2
1
ii
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MEDIA REAGENSIA II
OLEH
KELOMPOK 4
Alsenia Ledi Rihi Anastasia Yunita Pera
Bendelina Djaha Desyanti R. Tauho
Efrilinda S.S. Namin Margaretha Wea
Mariana I.D. Domaking Monika Kolin Tukan
Riny K. Smaut Ventri Faot
Yani Amelia Mone Yohana D.B. hurint
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKES KEMENKES KUPANG
2014/2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEDIA REAGENSIA II
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Semester (UAS) dan telah disusun
pada tanggal 15 Juni 2015
Oleh Kelompok 4 Media Reagensia
Koordinator Praktikum Pembimbing Praktikum
Yoan Novicadlitha, A.md. AK Yohanes G.R. Keraf, A.md. AK
NIP. 1980 0714 2005 01 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Media Reagensia ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan akhir praktikum ini.
Laporan ini berisikan tentang hasil praktikan Media Reagensia yang telah dijalani selama semester 2. Harapan penulis semoga laporan akhir praktikum ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu kritik, saran, dan masukkan dari pembaca kiranya dapat menyempurnakan laporan ini.
Kupang, 15 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I. Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Bab II. Tinjauan Pustaka 3
2.1. Media Pertumbuhan Bakteri 3
2.2. Komponen Penyusun Media 3
2.3. Jenis-Jenis Media 5
2.4. Persyaratan Media 7
2.5. Sterilisasi 9
2.6. Desinfektan dan Antiseptik 11
2.7. Cara Penyimpanan Media 12
Bab III. Pembahasan 15
3.1. Bakteriologi 15
3.2. Hematologi 57
3.3. Parasitologi 68
3.4. Kimia Klinik 75
Bab IV. Pembahasan 92
4.1. Kesimpulan 92
4.2. Saran 93
Daftar Pustaka 94
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia Dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal , baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan . Obat-obatan bisanya merupakan larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Media tumbuh merupakan media yang dipersiapkan untuk digunakan sebagai media penumbuh mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan dengan mikroba yang akan ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya, media tumbuh dapat dibagi menjadi cair (broth) dan media padat (agar). Perbedaan dari kedua media ini yaitu penambahan tepung adalah untuk memadatkan media. Sedangkan media padat dibagi menjadi tiga macam, yaitu media agar tegak (deep agar), agar miring (slants agar), danlempeng agar (plate agar).
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati pola pertumbuhannya. Media cair merupakan media yang tidak mengandung agar, contohnya LB dan NB.
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah ditentukan dalam praktikum dan mengamati karakteristik morfologisnya. Inokulasi pada media padat dilakukan dengan teknik agar miring, teknik agar tegak, dan teknik lempeng agar. Media padat merupakan media yang mengandung 15 % agar, sehingga setelah dingin kemudian menjadi padat.
Tujuan
Untuk dapat membuat reagen dan media untuk praktikum bakteriologi
Untuk dapat membuat reagen dan media untuk praktikum hematologi
Untuk dapat membuat reagen dan media untuk praktikum parasitologi
Untuk dapat membuat reagen dan media untuk praktikum kimia klinik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Media Pertumbuhan Bakteri
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
2.2. Komponen Penyusun Media
Bahan Dasar
Air (H2O) sebagai pelarut
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
Vitamin-vitamin.
Bahan Tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba nontarget/kontaminan.
Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media
Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
Meat extract.
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
2.3. Jenis-Jenis Media
Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya, dan fungsinya:
Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut yaitu :
Media padat
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
Media semi padat atau semi cair
Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang dari yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.
Media cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
Media alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
Media semi sintesis
Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0 g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan. Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM), dsb.
Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya: Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja
Media uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium litmus milk.
2.4. Persyaratan Media
Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:
Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-20o C.
Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.
Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen.
Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara. Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
2.5. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme. Sterilisasi dibagi menjadi :
Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi ini menggunakan sinar UV, sinar X dan sinar Gamma. Sinar UV biasanya digunakan untuk sterilisasi ruang bedah. Walaupun sinar UV sangat ganas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja.
Sinar X dan sinar Gamma dapat membunuh mikroba karna merusak DNA dan menyebabkan ionisasi komponen sel lainnya. Radiasi dengan sinar X dan Gamma sering digunakan untuk sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi, misalnya pompa suntik dari plastik, obat-obatan, alat-alat operasi.
Sterilisasi dengan pemanasan
Pemanasan dengan nyala api
Cara ini dipakai untuk membuat steril jarum inokulasi, atau dalam keadaan darurat dipakai untuk mensterilkan pisau operasi.
Pemanasan dengan udara panas
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti tabung reaksi, petridish, botol dan alat-alat dari katun. Cara ini biasanya menggunakan oven.
Pemanasan merendam dalam air mendidih
Dalan kehidupan sehari-hari, cara ini dipakai untuk mensterilkan botol susu dan dot untuk bayi minum. Air mendidih pada tekanan 1 atmosfer, suhunya 1000 C. sel vegetative akan mati dalam waktu 5-15 menit, sedangkan bentuk spora akan mati dalam waktu 1-6 jam.
Pemanasan dengan uap air ditekan
Cara ini paling baik karna suhu yang dicapai tinggi. Dengan alat ini, besarnya tekanan uap air yang diperlukan dapat diatur. Makin besar tekanan uap airnya, makin tinggi pula suhu yang dicapai. Lamanya pemanasan tergantung pada tekanan uap yang dipergunakan, serta besar dan macamnya benda yang akan disterilkan. Dengan cara ini, baik bentuk vegetatif maupun spora akan mati, sehinnga mencapai steril sempurna.
Penyaringan
Filtrasi dapat dipergunakan untuk membuat steril cairan atau larutan yang thermolabil (mudah rusak karna pemanasan), seperti serum, enzym, atau antibiotika.
2.6. Desinfektan dan Antiseptik
Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia; dilakukan terhadap benda mati.
Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
Golongan Fenol dan turunannya
Misalnya : Fenol, cresol, exylresolcinol, hexachlorophene.
Larutan fenol dipakai sebagai desinfektan apda sputum, urine, feces atau alat-alat terkontaminasi. Virus dan bakteri bentuk spora, lebih tahn lama terhadap fenol dibanding dengan bakteri bentuk vegetatif.
Orang yang pertama kali menggunakan fenol sebagai desinfektan adalah Joseph Lister(1827-1912), seorang ahli bedah inggris. Fenol juga dipakai sebagai desinfektan standar untuk mengukur kekuatan lainnya. Prinsip kerja fenol adalah mendenaturasikan protein.
Alcohol
Etil alcohol merupakan desinfektan yang paling sering dipakai untuk desinfeksi kulit, digunakan kadar etil alcohol 70%. Daya kerjanya yaitu mengkoagulasi protein dan menarik air sel.
Yodium
Merupakan germisida tertua. Kurang baik kelarutannya dalam air. Lebih baik kedalam alcohol.yudium merupakan bakterisida yang paling kuat bahkan bersifat sporisida, fungisida dan virusida. Diduga daya kerjanya yudium berikatan dengan protein sel.
Sabun dan detergen sintetis
Sabun adalah ikatan antara natrium atau kalium dengan asam lemak tinggi dan bersifat germisida walaupun tidak begitu kuat. Sabun juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian.
Aerosol
Adalah zat kimia sebagai anti microbial yang disemprotkan keudara sehingga membentuk butiran-butiran halus (1-2 mikron) dan tetap tersuspensidalm udara utuk waktu yang cukup lama dipergunakan untuk desinfeksi ruangan.
2.7. Cara Penyimpanan Reagen dan Media
Penyimpanan Media
Seteleh media dingin simpan sesuai dengan jenis media yang dibuat , bisa disimpan dalam almari es, suhu ruang maupun tempat gelap.
