SMF/Lab Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD A!S"a#ranie Samarinda
Tutorial Klinik
LU$ATI% L&'TIS A'T&RI%R %KULI D&KSTRA DA' (IF&MA )RAD& II %KULI D&KSTRA &T *AUSA TRAUMA TUMPUL %KULI
%le# + ,udi Kun-oro .01123..424.5 .01123.. 424.5 Mu-#amad Prabowo .601122..421.5 .601122. .421.5
Pembimbin7 + dr Man8red (imawan9 S: M
Dibawakan Dalam Ran7ka Tu7as Ke:aniteraan Klinik Pada ,a7ian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 4.34
1
,A, I P&'DA(ULUA' 33 Latar Latar ,elakan7 ,elakan7
Trauma tumpul okuli adalah trauma pada mata yang diakibatkan diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga1,2. Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan pasti, namun pada Survey Kesehatan ndra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1!!"-1!!# didapatkan bah$a trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan lain-lain sebesar %,1&' dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,&'. Trauma okuli juga bukan merupakan 1% besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan. " Sebagai seorang dokter harus memikirkan apakah kasus yang dihadapi meru merupa paka kan n true true emer emerge genc ncyy yang yang meru merupa paka kan n kasu kasuss sanga sangatt ga$a ga$att dan dan haru haruss ditan ditanga gani ni dala dalam m hitu hitung ngan an meni menitt atau atau jam, jam, atau atauka kah h urgent ent case case yang yang harus harus ditangani dalam hitungan jam atau hari. Sehingga membutuhkan diagnosa dan pertolongan cepat dan tepat. (eberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma trauma okuli okuli adalah adalah erosi erosi kornea kornea,, iridopl iridoplegi egia, a, hi)ema hi)ema,, iridos iridosikl iklitis itis,, subluk subluksasi sasi lensa, luksasi lensa anterior anterior,, luksasi lensa posterior posterior,, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta avulsi papil sara) optik 1. *islok *islokasi asi lensa lensa merupa merupakan kan salah salah satu satu sebab sebab yang yang diakib diakibatk atkan an adanya adanya trauma tumpul pada mata. +kibat benturan pada mata, menyebabkan gangguan pada ligamentum penyangga mata yaitu onula inii, yang akhirnya menyebabkan lensa berpindah berpindah dari tempatnya tempatnya yang semula. ani)estasi dari dislokasi dislokasi lensa ini antara lain dapat mengakibatkan gangguan penglihatan sampai dengan gangguan lain lain sepert sepertii uveiti uveitiss dan galuko galukoma ma sekunde sekunderr. *iagno *iagnosis sis yang yang tepat tepat terhad terhadap ap keadaan ini merupakan langkah a$al dalam penatalaksanaan kelianan ini, dimana
2
dengan penatalaksanaan yang tepat dapat meminimalisir kerusakan pada )ungsi mata dan mencegah komplikasi i)ema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan depan dapat dapat terjad terjadii akibat akibat trauma trauma tumpul tumpul pada mata. mata. al ini disebut disebut dengan dengan hi)ema primer. (ila oleh karena sesuatu sebab misalnya adanya gerakan badan yang berlebihan, maka timbul perdarahan sekunder atau hi)ema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang hilang 1. +danya hi)ema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior, dan katarak. /leh karena hi)ema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang signi)ikan, maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tata laksana hi)ema.
34 Tu"uan u"uan
+dapun tujuan dari pembuatan laporan kasus ini ialah untuk mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan )isik, pemeriksaan penunjang, dan penegakan diagnosis pada kasus lu0atio lentis dan hi)ema akibat trauma tumpul okuli serta untuk mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada kasus ini.
3
,A, II TI';AUA' PUSTAKA 43 Trauma Tum:ul %kuli 433 De8inisi Trauma Tum:ul %kuli
Trauma tumpul okuli adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya1,2,". Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas. (iasanya benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersi)at counter coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula1,2,". auma tajam per)orans, trauma radiasi, trauma kimia. 434 Mani8estasi Trauma %kuli
Tanda dan 3ejala meliputi 4 ata
merah
5asa
sakit
Perdarahan emar
disekitar mata
Penurunan ual
atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
visus dalam $aktu mendadak
dan muntah karena kenaikan Tekanan ntra /kuler T/.
