BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Neonatal (AKN) member kontribusi tehadap 59 % kematian bayi, Berdasarkan analisa lanjut Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012), AKN sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dan angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dikelahiran hidup. Angka ini sama dengan SDKI tahun 20022003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia 2015) Mayoritas dari semua kematian neonatal (75%) terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama. Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan berat lahir rendah, infeksi, asfiksia (kekurangan oksigen saat lahir) dan trauma kelahiran. Penyebab ini menyebabkan hampir 80% kematian pada kelompok usia ini. (WHO, 2015) Indonesia berada pada tingkat Sembilan dunia dengan presentase BBLR lebih dari 15,5 % dari kelahiran bayi setiap tahunnya (WHO, 2015) Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dan daerah lain, yaitu berkisar 9%-30%, hasil studi di tujuh daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2% secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka BBLR sekitar 7,5% (Pantiawati, 2010)
1
Kematian pada Bayi Baru Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah Rendah salah satunya bisa diakibatkan karena masih rentan daya tahan tubuh,serta kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Sehingga masih rentan akan infeksi , ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membantu antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum sempurna.Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tanggan tanggan sebelum memegang bayi ( Koswara 2014). 2014). Dampak dari kejadian BBLR terjadinya gangguan system metabolic seperti Hipotermia, Hipoglekimia, masalah pemberian ASI, Gangguan imunitas seperti ganguan Imunologik, kejang saat dilahirkan, Ikterus, gangguan system pernapasan, gangguan system peredaran d arah dan gangguan cairan elektrolit. (Proverawati, 2010) Penanganan
bayi
dengan
BBLR
meliputi
pelayanan
kesehatan
neonataldasar, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi dan penanganan masalah BBLR yang diberikan disarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh tenaga yang berkompetensi. (Profil Kesehatan Bengkulu 2014) Di Provinsi Bengkulu BBLR merupakan salah satu factor yang mempengaruhi angka kematian bayi. Kasus BBLR tahun 2016 sebanyak 95 orang (1,4%) dari jumlah kelahiran hidup dan kesemuanya (100%) ditangani oleh tenaga kesehatan dan terjadi peningkatan jumlah bayi BBLR disbanding
2
Kematian pada Bayi Baru Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah Rendah salah satunya bisa diakibatkan karena masih rentan daya tahan tubuh,serta kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Sehingga masih rentan akan infeksi , ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membantu antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum sempurna.Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tanggan tanggan sebelum memegang bayi ( Koswara 2014). 2014). Dampak dari kejadian BBLR terjadinya gangguan system metabolic seperti Hipotermia, Hipoglekimia, masalah pemberian ASI, Gangguan imunitas seperti ganguan Imunologik, kejang saat dilahirkan, Ikterus, gangguan system pernapasan, gangguan system peredaran d arah dan gangguan cairan elektrolit. (Proverawati, 2010) Penanganan
bayi
dengan
BBLR
meliputi
pelayanan
kesehatan
neonataldasar, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi dan penanganan masalah BBLR yang diberikan disarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh tenaga yang berkompetensi. (Profil Kesehatan Bengkulu 2014) Di Provinsi Bengkulu BBLR merupakan salah satu factor yang mempengaruhi angka kematian bayi. Kasus BBLR tahun 2016 sebanyak 95 orang (1,4%) dari jumlah kelahiran hidup dan kesemuanya (100%) ditangani oleh tenaga kesehatan dan terjadi peningkatan jumlah bayi BBLR disbanding
2
tahun 2015 dengan jumlah bayi BBLR sebanyak 81 orang atau 1,2 % dari jumlah kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Bengkulu 2016) Hasil survey awal yang di lakukan pada bulan Januari 2018, beberapa rumah sakit di Kota Bengkulu kejadian BBLR di RSUD M.Yunus Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 246 Bayi, pada tahun 2016 sebanyak 176 Bayi, pada tahun 2017 159 bayi, Di Rumah Sakit Bhayangkara pada tahun 2015 sebanyak 151 Bayi, pada tahun 2016 sebanyak 107 Bayi, dan pada tahun 2017 sebanyak 176 Bayi dengan BBLR. Berdasarkn latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan BBLR di RS. Bhyangkara Kota Bengkulu tahun 2018 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latarbelakang diatas, permasalahan yang dihadapi adalah terjadinya peningkatan angka kejadian bayi dengan BBLR di Kota Bengkulu. C. Batasan Masalah
Batasan Masalah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pada BBLR tanpa cacat bawaan dengan Berat 2000 – 2.500 gram, dan masa Gestasinya 37 – 37 – 42 42 minggu. D. Rumusan Masalah
Dengan masih banyaknya angka kejadian BBLR di RS.Bhayangkara Kota Bengkulu, Rumusan Masalahnya yaitu bagaimana melakukan Asuhan
3
Kebidanan pada Bayi dengan BBLR di RS.Bhayangara Kota Bengkulu tahun 2018. E. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney diruang perinataal RS.Bhayangkara Bengkulu. 2. Tujuan Khusus
a.
Dapat melakukan Pengkajian data secara subjektif dan objektifpada bayi dengan BBLR
b.
Dapat melakukan Interpretasi data yang meliputi doagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada bayi dengan BBLR. BBLR.
c.
Dapat merumuskan diagnose potensial pada bayi dengan BBLR
d.
Dapat mengidentifikasi tindakan segera pada bayi dengan BBLR
e.
Dapat menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh terhadap bayi dengan BBLR
f.
Dapat melaksanakan asuhan kebidnan sesuai dengan rencanan yang telah disusun pada bayi dengan BBLR
g.
Dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi dengan BBLR. BBLR.
