BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Be Belakang
Obat Obat adalah adalah unsur unsur aktif aktif secara secara fisiol fisiologi ogiss dipakai dipakai dalam dalam diagnos diagnosis, is, pencega pencegahan, han, pengobatan, atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh – tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organik atau biosintesis. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat di katakana bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat efektif sebagai terapi dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat efektif apabila digunakan dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan. Analg Analgeti etika ka atau atau obat obat penghil penghilang ang nyeri nyeri adalah adalah at – at yang mengur mengurang angii atau atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran !perbedaan dengan anestetika umum" !#jay, $%%&" 'yeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan kerusakan jaringan. (eadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimb menimbulk ulkan an sakit sakit atau atau memperh memperhebat ebatnya nya,, tetapi tetapi dapat dapat pula pula menghi menghinda ndarka rkan n sensas sensasii rangsa rangsanga ngan n nyeri. nyeri. 'yeri 'yeri merupak merupakan an suatu suatu perasa perasaan an subjekt subjektif if pribadi pribadi dengan dengan ambang ambang toleransi nyeri berbeda – beda bagi b agi setiap orang. !#jay, $%%&" 1.2
Tujuan Pe Penulis lisan
)ntuk mempraktekan mempraktekan dan mengetahui efek obat analgetika !metampiron !metampiron dan kodein" pada tubuh mencit. 1.3
Manfa anfaa at Pe Penu nullisan san a. )ntuk mengetahui dan memahami efek analgetik dari obat metampiron, dan kodein. b. )ntuk mengetahui perbedaan efek yang ditimbulkan pada metode writing reflex dan
hot plate.
1
BAB 2 TINAUAN PU!TA"A 2.1 #asa N$eri 2.1.1 Definisi
'yeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. 'yeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. 'yeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. 'yeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun !*melter, $%%+". ntensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri ysng dirasakan indi-idu. engukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan indi-idual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. engukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri !#amsuri, $%%/". 2.1.2 Ma%a&'Ma%a& N$eri
Menurut *melter !$%%+", nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut0 a. N$eri Akut 'yeri akut biasanya timbul tiba1tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. 'yeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. 2al ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan3 nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. )ntuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. b. N$eri "r(nik 'yeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. 'yeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. 'yeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa 2
sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. 2.1.3 #ese)t(r N$eri
4eseptor tertentu memberikan informasi kepada sistem saraf pusat !**" tentang keadaan lingkungan di sekitar organisme. *etiap reseptor dikhususkan untuk mendeteksi stimulus tertentu !misalnya raba, suhu, nyeri, dll". 4eseptor1reseptor pada kulit dan pada jaringan lainnya yang menangkap sensasi nyeri adalah free nerve ending !ujung saraf bebas" sedangkan reseptor untuk stimulus suhu bisa free nerve ending , badan (rouse atau badan 4uffini. 4eseptor1reseptor tersebar dengan kepadatan yang berbeda1beda pada berbagai jaringan. !M.'. Jenie. $%++" 4eseptor nyeri dapat dirangsang oleh stimulasi mekanik, suhu panas, atau oleh at kimia yang mengiritasi. 