ANALITIK INSTRUMEN KROMATOGRAFI GAS
LAPORAN Oleh Kelompok 2 Adi Kusmayadi
121424005
Aditya Febry N
121424006
Ahmad Hanif P.
121424007
Anastasia Natalisa
121424008
Andri Rismantara
121424009 (Kel.3)
Kelas 1A-TKPB Dosen Pembimbing
: Nancy
Tanggal Praktikum
: 15 Mei 2013
Tanggal Penyerahan Laporan : 22 Mei 2013
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
KROMATOGRAFI GAS A. TUJUAN 1. Mengamati pengaruh suhu terhadap retention time (RT) dan pemisahan 2. Membandingkan retention time (RT) pada keadaan isoterm dan suhu program 3. Membandingkan retention time (RT) dari larutan baku dan cuplikan 4. Mengindentifikasi ada tidaknya alkohol dalam larutan sampel
B. DASAR TEORI Kromatografi adalah suatu cara pemisahan lain yang penting didalam analisa kimia.didalam kromatografi kimia diperlukan adanya dua fase yang tidak saling menyampur,yaitu fase diam dan fase gerak.fase diam nya disini dapat berupa suatu zat padat yang
ditempatkan
didalam
suatu
kolom
atau
dapat
juga
berupa
cairan
terserap(teradsopsi) terserap(teradsopsi) berupa berupa lapisan yang tipis pada butiran-butiran halus suatuzat padat pendukung( solid solid support material ) yang ditempatkan didalam kolom.fase geraknya dapat berupa gas(gas pembawa)atau cairan. Campuran yang akan dipisahkan komponen-komponenny komponen-komponennya,dimasukkan a,dimasukkan kedalam kolom yang mengandung fase diam.dengan bantuan fase gerak,komponen-komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui fase diam didalam kolom.perbedaan antaraksi atau afinitas antara komponen-komponen campuran itu dengan kedua fase,menyababkan komponen-komponen itubergerak dengan kecepatan berbeda melalui kolom.akibat adanya perbedaan kecepatan (differential migration) migration) komponen-komponen itu terpisah satu sama lain. Pada kromatografi gas-cairan (GLC, Gas Liquid Chromatography) fase geraknya berupa gas,fase diamnya berupa cairan.partisi komponen cuplikan berdasarkan pelarutan uap komponen itu didalam fase diam.kromatografi gas-cairan sering disebut juga kromatografi gas(GC) saja.
Bagian-bagian alat kromatografi gas adalah:
Tangki
gas pembawa.gas yang bertindak sebagai fase gerak disebut juga gas
pembawa(carrier pembawa(carrier
gas).gas-gas gas).gas-gas
pembawa
yang
biasanya
digaunakan
helium,hydrogen,dan helium,hydrogen,dan nitrogen.helium digunakan bila detektornya TCD.
sepreti
Alat pengaturan tekanan(regulator ),regulator digunakan untuk mengatur tekanan gas-gas
yang digunakan.selain itu ada pengatur laju aliran gas( soap bubble flow rate mater ).bila karet ditekan akan muncul gelembung sabun,kemudian,akan didorong oleh gas pembawa,sehingga gas pembawa dapat diukur kecepatan alirannya. Injector port(tempat memasukkan cuplikan) adalah cabang untuk memasukkan cuplikan
dengan cara penyuntikan.pada saat memasukkan cuplikan waktunya harus sesingkat mungkin dan volumenya harus sesedikit mungkin.suhu injection port harus lebih tinggi dari titik didih cuplikan(20c),kalau suhunya rendah dan memasukkan cuplikan berkisar 120 μL.
Kolom adalah tempat terjadinya proses pemisahan komponen-komponen cuplikan.kolom
ini ditempatkan di dalam oven bersuhu tinggi,sehingga komponen-komponen cuplikan tempat berupa uap.jenis-jenis kolom sebagai berikut: a. Kolom kapiler,permukaan dalamnya dilapisi dengan zat cair fase diam.sifat-sifat zat cair(fase diam)yang diinginkan: ·
Sukar menguap (td 200°c)
·
Mempunyai kestabilan penas
·
Inert secara kimia
·
Mempunyai sifat sebagai pelarut (dapat melarutkan komponen-komponen cuplikan)
b. Kolom isian,biasanya mengandung zat padat pendukung ( solid support ).sifat-sifatnya zat padat pendukung yang diinginkan.
