Kualitas vermikompos tergantung pada jenis bahan media atau pakan yang digunakan, jenis cacing cacing tanah, tanah, dan umur vermikompos vermikompos.. Vermikom Vermikompos pos yang berkualitas berkualitas baik ditandai ditandai dengan dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20). Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (kascing) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos meru merupa paka kan n pupu pupuk k orga organi nik k yang yang rama ramah h ling lingku kung ngan an dan dan memi memili liki ki keun keungg ggul ulan an ters tersen endi diri ri dibandingkan dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini.
Keunggulan Vermikompos Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos merup merupaka akan n sumber sumber nutri nutrisi si bagi bagi mikro mikroba ba tanah tanah.. Dengan Dengan adanya adanya nutri nutrisi si terseb tersebut ut mikro mikroba ba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik Vermikompos Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban. Tanaman Tanaman hanya hanya dapat dapat mengkonsu mengkonsumsi msi nutrisi nutrisi dalam dalam bentuk bentuk terlarut. terlarut. Cacing Cacing tanah tanah berperan berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos , sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman. Vermikompos Vermikompos banyak mengandung mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah. Humus merupakan suatu campuran yang kompleks, terdiri atas bahan-bahan yang berwarna gelap yang tidak larut dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan zat organik yang larut (asam-asam dan gula). Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus pada lapisan olah tanah. Makin tinggi kadar humus (humic acid) makin subur tanah tersebut. Kesuburan Kesuburan seperti ini dapa dapatt diwu diwuju judk dkan an deng dengan an meng menggu guna naka kan n pupu pupuk k orga organi nik k beru berupa pa verm vermik ikom ompo pos s , kare karena na vermikompos mengandung humor sebesar 13,88%. Vermikompos mengandung hormon tumbuh tanaman . Hormon tersebut tidak hanya memacu perakaran pada cangkokan. tetapi juga memacu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memac memacu u pertun pertunas asan an rantin ranting-r g-rant anting ing baru baru pada pada batang batang dan caban cabang g pohon pohon,, serta serta memac memacu u pertumbuhan daun. Vermi Vermikom kompos pos mengan mengandu dung ng banyak banyak mikro mikroba ba tanah tanah yang yang bergu berguna na , seper seperti ti aktino aktinomis misete etes s 2,8×10^6 sel/gr BK, bakteri 1,8 x 10^8 sel/gr BK dan fungi 2,6 x 10^5 sel/gr BK. Dengan adanya adanya mikroorg mikroorganis anisme me tersebut tersebut berarti berarti vermikom vermikompos pos mengandu mengandung ng senyawa senyawa yang sangat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain bakter bakterii Azotob Azotobac acter ter sp. sp. yang yang merupa merupakan kan bakter bakterii penam penambat bat N2 non simbi simbioti otik k yang yang akan akan memb memban antu tu memp memper erka kaya ya N di dala dalam m verm vermik ikom ompo pos s . Di samp sampin ing g itu itu Azot Azotob obac acte terr sp juga juga mengandung vitamin dan asam pantotenat. Kandungan N vermikompos berasal dari perombakan bahan organik yang kaya N dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan N dalam bentuk vermikompos selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya N.
Vermikompos mempunyai struktur remah , sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik. Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing. maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk casting. Agregat-agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah. Dengan manfaat yang cukup banyak dan mudahnya pemeliharaan, seharusnya budidaya vermikompos ini bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan peluang tambahan lapangan pekerjaan bagi masyarakat khususnya yang tingal di pedesaan, yang sebenarnya sudah tidak asing dengan keberadaan binatang berwarna merah keunguan tersebut, secara dengan 60% mata pencaharian warga pedesaan sebagai petani, maka pemanfaatan cacing tanah dalam skala lebih luas lagi diyakini mampu menambah penghasilan yang signifikan, karena demand dari produk berbahan baku cacing dan turunannya terus mengalami pertumbuhan. Mengapa vermikompos belum membudaya di kelas petani akar rumput? kurangnya sosialisasi sehingga nilai ekonomis dari budidaya cacing ini tidak terdengar gaungnya dan kebijakanpemerintah yang lebih pro kepada penggunaan pupuk kimia yang diproduksi oleh pabrikan besar menggunakan modal asing. Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional. Prinsip Proses Pengomposan : Bahan organik tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. C/N tanah antara 10-12. Apabila bahan organik mempunyai C/N yang mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan tanaman. Prinsip pengomposan adalah menstabilkan C/N bahan organik sehingga sama atau mendekati C/N tanah. Semakin tinggi rasio C/N maka semakin lama waktu pengomposan. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko kimia melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna tanah. Proses penguraian dapat terjadi dalam keadaan aerob dan anaerob. Nisbah C/N. Bahan dasar kompos yang mempunyai C/N 20:1 hingga 35:1 sesuai untuk dikomposkan. Terlalu besar rasio C/N (>40) atau terlalu kecil (<20) akan mengganggu kegiatan biologis proses dekomposisi. Kelebihan kascing daripada kompos Walaupun sama-sama berasal dari bahan organik, dari segi pembuatan, kascing tidak memerlukan waktu sepanjang kompos atau pengadukan yang sering karena peran aktif cacing tanah. Dalam proses pembentukan kascing yang benar, bahan organik tidak menjadi panas atau
mengeluarkan bau. Sehubungan dengan gas rumah kaca, pembuatan pupuk kascing tidak mengakibatkan emisi gas rumah kaca sebagaimana proses pengomposan konvensional. Yang perlu diperhatikan adalah jumlah ampas organik untuk cacing tidak menumpuk dan membusuk sebelum dimakan cacing. Dari segi aplikasi untuk tanaman, kascing memiliki berbagai manfaat lebih dibanding kompos konvensional. Kascing umumnya lebih ‘matang’ yakni sudah terurai secara tuntas bila dibandingkan dengan kompos. Ini menjadikan kascing sebagai pupuk yang aman dan cocok dalam pembibitan (menghilangkan efek bibit terbakar yang sering terjadi bila menggunakan pupuk kimia atau kompos yang belum sempurna). Aplikasi dengan kascing umumnya tidak mengganggu ketersediaan nitrogen, dibandingkan dengan penggunaan kompos yang dapat menyerap N bila proses penguraian bahan organik belum selesai. Kandungan nutrisi kascing lebih tinggi dibandingkan dengan kompos. Kandungan N, P dan K dapat mencapai dua kali lipat kompos biasa, dan kascing juga lebih kaya akan zat pengatur pertumbuhan (ZPT) tanaman dan mikroba tanah. Keseluruhan kandungan kascing, kimiawi maupun hayati, membuat jumlah nutrisi yang tersedia dan dapat diserap tanaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kompos biasa.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu. Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan. Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.