2 " laporan akhir praktikum bakteriologi
44 " laporan akhir praktikum bakteriologi
iii " laporan akhir praktikum bakteriologi
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BAKTERIOLOGI I
NAMA : YOHANA D.B. HURINT
NIM : PO. 530 333314 743
TINGKAT : I
KEOMPOK : IV
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKES KEMENKES KUPANG
2014/2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Semester (UAS) dan telah disusun
pada tanggal 15 Juni 2015
Oleh Yohana D.B. Hurint
Koordinator Praktikum Pembimbing Praktikum
Yoan Novicadlitha, A.md. AK Ina Restin, A.md. AK
NIP. 1980 0714 2005 01 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akir praktikum bakteri ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan akhir praktikum ini.
Laporan ini berisikan tentang hasil praktikan bakteriologi yang dijalani selama semester 2. Harapan penulis semoga laporan akir praktikum ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Kupang, 23 juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I. Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Tujuan 4
Bab II. Pembahasan 5
Praktikum I 5
Praktikum II 9
Praktikum III 12
Praktikum IV 17
Praktikum V 23
Praktikum VI 28
Praktikum VII 33
Praktikum VIII 37
Bab III. kesimpulan 42
Daftar Pustaka 44
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupm mahluk-mahluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop (bahasa Yunani: mikros = kecil, bios = hidup, logos = kata atau ilmu). Mahluk-mahluk kecil itu disebut mikroorganisme, rnikroba, protista atau jasad renik (Dwijoseputro, 2005).
Antony van Leeuwenhoek (1632--1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk mahluk - mahluk kecil yang sebelumnya itu tidak diduga sama sekali keadaannya, mikroskop buatan Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Dari air hujan yang menggenang di kubangan - kubangan dan dari air jambangan bunga ia peroleh beraneka hewan bersel satu yang olehnya diberi nama Infusoria atau "hewan tuangan" (Dwijoseputro, 2005).
Antara 1674 sampai 1683 ia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lembaga "Roval Society" di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan mikroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Di dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dipandang sebagai peletak batu pertamanya (Dwijoseputro, 2005).
Pada umumnya mikroorganisme asli yang berada didalam tubuh manusia adalah bersifat komensalisme. Mereka memanfaatkan hubungan .dengan inangnya yaitu manusia tetapi inangnya tidak terpengaruh. Mikroba komensal ini memperoleh makanannya dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia (Umi, 2009).
Ada beberapa jenis mikroorganisme asli yang mempunyai hubungan mutualisme dengan manusia sebagai inangnya yaitu mereka memanfaatkan inangnya dan hidup bersama-sama. Keuntungan bagi manusia sebagai inangnya di dalam hubungan mutualisme tersebut antara lain sebagai berikut.
Banyak bakteri usus yang dapat mensintesis vitamin-vitamin B, vitamin E, dan vitamin K Vitamin yang dihasilkan mempunyai peranan dalam memenuhi persyaratan vitamin pada manusia.
Mikroorganisme asli ada yang cenderung meniadakan mikroorganisme patogen sehingga dapat berfungsi melindungi manusia terhadap penyakit Peniadaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh persaingan akan nutrisi atau karena dihasilkan substansi yang menghambat mikroba Patogen tersebut ( Umi, 2009).
Fiksasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk meletakkan sampel pada kaca objek, sehingga tidak mudah lepas pada waktu dicuci apabila sediaan dicat (Soemarno, 2000).
Fungsi fiksatif :
Melekatkan sampel (bakteri atau sel) pada kaca objek dalam benfuk yang tetap, tidak berubah seperti aslinya.
Mengawetkan sediaan.
Mematikan organisme yang ada didalam sampel.
Memudahkan bakteri/ sel menyerap warna.
Metode fiksatif :
Dengan api bunsen/ spritus:
Sediaan yang sudah kering dilewatkan perlahan-lahan pada nyala api spritus 3 kali berturut-turut.
Dengan basa lemah:
Methyl alkohol, acetyl alkohol, alkohol absolut, ether, formalin, aceton. Caranya: sediaan yang sudah kering digenangi dengan salah satu basa lemah tersebut diatas selama 3 menit.
Asam:
Asam kromat (chromat) 1%, asam pikrat, asam cuka, caranya seperti no. 2
Garam:
Garam bichromat, sublimat, dsb. Caranya seperti no.2. Pemilihan metode fiksatif dan cat yang tepat, akan menghasilkan pengecatan yang baik dan benar (Soemarno, 2000).
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm (Anonim, 2011).
Pembiakan adalah proses perbanyakan organisme melalui penyediaan kondisi lingkungan yang sesuai. Mikroorganisme yang sedang tumbuh membuat replika dirinya, membutuhkan adanya elemen-elemen dalam komposisi kimia mereka. Nutrisi harus menyediakan elemen ini dalam bentuk yang mudah di metabolisme (Jawetz, 2001).
Demikian pula dengan media sebagai tempat berkembang biakan bekteri, karena media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba (Anonim, 2007).
Kebanyakan berat kering dari mikroorganisme adalah bahan-bahan organik yang mengandung elemen-elemen karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, phospor dan belerang (Jawetz, 2001).
disamping itu, ion-ion anorganik seperti potasium, sodium, besi, magnesium, kalsium dan klorida dibutuhkan untuk memfasilitasi katalis enzim dan mempertahankan Gradien kimia yang melalui membran sel (Jawetz, 2001).
Oleh karena itu adapun syarat-syarat untuk media yang baik adalah media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan bakteri, Media tidak mengandung zat-zat penghambat serta media harus steril (Anonim, 2007).
Klasifikasi media berasarkan fungsinya yaitu;
Enriched media, adalah sejumlah media umum yang kemudian ditambahkan dengan darah, serum, ekstrak tumbuh-tumbuhan atau kaldu yang mampu memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Media selektif, yaitu media yang menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat memacu pertumbuhan bakteri yang diinginkan.
Media diferensial yaitu media yang ditambahkan zat-zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroorganisme membentuk perubahan tertentu, sehingga dapat membedakan tipe mikrooraganisme.
Media Penguji, yaitu media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian antibiotika, asam amino dan vitamin.
Media Khusus yaitu media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk mengadakam perubahan-perubahan tertentu.
Media untuk bakteri Anaerob yaitu beberapa bahan kimia dapat ditambahkan untuk menguji kandungan O2 dengan pengikatan kimiawi (Anonim, 2007).
Berbagai jenis ose yang dikenal serta penggunaannya disesuaikan dengan mikroorganisme yang akan diteliti, baik dalam hal pemindahan maupun pemilihan dari suatu koloni (Hadioetomo, 1993).