Oven Oven untuk memaksakan kolom adalah suatu thermostat,suhu optimum yang digunakan tergantung pada:
a. Titik didih cuplikan b. Tingkat pemisahan yang diinginkan Detector
Untuk mendeteksi komponen-komponen yang keluar dari kolom.detektor ini akan mengirimkan isyarat listrik kea lat pencatat(recorder ). Detector pada alat kromatografi gas ada beberapa macam,diantaranya adlah sebagai berikut ini. a. FID (flame lonisasion detector)
Secara ringkasan prinsip kerja FID ialah mula-mula dialirkan udara dan hydrogen,maka akan timbul pembakaran yang menimbulkan energi.enegi ini akan mengionisasi komponen-komponen yang nantinya akan keluar dari kolom.molekul-molekul kolom tersebut berubah menjadi ion.ion-ion positif akan tertarik ke elektroda negative sehingga arus
bertambah.arus
mengalir
melalui
tahanan
dan
menimbulkan
selisih
tegangan.penurunan teganggan yang terjadi disalurkan melalui amplifier dan masuk ke dalam suatu recorder(intergrator ).bila suatu saat kromatografi gas menggunakan FID sebagai detector sebaiknya digunakan N2 sebagai gas pembawa. b. TCD (Thermal Conductivity Detector) Detector ini bekerja berdasarkan pada prinsip bahwa benda panas akan kehilangan laju yang bergantung pada susunan gas di sekitarnya.TCD biasanya terdiri atas suatu blok logam.di dalam blok logam tersebut ditempatkan kawat hantae tipis yang berfungsi sebagai tahanan listrik dan merupakan dua tengan dari rangkaian jembatan weaststone (R 1 dan R 2).bila ada komponen keluar dari kolom dan melalui kawat tahanananya. Hal ini menyebabkan jembatan wheatstone menjadi tidak seimbang dan menimbulkan isyarat listrik.isyarat listrik tersebut akan diterusakan ke rekorder. Rekorder akan mencatat isyarat ini dalam bentuk kromatogram.bila suatu alat kromatografi gas menggunakan TCD sebagai detectot,sebaiknya degunakan He sebagai gas pembawa. Recorder (alat pencatat yang berfungsi untuk mencatat isyarat-isyarat).recorder yang
banyak digunakan pada saat ini disebut integrator yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dari pada recorder biasa.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu tinggal/ tambat (retention time) atau RT dari substansi yang dianalisis dengan waktu tambat dari suatu zat pembanding (reference). Volume gas pembawa yang diperlukan untuk mengelusi suatu dari kolom khromatografi gas disebut volume tambat/retensi. Pada kondisi tekanan tetap, maka laju alir berbanding lurus dengan waktu. Lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu komponen mulai pada saat pemyuntikan hingga keluar kolom khromatograf dinamakan waktu tinggal/ tambat/ retensi. Volume atau waktu tinggal ini diukur pada waktu puncak khromatogram, parameter ini merupakan ciri dari suatu komponen dan fasa diam cair dan digunakan untuk mengidentifikasi sample. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil analisis kualitatif yakni :
Pemilihan jenis fasa diam cair
Pengaturan suhu kolom
Kecepatan fasa gerak atau gas pembawa
Kebolehulangan (repeatability) dari penyuntikkan baik larutan maupun sample
Penambahan Unsur ke dalam Sampel (Spiking)
Metode percobaan yang paling mudah untuk identifikasi puncak adalah dengan menambahkan komponen ke dalam sampel dan mencoba untuk mengamati perubahan sebagai respon didalam spiked sampel. 1. Metode mudah 2. tidak mudah jika komponen yang lain mungkin memiliki waktu retensi yang sama. 3. Dapat digunakan untuk menunjukkan ketidakhadiran dari suatu unsur dengan menampakannya pada waktu retensi yang benar-benar berbeda. 4. Kemurnian spike harus diketahui karena ketidakmurnian dapat memberikan petunjuk yang salah. Perbandingan Data Retensi
Volume retensi suatu komponen adalah karakteristik sampel dan fase cair. Ini dapat digunakan untuk identifikasi komponen-komponen dalam sampel. Data retensi yang belum terkoreksi biasanya tidak digunakan mengingat volume retensi tergantung pada :
1. Kolom 2. Fase cair 3. Temperatur kolom 4. Kecepatan aliran 5. Jenis gas pembawa 6. Volume mati instrumen 7. Penurunan tekanan across kolom Akan tetapi hal itu dapat digunakan pada sampel yang sudah diketahui informasinya dan tersedia standarisasinya. Kemampuan instrumen dalam menghasilkan data di perlukan dalam operasional isotermal maupun terprogram. Jika semua parameter operasional dapat konstan berulang-ulang maka perbandingan data retensi sampel dapat dibuat terhadap standar.
