LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
DINAMIKA POPULASI HEWAN
(KURVA LULUS HIDUP KUMBANG BERAS)
Oleh:
Kelompok 2
Abdul Roni (12222002)
Ayu Pujiastuti (12222017)
Bunga Pertiwi (12222018)
Asia Astuti (12222013)
Desi Ratnasari (12222023)
Eli Apriana (12222032)
Fini Eka Pramitha (12222037)
Fitri Astriawati (12222038)
Gestri Rolahnoviza (12222040)
Dosen Pembimbing:
Irham Falahudin, M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Dalam penyebarannya individu-individu tersebut dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan kelompok tersebut terpisah dari organisme satu dengan lainnya. Pemisahan ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca dan lain-lain.
Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak merata, hal ini tergantung dari kepadatan, pertumbuhan populasi pada suatu daerah. Pertumbuhan suatu populasi dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu komunitas. Pertumbuhan populasi adalah kemampuan populasi untuk meningkat jumlah individunya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti angka kelahiran.
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain (migrasi) dan karena adanya kelahiran kelahiran (natalis). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut. Dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara biologi populasi dan matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak membutuhkan dasar keilmuan biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan matematika. Sedangkan matematika populasi lebih banyak atau dominan dalam matematika dan sedikit memanfaatkan biologi (Saputra, 2007).
Setiap individu adalah bagian atau anggota dari suatu populasi, suatu spesies. Sehingga, individu tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya kemudian mengatasi setiap perubahan dan tuntutan yang ada dalam lingkungan jenis dan populasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum dinamika populasi dengan menghitung kurva lulus hidup kumbang beras. Supaya diketahui tingkat natalis dan mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi yang berbeda.
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan:
untuk mengetahui cara penghitungan populasi dan dinamika populasi
mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras pada berbagai makanan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain: toples 5 buah, kain kasa, karet gelang, dan termommeter.
Bahan-bahan yang dgunakan dalam praktikum, antara lain: kumbang beras, beras, jagung, kacang hijau, gandum, dan serbuk kayu.
Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Siapkan 5 toples dengan masing-masing toples diisi dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sebanyak seperempat dari toples tersebut.
Pada masing-masing toples tersebut diisi dengan 20 ekor kumbang beras.
Amati jumlah natalis dan mortalitasnya serta suhunya dari tiap sampelnya setiap harinya selama 30 hari.
Catatlah hasil pengamatan,
Hitunglah laju pertumbuhan ketiga perlakuan kumbang beras tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Populasi
Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat di suatu daerah tertentu. Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skalaruang. Bahkan seluruh individu sejenis dapat di pandang sebagai sebuah populasi. Beberapa populasi lokal atau deme yang dihubungkan oleh individu-individu yang menyebar disebut metapopulasi. Populasi sementara yang terdiri atas tahap tertentu dari daur hidup suatu organisme membentuk hemipopulasi. Beberapa karakteristik populasi diantaranya adalah kehidupan, ukuran, dispersi, rasio kelamin, struktur atau komposisi umur, dan dinamika (Campbell, 2010).
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan menggunakan rumus oerubahan jumlah dibagi waktu,. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik antara lain kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalis), laju kematian (mortalitas), potensi biotic, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalis dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi (Waluya, 2011).
Dinamika Populasi
Dinamika poulasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khususnya untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa yang didatanginya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi (Waluya, 2011).
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut ke luar wilayah (Campbell, 2010).
Sebagai obyek kajian, dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara biologi populasi dan matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak membutuhkan dasar keilmuan biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan matematika. Sedangkan matematika populasi lebih banyak atau dominan dalam memanfaatkan ilmu matematika dan sedikit memanfaatkan biologi (Campbell, 2010).
Semua populasi dengan data jangka panjang yang tersedia menunjukkan sejumlah fluktuasi dalam hal jumlah. Fluktuasi-fluktuasi dari tahun ke tahun atau dari tempat ke tempat ini mempengaruhi panen musiman atau tahunan ikan dan berbagai spesies lain yang penting secara komersial. Fluktuasi juga memberikan wawasan kepada para ahli ekologi mengenai apa yang mengatur ukuran populasi. Penelitian terhadap dinamika populasi (population dynamics) berfokus pada interaksi-interaksi komplek antara faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan variasi dalam hal ukuran populasi (Campbell, 2010).