4eseptor nyeri tertentu hanya dapat mendeteksi satu stimulus, tetapi sebagian besar reseptor nyeri dapat terangsang oleh dua atau lebih stimulus. (etika reseptor nyeri pada jaringan perifer dirangsang !misalnya pada kulit" maka impuls nosiseptif !nyeri" dihantarkan ke ** oleh dua tipe neuron yang berbeda yaitu serabut saraf A1delta dan serabut saraf 5. *erabut A1delta berdiameter besar, bermielin dan hantarannya cepat, yang menghantarkan nyeri 6pertama7 yaitu rangsang benda tajam, tusukan dan trauma8cedera8luka. !M.'. Jenie. $% ++" *erabut 5 diameternya kecil, tidak bermielin dan hantarannya lambat, yang bertanggungjawab untuk hantaran nyeri 6kedua7 yaitu tumpul, sakit dan nyeri -isera. 'euron sensoris aferen primer kemudian masuk ke medulla spinalis dan bersinap pada neuron1neuron di kornu dorsalis. 'euron1neuron tingkat kedua yang berasal dari kornu dorsalis mempunyai akson panjang yang menyilang kommissura anterior dan berjalan ke atas pada jalur anterolateral kontralateral !dan disebut traktus spinotalamik". !M.'. Jenie. $%++" 9eberapa dari akson1akson panjang yang bersinap dengan neuron tipe 5 tidak menyilang tetapi berjalan ke kranial melalui jalur spinal anterolateral ipsilateral. *erabut1serabut jalur spinal anterolateral berakhir di talamus, dimana pada talamus ini keluar proyeksi ke pusat1pusat ** lainnya dan ke korteks sensoris. usat1pusat yang lebih tinggi ini bertanggungjawab untuk persepsi nyeri serta komponen emosional yang menyertainya. !M.'. Jenie. $%++" 'osiseptor, yaitu reseptor1reseptor nyeri memberikan respon yang selektif terhadap stimulus nyeri dan mengubah energi kimia, mekanik, dan energi termal pada tempat perangsangan menjadi impuls saraf, dimana proses ini disebut transduksi. 'osiseptor aferen primer adalah cabang1cabang terminal !ujung1ujung" serabut A1delta dan serabut 5 yang badan sel sarafnya 3
terletak pada ganglion radiks dorsal. Mendel telah membuat klasifikasi fungsi serabut saraf nosiseptor. !Mander, 4. $%%:" Apabila serabut A1delta dan serabu 5 diakti-asi dengan stimulus kuat yang singkat yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan, maka nyeri sementara yang terasa berperan sebagai peringatan fisiologis. Akan tetapi apabila nosiseptor diakti-asi dengan stimuli nyeri akibat luka cedera jaringan atau infeksi, maka terjadi respon cedera regional di perifer. ;at1at kimia dan enim akan dilepaskan dari jaringan yang rusak3 meningkatkan transduksi stimuli nyeri. !Mander, 4. $%%:" mpuls nosiseptif yang mengakti-asi sistem saraf simpatis akan memicu pelepasan norepinefrin yang kemudian pada gilirannya akan meningkatkan akti-asi nosiseptor sehingga menciptakan lingkaran setan. *pesies oksigen reaktif !*O4" seperti misalnya hidrogen pe roksida, spesies superoksida, dan spesies hidroksil dihasilkan oleh jaringan selama peradangan. ;at1at ini juga terbukti dapat meningkatkan efek bradikinin, <=$ dan mediator inflamasi, serupa dengan sinergi at–at algogenik lainnya seperti <, b radikinin dan >12# . !Mander, 4. $%%:" 2.1.* Mekanis&e N$eri
*ecara klinis nyeri dapat diberi label 6nosiseptif7 jika melibatkan nyeri yang berdasarkan akti-asi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan. Meskipun perubahan neuroplastik !seperti hal1hal yang mempengaruhi sensistisasi jaringan" dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptif terjadi sebagai hasil dari akti-asi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah proses yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. 'yeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan at1at kimia oleh jaringan yang rusak dan sel1sel inflamasi. !Marsaban, et al. $%++" ;at1at kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi , leukotrien3 dimana at1at tadi akan ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan 5 ke neuroaksis. #ransmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang mempengaruhi di medulla spinalis. 9eberapa impuls diteruskan ke anterior dan anterolateral dorsal horn untuk memulai respon refleks segmental. !Marsaban, et al. $%++" mpuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui tract spinotalamik dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon suprasegmental dan kortikal. 4espon refeks 4