Teknik plating dan ose merupakan satu kesatuan sehingga keduanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya (karena teknik plating dilakukan dengan menggunakan ose) (Hadioetomo, 1993)
Tujuan
Untuk mengetahui teknik pengamatan bakteri dengan metode tetesan gantung
Untuk mengetahui teknik pengamatan bakteri dengan metode tetesan tegak
Untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri dengan metode pewarnaan sederhana
Untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri dan pengelompokan bakteri dengan metode pewarnaan gram
Untuk mengetahui teknik pewarnaan BTA dan cara menghitung BTA
Untuk mengetahui teknik pewarnaan kapsul pada bakteri
Untuk mengetahui teknik pewarnaan spora pada bakteri
Untuk mengetahui ada tidaknya mikroba pada lingkungan sekitar
BAB II
PEMBAHASAN
PRAKTIKUM I
Tanggal praktikum : 16-02-2015
Judul praktikum : Tetesan Gantung
Tujuan : Mengetahui pergerakan dari bakteri dan memahami bentuk dari bakteri
Prinsip pemeriksaan : sampel diteteskan pada obyek glass dan dilihat pada mikroskop.
Dasar Teori :
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah denga mikrosop cahaya karena dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat melihat dengan mata telanjang. Pada umumnya maka tidak mampu membedakan benda dengan diameter ebih kecil dari 0,1 mm (Anonim 2009: 1).
Mikroorganisme di pelajari di laboratorium untuk banyak tujuan. Derajat perinciaan untuk mempelajari itu bergantung pada maksud pemeriksaan laboratorium tersebut sebagai contoh seorang ahli mikro biologi mungkin hanya mau menentukan tipe utama atau tipe jasad renik yang terdapat dalam suatu spesimen harus mengidentifikasi setiap jenis dalam spesimin yang di ambil dari seorang pasien agar hasil yang diinginkan sesuai (Pelczar & Chan 2005: 68).
Preparat tetes bergantung memungkinkan pemeriksaan organisme hidup yang tersintensi dalam zat air.Preparat ini di peroleh dengan menaruh setetes zat alir yang mengandung organisme pada kaca objek dan menutup nya dengan kaca.kaca yang sangat tipis dinamakan kaca tutup.untuk mengurangi laju penguraian dan penguapan atau meniadakan aliran udara.tetesan itu biasa nya dilingkari dengan jeli petroleom atau bahan serupa sehingga antara kaca objek dan kaca penutup tertutup rapat (Anonim 2010: 1).
Gerakan dari bakteri dapat di bagi dua yaitu gerak aktif dan gerak pasif.Gerak pasif adalah gerak yang disebabkan dari benda-benda disekitarnya dan mengakibatkan bakteri terbawa pergerakan dari lingkungannya, sedangkan gerak aktif adalah gerak bakteri yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga bakteri dapat bergerak bebas tanpa ada pengaruh dari lingkungannya (Anonim 2011: 2).
Pengamatan morfologi sel bakteri secara mikroskopis memerlukan teknik dan cara khusus yaitu dengan cara pengecatan pewarnaan dan tapa pengecatan. Fungsi dari pengecatan adalah untuk member warna pada sel, membedakan satu bakteri dengan bakteri lainnya meskipun morfologinya sama dan untuk mengetahui sifat bakteri. Pengamatan bakteri tanpa pengecatan dilakukan dengan menggunakan teknik yang menggunakan kondensor khusus dan cara tetes bergantung (Pelczar 2005: 68).
Berdasarkan cara pergerakannya mikroba dapat dibagi yaitu mikroba yang bergerak secara motil dan non motil. Mikroba motil adalah mikroba yang dapat bergerak karena mempunyai flagella, sedangkan bakteri yang non motil tidak dapat bergerak karena tidak memiliki flagella untuk dapat melihat pergerakan dari mikroba dapat dilakukan pengamatan dengan cara preparat tetesan bergantung dan keuntungan preparat tetesan bergantung ini adalah preparat ini dilindungi oleh vaselin sehingga tidak terjadi penguapan bakteri sehingga dapat juga dilihat dengan media padat (Anonim 2011: 2).
Preparat basah dipriksa dengan mikroskop medan terang, sangatlah penting untuk menyesuaikan untuk menyesuaikan sumber cahayanya dengan benar. Intensitas cahaya dapat dikurangi dengan filter khusus mikroskopi medan gelap dan mikroskop kontras fase memberikan keuntungan khusus untuk pemeriksaan sel-sel mikroba yang tidak diwarnai yang tersuspensi dalam cairan. Ada dua macam preparat yang bersifat basah yaitu sekapan basah dan tetes bergantung kedua macam preparat tersebut menggunakan setetes cairan yang mengandung mikroba hidup, preparat ini digunakan dalam mikrobiologi untuk pengamatan bentuk organisme seperti bakteri dan jamur (Pelczar & Chan 2005: 81).
Alat dan Bahan :
Alat :
Ose
Bunsen
Objek glass
Deck glass
Mikroskop
Bahan : Air rendaman jerami
Cara kerja :
Sediakan objek glass yang bersih dan bebas lemak
Ose disteril dengan memijarkan menggunakan bunsen, tunggu sampai dingin
Ambl sampel/kultur dengan mengunakan ose yang steril
Letakkan sampel ditengah-tengah deck glass yang bersih dan bebas lemak.
Ose disterilkan kembali
Objek glass cekung yang bersih tepi cekungan diolesi dengan vaseline, ditutupkan pada deck glass yang sudah ada tetesannya sampel/ kultur bakteri cair, sehingga tetesan terletak ditengah-tengah cekungan .
Objek glass sedikit ditekan kemudian dibalik dengan cepat tetesan menggantung ditengah tengah deck glass diatas cekungan deck glass.
Sediaan sip untuk diamati dengan pembesaran 10 X kemudian 40 X
Bila telah selesai, letakkan sediaan kedalam cairan desinfektan.
Hasil pengamatan : amati pergerakan bakteri
Makroskopis :
Sampel : rendaman air jerami
Warna sampel : kekuningan
Bentuk sampel :cairan
Bau sampel : -
Mikroskopis :
Bentuk bakteri : coccus / bulat
Warna bakteri : -
Pergerakan : menggelinding / meluncur (cepat dan lambat)
Pembahasan :
Sampel dilihat dengan mikroskop perbesaran lensa objektif 10x dan 40x dan didapat bakteri dengan jumlah yang sangat banyak dengan bentuk coccus. Bakteri sangat sulit diamati karena tidak memiliki warna sehingga dalam mengamati bakteri harus dilihat dengan seksama. Bakteri menunjukan tanda-tanda kehidupan dengan adanya pergerakan meluncur dari bakteri.
