KUMPULAN PUISI JEMBATAN PELANGI BERBUNGA LAYU Berlinang Air Mata Hatiku Tentang Syair Pelita Matiku Dimana Jiwa Asal Riwayatku Merana Kecewa Sesal Akhiratku
Jiwaku Tumbuh Bersama Godaaan Mengembun Hilang Bersama Kenyataan Dimana Surga Tempat Menanti Di Akhirat Kelak Di Akui Berarti
Faisal Rahman Abdurahim Facebook
:
[email protected]
Email
:
[email protected]
Blog
:
http://www.mfar-abdurrahim.blogspot.com
Tiga tahun telah berlalu Aku slalu menjaga rasa dalam kalbu Sempat ada hubungan antara kita Namun telah jadi kenangan yang nyata
11 Juli kita bertemu Menjalani rasa suci denganmu Suka duka sudah ku lewati Berjalan dalam hatimu yang slalu menyakiti
Engkau tlah jadi bunga kenangan Kala itu tumbuh sumbur dalam ketenangan Namamu terukir dalam di dalam hati Takkan pernah terhapus walau aku mati
Sekolah yang mempertemukan kita Sekolah itu juga yang mengikat hubungan kita Dan disitu pulalah perpisahan kita SMPN 3 Dolo Bulubete Menyimpan sejuta kenangan untukku (Mfar 11 Juli 2008 : Tiga Tahun Menjaga Rasa)
Empat tahun lalu aku terdiam di tempat Menjaga rasa yang sbenarnya tlah berputus asa Tak ingin bertingkah tuk menuruti langkah l angkah Hilangkan sang mentari di hati yang sedang menari
11 Juli hari pertama dirimu ku cintai Mewarnai pagi dengan pelangi syurgawi
Merdu terdengar suara Bidadari „Aina bernyanyi Lantunkan puja puji syair dalam janji suci
Bisahkah sedikit kamu mau tahu Apa yang aku inginkan darimu Bisakah sejenak kamu mau mengerti aku Untuk apa aku berkorban perasaan dan waktu demu cahaya cahayamu mu
Tak kuasa jiwaku menahan sakitnya kecewa Melihat sekolah yang menyimpan banyak sejarah Disanalah pertama kali aku berani mengukir harapan Akan cinta dan cita-cita yang kini tinggal kenangan (Mfar 11 Juli 2009 : Kenangan Slama 4 Tahun)
Aku masih sama dengan setahun yang lalu Mempunyaii harapan tetap Mempunya t etap hidup bersamamu Walaupun Cahayamu kau padamkan di pagi hari Dakupun hidup dengan hati yang terhianati t erhianati Cintaku masih sama seperti dua tahun yang lalu Menjadi penjaga hatimu di sisi siang dan malam Walalupun kamu tidak mau tahu apa yang aku inginkan darimu Katidak mengertianmu untuk apa aku berkorban demu Cahayamu Diriku sama dengan tiga tahun yang lalu Mengasah harapan yang kadang putus termakan waktu Tak ingin gaun Bidadari-mu selimuti hati Malaikat lain lagi Aku pun percaya kamu kan datang seperti fajar menyinari m enyinari pagi Hatiku jua sama seperti empat tahun lalu yang punya arti Karna senyummu mengubah duniaku yang sepi Menciptakan surga yang di kelilingi taman-taman bunga yang tertata rapi Aku pun menghuni surga dengan mengagumimu secara sembunyi-sembunyi sembunyi-sembunyi (Mfar 11 Juli 2009 : Masih Tetap Sama)
Tertulis sebuah sejarah di lingkungan sekolah Sebuah kisah percintaan dalaml kenyataan Antara yang mencintai dan di cintai Antara yang di kagumi dan yang mengagumi
Selama 4 tahun ak mengitari sang mentari Berjalan dalam hatinya dengan sang rembulan r embulan Demi memiliki cahaya darinya yang ku percaya Walau aku tahu ini kan menyakitkan
Aku sudah lelah mengikuti sebuah langkah Penuh tangis yang aku rasakan mengiris Membebani jiwaku dalam kecewa Menjadi amarahku merah membara
Aku tak pandai mendustai rasa yang ku cintai Berusaha melupakannya demi kebaikan bersama Aku tak bisa dan mungkin takan pernah bisa Karna dialah Bidadari yang aku pilih Menjadi slimut jiwa ragaku dalam syurga (Mfar 11 Juli 2009 : Sebuah Sejarah)
Hari ini Umur bertambah Tak terasa Engkau sudah dewasa Hari ini Engkau tersenyum ceria Merayakan hari yang bahagia Tawa ria penuh cerita Tawa canda penuh cinta Selamat ulang tahun Selamat untukmu Wahai gadis nan cantik Senyumlah sbagai tanda kebahagiaanmu Sujudlah sbagai tanda syukurmu Karna hari ini adalah hari ulang tahunmu Ku ucapkan kepadamu Dalam puisiku Selamat ulang tahun Smoga sehat selalu Dan panjang umur Sampai waktu yang sudah di tentukan Oleh Tuha Yang Maha Esa ( Mfar 19 September 2006 : Selamat Ulang Tahun )
Nan jauh disana Terdapat sebuah cerita Cerita tentang cinta Di antara dua anak manusia Aneh tapi nyata Kebahagiaan yang ada di depan mata Namun dua hati yang bisa bersama Karna suatu perkara Di antara mereka berdua Perhatian dan senyuman mereka Menjadikan cinta itu semaki ada Di hati kedua anak cucu Adam dan Hawa Rasa kecewa pun masuk mengetuk rasa Membuatnya amat sangat terluka Karna semua yang dialaminya Selama hidupnya di dunia Kisah ini akan berakhir di suatu masa Yang takkan lama lagi tiba Dalam kehidupan mereka berdua Sekarang, besok atau lusa (Mfar : Cerita Tentang Cinta )
Adakah cinta yang tersembunyi Biarlah dia bersemayam dalam hati Adakah kasih sayang yang tersimpan Biarlah dia hidup dalam persembunyian Hari demi hari terjalani Seiring dengan masalah yang tak di mengerti Oleh diri sendiri Tentang cinta yang sejati Andai cinta itu bisa ku dapatkan Pastilah ku kan merasakan Betapa indahnya dunia percintaan Api membakar harapan Hati hancur tak karuan Air mata membanjiri pipi Pupuslah semua mimpi Bayang-bayang kekecewaan Menghantui setiap detik kehidupan Kesedihanku bersarang Dalam hatiku yang malang Wahai cinta sejati Izinkalah ku pergi Dari duniamu yang suci Agar ku tak menderita lagi (Mfar : Kecewa Karena Cinta )