segmental diasosiasikan dengan operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan spasme yang diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam laktat. *timulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard. #onus otot menurun di saluran cerna dan kemih. !Marsaban, et al. $%++" 2.1.*.1 !ensitisasi Perifer
5idera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. *el yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion ( ?, p2 menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor . 9eberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor !nociceptor activators" dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya !nociceptor sensitizers". !Marsaban, et al. $%++" (omponen sensitisasi, misalnya prostaglandin = akan mereduksi ambang akti-asi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. 9erbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. *ensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi. !Marsaban, et al. $%++" 2.1.*.2 !ensitisasi !entral
*ama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. *ensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensiti-itas nyeri setelah cidera. *ensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. ada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis !activity dependent ", kemudian terjadi perubahan molekuler neuron !transcription dependent ". !Marsaban, et al. $%++" *ensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input !kerusakan jaringan". Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masif kedalam medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. 4eaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus non noksius dan pada
5
daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri. !Marsaban, et al. $%++" 2.2 +bat Peng,ilang N$eri
Obat penghilang nyeri atau disebut @nalgesic ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat @nalgesic termasuk obat antiradang non1steroid ! '*AD" seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol. !(ee, +/" 2.2.1 N(n ()i(i-
Obat1obatan dalam kelompok @nalgesic non1opioid memiliki target pada enim siklooksigenase !5OB". Mekanisme kerjanya yaitu memblok pembentukan senyawa asam arakhidonat dengan jalan menghibisi enim 5OB pada daerah jejas atau daerah inflamasi sehingga menghambat pembentukan mediator nyeri. 2al ini menjadikan kelompok obat1obatan ini juga digolongkan sebagai obat1obatan kelompok anti inflamasi non1steroid !A'*". !(ee, +/" 2.2.1.1. N!AID
'on1steroidal anti inflammatory drugs !'*AD" adalah obat antiinflamasi nonsteroid, golongan obat pengurang
nyeri
dan
peradangan yang bekerja
dengan menghambat
siklooksigenase !cyclo1oCigenase85OB". 5ontoh '*AD adalah aspirin, ibuprofen, naproCen dan berbagai obat resep lainnya. Ada beberapa kelas yang berbeda dari obat '*AD, termasuk 5OB1+ dan 5OB1$ inhibitor. '*ADs bekerja dengan menginhibisi dua enim yaitu cyclooCygenase1+ !5OB+" dan cyclooCygenase1$ !5OB$". (edua1dua enim ini memproduksi prostaglandin, substansi kimia di dalam tubuh yang berperan dalam mekanisme nyeri dan inflamasi. 'amun, 5OB+ juga menghasilkan prostaglandin yang berperan memproteksi mukosa lambung dari asam lambung serta membantu mengatasi pendarahan. Oleh sebab itu, penggunaan '*ADs dikatakan dapat meningkatkan kecenderungan untuk menghidap tukak peptik. 4esiko untuk menghidap tukak peptik meningkat dengan meningkatnya dosis dan frekuensi penggunaan '*ADs, penggunaan lebih dari satu obat '*ADs, lama masa penggunaan obat, umur /% tahun dan ke atas, serta perokok dan pengguna alcohol. Dalam dunia farmasi, obat1obat golongan non1 steroidal anti1inflammatory drug !'*AD" termasuk golongan obat yang sering digunakan saat ini. 2al ini terkait dengan khasiat dari '*AD yang cukup banyak, yaitu sebagai analgesik, antipretik, dan anti radang !#jay dan 4ahardja, $%%$". *alah satu '*AD yang aman dan 6
