginya sebelah bawah kiri belakang. Anamnesa : Setelah mengetahui foto ronsen, pasien ingin agar gigi belakang bawah kiri tersebut dicabut agar tidak terjadi keluhan sakit di kemudian hari. Pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik dan alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Keadaan Umum
Kondisi fisik
: Kondisi fisik baik dan siap dilakukan perawatan
C. Pemeriksaan obyektif Ekstra oral :
Pemeriksaan kepala dan leher : dalam batas normal.
Pemeriksaan kelenjar mandibularis dexter dan sinister : tidak teraba dan tidak sakit.
Intra oral :
Pemeriksaan gingival : Normal
Pemeriksaan gigi : Kondisi gigi 38 normal
Klasifikasi impaksi :
Relasi terhadap ramus dan sisi distal M2 RB : Klas I (ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua cukup bagi ukuran mesiodistal gigi molar ketiga)
Kedalaman : posisi A (bagian tertinggi gigi molar ketiga terletak setinggi atau di atas garis oklusal gigi molar kedua)
Angulasi : Mesioanguler
Gambar 1. Gambaran radiologi gigi 48
D. Langkah-langkah dasar rencana prosedur odontektomi
1. Menentukan Diangnosa/klasifikasi impaksi (faktor kesulitan) :
Letak/posisi gigi impaksi dalam tulang rahang
Kedudukan gigi terhadap jaringan sekitar
Bentuk akar gigi impaksi
2. Menentukan arah jalan keluar/pengambilan dengan trauma minimal yaitu :
Approach IO atau EO
Searah dengan arah erupsi
3. Menentukan metode odontektomi yang dipilih dengan memperhatikan : a. Faktor intrinsik – gigi b. Faktor ekstrinsik – jaringan sekitar gigi Ada 3 metode/cara yaitu : 1. Pengambilan tulang sekitar gigi yang cukup banyak 2. Gigi impaksi dipotong (tooth division teeth) 3. Kombinasi 1 dan 2 4. Menentukan tempat kedudukan pemakain elevator dan perlu ditentukan
Macam elevator
Kondisi gigi dan jaringan sekitar
Letak titik tumpu (fulkrum)
5. Menentukan mukoperiosteal flap yang akan dibuat
Vertical flap
Envelop flap
E. Instrument operasi odontektomi
1. Chip retractor/lip retraktor 2. Elevator bengkok/ lurus 3. Arteri klem 4. Scalpel 5. Alat dasar diagnosis (kaca mulut, sonde, pinset, ekscavator) 6. Spuit ( Phcain) 7. Rasparatorium 8. Bone file 9. Hand piece dan bur
10. Suction tube 11. Benang jahit, needle, needle holder 12. Gunting 13. Sharp kuret
F.
Tahap odontektomi
1 Asepsis Intra Oral dan Ekstra Oral 2. Pemberian anastesi : Blok nervus alveolaris inferior, nervus lingualis dan Infiltrasi nervus bukalis 3. Pembuatan flap mukoperiosteal
Dari titik tersebut insisi diteruskan kearah lipatan bukal (bukal fold) membentuk sudut 45 o
Melepaskan jaringan lunak sepanjang garis insisi hingga membentuk flap dan permukaan tulang yang menutupi sebagian mahkota gigi impaksi dapat terlihat jelas
4. Pengambilan jaringan tulang (dengan/ tanpa odontotomi)
Pengambilan jaringan tulang penghambat biasanya dilakukan pada tulang sebelah bukal, mesial atau distal dari gigi impaksi, dengan menggunakan chisel/ bur.
Pengambilan jaringan tulang ini selain untuk meninggalkan hambatan juga bertujuan membuat ruangan antar gigi dan fulcrum yang dapat dimasuki ujung elevator.
5. Pengeluaran gigi impaksi
Gigi impaksi dikeluarkan dengan/tanpa odontektomi menggunakan elevator.
Titik ungkit menggunakan elevator tergantung kasus.
Akar melengkung ke distal titik ungkit sebelah mesial M3
Akar melengkung ke mesial titik ungkit sebelah distal M3
6. Debridement
Pemberihan lika operasi : 1. Serpihan tulang 2. Gigi 3. Sisa-sisa tumpatan
Menghaluskan tulang dengan bone file
Irigasi dengan larutan PZ
7. Penutupan luka/ flap dan jahit
Rongga luka operasi yang telah bersih dan terisi jendalan darah dan mukoperiosteal flap dijahit pada tempat semula.
Flap dijahit pada beberapa tempat tidak terlalu rapat agar cairan tubuh dapat keluar dan oedema menurun pasca operasi.
Gigit tampon selama 30 menit.
8. Instruksi post operasi dan terapi pasca bedah
Melepas tampon setelah 30 menit
Tidak menghisap hisap luka / memainkan ujung lidah pada luka.
Tidak kumur air panas selama 24 jam.
Makan yang halus selama 1-2 hari.
Sehabis operasi dapat dilakukan kompres es tiap 20 menit.
Jaga kebersihan luka operasi dari sisa makanan dengan berkumur
G. Terapi Pasca Operasi
1. Saat kontrol : irigasi H 2O2 3% pada area luka. 2. Setelah 3 hari, dapat dilakukan sikat gigi dengan hati-hati. 3. Jahitan diangkat setelah 7-10 hari, bila luka insisi sudah bertautan dengan baik. 4. Penyembuhan luka operasi 2-3 minggu 5. Obat-obatan yang diberikan :
Analgesik : Costan
Anti inflamasi : Cataflam
Antibiotik : Amoxan
Vitamin
R/ Amoxan tab 500 mg No.XV 3 dd 1
R/ Costan tab 500 mg No. X 3 dd 1 p.r.n
R/ cataflam tab 25 mg No. X 3 dd 1
R/ Becom-c tab 500 mg no. X 1 dd 1
BAB III KESIMPULAN
1. Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat disekitarnya. 2. Etiologi nya adanya faktor lokal, faktor sistemik, dan kondisi abnormal lainnya. 3. odontektomi yaitu pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan bur atau tatah. 4. Klasifikasi impaksi dapat dibagi berdasarkan hubungan M3 terhadap ramus mandibula, letak M3 dalam tulang, dan Sumbu panjang M3 terhadap M2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika Dental Journal 2005;10(2):73-4 2. Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.Jurnal MIKGI 2002;IV(7):154-6 3. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi. Journal of the Indonesian Dental Assocation 2009;58(2):20 4. Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2 nd ed. Alih Bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996,hal.61-3