Aku tidur berselimut lelah Menutup mata tuk meredam amarah Akan cinta yang kini menjauh Yang kini tinggallah kisah Aku pergi seorang diri Membawa sediku di alam sunyi Membawa cintaku di tempat abadi Agar aku tenang slamanya disini Takkan ada lagi aku yang dahulu Takkan seperti yang lalu Menyayangii cinta di setiap waktu Menyayang Walalu terluka tertusuk rindu Inilah aku yang sekarang sekarat Inilah jiwaku yang sekarang terikat Inilah tubuhku yang tertutup liang lahat Dan inilah namaku di nisan putih yang terpahat (Mfar 3 Januari 2009 : Tidurku Tuk Pergi)
Dalam api aku terbakar amarah Datangkan murkaku di langit gemuruh Di saat kau pergi tanpa alasan yang jelas Di saat kau yang hilang tinggalkan ti nggalkan luka pedih dan luas Dalam air kau hanyutkan sebuah janji Larutkan semua cinta yang suci Aku terikat derasnya kenangan pahit Aku tenggelam dalam cintamu yang sempit Dalam udarah kau tinggikan sebuah mimpi Lalu kau jatuhkan, pecah! Hancur lebur di bumi Mau tahukah kamu, sakit... sekali terasa Mau mengertikah kamu, sekarang aku sudah berputus asa Dalam tanah kau kubur aku yang menangis Tumbuh kau lepas, tinggi kau tebas Aku sudah mati dalam kehidupan Aku pun sudah mati dalam kematian (Mfar 3 Januari 2009 : Empat Eleman Sedihku)
Masa ini tak ada burung yang bernyanyi Bunga-bunga mekarpun tak tumbuh bersemi Air mataku jatuh membasahi pipi Tuk sambut mentari di pagi hari Oh Yang Agung Pencipta semesta Disini aku terpaku tanpa sepatah kata Sembunyikan Sembunyika n bebanku sendiri dalam dada
Ku hanya bisa bercerita dalam sebuah do‟a Yaa Tuhan, waktu ini terus berjalan Aku smakin terkikis dalam hayalan Langkahku semakin berat kedepan Tampaki hidup dalam ratapan Sungguh aku tak sanggup lagi Lewati hari-hari yang berat ku rasai r asai Bila ada pintu yang terbuka saat ini Izinkanlah aku pergi tidur di Sisi-Mu yang Suci (Mfar 5 Januari 2009 : Ketakutanku)
Kau seindah bunga taman surga Memiliki kecantikan alami di pandang mata Wujudmu sesuci Bidadari penghuni Surga Firdaus Cahayamu semulia Malaikat cinta yang bagus
Aku pun ingin menjadi sang penghuni surga Ingin jadi kekasihmu seutuhnya disana Apapun yang kamu inginkan kan ku penuhi Walau sayap-sayap hatiku patah tersakiti
Ini adalah hasratku sejak pertama kali bertemu Ingin memiliki keelokkan hatimu itu Agar kamu tahu aku sangat mencintaimu Agar kamu mengerti aku sangat menyayangimu menyayangimu
Namun hatimu lebih keras dari batu atau baja skalipun Balasan cintamu lebih tajam dari pedang skalipun Kau tutup rapat pintu hatimu, hancurkan semua mimpiku Aku pun mati dalam cinta yang tak bisa ku miliki darimu (Mfar 10 Januari 2009 : Dibalik Kesempurnaanmu)
Tiap tahun aku slalu tunggui Seucap kalimat darimu yang pergi Sebuah kenangan yang pernah ku beri Ku simpan rapi di hatimu yang suci
Tahun ini tak lagi ku dapati Hadiah yang ku inginkan slama ini Pemberian yang indah ku rasai Ucapan slamat ultah darimu yang ku kagumi
Aku tak butuh jabatan yang tinggi Tak butuh pula bulan yang sinari hati Aku pun tak butuh apa-apa lagi Hanya kamu, hanya kamu yang aku butuh hari ini
Dimana kekasih yang dulu ku miliki Hiasi hariku dengan sejuta mimpi Aku hanya ingin satu di ultahku ini Hanya dirimu yang aku butuh saat ini (Mfar 2 Februari 2009 : Hanya Kamu Yang Aku Inginkan)
Setelah setahun berlalu Menjalani hari satu demi satu Teriring tanpa hadirnya Cahayamu Menorehkan luka yang sangat sakit spanjang waktu
Setelah setahun kamu pergi Putuskan asaku dan nyalakan api Smua seakan mimpi buruk yang slalu ku alami Karnamu dan penghianatanmu yang ku alami
Setelah setahun aku tenggelam Larut dalam kekekcewaan yang mendalam Cinta dan cita-citaku pun menjadi kelam Menjalani hidup dengan pelita yang padam
Setelah setahun air mata ini mengalir Tak satu pun luka yang bisa terbayar Dan tak sedikit pun aku bisa berpikir Mencari kekasih hati baru yang hadir (Mfar 25 April 2009 : Setelah Setahun)
Ia menyalamiku dengan senyuman Menyejukkan Menyejukka n hatiku dengan tatapan Mungkin suatu saat nanti Dia kan menadi taqdir yang ku nanti Serpihan-serpihan hati yang kan menyatu Pergi dari masa lalu yang kini membatu Hinggap aku dalam cerita baru Berharap hatiku kembali bersujud dalalm haru Menemuinya dalam sau kedaimaian Membawa satu irama nyanyian Ku ingin dia sebagai pengganti Seutas kenangan yang terputus mati Berat langkahku tuk temuinya Khawatir dia sudah ada yang punya Namun aku hanya ingin tahu pribadinya Siapa tahu dia menjadi taqdirku selanjutnya (Mfar 25 Juli 2009 : Tentang Pengganti)
Besar akar bersabar terkubur Carut marut hayat sesaat Menawar mawar terusir membakar Terikat riwayat dicabut maut
Sumpah serapah kisah bersejarah Atas tangis mengiris nafas Amarah terpanah darah merah Lepas manis membekas luas
Bermakna sempurna nirwana disana Pujian kedamaian, nyanyian kematian Kemana warna sirna merana Pakaian kesucian, tarian kesepian
Hamparan harapan hayalan kedepan Seperti hati mati di tempati Berjalan rembulan di kegundahan kenangan Mencari jati diri tercuri (Mfar 8 Agustus 2009 : Kesetiaan Yang di Hianati)