Stabilitas dan fluktuasi
Populasi mamalia besar dulu diduga tetap stabil sepanjang masa, namunberbagai penelitian jangka panjang telah menantang gagasan tersebut. Jumlah domba soay di Pulau Hirta berfluktuasi sangat besar, naik atau turun lebih dari separuh dari satu tahun ke tahun berikutnya. Faktor terpenting adalah cuaca. Cuaca yang tidak bersahabat, terutama musim dingin yangmembekukan dan basah, memperlemah domba dan menurunkan ketersediaan makanan, menyebabkan penurunan populasi. Faktor-faktor lain misalnya peningkatan densitas parasit juga menyebabkan populasi menyusut. Sebaliknya, sewaktu jumlah domba rendah dan cuaca sedang, makanan mudah diperoleh dan populasi tumbuh dengan cepat(Campbell, 2010).
Siklus populasi ( Penyelidikan ilmiah)
Sementara banyak populasi berfluktuasi pada interval yang tidak dapat diprediksi, populasi-populasi lain mengalami siklus ledakan dan penurunan yang teratur. Beberapa mamalia herbivora kecil, misalnya tikus ladang dan leming, cenderung memiliki siklus 3 sampai 4 tahunan. Sementara beberapa jenis burung, misalnya ruffed grouse dan ptarmigan, memiliki siklus 9 sampai 11 tahunan (Campbell, 2010).
Imigrasi, Emigrasi, dan Metapopulasi
Sejauh ini, pembahasan kita tentang dinamika populasi telah difokuskan terutama pada kontribusi dari kelahiran dan kematian. Akan tetapi, imigrasi dan emigrasi juga dapat memengaruhi populasi-populasi, terutama ketika sejumlah populasi-populasi lokal tertaut, sehingga membentuk metapopulasi. Sebagai contoh, imigrasi dan emigrasi menautkan populasi bajing tanah belding yang kita bahas sebelumnya dengan populasi-populasi lain dari spesies tersebut, yang semuanya membentuk sebuah metapopulasi (Campbell, 2010).
Metode "Total Count"
Ukuran populasi suatu spesiesprimata akan diketahui bila dilakukanpenghitungan secara langsung dan menyeluruh(total counts / direct counts) terhadapsemua individu (anggota populasi) yangada dalam suatu kawasan. Metode inimerupakan teknik paling akurat dalammenentukan ukuran populasi (primata);sehingga bila masih memungkinkan untukditerapkan merupakan metode terbaikuntuk dipilih (Tobing, 2008).
Menurut Tobing (2008), penerapan metode ini umumnyadilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
Membagi kawasan menjadi beberapablok (block counts), dan menghitungjumlahindividu yang ada pada setiapblok secara berurutan. Cara lain jugadapat dilakukan dengan menghitung diblok berbeda secara bersamaan olehbeberapa observer.
"Menyisir" kawasan (memerlu-kanbanyak observer) dengan berbarisdalam posisi "shaf" dan berjalanserentak menelusuri seluruh kawasanuntuk mendeteksi dan menghitunganggota populasi.
Metode ini dapat digunakansekaligus untuk mengetahui pola sebaranpopulasi dalam kawasan serta sebaranumur dan sex dari populasi tersebut;namundemikian, metode total countshanya akan akurat bila selama pelaksanaantidak ada individu yang berpindah ataubersembunyi sehingga tidak terdeteksiterhitung.Total counts akan baik dan cepatbila diterapkan di daerah terbuka;sebaliknyaakan banyak kendala (dalammendeteksi populasi) bila diterapkan dikawasan hutan, sehingga akan mempunyaibias yang besar. Selanjutnya, jika arealyang diamati luas maka relatif akan susahdilaksanakan dalam suatu waktu yangbersamaan (Tobing, 2008).
Bila kendala-kendala tersebutdiprediksi akan ditemukan dalam pelaksanaan,sangat tidak dianjurkan untuk menggunakanmetode ini; carilah metode lainyang lebih sesuai dan dapat diterapkanuntuk tercapainya tujuan (Tobing, 2008).
