BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang sering terjadi jumlah yang tercantum pada etiket berbeda dengan yang sebenarnya. Pengujian unsur dan logam pada suatu sediaan sangat perlu dilakukan terutama untuk mengetahui adanya kecurangan oleh para produsen obat. Pada percobaan ini akan dilakukan analisis suatu unsur dan logam yang terkandung dalam suatu sampel dengan menggunakan metode konvensional. II.2 Maksud dan Tujuan II.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara melakukan uji analisis unsur dan logam dalam suatu sediaan farmasi.
II.2.2 Tujuan Percobaan Mengetahui cara melakukan uji analisis unsur dan logam dalam suatu sediaan farmasi berupa Promag ®, Cerebrofit®, dan Polysilane®. Dengan menggunakan metode konvensional. I.3 Prinsip Percobaan a. Melakukan uji analisis unsur pada sampel Promag ®, Cerebrofit®, dan Polysilane® dengan menggunakan metode dekstruksi kering dengan arangkan terlebih dahulu lalu ditanur pada suhu 500 oC selama 30 menit lalu dicampur dengan castellana. Kemudian dimasukkan ke dalam pipet bersumbat lalu dipijarkan kemudian dicelupkan ke dalam air lalu disaring dan siap diuji. b. Melakukan uji analisis unsur pada sampel Promag ®, Cerebrofit®, dan Polysilane® dengan menggunakan metode dekstruksi basah dengan mencampurkan sampel ke dalam larutan HNO 3 pekat. Kemudian siap dilakukan uji analisis logam. c. Melakukan identifikasi kandungan unsur dan dan logam dari suatu sediaan farmasi dengan menggunakan metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom) dimana akan terjadi interaksi antara energi dengan atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi radiasi dan panas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh. (1) Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif. Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alatalat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium.
Sifat fisika
yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi i nformasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya. (2)
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat menghantarkan listrik, kilap, konduktor panas, dan mudah dibentuk. Unsur logam membentuk oksida basa, hidroksida dalam bilangan oksidasi +1 atau +2 dan menjadi kation. Semua unsur transisi adalah logam sementara golongan utama diklasifikasikan atas logam dan non logam (3). 1. Logam golongan 1 Golongan 1 disebut juga logam alkali. Logam alkali melimpah dalam mineral dan di air laut. Khususnya, natrium, Na, di kerak bumi adalah keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan ion natrium dan kalium telah dikenali sejak lama, sejumlah sejumlah usaha untuk mengisolasi logam ini dari larutan air garamnya gagal sebab kereaktifannya yang tinggi pada air. (3) Logam alkali juga aktif pada oksigen atau halogen. Karena logam alkali adalah reduktor kuat, logam-logam ini juga digunakan untuk sebagai reduktor. Karena
kereaktifannya yang tinggi pada halogen, logam alkali
penting dalam sintesis organik dan anorganik yang menghasilkan halida logam alkali sebagai hasil reaksi kondensasi dan metatesis. (3) Logam alkali atau unsur golongan IA (selain hidrogen) adalah reduktor yang sangat kuat dan bereaksi dengan air menghasilkan gas H 2 disertai ledakan kecil (tidak membahayakan). Contoh logam alkali yang paling murah harganya adalah logam Na (natrium). Logam Na bereaksi dengan air membentuk NaOH dan gas H 2 , tetapi logam Na tidak bereaksi dengan
minyak tanah, sehingga logam Na biasa disimpan dalam kerosin (minyak tanah). (4,5) 2. Logam golongan 2 Logam golongan 2 dari berilium Be, sampai radium, Ra, disebut juga logam-logam alkali tanah. Berilium merupakan komponen beril atau emeral. Logam berilium bewarna putih keperakan dan digunakan dalam paduan khusus dan untuk jendela dalam tabung sinar-X, atau sebagai moderator dalam reaktor nuklir, dsb. Karena berilium sangat beracun, berilium harus ditangani dengan sangat hati-hati. (3) 3. Logam golongan 12 Sulfida logam golongan 12 (zink, kadmium, merkuri) merupakan bahan baku dalam metalurgi. Logam-logam ini terletak persis setelah logam transisi tapi tidak berkelakuan seperti logam transisi karena orbitalnya d -nya penuh, dan zink dan kadmium menunjukkan sifat kereaktifan pertengahan antara keras dan lunak seperti magnesium. Merkuri adalah logam lunak dan merupakan cairan, cenderung terikat pada fosfor atau belerang. (3) 4. Logam golongan 13 Aluminum, Al, merupakan anggota golongan 13 (Tabel 5.4) berada sebagai aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah daripada besi. (3) 5. Logam golongan 14 Dari 10 isotop timah, Sn, 118 Sn (24.22%) dan 120Sn (33.59%) adalah yang paling melimpah. Timah logam ada sebagai α timah (timah abu -abu),