Gambar 18.19. Perbandingan kromatogram larutan standar (B) dengan larutan sampel (A) Retensi Relatif a sebagai Data Retensi yang direkomendasikan untuk Indentifikasi sampel yang tidak diketahui. Retensi relatif a adal ah yang direkomendasikan untuk indentifikasi puncak sebagai sesuatu yang relatif ter hadap standar dan juga diperoleh dari data retensi yang disesuaikan. Ini lebih mudah diperoleh dan hanya bergantung pada jenis fase cair dan temperatur kolom.
Identifikasi dengan Logaritma Retensi
Mengambarkan grafik dari data retensi relatif atau yang disesuaikan terhadap berbagai parameter fisik senyawa atau serangakaian homologi dapat memberikan petunjuk dari identitas sampel yang belum diketahui. Identifikasi dengan Menggunakan Retention Index
Konstanta bahan terlarut Kovats Indices dan Rohschneider dapat memberikan petunjuk yang baik mengenai identitas atau jumlah karbon untuk beberapa senyawa. Data ini tersedia dalam Jurnal Kromatografi dan publikasi ASTM. Metode pergeseran puncak juga merupakan alat yang baik untuk identifikasi kualitatif. Identifikasi dengan Menggunakan Dua Detektor
Perbandingan rasio respon dari senyawa yang dianalisa oleh dua detektor yang berbeda dibawah kondisi yang telah ditetapkan bersifat karakteristik pada senyawa tersebut. Sampel biasanya dikromatografikan pada satu kolom dan kolom dibagi untuk dua detektor yang berbeda dengan yang masing-masing di rekam ke kromatogram secara bersamaan. Kedua detektor tersebut spesifik seperti detektor “flame photometric detector (FPD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa sulfur dan phos porus, detektor “electron captive detector (ECD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa halogen, sementara thermionic spesific detector (TSD) akan memberi respon pada senyawa-senyawa nitrogen dan phosphorus. Detektor-detektor tersebut diterapkan secara luas dalam analisa obat-obatan dan pestisida. Pendekatan ini umumnya direkomendasikan untuk deteksi senyawa spesifik dibandingkan general qualitative digunakan sebagai kromatogram yang sulit untuk diinterpretasikan. Identifikasi dengan Penggabungan dengan Metode penentuan Fisik lainnya Pada saat fraksi dari senyawa yang dielusi telah dikumpulkan ini memungkinkan untuk diidentifikasi oleh teknik fisik lainnya. Teknik ini termasuk : 1. Mass Spectrometry – Berhubungan langsung dengan kolom kapiler 2. Infra red spectrometry – langsung ke dalam cell sampel gas atau cair 3. Nuclear Magnetic Resonance 4. Coulometry
5. Polarography 6. UV Visible Spectroscopy 7. Atomic absorption 8. Inductively coupled plasma 9. Flamephotometry
Uji Kimia
Effluen gas dapat bergelembung pada saat meewati t abung yang berisi reagen-reagen dan rekasi dapat teramati untuk memberikan petunjuk untuk mengidentifikasi senyawa seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Metode ini mahal dan diterapkan dengan cepat.
2. Analisis Kuantitatif
Di dalam analisis kuantitatif yang harus diperhatikan adalah luas puncak kromatografi (luas kromatogrm) dari setiap komponen yang akan kita analisis. Luas setiap puncak yang terbentuk berbanding lurus dengan konsentrasi atau besar setiap puncak tersebut. Sehingga dapat di gunakan untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari setiap komponen cuplikan.