Interaksi Serangga dan Lingkungan
Telah banyak usaha-usaha para ahli untuk melihat lebih jauh tata cara atau upaya untuk mendapat cara yang mantap atau sebaik mungkin guna dapat mengendalikan dan mengatasi gangguan hama baik pada kondisi tanaman masih berada di lapangan maupun pada saat pasca panen (periode penyimpanan). Keberhasilan para ahli dalam kegiatan dan usaha ini harus ditunjang oleh pengetahuan tentang urgensinya memahami ekologi suatu serangga hama (Yasin, 2009).
Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh, kandungan protein, lemak dan P yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata sorgum lebih cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus sp.Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas serangan).
Kualitas makanansangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi serangga (Andrewartha dan Birch, 1954). Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi, misalnya beras lebih disenangi dari pada gabah.
Estimasi BerdasarkanDensitas
Estimasi ukuran populasi dapatdilakukan (berdasarkan densitas yangdiperoleh) dengan hanya mengamatisebagian dari kawasan yang hendak diduga;namundemikian daerah contoh harus dapatmewakili seluruh kawasan. Beberapasumber menyarankan agar areal (contoh)yang diamati mencapai 10 – 15 % dari luastotal kawasan yang hendak diduga; tetapibeberapa berpendapat bahwa estimasiukuran populasi sudah cukup akurat hanyadengan mengamati areal contoh seluas 5 %dari luas total kawasan yang hendakdiduga. Namun demikian, yang palingpenting dijadikan sebagai patokanpersyaratan agar data yang diperoleh berlaku umum untuk seluruh kawasanadalah bahwa areal contoh harus dapatmewakili seluruh kondisi kawasan studi;seperti tipe habitat, kualitas habitat, ketinggian dan topografi, serta parameterparameter lain (yang terjadi di dalam kawasan) yang dapat mempengaruhi keberadaan / kehadiran dan/atau kelangsungan hidup spesies yang hendak diduga (Tobing, 2008).
Densitas yang akan digunakanuntuk penghitungan / pendugaan populasididapatkan dengan melakukan pengamatandi areal contoh berupa jalur (transek) yangsudah ditentukan sebelumnya. Jumlah danpanjang jalur tidaklah begitu penting(asalkan telah terwakili semua kondisi)karena data yang akan dicari adalahdensitas (kepadatan). Jarak antar jalurditetapkan dengan pertimbangan bahwaprimata yang terdeteksi dari suatu jalurtidak akan terdeteksi dari jalur lainnya(yang berdekatan) dalam waktu yangbersamaan, seandainya pengamatan dilakukansecara bersamaan oleh dua observer didua jalur. Dengan demikian, akan terhindarbahwa satu individu (kelompok)akan terhitung dua kali.Pengamatan dilakukan denganberjalan konstan (sekitar 500 m/jam)menelusuri jalur (areal contoh), danmenghitung individu yang terdeteksi, sertamencatat data-data yang diperlukan tentangjalur (sesuai dengan model penerapan yangdianut). Dalam penerapannya, tekniktransek mempunyai variasi-variasi sesuaidengan faham tentang lebar jalur efektifyang digunakan untuk penghitungan luastransek (Tobing, 2008).
Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga
Menurut Sukarman (2012), faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak antara lain adalah :
Kemampuan berkembang biak
Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak, keperidian dan fekunditas (Natawigena, 1990). Serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi. Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya.
Perbandingan kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenisbetina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza)adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
Sifat mempertahankan diri
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Kebanyakan serangga akan berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a) Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/ mangsanya.
Daur hidup
Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur hidup serangga umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek, akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering, bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki daur hidup lebih lama.