Penglihatan Sakit
kepala
n)eksi Pada
kabur
konjunctiva
anak-anak sering terjadi somnolen
4
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala retina atau sampai terputusnya sara) penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap. 43< Mani8estasi Trauma Tum:ul Pada Mata ,erdasarkan Lokasi 3 Trauma Tum:ul :ada Pal:ebra (ematoma :al:ebra
erupakan pembengkakan atau penimbunan darah di ba$ah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. (iasanya terjadi pada trauma tum pul kel opa k mat a. (il a perdarahan terletak lebih dalam mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yg sedang dipakai,disebut hematom ka ca mata . (isa terjadi akibat pecahnya arteri o)talmika yang meru paka n tanda )raktur basis kranii. *apat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. (ila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat di lakukan kompres hangat pada kelopak mata. 2," 4 Trauma Tum:ul Kon"un7tiva a &dema Kon"un7tiva
6aringan konjungtiva akan terjadi kemotik. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. *apat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. 2," b. Perdara#an Subkon"un7tiva Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau diba$ah konjungtiva arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pec ah mis al nya pada usia lanjut, hipertensi, arteriskerosis. Pemeriksaan 7undu skopi diper lukan bila teka nan bola mata rend ah denga n pupil lonjo ng disertai tajam penglihatan yang menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli. Pengobatan dini dilakukan
5
kompres hangat, Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1 8 2 minggu tanpa diobati. 2,"
3ambar 1. Perdarahan Subkonjungtiva < Trauma tum:ul :ada kornea a &dema Kornea
Trauma
tumpul
dapat
mengenai
membran
descemet
yang
mengakibatka n edema kornea. Pasien merasa penglihatan kabur dan terlihat pelangi disekitar sumber cahaya yang dilihat. K or ne a ak an terlihat keruh dengan uji plasido yang positi). 9d em a korn ea ynag berat akan dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea. Pengobatan diberikan :acl, glukosa dan larutan al bum in. (ila terdapat peningkatan tekanan bola mata maka diberikan asetaolamida. 2," b &rosi Kornea
erupakan
keadaan
terkelupasnya
epitel
kornea
yang
dapat
diakibatkan oleh gesekan keras. Pasien merasa sakit sekali akibaterosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak ,mata berair, ble)arospasme, )oto)obia dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu de)ek epitel kornea yang bila diberi pe$arnaan )luoresein aan ber$arna hijau. +nestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit, pemberiannnya harus hati 8 hati karena dapat menambah kerusakan epitel. 9pitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. ;ntuk mencegah in)eksi bakteri diberikan antibiotika , akibat rangsangan yang 6
mengakibatkan spasmesiliar maka diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida. 2,"
0 Trauma Tum:ul Uvea 3 Iridodialisis
*isinsersi akar iris dan badan siliar, biasanya bersamaan dengan terjadinya hi)ema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya , pupil terlihat menonjol. Sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. 2,"
3ambar 2. ridodialisis 4 Irido:le7ia
Kelumpuhan otot s)ingter pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis, pasien sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlihat tidak sama besar dan bentuknya ireguler ,disertai lambat atau tidak adanya re)leks cahaya , dapat permanen atau sementara. Pasien sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan s)ingter dan pemberian roborantia. 2," < Trauma Tum:ul :ada Lensa a Dislokasi Lensa
*islokasi lensa terjadi karena putusnya onula inii yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. (ila oluna iniii putus maka lensa akan mengalami luksasi ke depan luksasi anterior atau luksasi ke belakang luksasi posterior.2,",<
b Subluksasi Lensa 7
Terjadi akibat putusnya sebagian onula inii sehingga lensa berpindah tempat, subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada onula inii yang rapuh (Sindrom Marphan). +kibat pegangan lensa pada onula inii tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopi. =ensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris kedepan sehingga sudut bilik mata tertutup, bila sudut bilik mata menjadi sempit maka mudah terjadi glaukoma sekunder. 2," Pada subluksasi biasanya dilakukan dengan koreksi terbaik sehingga tidak timbul keluhan diplopia. (ila terdapat penyulit glaukoma maka dilakukan ekstraksi lensa pada orang tua sedang pada orang muda dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsuler.& - Luksasi lensa anterior
(ila seluruh onula inii disekitar ekuator putus maka lens a dapat masuk kedalam bilik mata depan sehingga akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata yang dapat mengakibatkan glaukoma kongesti) akut. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat,
muntah, mata merah
dengan ble)arospasme. Pada pemeriksaan
)isik terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa didalam bilik m a t a depan, iris terdorong kebelakang dengan pupil yang lebar, tekanan bola mata yang tinggi. 2," Pada luksasi lensa anterior4 harus dilakukan pengeluaran lensa yang terletak didalam bilik mata depan. Tekanan bola mata sudah harus terkontrol baik sebelum lensa dikeluarkan. Pembedahan lensa yang telah mengalami subluksasi atau luksasi seringkali karena sering disertai penyulit pasca bedah, karena itu diperlukan persiapan yang baik. & d Luksasi lensa :osterior
+kibat putusnya onula inii diseluruh lingkaran ekuator sehingga lensa jatuh kedalam badan kaca dan tenggelam diba$ah polus posterior )undus okuli. Pasien mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa yang mengganggu kampus. ata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa , pasien
8
akan melihat normal dengan lensa > 12,% dioptri untuk jauh , bilik mata depan dalam dan iris tremulans. 2," e Katarak Traumatik
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma per)orasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. 2 P ada
t ra um a
t um pu l
a ka n
t er li ha t
k at ar ak
s ubk ap su la r
an te ri or maupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk tercetak (imprinting) yang cincin ?ossius. 2,1%
3ambar ". ?ossius ring. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, per)orasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proli)erasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya massa lensa di dalam bilik depan. 2,< Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik massa lensa yang akan bercampur magro)ag dengan cepatnya, yang dapat menyebabkan uveitis. =ensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagi cincin Soemering atau bila epitel lensa berplori)erasi akti) akan terlihat mutiara 9lsching. 2 Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. (ila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. ;ntuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okuler primer atau sekunder. 2
9
Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. (ila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasio retina, uveitis atau salah letak lensa. 2
3ambar <. Katarak traumatik (Flower-shaped cataract).