Bila luas kromatogram kita sebut sebagai A, besarnya setiap puncak kita sebut sebagai Q, maka berdasarkan pernyataan diatas, Q=A Di dalam analisa kuantitatif diperlukan laritan standar.larutan standar yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Dapat bercampur dengan cuplikan yang dianalisis b. Tidak boleh bereaksi dengan komponen cuplikan c. Hanya memberikan satu puncak dan tidak tumpangsuh (overlap) dengan puncak puncak komponen cuplikan d. Mempunyai waktu retensi (RT) yang tidak jauh berbeda dengan waktu retensi komponen cuplikan Ketelitian analisis kuantitatif dengan kromatografi gas sangat bergantung kepada kelinieran detektor. Setiap detektor memberi tanggapan yang berbeda terhadap setiap komponen cuplikan. Faktor tanggapan ini harus diketahui,disamping itu jika kondisi alat kerja berubah, tanggapan detektor pun akan berubah.. Untuk memperoleh hasil analisis yang akurat, maka kemurnian gas pembawa, kecepatan alir gas pembawa, suhu detektor, arus kawat pijar, tahanan dan tekanan didalam detektor harus selalu tetap. Jika salah satu kondisi ini berubah drastis, kinerja detektor pun akan berubah. Beberapa metode yang penting yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif: a. % Luas (% AREA,% AR) Metode ini menyebutkan konsentrasi setiap komponen dalam cuplikan berbanding lurus dengan luas kromatogram dari komponen tersebut, dapat dituliskan: Qn = An / Atotal Atotal = jumlah luas semua kromatogram An
= luas kromatogram komponen n Kekurangan dari metode ini adalah tidak adanya koreksi untuk kepekaan
detektor terhadap setiap komponen culikan. Kesalahan analisis berkisar antara 1015%.
b. Normalisasi (NORM) Dalam metode ini sudah ada koreksi terhadap kepekaan detektor (sudah ada faktor koreksi), sehingga diperoleh Q = f x A. Maka rumusnya sebagai berikut: Qn = f n x An f tot x Atot f adalah faktor koreksi untuk setiap komponen c. Metode Standar Dalam (ISTD) Dalam metode ini digunakan larutan standar yang sudah memenuhi persyaratan. Kedalam cuplikan ditambahkan suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (Qst) dan membentuk campuran yang homogen. Metode ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan kurva standar.
C. ALAT DAN BAHAN Alat
Bahan
Seperangkat alat kromatografi gas
Intergrator HP 3390 A
Alat suntikan (syringe) 10 L
Etanol
Buble flow meter
Propanol
Butanol
Larutan Sampel 1
Larutan Sampel 2
Parfum
Tabung gas hidrogen, nitrogen, dan udara tekan
D. PROSEDUR KERJA 1. Menyalakan GC dan detektor FID
1.Menghubungkan alat GC dengan sumber listrik 2.Men alakan GC
Membuka kran gas udara tekan( memutar kran berlawanan arah jarum jam) lalu atur tekanan sampai menunjukkan 1,25 kg/cm2 untuk H 2 dan 3,5 kg/cm2 untuk udara
Memutar tombol AIR ke arah kiri secara penuh
Membuka kran gas N2 berlawanan arah jarum jam + atur tekanan regulator 3 1 k /cm2
1.Stopwatch pada GC tekan tombol TIME 3X 2.Menekan tombol DET pilih A lalu ON
Menekan tombol IGN FID sambil memutar tombol gas H 2 sampai terdengar bunyi letupan pada detektor (atur tekanannya)
Membuka tombol gas N2, pilih INJ PORT A, perhatikan arah pemutaran → jarum regulator bergerak
Memasang bubble flowmeter dan pilih detektor A, atur kecepatan N2 pada 15 mL/menit
memeriksa uap air yang timbul dengan lempengan besi
OVEN TEMP pada ON
DET TEMP A pada 150 lalu ENTER
INJ TEMP A pada 150 lalu ENTER
Melakukan pengaturan suhu
2. Menyalakan integrator
Menyalakan integrator
Memasukkan program dengan menekan tombol
OP () lalu 1 ENTER. Masukkan tanggal dan waktu
ZERO lalu 5 dan ENTER