Umur imago (serangga dewasa)
Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya ngengat (imago) Tryporyza innotataberumur antara 4 – 14 hari. Umur imago yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnyadapat mencapai antara 3 – 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih sering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel kehidupan kumbang beras pada jagung
X
ax
lx
dx
qx
Lx
Tx
0
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0
1
18
0,6
1
0,055556
1,7
1
2
18
0,6
1
0,055556
1,7
0,5
3
18
0,6
1
0,055556
1,7
0,333333
4
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,25
5
21
0,7
1
0,047619
1,9
0,2
6
22
0,733333
1
0,045455
1,966667
0,166667
7
26
0,866667
1
0,038462
2,233333
0,142857
8
28
0,933333
1
0,035714
2,366667
0,125
9
30
1
1
0,033333
2,5
0,111111
10
30
1
1
0,033333
2,5
0,1
11
33
1,1
1
0,030303
2,7
0,090909
12
33
1,1
1
0,030303
2,7
0,083333
13
33
1,1
1
0,030303
2,7
0,076923
14
38
1,266667
1
0,026316
3,033333
0,071429
15
39
1,3
1
0,025641
3,1
0,066667
16
46
1,533333
1
0,021739
3,566667
0,0625
17
46
1,533333
1
0,021739
3,566667
0,058824
18
47
1,566667
1
0,021277
3,633333
0,055556
19
47
1,566667
1
0,021277
3,633333
0,052632
20
47
1,566667
1
0,021277
3,633333
0,05
21
54
1,8
1
0,018519
4,1
0,047619
22
56
1,866667
1
0,017857
4,233333
0,045455
23
54
1,8
1
0,018519
4,1
0,043478
24
55
1,833333
1
0,018182
4,166667
0,041667
25
50
1,666667
1
0,02
3,833333
0,04
26
50
1,666667
1
0,02
3,833333
0,038462
27
51
1,7
1
0,019608
3,9
0,037037
28
51
1,7
1
0,019608
3,9
0,035714
29
50
1,666667
1
0,02
3,833333
0,034483
30
50
1,666667
1
0,02
3,833333
0,033333
Tabel kehidupan kumbang beras pada beras
x
ax
lx
dx
qx
Lx
Tx
0
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0
1
19
0,633333
1
0,052632
1,766667
1
2
19
0,633333
1
0,052632
1,766667
0,5
3
19
0,633333
1
0,052632
1,766667
0,333333
4
18
0,6
1
0,055556
1,7
0,25
5
18
0,6
1
0,055556
1,7
0,2
6
18
0,6
1
0,055556
1,7
0,166667
7
17
0,566667
1
0,058824
1,633333
0,142857
8
17
0,566667
1
0,058824
1,633333
0,125
9
16
0,533333
1
0,0625
1,566667
0,111111
10
15
0,5
1
0,066667
1,5
0,1
11
13
0,433333
1
0,076923
1,366667
0,090909
12
12
0,4
1
0,083333
1,3
0,083333
13
11
0,366667
1
0,090909
1,233333
0,076923
14
11
0,366667
1
0,090909
1,233333
0,071429
15
11
0,366667
1
0,090909
1,233333
0,066667
16
9
0,3
1
0,111111
1,1
0,0625
17
9
0,3
1
0,111111
1,1
0,058824
18
6
0,2
1
0,166667
0,9
0,055556
19
6
0,2
1
0,166667
0,9
0,052632
20
6
0,2
1
0,166667
0,9
0,05
21
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,047619
22
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,045455
23
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,043478
24
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,041667
25
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,04
26
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,038462
27
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,037037
28
4
0,133333
1
0,25
0,766667
0,035714
29
4
0,133333
1
0,25
0,766667
0,034483
30
4
0,133333
1
0,25
0,766667
0,033333
Tabel kehidupan kumbang beras pada Gandum
x
ax
lx
dx
qx
Lx
Tx
0
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0
1
20
0,666667
1
0,05
1,833333
1
2
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,5
3
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,333333
4
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,25
5
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,2
6
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,166667
7
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,142857
8
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,125
9
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,111111
10
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,1
11
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,090909