Untuk penyimpanan media ada hal –hal yang harus diperhatikan antara lain :
Jangan terkena sinar matahari secara langsung atau terkena panas secara langsung
Untuk media-media yang diperkaya dengan darah, antibiotic maupun serum harus disimpan dalam lemari es
Media yang ditempatkan dicawan petri harus dijaga jangan sampai kering sebaiknya simpan didalam lemari es dan ditempatkan dalam plastik tertutup.
Cara penyimpanan Reagen
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya: flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu
Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 C, pantau suhu ruangan maksimal 30 C.
Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.
Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan air kran.
Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus muncul pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut.
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara lain:
Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur penanganannya.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun. Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, denganmaksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. BAKTERIOLOGI
Nutrien Agar (NA)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
Bacto ekstar 3 gram
Bacto pepton 10 gram
Bacto agar 15 gram
NaCl 5 gram
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
Na yang tersedia 20 Gram dalam 1 liter
Misalkan Na yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100020= 200m2
m2 = 40001000
m2 = 4 gram
Cara pembuatan :
Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Endo Agar (EA)
Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media ini mengandung natrium sulfat dan "basic Fuchsin" yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
komposisi :
Bacti ekstrak daging 3 gram
Bacto pepton 10 gram
NaCl 5 gram
Bacto lactosa 10 gram
Na2SO3 2,5 gram
Bacto agar 15 gram
Basic Fucsin 10 % 4 ml
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
Endo Agar yang tersedia 41, 5 gram dalam 1 liter.
Misalkan Endo Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1=v2m2
100041,5=200m2
m2 =200×41,51000
m2 =83001000
m2 =8,3 gram
Cara pembuatan :
Timbang Endo Agar sebanyak 8,3 gram dan masukkan kedalam erlenmeyer.
Larutkan dengan aquadest 200 ml sambil dihomogenkan.
Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air dan tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering, kemudian beri label.
Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Keluarkan dari autoclave dan dituangkan kedalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
MacConkey Agar (MCA)
Media ini merupakan media padat dan media alfferensial digunakan untuk seleksi dan pertumbuhan Enterobacteriacede dan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang seperti Escherichia coli. Garam – garam empedu dan kristal violet didalam media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Komposisi :
Bacto pepton 17 gram.
Proteosa pepton 3 gram.
Bacto lactosa 10 gram.
Garam empedu 1,5 gram.
NaCl 5 gram.
Bacto Aga 13,5 gram.
Bacto nectral rea 0,03 gram.
Bacto kristal read 0,001 gram .
Aquadest 1 liter.
Perhitungan :
MCA yang tersedia 50 gram dalam 1 liter
Misalkan MCA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100050= 200m2
m2 = 200×501000
m2 = 100001000
m2 = 10 gram
Cara pembuatan :
Timbang MCA sebanyak 10 gram, masukan dalam erlenmeyer.
Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogekan.
Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210C dalam waktu 15 menit.
Keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Eosolin Methylene Blue Agar (EMBA)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Komposisi :
Bacto pepton 10 gram
Bacto lactosa 5 gram
Sukrosa 5 gram
K2HPO4 2 gram
Bscto agar 13,5 gram
Bacto eosin 04 gram
Bacto methylene blue 0,065 gram
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
EMBA Agar yang tersedia sebanyak 36 gram dalam 1 liter
Misalkan EMBA Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100036= 200m2
m2 = 72001000
m2 = 7,2 gram
Cara pembuatan :
Timbang Emba Agar sebanyak 7,2 gram dan masukan dalam erlenmeyer
Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi lebel.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
Keluarkan dan isi dalam cawan petri secara aseptis.
Bungkus dengan plastik dan masukan dalam lemari pendingin
Blood Agar Plate (BAP)
Media ini di gunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat di wilayah yang benar-benar jernih dan jenis hemalisisnya di sebut beta – hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna dan media berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya di sebut Alpha Hemolisis. Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan perubahan nyata pada media tersebut di sebut gamma hemolisis. Kelompok mikroorganisme yang sering di bedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah adalah sreptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di sebabkan oleh enzim yang di lepas mikro organisme.
Komposisi :
Ekstrak daging 3 gram
Bacto pepton 10 gram
NaCl 5 gram
Laktosa 10 gram
Bacto agar 15 gram
Basic fuchsin 10% 4 ml
Na2CO3 2,5 gram
Aquadest 1 liter
Darah "O" 5%
Perhitungan :
BAP menggunakan nutrient agar dan 5% darah "O".
Misalkan BAP yang akan dibuat sebanyak 200 ml.
NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.
Akan dibuat 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100020= 200m2
m2 = 20×2001000
m2 = 40001000
m2 = 4 gram
Darah "O" yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :
V= 5100×200
V=10 ml
Cara pembuatan :
Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah "O".
Homongenkan lalu tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis.
Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Agar Coklat
Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada perbenihan sederhana dan biasanya di pakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae dan Hemorhylus influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar, hanya setelah penambahan darah, di panaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15 menit sampai berwarna coklat. Semua ini di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media Blood Agar. Media ini berwarna coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi :
Proteose Peptone 15,0 gram
Sodium Chloride 5,0 gram
Dipotassium Phosphate 4,0 gram
Monopotassium Phosphate 1,0 gram
Corn Starch 1,0 gram
Hemoglobin, Bovine 10,0 gram
KoEnzyme Enrichment 10,0 ml
Agar 10,0 gram
Perhitungan :
Agar coklat menggunakan nutrient agar dan 5% darah "O".
Misalkan agar coklat yang akan dibuat sebanyak 200 ml.
NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.
Akan dibuat 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100020= 200m2
m2 = 20×2001000
m2 = 40001000
m2 = 4 gram
Darah "O" yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :
V= 5100×200
V=10 ml
Cara pembuatan :
Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah "O".
Homongenkan lalu panaskan kembali dengan penangas air selama 5-15 menit hingga larutan berwarna coklat.
Tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis dan dinginkan.
Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Salminella Shigella Agar (SSA)
Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil gram negative pathogen enteric, sehingga di pakai untuk isolasi dari specimen yinja terutama salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni yang tidak berwarna. Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan brilliant green yang tidak hanya menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan pertumbuhan basil pathogen non enteric lainnya.
Komposisi:
Ekstrak sapi 5 gram
Proteose peptone 5 gram
Laktosa 10 gram
Garam bile no.3 8,5 gram
Natrium sitrat 8,5 gram
Ferri sitrat 1 gram
Agar 13,5 gram
Merah netral 0,025 gram
Hijau brilliant 0,33 gram
Aquadest 1000Ml
Perhitungan :
SSA yang tersedia sebanyak 63 gram dalam 1 liter
Misalkan SSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100063= 200m2
m2 = 63×2001000
m2 = 126001000
m2 = 12,6 gram
Cara pembuatan :
Timbang 12,6 gram SSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
turunkan dari penangas air dan sumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas karing lalu beri label.
Sterilkan media tersebut di dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit
Keluarkan dari autoklaf dan tuang ke dalam cawan petri secara aseptis kemudian isolasi dan simpan dalam lemari pendingin.
Bismuth Sulfit Agar (BSA)
Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar digunakan untuk mengisolasi Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai sumber utama karbon. BLBG dan berhenti bismut gram positif pertumbuhan. sulfit Bismuth agar-agar tes kemampuan untuk memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya menjadi hidrogen sulfida .
Komposisi :
Enzimatik Digest of Casein 5 gr
Enzimatis Intisari dari Jaringan Hewan 5 gr
Beef Extract 5 gr
Dextrose 5 gr
Disodium fosfat 4 gr
Ferrous Sulfat 0,3 gr
Bismuth Sulfit Indikator 8 gr
Brilliant Hijau 0,025 gr
Agar 20 gr
Perhitungan :
BSA yang tersedia sebanyak 52 gram dalam 1 liter
Misalkan BSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100052= 200m2
m2 = 52×2001000
m2 = 104001000
m2 = 10,4 gram
Cara pembuatan :
Timbang 10,4 gram BSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
Panaskan dengan menggunakan penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Dinginkan pada suhu 450-500C
Tuangkan kedalam cawan petri dan biarkan kering dengan membuka sedikit tutup cawan
Setelah kering, tutup cawan, beri label dan simpan ditempat yang gelap.
Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)
(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid sempurna dan tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril, dan media ini lebih menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang membutuhkan tambahan lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni dari organisme. Pada media TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 35 derajat celcius.
Komposisi :
Yeast extract 5 gram
Bacteriological Peptone 10 gram
Sodium thiosulphate 10 gram
Sodium Citrate 10 gram
Ox bile gram
Sucrose 20 gram
Sodium Chloride 10 gram
Broom Thymol Blue 0,04 gram
Thymol Blue 0,04 gram
Agar 14 gram
Aquadest 1000 mL
PH 8,6
Perhitungan :
TCBS yang tersedia sebanyak 88 gram dalam 1 liter
Misalkan TCBS yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100088= 200m2
m2 = 88×2001000
m2 = 176001000
m2 = 17,6 gram
Cara pembuatan :
Sterilisasi aquadest 200 ml dalam dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC
TCBS ditimbang sebanyak 17,6 gram kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer yang telah berisi aquadest steril 200 ml
Campuran dipanaskan hingga larut dan digoyangkan sampai homogen
Dituangkan kedalam cawan petri secara aseptic
Setelah beku, cawan petri dibalik.
Dibungkus menggunakan kertas diberi nama media dan disimpan dilemari pendingin.
Blood Tellurit Agar
untuk isolasi bakteri bergranula volutin (Corynebacterium diphtheriae) yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. Berwarna transparan. tidak mengandung indikator tetapi mengandung darah dengan kadar 5- 10% dan Kalium Telurit 1% 37,5 ml.
komposisi :
Meat extract 10.0 g
Peptone 10.0
Sodium Chloride 5.0
Pottasium Tellurite 0.35
Horse Blood,defibrinated, lysed 7%
Agar 15.0 g
Perhitungan :
menggunakan tellurite agar base, darah dan kalium tellurite.
Tellurite agar base yang tersedia sebanyak 31 gram dalam 970 ml
Misalkan Tellurite agar base yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
97031= 200m2
m2 = 6200970
m2 = 6,3 gram
Darah yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :
V= 5100×200
V=10 ml
Kalium tellurite yang dibutuhkan sebanyak 1%, maka :
V= 1100×200
V= 2 ml
cara pembuatan :
Timbang 6,3 gram tellurite agar base lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomongenkan
Panaskan dengan penangas air sambil diaduk sampai larut sempurna
Sterilkan di autoklaf selama 15 menit dengan suhu 1210C
Dinginkan hingga suhu 45-500C
Tambahkan 10 ml darah dan 2 ml kalium tellurite lalu homogenkan
Tuang kedalam cawan petri secara aseptis. Biarkan hingga dingin
Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin
Manitol Salt Agar (MSA)
Media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri, namun staphylococcus tidak di hambat pertumbuhannya. Staphylococcus aureus akan membentuk zona kuning. Sedangak S. epidermis akan membentuk zona merah. Warna kuning di sebsbkan oleh fermentasi mannitol disertai permukaan asam, sedangkan warna merahdi sebabkan oleh mennitol yang tidak di frementsikan. Merah fenol merupakan indicator untuk melihat adanya pembentukan asam.
Komposisi :
Ekstark sapi 1 gram
NaCl 75 gram
Agar 15 gram
Aquadest 1000 ml
Proteose peptone no.3 10 gram
D-Mannitol 75 gram
Merah fenol 0,025 gram
perhitungan :
MSA yang tersedia sebanyak 60 gram dalam 1 liter
Misalkan MSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100060= 200m2
m2 = 60×2001000
m2 = 12 gram
Cara pembuatan :
Timbang 12 gram MSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Tidak pelu disterilkan, langsung dituang kedalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan kering dan isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.
Media Violet Red Bile Agar
Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah yang digunakan untuk deteksi dan penentuan coliform dalam makanan, air susu, dan bahan sanitasi lainnya.
Komposisi :
Pankreas Digest of Gelatin 7,0 gram
Ragi Extract 3,0 gram
Garam empedu #3 1,5 gram
Agar 15,0 gram
Lactose 10,0 gram
Sodium Chloride 5,0 gram
Netral Merah 0,03 gram
Kristal Violet 0,002 gram
Perhitungan :
Media Violet Red Bile Agar yang tersedia sebanyak 41,5 gram dalam 1 liter
Misalkan Media Violet Red Bile Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100041,5= 200m2
m2 = 41,5×2001000
m2 = 83001000
m2 = 8,3 gram
Cara pembuatan :
Timbang 8,3 gram Media Violet Red Bile Agar dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Dinginkan sampai suhu 400 - 450 C
Tidak pelu disterilkan, langsung dituang kedalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan kering dan isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.
Tryptone Bile Glucoronic Medium (TBX)
Tryptone Bile X - glukuronida ( TBX ) Medium merupakan modifikasi dari Tryptone Empedu Agar. Tryptone Bile Agar dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli pada makanan. TBX Medium ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik , X-glukuronida , mendeteksi aktivitas glucuronidase . Kehadiran enzim D-glucuronidase membedakan E. coli spp . dari coliform lain , dan enzim yang sama digunakan dalam MUG reaction.
Komposisi :
Tryptone 20 gram
Bile Salts 1,5 gram
X-Glucuronide 0,075 gram
Agar 15 gram
Perhitungan :
TBX yang tersedia sebanyak 36,6 gram dalam 1 liter
Misalkan TBX yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100036,6= 200m2
m2 = 36,6×2001000
m2 = 7,32 gram
Cara pembuatan :
Timbang TBX 7,32 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
KF Streptococccus
KF Steptococcus merupakan media selektif Sterptococcus spesies Enterococci. Maltosa dan dan laktosa di metabolisme sebagian besar enterococci dengan produsi asam dan jadi meningkatkan pertumbuhan bakteri ini, mikroorganisme yang tidak diinginkan sebagian besar ditekan sodium acid. Bentuk asam dideteksi oleh bromcresoll ungu dengan perubahan warna ke warna media menjadi kuning. Enterococci menurunkan TTC memberi fomazan merah dan jadi terlihat sebagai koloni yang berwarna merah.
Komposisi :
Enzymatic Digest of Animal Tissue 10 gram
1% Triphenlytetrazolium Chloride (TTC)
Yeast Extract 10 gram
Sodium Chloride 5 gram
Sodium Glycerophosphate 10 gram
Maltose 20 gram
Lactose 1 gram
Sodium Azide 0,4 gram
Bromcresol Purple 0,015 gram
Agar 20 gram
Perhitungan :
KF streptococcus yang tersedia sebanyak 76,4 gram dalam 1 liter
Misalkan KF streptococcus yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100076,4= 200m2
m2 = 76,4×2001000
m2 = 152801000
m2 = 15,28 gram
Cara pembuatan :
Timbang 15,28 gram KF streprococcus, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave Kemudian ditambah Triphenil tetrazolium Clorid 1% (1 ml dalam 100 ml larutan = tambahkan 2 ml untuk 200 ml larutan) ketika suhu 50C
tuang kedalam cawan petri secara aseptis
Biarkan dingin, isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.
Vogel Johnson Agar (VJA)
Vogel-johnson Agar digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus aureus,dengan mengidentifikasi koagulase-positif dan fermentasi manitol strain. Medium yang sangat baik untuk mendeteksi Staphylococci Staphylococcus pembawa serta studi kepedulian sanitasi. S. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium logam dan menghasilkan pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini ditunjukkan dengan zona kuning di sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah medium menjadi kuning.