yang stabil di bawah 13.2 oC dan β tin yang stabil pada suhu yang lebih tinggi. Pada suhu rendah, transisi fasanya cepat. Senyawa timah divalen dan tetravalen umumnya dijumpai, dan senyawa-senyawa divalennya merupakan bahan reduktor. (3) Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, tubuh kita butuh gizi yang baik pula. Zat yang diperlukan tubuh ternyata tidak hanya berupa karbohidrat, protein, atau vitamin saja. Tapi berbagai zat logam juga sangat diperlukan agar tubuh bekerja dengan maksimal. Beberapa zat yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai berikut. Zat Besi (Fe) Zat besi berguna untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan menghilangkan racun dari tubuh. Bila tubuh sampai kekurangan zat besi akan menimbulkan gejala-gejala kekurangan darah. Namun, zat besi juga dapat membahayakan kesehatan bila terlalu banyak dikonsumsi. Konsumsi zat besi berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan pada hati dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat tembaga. Jumlah yang cukup untuk kebutuhan tubuh, yaitu 8 sampai 18 miligram per hari. Seng (Zn) Seng berguna untuk mempertahankan kesuburan, memperkuat daya tahan tubuh, membantu dalam proses penyembuhan, dan mampu membantu tubuh agar menghasilkan sekitar 100 enzim yang diperlukan tubuh. Seng juga berguna untuk kecantikan kulit karena dapat mencegah timbulnya
jerawat, mencegah kulit kering, dan membantu regenerasi kulit. Karena Seng dapat berfungsi untuk regenerasi kulit, kekurangan Seng dalam tubuh dapat menyebabkan luka di kulit sulit sembuh. Jumlah yang dianjurkan agar jumlah seng dalam tubuh mencukupi adalah 12 miligram per hari. Mangan (Mn) Mangan merupakan zat logam yang penting untuk menjaga kesehatan otak, tulang, dan berperan dalam pertumbuhan rambut serta kuku. Mangan juga diperlukan untuk membantu menghasilkan enzim yang berguna untuk metabolisme tubuh. Karbohidrat dan protein memerlukan mangan untuk dapat diubah menjadi energi yang kita gunakan sehari-hari. Bila tubuh kekurangan mangan, protein dan karbohidrat tidak dapat diubah menjadi energi. Akhirnya, terdapat penumpukan karbohidrat dan protein yang menimbulkan risiko diabetes, osteoporosis, rematik, dan kolesterol tinggi. Namun jika berlebihan akan menyebabkan kadar besi dalam tubuh menurun sehingga meningkatkan resiko terkena anemia, gangguan kulit, jantung, hati, pembuluh darah dan kerusakan otak. Selain itu, mangan yang berlebihan dapat mencegah penyerapan zat tembaga untuk tubuh. Kebutuhan mangan per harinya sekitar 5 mg. Kromium (Cr) Kromium berfungsi mengatur penempatan glukosa dalam darah menuju ke sel-sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi energi. Jika kekurangan Kromium dapat meningkatkan kadar kolesterol dan lemak dalam darah yang
dapat mengakibatkan penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Namun jika berlebihan dapat menyebabkan iritasi lambung dan menghambat penyerapan tembaga oleh tubuh. Kebutuhan sekitar 25 mg/hari. Tembaga (Cu) Tembaga memiliki fungsi membentuk hemoglobin, kolagendan menjaga kesehatan saraf. Jika tubuh kekurangan Tembaga akan menyebabkan anemia, radang sendi dan mudah lelah. Namun jika kelebihan Dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan muntah, pusing, lemas, sakit perut dan diare. Jika terjadi terus-menerus dapat menyebabkan sakit jantung dan kerusakan hati yang berakibat pada kematian. Dosis yang dianjurkan 1,2 mg/hari. Magnesium (Mg) Magnesium Berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung, ginjal dan otot. Jika tubuh kekurangan Magnesium Dapat menyebabkan serangan jantung, ginjal, darah tinggi dan serangan asma. Namun jika berlebihan Dapat menyebabkan diare. Dalam sehari tubuh membutuhkan Magnesium sekitar 320 mg. Identifikasi logam dengan uji nyala Salah satu ciri khas dari logam alkali adalah memiliki spektrum emisi. Sprektum ini dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen, atau dengan mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Ketika atom diberi energi (dipanaskan) elektronnya akan tereksitasi ke tingkat yang lebih
tinggi. Ketika energi itu dihentikan, maka elektronnya akan kembali lagi ke tingkat dasar sehingga memancarkan energi radiasi elektromagnetik. Menurut Neils Bohr, besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantitas) dalam bentuk spektrum emisi. Sebagian anggota
spektrum
terletak
di
daerah
sinar
tampak
sehingga
akan
memberikan warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom. Unsur
Natrium
Kalium
Lithium
Kalsium
Tembaga
Antimon
Rubidium
Caesium
Warna Nyala Logam
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion Na dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s 2 2s2 2p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi – sebagai contoh, berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala. Karena elektronelektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu.
Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke level 2. Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing
memiliki
warna
tertentu.
Sebagai
akibat
dari
semua
perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang terlihat adalah kombinasi dari semua warna individual.
Besarnya
lompatan/perpindahan
elektron
dari
segi
energi,
bervariasi dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula.(7) Nyala Api Bunsen (2)
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Alat Instrumentasi AAS Type Buck 210 VGP Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di-bandingkan dengan metode spek-troskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsurunsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm.Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemono-kromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya. Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom merupakan proses di mana atom dalam keadaan energy rendah menyerap radiasi dan kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya interaksi antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi elektromagnetik. Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi terendah) dengan melepaskan foton pada energy yang sama. Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energy foton (hν) tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G) seperti Gambar di bawah ini:
Gambar. Diagram absorpsi dan emisi atom Absorpsi dan emisi dapat terjadi secara bertahap maupun secara langsung melalui lompatan tingkatan energi yang besar. Misalnya, absorpsi dapat terjadi secara bertahap dari G E1 E2 , tetapi dapat terjadi juga tanpa melalui tahapan tersebut G E2. Panjang gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama dengan panjang gelombang yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila energi transisi kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang berlawanan. Lebar pita spektra yang diabsorpsi atau diemisikan akan sangat sempit jika masing-masing atom yang mengabsorpsi atau memancarkan radiasi mempunyai energi transisi yang sama. (8) Gas dan alat pembakar pada spektrophotometer serapan atom dikenal dua jenis gas pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas pengoksidasi misalnya udara (O 2) atau campuran O 2 dan N2O, sedangkan sebagai bahan bakar adalah gas alam, propane, butane, asetilen dan H 2. Gas pembakar dapat pula berupa campuran udara dengan propane, udara dengan asetilen (terbanyak dipakai) dan N 2O dengan asetilen. Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:
(a) Udara – Propana Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800 oC) dibandingkan jenis nyala lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu. (b) Udara – Asetilen Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini menghasilkan temperatur sekitar 2300 oC yang dapat mengatomisasi hamper semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah bahan bakar terhadap gas pengoksidasi. (c) Nitrous oksida – Asetilen Jenis nyala ini paling panas (3000 oC), dan sangat baik digunakan untuk menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida seperti Al, Si. Ti, W. (8)
II.2 Uraian Bahan 1. Asam klorida (5) Nama resmi
: Acidum hydrochloridum
Nama lain
: Asam klorida
RM / BM
: HCl / 34,46
Pemerian
: Cairan
tidak
merangsang.
berwarna, Jika
berasap,
diencerkan
dengan
bau 2
bagian air, asap dan bau hilang Kelarutan
: Bercampur dengan air
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pereaksi
2. Asam sulfat (5) Nama resmi
: Acidum Sulfuricum
Nama lain
: Asam sulfat
RM / BM
: H2SO4 / 98,07
Pemerian
: Cairan kentak seperti minyak higroskopik, tidak berwarna,
jika
ditambahkan
menimbulkan panas Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pereaksi
3. Air suling (5) Nama resmi
: Aqua destillata
ke
dalam
air
Nama lain
: Aquades, air suling
RM / BM
: H2O / 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
4. Natrium Hidroksida (5) Nama resmi
: Natrii Hydroxidum
Nama lain
: Natrium Hidroksida
RM / BM
: NaOH / 40,00
Pemerian
: Putih atau praktis putih, massa hablur
berbentuk
pellet, serpihan atau batang, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan
hablur
bila
dibiarkan
diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pereaksi
5. Asam oksalat (5) Nama resmi
: Acidum oksalate
Nama lain
: Asam oksalat
RM / BM
: (COOH) 2.H2O / 126,07
Pemerian
: Hablur tidak berwarna
Kelarutan
: Larut dalam etanol dan etanol (95 %)
Penyimpanan
: Pada wadah bersuhu 189,5 o, terlindung dari cahaya
Kegunaan
: Pereaksi
6. Natrium nitroprusida (5) Nama resmi
: Natrium nitroprusida dihidrat
Nama lain
: Natrium nitroprusid
RM / BM
: Na2Fe(CN)5NO2 H2O / 297,95
Pemerian
: Hablur atau serbuk, warna merah delima (coklat) kemerahan, praktis tidak berbau
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam kloroform, tidak larut dalam benzena.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Pereaksi
7. Kalium iodida (5) Nama resmi
: Kalii iodidum
Nama lain
: Kalium iodide
RM / BM
: KI / 166
Pemerian
: Hablur heksahedral, transparan / tidak berwarna, opak dan putih / serbuk butiran putih, higroskopik.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol
(95%) P,
mudah larut dalam gliserol P. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Pereaksi
8. Barium hidroksida (5) Nama resmi
: Barium hydroxidum
Nama lain
: Barium hidroksida
RM
: Ba(OH) 2. 8H2O
Pemerian
: Hablur, tidak berwarna
Kelarutan
: Larut dalam air, terjadi larutan yang agak keruh.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Pereaksi
9. Etanol (5) Nama resmi
: Aethanolum
Nama lain
: Etanol / alcohol
RM / BM
: C2H6O / 46,07
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, larut dalam kloroform, dan eter P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk.