0 Trauma tum:ul Retina dan Koroid a &dema Retina
@arna retina terlihat lebih abu 8 abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab ,terjadi edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot, penglihatana akan sangat menurun. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema berlin. 2," b Ablasi Retina
(iasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi ablasio retina ini seperti retina tipis akibat miopia dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pemeriksaan )unduskopi akan terlihat retina yang ber$arna abu 8 abu, pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok 8 kelok. 2," - Ru:tur koroid
10
Terjadi perdarahan subretina, biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris disekitar papilsara) optik. (ila ruptur koroid ini mengenai daerah makulalutea maka tajam penglihatan akan menurun dengan cepat, ruptur bila tertutup oleh perdarahan subretina sukar dilihat tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur ber$arna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid. 2," 430
DIA)'%SIS
Anamnesa
Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, ba$ah dan bagaimana kecepatannya $aktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. +pabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. *itanyakan juga kapan terjadinya trauma. +pakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya. &
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1A" hingga B kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. ;ntuk itu perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental, )ungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai dengan4 1. enilai tajam penglihatan, bila parah4 diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik dan de)ek pupil a)eren. 2. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. =akukan palpasi untuk mencari de)ek pada tepi tulang orbita. ". Pemeriksaan permukaan kornea 4 benda asing, luka dan abrasi <. nspeksi konjungtiva4 perdarahanAtidak &. Kamera okuli anterior4 kedalaman, kejernihan, perdarahan 11
#. Pupil4 ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya dibandingkan dengan mata yang lain C. /)talmoskop4 menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina.1,"
43 Penatalaksanaan Trauma Tum:ul ,ola Mata
Prinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. +ntibiotik dapat diberikan secara parenteral spektrum luas dan pakai pelindung pada mata. +nalgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. nduksi anestesi umum harus menghindari substansi yang dapat menghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan se cara transien tekanan bola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isi intraokular. Pada trauma yang berat, ahli o)talmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu se$aktu berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. +nestetik topikal, at $arna, dan obat lainnya yang diberikan ke mata yang cedera harus steril. Kecuali untuk cedera yang menyebabkan ruptur bola mata, sebagian besar e)ek kontusio-konkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera. :amun, setiap cedera yang cukup parah untuk menyebabkan perdarahan intraokular sehingga meningkatkan risiko perdarahan sekunder dan glaukoma memerlukan perhatian yang serius, yaitu pada kasus hi)ema.
44 Dislokasi Lensa 443 De8inisi 12
*islokasi lensa adalah berpindahnya lokasi lensa dari tempatnya yang diakibatkan karena putusnya onula inii. =ensa dapat berpindah ke daerah depan anterior maupun ke belakang posterior. Putusnya onula inii pada kebanyakan kasus disebabkan oleh adanya trauma pada mata, dan kelainan pada onula inii yang bersi)at herediter seperti pada mar)an sindrom&,#. 444 &tiolo7i
Penyebab tersering dari terjadinya dislokasi lensa adalah karena terjadi trauma tumpul pada mata. Truma yang terjadi bisa menyebabkan kerusakan pada onula inii yang merupakan ligamentum yang men)iksasi kapsul lensa. Kerusakan pada ligamentum ini bisa menyebabkan perpindahan lokasi lensa, bisa ke depan anterior maupun ke belakang posterior. Penyebab lain dari dislokasi lensa bisa karena adanya gangguan pada )ibrinilin yang terdapat pada onula inii. Keadaan ini terjadi pada penderita ar)an Sindrom. 3angguan tersebut menyebabkan kelainan pada onula inii dan akhirnya menganggu )ungsinya sebagai penyangga lensa. (isa terjadi dislokasi lensa yang sebagian subluksasi maupun total luksasi <,&,#.