Ini kisahku tentang seseorang Tali kasihku kenang sekarang Sewaktu tinggal di parantauan ilmu Suatu sesal kemauan bertamu
Wajahnya permata bertabur kesucian Mempunyaii air mata berbutir berlian Mempunya Kemana tinta menulis cerita Berwarna cinta tulus menderita
Hatiku berjalan sempurna bersamanya Seperti bulan purnama namanya Hening mimpi itu bermain Saling melengkapi satu sama lain
Selalu aku ingit tawa khasnya Dahulu itu terikat di jiwaku slamanya Biarkan ini menjadi rahasia Memberikan nurani abadi setia (Mfar 11 Agustus 2009 : Kisahku Tentang Seseorang)
Aku menulis sebuah sajak Merayu lepas arah jejak Sejak perpisahanku mengajukkan aduan Mengajak pilihanku temukan kerinduan Berbaris indah puisi ini Bergores pena berisi seni Ada senandung cinta disana Nada membendung tinta sederhana Wujud naskah karya sejati Bermaksud apakah percahaya hati? Terang menulis syair berpunya Tentang tangis air matanya Kenanganku bersama seorang sahabat Kebanggaanku lama melayang hebat Aku bersyukur bisa mengenalnya Dahulu terukir asa bersamanya (Mfar 14 Agustus 2009 : Tentang Seorang Sahabat)
Disini aku menungggu kepastian Menemani khayalku terbelenggu penantian Biarkan raga hancur binasa Asal surya terhambur di anggakasa Retak membisu kata langkahku Terletak di pintu cerita lelahku Hanya bahasa keluhan terucap Punya masa menahan hidup Menghapus kesendirian sang surya Terputuslan nyanyian yang terpercaya Altarpun di penuhi debu penyesalan Memutar arah abu kematian Yang hilang dan pergi Melayang terbuang nan hadir Berakhirlah setiap langkah percintaan Telah lenyap di sebuah kesetiaan (Mfar 20 Agustus 2009 : Di Ujung Kesetiaan)
Dua tahun cintaku tergantung Memelihara rasa cinta terbuang Lelah langkahku menjaga janji Satu setia sirna terpuji
Bintang terbenam memberi nasehat Hilang padam misteri jahat Bersyair bunga layu di tanam Serukan rasa sakit kegundaha kegundahan n
Sudah roboh dada bersabar Sembunyikan ragaku di usia rentah Terikat janjiku sampai mati Membusuk setiaku dalam hati
Panas batinku di sifat dinginmu Terpenjara langkahku terantai engoismu Entah kapan semuanya berakhir Air mata batinku mengalir (Mfar 20 Agustus 2009 : Sudah Dua Tahun)
Di hari yang istimewa ini Banyak hal yang ku syukuri Kemenangan Kemenanga n jiwa yang tercuci suci Dan ulang tahun sang Bidadari Takbirpun mengiringi sebuah cinta Warnai hilang sgala nestapa Cintaku pun besar punya makna Berarti slalu ada yang sempurna Tuhan-pun di hibur sang cemburu Menyanjung-Nyaa dengan syair pujian merayu Menyanjung-Ny m erayu Dia-pun Menegurku sambil menepuk hatiku Menghadirkan Menghadirka n rasa semburuku padamu Di ajarkan-Nya pada Nabi dan Malaikat Ucapkan sebuah salam shawalat Selamat ulang tahun untuk dirimu yang taat Semoga Ridha Allah padamu slalu melekat (Mfar 19 September 2009 : Ultah Sebuah Kemenangan)
Ku buat hadiah, simpan sendiri Karna tak ada guna ku beri Pasti ia menolak mengingkari Buang di lukaku pergi berlari
Aku hanya bisa ucapkan
“Selamat Ultah” dengan pelan Smoga dirinya sudah berkenan Terima hadirku dalam kehidupan
Selamat ultah untuk sang Bidadari Ini hadiahku tersembunyi menari Menjadi lambang sang mentari Untukmu yang dahulu mengakhiri
Jika kamu berikan sedikit senyuman Itu akan sangat ku syukurkan Walau itu hanya mimpi harapan Sumpah demi Allah aku takkan bangun (Mfar 19 September 2009 : Sebuah Hadiah Ultah Tersembunyi)
Terlahir kembali untuk merantau Bila ingin, aku tak mau Mencari lagi persinggahan yang berkilau Susah payah untukku menjangkau Sungguh indah bila datangnya memanggil Penantian hidup berujung ajal Pergi sudah jiwa meninggal Harapanku yang berbungkus iman dan sesal Kematian damai yang ku tunggu Menjemput dengan nada syair berlagu Smoga tak ada yang menggangu Tentang diriku sang pencinta lugu Namun demikian itu adanya Bercerita tentang harap pribadinya Membuka ta`bir rahasia berpunya Jika surga dan neraka itu nyata adanya (Mfar 21 September 2009/Idul Fitri : Menunggu Kematian Indah)
Siapakah yang mau mendengarku? Tentang luka dalam cintaku Ini sudah terlalu sakit Tak berkurang barang sedikit Dimana semua sahabat baik Apakah mereka sudah naik? Pergi kesurga tinggalkanku didunia Hidup sendiri yang sia-sia Aku butuh teman bicara Tuk menemaniku dalam cerita Bukan selembar kertas putih Membuatku lari di tempat tertatih-tatih Dimana, dimana semua nyanyian? n yanyian? Buatku terbang dalam pujian Namun sekarang hanyalah kematian Menemani tidurku dalam kesendirian (Mfar 25 September 2009 : Kesendirianku)
Sudahkkah kau temukan apa yang di sebut cinta mati? Sebuah hati yang bersayap Mampu memenuhi sgala keinginan Namun ia buka TUHAN tetapi hanya daging kecil
Sudahkah kau temukan hati yang luas bersayap? Sebuah kesetiaan yang sejati Taat bersemayam dalam hati Namun ia buka MALAIKAT tapi cinta yang suci
Sudahkah kau temukan kesetiaan yang sejati? Sebuah pengorbanan yang tulus Rela terluka asal kamu bahagia Namun ia bukan NABI tetapi sifat yang mulia
Sudahkah kau temukan pengorbanan yang tulus? Sebuah raga yang bernyawa Berdiri tegak untuk mencintaimu Namun bukan SEGALANYA tapi hanya MANUSIA biasa (Mfar 25 September 2009 : Sudahkah Kamu Temukan?)