10. Asam sitrat (5) Nama resmi
: Acidum citricum
Nama lain
: Asam sitrat
RM / BM
: C6H807 / 192,19
Pemerian
: Hablur bening, tidak berwarna/ serbuk hablur sampai halus putih, tidak berbau, rasa sangat asam.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.
II.3 Uraian Sampel 1. Cerebrofit® (6) Komposisi
: Gingkobiloba, asam glutamat, vitamin, mineral
Indikasi
: Membantu asupan vitamin yang kurang seperti gangguan absorpsi vitamin dan meningkatnya kebutuhan tubuh karena aktivitas yang meningkat; meningkatkan sirkulasi darah ke otak sehingga membantu memperbaiki daya ingat.
Kemasan
: Dus 10 Kap
2. Promag® (6) Komposisi
: Hidrotalsit 200 mg, Mg(OH) 2 15 mg, simetikon.
Indikasi
: Kelebihan asam lambung, perut kembung, perut sakit, dan kolik, kejang pilorus, tukak lambung, dan usus 12 jari dari lain penyakit saluran cerna.
Kemasan
: Dus 12 Tab
3. Polysilane® (6) Komposisi
: Dimetilpolisiloksan 80 mg, Al(OH) 3 200 mg, Mg(OH) 200 mg/5 ml atau tab.
Indikasi
: Untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung, dan perasaan penuh pada lambung. Kemasan
: Botol 100 ml suspensi
II.3 Prosedur Kerja 1. Menurut FI III 1) Identifikasi barium a. Larutan garam barium dengan asam sulfat encer P membentuk endapan putih yang praktis tidak larut dalam asam klorida P / dalam asam nitrit P. b. Garam barium menimbulkan warna hijau kekuningan dalam nyala yang tidak berwarna dan jika dilihat dengan kaca hijau, nyala warna biru. 2) Identifikasi bromida a. Larutan bromida jika dipanaskan dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksidasi P atau kalium bikromat P, terjadi brom yang memberikan warna merah jambu pada kertas saring yang dibasahi larutan fluresein natrium P 0,2 % b/v dimetanol (95%) P. b. Pada larutan bromida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan kekuningan yang larut dalam amonia P, sukar larut dalam amonia P encer praktis tidak larut dalam asam nitrat encer P.
c. Pada larutan bromida ditambahkan larutan klor P, terjadi brom yang larut dalam 2 hingga 3 tetes CO 2 P atau kloroform P dengan warna kemerahan. Tambahkan larutan fenol P pada lapisan air yang mengandung brom, terbentuk endapan putih. 3) Identifikasi fosfat a. Netralkan larutan fosfat hingga pH 7 tambahkan perak nitrat P, terbentuk endapan kuning muda yang larut dalam larutan amonia encer P dan dalam asam nitrat encer P. b. Pada larutan fosfat tambahkan larutan magnesium sulfat amonia P, terbentuk hablur putih. c. Pada larutan fosfat dalam asam nitrat encer P, tambahkan larutan amonium molibdat P volume yang sama, hangatkan endapan warna kuning kenari terang. 4) Identifikasi iodida a. Pada larutan iodida ditambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan kuning yang praktis tidak larut dalam amonia encer P dan dalam asam nitrat P. b. Pada larutan iodida tambahkan larutan kalium iodida P dan asam asetat encer P terjadi iodium yang memberikan warna violet kemerahan dengan kloroform P dan warna biru dengan larutan kanji P.
c. Pada larutan iodida tambahkan larutan raksa (II) klorida P, terbentuk endapan merah yang agak sukar larut dalam pereaksi di atas dan mudah larut dalam larutan kalium iodida P. 5) Identifikasi kalium a. Basahi senyawa kalium dengan asam klorida P, bakar pada sebatang kawat platina dalam nyala bunsen tidak berwarna, terjadi warna violet. Jika diamati dengan kaca biru yang sesuai, warna nyala ungu kemerahan. b. Pada larutan pekat garam kalium yang telah dibebaskan dengan garam amonium dengan pemisahan, tambahkan platina (IV) klorida P dan asam klorida P terbentuk hablur kuning, pijarkan sisa pemisahan adalah kalium klorida dan platina. c. Kocok 2 ml larutan jernih garam kalium yang mengandung tidak kurang dari 5% b/v dengan 10 tetes larutan jenuh asam tartrat P, segera terbentuk endapan putih. 6) Identifikasi kalsium a. Pada larutan garam kalsium tambahkan larutan amonium karbonat P, terbentuk endapan putih, didihkan, dinginkan, endapan sukar larut dalam larutan amonium klorida P. b. Pada larutan garam kalsium tambahkan larutan amonium oksalat P, terbentuk endapan putih yang larut dalam asam klorida P, tetapi agak sukar larut dalam asam asetat P.