12
22
0,733333
1
0,045455
1,966667
0,083333
13
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,076923
14
11
0,366667
1
0,090909
1,233333
0,071429
15
11
0,366667
1
0,090909
1,233333
0,066667
16
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,0625
17
22
0,733333
1
0,045455
1,966667
0,058824
18
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,055556
19
24
0,8
1
0,041667
2,1
0,052632
20
24
0,8
1
0,041667
2,1
0,05
21
24
0,8
1
0,041667
2,1
0,047619
22
25
0,833333
1
0,04
2,166667
0,045455
23
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,043478
24
23
0,766667
1
0,043478
2,033333
0,041667
25
22
0,733333
1
0,045455
1,966667
0,04
26
22
0,733333
1
0,045455
1,966667
0,038462
27
21
0,7
1
0,047619
1,9
0,037037
28
21
0,7
1
0,047619
1,9
0,035714
29
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,034483
30
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0,033333
Tabel kehidupan kumbang beras pada serbuk
x
ax
lx
dx
qx
Lx
Tx
0
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0
1
17
0,566667
1
0,058824
1,633333
1
2
15
0,5
1
0,066667
1,5
0,5
3
15
0,5
1
0,066667
1,5
0,333333
4
13
0,433333
1
0,076923
1,366667
0,25
5
10
0,333333
1
0,1
1,166667
0,2
6
5
0,166667
1
0,2
0,833333
0,166667
7
2
0,066667
1
0,5
0,633333
0,142857
8
0
0
1
0
0,5
0,125
9
0
0
1
0
0,5
0,111111
10
0
0
1
0
0,5
0,1
11
0
0
1
0
0,5
0,090909
12
0
0
1
0
0,5
0,083333
13
0
0
1
0
0,5
0,076923
14
0
0
1
0
0,5
0,071429
15
0
0
1
0
0,5
0,066667
16
0
0
1
0
0,5
0,0625
17
0
0
1
0
0,5
0,058824
18
0
0
1
0
0,5
0,055556
19
0
0
1
0
0,5
0,052632
20
0
0
1
0
0,5
0,05
21
0
0
1
0
0,5
0,047619
22
0
0
1
0
0,5
0,045455
23
0
0
1
0
0,5
0,043478
24
0
0
1
0
0,5
0,041667
25
0
0
1
0
0,5
0,04
26
0
0
1
0
0,5
0,038462
27
0
0
1
0
0,5
0,037037
28
0
0
1
0
0,5
0,035714
29
0
0
1
0
0,5
0,034483
30
0
0
1
0
0,5
0,033333
Tabel kehidupan kumbang beras pada kacang ijo
x
ax
lx
dx
qx
Lx
Tx
0
20
0,666667
1
0,05
1,833333
0
1
19
0,633333
1
0,052632
1,766667
1
2
15
0,5
1
0,066667
1,5
0,5
3
12
0,4
1
0,083333
1,3
0,333333
4
10
0,333333
1
0,1
1,166667
0,25
5
8
0,266667
1
0,125
1,033333
0,2
6
3
0,1
1
0,333333
0,7
0,166667
7
0
0
1
0
0,5
0,142857
8
0
0
1
0
0,5
0,125
9
0
0
1
0
0,5
0,111111
10
0
0
1
0
0,5
0,1
11
0
0
1
0
0,5
0,090909
12
0
0
1
0
0,5
0,083333
13
0
0
1
0
0,5
0,076923
14
0
0
1
0
0,5
0,071429
15
0
0
1
0
0,5
0,066667
16
0
0
1
0
0,5
0,0625
17
0
0
1
0
0,5
0,058824
18
0
0
1
0
0,5
0,055556
19
0
0
1
0
0,5
0,052632
20
0
0
1
0
0,5
0,05
21
0
0
1
0
0,5
0,047619
22
0
0
1
0
0,5
0,045455
23
0
0
1
0
0,5
0,043478
24
0
0
1
0
0,5
0,041667
25
0
0
1
0
0,5
0,04
26
0
0
1
0
0,5
0,038462
27
0
0
1
0
0,5
0,037037
28
0
0
1
0
0,5
0,035714
29
0
0
1
0
0,5
0,034483
30
0
0
1
0
0,5
0,033333
Keterangan:
ax: jumlah yang hidup pada KU x
Ix: jumlah individu (setelah distandarkan) untuk masing-masing umur
dx: jumlah individu yang mati (mortalitas) pada KU x ( data pengamatan)
qx: proposi individu yang mati pada KU x terhadap jumlah individu yang hidup pada KU x
Lx: jumlah rata-rata individu pada KU x
Tx: kalkulasi harapan hidup pada masing-masing umur
Pembahasan
Pengamatan terhadap morfologi dari kumbang beras didapatkan, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. S. oryzae berukuran kecil sekitar 2-3 mm. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Moncongnya memiliki panjang 1 mm hampir sepertiga panjang tubuhnya. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya.
Dari hasil yang telah didapatkan selama 30 hari dengan pengamatan yang dilakukan perharinya. Kemudian, dilakukan perhitungan populasi dan dinamika populasinya. Dari perhitungan tersebut akan diketahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras pada berbagai makanan. Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Menurut Campbell (2010), penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut ke luar wilayah.