Preparat tetesan gantung harus diamati saat sampel dalam posisi menggantung. Jika telah jatuh maka akan sulit untuk mengamati pergerakannya.
Pada saat pengamatan pergerakkan bakteri dapat dilihat, ada bakteri yang bergerak dengan cepat dan ada yang bergerak dengan lambat.
Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan, didapat bakteri dengan bentuk coccus (bulat), tidak berwarna dan bergerak dengan meluncur.
PRAKTIKUM II
Tanggal praktikum : 16-02-2015
Judul praktikum : Tetesan Tegak
Tujuan : - mengetahui gerakan dari bakteri
- memahami bentuk bakteri
Prinsip pemeriksaan : sampel ditetesi pada objek glass, ditutup dengan cover glass, dn diamati dibawah mikroskop
Dasar Teori :
Pergerakan bakteri berdasarkan mekanisme gerak bakteri dapat didasari oleh ada atautidaknya alat gerak. Dengan begitu dapat pergerakan bakteri dapat digolongkan dalam bakteri yang bersifat motil dan bersifat non motil. Bakteri motil mempunyai alat gerak berupa flagel, karena ukurannya yang kecil maka terkadang flagel tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Flagel bergerak dengan cara memutar. Untuk bakteri yang tidak memiliki alat gerak umumnya bergerak secara menggelinding (meluncur) dan akan bergerak bila ada kontak terhadap benda padat (Dakuni, 2001). Flagela merupakan struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran seluntuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. Flagela berbentuk seperti cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat gerak. Bentuk yang umum dijumpai meliputi:
Monopolar monotrikha : bakteri memiliki satu flagel yang berada disalah satu ujung sel.
Monopolar Lofotrikha : bakteri memiliki banyak flagelyang ditemukan pada salah satu kutub sel.
Bipolar amfitrika : memiliki flagel pada kedua kutubnya dengan jumlah lebihdari satu.
Peritrikha : bakteri mempunyai flagel yang tersebar pada seluruh bagian selnya.
Tidak semua bakteri mempunyai daya motilitas, ada bakteri yang tidak mempunyai alat gerak yaitu flagel sehingga berdasarkan letak dan jumlah flagel pada sel bakteri, jenis ini digolongkan dalam bakteri atrik (Dwidjoseputro, 1978). Bila bakteri tidak menunjukkan
gerakan yang cepat dan perpindahan tempat saat diamati. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa gerakan yang terjadi adalah gerak Brown ( gerakan yang terjadi pada bakteri akibat adanya energi kinetik). Pada gerak Brown semua organisme bergetar dengan laju yang sama dan menjaga hubungan ruang yang tetap satu sama lain, sedangkan bakteri yang motil terus-menerus bergerak kearah tertentu (Wesley & Wheeler, 1988).
Alat dan Bahan :
Alat :
ose
Bunsen
Objek glass
Deck glass
Mikroskop
Bahan : air rendaman jerami
Cara kerja :
Sediakan objek glass yang bersih dan bebas lemak
Ose disteril dengan memijarkan menggunakan bunsen, tunggu sampai dingin
Ambl sampel/kultur dengan mengunakan ose yang steril
Letakkan sampel ditengah-tengah deck glass yang bersih dan bebas lemak.
Ose disterilkan kembali
Objek glass cekung yang bersih tepi cekungan diolesi dengan vaseline, ditutupkan pada deck glass yang sudah ada tetesannya sampel/ kultur bakteri cair, sehingga tetesan terletak ditengah-tengah cekungan .
Objek glass sedikit ditekan kemudian dibalik dengan cepat tetesan menggantung ditengah tengah deck glass diatas cekungan deck glass.
Sediaan sip untuk diamati dengan pembesaran 10 X kemudian 40 X
Bila telah selesai, letakkan sediaan kedalam cairan desinfektan.
Hasil pengamatan : amati pergerakan bakteri
Makroskopis :
Sampel : rendaman air jerami
Warna sampel : kekuningan
Bentuk sampel :cairan
Bau sampel : -
Mikroskopis :
Bentuk bakteri : coccus / bulat
Warna bakteri : -
Pergerakan : menggelinding / meluncur
Pembahasan :
Sampel dilihat dengan mikroskop perbesaran lensa objektif 10x dan 40x dan didapat bakteri dengan jumlah yang sangat banyak dengan bentuk coccus. Bakteri sangat sulit diamati karena tidak memiliki warna sehingga dalam mengamati bakteri harus dilihat dengan seksama. Bakteri menunjukan tanda-tanda kehidupan dengan adanya pergerakan meluncur dari bakteri.
Preparat tetesan gantung harus diamati saat sampel dalam posisi menggantung. Jika telah jatuh maka akan sulit untuk mengamati pergerakannya.
Pada saat pengamatan pergerakkan bakteri dapat dilihat, ada bakteri yang bergerak dengan cepat dan ada yang bergerak dengan lambat.
Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan, didapat bakteri dengan bentuk coccus (bulat), tidak berwarna dan bergerak dengan meluncur.
PRAKTIKUM III
Tanggal praktikum : 23-02-2015
Judul praktikum : pewarnaan sederhana
Tujuan : untuk mengamati bentuk bakteri menggunakan menggunakan metode pewarnaan
Prinsip pemeriksaan : sampel diletakkan di objek glass dan pewarnaan menggunakan satu macam zat warna, dilihat dibawah mikroskop denggan menggunakan imersi oil.
Dasar Teori :
Pewarnaan sederhana merupakan tekhnik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,larena selain bakteri itu tidak berwarna juga tranparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamat. Oleh karena itu tekhnik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, eosin, dll.
Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lain-lain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora, dan nukleus.
Morfologi bakteri dapat diamati dengan cara mebuat preparat mikroskopik. Preperat mikroskopik ada dua macam yaitu preparat basah dan preparat kering.Preparat basah yaitu preparat yang digunakan untuk mengamati jasad renik yang masih hidup dengan menggunakan cairan tertentu. Prepearat kering dibuat melalui proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat kimia tertentu yang biasanya berhubungan dengan mikroba tersebut.