13
table 1. (eberapa penyebab terjadinya dislokasi lensa
44< a
Klasi8ikasi
Subluksasi Lensa
Terjadi akibat putusnya sebagian onula inii sehingga lensa berpindah tempat, subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada onula inii yang rapuh (Sindrom Marphan). +kibat pegangan lensa pada onula inii tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopi. =ensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris kedepan sehingga sudut bilik mata tertutup, bila sudut bilik mata menjadi sempit maka mudah terjadi glaukoma sekunder. 2," Pada subluksasi biasanya dilakukan dengan koreksi terbaik sehingga tidak timbul keluhan diplopia. (ila terdapat penyulit glaukoma maka dilakukan ekstraksi lensa pada orang tua sedang pada orang muda dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsuler.&
14
b Luksasi lensa anterior
(ila seluruh onula inii disekitar ekuator putus maka lens a dapat masuk kedalam bilik mata depan sehingga akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata yang dapat mengakibatkan glaukoma kongesti) akut. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat,
muntah, mata merah
dengan ble)arospasme. Pada pemeriksaan
)isik terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa didalam bilik m a t a depan, iris terdorong kebelakang dengan pupil yang lebar, tekanan bola mata yang tinggi. 2,", Pada luksasi lensa anterior4 harus dilakukan pengeluaran lensa yang terletak didalam bilik mata depan. Tekanan bola mata sudah harus terkontrol baik sebelum lensa dikeluarkan. Pembedahan lensa yang telah mengalami subluksasi atau luksasi seringkali karena sering disertai penyulit pasca bedah, karena itu diperlukan persiapan yang baik. &
B
)ambar . A tampak bayangan lensa pada bilik mata depan pada pasein post
trauma tumpul yang disertai adanya hi)ema. ,. pada pemeriksaan slit lamp terlihat bentukan lensa pada bilik mata depan, ter)iksasi antara pupil dan korneaC - Luksasi lensa :osterior
15
+kibat putusnya onula inii diseluruh lingkaran ekuator sehingga lensa jatuh kedalam badan kaca dan tenggelam diba$ah polus posterior )undus okuli. Pasien mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa yang mengganggu kampus. ata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa , pasien akan melihat normal dengan lensa > 12,% dioptri untuk jauh , bilik mata depan dalam dan iris tremulans. 2,"
440 )e"ala
3ejala yang timbul pada pasien tergantung dari derajat keparahan dislokasi lensa. +pabila dislokasi yang terjadi hanya ringan, mungkin tidak akan terlihat gejala, namun sebaliknya dislokasi lensa yang parah dapat menimbulkan keluhan berupa gangguan akomodasi, diplopia dan gangguan visus. Pada keadaan dengan komplikasi seperti glaucoma, dapat timbul keluhan akibat T/ yang meningkat seperti nyeri kepala dan mual-muntah
44 Dia7nosis
*iagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan slit lamp, apabila lensa terdapat di bilik depan maka akan terlihat bentukan lensa di bilik mata depan. Pada dislokasi posterior, mungkin bisa dilihat apabila pupil diperbesar midriasis, namun apabila masih sulit, maka pemeriksaan dengan ;S3 dapat membantu &,#,C.
446 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi lensa biasanya tergantung pada gejala yang timbul. +pabila tidak timbul gejalaAasimptomatik maka hanya perlu dilakukan observasi pada pasien. :amun apabila telah timbul gejala seperti gangguan penglihatan sampai komplikasi seperti glaukoma akibat peningkatan T/, maka ekstraksi lensa harus segera dilakukan. Pada dislokasi anterior, ekstraksi lensa harus dilakukan sedapat mungkin untuk menghidari terjadinya glaucoma akut akibat lensa yang terlepas ke arah anterior dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup akut. Sedangkan lensa yang terlepas ke arah posterior badan vitreus yang biasanya tidak menimbulkan 16
masalah dapat dibiarkan, kecuali apabila setelah beberapa lama dapat terjadi decomposisi dari lensa yang dapat menyebabkan peradangan pada vitreus, maka perlu dilakukan pengambilan lensa&,#,C. Setelah pengambilan lensa pasien dapat tetap dibiarkan a)akia dan diberikan alat bantu visus seperti kacamata a)akia dan lensa kontak. *apat juga diberikan penanaman lensa intraokuler seperti halnya pada pasien katarak &,#,C.
4< (i8ema 4<3 De8inisi (i8ema
i)ema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aDueus cairan mata yang jernih. *arah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. @alaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan 1,2,. i)ema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. (ila pasien duduk hi)ema akan terlihat terkumpul diba$ah bilik mata depan dan hi)ema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan 1,2. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epi)ora dan ble)arospasme1,2. 3aya-gaya kontusi) sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak sudut bilik mata depan. *arah di dalam aDueous dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat hi)ema. 3laukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh )ibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan blokade pupil.1,2
444 &tiolo7i 17
i)ema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hi)ema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hi)ema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata contohnya retinoblastoma,
dan
kelainan
pembuluh
darah
contohnya
juvenile
xanthogranuloma). i)ema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekanrobekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. 6aringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Pendarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian terendah.
44< Klasi8ikasi
a (erdasarkan penyebabnya hi)ema dibagi menjadi4 1.
i)ema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.