potensial adalah ketoprofen yang mempunyai sifat analgesik yang baik, tetapi memiliki daya larut air yang sangat rendah !%,+ mg8ml pada $>o5". Obat golongan '*AD memiliki efek samping pada gastrointestinal, yaitu dapat menyebabkan terjadinya iritasi lambung dan perdarahan. )ntuk mengurangi efek samping dari penggunaan '*AD, maka sistem penghantaran obat dalam tubuh perlu diperbaiki. A. In-ikasi
enggunaan '*AD yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Ealaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat1obatan ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardio-askular. *ecara umum, '*AD diindikasikan untuk merawat gejala penyakit berikut0 rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic. *ebagian besar '*AD adalah asam lemah, dengan p(a 1>, diserap baik pada lambung dan usus halus. '*AD juga terikat dengan baik pada protein plasma !lebih dari >F", pada umumnya dengan albumin. 2al ini menyebabkan -olume distribusinya bergantung pada -olume plasma. '*AD termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi at metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu. !*chetchiko-a, $%%" B. Efek !a&)ing
Disaat '*AD bekerja untuk menurunkan nyeri dan pembengkakan, ia tidak membuat kesembuhan pada jaringan1jaringan lunak, dapat menjadi inhibitor pada penyembuhan tulang dan memperparah perubahan sendi degeneratif. '*AD dapat juga membuat permasalahan seperti sakit perut ringan hinga ulser pada lambung hingga perdarahan. ada saat yang sama, '*AD mencegah kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan. Masalah1msalah dapat terjadi dalam kurun waktu satu minggu sejak memakai produk1produk '*AD. engguna '*AD dapat beresiko dalam perkembangan terjadinya masalah pada lambungnya, dan sekitar :%F dapat memiliki masalah serius seperti perdarahan gastrointestinal, permasalahan1 permasalahan ini tidak memiliki gejala yang dapat menjadi alarm. !*chetchiko-a, $%%" 9eberapa faktor dapat meningkatkan perkembangan dari efek samping yang makin serius. +. (onsumsi alkohol harian 7
$. enggunaan '*AD yang lebih lama . *ecara berkelanjutan mengkonsumsi obat1obatan berbeda yang mengandung '*AD G. Mengonsumsi obat lebih dari dosis yang ditetapkan >. Dikonsumsi pada pasien yang berusia lebih dari /% /. enggunaan obat1obatan steroid !prednisone" atau pengencer darah !warfarin" . "(ntrain-ikasi
+. )lser
pada
gaster
atau
nflammatory
Disease
A*A
atau
hipersensiti-itas yang disebabkam '*AD yang lainnya $. erdarahan . (ehamilan trimsemester pertama G. enyakit ginjal signifikan pada anak1anak >. *edang menggunakan obat1obatan berikut 0 antihipersensitif seperti angiotensinconverting enzyme inhibitor , diuretic atau beta bloker, penggunaan berkepanjangan hipoglikemik oral. !2aas, $%%$" 2.2.1.2. Meta&)ir(n
Metampiron atau disebut juga dengan antalgin adalah deri-at metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensiti-itas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. #iga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti1inflamasi. Antalgin atau metampiron mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh. !#jay, $%%&" 2.2.2
+)i(i-
Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida !Hmirip opioat" adalah obat1obat yang daya kerjanya meniru opioid endogen dengan memperpanjang akti-asi dari reseptor1reseptor opioid !biasanya I1reseptor". !#jay, $%%&" =fek utama @nalgesic opioid dengan afinitas untuk resetor I terjadi pada susunan saraf pusat3 yang lebih penting meliputi analgesia, @nalgesi, sedasi, dan depresi pernapasan. Dengan penggunaan berulang, timbul toleransi tingkat tinggi bagi semua efek !(atung, +:/". Opioid dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat @nalge pertumbuhan neuronal. Opioid berperan pula dalam perilaku @nalgesic@e, seperti impulsi-itas, perilaku berisiko
8
abnormal, gangguan belajar, gangguan perhatian, dan gangguan mood. asien1pasien dengan perilaku melukai diri sendiri sering mengalami insensiti-itas nyeri. 2.2.2.1 "(-ein
(odein !1metoksimorfin" merupakan opioid fenantren yang memiliki afinitas yang sangat rendah pada reseptor. Akti-itas analgesiknya !yang lemah" muncul sebagai akibat dari kon-ersinya menjadi morfin. Jumlah metabolier debrisokuin8spartein yang rendah !sekitar &F pada populasi bangsa (aukasia" tidak dapat mengubah kodein menjadi morfin dalam jumlah yang diharapkan atau memperoleh efek @nalgesic dari kodein. !Anderson, $%%$"
(odein dalam dosis kecil !+%1%mg" sering digunakan sebagai obat batuk, jarang ditemukan efek samping, dan kalau ada tidak lebih tinggi dari placebo. =fek samping dapat berupa mual, pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit kepala. Dosis lebih tinggi !/%1:%mg" dapat menimbulkan kegelisahan, hipotensi ortostatik, -ertigo, dan midriasis !4ossi *, $%+G". Dosis lebih besar lagi !+%%1>%%mg" dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi. Jarang1jarang timbul reaksi alergi seperti0 dermatitis, hepatitis, trombopenia, dan anafilaksis. Depresi pernafasan dapat terlihat pada dosis /% mg dan depresi yang nyata terdapat pada dosis +$% mg setiap beberapa jam. (arena itu dosis tinggi berbahaya pada penderita dengan kelemahan pernafasan, khususnya pada penderita retensi 5O$
(odein merupakan prodrug, karena di saluran pencernaan kodein diubah menjadi bentuk aktifnya, yakni morfin dan kodeina1/1glukoronida. *ekitar >1+%F kodein akan diubah menjadi morfin, sedangkan sisanya akan menjadi bentuk yang bebas, atau terkonjugasi dan membentuk 9
kodeina1/1glukoronida !&%F", norkodeina !+%F", hidromorfona !+F" !ree #9 dkk, $%%%". Depresi saluran pernafasan ini tergantung pada jumlah dosis yang diberikan, dan berbahaya bila o-erdosis. Oleh karena kodein dimetabolisme menjadi morfin, hal ini menyebabkan morfin dapat disalurkan melalui air susu ibu kepada bayinya dalam jumlah yang mematikan, karena mengakibatkan depresi saluran pernafasan bayi yang disusui !(oren < dkk, $%%/"
10
BAB 3 MET+DE P#A"TI"UM
3.1 Alat -an Ba,an
+. 2ewan coba yaitu mencit sebanyak G ekor $. Obat 1 obatan yang digunakan • • • • •
Metampiron Asam Asetat Karutan 5M5 (odein Karutan ;
+%% mg8cc %,/F +F
. *topwatch G. Hot plate
3.2 ara "erja Untuk )raktiku& )engaru, (bat )a-a rasa n$eri $ang -iin-uksi se%ara ki&ia.
+. Membedakan mecit menjadi $ kelompok. (elompok + sebagai kontrol diberi 5M5 +F, $. . G. >. /.
kelompok $ diberi Metampiron +%%mg8cc secara per oral. *etelah diberi obat, ditunggu selama % menit. *etelah % menit diberi asam asetat %,/F secara intraperitonial pada kedua mencit. #unggu selama > menit. *etelah > menit diamati dan dicatat liukan mencit setiap > menit selama % menit. 9andingkan hasil mencit pada kelompok + dan mencit pada kelompok kedua.
Untuk )raktiku& )engaru, (bat )a-a rasa n$eri $ang -iin-uksi (le, t,er&is. +. Membedakan mecit menjadi $ kelompok. (elompok + sebagai kontrol diberi 5M5 +F,
kelompok $ diberi (odein secara per oral. $. *etelah diberi obat, ditunggu selama % – G> menit. . Meletakkan mencit kelompok + pada 2ot late dengan suhu >+o5, kemudian mencit kelompok $. G. Mencatat waktu !mulai saat mencit diletakkan sampai menjilat kaki atau melocat" yang tertera pada hot plate.