Tak ku sangka jadinya Perpisahan ini begitu lama Entah mengapa slalu bernyawa Cinta, cintaku didalam dada Jujur! Masih ada harap Walau itu ku nyatakan lenyap Tak mungkin ada yang bersyap Yang baru pengganti hidup Ku akui smuanya berakhir Namun ku tetap menulis syair Membiarkan rasa cintaku mengalir Membiarkannyaa tetap hidup terlahir Membiarkanny Disaat cinta itu pergi Ku tak bisa bangun lagi Hanya pasrah tersirat di hati Hingga waktunya tiba ku mati (Mfar 26 September 2009 : Rasaku Yang Tersisah)
Senyummu membuat imanku luntur Gejolak jantung hatiku tak teratur Keindahanmu sangat membuatku resah Makan tidur pun aku susah
Oh..., Bidadari canti surgawi Siapakah pemilik nama itu? Ingin rasanya ku jadikan isi duniawi Sebagai mahar lamaranku untukmu
Hanya kamu yang bisa membuatku tergoda Memberiku racun atau madu di dada Hanya kamu yang aku inginkan slama ini Ungkapan cinta dan sayang dalam nurani
Aku sebut Bidadari `Aina Sebuah cahaya ILAHI bersinar di nirwana Sempai batas surga kan ku sanjung Dirimu, dirimu dalam pujianku yang berujung (Mfar 13 Oktober 2009 : Bidadari `Aina)
Di ruang hampa yang redup Aku menyendiri bersama waktu Mendengar gangguan suara hidup Tentang cintaku yang membatu
Air mata yang mengalir Membangun menara bijak terputus Aku berlindung di balik syair Matinya cintaku telah pupus
Terasa redup smua pandangan Terhampar pula smua kecewa Hilang sudah angan-angan Distiap butir buah nyawa
Inikah smua hasil pengorbana pengorbanan? n? Buat derita di atas bahagiany bahagianyaa Bukannya tak ada keikhlasan Namun hanya ingin bertanya (Mfar 20 Oktober 2009 : Hasil Pengorbanan)
Aku cuman ingin bertanya Kepada siapa yang percaya Kepada stiap hati berpunyai Memberiku jawaban yang bercahaya Dimanakah pengorbanan itu adanya Apakah harus seterang surya? Haruskah di puji balasan hadirnya? Lalu bagaimanakah membuatnya berjawa? Ku tak pandai mengatakan hanya Seolah itu kunci jagad raya Ku ingin jawaban yang sbenarnya Hadir langsung di dalam hatinya Mengapa aku bukan saya? Dimana kamu dalam waktunya?
“Supaya”? Bagaimana aku berkata “Supaya”? Jika terluka pengorban pengorbananku anku untuknya (Mfar 20 Oktober 2009 : Aku bertanya)
Luka ini ku sebut pengorbanan Kelelahan ini pun adalah pengorbanan Aku rela menjadi korban Memang aku tumbal cinta yang jadi korban
Setetes air mataku pengorbanan p engorbanan Setetes keringatku ku korbankan Menetes darahku dalah korban Memang sakit tetapi inilah inil ah pengorbanan
Terserah apa kata orang tentang aku berkorban Asalkan aku melaksanakan pengorbanan Jalani nafas dengan sgala pengorbanan Dan inilah cintaku selalu berkorban
Setiap hari aku isi dengan perngorbanan perngorbanan Menjadikan aku ornag yang bodoh berkorban Namun demi cinta aku siap berkorban Walau itu sia-sia aku korbankan (Mfar 4 November 2009 : Pengorbananku)
Putri telaga warna menari Menyanyikan syair lilin berbunga Hempasnya mimpinya ingin berlari Temukan indahnya pertama surga Langit melihat dan berucap Memberi patuah yang di kenang Sebuah jalan takkan lenyap Sebuah perjuagan yang menang Indah langkahnya yang bersuara Membangun seberkas cahaya bersinar Rangkul iman pemudah pengembara Menyampaikan cintanya yang benar Dan ketika ia jatuh Lelah mengarungi sang waktu Putus cintanya tak utuh Tertinggal dizaman yang membatu (Mfar 26 Oktober 2009 : Putri Telaga Warna)
Aku berjalan di negeri berpasir Demi mencari kata lulus Sgala rasa malasku usir Melangkah kedepan dengan tulus
Aku sekolah untuk cita Memeras keringat ketika berjalan Menembus teriknya surya bercinta Walau habis smua amalan
Kalau bukan karena itu Aku putuskan untuk berhenti Membagi deritaku bersama waktu Sampai tiba ajalku mati
Ini adalah sebuh perjuangan Sebagai bukti satu kesungguh kesungguhan an Abaikan sementara kenangan Demi kelululsan berawal kesusaha kesusahan n (Mfar 3 Nopember 2009 : Demi Kelulusan)
Dibalik senyumku ada tangis Iris tiap sudut dalam hati Mati ragaku di liang lahat terkikis Habis riwayatku tak terhenti
Dibalik sabarkupun tersembunyi amarah Merah berlambang luka kecewa Takwa yang berani membangun rumah Lemah berbungkus canda tawa
Aku berdiam di belakang asa terputus Tulus terima takdir pahit Menghimpit ragaku kini pupus Menghapus derita bertambah sempit
Aku pandai bersembunyi di samping kesedihan Kegundahan Kegundaha n yang tersimpan lama Bernama satu asalan kesalahan Kelelahan penantianku memandangi purnama (Mfar 4 Nopember 2009 : Persembunyianku)
Dikala rinduku merasuk Aku menjadi sang perusak Meracuni daging di balik rusuk Mengisinya dengan asap yang menusuk
Kini hatiku menjadi busuk Tak ada lagi tempat masuk Cerita indah menjadi mimpi buruk Jadikan ragaku smakin terpuruk
Rinduku masuk secara mendadak Sehingga aku tak bisa bertindak
Untuk berkata “Jangan, tidak! Aku ini masih mati tergeletak”
Dihadapanku memang engaku merunduk Namun engkau merunduk untuk menanduk Tutupi ketulusanku yang tak lagi terketuk Membatu jadinya pengorbananku yang terkutuk (Mfar 7 Nopember 2009 : Rindu Yang Tak di Inginkan)
Rowan-ku padam pergi mengembara Melihat dua Bidadari kembar Betapa putih beningnya raga Sehingga imanku mengalir terhambur