Pada neraca kehidupan di atastentang pertumbuhan kumbang beras pada berbagai makanan yaitu pada jagung, kacang hijau, beras, gandum dan serbuk kayu di dapatkan hasil kurva sebagai berikut:
Kurva Jumlah kumbang jagung
Pertumbuhan populasi pada kumbang beras terhadap jagung mengalami peningkatan populasi. Hal ini dapat dilihat dari kurva jumlah kumbang beras pada jagung, setiap harinya selama 30 hari mengalami peningkatan jumlah natalitas dari 20 mencapai 51 populasi yang hidup sedangkan pada mortalitas juga terjadi tetapi hanya sedikit yang megalami kematian, karena pada jagung banyak terdapat nutrisi yang diperlukan oleh kumbang beras untuk bertahan hidup.
Pada hari ke 5 jumlah kutu beras pada jagung mengalami penambahan yang disebabkan adanya mortalitas dari kutu tersebut. Dari pengamatan ditemukan larvanya. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat.
Kurva Jumlah kutu beras
Berdasarkan hasil kurva di atas pertumbuhan populasi kumbang beras pada berassetiap harinnya selama 30 hari mengalamijumlah mortalitas (kematian), kumbang beras yang semula di masukkan berjumlah 20 kemudian mengalami kematian yang tersisa hanya ada 4 kumbang beras yang lulus hidup. Hal ini menunjukkan bahwa pada beras kadar glukosa atau nutrisi makanannya hanya sedikit dibandingkan kadar glukosa pada jagung.
Berat beras dengan jumlah imago disini sangat berkaitan erat. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. dalam penelitiannya bahwa semakin banyak populasi yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan.
Menurut Siregar (2014), perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus didalam biji beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya. Untuk butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap Sitophilus sp.
Kurva Jumlah kutu gandum
Pertumbuhan populasi kumbang beras pada gandum mengalami kestabilan, dapat di lihat dari kurva pada hari pertama jumlah populasi yang dimasukkan ke dalam toples yang berisi gandum adalah 20 ekor kumbang beras hari pertama sampai hari ke 7 jumlah populasi tetap 20 ekor kumbang beras. Pada hari ke 8 sampai hari ke 12 populasi bertambah dari 20 ekor kumbang beras menjadi 23 ekor kumbang beras. Pada hari ke 13 kumbang belas satu ekor kumbang beras mati, populasi kumbang beras yang hidup 22 ekor kumbang beras. Pada hari ke 14 mengalami kematian sebanyak 9 ekor kumbang belas., pada hari ke 16 sampai ke hari 22 populasi bertambah sebanyak 14 ekor kumbang beras. Pada hari ke 23 sampai ke 28 mengalami kematian 2 ekor kumbang beras dan pada hari terakhir populasi kumbang beras yang hidup sama seperti populasi awal yang dimasukkan sebanyak 20 ekor kumbang beras yang hidup, karena pada gandum terdapat nutrisi yang cukup baik untuk kumbang beras.
Kurva Jumlah kutu serbuk
Pertumbuhan populasi kumbang beras pada serbuk kayu megalami penurunan atau kematian yang drastis. Hal ini di tunjukkan dengan adanya pengurangan jumlah populasi dalam waktu satu minggu, populasi yang hidup pada awalnya yang berjumlah 20 ekor kumbang beras. Pada hari ke 2 sampai hari ke 7 mengalami kematian sebanyak 18 ekor kumbang beras dan pada hari ke 8 sudah tidak ada lagi populasi kumbang beras pada serbuk kayu yang bertahan hidup, semuanya mengalami mortalitas (kematian). Kematian kumbang beras dapat disebabkan beberapa faktor, seperti suhu yang tidak cocok untuk kehidupan kumbang beras, kumbang beras tidak memperoleh nutrisi makanan dari serbuk kayu, sedangkan untuk mempertahankan hidup kumbang beras membutuhkan makanan yang cukup.
Kurva Jumlah kutu kacang hijau
Pertumbuhan populasi kumbang beras pada kacang ijo megalami penurunan atau kematian yang cukup cepat, karena hanya dapat bertahan selama enam hari, populasi yang hidup pada awalnya yang berjumlah 20 ekor kumbang beras dan pada hari ketujuh sudah tidak ada lagi populasi kumbang beras yang bertahan hidup, hal ini dapat dilihat pada kurva di atas.