Perbesaran saat menggunakan objektif 100 kali, diafragma iris kondensor harus digunakan dalam keadaan terbuka penuh, karena objektif dengan perbesaran tiggi memebutuhkan lebih banyak cahaya. Perbesaran objektif 100 kali juga harus menggunakan minyak imersi. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya cahaya yang disebabkan oleh perbedaan bias (refraktif) antara kaca dan udara. Indeks bias udara 1, sedangkan kaca 1.56 dan indeks bias minyak imersi sama dengan kaca yaitu 1,56
Olesan yang baik adalah olesan yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Jika terlalu tebal, maka akan terjadi penumpukan mikroba, sehingga akan sulit diamati. Jika terlalu tipis juga akan sulit diamati karena bentuknya tidak jelas.
Fiksasi adalah proses pengawetan dan pelekatan atau penempelan struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi. Selain itu fiksasi juga berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan pada kaca preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya. Tujuan dari fiksasi adalah pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut tidak ikut hilang tercuci. Fiksasi yang digunakan pada percobaan kali ini adalah fiksasi panas, yaitu dengan cara melewatkan kaca preparat di atas api. Fiksasi dilakukan sampai kaca preparat terasa hangat apabila ditempelkan pada punggung tangan. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan lama, karena bakteri yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi perubahan bentuk dan penyusutan sel.
Pengamatan dilakukan dengan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Hal ini dikarenakan ukuran bakteri yang sangat kecil, jika menggunakan perbesaran biasa, akan menyulitkan pengamat dalam pengamatan bakteri.
saat pengamatan perlu diberikan minyak imersi antara preparat dan lensa objektif dikarenakan, cahaya yang datang dibiaskan melalui 2 medium yang berbeda, yaitu udara dan kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal. Bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal adalah minyak imersi. Selain itu, minyak imersi juga mempunyai indeks bias yang mendekati atau identik dengan kaca.
Alat dan Bahan :
Alat :
- ose
Bunsen
Objek glass
Deck glass
Mikroskop
Rak pewarnaan
Bahan : - Biakan bakteri Eschericia coli, Bacillus, Staphyloccus aureus.
- gentian violet
a. kristel violet 2 gram
b. alkohol 95% 20 ml
c. amonium oksalat 0,8 gram
d. aquadest 80 ml
Cara kerja :
Bersihkan objek dan deck glass dari lemak dengan menggunakan alkohol
Objek glass difiksasi diatas api bunsen
Objek glas ditetesi dengan larutan NaCl 0,9 %
Goreskan bakteri yang diamati menggunakan ose bulat
Panaskan diatas api bunsen sampai kering.
Tambahkan gentian Violet, biarkan selama 1-2 menit.
Cuci dengan air mengalir kemudian keringkan.
Teteskan 1 tetes minyak imersi diatas sediaan dan periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 X
Hasil pengamatan : amati warna dan bentuk bakteri
Makroskopis :
Sampel 1
Warna : orange
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Sampel 2
Warna : jingga
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Mikroskopis :
Sampel 1
Bentuk bakteri : coccus (bulat), bergerombol
Warna bakteri : biru
Sampel 2
Bentuk bakteri : basil (batang), tidak berkoloni
Warna bakteri : merah
Pembahasan :
Pada sampel 1 didapat bakteri staphylococcus (bulat bergerombol) dengan warna biru akibat penyerapan zat warna methylene blue. Dan pada sampel 2 didapat bakteri monobasil dengan warna merah akibat penyerapan zat warna safranin.
Fiksasi dilakukan untuk merekatkan dan membunuh bakteri. Fiksasi dilakukan juga untuk mencegah bakteri lisis dan berubah bentuk.
Fiksasi yang terlalu lama dapat merusak sel bakteri.
Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan didapat, bakteri staphylococcus warna biru pada sampel 1 dan dan bakteri monobasil warna merah pada sampel 2.
PRAKTIKUM IV
Tanggal praktikum : 23-03-2015
Judul praktikum : Pewarnaan Gram
Tujuan : mengamati bentuk dan warna bakteri menggunakan pewarnaan gram
Prinsip pemeriksaan : bakteri pada objek glass diberi zat warna kristal violet, iodium, alkohol dan safranin, kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 X
Dasar Teori :
Pewarnaan secara gram adalah pewarnaan yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi dan klasifikasi bakteri, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
Karena kemampuannya membedakan suatu kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya, maka pewarnaan ini juga disebut pewarnaan diferensial.
Mikroorganisme terutama bakteri sulit dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, karena tidak mengasorbsi ataupun membiaskan cahaya.
Tehnik pewarnaan merupakan cara yang banyak dipergunakan untuk melihat struktur dan morfologi bakteri. Terdapat beberapa tehnik pewarnaan diantaranya, pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang hanya menggunakan satu macam larutan warna contohnya pewarnaan sederhana dan pewarnaan negative, kemudian pewarnaan diferensial, merupakan pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu macam larutan warna, contohnya pewarnaan gram, pewarnaan tahan asam, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan spora.
Sebelum melakukan prosedur pewarnaan terhadap bakteri, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti gelas objek dibersihkan dengan menggunakan alcohol 70% untuk menghilangkan debu atau lemak, kemudian pewarnaan diferensial terlebih dahulu dibuat preparat, dan fiksasi dapat dilakukan dengan melewatkan preparat ulas diatas nyala api, adapun tujuan dilakukan fiksasi antara lain untuk melekatkan sel bakteri pada objek glass, mematikan sel bakteri dan lain sebagainya.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel tipis. Bakteri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada diantara dua lapis membrane sel. Contohnya bakteri gram positif yaitu Bacillus subtilis dan gram negative Contohnya : Eschenchia Coli (UNSOED,2008).
Perbedaan gram positif dan negative menurut Hadioetomo (1985), yaitu :
- Gram positif adalah organism yang dapat menahan komplek pewarna primer ungu Kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel tampak biru gelap atau ungu ).
- Gram negatif adalah organism yang kehilangan komplek warna ungu Kristal pada waktu pembilasan dengan alcohol namun kemudian terwarnai oleh pewarnaan tandingan safranain (sel tampak merah muda).
Adanya lugol's iodine menyebabkan adanya ikatan CV dengan iodine yang akan meningkatkan afinitas penigkatan zat warna oleh bakteri. Pada gram positif dapat terbentuk CV iodine ribonukleat pada dinding sel. Penekson etanol absolut menyebabkan terbentuknya pori-pori pada gram negatif yang memiliki banyak lapisan lemak (lipid larut dalam etanol), sehingga komplek CV iodine tetap menempel di diding sel, sel gram negatif menjadi bening. Safranin akan mewarnai sel gram negatif menjadi merah, sedangkan gram positif tidak berpengaruh. Counterstrain hanya berfungsi sebagai pengontras saja.
sel-sel bakteri yang bersifat gram positif adalah bakteri yang mengikat zat warna dasar (utama) dengan kuat sehingga dapat dilunturkan oleh zat peluntur dan tidak dapat diwarnai lagi oleh zat lawan. Pada pengamatan mikroskopik, sel-sel bakteri gram positif berwarna biru ungu (violet).Bakteri gram negatif adalah bakteri yang daya pengikat zat warna dasarnya tidak kuat, sehingga dapat dilunturkan dan dapat diwarnai kembali oleh zat warna lawan. Pada pengamatan mikroskopik sel-sel bakteri pada pewarnaan gram ini tampaknya berwarna merah .