Kecantikannya seakan memperdayakan aku Sampai-sampai aku tak bisa memilih Kemana luka hati kan berlabuh Membuka lembaran baru yang ku damba
Salah satunya mengingatkan aku Ketika kulita Bidadari mandi di telaga Kecantikannyaa hampir memalingkanku Kecantikanny m emalingkanku Hm..., entah dimana dia sekarang
Jika itu adalah hanta Hadir langsung di depan mata Ku tentukan satu dari dua Kan menjadi jodohku walau habis masa tua (Mfar 16 Nopember 2009 : Bidadari Kembar)
Kau dahulu pernah ada Mengisi hariku dengan tangismu Smua yang ada di dada Kau curahkan kedalalm hatiku Lahirkan sebiji rasa kagum Buat pandanganku sedikit berpaling Menumbuhkah kasih bertunas alam Awal cinta dahulu terhalang Kau memang seorang sahabat Namun kau adalah setitik cahaya Sirami lukaku yang menjadi obat Menjadikanmu orang yang aku percaya Bila suatu hati kelak Disaat aku di ujung mati Harapku ada yang beridi tegak Menopangku di hatimu yang ku nanti (Mfar 28 Nopember 2009 : Sahabat Yang Ku Harapkan)
Izinkan aku menggenggam tanganmu Biarkan aku membawamu kesurga Kan ku perlihatkan kerajaan megah Ku jadikan engkau ratu disana
Dan bila saatnya telah tiba Ku bawakan padamu bulan bercampur madu manis Cicipilah! Dan izinkan aku ikut mencicipinya Berdua kita tiduri sang waktu
Biarkan aku tanggalkan sucimu dalam suciku Letakkan mahkota indahmu di samping imanku Hatimu dalam tubuhku serta namamu dalam hasratku Biarkan aku menjadi kamu dan kamu menjadi aku
Ketahuilah hai jiwa yang pergi tuk kembali! Engaku selimut untuk tubuhku Aku pun jua selimut untuk nyawamu Karena aku bersinar dan aku cahayanya (Mfar 28 Nopember 2009 : Mencumbui Cinta)
Aku masih disini Menunggu kepastian yang tidak pasti Aku pun masih ada disini Menyambung asa cinta yang sejati
Walau lelah dan slalu mengeluh Memeras keringat hati yang lemah Walaupun hidup tinggal sedikit tersisah Aku tetap berdiri disini memandang jauh Menanti hadirmu kembali untuk melengkap melengkapii kisah
Memang ini amatlah berat Namun aku sudah putuskan tuk mengikat Satu-satunya impianku yang aku ingat Mencintainya dengan tulus walau kadang luka sakit menyayat Sejak dia hadir berwujud Bidadari berhati Malaikat
Begitu besarnya cintaku padanya Tidak perduli dia perduli atau tidak Walau itu amat perih aku terima Tapi inilah perasaanku yang hanya sebatas mimpi (Mfar 14 Desember 2009 : Masih Disini Menunggumu)
Aku meniduri sang waktu Merasakan nikmatnya saling menyatu Tenggelam memeluk hadirnya mimpi Melebur selamanya di alam sepi
Aku bercinta dan bercumbu Lenyaplah smua masa kelabu Kini aku sudah peristri Satu janji sesudah mati
Madu ini terasa manis Siang malam tiada habis Walau kadang aku mendengar Bisik tangis mendayuh m endayuh menggelegar
Bersamanyalah surga duniaku adanya Tiada terpisah untuk selamanya Akupun menidurinya dengan nyanyian Tidurku bersamanya bernama kematian (Mfar 8 Januari 2010 : Menidurinya)
Sewaktu nafas masih berhembus Kau selalu melukai hati dengan pedan terhunus Di saat Aku pun jadi mayat yang membusuk Kau tetap membuatku sakit dan tertusuk
Tak puaskah Kau melukai hati sewaktu Ku hidup? Sampai mati pun, kau ingin cintaku makin redup Tak puaskah hatimu membuatku hidup terpuruk? t erpuruk? Sampai mati pun, tidurku kau selalu jadi mimpi buruk
Aku di sini ingin tidur dalam matiku yang tenang Tak ingin bangun, berjalan dalam takdir yang malang Aku di sini ingin memejamkan mata dengan nyeyak Tak mau hidup dengan nafas cintaku yang sesak
Bebaskan Aku dari sakitnya cintamu Lepaskan Aku dari perihnya bencimu Aku ini tinggallah mayat, duhai kasih! Tak inginkah kau membuatku tak lagi sedih? (Mfar 15 Agustus 2008 : Matipun Kau Lukai)
Antarlah daku kepembaringan
Iringilah dengan do‟a dalam ketenangan Jangan sekali-kali dengan ratapan Karena tak mungkin lagi kita bertatapan
Terangilah Aku dengan do‟a -do‟a bagus Agar ada sinar di kain kafan yang membungkus Sering-seringlah kalian ziarah kesini Pasti Aku akan ingat kalian di sana
Aku memang mati dalam kehidupan Tapi Aku tetap hidu dalam kematian Aku memang pergi membawa semua impian Tapi Aku selalu ada di setiap hati kalian
Lambaikanlah Lambaikanla h tangan t angan sebagai perpisahan Karena antara kita sudah ada pertemuan Kan Ku ucapkan sebuah kalimat sebelum Ku pergi
“Selamat Tinggal, Sampai Berjumpa Lagi” (Mfar 15 Agustus 2008 : Kepergianku)
Dera air mata dalam nyata Sungguh hidupKu ini tlah redup Cinta yang dulu Ku miliki telah berlalu Dia pergi dan takkan kembali lagi
Setaip arah cinta selalu ada darah Nirwana hatiku tlah sirna Di padamkannya surya agar Aku percaya Bahwa dia pergi dan takkan kembali lagi
Aku menangis dalam sifatnya yang egois Kini rasa suciku tlah jadi dosa Tak bisa menerima terhimpit takdir yang pahit Kalau dia pergi dan takkan kembali lagi
Lukaku padam tergali amat dalam Bunga nan ayu yang Ku jaga baik sudah layu Tak Ku sangka cintaku tlah jadi langka l angka Menerima dia pergi dan takkan kembali lagi (Mfar 6 juli 2008 : Dia Tlah Pergi)
Terukir indah nama di pahatan nisan Membuat semua mata bertanya dalam lisan Siapakah raga yang meninggalkan nama? Raga yang mati muda, tidur untuk waktu yang lama
Kini semua pandangan tlah melihat Sebuah nama di nisan putih yang terpahat Tulisan nama yang selalu bercbicara Demi pengorbanan cinta dengan segala cara