Untuk pengamatan kacang hijau, didapatkan hasil bahwa berat kacang hijau dari hari pertama sampai hari ketiga puluh tidak mengalami kerusakan dan penyusutan. Karena pada hari ke 7 kumbang beras sudah mengalami mortalitas semua.
Hal tersebut dikarenakan biji kacang hijau memiliki lapisan luar yang keras sehingga sulit digigit oleh tipe mulut dari Sitophillus oryzae.Menurut Siregar (2014), tipe mulut dari Sitophillussp., pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga.
Pada pembahasan diatas tentang ketahanan hidup populasi kumbang beras pada berbagai makanan, menunjukkan bahwa kecepatan berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap berkembang biakyang paling cepat terjadi pada kumbang beras yang hidup di jagung, setelah itu di gandum, dan beras. Sedangkan, yang paling cepat mengalami mortalitas terjadi pada kumbang beras yang hidup di kacang hijau dan serbuk kayu. Kutu beras hanya mampu bertahan sampai hari ke 7 dan pada serbuk kayu hanya bertahan sampai hari ke 6. Hal ini disebabkan oleh
nutrisi yang ada pada masing-masing biji-bijian itu berbeda
struktur dari biji-bijian berbeda
tekstur dari biji-bijian berbeda
Dengan demikian, kelahiran mempengaruhi pertambahan jumlah individu dalam populasi. Sedangkan kamatian mengurangi junlah individu dalam populasinya.Selain itu,menurut Siregar (2014), faktor yang menentukan tinggi rendahnya populasi suatu organisme terdiri dari faktor internal, eksternal, dan makanan. Faktor internal serangga meliputi siklus hidup, sex ratio, dan keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya waktu perkembangan serangga mulai telur hingga serangga tersebut meletakkan telur untuk pertama kali. Semakin pendek siklus hidup maka perkembangan populasi serangga akan semakin cepat. Sex ratio adalah perbandingan serangga jantan dan betina yang mana semakin banyak betina yang dihasilkan akan semakin cepat populasi serangga tersebut berkernbang.
Faktor ekstemal terdiri dari lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan abiotik meliputi curah hujan, suhu/temperatur, kelembaban, dan lain-lain yang akan membatasi atau mendorong populasi serangga untuk berkembang. Curah hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara langsung yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk serangga-serangga berukuran kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu dengan mernbuat kondisi yang baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat menjadikan serangga sakit hingga mengalarni kematian, dll.
Menurut Luh (1980) dalam Siregar (2014), daur hidup dari Sitophilus oryzae, betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm.
Menurut Sukarman (2012), perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, antara jenisbetina dan jenis jantan adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum dinamika populasi mengamati pertahanan hidup pada berbagai macam makanan. Dari biji jagung, beras, gandum, kacang hijau, dan serbuk kayu. Populasi kumbang beras yang paling banyak terdapat pada jagung, karena pada jagung banyak terdapat nutrisi makanan dibandingkan kacang hijau, serbuk kayu, beras, dan gandum.
4.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam menghitung jumlah populasi kumbang beras pada semua sampel, terutama kumbang beras pada jagung, karena kumbang beras dominan bersembunyi dalam biji jagung yang di lubanginya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2012. Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 3. Erlangga: Jakarta.
Siregar, Sarah Mioliana. 2014. Teknologi Produksi Benih"Hama Gudang". Website:https://www.academia.edu/7207687/laporan_tekben_hama_gudang_sarahmiolina. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.
Sukarman.2012.Keanekaragaman Serangga.Website:http://garuda-bioindikator. blogspot.com/2013/05/keanekaragaman-serangga-saduran.html. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.
Tobing, Imran SL. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata. Website: http://journal.unas.ac.id/index.php/visvitalis/article/ download /56/42. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.
Waluya. bagja. 2011. ekologi parawisata. website: http://file.upi. edu/direktori/ fpips/jur._pend._geografi/197210242001121-bagja_waluya/ekologi _pari wisata/ho_ekologi_.pdf. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.
Yasin, Muhammad. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisiokimia Yang Mempengaruhinya. Website: http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/59.pdf. Diakses pada Sabtu 3 Mei 2014, pukul 20.15 WIB.