c. Pada 1 tetes larutan garam kalsium tambahkan 4 tetes larutan glidetat P 1% b/v dalam etanol (95%) P dan 1 tetes larutan natrium hidroksida P 10% b/v terbentuk endapan coklat kemerahan yang larut dalam kloroform P larutan berwarna merah. 7) Identifikasi klorida a. Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksida P terjadi klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan terjadi warna biru pada kertas kanji iodida. b. Pada larutan klorida ditambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P. 8) Identifikasi magnesium a. Pada larutan garam magnesium, tambahkan larutan amonium karbonat P, didihkan terbentuk endapan putih tetapi tidak terbentuk endapan jika terdapat larutan amonium klorida P. b. Pada larutan garam magnesium ditambahkan larutan dinatrium hidrogen fosfat P yang mengandung garam amonium dan amonium encer P, terbentuk hablur putih. 9) Identifikasi natrium a. Basahi senyawa natrium dengan asam klorida P, takar pada sebatang kawat platina dalam nyala bunsen, nyala berwarna kuning.
b. Asamkan larutan garam natrium dengan asam asetat P saring jika perlu, tambahkan larutan magnesium lauril sulfat P berlebih, terlebih hablur kuning. 2. Menurut USP 32 (9) 1) Barium. Larutan dari garam barium akan terbentuk endapan putih dengan penambahan asam sulfat 2 N. Endapan ini tidak larut dalam HCl dan HNO 3. 2) Bismuth. Ketika dilarutkan dengan asam HNO 3 atau HCl berlebih, garam bismuth akan memberntuk endapan putih ketika diencerkan dengan air. Endapan ini akan berwarna coklat dengan H 2S, dan hasil dari senyawa yang terbentuk dalam campuran panas dari HNO 3 dan air. 3) Bromida. Larutan dari bromida, ketika ditambahkan dengan klorin tetes sedikit demi sedikit dapat membebaskan bromida yang mana akan terlarut dengan pengocokan bersama kloroform, pewarnaan dari kloroform adalah merah hingga coklat kemerahan. AgNO 3 dihasilkan dalam larutan bromida yang terbentuk endapan putih kekuningan yang tidak larut dengan penambahan HNO 3 dan agak larut dalam penambahan NH 4OH 6 N. 4) Kalsium. Larutan dari garam kalsium tidak larut dalam oksalat ketika sebagai pengikut. Untuk larutan dari garam kalsium (1 dalam 20) tambahkan 2 tetes dari metil merah dan netralkan dengan NH 4OH.
Tambahkan 3 N HCl, tetes demi tetes, hingga larutan bersifat asam oleh indicator. Ketika penambahan dari ammonium oksalat, endapan putih terbentuk. Endapan ini tidak larut dalam asam asetat 6 N tetapi larut dalam HCl. 5) Klorida. Dengan AgNO 3, larutan klorida akan berwarna endapan kekuningan uang tidak larut dalam HNO 3 tetapi larut dalam NH 4OH 6 N berlebih. 6) Kobalt. Larutan dari garam kobalt (1 dalam 20) dengan HCl 3 N memberikan endapan merah ketika dipanaskan pada penangas. Larutan dari garam kobalt akan jenuh dengan KCl dan terbentuk KNO
3
dan asam asetat, yang membentuk endapan kuning. 7) Tembaga. Larutan dari senyawa tembaga, diasamkan dengan HCl, terbentuk garis merah dari tembaga metalik yang terang, dengan permukaan tak bernoda dari besi metalik. NH 4OH 6 N berlebih ditambahkan dalam garam tembaga akan menghasilkan endapan kebiru-biruan dan kemudian menjadi larutan biru gelap. 8) Iodida. Larutan dari iodide, yang ditambahkan dengan klorin sedikit demi sedikit akan membebaskan iodin yang akan memberi warna kuning hingga merah pada larutan. Ketika larutan dikocok dengan CCl4, akan menjadi violet.