Komposisi :
Glycine 10 gram
Trypton 10 gram
Lithium Klorida 5 gram
Fenol Merah 0,025 gram
Manitol 10 gram
Fosfat Dipotassium 5 gram
Ekstrak Ragi 5 gram
Agar 15 gram
Perhitungan :
VJA yang tersedia 60 gram dalam 1 liter
Misalkan VJA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100060= 200m2
m2 = 60001000
m2 = 6 gram
Cara pembuatan :
Timbang 6 gram VJA, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian diamkan hingga suhu 45-500C.
Tambahkan 6 ml tellurite Kalium 3,5% dan homogenkan
Tuang kedalam cawan petri secara aseptis, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Cetrimide
Cetrimide digunakan untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas aerogenosa dari berbagai Janis bakteri lainya. Cetrimide sebagian besar menhhambat pertumbuhan bakteri yang mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa dan meminimalkan gangguan terhadap pertumbuhan Ps. Aerogenosa. Produksi pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada media ini. Warna pigmen kuning-hijau.
Komposisi :
Enzymatic Digest of Gelatin 20 gram
Glycerol 10 ml
Magnesium Chloride 1,4 gram
Agar 13,6 gram
Potassium Chloride 10 gram
Cetyltrimethylammonium Bromide 0,3 gram
Perhitungan :
Cetrimide yang tersedia sebanyak 45,3 gram dalam 1 liter
Misalkan cetrimide yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100045,3= 200m2
m2 = 45,3×2001000
m2 = 90601000
m2 = 9,06 gram
Cara pembuatan :
Timbang 9,06 gram cetrimide, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.
Pseudomonas Isolation Agar
Media Selektif digunakan untuk isolasi Pseudomonas, bentuk putih transparan dan menggunakan indikator karbohidrat bebas pepton dengan pH indicator brom cresol ungu. Karbohidrat spesifik ditambahkan dalam konsentrasi 0,5-1%.
Komposisi :
Pankreas Digestof Gelatin 20,0 gram
Kalium Sulfat 10,0 gram
Agar 13,6 gram
Magnesium Chloride1,4 gram
Irgasan (triklosan) 0.025 gram
Perhitungan :
Pseudomonas Isolation Agar yang tersedia sebanyak 45 gram dalam 1 liter
Misalkan Pseudomonas Isolation Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100045= 200m2
m2 = 45×2001000
m2 = 90001000
m2 = 9 gram
Cara pembuatan :
Timbang 9 gram Pseudomonas Isolation Agar dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dalam 200 ml aquadest yang mengandung 4 ml gliserol sambil dihomogenkan
Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Turunkan dari penangas air dan sumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas karing kemudian beri label
Sterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit
Keluarkan dari autoklaf dan tuangkan pada cawan petri secara aseptis
Tunggu hingga dingin lalu isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.
SIM Medium
Kegunaannya yaitu untuk membedakan golongan kuman enteric berdasarkan produksi sulfide, indol dan motilitas (gerak kuman).
Komposisi :
Pepton from cassein 20 gram
Pepton from meat 6 gram
NH4 Iron (III) citrat 0,2 gram
Na2S2O3 0,3 gram
Agar 3 gram
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
SIMM Medium yang tersedia sebanyak 30 gram dalam 1 lter
Misalkan SIMM Medium yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100030= 200m2
m2 = 200×301000
m2 = 60001000
m2 =6 gram
Cara pembuatan :
Timbang SIMM Medium sebanyak 6 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan.
Panaskan di penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml menggunakan spuit.
Tutup mulut tabung degan kapas kering lalu masukan kedalam plastik bening, kemudian ikat sekuat mungkin dan diberi label.
Sterilkan didalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C.
Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Simmons Citrat Agar (SCA)
SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat warna brom thymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi kuman.
Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi :
MgSO4 0,2 gram
(NH4)3 PO4 1 gram
K2HPO4 1 gram
C6H5Na3O7.2H2O 2 gram
Bacto Agar 15 gram
Bromtimol blue 0.08 gram
Aquadest 1 liter
NaCl 5 gram
Perhitungan :
SC yang tersedia 22,5 gram dalam 1 liter
Misalkan SC yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100022,5 = 200m2
m2 = 200×22,51000
m2 = 4,5 gram
Cara pembuatan :
Timbang SC sebanyak 4,5 gram dan masukkan kedalam erlenmeyer.
Larutkan dengan aquadest 200 ml dan homogenkan
Panaskan diatas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing masing 5 ml menggunakan spuit.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukan kedalam pastik bening, kemudian ikat sekuat mungkin dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C
Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Tripple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa, pemanfaatan gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses pernapasan yang menggunakan belerang sebagai penerima elektron terakhir untuk menghasilkan hidrogen sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi basil Gram negatif.
Komposisi :
Bacto ekstrak daging 3 gram
Bacto pepton 15 gram
Bacto ekstrak ragi 3 gram
Preteosa pepton 5 gram
Bacto laktosa 10 gram
Bacto sukrosa 10 gram
.Bacto dekstrosa 1 gram
FeSO4 0,2 gram
Na2S2O3 0,3 gram
Bacto agar 12 gram
Bacto merah fenol 0,024 gram
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
TSIA yang tersedia 65 gram dalam 1000 ml.
Misalkan TSIA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
1000 65= 200m2
m2 = 200×651000
m2 = 130001000
m2 = 3 gram
Cara pembuatan :
Timbang TSIA 13 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Larutkan dengan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing – masing 5 ml menggunakan spuit.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukkan kedalam plastik bening, kemudian diikat sekuat mungkin.
Berilah label pada luar plastik bening dan masukan pada autoclave dan sterilkan selama 15 menit pada suhu 1210 C.
Keluarkan dari autoklaf dan miringkan tabung.
Lowenstein Jensen
Digunakan untuk menumbuhkan Mycobacterium tuberculos, untuk diagnosis infeksi mikobakteri, untuk menguji kerentanan antibiotik isolate, dan untuk membedakan berbagai jenis mycobacterium (morfologi koloni, tingkat pertumbuhan, karakteristik biokimia dan mikroskop). Koloni M.tuberculosis berwarna krem, permukaannya tidak rata atau berdungkul-dungkul seperti bunga kubis kering. Koloni mikrobacteria yang pathogen akan berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang pertumbuhan M.tuberculosis.
Komposisi :
Komposisi media Lowenstein Jansen dalam 600 ml air mengandung :
Lowenstein Jensen menengah
Asparagin 3,60 gram
Monopotasium fosfat 2,50 gram
Magnesium sitrat 0,50 gram
Magnesium sulfat 0,24 gram
Kentang tepung 30,00 gram
Malasit hijau 0,40 gram
Telur (segar, utuh) 1000,00 ml
Gliserol 12,00 gram
Lowenstein jensen dengan 5% sodium cloride Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan 80,0 g sodium chloride
Lowenstein jensen dengan micobacterium selective Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64g, Lincomicin 3,2mg, dan asam nalidixic 56,0 mg
Lowenstein jensen Gruft modification Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA
Perhitungan :
Lowenstein Jensen yang tersedia sebanyak 37,4 gram dalam 600 ml
Misalkan Lowenstein Jensen yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
60037,4= 200m2
m2 = 37,4×200600
m2 = 7480600
m2 = 12,4 gram
Cara pembuatan :
Timbang 12,4 gram Lowenstein Jensen dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dengan 200 ml aquadest yang berisi 12 ml gliserol. Jangan menambahkan gliserol jika Tuberkulum basil tipe bovine atau organisme glycerophobic lainnya untuk dibudidayakan. Homogenkan.
Panaskan dengan penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Sterilkan pada autoclave pada 121°C selama 15menit.
Keluarkan dari autoklaf dan dinginkan kira-kira suhu 50 ° C.