11
BAB 3 HA!IL P#A"TI"UM #abel .+ 2asil engamatan menggunakan Metode (imia dengan enggunaan Asam Asetat
(elompok
#anpa #anda
Merah
!jumlah liukan" +$/
!jumlah liukan" >
+G/
/&
+
&G
+/
$ 12
++&
>G
+%:
G&
/
%
4ata1rata
+$:
/%
(eterangan0 #anpa tanda0 mencit tanpa analgesik Merah0 mencit dengan analgesik #abel .$ 2asil engamatan Menggunakan Metode Lisika dengan 2ot late !5epat Eaktu #ikus Menjilat (aki 9elakang" (elompok
#anpa #anda
2itam
+,%
+,&
+,
/G,%
+$,G
/>,/
+&,:
$&,+
$+,>
/,:
$$,+
,+
+/
$:
4ata1rata
+&,>
+G%,:
(eterangan0 #anpa tanda0 mencit tanpa analgesik 2itam0 mencit dengan analgesik BAB / PEMBAHA!AN
ada praktikum, mencit diinduksi secara kimiawi. Mencit yang digunakan ada dua, yaitu mencit control yang diberi 5M5 +F, dan mencit coba yang diberikan Metampiron +%%mg8cc. Metode pengujian akti-itas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan at uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan !mencit". *etelah diberikan obat tersebut secara peroral, ditunggu selama % menit untuk mencapai onset of action dari obat tersebut, lalu mencit diinduksi dengan asam asetat %,/ F secara intraperitonial, lalu ditunggu selama > menit. 13
Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. rostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan menimbulkan n yeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan percobaan akan meliukkan badannya saat efek dari penginduksi ini bekerja. emberian sediaan asam asetat pada peritonial atau selaput gastrointestinal hewan memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh dan cepat memberikan efek. raktikum yang telah dilakukan menunjukan bahwa jumlah liukan pada mencit yang tidak diberi tanda adalah ++& liukan dan setelah dirata1rata dengan hasil praktikum kelompok lain jumlah liukan sebanyak +$: liukan. *edangkan mencit dengan tanda merah meliuk sebanyak >G kali dan rata1rata liukan sebanyak /% liukan. 2asil terssebut menunjukan bahwa mencit dengan tanda merah adalah mencit yang telah diberi metampiron. Metampiron membuat respon nyeri pada mencit tidak sebanyak mencit tanpa tanda. Dengan kata lain, mencit tanpa tanda merupakan mencit kelompok kontrol dan mencit dengan tanda merah merupakan kelompok uji untuk mengamati hambatan respon nyeri yang timbul setelah pemberian obat analgesik yaitu metampiron. *ehingga, mencit tanpa tanda berperan sebagai kontrol dan mencit dengan tanda merah sebagai pembanding yang diujikan untuk melihat pengaruh pemberian obat analgesik terhadap hambatan respon nyeri. 5ara kerja metampiron adalah deri-at metansulfonat dari Amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensiti-itas reseptor rasa nyeri dengan menghambat enim siklooksigenase !prostaglandin sintase" secara irre-ersible, sehingga pembentukan prostaglandin terhambat. Jika pembentukan prostaglandin terhambat, maka respon nyeri juga terhambat. ada bagian praktikum kedua, percobaan untuk rasa nyeri dinduksi dengan hot plate !thermis", respon nyeri yang diperlihatkan oleh mencit adalah dengan menjilat telapak kaki. ada mencit diberikan obat kodein. (odein ini diberikan secara peroral, kemudian ditunggu selama % – G> menit. *etelah itu mencit diletakkan diatas hot plate dengan suhu tertentu !>+o". (odein !1metoksimorfin" merupakan opioid fenantren yang memiliki afinitas yang sangat rendah pada reseptor. Akti-itas analgesiknya !yang lemah" muncul sebagai akibat dari kon-ersinya menjadi morfin saat dimetabolisme. Ealaupun efek analgesiknya lebih rendah 14