9) Besi. Senyawa Ferro dan Ferri dalam larutan akan membentuk endapan hitam dengan NH 4S. Endapan ini larut dalam HCl 3 N dingin dengan perkembangan dari H 2S. 10) Timbal. Dengan H 2SO4 2 N, larutan dari garam timbale akan memberikan warna putih yang tidak larut dalam HCl 3 N atau 2 N HNO3, tetapi larut dalam NaOH 1 N panas dan dalam ammonium asetat. 11) Magnesium. Larutan dari magenesium akan diketahui dengan NH 4Cl yang tidak lebih dari endapan kabut yang dinetralkan dengan NH 4CO3, tetapi pada penambahan NaHPO 4 terbentuk Kristal putih yang tidak larut dalam NH 4OH 6 N. 12) Mangan. Dengan NH 4S, larutan mangan akan memberikan endapan berwarna merah muda kekuningan yang larut dalam asam asetat. 13) Kalium. Senyawa kalium memberikan warna keunguan hingga nyala yang berkilauan, tetapi keberadaan dari sedikit natrium akan menutupi warnanya. 14) Perak. Dengan HCl, larutan perak akan berwarna putih yang tidak larut dalam HNO3 tetapi mudah larut dalam NH 4OH 6 N. 15) Zink. Dalam larutan natrium asetat, alrutan garam zink akan membentuk endapan putih dengan H 2S. endapan tidak larut dalam asam asetat tetapi pada HCl 3 N
3. Menurut Identifikasi Obat (10) 1) Percobaan :Lassaigne. Ke dalam tabung pijar dimasukkan 20-50 g bahan dan sebutir logam natrium sebesar biji kacang tanah. Tabung dipanaskan perlahan-lahan dengan api kecil dari bagian atas tabung sampai ke bagian bawah. Setelah natrium leleh, api dibesarkan, tabung dipjar beberapa menit. Kemudian ketika masih merah membara, tabung dijatuhkan ke dalam piala porselin berisi 6 ml air. Selanjutnya campuran ini disaring. Penyaring dibilas dengan sedikit air panas. Filtrat dibagi untuk pemeriksaan unsur nitrogen, sulphur, dan halogen. a. Pemeriksaan
nitrogen.
Ke
dalam
sepertiga
filtrat
di
atas
ditambahkan sebutir garam besi (II) sulfat, kemudian dididihkan beberapa menit. Sesudah dingin, dengan hati-hati besi hidroksida dalam tabung dilarutkan dengan 6 N HCl (jangan berlebih). Bila ragu-ragu, larutan disaring; kertas saring akan berwarna biru berlin. Jika bahan mengandung banyak nitrogen, lama kelamaan timbul warna biru pada larutan. Jika setelah didiamkan beberapa lama larutan berwarna biru-hijau, berarti terdapat sesepora nitrogen. Jika larutan hanya berwarna kuning, berarti larutan bebas nitrogen. Zat yang mudah melepaskan nitrogennya dan kaya akan sulphur tidak akan membentuk rodanida seperti di atas. Pada percobaan di sini diperlukan logam natrium berlebih.
b. Pemeriksaan belerang. Sepertiga dari filtrat diberi beberapa tetes larutan natrium pentasiano nitrosilferat 2.5% yang dibuat segar. Terbentuk warna ungu yang lazimnya menjadi merah darah. c. Pemeriksaan halogen. Sepertiga filtrate diasamkan dengan HNO 3 3 Nlalu dipanaskan sampai mendidih selama 2-3 menit. Apabila terdapat lebih banyak brom atau iodium maka timbul warna. Kepada larutan yang masih panas ditambahkan 5 tetes larutan perak nitrat 5 %. Jika tak terjadi endapan berarti larutan tidak mengandung banyak sulfur terjadi pengendaraan perak sulfat. 2) Pemeriksaan sulfur langsung dari bahan. Sejumlah 50 mg bahan direaksikan dengan 1,0 ml larutan H 2O2 30% dan 2 tetes larutan besi (III) klorida 10%. Terjadi reaksi yang kuat, bila perlu didinginkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air dan dituangi 1,0 ml 3 N HCl dan 1,0 ml larutan BaCl 5%. Terbentuk endapan putih BaSO 4. 3) Pemeriksaan
halogen langsung dari
bahan menurut Beilstein.
Sebagian bahan asal diletakkan pada keeping tembaga (misalnya uang tembaga) lalu dibakar dengan api Bunsen di bagian nyala yang tak berwarna. Jika bahan mengandung halogen, nyala berwarna hijau karena terbentuk tembaha-halogenida yang menguap.
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, Botol semprot, Bunsen, Erlemeyer, Gelas piala, Gelas ukur, Pipet tetes, Sendok tanduk, Tabung reaksi, dan Rak tabung. III.1.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah Air suling, Aluminium foil, Larutan pereaksi AgNO 3, NH4OH, HCl, I 2, HNO3, FeSO4, Asam asetat, Asam pikrat 10%, HCl, H 2SO4, NH4-molibdat, dan Tissu gulung. III.2 Cara Kerja A. Analisis Unsur 1) Disiapkan alat dan bahan 2) Dicampurkan sebagian sampel dengan serbuk castellana, diaduk hingga homogen. 3) Dimasukkan ke dalam pipet bersumbat, lalu dipijarkan pada api bunsen kemudian 4) Dilemparkan ke dalam gelas beaker yang berisi air lalu diaduk hingga homogen kemudian disaring. 5) Diambil sebagian filtrat yang diperoleh lalu dilakukan uji analisis unsur.