Sementara itu, siapkan 1.000 ml seluruh telur dikumpulkan aseptik dan dicampur secara merata, tanpa ada gelembung udara.
campurkan media dasar dan telur perlahan sampai campuran merata dan tanpa gelembung udara.
Masukkan dalam tabung steril yang sesuai dan tutup tabung.
Atur tabung dalam posisi miring, biarkan mengental pada suhu 85 ° C selama 45 menit.
Uji sampel produk jadi untuk kinerja dengan menggunakan stabil dan cultur kontrol.
simpan pada suhu 2-8 C pada tempat gelap. Media tidak boleh digunakan jika ada kontaminasi, keburukan (menyusut, pecah, atau perubahan warna) dan sudah kadaluarsa. Biakan M.tuberculosis yang disimpan pada suhu 37 C tetap hidup tanpa kehilangan virulensinya selama 12 tahun, tapi bila terkena matahari secara langsung perbenihan dalam media akan mati dalam waktu 2-3 jam.
Motilitas Indole Ornithine (MIO) Medium
Media Motility Indol Ornithine (MIO) merupakan media yang digunakan untuk mengetahui adanya pergerakan bakteri, kemampuan menghasilkan indol, serta kemampuan bakteri bereaksi memecah ornitin. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil hanya ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan dengan pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah penambahan reagen Kovac's for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk cincin merah, namun berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan dengan perubahan warna pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi dekarboksilasi ornitin positif ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat bagian bawahnya, sedangkan reaksi dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan dengan warna kuning pada tiga perempat bagian bawah media.
Komposisi :
Approximate Formula Per Liter Purified Water
Pancreatic Digest ofcasein 9,5 gram
Pancreatic Digest of Gelatin 10,0 gram
Yeaast Extract 3,0 gram
Dextrose 1,5 gram
L-Omitthine Monohychloride 5,0 gram
Bromcresol Purple 0,02 gram
Agar 2,0 gram
Perhitungan :
MIO Medium yang tersedia sebanyak 31 gram dalam 1 liter
Misalkan MIO Medium yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100031= 200m2
m2 = 31×2001000
m2 = 62001000
m2 = 6,2 gram
Cara pembuatan :
Timbang 6,2 gra, MIO Medium, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Larutkan dengan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing – masing 5 ml menggunakan spuit.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukkan kedalam plastik bening, kemudian diikat sekuat mungkin.
Berilah label pada luar plastik bening dan masukan pada autoclave dan sterilkan selama 15 menit pada suhu 1210 C.
Keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin.
Media harus disimpan pada suhu 2-80 C.
Nutrient Broth
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient broth sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
Komposisi :
Bacto ekstar 3 gram
Bacto pepton 10 gram
Perhitungan :
NB yang tersedia 8 Gram dalam 1 liter
Misalkan NB yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
10008= 200m2
m2 = 16001000
m2 = 1,6 gram
Cara pembuatan :
Timbang 1,6 gram nutrient broth, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu ikat dengan kuat dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Methyl Red/ Vogoes Prokauer (MR/VP) Broth
MR - VP Menengah ( Glukosa Phosphate Broth ) direkomendasikan untuk kinerja tes Metil Merah dan Voges Proskauer dalam diferensiasi dari kelompok coli – aerogenes .
Komposisi :
Pepton from alent 7 gram
Glukosa 5 gram
Phosphate buffer 5 gram
Perhitungan :
MR yang tersedia sebanyak 17 gram dalam 1 liter
Misalkan MR yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100017= 200m2
m2 = 200×171000
m2 = 34001000
m2 = 3,4 gram
Cara pembuatan :
Timbang MR sebanyak 3,4 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
Panaskan diatas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
Turunkan dari penangas air, tuangkan pada tabung reaksi sebanyak 5 ml pada tiap tabung dengan menggunakan spuit.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening dan ikat plastic sekuat mungkin, kemudian beri label.
Sterilkan pada autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
Keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin.
Masukkan dalam lemari pendingin.
Media gula-gula
Media gula-gula termasuk media identifikasi. Media identifikasi adalah perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan beberapa media bersama-sama. Disebut media gula gula karena terbuat dari beberapa gula seperti: glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, Artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakkan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.
Komposisi :
Pepton 1 gram
NaCl 0,5 gram
Aquadest 1 liter
Indikator fenol read 1 ml
Karbohidrat 1 gram
Perhitungan :
Glukosa
massa=100100×1
massa = 1 gram
Lactosa
massa =100100×1
massa = 1 gram
Sukrosa
massa =100100×1
massa = 1 gram
Maltosa
massa =100100×1
massa = 1 gram
Manitol
massa =100100×1
massa = 1 gram
Cara pembuatan :
Campurkan berbagai macam bahan pembuatan media Gula-gula .
Dibuat dalam 200 ml aquadest ditambah pepton.
Untuk pepton, ditimbang 6 gram dalam 100 ml aquadest
NaCl ditimbang 3 gram dan dicampurkan dalam air pepton
Fenol red ditimbang 0,2 gram lal digerus, larutkan dalam 100 ml aquadest.
Untuk glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa dan manitol, dibuat pada plate yang
berbeda dengan cara yang sama. Setelah itu, disterilkan dalam autoclave dan diisolisis dan disimpan dalam lemari pendingin.
Pepton Water
Pepton water digunakan untuk membudidaya non pemilih mikroorganisme, uji indol dan sebagai basal media untuk studi fermentasi karbohidrat.
Komposisi :
Pepton 10 gram
Natrium klorida 5 gram
Perhitungan :
Pepton water yang tersedia 15 gram dalam 1 liter
Misalkan pepton water yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100015= 200m2
m2 = 3 gram
Cara pembuatan :
Timbang 3 pepton water, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu ikat dengan kuat dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Brain Heart Infusion (BHI) Broth
BHI digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme phatogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dll.
Komposisi :
Calf brain infusion 200 gram
Beef heart infusion 250 gram
Proteose peptone atau gelysate 10 gram
NaCl 5 gram
Na2HPO4.12H2O 2,5 gram
Dextrose 2 gram
Aquadest 1 liter
Perhitungan :
BHI yang tersedia 37 gram dalam 1 liter
Misalkan BHI yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100037= 200m2
m2 = 74001000
m2 = 7,4 gram
Cara pembuatan :
Timbang 7,4 BHI, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu ikat dengan kuat dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari pendingin.
Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform.
Komposisi :
peptone 5 gr/L
ekstrak daging (sapi) 3 gr/L
laktosa 5 gr/L
perhitungan :
Lactose broth yang tersedia sebanyak 13 gram dalam 1 liter
Misalkan lactose broth yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100013= 200m2
m2 = 13×2001000
m2 = 26001000
m2 = 2,6 gram
Cara pembuatan :
timbang 2,6 gram lactose broth dan masukkan kedalam Erlenmeyer
larutkan dengan 200 ml aquades sambil dihomogenkan
panaskan dengan penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
turunkan dari penangas air dan tuang larutan sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi yang berisi tabung durham menggunakan spuit
tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan tabung kedalam plastik bening dan ikat plastik dengan kuat lemudian beri label.
sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 5 menit
keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin lalu masukkan kedalam kulkas.
Salenite Cystein Broth (SCB)
SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk bakteri Salmonella sp. Media ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer medium, sodium selenite, dan L-sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya sendiri. Pepton menyediakan asam amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan sumber energi, dan natrium fosfat buffer medium untuk mempertahankan pH. Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif dan menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-sistin didirikan untuk meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran, makanan, air dan bahan lainnya.
Komposisi :
Pankreas Intisari dari Kasein 5,0 gram
Laktosa 4,0 gram
Natrium Fosfat 10,0 gram
Sodium Selenite 4,0 gram
L-sistin 0,01 gram
Perhitungan :
SCB yang tersedia 23 Gram dalam 1 liter
Misalkan SCB yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 m1 = v2m2
100023= 200m2
m2 = 4,6 gram
Cara pembuatan :
Timbang 4,6 SCB, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu ikat dengan kuat dan beri label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari pendingin.