2.
i)ema akibat tindakan medis misalnya kesalahan prosedur operasi mata.
".
i)ema akibat in)lamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah pecah.
<.
i)ema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah contohnya juvenile 0anthogranuloma.
&.
i)ema akibat neoplasma contohnya retinoblastoma.
b (erdasarkan $aktu terjadinya, hi)ema dibagi atas 2 yaitu4 1.
i)ema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
2.
i)ema sekunder, timbul pada hari ke 2-& setelah terjadi trauma.
18
c (erdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade Sheppard 4 1.
3rade
4 darah mengisi kurang dari sepertiga E/+
2.
3rade
4 darah mengisi sepertiga hingga setengah E/+
3.
3rade
4 darah mengisi hampir total E/+
4.
3rade ?
4 darah memenuhi seluruh E/+
440 Pato8isiolo7i
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. al ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar 1,2,<.
19
3ambar C. ekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul ata n)lamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada E/+. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. 3aya-gaya kontusi) akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut E/+. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. *arah ini dapat bergerak dalam ruang E/+, mengotori permukaan dalam kornea. Perdarahan
pada
bilik
mata
depan
mengakibatkan
teraktivasinya
mekanisme hemostasis dan )ibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan )ibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. (ekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. (ekuan darah ini biasanya berlangsung hingga <-C hari. Setelah itu, )ibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah )ibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral. Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke & setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. /leh karena itu seseorang dengan hi)ema harus dira$at sedikitnya & hari. *ikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat $aktu yang cukup untuk regenerasi kembali. 20
44 Pene7akan Dia7nosis
+danya ri$ayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hi)ema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada E/+ dapat diperiksa dengan )lashlight, kadang-kadang ditemukan gangguan visus. *itemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, )oto)obia tidak tahan terhadap sinar, penglihatan ganda, ble)arospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen. Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. (ila pasien duduk, hi)ema akan terlihat terkumpul di bagian ba$ah E/+, dan hi)ema dapat memenuhi seluruh ruang E/+. /tot s)ingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi midriasis, dapat terjadi pe$arnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor pupil +kibat langsung terjadinya hi)ema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media re)raksi. *arah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung
dapat
mengakibatkan
tekanan
intraokuler
meningkat
akibat
bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan intraokuler ini disebut glaukoma sekunder. 3laukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang ber)ungsi membuang humor aDueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pe$arnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
446 Pemeriksaan Penun"an7
21
a Pemeriksaan ketajaman penglihatan4 menggunakan kartu mata SnellenF visus dapat menurun akibat kerusakan kornea, aDueous humor, iris dan retina. b =apangan pandang4 penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glaukoma. c Pengukuran tonogra)i4 mengkaji tekanan intra okuler. d Slit =amp (iomicroscopy4 untuk menentukan kedalaman E/+ dan iridocorneal contact, aDueous )lare, dan synechia posterior. e Pemeriksaan o)talmoskopi4 mengkaji struktur internal okuler. 442 Penatalaksanaan
(iasanya hi)ema akan hilang sempurna. (ila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. @alaupun pera$atan penderita hi)ema traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah 4 enghentikan perdarahan. enghindarkan timbulnya perdarahan sekunder. engeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan
1 2 "
mempercepat absorbsi. engontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang < lain. &
(erusaha mengobati kelainan yang menyertainya. (erdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan
traumatik hi)ema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu pera$atan dengan cara konservati)Atanpa operasi, dan pera$atan yang disertai dengan tindakan operasi. Perawatan Konservati8/Tan:a %:erasi 3 Tira# barin7 (bed rest total =
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat diberi alas bantal dengan elevasi kepala "%G - <& o posisi semi )o$ler. al ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. +da banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hi)ema. (ahkan beberapa penelitian menunjukkan bah$a dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari 22
hi)ema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. stirahat total ini harus dipertahankan minimal & hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. 4 ,ebat mata
engenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. < Pemakaian obat>obatan
Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hi)ema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. ;ntuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti 4
Koa7ulansia
3olongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral, berguna untuk menekanAmenghentikan perdarahan, isalnya 4 +naro0il, +dona +E, Eoagulen, Transamin, vit K dan vit E. Pada hi)ema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti )ibrinolitik di pasaran obat ini dikenal sebagai transamineA transamic acid sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. *engan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya < kali 2&% mg dan hanya kira-kira & hari jangan mele$ati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan E/+ dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intra okular.
Midriatika Miotika
asih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. iotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. 23
Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis. +khirnya beberapa penelitian membuktikan bah$a pemberian midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval "% menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.
%-ular (y:otensive Dru7
Semua para ahli menganjurkan pemberian acetaolamide *iamo0 secara oral sebanyak "0 sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. (ahkan 3ombos dan Hasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, $alaupun ditegaskan bah$a cara ini tidak rutin. Pada hi)ema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamo0, glyserin, nilai selama 2< jam. (ila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea (ila tekanan intra okular turun sampai normal, diamo0 terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. (ila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke &-! lakukan juga parasentesa.