Alat dan Bahan :
Alat :
ose
Bunsen
Objek glass
Deck glass
Mikroskop
Pipet tetes
Rak pewarnaan
Bahan : - biakan bakteri staphylococcus, streptobacil,enterobacter
- NaCl Fisisologis
- Cat Gram A ( Gentian violet)
- kristal Violet 2 gram
- alokoh 95 % 20 ml
- Amonium oksalat 0,8 gram
- aquadest 80 ml
- Cat Gram B (Lugol)
- Iodium 1 gram
- Kalium Iodide 2 gram
- Aquadest 300 ml
- Cat Gram C (bahan pelarut)
- Aceton 50 ml
- Alkohol 95% 50 ml
- Cat Gram D
- Safranin 0,25 gram
- alkohol 95% 10 ml
- aquadest 95 ml
Cara kerja :
Ambil objek glass yang bersih dan bebas lemak
Beri setetes aquadest diatas objek glass
Ambil biakan kuman dengan menggunakan ose bulat yang telah disterilkan diatas api bunsen
Campur biakan kuman dengan aquadest yang ada diatas objek glass dengan menggunakan ose bulat tersebut.
Fiksasi objek glass yang berisi biakan kuman dengan cara melewtkan objek glass diatas api bunsen hingga kering.
Teteskan cat Gram A hingga menutupi permukaan bakteri.
Diamkan selama 1 menit.
Bilas dengan aquadest.
Teteskan cat Gram B hingga menutupi permuaan bakteri kemudian diamkan selama 1-2 menit.
Bilas dengan aquadest.
Teteskan cat Gram C, diamkan selama 30 detik.
Bilas dengan aquadest.
Teteskan cat Gram D, diamkan selama 1 menit kemudian bilas dengan aquadest.
Keringkan dengan menggunakan tissue kering.
Zamati dibawah mikroskop pembesaraan 100 X dengan minyak imersi.
Hasil pengamatan : bentuk bakteri, warna bakteri, susunan bakteri, Gram positif/Negatif
Makroskopis :
Sampel 1
Kode sampel (+)
Warna : orange
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Sampel 2
Kode sampel (-)
Warna : jingga
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Mikroskopis :
Sampel 1
Bentuk bakteri : coccus (bulat), bergerombol
Warna bakteri : ungu
Termasuk bakteri gram positif (+)
Sampel 2
Bentuk bakteri : basil (batang), tidak berkoloni
Warna bakteri : merah
Termasuk bakteri gram negative (-)
Pembahasan :
Pada saat praktikum, sampel yang sudah dalam bentuk cair (suspensi) langsung difiksasi diatas api bunsen tanpa perlu dicampur dengan NaCl. Jika sampel dalam bentuk koloni (biakan) maka perlu di gerus satu koloni dan ditambahkan NaCl ataupun aguade. Penambahan NaCl lebih dianjurkan disbanding aquades karena NaCl lebih dapat melekatkan zat warna di banding aquades
Sampel 1 menyerap zat warna utama (gentian violet) sehingga dapat dipastikan sampel 1 merupakan bakteri gram positif, sedangkan sampel 2 tidak menyerap zat warna utama namun menyerap zat warna pembanding sehingga dapat dipastikan sampel 2 merupakan Bakteri Gram Negatif.
Saat praktikum didapat beberapa kendala, diantaranya :
Proses fiksasi yang terlalu lama sehingga sampel 1 saat dicuci bakterinya ikut tercuci sehingga pada saat pengamatn hanya dilihat beberapa bakteri
Cara pengolesan yang tidak baik menyebabkan koloni bakteri terpencar sehingga pada saat pengamatan ada bakteri yang berdempetan (diplokokus dan tetrakokus) dan ada yang tunggal
Proses pembilasan yang tidak bersih menyebabkan masih ada zat warna yang melekat, sehingga pada saat pengamatan, dilihat 2 zat warna dibawah mikroskop
Kesimpulan :
Dari hasi pengamatan dilaboratorium, didapat :
Sampel 1 : bakteri gram positif berbentuk kokus bergerombol (staphylococcus) berwarna ungu karena menyerap zat warna utama ( gentian violet )
Sampel 2 : bakteri Gram negatif, berbentuk basil (monobasil) berwarna merah karena menyerap zat warna pembanding ( safranin)
PRAKTIKUM V
Tanggal praktikum : 20-04-2015
Judul praktikum : pewarnaan bakteri tahan asam
Tujuan : mengamati bentuk dan warna bakteri menggunakan pewarnaan bakteri tahan asam
Prinsip pemeriksaan : sampel ( dahak ) dibuat preparat dan diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Nelson dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran100 X dengan imersi oil
Dasar Teori :
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk filamen. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, ketika Mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nicardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum, dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 μm. Pada media buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media) (Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23˚C, untuk menghasilkan pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk "cepat asam" daripada bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis sputum:
Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.
Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
Alat dan Bahan :
Alat :
ose bulat / lidi
Bunsen
Objek glass
Deck glass
Mikroskop
Pipet tetes
Rak pewarnaan
Bahan : Larutan Zhiehl Neelsen
sputum / Dahak
Cara kerja :
Ambil objek glass yang bersih dan bebas lemak
Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan ada perkejuan, ada darah. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose / lidi.
Ratakan diatas objek dengan ukuran 2-3 cm. Apusan dahak jangan terlalu tebal, atau terlalu tipis. Keringkan pada suhu kamar.
Fiksasi dengan cara melakukan diatas api bunsen dengan cepat sebanyak 3X selama 3-5 detik.
Letakkan sediaan diatas rak pewarnaan, kemudian tuang larutan Carbool fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan.
Panasi sediaan secara hati – hati diatas api selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit.
Cuci dengan air mengalir.
Tuang HCl alkohol 3 % sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2 menit.
Cuci dengan air mengalir.