2. Unsur N a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan FeSO 4 b. Lalu dipanaskan, hasil positif terbentuk warna biru berlin 3. Unsur P a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan HNO 3 dan NH4OH b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang larut dengan penambahan NH 4OH berlebih 4. Unsur Cl a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO 3 b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan putih yang larut dengan penambahan NH 4OH berlebih 5. Unsur Br a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO 3 b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang tidak larut dengan penambahan NH 4OH dan terbentuk endapan coklat jika ditambahkan HCl dan I 2. 6. Unsur I a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO 3 b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang tidak larut dengan penambahan NH 4OH dan terbentuk endapan ungu jika ditambahkan HCl dan I 2.
B. Analisis Logam 1) Logam Natrium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu pada objek glass c. Ditambahkan asam asetat 10% dan ditetesi asam pikrat kemudian dipanaskan, lalu d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal 2) Logam Kalium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu pada objek glass c. Ditetesi asam pikrat kemudian dipanaskan, lalu d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal 3) Logam Kalsium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu pada objek glass c. Ditetesi HCl dan H 2SO4 atau asam oksalat kemudian dipanaskan, lalu d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal 4) Logam Barium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu lalu ditetesi HCl kemudian H 2SO4 c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan putih.
5) Logam Zink a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu pada objek glass c. Ditetesi ammonium molibdat kemudian dipanaskan, lalu d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal 6) Logam Boron a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu lalu ditambahkan metanol c. Diamati perubahan, hasil positif terrbentuk nyala hijau 7) Logam Magnesium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu dan ditetesi iodum c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan berwarna hitam lama kelamaan menjadi merah. 8) Alumunium a. Disiapkan alat dan bahan b. Diambil sampel abu dan ditetesi HCl c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan berwarna putih
BAB IV HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan i. Analisis Unsur
Kelompok
Kode Sampel
Hasil Identifikasi
Jawaban Asli
I
PINK
-
C,O
II
HIJAU
-
C,O
III
JUJUR
Cl
P, N, S, O, C
IV
COKELAT
P
C, O, N
V
HITAM
-
C, O
VI
PUTIH
-
N, S, C
Kelompok
Kode Sampel
Hasil Identifikasi
Jawaban Asli
I
RA
Al
Al, Zn
II
GAS
Na, K
Na, K, Ca
III
ONTA
Na, Mg
Na, K, Ca
IV
AYAM
Zn
Mg, Zn
V
TANUR
Mg
Mg, Zn
VI
APA
Ca, Zn, B
Al, Mg
ii. Analisis Logam
IV.2 Reaksi A. Unsur 1. Nitrogen 6NaCN + 3FeSO 4
Fe2(Fe[CN] 6) + 3Na2SO4
(warna biru bening) 2. Sulfur Na2S + Na[Fe(CN) 4NO]
Na4[Fe(CN)5NO3]
(warna ungu, reaksi dalam suasana basa) 3. Fosfor PO43- + 3NH4+ + 12MoO42- + 24 H+
↓(NH4)3[P(NO3)4] + 12H+
(endapan kuning) B. Logam 1. Natrium 2NaO + 2CH 3COOH
2CH3COONa + H2O
CH3COONa + C6H2(OH)(NO2)3
↓C6H2(ONa)(NO2)3 + ↑CH3COOH (kristal)
2. Kalsium CaO + 2HCl
CaCl2 + H2O
CaCl2 + H2SO4
↓CaSO4 + 2 HCl
CaCl2 + (COOH) 2
↓Ca(COO)2 + 2 HCl (kristal)
3. Barium BaO + 2HCl
BaCl2 + H2O
BaCl2 + H2SO4
↓BaSO4 + 2 HCl (putih)
4. Magnesium MgO + 2HCl
MgCl2 + H2O
MgCl2 + 2KI
↓MgI2 + 2KCl (endapan jingga)
5. Zink ZnO + 2HCl
ZnCl2 + H2O
ZnCl2 + 2NH4OH
↓Zn(OH) 2 +2NH4Cl (endapan)
6. Alumunium Al2O3 + 6HCl
2AlCl3 + 3H2O
AlCl3 + 3NH4OH
↓Al(OH)3 +3NH4Cl (endapan putih)
BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan analisis unsur dan logam terhadap beberapa sampel. Tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kandungan unsur karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, hidrogen,fosfor dan halogen serta logam-logam natrium, kalsium, magnesium, zink, kalium, barium dalam suatu sediaan farmasi. Sampel yang digunakan dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, dan suspensi yang harus terlebih dahulu dilakukan dekstruksi. Ada dua macam dekstruksi,
dekstruksi
menggunakan
kering
pemanasan
dan
tinggi
basah. pada
Dekstruksi
kering
dengan
500 oC
hingga
1000 oC.