Kortikosteroid dan Antibiotika
Pemberian hidrokortison %,&' secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika. Perawatan %:erasi
Tindakan operati) dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior peri)er bila hi)ema total bertahan selama & hari atau hi)ema di)us bertahan selama ! hari. ntervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah < hari. *ari keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut 4 1. 9mpat hari setelah onset hi)ema total 2. icroscopic corneal bloodstaining setiap $aktu ". i)ema otal dengan dengan Tekanan ntra /kular &% mmg atau lebih selama < hari untuk mencegah atro)i optic <. i)ema total atau hi)ema yang mengisi lebih dari I E/+ selama # hari dengan tekanan 2& mmg untuk mencegah corneal bloodstaining
24
&. i)ema mengisi lebih dari B E/+ yang menetap lebih dari J-! hari untuk mencegah peripheral anterior synechiae #. Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hi)ema berapapun ukurannya dengan tekanan ntra ocular lebih dari "& mmg lebih dari 2< jam. 6ika Tekanan nta /cular menetap tinggi &% mmg atau lebih selama < hari, pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atro)i optic pada &% persen pasien dengan total hi)ema ketika pembedahan terlambat. Eorneal bloodstaining terjadi pada <"' pasien. Pasien dengan sickle cell hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 2< jam.
441 Kom:likasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hi)ema adalah perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan iridodialysis. (esarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hi)ema.
3 Perdara#an sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke " sampai ke #, sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 1% - <%'. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya. Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1A" pasien, biasanya antara 2-& hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum C hari post-trauma. 4 )laukoma sekunder
Timbulnya glaukoma sekunder pada hi)ema traumatik disebabkan oleh tersumbatnya trabecular mesh$ork oleh butirbutirAgumpalan darah. nsidensinya 2%' , sedang di 5S4 *r4 Soetomo sebesar1C,&'. +danya darah dalam E/+ dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut E/+ dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma.3laukoma sekunder 25
dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. < (emosiderosis kornea
Pada penyembuhan darah pada hi)ema dikeluarkan dari E/+ dalam bentuk sel darah merah melalui sudut E/+ menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enim )ibrinolitik di daerah ini.Sebagian hi)ema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. (ila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi be$arna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. mbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hi)ema yang penuh disertai glaukoma. emosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahanAperdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. 3angguan visus karenahemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam $aktu yang lama 2 tahun. nsidensinya 1%'." Lat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan )tisis bulbi dan kebutaan.
0 Sinekia
Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hi)ema.Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hi)ema. Peripheral anterior synechiae anterior synechiae terjadi pada pasien dengan hi)ema pada E/+ dalam $aktu yang lama, biasanya ! hari atau lebih.Patogenesis dari sinekia anterior peri)er berhubungan dengan iritis yang lama akibat trauma atau dari darah pada E/+. (ekuan darah pada sudut E/+ kemudian bisa menyebabkan trabecular mesh$ork )ibrosis yang menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Atro8i o:tik
+tro)i optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular. 26
445 Pro7nosis
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior. (iasanya hi)ema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya baik bonam karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hi)ema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan de)ek pada ketajaman penglihatan.
,A, III LAP%RA' KASUS
+namnesis dan pemeriksaan )isik dilakukan pada hari Sabtu, " :ovember 2%12 di Poli ata 5S;* +bdul @ahab Sjahranie Samarinda. 27
Sumber anamnesis 4 autoanamnesis.
33 Anamnesis Identitas :asien
:ama
4 :y. @
;sia
4 <# tahun
6enis kelamin 4 Perempuan Pekerjaan
4 (ertani
Suku
4 (utun
+gama
4 slam
Status marital 4 enikah +lamat
4 6l. @ahid asyim Sempaja Samarinda
Kelu#an utama
:yeri dan penglihatan kabur pada mata kanan
Riwayat :enyakit sekaran7
Pasien mengeluhkan nyeri penglihatan kabur pada mata kanan secara tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya 2 hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan dimana saat memotong rumput mata kanan terkena pecahan keyu yang terlempar ke mata sebelah kanan. Setelah terbentur, pasien merasa mata pasien terasa nyeri dan penglihatan pasien menjadi kabur. Keluhan mual, muntah dan nyeri kepala disangkal pasien. Pasien juga mengeluhkan mata kanannya sering mengeluarkan air mata sejak kejadian tersebut. Pada hari setelah kejadian pasien sempat diba$a ke 3* 5S;* +.@. Sjahranie, dan dikatakan bah$a lensa matanya terlepas ke bagian depan. Pasien kemudian diberikan pera$atan sementara dan diminta untuk datang ke Poli mata untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Saat pulang dari 3* pasien diberikan obat anti nyeri.