Tuangkan larutan methylen blue 0,1 % dan tunggu 10-20 detik
Cuci dengan air mengalir
Keringkan
Amati dibawah mikroskop pembesaran 100 X dengan imersi oil
Carilah basi tahan asam yang olh pengecetan berwarna merah, berbentuk batang dengan dasar berwarna biru.
Pelaporan :
BTA positif apabila didalam pengamatan ditemukan BTA, disesuaikan dengan penilaian menurut cara IUAT ( International Union Agains Tuberculosis) :
Dijumpai 1 – 9 basil tahan asam / 100 lapang pandang = ditulis jumlah yang ditemukan
Dijumpai 10 – 99 basil tahan asam / 100 lapangan pandang = +
Dijumpai 1 – 10 basil tahan asam / 1 lapang pandang = ++
Dijumpai lebih dari 10 basil tahan asan / 1 lapang pandang = +++
BTA Negatif apabila dalam 100 lapangan pandang atau 15 menit pengamatan tidak ditemukan BTA.
Hasil pengamatan : bentuk, warna, susunan sel bakteri.
Makroskopis :
Sampel : sputum
Warna : kuning kental dan memiliki sedikit darah
Mikroskopis :
Tidak ditemukan BTA dalam 100x lapangan pandang selama 15 menit.
Pembahasan :
Tujuan dari pewarnaan BTA pada praktikum ini adalah untuk menentukan BTA dan mengdiagnosa penyskit TBC. Apabila ditemukan BTA maka bakteri tersebut berwarna merah dengan latar biru dan jga dengan jumlah tertentu.
Zat warna digunkan adalah karbon fuchsin untuk memberi warna merah pada bakteri yang tidak luntur oleh zat peluntur ( asam alkohol ) methylen blue untuk pemberi warna latar agar BTA terlihat jelas.
Dari hasil pengamatan, tidak ditemukan BTA. Hal tersebut disebabkan oleh reagen yang rusak atau dahak yang digunakan pada pemeriksaan bukanlah dahak penderita BTA.
Kesimpulan :
Pada pemeriksaan BTA, sampel dahak yang diperiksa tidak ditemukan BTA dalam 100x lapangan selama 15 meni . Dapat disimpulkan sampel yang diperiksa Negatif.
Praktikum VI
Tanggal praktikum : senin, 18-05-2015
Judul praktikum : pewarnaan spora
Tujuan : untuk mengamati letak spora pada sel bakteri, warna serta bentuknya.
Prinsip pemeriksaan : bakteri akan membentuk spora pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan spora akan menyerap zel warna malacyte green saat pewarnaan, sedangkan sel vegetatifnya akan menyerap zat warna safranin
Dasar Teori :
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan (Dwidjoseputro, 1989).
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetatif (eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila kondisilingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces misalnya, meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di ujung hifa, suatu filamen vegetatif. Proses ini serupa dengan proses pembentukan spora pada beberapa cendawan(Irianto, 2006).
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel danmerupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkatme tabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).
Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar, 1986).
Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resisten terhadap kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti desinfektan. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras (Hadioetomo, 1985).
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Pewarnaan tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri (Volk & Wheeler, 1988).
Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi (Dwidjoseputro, 1989).
Jika medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora (Dwidjoseputro, 1989).
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun - tahun bahkan berabad - abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).
Alat dan bahan :
Alat :
objek glass
Lampu spirtus
Ose bulat
Mikroskop
Bahan :
biakan bakteri staphylococcus aureus, bacillus subtilis umur 24-72 jam
aquadest
cat safranin dan malacite green.
Cara kerja :
Metode Schaeffer-Fulton
Bersihkan objek glass dengan alcohol agar bebas lemak
Buat sediaan dari biakan yang ada secara aseptic
Keringkan diudara
Lakukan fiksasi diatas api bunsen
Letakkan preparat atau sediaan pada rak pengecatan lalau tetesi dengan 2-3 tetes cat malacit green 5 % dari biakan 1 menit. Lalu dipanaskan diatas lampu bunsen selama 30 detik atau sampai timbul uap, jaga jangan sampai mendidih atau preparat menjadi kering, lalu dinginkan, cuci dengan air mengalir.
Teteskan dengan cat safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir
Preparat atau sediaan dikeringkan di udara, baca pada mikroskop dengan perbesaran 100 X dari immersion oil
Gambar hasil pengamatan dan bakteri keteragan : bentuk, susunan, warna sel vegetative, warna serta letak spora (sentral, subterminal atau terminal ).
Metode Bartolomew- Mittwer
Bersihkan objek gass dengan alkohol agar bebas lemak
Buat sediaan dari biakan secara aseptic
Kerigkan di udara
Lakukan fiksasi dengan api bunsen
Letakkan preparat atau sediaan pada rak pengecetan lalu tetesi dengan 2-3 tetes cat malacit green 5% dan biarkan 10 menit, cuci dengan air mengalir.
Tetesi dengan cat safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Preparat atau sediaan dikeringkan diudara, baca pada mikroskop dengan perbesaran 100 X dan immersion oil
Gambar hasil pengamatan dan beri keterangan : bentuk, susunan, warna sel vegetative, warna serta letak spora ( sentral, subterminal, atau terminal )
Hasil pengamatan : sel vegetative berwarna merah, spora berwarna hijau
Makroskopis :
Sampel 1 (metode bartolomew-mittwer)
Warna : orange
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Sampel 2 (metode schaeffer-fulton)
Warna : kecoklatan
Bentuk : cair (suspensi)
Bau : -
Mikroskopis :
Sampel 1 (bartolomew-mittwer)
Bentuk sel vegetative : coccus bergerombol (staphylococcus)
Warna sel vegetative : merah
Warna spora : -
Letak spora : -
Sampel 2 (schaeffer-fulton)
Bentuk sel vegetative : monobasil (basil tunggal)
Warna sel vegetative : merah
Warna spora : hijau
Letak spora : ujung / terminal dan ada yang terlepas dari sel vegetative
Pembahasan :
Pada saat praktikum, digunakan 2 metode pewarnaan, yaitu metode schaffer fulton dan bartolomeu – mettwer. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada pemanasannya. Metode schaeffer-fulton digunakan pemanasan sedangkan metode bartolomew-mittwer. Tujuan dari pada pemanasan yaitu agar zat warna dapat masuk kedalam spora bakteri dan baktri dapat terwarnai.
Tidak adanya spora pada sampel 1 yang menggunakan metode bartolomew-mittwer dapat dikarenakan penanaman bakteri yang terlalu awal sehingga padasaat pengamatan belum ada spora. Dapat juga disebabkan kesalahan saat melakukan pewarnaan.