Aku lah sang Penguni Surga Jannatu Firdaus Pemilik nama di nisan putih yang bagus Aku lah nama yang hidup dalam percintaan Pemilik cinta yang berakhir dengan kemantian (MFAR 15 Agustus 2008 : Pemilik Nama di Nisan Putih)
Aku bercerita tentang seorang sahabat Sehembus nafas dalam hidup yang hebat Acap kali kita berkumpul sambil bercerita Tentang suka dalam senyum maupun duka dalam derita
Tiap detik waktu tlah kita lewati bersama Melangkah dengan cinta dan sebuah nama
“Persahabatan “Persaha batan Yang Selamanya Sejati” Walau kadang tiap saat kita saling menyakiti
Pencarian ilmu tlah mengikat cinta kita Setiap cinta sahabat kan jadi pelita Penerang masa lalu dalam ketenanga ketenangan n Membingkai indah dalam hubungan
Kematian tlah memutuskan seutas tali Ak tak tahu apakah kita kan bertemi kembali Relakan Aku pergi terbang tinggi kesurga Biarlah sekolah ini jadi kenangan persahabatan kita yang terjaga (MFAR 15 Agustus 2008 : Persahabatan Yang Selamanya Sejati)
Ku goreskan pena tuk sebuah syair Tapi yang ku tulis ada di atas air Stiap kata mutiara sekejap terhapus Seiring dengan asmaraku yang sudah pupus
Hanya dalam sebuah syair aku bercerita Tentang jalan cintaku yang slalu menderita Hm..., tapi aku bukanlah seorang pujangga Menjadikan hati kekasihku seakan di surga
Syairku bergoreskan hati yang sedih Karna rasaku sakit amat perih Syairku berbuahkan hidup yang kecewa Slalu jadi mayat hidup tanpa nyawa
Hanya dalam sebuah syair yang mewakili Cinta yang bersinar dan redup di Tanah Kaili Stiap syair hanya untuk dia, 19 September Yang ku tulis di pinggir pantasi Pulau Sanger (Mfar 11 Juli 2008 : Syair Yang Terhapus)
Setiap saat aku jejaki kota ini Kegelisahan dalam hati yang stiap menemani Hancurnya masa depanku berawal dari sini Smua masalah yang slama ini amat sangat sabar ku jalani
Kerasnya taqdir sudah ku nikmati Mungkin akan ku bawa sampai mati Stiap saat aku slalu mengamati Selangkah demi selangkah cobaan yang ku lewati
Di kota ini aku hanya ingin mencari Sebuah cinta dan cita-cita yang seterang mentari Namun kesedihanku terus saja menari Di atasku yang slalu menyendiri
Entah sampai kapan air mata ini membanjiri pipi Aku seakan berada di dalam gunung berapi Aku berharap deritaku ini hanyalah sebuah mimpi Saat aku tidur berselimut sepi (Mfar 17 Juli 2008 : Kota Penuh Cobaan)
Ingatkah kau sewaktu aku masih hidup? Menjadi pengagummu yang tertutup Sekarang aku telah jadi bangkai yang tak punya arti Bisakah kau jadikan ragaku itu berarti?
Dulu sewaktu nafas masih berhembus Janjiku padamu tak sempat tertebus Sekarang raga dan ruhku tak lagi bersatu Masihkah kau menagih janji itu?
Sewaktu aku masih ada hanya h anya untukmu Aku slalu menuruti kemauanmu Sekarang aku sudah terbaring kaku Merasakah aku kehilangannku?
Kala itu aku hidupkan malam Tahajjud
Ku selimuti hatimu dengan do‟a dalam sujud Sekarang aku tidur untuk selamanya
Adakah do‟a untukku yang kau punya? (Mfar 23 Juli 2008 : Pertanyaanku Sesudah Mati)
Mungkin cinta yang tumbuh dalam hati Seperti pada yang di tanam di bumi Merunduk tuk mengormati Bukan berdiri tuk menggurui
Namun cinta juga bisa membuat kita mati Tapi tumbuh dalam hidup yang tak berisi Kita ibarat petani yang menanami menanami Tapi sepanjang hari kita kan selalu merugi
Cinta itu bisa jadi perisai Bila yang menjaganya baik tuk menemani Cinta pun indah tuk sebuah karya seni Bila penanya bagus tuk memiliki
Cinta itu tajam seperti duri Menurusk perasaan dalam diri Tapi ia pun bisa jadi yang sejati Bila kesetiaan ada dalam hati (Mfar 19 September 2008 : Tentang Cinta)
Mulianya umurmu di bulan penuh berkah ini Yang menghiasi nafas dengan ibadah suci
Ku peruntuhkan sebuah do‟a dalam senyummu Smoga lebih dewasa lagi dalam hatimu
Tak ada pelangi di hari yang cerah ini Bintang pun tak ada yang menghiasi Namun ada memori yang mebingkai indah disini Ucapan Selamat Ulang Tahun yang ku tanam dalam hati
Ku pacu langkah demi sebuah harapan Dengan gundah gulana dalam ratapan Berharap harga sehembus nafas masa lalu Semoga panjang umur dan sehat selalu
Kusediakan permadani permadani dalam mimpi Sebuah syair yang tertuang dalam puisi Inilah perasaanku yang kau halang Abadi dalam kenangan yang hilang (Mfar 19 September 2008 : Sebuah Ulang Tahun)
Dalam semilir angin aku menari Tanpa ada cinta yang menemani Aku menari di atas bara api yang membara Membakar smua kecewa yang tiada tara
Aku pun menyanyikan lagu kesedihan Tetesan air mataku banjir dalam kesepian Hatiku renyuh dan hancur berantakan Tenggelam dalam tanah pemakaman
Aku hidup bersama bintang hati yang berkaca Merayap dalam tangis yang tak mudah di baca Aku tersesat dalam jalan cinta yang nyata Slalu menerima kenyataan yang ada
Tubuhku di hujani duri kecewa dalam percintaan Tak terhingga sakitnya yang ku rasakan Abadi dalam keputus asaan yang begitu perih Dan menjadi kenangan hidup yang sangat pedih (Mfar 6 Oktober 2008 : Kekecewaanku)