28
Riwayat Penyakit Da#ulu -
5i$ayat diabetes melitus - dan tekanan darah tinggi -
Riwayat Penyakit Keluar7a
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa.
34 Pemeriksaan 8isik
Keadaan umum
4 baik
Kesadaran
4 kompos mentis
Tanda vital
4
Tekanan darah
4 11%AC% mmg
:adi
4 C20Amenit
5espirasi
4 2%0Amenit
Suhu
4 "#,J o E
Status generalisata
4
Kepala leher 4 Status o)talmologi, pembesaran K3( -
Thora0
4 (entuk dada dan pergerakan simetris, vesikuler,
rhonki -A-, $heeing-A-, Sonor >A>, S1 S2 tunggal regular, gallop -, murmur -
+bdomen
4 )lat, soe)l, nyeri tekan -, eparA=ienA3injal tidak
teraba, bising usus > kesan normal
9kstremitas
4 akral hangat, edem -
Status %8talmolo7i Pemeriksaan
%-uli De?tra
%-uli Sinistra
?isus dasar Posisi bola mata Pergerakan bola mata
1A#% /rtoporia baik ke segala arah,
#A1& /rtoporia baik ke segala arah 29
nyeri> Palpebra superior
ematom -, laserasi -
ematom -, laserasi -
Palpebra in)erior
ematom -, laserasi -
ematom -, laserasi -
Konjungtiva bulbi
injeksi konjungtiva >, injeksi siliar > Keruh, odema > i)ema 1A" E/+, tampak bayangan lensa (ulat, re)lek cahaya >, blood cloth - $arna kecoklatan =u0atio anterior
injeksi konjungtiva -
Kornea E/+ Pupil ris =ensa Tonometri
(ulat, 5e)lek cahaya > $arna kecoklatan 6ernih
&A&,&g 1C,"
Positi)
:egative
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes 7louressen 7unduskopi
6ernih Eukup *alam
3< Dia7nosa Ker"a Sementara
i)ema /kuli *ekstra 3rade 9t Eausa Trauma Tumpul /kuli
=u0atio =entis +nterior 9t Eausa Trauma Tumpul /kuli
30 Penatalaksanaan
-
Tera:i konservati8 @Pre %: 4
30
-
(ed rest total
9levasi kepala "%o atau menggunakan 2 buah bantal
%:erati8
/perasi dilakukan pada tanggal & :ovember 2%12
dilakukan SES
Small ncisi !ataract Surgey dengan pemasangan /= ntraocular "ens Tera:i :ost o:erati8 +
Ee)adro0il 20&%% mg
+sam me)enamat "0&%% mg
Mytrol eye drop & gtt /*
3 Pro7nosis
*ubia ad bonam
,A, I P&M,A(ASA'
*ilakukan anamnesis dan pemeriksaan )isik pada pasien bernama :y.@ pada Sabtu " :ovember 2%12 di poli mata 5S;* +bdul @ahab Sjahranie Samarinda. Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dan penglihatan yang 31
kabur pada mata kanan yang muncul mendadak setelah mata pasien terkena kayu saat memotong rumput. Anamnesis
Teori
Fakta
Trauma tumpul biasanya terjadi karena
kecelakan
kekerasan,
di
ledakan,
Terjadi
akibat
rumah,
memotong
cedera
terkena kayu
olahraga, dan kecelakaan lalu lintas
ata
ata
merah
emar
5asa
sakit
Penurunan
emar
mata
kanan
merah dan nyeri disekitar mata penglihatan
dalam
$aktu mendadak
atau keluar cairan dari
Keluar
mata atau sekitarnya
rumput
saat
Keluhan 4
3ejala yang dapat timbul 4
Perdarahan
kecelakaan
air mata
disekitar mata
Penurunan
penglihatan
dalam
$aktu mendadak ual
dan muntah karena kenaikan
Tekanan ntra /kuler T/. Sakit
kepala
Pemeriksaan Fisik Status %8talmolo7i
Pemeriksaan
?isus dasar Posisi bola mata
%-uli De?tra
%-uli Sinistra
1A#% /rtoporia
#A1& /rtoporia 32
Pergerakan bola mata
baik ke segala arah
baik ke segala arah
Palpebra superior
ematom -, laserasi -
ematom -, laserasi -
Palpebra in)erior
ematom -, laserasi -
ematom -, laserasi -
Konjungtiva bulbi
injeksi konjungtiva >, injeksi siliar > Keruh, odema > i)ema 1A" E/+, tampak bayangan lensa (ulat, re)lek cahaya >, blood cloth - $arna kecoklatan =u0atio anterior
injeksi konjungtiva -
Kornea E/+ Pupil ris =ensa
Tonometri
Tes 7louressen
7unduskopi
6ernih Eukup *alam (ulat, 5e)lek cahaya > $arna kecoklatan 6ernih
&A&,&g1C,"
Positi)
:egative
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan )isik didapatkan keadaan umum pasien baik , tidak terdapat tanda cidera sistemik atau gangguan hemodinamik. Pada pemeriksaan visus mata kanan didapatkan visus yang menurun yakni 1A#% hanya dapat menghitung jari dari jarak 1 meter. Pada konjungtiva didapatkan baik injeksi konjungtiva maupun injeksi silier. Pada pemeriksaan kornea didapatkan keruh dan oedem. Pada E/+ tampak hi)ema 1A", pupil berbentuk bulat, re)lek cahaya >. Pada bilik mata depan terlihat bayangan lensa. Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan tes )louresensi dan didapatkan hasil positi) dimana bahan )louresen yang ber$arna jingga merah saat disinari memberikan $arna hijau. Tes ini dapat digunakan untuk melihat de)ek
33
pada epitel kornea. *an dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bah$a terdapat de)ek epitel kornea pada mata pasien.