3.2. HEMATOLOGI
Alkohol 70% dalam 100 ml Aquadest
Digunakan sebagai disinfektan sampling darah.
Komposisi :
Alkohol 96 % 73 ml
Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan :
Pipet Alkohol 96% sebanyak 73 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket/label.
Larutan EDTA 10 %
EDTA 10% digunakan sebagai antikoagulan untuk mencegah koagulasi sel darah. Reagen ini digunakan pada hampir semua pemeriksaan yang bersangkutan dengan darah vena.
Komposisi :
EDTA 10 gram
Aquadest 100 ml
Cara kerja :
Timbang 10 gr EDTA (titriplex III), masukan kedalam gelas kimia.
Larutkan dengan Aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
Natrium Sitrat 3,8% dalam 100 ml
Digunakan sebagai antikoagulan dalam pemeriksaan LED, BSE, dan Haemostasis.
Komposisi :
Natrium Sitrat 3,8 gram
Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan:
Timbang Natrium sitrat 3,8 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
NaCl 0,85-0,9%
Digunakan dalam pemeriksaan DTO (Daya Tahan Osmotik), Haemostasis, dan juga sebagai antikoagulan.
Komposisi :
NaCl 0,9 gram
Aquadest 100 ml
cara pembuatan :
Timbang NaCl 0,9 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
Larutan HCl 0,1 N
HCl 0,1 N digunakan dalam pemeriksaan hemoglobin dengan metode sahli. Larutan ini mengubah darah menjadi hematin asam. Perubahan darah menjadi hematin membuat perubahan warna larutan sehingga dapat dibandingkan dengan warna standar.
Komposisi :
HCl 37% 0,83 ml
Aquadest 100 ml
Cara Kerja :
Ukur 100 ml akuadest, masukan kedalam gelas kimia.
Pipet (jangan di hisap!) 0,83 ml HCl pekat (12 N) campur kedalam aquadest tadi lalu homogenkan (kerjakan diruang asam)
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
CuSO4 BJ 1053
Digunakan pada pemeriksaan Hb metode BJ. Larutan CuSO4 memungkinkan ditentukannya kadar Hb seseorang berdasarkan berat jenisnya.
Komposisi :
CuSO4 7,95 gram
Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang CuSO4 sebanyak 7,95 gram
Larutkan ke dalam 50 ml aquadest didalam labu ukur
Untuk membuat larutan menjadi BJ = 1053 maka larutan tadi diambil sebanyak 26 ml.
Masukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan aquadest hingga 50 ml dan homogenkan.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
Larutan Hayem
Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk menghitung sel eritosit. Larutan ini selain untuk pengenceran, digunakan juga untuk melisiskan sel leukosit dan trombosit sehingga hanya sel eritrosit yang terlihat saat pengamatan.
Komposisi :
1 gr NaCl
0,5 gr HgCl2
5 gr Na2SO4
200 ml aquadest
Cara Kerja :
Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia.
Tambahkan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
Larutan Gower
Digunakan sebagai pengencer dan untuk melisiskan sel selain sel eritrosit pada hitung jumlah sel eritrosit.
Komposisi :
Na2SO4 0,25 gram
CH3COOH 16,65 ml
Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang Na2SO4 sebanyak 0,25 gram dan masukkan kedalam beaker glass
larutkan dalam sedikit aquadest.
Pipet CH3COOH sebanyak 16,65 ml kemudian masukkan ke dalam beaker glass yang berisi Na2SO4 tadi.
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
Larutan Turk
Larutan turk merupakan larutan yang digunakan untuk menghitung sel leukosit secara absolute (manual). Isi larutan turk adalah asam asetat 2% ditambah gentian violet 1% sehingga warnanya ungu muda. Pemberian gentian violet bertujuan untuk memberikan warna pada sel leukosit. Larutan turk bersifat melisiskan sel eritrosit dann leukosit sehingga hanya tampak sel leukosit pada saat perhitungan sel.
Komposisi :
0,5 ml Asam asetat (asam cuka) glasial
1 ml kristal violet 1 %
100 ml Aquadest
Cara kerja :
Buat larutan kristal violet 1% (1 gr Kristal violet dilarutkan dalam 100 ml aquadest).
Ke dalam 100 ml aquadest dalam gelas kimia, tambahkan dengan pipet 0,5 ml asam asetat glasial dan 1 ml larutan kristal violet. Homogenkan.
Masukkan kedalam botol geagen dan beri label.
Larutan Amonium Oxalat 1%
Digunakan sebagai pengencer dan untuk melisiskan sel selain sel trombosit pada hitung jumlah sel trombosit.
Komposisi :
Amonium Oxalat 1 gram
Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang amonium oxalat sebanyak 1 gram dan masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
Larutan Rees Ecker
Larutan rees ecker digunakan untuk pengenceran dalam hitung jumlah trombosit. Larutan ini melisiskan sel leukosit sehingga saat pengamatan sel yang dilihat adalah sel trombosit dan eritrosit. Penggunaan BCB dalam larutan ini memberikan warna pada trombosit sehingga sel trombosit dapat terlihat jelas dan dapat dibedakan dari kotoran.
Komposisi :
3,8 gr Natrium sitrat
0,1 gr BCB
0,2 ml Formalin
100 ml aquadest
Cara kerja :
Timbang Natrium sitrat dan BCB, masukan kedalam gelas kimia.
Masukan 100 ml aquadest sedikit-sedikit sambil dihomogenkan.
Dengan pipet ukur masukan 0,2 ml Formalin.
Aduk rata, saring dan masukkan kedalam botol reagen lalu diberi label.
Larutan Von Dungern
Digunakan dalam pemeriksaan hitung jumlah sel eosinofil. Larutan ini akan mewarnai granula eosinofil.
Komposisi :
Eosin 2 % 80 ml
Aseton 5 ml
Aquadest 100 ml
Cara kerja :
Timbang 2 gram eosin dan larutkan dengan 100 ml aquadest
Masukkan larutan eosin tadi sebanyak 80 ml kedalam beaker glass dan tambahkan aseton sebanyak 5 ml.
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
Larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB)
Digunakan sebagai larutan pengencer untuk hitung jumlah retikulosit. Selain untuk pengenceran, larutan ini juga memberikan warna biru pada ribosom, sehingga saat diamati ribosom akan tampak seperti endapan granula atau filament berwarna biru.
Komposisi :
BCB 1 gram
Natrium sitrat 0,6 gram
Natrium klorida 0,72 gram
Aquades 100 ml
Cara Kerja :
Timbang semua bahan dan masukkan kedalam beaker glass
Larutkan dengan 100 ml aquades sambil dihomogenkan
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label
Larutan Giemsa
Pewarnaan Giemsa adalah pulasan yang terdiri dari eosin, metilin azur dan metilen blue berguna untuk mewarnai sel darah dan melakukan fiksasi sendiri dengan metil alkohol. Kualitas Giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan hapusan darah. Kualitas Giemsa dikatakan baik apabila Giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik apabila Giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari.
Komposisi :
1 gr Giemsa stain
65 ml methanol
40 ml gliserol
Cara Kerja :
Timbang 1 gram giemsa stain, masukkan kedalam gelas kimia.
Larutkan dalam methanol sedikit demi sedikit.
Tambahkan 40 ml glycerol dan homogenkan kurang lebih 1-2 hari.
Saring larutan sebelum digunakan.
Jika akan melakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan giemsa, maka larutan terlebih dahulu harus di ercerkan dengan larutan buffer dengan perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml buffer)
Dapat pula dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest dengan perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml aquadest)
Larutan Buffer (pH 6,4)
Larutan Buffer (pH 6,4) digunakan sebagai larutan pengencer saat hitung jenis leukosit metode giemsa dan wright..