CHT SP lalu 0,5 dan ENTER
ATT2 lalu 9 dan ENTER
3. Analisis Kuanlitatif
Suhu Isoterm Atur suhu kolom
INIT TEMP :
FINAL TEMP :
RATE : 0
100 ENTER
100 ENTER
Memastikan lampu NOT READY pada GC tidak menyala
Suntikan larutan dibawah dengan syringe (
per 1 larutan disuntikan setelah 1larutan selesai prosesnya)
Etanol 2 L
Propanol 2 L
Sampel 1 2 L
Menekan secara bersamaan tombol START pada GC dan integrator
Sampel 2 2 L
LIST dua kali
Pada integrator mucul laporan RT, TOTAL AREA, TYPE, AR/HT, AREA %
Menekan secara bersamaan tombol STOP pada GC dan integrator
Suhu Program Mengubah suhu kolom
INIT TEMP :
FINAL TEMP :
RATE : 0
100 ENTER
100 ENTER
Memastikan lampu NOT READY pada GC tidak menyala
Suntikan larutan dibawah dengan syringe (
per 1 larutan disuntikan setelah 1larutan selesai prosesnya)
Etanol 2µL
Propanol 2µL
Sampel 1 2 µL
Menekan secara bersamaan tombol START pada GC dan integrator
Sampel 2 2 µL
Pada integrator mucul laporan RT, TOTAL AREA, TYPE, AR/HT, AREA %
Menekan secara bersamaan tombol STOP pada GC dan integrator
4.
Analisis Kuantitatif
Menggunakan suhu terprogram
Buat larutan etanol 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dengan kandungan propanol 10%
Memasukkan larutan pada syringe
2 µL
2 µL
2 µL
2 µL
2 µL
2 µL
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
etanol
etanol
etanol
etanol
etanol
etanol
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Memastikan lampu not ready pada GC tidak menyala
Suntikan pada GC Menekan secara bersamaan tombol START pada GC dan Cintegrator
Menekan secara bersamaan tombol STOP pada GC dan integrator
Ulangi langkah ini pada setiap larutan
5. Mematikan alat GC Menurunkan suhu sampai 60oC
Menekan tombol
OVEN TEMP 60 ENTER
INIT TEMP 60 ENTER
FINAL TEMP 60 ENTER
INJ A TEMP 60 ENTER
Menutup kran utama tabung gas H2, tunggu regulator hingga 0 dan menutup tombol H 2 pada alat GC
Menutup kran utama tabung udara tekan dan N 2
Menutup tombol AIR pada alat GC
Mematikan DET, INJ, dan OVEN DET A/B OFF INJ A/B OFF
Menutup tombol gas bersama pada alat GC
Mematikan alat GC dengan menekan OFF
Mematikan integrator dengan menekan ON/OFF
DET A TEMP 60 ENTER
I.
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Analisa Kualitatif Kromatografi Gas
Jenis Kolom : Packed Chrom Kecepatan Gas Pembawa :15 mL/menit Spesifikasi GC
Packing: 5% 9W 20 M on Chrom
WHP : 80-100 Mesh
Dimension : 6’ x ¼” SS
Batch : 8072-2
COL NR : 3
T Max : 250oC
Rem : JV
CHROMPACK
Kondisi Operasi GC Suhu Terprogram
Isoterm
-
Carrier flow
: 150 kPa
-
Carrier flow
: 150 kPa
-
Oven temp
: 150oC
-
Oven temp
: 100oC
-
Oven max
: 250oC
-
Oven max
: 250oC
-
Initial temp
: 100oC
-
Initial temp
: 75oC
-
Initial time
: 0,10
-
Initial time
: 0,10
-
Final temp
: 100oC
-
Final temp
: 125oC
-
Final time
: 0,10
-
Final time
: 0,10
-
Rate
: 0 deg/min
-
Rate
: 5,0 deg/min
-
Inj A temp
: 100oC
-
Inj A temp
: 150oC
-
Det A temp
: 100oC
-
Det A temp
: 150oC
Kondisi Operasi Integrator
Attenuasi
=9
CHT SP
= 0,5
PK WD
= 0,04
Peak Capacity
= 1159
THRSH
=0
AR REJ
=0
a.Pengaruh suhu kolom
Senyawa
Suhu Isoterm
Suhu Terprogram
RT
RT
Etanol
2,12
Propanol
2,50
Campuran
2,14
(Etanol + Propanol)
2,43
Sampel 1 (Parfum)
Sampel 2(Root Beer)
b.Analisis Kualitatif
Suhu Isoterm
INIT TEMP
= 100 oC
RATE
=0
FINAL TEMP = 100 oC
Suhu Terprogram
INIT TEMP = 75 oC
RATE = 5oC
FINAL TEMP= 125oC
0
Cara RT netto
Suhuisotermal
Suhuterprogram
Senyawa Jumlah Puncak
RT
Jumlahpuncak
RT
Etanol
1
2,12
Etanol + Propanol
2
Parfum
-
-
1
Rootbeer
-
-
0
Analisis Kuantitatif Kromatografi Gas
a.
Kondisi Percobaan:
2,14
2,43
2,04
0
Nama Kolom:Packed Chrom
Jenis Detektor: Flame Ionization Detector
Jenis Gas Pembawa: N 2
Program Suhu yang digunakan: Suhu terprogram
Laju alir gas pembawa: 15 mL/menit
Suhu Kolom: 150
Suhu detektor: 150
Suhu injektor: 150
Suhu oven: 150
Suhu awal: 75
Suhu akhir: 125
b. Metode yang digunakan: Data Area Propanol dan Etanol larutan Standar Konsentrasi Etanol Area Etanol
Area Propanol
3810400
0
Area etanol / area propanol 0
(%) 0 2
1005400
3635600
0.2765431
4
1180000
4005800
0,2945729
6
1341900
2229600
0,6018568
8
1530700
2384700
0,6418837
10
Kurva Larutan Standar
Kurva Kalibrasi AR Etanol/AR Propanol terhadap Konsentrasi Etanol 12 l o n 10 a p o r 8 P R A 6 / l o n 4 a t E R 2 A
y = 13.15x + 0.9873 R² = 0.9365
Linear (AR E/AR P)
0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
Konsentrasi Etanol(%)
Data Area Propanol dan Etanol Sampel Sampel
Area etanol
Sampel 1 (Parfum)
Area Propanol
Area Etanol/Area Propanol
1469800
3927600
0.3742224
0
3728500
0
Sampel 2 (Root Beer)
Perhitungan Konsentrasi Sampel Persamaan linear : y = 13,15x + 0,9873
Sampel 1 (Parfum) y = 13,15x + 0,9873
X= 0,10354% Karena sebelumnya telah diencerkan sepuluh kali,maka konsentrasi etanol sebenarnya: 7,055 x 10 = 70,55 %
Sampel 2 (Root Beer) y = 13,15x + 0,9873
X= 0,0354 % 0,0354% x 10 = 0,354%
Sampel 3 (Kratingdeng) Y = 0,0799x – 0,0276
X= 0,0354 0,0354% x 10 = 0,354%
Daftar Pustaka
Kok, Tjie, 1997, “Khromatografi Gas Teori dan Instrumen”, vol15, Mei, pp 1 -6, Kristal. Widiastuti, E, dkk., 2000, “Petunjuk Analitik Instrumen”, Diktat praktikum, bab Khromatografi gas, Teknik Kimia, Polban. Harold M. McNair and Ernest J. Bonelli,”Basic gas chromatography”, 5th edition, 1988 Muhammad Mulja, DR. H. “Perkembangan instrumentasi kromatograf gas”, Airlangga University Press- Surabaya, 1994. Nancy Siti Djenar, “Kromatografi gas”, Modul Buku Ajar, Jurusan Teknik Kimia, Polban, 2000. Widiastuti, E, dkk, “Petunjuk praktikum analitik instrumen”, Diktat praktikum Teknik Kimia, Polban. Wiryawan, Adam.2011.”Analisis Dengan Kromatografi Gas”. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/analisis-dengan-kromatografi-gas/ (diakses pada tanggal 21 Mei 2013)