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan, ditemukan spora bakteri berwarna hijau terletak pada ujung atau terminal dengan sel vegetatifnya berwarna merah berbentuk basil.
PRAKTIKUM VII
Tanggal praktikum : 25 – 05 – 2015
Judul praktikum : pewarnaan kapsul
Tujuan : untuk mengetahui dan melihat kapsul pada bakteri
Prinsip pemeriksaan : sel vegetative akan menyerap zat warna methylene blue dan berwarna biru, sedangkan kapsul akan berwarna bening pada latar belakang hitam.
Dasar teori :
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir.Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas )atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies.Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa( misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asamhialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B disentri).Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara itu.Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini ( metode Welch) meliputi pemberian larutan kristalungu panas disusul kemudian dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Kapsula bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri perlu dilakukan pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Cara pewarnaan negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins (Irianto, 2006). Menurut Tarigan (1988), pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau bidang pandang di bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang diperiksa. Pengecatan negatif dapat digunakan untuk melihat kapsul yang menyelubungi tubuh bakteri dengan hanya menggunakan satu macam cat saja. Sedangkan pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan positif ini digunakan senyawa kristal violet 0,18 gram. Hasil dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul tampak berwarna biru-ungu yang terletak disekitar tubuh bakteri. Sedangkan bakterinya sendiri berwarna biru kelam (Irianto, 2006).
Alat dan bahan :
Alat :
Objek glass
Lampu spritus
Ose bulat
Mikroskop
Bahan :
biakan bakteri cair klebsiella Sp, bacillus subtilis umur 24-72 jam
aquadest steril
cat basic fuchsin, methilen blue, nigrosin, kristal violet
Larutan CuSO4.5H2O 20 %
Cara kerja :
Metode Hiss
Bersihkan objek glass dengan alcohol agar bebas lemak
Buat preparat atau sediaan dari biakan yang ada secara aseptic
Preparat atau sediaan tersebut dikeringkan
Fiksasi diatas api bunsen
Letakkan preparat pada rak pengecetan lalu tetesi dengan 2-3 tetes basic fuchsin, lalu dipanaskan diatas nyala lampu bunsen sampai timbul uap , jaga jangan sampai mendidih atau menjadi kering, lalu dinginkan
Cuci dengan larutan CuSO4.5H2O 20 %
Preparat dikeringkan di udara
Amati preparat pada mikroskop dengan perbesaran 100 X menggunakan imersi oil
Gambar hasil pengamatan dan beri keterangan : bentuk, susunan, warna sel vegetatuve, warna dan bentuk kapsul
Hasil pengamatan : sel vegetative berwarna ungu merah tua, kapsul berwarna biru pucat.
Metode Buri
Bersihkan objek glas dengan alcohol, agar bebas lemak
Letakkan setetes cat nigrosin atau tinta cina pada objek glass
Ambil biakan muni dengan ose secara aseptic dan campurkan dengan cat nigrosin
Keringkan diudara
Tetesi dengan cat methilen blue atau kristal violet selama 2 menit, cuci dengan air mengalir dan keringkan diudara
Amati preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 X dengan imersi oil
Hasil pengamatan : sel vegetative berwarna biru/violet, kapsul tampak transparan dengan latar elakang gelap atau hitam.
Makroskopis :
Warna sampel : jingga
Bentuk sampel : cair (suspensi)
Bau sampel : -
Mikroskopis :
Metode HISS :
Warna bakteri : merah
Bentuk bakteri : coccus bergerombol
Kapsul bakteri : -
Metode Buri :
Tidak ditemukan bakteri maupun kapsul pada saat pengamatan
Pembahasan :
Pada praktikum yang dilakukan, digunakan 2 metode dalam pewarnaaan kapsul, yaitu dengan metode hiss dan metode burry. Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan baik secara langsung maaupun tidak langsung.
Pada pewarnaan langsung, dengan metode burry dilakukan dengan mewarnai latar belakangnya. Jika bakteri memiliki kapsul, maka pada metode buri, akan tampak transparan dengan latar belakang hitam serta sel berwarna biru violet. Namun pada praktikum yang dilakukan tidak ditemukan kapsul berwarna bening atau transparan. Hal ini disebabkan karena tinta cina yang digunakan encer dan pembuatan apusan yang kurang baik.
Pada pewarnaan dengan metode HISS tidak ditemukan kapsul bakteri. Hanya ditemukan sel vegetatifnya.
Kesimpulan :
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan hasil pengamatan dnrgan metode buri tidak terdapat kapsul berwarna bening atau transparan, dan pengamatan dengan metode HISS hanya ditemukan sel vegetatifnya.
PRAKTIKUM VIII
Tanggal praktikum : 01 – 06 – 2015
Judul praktikum : pengenalan mikroba lingkungan
Tujuan : untuk mengetahui dan melihat bentuk bakteri yang ada di lingkungan
Prinsip pemeriksaan : bakteri gram positif akan menyerap zat warna utama (gentian violet) dan berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negative akan menyerap zat warna safranin dan berwarna merah.
Dasar teori :
Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi) (Sumarsih, 2003).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21% dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir virus dan lain-lain. Walaupum udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyak mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui udara, alat, ataupun dari tangan dan bahkan pada bahan pangan (Wikipedia, 2011).
Udara dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi dan seabagainya. Mikroba yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Weslie, 2008).
Faktor-faktor yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut :
þ Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas. Berkait dengan pertumbuhan dikenal suhu minimum, maksimum, dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan jasad. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang paling rendah (Hidayat, 2006).
þ Bahan Bentuk Gas
Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, selain dari jenis-jenis gas yang telah dibicarakan pada bab terlebih dahulu, seperti oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk kehidupan bakteri. Nitrogen dan amonia adalah esensial untuk siklus nitrogen, dan H2S mengambil peranan utama dalam siklus sulfur. Tetapi selain gas yang diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan sebagai bahan untuk mematikan mikroba, seperti formalin dan etilenoksida yang sering dipakai untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006).
þ Tekanan Osmosis
Terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis yang seimbang antara lingkungan dan isi sel (Irianto, 2006).
þ Kelembaban dan Pengeringan
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Tidak semua air dalam medium dapat digunakan mikroba. Air yang dapat digunakan disebut air bebas. Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora, spora, dan bentuk-bentuk kista. Pada proses pengeringan air akan menguap sehingga kegiatan metabolisme terhenti (Hidayat, 2006).