Bila hati sedang gundah gulana Karena di rundung sial pergi berkelana Adakah kau sempat jadi nirwana? Agar cintaku sedikit punya makna m akna Bila air mata banjir di pipi Karena perjalanan seakan tak bertepi Adakah lelahku tuk berkorban kau tutupi? Agar harapanku nyata tak berselimut mimpi Bila langkah tak sempat tuk selamat Karena raga rentah di usia muda yang mengikat Adakah kau di sampingku tuk t uk mengajariku syahadat? Agar nafasku yang singkat sempat bertaubat Bila ajalpun datang tuk bertamu Karena sudah waktunya berpisah denganmu Adakah kau hadir terakhir kalinya tuk bertemu? Agar aku bisa bersyukur telah mengenalmu (Mfar 19 Oktober 2008 : Bila)
Tlah habis lembaran buku tuk menulis Mengadu sejuta sedih yang tiada putus Kata-kata bermutiarakan tangis Terpahat sederhana di atas kertas
Sudah patah pena yang ku punya Tuk sebuah ungkapan di dalamnya Menghiasi bait-bait puisi dengan apa adanya Biar jadi sejarahku tuk selamanya
Tak ada lagi halaman tuk singgah Mengeluarkan api dalam amarah Terbakar kecewa yang ada di sgala arah Akan rasa cinta yang berkurang tak bertambah (Mfar 22 Oktober 2012 : Sudah Tidak Ada Lagi)
Sebelum denyut jantung terheti Dan sgala hidup yang ada tertutupi Pinjamkan padaku nafas jiwa suci Agar jalanku tak membawa sepi Sebelum lisanku diam membisu Dengarkanlah Dengarkanla h pintahku padamu Walaupun dua mata angin berganti waktu Bawalah dia sekarang padaku Sebelum cahaya padam tak berbekas Sungguh, dialah pelitaku dari Yang di Atas Memberiku arah tujuan hidup yang luas Dan menghiasi masa depanku yang tak terbatas Sebelum semuanya berakhir tak punya makna Hadirkanlah padaku cinta yang sempurna Agar aku tenang terbang kenirwana Dan kau akan ku tunggu dengan sabar disana (Mfar 22 Oktober 2008 : Permintaan Terakhir)
Dunia seakan tak punya wajah Darah bercucuran di semua arah Nafas hilang tak tahu rimba Semua mudah tuk di adu domba
Kekejaman terus merajai zaman Seakan selangkah pun jalan tak aman Pembunuhan ada di stiap sudut bumi Seakan kejahatan tak habis di basmi
Inilah awal berakhirnya sebuah peradaban Nyawa sudah mudah di hilangkan Uangpun bak menggantikan Tuhan Di kejar walau dalam kesusahan
Entah kapan semua ini berakhir Di saat terasingnya kaum yang berdzikir Di saat kebaikan sudah lama berlalu Ia tlah hilang di makan waktu (Mfar 19 November 2008 : Kehancuran Zaman)
Minggu 26 Desember 2004 Hindia surut mengering Hindia mengamuk dalam Perintah Hindia tuliskan bencana dalam sejarah
Minggu 26 Desember 2004 Ombak besar mengepung segenap jiwa Maut renggut puluhan ribu nyawa Hilang seketika dalam sesal dan kecewa
Minggu 26 Desember 2004 Mayat-mayat berserakan di bumi Semua arah seperti tempat yang mati Hanya tangis dam ketakutan yang tersimpan di hati
Minggun 24 Desember 2004 Semuanya hancur berantakan Tinggal puing-puing yang berserakan Yang kini jadi saksi bisu sebuah sejarah (Mfar 26 Desember 2008 : Tsunami)
TENTANG PENULIS
Nama penulis adalah Faisal Rahman Abdurrahim. Lahir di Bulubete 2 Februari 1992 M atau pada tanggal 27 Rajab 1412 H. Kegiatan keseharian penulis adalah sebagai mahasiswa di STAIN Datokarama Palu dan menjadi kader di beberapa organisasi di luar kampus. Baik itu organisasi yang berbasis Islam mau pun yang berbasis Nasionalisme. Cita-cita penulis adalah ingin menjadi seorang penulis yang betul-betul bisa menjadi refrensi bagi penulis-panulis lain. Terutama di bidang Kristologi karena penulis sedang menekuni bidang perbandingan agama ini sebagai bekal menuju kebenaran Islam di atas semua agama-agama yang mengaku benar dengan ajarannya tersebut. Selain menulis dan bergabung dengan berbagai organisasi, penulis juga mendalami tentang IT (Teknologi Informatika) secara autodidak karena berhubungan dengan Jurusan Dakwah Penyiaran Islam yang di ambil penulis selama kuliah di STAIN. Ingin membuat jaringan dunia maya itu sebagai ladang dakwah yang Insya Allah dapat memperlihatkan ISLAM itu adalah sebuah agama dan satu-satunya jalan keselamatan bagi umat manusia. Mimpi penulis dalam dunia kepenulisan adalah bertemu dengan penulis idolanya yaitu Adnan Ocktar atau di kenal sebagai Harun Yahya. Seorang penulis yang sangat profesional di bidangnya. Dan juga ingin bertemu dengan tokoh-tokoh Kristogi di antaranya adalah DR. M. Yahya Waloni, Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Lc, Ustadz H. Insan LS Mokoginta. Kristolog dunia yaitu Dr. Zakir Abdulkariem Naik yang berasal dari India dan Almarhum Syekh Ahmed Hoosen Deedat dari Afrika Selatan, semoga keselamatan tetap tercurahkan kepada beliau, amin. Ingin mempersunting seorang Bidadari yang sangat di cintai untuk menyempurnakan sebagian agama di Sisi Allah. Menjadikannya cinta yang halal untuk di cintai merupakan salah tujuan utama penulis dalam menggapai cita-cita setinggi bintang di langit. Karena hanya Bidadari itu yang di pilih penulis untuk mengisi kekosongan hati yang telah lama di tinggal pergi olehnya ( mungkin dalam hati sana sudah berdebu ) . Semoga dia selalu dalam Lindungan Allah Azza Wa Jalla, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Kritik Dan Saran : Facebook
:
[email protected]
Email
:
[email protected]
Blog
: http://www.mfar-abdurrahim.blogspot.com