Mani8estasi Trauma %kuli Teori
9rosi kornea
ridodialisa
rido)legia
ridosiklitis
i)ema
Subluksasi lensa
=uksasi lensa anterior
=uksasi lensa posterior
Katarak traumatic
9dema retina dan koroid
+blasi retina
5upture koroid
+vulsi papil sara) optic
Kasus
9rosi Kornea
=u0atio =entis +nterior
i)ema grade
ani)estasi klinis dari trauma okuli pada pasien ini berupa lu0atio lentis anterior dan hi)ema grade . =u0atio lentis anterior terjadi akibat dislokasi total lensa ke bilik mata depan. Pada pasien ini juga didapatkan hi)ema yang menutupi 1A" E/+ sehingga dikategorikan hi)ema grade . Penatalaksanaan Teori
=u0atio lensa anterior 4
9ktraksi lensa
Kasus
-
Tera:i konservati8 @Pre %: 4
(ed rest total
34
i)ema
(ed rest total dengan elevasi kepala "%%
9levasi
kepala
"%o
atau
menggunakan 2 buah bantal %:erati8
(ebat mata
/perasi ini dilakukan pada tanggal 1
+ntikoagulan
:ovember 2%12
+ntibotik dan kortikosteroid
dengan SES dan pemasangan /=
Parasintesis
serta evakuasi hi)ema
untuk
evakuasi
hi)ema
9kstraksi lensa
Tera:i :ost o:erati8 +
Ee)adro0il 20&%% mg
+sam me)enamat "0&%% mg
Mytrol eye drop & gtt /* Penanganan trauma okuli dengan lu0atio lensa anterior yaitu ekstraksi
lensa segera untuk menghindari komplikasi seperti uveitis anterior dan glaukoma karena seluruh lensa berada di bilik mata depan. Penanganan trauma okuli dengan hi)ema pada prinsipnya adalah enghentikan perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, engeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain dan berusaha mengobati kelainan yang menyertainya. al ini dapat dilakukan dengan pera$atan konservati) maupun operati). Pasien dalam kasus ini menjalani terapi konservati) berupa bed rest total dengan elevasi kepala "% %. al ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya, absorbs dari hy)ema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Pada pasien dilakukan operasi ekstraksi lensa dengan metode SES dan pemasangan /= serta dilakukan evakuasi hi)ema.
35
,A, P&'UTUP 3 Kesim:ulan
Seorang pasien bernama :y. @ pada 5abu " :ovember 2%12 di poli mata 5S;* +bdul @ahab Sjahranie Samarinda datang dengan keluhan utama nyeri dan penglihatan kabur pada mata sebelah kanan yang muncul mendadak setelah mata pasien terkena kayu saat memotong rumput. (erdasarkan anamnesis dan pemeriksaan )isik ditegakkan diagnosis kerja sementara =u0atio =entis +nterior dan i)ema 3rade /kuli *ekstra. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan operasi ekstraksi lensa dengan metode SES dan pemasangan /= serta evakuasi hi)ema. Prognosa pada pasien ini adalah dubia ad bonam
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
+sbury N Sanitato eds. Trauma *alam /)talmologi ;mum, 9disi 1C,
2.
?aughan, +sbury, 5iordan-9va eds. 6akarta4 Penerbit @idya edika. 2%%!. lyas S. Penuntun lmu Penyakit ata. 9disi 2. 6akarta 4 (alai Penerbit
3.
7K; F 2%%1. lyas S, dkk. lmu Penyakit ata ;ntuk *okter ;mum dan ahasis$a
<.
Kedokteran, 9disi Kedua. 6akarta4 E?. Sagung Seto. 2%%2. (ord SP and 6udith =. Trauma to the 3lobe and /rbit. 9mergency edicine
5. 6.
Elinics o) :orth +merica. 9lsevier nc. 2%%J =ang 3. /pthamology, a Eolor +tlas 2 nd 9dition. Thieme 4 :e$ Hork. 2%%# Schlote T, et al. Pocket +tlas o) /pthamology. Thieme 4 :e$ Hork. 2%%J 37