suhu
Sedangkan dekstruksi kering dengan menggunakan HNO 3 pekat atau H 2SO4 pekat atau H 2O2 pekat. Metode dekstruksi basah ini dilakukan pada suhu rendah untuk menghindari kehilangan mineral akibat penguapan karena suhu yang digunakan tidak melebihi dari titik didih dari larutan. Pada analisis kandungan unsur, sampel terlebih dahulu dicampurkan dengan serbuk Castellana (terdiri dari campuran Na 2CO3 dan Magnesium 2: 1) dengan perbandingan 1: 5. Masukkan dalam pipa kapiler hampir penuh, panaskan di api bebas sampai berpijar. Masukkan ke dalam aquades (untuk melarutkan zat-zat organik yang telah dirusak) diaduk lalu didiamkan sampai
terbentuk endapan. Kemudian disaring, filtrat digunakan untuk menyelidiki unsur-unsur seperti : N, S, P, As dan Halogen. Pada percobaan ini selain dilakukan analisis unsure juga dilakukan uji analisis logam dari sampel sebagai berikut. 1. Sampel “RA” berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya ada logam Al, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung logam Al dan Zn. 2. Sampel “GAS” berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya ada logam Na dan K, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung logam Na, K, dan Ca. 3. Sampel “ONTA” berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya ada logam Na dan Mg, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung logam Na, K, dan Ca. 4. Sampel “AYAM” berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya ada
logam
Zn,
sedangkan
berdasarkan
jawaban
sebenarnya
mengandung logam Zn dan Mg. 5. Sampel “TANUR” berdasarkan dari hasil uji ya ng dilakukan diperoleh hanya ada logam Mg, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung logam Zn dan Mg. 6. Sampel “ APA” berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya ada logam Ca, Zn dan B, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung logam Al dan Mg.
Berdasarkan
dari
hasil
pengamatan
tersebut
terjadi
berbagai
kesalahan prediksi logam yang dikandung. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena faktor-faktor kesalahan sebagai berikut; 1. Kurang homogennya sampel yang diuji sehingga adanya sampel yang tak terdeteksi. 2. Kurang banyaknya sampel/cuplikan yang diambil sehingga tidak merata pengidentifikasian suatu sampel yang sama.
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut; 1. Sampel “RA” mengandung logam Al dan Zn. 2. Sampel “GAS” dan “ONTA” mengandung logam Na, K, dan Ca. 3. Sampel “AYAM” dan “TANUR” mengandung logam Zn dan Mg. 4. Sampel “ APA” mengandung logam Al dan Mg.
IV.2 Saran Adapun saran yang kami dapat berikan sebagai berikut; 1. Diharapkan alat-alat di laboratorium dapat diperbaiki sehingga praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 2. Diharapkan para asisten dapat lebih sabar dalam membimbing dan membantu praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Day, JR dan Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta: ITB Press. 1999. 2. Svehla, G. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Edisi ke-5 . Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. 1990. 3. Anonim. Kimia Logam Golongan Utama . Bandung: ITB Press. 2007. 4. Brady, J.E. General Chemistry : Principles and Structure . New York : Fift Edition. John Willey and Son. 1990. 5. Dirjen, POM. Farmakope Indonesia edisi III . Jakarta : Depkes RI. 1979. 6. IAI. ISO Indonesia Volume 46 .Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. 2011. 7. Sutresna, Nana. Kimia . Bandung: Grafindo Media Pratama. 2008. 8. Rahmawati,Arisna, dkk. Laporan Pelatihan Instrumentasi SSA . Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2012. 9. Anonim. USP-32, NF 27 . New York : The United States Pharmacopeial Convention. 2008. 10. Auterhoff dan Kovar. Indentifikasi Obat . Bandung: Penerbit ITB. 2002.
LAMPIRAN Tabulasi Unsur Pereaksi FeSO4
N
S
P
Cl
Br
I
putih
kuning
kuning
Larut
larut
larut
coklat
ungu
Biru berlin
Na
Ungu (dlm
nitroprussida
alkali)
HNO3 + NH4OH
kuning
berlebih
larut
AgNO3 + NH4OH + HCl + I2
Tabulasi Logam Pereaksi + as.asetat + as. pikrat 10% +as.asetat + Zn uranil asetat Nyala + as.pikrat + Zn uranil asetat
Na
K
Ca
Zn
B
Kristal Kristal Kuning
hijau kristal kunin
+ HCl + H2SO4
putih
+HCl + as.oksalat +HCl + H2SO4
kristal
+NH4 molibdat +HCl + NH4OH NH4OH berlebih
Ba
putih
kristal larut
Mg