RIWAYAT PENDIDIKAN Pada tahun 1998 untuk pertama kalinya penulis menimbah ilmu di bangku pendidikan. Pendidikan pertama penulis dapatkan di SD Negeri Bulubete sampai pada tahun 2004. Penulis tidak pernah masuk di Sekolah TK ( Taman Kanak-kanak ) seperti temanteman saat itu karena penulis hidup dan besar di area perkebunan para petani yang cukup jauh dari keramaian masyarakat. Semua itu tidak menjadi penghalang untuk penulis dalam hal mengejar cita-citanya, selama tinggal di kebun, Ibu Penulis yang Tercinta membelikan alat tulis menulis berupa buku dan polpen. Karena ala bisa karena biasa itulah, menulis di jadikan sebagai sebuah hobi yang menyenangkan sekali. Penulis banyak membaca buku di perpustakaan sekolah yang saat itu masih sangat sederhana sekali. Buku yang sangat di gemari penulis adalah Buku Pendidikan Agama di samping dengan Buku-buku yang lain. Di kelas 4 SD, Penulis di angkat menjadi ketua kelas sampai tamat dan mulai pada kelas 5 SD sampai tamat pula, menjadi kewajiban penulis untuk memimpin ucapara setiap hari senin. Pada tahun 2004, penulis masuk di sekolah menengah yang tidak jauh dari rumah yaitu SMP Negeri 3 Dolo Bulubete. Di sekolah inilah di mulainya masa-masa ABG bagi penulis sebagai bekal utama dalam mencari jati diri dimasa dewasa kelak. Disini, penulis banyak mengukir prestasi walaupun tidak ada pengresmian atas prestasi tersebut tetapi prestasi tersebut cukup di akui oleh kawan atau pun lawan dalam kelas. Di kelas VIII, pertama kalinya penulis bertemu dengan seseorang yang selama ini menjadi inspirasi penulis untuk menulis dan meraih cita-cita yang di impikan. Seorang yang sudah banyak mengajarkan penulis tentang sebuah hal yang patut di pertahankan hakikatnya dalam hati. Seorang yang menguatkan penulis belajar dengan giat agar bisa mendapatkan perhatiannya dan alhamdulillah di kelas ujian saat semester I dan II penulis berhasil menjadi bintang kelas dan semua itu penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang selalu
mendo‟akan dan spesilanya untuk seseorang yang telah menjadi bagian dari Ruh dalam hati penulis. Semoga lindungan Allah Azza Wa Jalla selalu tercurahkan kepadanya. kepadanya. Hobi menulis ini berawal dari pemberian buku dan polpen oleh Ibu dan hobi tersebut di kembangkan penulis di SMP ini sejak mengenal masa-masa ABG. Hal itu berawal dari tulisan-tulisan pribadi tentang seseorang yang selama ini menjadi inspirasi bagi penulis. Hal itu terus berkembang dengan banyak membaca buku-buku yang bernafaskan tentang agama Islam ini sampai dengan buku-buku tentang perbandingan agama. Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di Yayasan Pendidikan Islam Amaliah Palu. Namun karena suatu hal penulis hanya bertahan satu semester saja dan pada semester kedua panulis bersekolah di Yayasan Al-Khairaat Pusat Palu tetapi penulis hanya bertahan satu semester juga. Hal itu di karena sebuah problem pribadi yang sangat rumit sekali sebagai seorang ABG yang masih labil terhadap suatu komitmen yang di bangun bersama si pemberi inspirasi tersebut. Pertengahan tahun 2008 penulis harus mengikuti perkataan orang tua untuk sekolah di kampung lagi, walaupun keputusan tersebut amat sangat berat untuk di terima tetapi penulis tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya sekolah SMA ketiga ada di SMA N 1 Dolo Rogo, kelas jauh Dolo Selatan. Sekolah yang masih satu tahun lebih di buka dan penulis adalah angkatan yang kedua. Gedung sekolah tersebut me rupakan bekas dari gedung madrasah ibda‟iyah yang keadaanya sungguh memprihatinkan. Penulis tidak bisa berbuat apa-apa dengan semua itu, penulis harus berjuang keras untuk tetap sekolah walaupun hampir tiap hari pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Sebenarnya ada alternatif lain untuk cepat kesekolah yaitu dengan berkendara tetapi penulis adalah salah satu dari manusia yang di tumbuhi oleh kekurangan yang tidak di miliki oleh oran lain, yaitu penulis adalah orang yang cacat untuk berkendara. Sekali pun penulis cacat, semua itu tidak menyurutkan niat penulis untuk menggapai cita da cintanya, amin. Akhirnya pada tahun 2010, penulis menghadapi UN di sekolah induk yaitu di SMA Negeri 2 Dolo Rarampadende yang terletak di kecamatan tetangga. Namun sayangnya penulis tidak lulus dalam UN ini sehingga harus mengikuti Ujian Pengulangan dan penulis merupakan salah satu dari dua orang siswa yang mengulang semua mata pelajaran yang di Ujiankan saat itu. Alhamdulillah saat Ujian Pengulanga Pengulangan n tersebut penulis lulus. Di tahun yang sama penulis memutuskan untuk kuliah di Modern College Palu jurusan Komputer dan Administrasi Perkantoran selama setahun. Di kampus inilah penulis belajar dasar-dasar tentang ilmu komputer sehingga setelah lulus dari disini penulis mengembakan sendiri pengetahuan yang di dapatkan selama belajar disana. Dan di kampus ini pulalah penulis pertama kalinya belajar tentang perbandingan agama karena suatu hari penulis membaca sebuah Ebook tentang dialog KH. Bahaudin Mudhary dengan seorang Kristen. Setelah lulus pada tahun 2011 dari Modern College, penulis melanjutkan kuliah di STAIN Datokarama Palu. Sebelumya penulis merasa bingung untuk melanjutkan kuliah yaitu di antara STAIN Datokarama Palu atau STIMIK Adhiguna Palu tetapi alhamdulillah setelah meminta pendapat salah seorang teman dekat, penulis memutuskan untuk kuliah di STAIN Datokarama Palu dan lulus di jurusan Dakwah Komunikasi Penyiaran Islam hingga saat i ni.
/
THE END