4
F. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dari laporan tugas akhir atau PKK 3 khususnya bagi mahasiswa kebidanan dalam memberikan asuhan pada bayi dengan BBLR 2. Bagi rumah sakit Dapat menambah pengetahuan bagi bidan dan dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam melakukan asuhan kebidanan 3. Bagi Mahasiswa Menambah wacana ilmu pengetahuan, pendidikan dan pengalaman baik untuk penulis maupun pembaca dalam proses melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR) sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan bidan yang terampil, profesional dan mandiri .
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 1. Pengertian BBLR
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan (Badriul,2009). BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).(Kosim, dkk, 2014). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009) Secara umum bayi BBLR ini berhubungn dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (premature) di samping itu juga di sebabkan dismaturita, artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 munggu) tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram ( proverawati dan ismawati, 2010) 2. Klasifikasi BBLR
a. Ada beberapa cara dalam nebgelompokkan bayi BBLR, yaitu: 1) Menurut harapan hidup a) BBLR (berat badan lahir rendah) Yaitu berat badan lahir 1.500- 2.500 gram
6
b) BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) Yaitu berat badan lahir antara 1.000 – 1.500 gram c) BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) Yaitu berat badan lahir < 1.000 gram. b. Menurut masa gestasinya: 1) Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) 2) Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa
gestasi
itu,
berat bayi
mengalami reterdasi pertubuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (proverawati atikah dan ismawati cahyo, 2010) 3. Manifestasi klinis BBLR
Menurut Proverawati (2010) Secara umum, gambaran klinis dari bayi bblr adalah sebagai berikut: a. Berat kurang dari 2500 gram b. Panjang kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kuang dari 30 cm d. Lingkarkepala kurang dari 33 cm e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu f.
Kepala lebih besar
7
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang h. Otot hipotonik lemah i.
Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
j.
Ekstremita: paha abduksi,sendi lutut/ kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak l.
Pernapasan 40-50 kali/menit
m. Nadi 100-140 kali/menit Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK) a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram b. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat c. Kulit keriput, lemak pada kulit tipis d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil, bila cukup bulan, payudara dan putting sesuai dengan masa kehamilan e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora f.
Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian h. Mengisap cukup kuat 4. Diagnosis pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
Menurut Pantiawati Ika (2010)
menegakkan diagnosis BBLR adalah
dengan mengukur berat badan lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
8
a. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR: 1) Umur ibu 2) Riwayat hari pertama haid terakhir 3) Riwayat persalinan sebelumnya 4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya 5) Kenaikan berat badan selama hamil 6) Aktivitas 7) Penyakit yang diderita selama hamil 8) Obat-obatan yang diminum selama hamil b. Pemeriksaan fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: 1) Berat badan 2) Tanda-tanda premature (pada bayi kurang bulan) 3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 1) Pemeriksaan skor ballard 2) Tes kocok (shake test) di anjurkan untuk bayi kurang bulan
9
3) Darah rutin, glukoa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektroit dan analisa gas darah 4) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan. 5. Etiologi pada BBLR
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan mangkin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat badan lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea. Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif, daya isap lemah, kulit mengkilatdan licin (Winkjosastro, 2013). Menurut
Winkjosastro
(2013),
faktor-faktor
yang
dapat
menyebabkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah, yaitu antara lain: a. Faktor Ibu 1) Hipertensi 2) Perokok 3) Gizi buruk 4)
Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
5) Pendarahan antepartum
10
6) Malnutrisi 7) Hidraminon 8) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 9) Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat b. Faktor Janin 1) Kehamilan ganda 2) Kelainan kromosom 3) Cacat bawaan 4) Infeksi dalam kandungan 5) Hidramnion 6) Ketuban pecah dini c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah d. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok 6. Komplikasi penyakit yang menyertai Berat Badan Lahir Rendah
Alat tubuh bayi lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Dalam hubungan ini sebagian besar kehamilan perinatal terdapat bayi-bayi BBLR (Prawirohardjo, 2014).Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2014). Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain: a. Hipotermia
11
b. Hipoglikemia c. Gangguan cairan dan elektrolit d. Hiperbilirubinemia e. Sindraoma gawat nafas f. Paten duktusarteriosus g. Infeksi h. Pendarahan intraventrikuler Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain: a. Gangguan perkembangan b. Gangguan pertumbuhan c. Gangguan penglihatan (Retinopati) d. Gangguan pendengaran e. Penyakit paru kronis f.
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g. Kenaikan frekuensi bawaan Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi angka kematian), afiksia/iskemiaotok, sindroma gangguan pernapasan, retrolental
perdarahan
interaventrikuler,
fibroplasias,
(asidosishipoglikemia,
infeksi,
hiperbilubinemia)
displasiabronkopulmonia, gangguan kadaan
sosial
metabolik ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan
12
postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dll) (Winkjosaatro, 2013). Adapun komplikasi penyakit pada BBLR adalah a. Asfiksia b. Hiperbillirubinemia karena immatur hati c. Mudah terjadi infeksi karena gangguan imunologik d. Pneumonia Aspirasi, terjadi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh f. Sindroma gangguan pernafasan g. Hipotermi h. Hipoglikemi i.
Gangguan cairan dan elektrolit.
7. Pencegahan BBLR
Menurut Manuaba (2010), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara: a.
Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.
b.
Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm
c.
Memberi nasehat tentang : 1) saat hamil
13
2) Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal 3) Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi. 4) Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati Menurut Erlina (2014), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya: a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam kandunganya dengan baik. c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu reproduksi sehat (20-34 tahun). d. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
14
8. Penatalaksanaan Asuhan pada BBLR
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2013). a. Mempertahankan Suhu Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu inkubator
dapat
diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakandidalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi.Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok.Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2013).Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
15