Komposisi :
6,63 gr KH2PO4 (Kalium dihidrogen sulfat)
2,56 gr Na2HPO4 (dinatrium hirogen fosfat)
1000 ml aquadest
Cara Kerja :
Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
PARASITOLOGI
Larutan Garam Fisiologis
Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak kegunaan dalam bidang medis dan laboratorium. Dalam pemeriksaan parasit, garam fisiologis digunakan untuk pemeriksaan parasit usus metode langsung dan metode ritchie .Umumnya larutan garam fisiologi memiliki kisaran konsentrasi 0.9% (b/v) NaCl.
Komposisi :
NaCl : 0,9 gram
Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang NaCl 0,9 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Eosin 2%
Larutan Eosin merupakan cairan berwarna merah yang berfungsi untuk pemeriksaan bentuk kista dan vegetatif protozoa. Larutan eosin biasanya digunakan dalam identifikasi parasit usus metode langsung.
Komposisi :
Eosin : 2 gram
Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Eosin 2 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Lugol
Cara ini digunakan untuk pemeriksaan protozoa bentuk tropozoit maupun sista. Dengan cara ini dapat terlihat jelas susunan inti, butir-butir kromatin, karsinoma dan vakuola glikogen yang terlihat berwarna kuning coklat. Bentuk tropozoit dalam larutan ini akan segera mati dan bentuknya membulat, sehingga antara bentuk tropozoit dan bentuk sista kadang-kadang sukar dibendakan. Pada pemeriksaan ini bahan, alat dan cara kerja sama dengan pada pemeriksaan dengan garam fisiologis.
Komposisi :
Iodium : 5 gram
Kalium iodium : 10 gram
Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Iodium sebanyak 1 gram dan Kalium Iodium 2 gram dan masukkan ke dalam beaker glass
Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil diaduk.
Saring larutan dan masukkan kedalam botol reagen lalu beri etiket.
Larutan ZnSO4 33%
Digunakan dalam pemeriksaan nematode usus metode floatasi (pengapungan)
Komposisi :
ZnSO4 : 331 gram
Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang 331 gram ZnSO4 dan masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.
Larutan Formalin
Larutan formalin merupakan bahan yang digunakan untuk pengawetan telur cacing.
Komposisi :
Formalin : 37%
Aquadest : 100 ml
Perhitungan :
Dik :
C1 = 10%
V1 = 100 ml
C2 = 37%
Dit : V2 = ……?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
10% x 100 ml = 37% x V2
37 x V2 = 1000
V2 = 27,02 ml
Cara Pembuatan :
Ambil sebanyak 27,02 ml formalin 37% yang belum diencerkan, kemudian masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan aquadest sampai 100 ml ke dalam beaker glass yang berisi formalin tadi. Lalu homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Setelah homogen, masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Giemsa
Pewarnaan Giemsa adalah pulasan yang terdiri dari eosin, metilin azur dan metilen blue berguna untuk mewarnai sel darah dan melakukan fiksasi sendiri dengan metil alkohol. Dalam praktikum parasitologi larutan giemsa digunakan untuk identifikasi malaria dan mikrofilaria. Kualitas Giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan hapusan darah. Kualitas Giemsa dikatakan baik apabila Giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik apabila Giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari.
Komposisi :
1 gr Giemsa stain
65 ml methanol
40 ml gliserol
Cara Kerja :
Timbang 1 gram giemsa stain, masukkan kedalam gelas kimia.
Larutkan dalam methanol sedikit demi sedikit.
Tambahkan 40 ml glycerol dan homogenkan kurang lebih 1-2 hari.
Saring larutan sebelum digunakan.
Jika akan melakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan giemsa, maka larutan terlebih dahulu harus di ercerkan dengan larutan buffer dengan perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml buffer)
Dapat pula dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest dengan perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml aquadest)
Larutan Buffer (pH 6,4)
Larutan Buffer (pH 6,4) digunakan sebagai larutan pengencer saat identifikasi malaria dan microfilaria dengan menggunakan giemsa.
Komposisi :
6,63 gr KH2PO4 (Kalium dihidrogen sulfat)
2,56 gr Na2HPO4 (dinatrium hirogen fosfat)
1000 ml aquadest
Cara Kerja :
Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
Larutan MgSO4 Pekat
Larutan ini biasa digunakan dalam identifikasi helmint dan protozoa metode faust.
Komposisi :
MgSO4 : 185 gram
NaCl : 290 gram
Aquadest : 100 ml
Cara Kerja :
Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
Larutan Malachite Green
Larutan malachite green digunakan untuk identifikasi parasit usus dengan metode kato-katz.
Komposisi :
5 gram Malachite Green Oxalate
100 ml aquadest
Cara kerja :
Timbang 5 gram malachite green oxalate dan masukkan kedalam Erlenmeyer
Larutkan dengan 100 ml aquades sambil dihomogenkan
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
3.4. KIMIA KLINIK
Larutan Benedict Kualitatif
Fungsi : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4.5H2O 1,73 gram
Natrium Sitrat 17,3 gram
Natrium Karbonat 10 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang semua bahan dan masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Larutkan dengan 100 ml aquadest sambil dihomogenkan
Masukkan ke dalam waterbath yang sudah dipanaskan
Aduk hingga larutan tersebut panas
Dinginkan dan masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
Larutan Benedict Kuantitatif
Fungsi : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4.5H2O 1,8 gram
Natrium Sitrat 20 gram
Natrium Karbonat 10 gram
K(CN)5 12,5 gram
K4Fe(CN)6 5% 5 ml
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang semua bahan dan masukkan ke dalam beaker glass
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Tambahkan larutan K4Fe(CN)6 5% sebanyak 5 ml
Homogenkan larutan tersebut, kemudian panaskan larutan tersebut pada waterbath
Dinginkan, lalu masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Fehling A
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4. 5H2O 3,5 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang CuSO4.5H2O sebanyak 3,5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Fehling B
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
Kalium Natrium Tartrat 17,3 gram
NaOH 6 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang kalium Natrium Tartrat sebanyak 17,3 gram dan NaOH sebanyak 6 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Standart Glukosa 0,5 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan glukose urine
Komposisi :
Glukose 0,5 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Glukosa 0,5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Natrium Nitrofusid 5%
Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.
Komposisi :
Natrium Nitrofusid 5% 5 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Natrium Nitrofusid 5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest sampai 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Amoniak 10%
Fungsinya : Untuk pemeriksaan zat aseton urine.
Komposisi :
Amoniak 80 ml
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 25%
V2 : 200 ml
C2 : 10%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
25% x V1 = 10% x 200 ml
25 x V2 = 2000
V2 = 80 ml
Cara Pembuatan :
Pipet Amoniak 25% sebanyak 80 ml dan masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan dengan aquadest sampai 200 ml lalu homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Jenuh Amonium Sulfat
Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.
Komposisi :
Amonium Sulfat berlebih
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Masukkan aquadest sebanyak 100 ml ke dalam beaker glass.
Tambahkan amonium sulfat menggunakan sendok stainless ke dalam beaker glass, lalu homogenkan.
Tambahkan terus amonium sulfat hingga larutan menjadi jenuh sambil diaduk rata.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Asam Acetat
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein dalam urine.
Komposisi :
Asam Acetat 6 ml
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 6%
V1 : 100 ml
C2 : 100%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
6% x 100 ml = 100% x V2
V2 = 6 ml
Cara Pembuatan :
Ambil asam acetat sebanyak 6 ml, masukkan kedalam labu ukur melalui corong gelas.
Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, lalu kocok perlahan hingga homogen.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Esbach
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein.