daripada morfin, kodein memiliki kemanjuran peroral yang lebih baik. Opioid memperlihatkan efek utamanya saat berinteraksi dengan reseptor opioid pada ** dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel saraf, penghambatan eksitasi saraf, dan penghambatan presinaptik rilis transmiter. (odein bekerja pada reseptor dalam lamina dan lamina dan substansia gelatinosa medula spinalis, dan dapat menurunkan pelepasan substansi , yang memodulasi persepsi nyeri dalam medula spinalis. 4eseptor !mu" 0 9erperan dalam analgesia supraspinal, depresi respirasi, euforia, dan ketergantungan. raktikum hot plate dilakukan pada dua mencit, dengan satu mencit diberi tanda hitam pada ekornya dan satu mencit tidak diberikan tanda. (emudian mencit di masukkan ke dalam hot plate satu per satu dengan suhu >+o 5. ada suhu ini mencit dapat merasakan rasa nyeri yang ditunjukkan dengan menjilat kaki belakang mencit. erhatian mahasiswa khususnya dilakukan pada kaki belakang mencit, oleh karena lapisan kulit pada kaki belakang mencit lebih tebal dibandingkan dengan kaki depan, sehingga hasil praktikum akan lebih -alid. raktikum yang kami lakukan mendapatkan hasil bahwa mencit tanpa tanda pada ekornya mulai merasakan nyeri pada detik ke $+.>, sedangkan mencit dengan tanda hitam pada ekornya mulai merasakan nyeri pada detik ke /,:. 9ila dirata1ratakan hasilnya dengan kelompok lain, mencit1mencit tanpa tanda merasakan nyeri pada detik +&.> !rata1rata" dan mencit1mencit dengan tanda hitam merasakan nyeri pada detik G%.: !rata1rata". *ehingga, mencit tanpa tanda berperan sebagai kontrol dan mencit dengan tanda hitam sebagai pembanding yang diujikan untuk melihat pengaruh pemberian kodein terhadap hambatan respon nyeri. (odein bila dikombinasi dengan obat non1opioid mempunyai keuntungan mengurangi jumlah opioid yang dibutuhkan untuk meringankan rasa nyeri dan penghapusan nyeri melalui mekasime yang berbeda, inhibisi sistesis prostanoid, dan inhibisi opioid dari transmisi nocicepti-e. (etika diberikan sendiri, secara oral kodein mempunyai sekitar satu sampai lima kali potensi inhibisi nyeri dibanding morfin.
15
BAB 0 PENUTUP
/.1
"esi&)ulan
a. engamatan pada metode writing reflex dapat diketahui bahwa mencit yang diberikan analgesic metampiron memiliki jumlah liukan lebih sedikit diabndingkan dengan mencit yang tidak diberikan obat analgesik !masing – masing mencit telah diberikan asam asetat" b. engamatan pada metode hot plate dapat diketahui bahwa bahwa mencit yang diberikan analgesik kodein melompat atau menjilat kaki belakang lebih lama dibandingkan dengan mencit yang tidak diberikan obat analgesic. c. Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri. 16
/.2 !aran
*ebelum melakukan praktikum, sebaiknya harus lebih cermat lagi dalam mencatat semua komponen yang ada dalam praktikum agar dapat lebih mudah dalam membahas hasil praktikum.
Daftar Pustaka
(atung, 9ertram <., +:/, Larmakologi Dasar dan (linik, *alemba Medika, Jakarta. (ee, Joyce K. Farmakologi : pendekatan proses keperawatan 8 Joyce K. (ee , =-elyn 4. 2ayes3alih bahasa, eter Anugrah3editor, Nasmin Asih. Jakarta 0 =<5 +/ Media,DeCa, $%%/, Jurnal edokteran dan Farmasi !"euron# , DeCa Media, Jakarta *elatan 'a-i
#;. $iastolic function
assessment incorporating new
techni%ues
echocardiography. 4e- 5ardio-asc Med $%%3G0:+1 #jay,#an 2oan dan (. 4ahardja, $%%&, &bat-obat 'enting , #
in
doppler
*melter, *uanne 5 . $%%$. eperawatan (edikal )edah )runner dan *uddart. +disi , ol /. Jakarta 0 9uku kedokteran #amsuri Anas. $%%&. onsep dan 'enatalaksanaan "yeri. Jakarta 0 =<5 (oren <, 5airns J, 5hitayat D, –:. 4ossi *. !$%%G". 2ustralian (edicines Handbook . Adelaide0 Australian Medicines 2andbook. *chetchiko-a, 'ataliya. $%%. "on-*teroidal 2nti-0nflammatory $rugs3"*20$s4. American 5hiropractic Association !A5A". 2aas, Daniel A. $%%$. 2n 5pdate on 2nalgesics for the (anagement of 2cute 'ostoperative $ental 'ain. Journal of the 5anadian Dental Association. ol. /:, 'o. : Marsaban, A. Maas, =,M. 9agianto, 2. $%++. Multidimensional 'yeri. Lisiologi (omperhensif pada 'yeri (epala. p. &1GG M.'. Jenie. $%++. Lisiologi (omperhensif pada 'yeri. Mekanisme #erjadinya 'yeri kepala rimer.
18