Alat dan bahan :
Alat :
Objek glass
Lampu spritus
Ose bulat
Mikroskop
Kapas lidi steril
Bahan :
Media nutrient agar
Cat gram
Cara kerja :
Mikroba yang terdapat pada tubuh manusia
Mikroba pada tangan
Siapkan media nutrien agar
Nutrien agar tersebut dibagi menjadi 2 area ( A dan B )
Letakkan 3 jari pada area A
Cuci tangan pada sabun, keringkan diudara
Letakkan kembali 3 jari tangan yang telah dicuci pada area B
Inkubasi media pada incubator 37° selama 24 – 48 jam. Lihat pertumbuhan koloni kuman
Jika terjadi pertumbuhan koloni, lakukan pengecetan gram dan laporkan hasilnya.
Mikroba pada rongga mulut.
Sediakan media nutrien agar
Usapkan lidi kapas steril disekitar rongga mulut ( disela- sela gigi dan pipi bagian dala )
Inkubasi media pada incubator suhu 37 ° C selama 24 – 48 jam
Jika terjadi pertumbuhan koloni, lakukan pengecetan gram dan laporkan hasilnya
Mikroba Pada rambut :
Sediakan media nutrient agar
Letakkan beberapa helai rambut diatas permukaan media agar secara aseptic
Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam
Jika terjadi pertumbuhan koloni, lakukan pengecetan gram dan laporkan hasilnya
Mikroba yang terdapt pada udara
Sediakan media nutrient agar
Buka tutup petridish, birkan diudara terbuka selama 30 menit
Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam
Jika terjadi pertumbuhan koloni, lakukan pengecetan gram dan laporkan hasilnya
Mikroba yang terdapat pada benda
Sediakan media nutrient agar
Ambil kapas lidi steril, celupkan pada larutan pengencer steril
Goreskan lidi tersebut pada permukaan benda atau alat yang ada disekitar kita ( lantai, meja, handel pintu, kran air dll )
Goreskan lidi tersebut pada permukaan media agar secara aseptic.
Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam
Jika terjadi pertumbuhan koloni, lakukan pengecetan gram dan laporkan hasilnya
Hasil pengamatan :
Makroskopis :
Mikroba pada udara berwarna putih kekuningan, bentuknya bulat kecil dan besar. Bulat kecil berwarna kuning sedangkan yang besar berwarna putih kekeruhan
Mikroba pada mulut, berwarna kuning kecoklatan bentuknya bulat kecil
Mikroba pada rambut, berwarna putih keruh bentuk memanjang mengikuti bentuk rambut.
Mikroba pada benda, berwarna kuning keruh, bentuknya butiran - butiran kecil
Mikroba pada tangan kotor, berwarna putih kekuningan bentuknya bulat kecil dan tidak sesuai dengan wadahnya
Mikroba pada tangn sesudah cuci, berwarna putih keruh, berbentuk bulat kecil.
Mikroskopis :
semua bakteri yang diamati memiliki cirri-ciri yang sama diantaranya :
Bentuk bakteri : coccus bergerombol
Warna bakter : merah
Termasuk bakteri gram negated
Pembahasan :
Pada saat pengamatan, keenam sampel ditemukan jenis bakteri yang sama yaitu bakteri gram negative berbentuk coccus bergerombol. Metode pewarnaan yang digunakan yaitu pewarnaan gram untuk mengamati jenis bakteri yang ada disekitar (bakteri negative atau positif).
Sampel yang ada dalam bentuk biakan sehingga memerlukan NaCl atau aquades (dalam pengamatan digunakan aquades).
Kesimpulan :
Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan bakteri gram negative berwarna merah berbentuk coccus bergerompol dari keenam sampel yang diamati.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
Bakteri merupakan mikroorganisme yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Bakteri tidak berwarna dan sulit diamati, oleh karena itu dibutuhkan suatu metode pewarnaan yang dapat membantu untuk mengidentifikasi struktur morfologi bakteri.
Bakteri bergerak atau berpindah tempat dengan menggunakan alat gerak berupa flagella. Flagella memungkinkan bakteri berpindah tempat dengan cepat. Namun ada juga bakteri yang tidak memiliki alat gerak, namun dengan adanya tabrakan pada benda bakteri tersebut dapat berpindah tempat.
Bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatir berdasarkan mekanisme penyerapan zat warnanya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membrane sel selapis. Saat diwarnai bakteri ini akan dengan mudah mengikat zat warna utama (gentian violet) dan tidak akan luntur dengan zat warna peluntur. Bakteri gram positif akhirnya berwarna ungu saat diamati. Bakteri gram negative memiliki dinding sel yang tipis dan membrane sel 2 lapis. Hal ini membuat bakteri gram negative sulit mempertahankan zat warna utama (gentian violet) yang kemudian akan luntur dengan zat warna peluntur. Bakteri ini kemudian menyerap zat warna pembanding (safranin) dan akhirnya berwarna merah.
Ada beberapa bakteri yang dapat membentuk spora pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Bakteri seperti ini biasanya bersifat pathogen pada manusia. Spora bakteri dapat diamati dengan teknik pewarnaan schaeffer-fulton dan bartolomew-mittwer. Kedua teknik ini memberikan hasil berupa warna hijau untuk spora dan warna merah untuk sel vegetative. Namun kedua teknik ini memiliki perbedaan diantaranya, untuk teknik pewarnaan schaeffer-fulton digunakan pemanasan sedangkan teknik bartolomew-mittwer tidak.
Ada beberapa kateri juga yang memiliki kapsul. Kapsul membuat bakteri bersifat sangat pathogen dan berbahaya bagi manusia. Kapsul ini memungkinkan bakteri dapat masuk ke jaringan tubuh tanpa dideteksi sel imun. Kapsul bakteri dapat diamati dengan 2 metode yaitu metode hiss dan metode buri. Metode hiss menggunakan pemanasan sehingga memungkinkan lender pada kapsul bakteri meleleh dan zat warna dapat masuk kedalam sel. Metode buri menggunakan nigrosin untuk mewanai latar belakang dan methylene blue untuk mewarnai sel vegetative sehingga kapsul bakteri yang tidak terwarnai akan berwarna bening pada latar belakang hitam.
Di sekitar kita terdapat banyak sekali mikroorganisme hidup. Ada yang bersifat pathogen maupun non pathogen. Mikroorganisme ini dapat di amati dengan melakukan pembiakan. Hal yang harus dilakukan yaitu menanam bakteri pada media lalu setelah tumbuh amati bakteri dengan melakukan pewarnaan gram
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan klinik. Jakarta : Gramedia
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta : EGC
Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium. Jakarta : Rineka Cipta
Harti, Agnes Sri. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta : Nuha Medika