Komposisi :
Asam Pikrat 2,5 gram
Asam Sitrat 5 gram
Aquadest 250 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Pikrat sebanyak 2,5 gram dan Asam Sitrat sebanyak 5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 250 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Lugol
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Iodium 1 gram
Kalium Iodium 2 gram
Aquadest 300 ml
Cara Pembuatan :
Timbang iodium sebanyak 1 gram dan kalium iodium sebanyak 2 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest sampai 300 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Schlesinger
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Zinc Acetat 10 gram
Alkohol 96 % 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Zinc Acetat 10 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan alkohol sampai 100 ml dan homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Erlich
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Paradimetil amino benzildehida 0,2 gram
HCl 38 % 5 ml
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang paradimetil amino benzildehida 0,2 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Pipet HCl 38 % sebanyak 5 ml, masukkan ke dalam beaker glass tadi.
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan BaCl 10 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.
Komposisi :
BaCl2 10 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang BaCl2 10 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Foucei
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.
Komposisi :
Asam Trichloro Acetat 25 gram
FeCl3 10 % 10 ml
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Pipet FeCl3 10 % sebanyak 10 ml ke dalam beaker glass
Tambahkan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
Timbang asam trichloro acetat sebanyak 25 gram, lalu masukkan ke dalam larutan FeCl3 10% tadi dan homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Sulcowich
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kalsium urine.
Komposisi :
Asam Laktat 2,5 gram
Amonium Oxalat 2,5 gram
Asam Acetat Glasial 5 ml
Aquadest 150 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Laktat 2,5 gram dan Amonium Oxalat 2,5 gram
Ambil asam acetat glasial 5 ml masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan asam oxalat dan amonium oxalat kemudian aduk dengan batang pengaduk.
tambahkan dengan aquadest sampai 150 ml lalu homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Asam Sulfosalisil 20%
Fungsi : Untuk pemeriksaan protein urine.
Komposisi :
Asam Sulfosalisil 20 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Sulfosalisil 20 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
Larutkan dengan aquadest 100 ml danbil dihomogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Larutan Luff Schrool
Fungsi : untuk analisa kadar gula reduksi
Komposisi :
CuSO4 25 gr
Na2CO3 125 gr
CH3COOH 50 gr
Aquadest 1000 ml
Cara membuat :
Bagi semua bahan menjadi 2, larutan A dan larutan B
Masukkan CH3COOH ke dalam beaker glass yang berisi aquadest sebanyak 50 ml secara perlahan-lahan
Larutan A : masukkan CuSO4 sebanyak 25 gram ke dalam beaker glass, lalu tambahkan aquadest sebanyak 25 ml
Larutan B : panaskan aquadest 400 ml, setelah panas masukkan Na2CO3 sebanyak 125 gram ke dalam beaker glass, lalu aduk hingga homogen
Campurkan larutan CH3COOH dan larutan CuSO4 ke dalam larutan Na2CO3 secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga homogen
Masukkan larutan kedalam botol reagen dan tambahkan aquadest hingga 1000 ml sambil dihomogenkan.
Reagen GOT
reagen ini terbagi benjadi 2 dan digunakan dalam pemeriksaan GOT
Reagen 1 (enzyme reagent)
Terdiri dari :
Tris pH = 7,8
L-Aspartat
MDH
LDH
Reagen 2 (starting reagent)
Terdiri dari :
2-oxoglutarat
Piridoxal– 5-phosphate pH = 9,6
Good's buffer
Reagen GPT
Reagen ini terbagi benjadi 2 dan digunakan dalam pemeriksaan GPT
Reagen 1 (enzyme reagent)
Terdiri dari :
Tris buffer (pH = 7,5) 100 mmol/L
L-Alanin 500 mmol/L
LDH 1.200 unit/L
Reagen 2 (starting reagent)
Terdiri dari :
2-oxoglutarate 15 mmol/L
NAD 0,18 mmol/L
NaCl 0,9 %
Larutan NaCl 0,9%
Digunakan dalam pemeriksaan gamma GT dan dalam pemeriksaan protein fase akut
Komposisi :
NaCl 0,9 gram
Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang 0,9 gram NaCl, masukkan kedalam beaker glass
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
Masukkan kedalam boto; reagen dan beri etiket
Pereaksi biuret
Digunakan dalam pemeriksaan Gamma GT dan protein total
Komposisi :
CuSO4.5H2O 8,5 gr
KI 3,6 gr
Na-sitrat 81 gr
NaOH 80 gr
Aquades 1 liter
Cara pembuatan :
Reagen A: Larutkan 8,5 gram CuSO4.5H2O (terusi) ke dalam akuades 30 mL. Kocok sampai rata. Encerkan dengan akuades sampai 50 mL.
Reagen B: Larutkan 3,6 gram KI (kalium iodida) ke dalam akuades 30 mL. Kocok sampai rata. Encerkan dengan akuades sampai 50 mL.
Reagen C: Larutkan 81 gram C3H4OH(COOH)2COONa (Na-sitrat), 50 gram Na2CO3 dan 80 gram NaOH ke dalam akuades 600 mL. Kocok sampai rata.
Langkah terakhir, tambahkan Reagen C dengan Reagen A. Kocok sampai larut. Lalu setelah Reagen A dan Reagen C larut sempurna tambahkan Reagen B. Kocok kembali. Terakhir encerkan larutan tersebut sampai 1000 mL.
Pereaksi gamma-globulin
Digunakan dalam pemeriksaan Gamma GT
komposisi :
Ammonium sulfat 1,8 gr
NaCl 2,93 gr
Aquades 100 ml
Cara Kerja :
Timbang ammonium sulfat dan NaCl dan masukkan kedalam beaker glass
Larutkan dengan 100 ml aquadest
Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket.
NaOH 0,1 N
Digunakan untuk pemeriksaan Fesfatase Alkali.
Komposisi :
NaOH 0,4 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
N = grBE×1000V
0,1 = gr40×1000100
gr =0,4 gram
Cara pembuatan :
Timbang 0,4 gram NaOH dan masukkan kedalam beaker glass
Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket
Larutan Standar P-Nitrophenol Phosphate 0,02 M
Digunakan untuk pemeriksaan Fesfatase Alkali
Komposisi :
p-nitrophenol 0,278 gram
buffer fosfat pH 7,4 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang 0,278 gram p-nitrophenol dan masukkan kedalam beaker glass
Tambahkan buffer fosfat 100 ml dan homogenkan
Panaskan larutan sambil diaduk hingga larut
Masukkan kedalam labu takar dan beri label.
Larutan natrium karbonat 14 %
Digunakan untuk pemeriksaan asam urat
Komposisi :
Na2CO3 14 gram
Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
Timbang 14 gram natrium karbonat dan masukkan kedalam beaker glass
Tambahkan 100 ml aquadest sambil dihomogenkan
Masukkan kedalam botol reagen dan beri label
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium. Zat atau bahan-bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus menghitung dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian harus bisa menggunakan neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca analitik memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati. Menggunakan neraca analitikpun harus selalu melakukan pemerikasaan pendahuluan sebelum mulai menimbang. Setelah menimbang zat, seorang praktikan harus tahu bagaimana cara melarutkan atau mengencerkan suatu zat. Biasanya digunakan aquades sebagai pelarut, namun ada beberapa zat tertentu yang tidak dapat dilarutkan dengan aquades sehingga harus dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Bahan dasar pembuatan media yaitu :
Air (H2O) sebagai pelarut
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
SARAN
Hendaknya mahasiswa dan dosen selalu menggunakan APD pada saat praktikum sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja di dalam laboratorium.
Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan dengan teliti sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya disterilkan dahulu sebelum digunakan sehingga media yang dibuat tidak terkontaminasi.
Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk menghindari kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Jakarta : Bumi Aksara
Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
R. Gandasoebrata,Penuntun Laboratorium Klinik , Dian Rakyat, Bandung,1992.
The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia,1990
Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan klinik. Jakarta : Gramedia
Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium. Jakarta : Rineka Cipta
Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat