Nama: Atika Agustavia Maharani NIM
: 14804241020
Prodi : Pendidikan ekonomi A
SUMBER DAYA ALAM
1. Konservasi adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan sumber daya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumber daya alam tetap tersedia. Tindakan konservasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : a. Melakukan perencanaan terhadap pengambilan sumber daya alam, dengan pengambilan yang terbatas dan tindakan yang mengarah pada pengurasan perlu dicegah b. Mengusahakan eksploitasi SDA secara efisien yakni dengan limbah sesedikit mungkin c. Mengembangkan sumber daya alternatif atau mencari sumber daya pengganti sehingga sumber daya alam yang terbatas, jumlahnya dapat disubtitusikan dengan SDA jenis lain d. Menggunakan unsur-unsur teknologi yang sesuai dalam mengeksploitasi SDA agar dapat menghemat penggunaan SDA tersebut dan tidak merusak lingkungan e. Mengurangi, membatasi, dan mengatasi pencemaran lingkungan karena pencemaran akan berpengaruh terhadap cadangan SDA semakin cepat habis karena kepunahan terutama jenis SDA biologis Bentuk konservasi ada 2 yaitu : a. Konservasi Insitu Konservasi Insitu merupakan usaha pelestarian yang dilakukan di habitat aslinya. Konservasi ini merupakan konservasi tempat/sumber daya genetik dalam populasi alami tumbuhan/satwa misalnya sumberdaya genetik hutan dalam populasi
alami
spesies
pohon.
Dengan
tujuan
melindungi
spesies
tanaman/hewan yang terancam punah di habitat aslinya. Pelestarian insitu dilakukan di tempat yang dilindungi oleh pemerintah, dimana segala flora dan fauna yang ada di dalamnya tidak boleh diganggu
Contoh
konservasi
Insitu
Taman Nasional ujung kulon berada di daerah Tatar Pasundan bagian paling barat Pulau Jawa. Kawasan ini dinamai Ujung Kulon lantaran letaknya di ujung
Pulau Jawa bagian barat. Taman nasional ini mulai dikembangkan sebagai kawasan cagar alam sejak tahun 1820-an, atau setelah munculnya gagasan dari para sarjana kolonial Hindia-Belanda yang datang ke Pulau Jawa untuk menciptakan kawasan konservasi alam di Ujung Kulon. Kawasan ini memiliki zona inti seluas kurang lebih 120.551 ha yang terbagi menjadi 76.214 ha berupa daratan dan 44.337 ha berupa lautan dan daerah berbatu karang. Zona inti yang berfungsi sebagai cagar alam dan suaka margasatwa ini memiliki berbagai macam keistimewaan, di antaranya keanekaragaman jenis biota laut, darat, dan satwa langka. Satwa langka yang dimaksud di atas salah satunya adalah badak Jawa bercula satu [rhinoceros sondaicus] atau yang biasa disebut bacusa. Hewan langka ini merupakan salah satu ciri khas Taman Nasional Ujung Kulon dengan tingkat populasi sekitar 50—60 ekor. Habitat lain dengan populasi lebih rendah [kurang dari 10 ekor] berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Populasi satwa yang termasuk kategori hewan purba tersebut kini terancam punah karena tindakan para kolektor cula [tanduk] badak, namun wisatawan masih dapat menyaksikan wujud dan kehidupan mereka di sini. Di kawasan ini, terdapat beberapa satwa liar dan langka lainnya, seperti rusa, mancak, banteng Jawa (bos javanicus), primata [monyet dan simpanse], babi hutan, rase lemur,
lutung (presbytis cristata), gibon Jawa (hylobates moloch), anjing hutan (coun alpinus), kucing batu (felis bengalensis), harimau (panthera trigis), suruli (presbity aygula), dan 270 jenis burung. Kekayaan lainnya berupa biota laut, salah satunya ialah keindahan terumbu karang yang menjadi sumber makanan dan tempat berlindungnya ribuan jenis ikan laut. Karenanya, konservasi terhadap terumbu karang menjadi perhatian besar pengelola taman nasional. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengelola pada wisatawan ialah rusaknya terumbu karang berarti juga ancaman bagi ekosistem ribuan ikan yang ada di zona laut di kawasan taman nasional ini. Kekayaan lain yang juga menjadi keistimewaan kawasan ini ialah tumbuhnya berbagai vegetasi tropis di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon—di area hutan lindung yang di dalamnya terdapat gunung dan pulau-pulau. Taman nasional ini memiliki lebih dari 700 spesies tanaman di mana sedikitnya 57 jenis dari jumlah keseluruhan termasuk dalam klasifikasi tanaman langka di Jawa, bahkan di dunia. Kelestarian berbagai tanaman ini terus dijaga karena memengaruhi lestarinya alam secara keseluruhan, seperti kehidupan hewan, kesuburan tanah, keasrian kawasan, dan bersihnya udara dari pengaruh polusi udara. Wisatawan tak hanya akan menjelajahi dan menikmati kawasan dengan kekayaan alam yang sangat mengesankan tersebut, melainkan juga dapat belajar bagaimana menghargai alam. Jadi dapat dikatakan bahwa Taman Naional Ujung Kulon merupakan tempat pelestarian fauna yang hampir punah, salah satunya adalah badak bercula satu yang merupakan hewan dengan habitat aslinya berasal dari daerah tersebut. Badak bercula satu ini terancam punah akibat habitatnya rusak dan adanya perburuan yang tidak terkendali. Selain itu fauna langka yang lainnya meliputi banteng jawa, macan kumbang dan rusa terdapat dalam Taman Nasional Ujung Kulon. Bentuk Konservasi yang dilakukan Taman Nasional Ujung Kulon merupakan suatu wadah untuk menjaga kelestarian hewan endemik atau hewan yang berasal dari habitat aslinya dari daerah Jawa Barat. Selain pelestarian badak bercula satu dalam taman Nasional ujung kulon juga memelihara serta melestarikan beberapa satwa liar dan langka lainnya, seperti rusa, mancak, macan kumbang, rusa, banteng Jawa (bos javanicus), primata [monyet dan simpanse], babi hutan, rase lemur, lutung (presbytis cristata), gibon Jawa (hylobates moloch), anjing hutan (coun alpinus),
kucing batu (felis bengalensis), harimau (panthera trigis), suruli (presbity aygula), dan 270 jenis burung. Selain hewan dalam Taman Nasional Ujung Kulon
juga memelihara
keanekaragaman jenis biota laut, darat. Kekayaan yang berupa biota laut dalam Taman Nasional Ujung Kulon, salah satunya ialah keindahan terumbu karang yang menjadi sumber makanan dan tempat berlindungnya ribuan jenis ikan laut. Karenanya, konservasi terhadap terumbu karang menjadi perhatian besar pengelola taman nasional. Kekayaan lain yang juga menjadi keistimewaan kawasan ini ialah tumbuhnya berbagai vegetasi tropis di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon—di area hutan lindung yang di dalamnya terdapat gunung dan
pulau-
pulau.
Taman
nasional
ini
memiliki
lebih
dari
spesies
700
tanaman
di
mana
sedikitnya 57 jenis dari jumlah keseluruhan termasuk dalam klasifikasi tanaman langka di Jawa, bahkan di dunia.
b. Konservasi Eksitu Merupakan konservasi yang melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambil dari habitat yang tidak aman keberadaanya atau terancam dengan cara ditempatkan ditempat yang sesuai melalui perlindungan manusia Contoh Konseravasi Eksitu
Taman Nasional Wasur yang terletak di Kabupaten Merauke 04′ – 09º 07′ LS. Taman Nasional Wasur berada di bagian tenggara Pulau Papua. Wasur sebenarnya nama salah satu desa yang berada di dalam taman nasional, yang berasal dari kata Waisol, yang dalam bahasa Marori berarti kebun. Kawasan taman nasional Wasur sebagian besar tergenang air selama 4 – 6 bulan dalam setahun, dan merupakan perwakilan lahan basah yang paling luas di Papua. Lahan basah di kawasan ini memegang peranan yang sangat penting, terutama sebagai
habitat
keseimbangan
burung
dan
migran.
integritas
Siklus
habitat.
airnya
Pada
merupakan
musim
kering,
pemelihara airnya
surut
membentuk rawa-rawa permanen yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh parit-parit yang mengalirkan airnya ke laut. Rawa-rawa disini merupakan pendukung kehidupan makhluk hidup yang hidup di kawasan ini. Taman Nasional Wasur memiliki luas mencapai 413.800. Taman Nasional yang
merupakan
lingkungan
hidup
dari
berbagai
kesatuan
individu
organismeorganisme yang bermacam-macam jenisnya. Berbagai variasi dari populasi yang ada membentuk keberagaman yang menjadikan ekosistem yang ada di dalam Taman Nasional ini menjadi warisan alam yang harus selalu dijaga dan dilestarikan. Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa vegetasi savana, sedang sisanya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain api-api ( Avicennia ( Terminalia
sp.), tancang ( Bruguiera
sp.), ketapang
sp.), dan kayu putih ( Melaleuca sp.).Di kawasan ini juga dapat
dijumpai flora eksotik, seperti: Eceng gondok ( Eichornia crassipes ), Kelampis air/putri
malu
raksasa
(
Mimossa
pigra
),
Semak
ekor
tikus/jarong
( Stachyiarpheta urticaefolia ). Dijumpai pula tumbuhan lain yang berpotensi mengancam kelestarian flora fauna endemik antara lain tebu rawa ( Hanguana sp), selada air ( Pitsia sp), salvima ( Salvinia sp), sidagori ( Sida acuta ) dan tahi ayam ( Lantana camara ), serta acasia berduri ( Acaccia nilotica ). Selain Flora Taman Nasional Wasur juga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat sekitar 80 jenis mamalia dan 399 jenis burung, sehingga merupakan wilayah yang paling kaya akan jenis burung di Irian Jaya. a. Mamalia: terdapat 34 spesies dari 80 species yang diperkirakan ada dan 32 spesies diantaranya adalah satwa endemik Irian Jaya. Mamalia besar asli yang terdapat di kawasan Taman Nasional Wasur adalah tiga marsupial yaitu kanguru lapang (Macropus agilis), kanguru hutan/biasa (Darcopsis veterurn) dan kanguru bus (Thylogale brunii). Marsupial karnivora di dalam kawasan ini adalah musang hutan (Dasyurus spartocus) yang merupakan satwa endemik untuk kawasan Trans-fly . Mamalia lainnya antara lain kuskus berbintik (Spilocuscus maculatus), Petaurus breviceps (diketahui oleh masyarakat setempat sebagai tupai), Dactylopsa trivirgata semuanya terdapat di sekitar hutan pantai, landak irian bermoncong pendek, tikus berkantung, kucing berkantung, kalong, dan kelelawar b. Burung: Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman burung yang tinggi. Tercatat 403 species dan 74 species diantaranya endemik Irian Jaya dan diperkiraan terdapat 114 species yang dilindungi. Jenis-jenis burung tersebut antara lain burung garuda irian (Aquita gunisyei), cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), kakatua (Cacatua sp), mambruk ( Crown pigeons ), kasuari (Cassowary), elang (Circus sp), alap-alap ( Accipiter sp), Namdur (Ailuroedus sp), tetengket (Alcedo sp), belibis (Anas sp), dan cangak (Ardea sp). c. Reptil: tercatat 21 jenis reptil, yaitu 2 jenis buaya (Crocodylus prosus dan Crocodylus novaguineae), 3 jenis biawak (Varanus sp), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp), 8 jenis ular (Candoidae, Liasis, Phyton) dan 1 jenis bunglon (Calotus jutatas). Sedangkan jenis katak yang tercatat hanya 3 jenis yaitu katak pohon (Hylla crureelea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata) dan katak hijau (Rana macrodon). d. Ikan: Kawasan Taman Nasional Wasur merupakan lahan basah yang luas, dimana banyak kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman hayati dalam kawasan. Pada kawasan ini terdapat 39 jenis
ikan dari 72 jenis yang diperkirakan ada, dan 32 jenis diantaranya terdapat di danau Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di sungai Maro. Banyak spesies ikan yang unik di kawasan ini seperti misalnya Scleropages jardinii, Cochlefelis, Doiichthys, Nedystoma, Tetranesodon, Iriatherina dan Kiunga. Selain itu juga terdapat jenis-jenis ikan lain seperti Oxyeleotris firnbriata, Glassornia aprian, Ambassis, dan Arius , serta ikan kakap (Lates calcarifer) yang memiliki arti penting bagi perekonomian penduduk sekitar kawasan. e. Serangga: Informasi jenis-jenis serangga dalam kawasan Taman Nasional Wasur masih belum banyak diperoleh, namun telah tercatat sebanyak 48 jenis, diantaranya rayap (Tumulitermis. sp dan Protocapritermis sp), kupukupu (Ornithopera priamus), dan se mut (Fomicidae, Nyptalidae. Pieridae) . Selain jenis-jenis fauna asli sepenti tersebut di atas, di dalam kawasan Taman Nasional Wasur juga terdapat jenis-jenis Fauna eksotik, sepeti sapi (Bos sp), babi (Sus scrofa), rusa (Cervus timorensis). kuda, anjing, kucing, bekicot (Achatina fulica,), keong dan bermacam–macam species ikan seperti betik (
Anabas
testudineus),
gabus
(Crassius
auratus,).
mujair
(Oreochromis
rnossambica), dan tawes (Cyprinus carpio). Taman nasional ini merupakan aset kabupaten merauke untuk menjamin kestabilan alam dari segala interaksi sosial masyarakat disekitarnya, Tetapi dalam kenyataannya keberadaan Taman Nasional Wasur ini sendiri mulai mendapat ancaman yang dapat mengganggu kehidupan ekosistem didalamnya, sehingga upaya pelestarian warisan alam ini tentu menjadi tidak mudah dengan permasalahan yang ad. Maka perlu di hadirkan sebuah sarana yang dapat menjadi wadah arsitektural sebagai Pusat Konservasi Eksitu yang melindungi dan menjamin kelestarian ekosistem didalamnya, dan juga sebagai sarana informasi untuk masyarakat umum.
Bentuk Konservasi yang dilakukan Bentuk Konservasi dalam Taman Nasional Wasur yaitu melestarikan beraneka ragam flora dan fauna. Terdapat Flora eksotik yang dilestarikan, seperti: Eceng gondok ( Eichornia crassipes ), Kelampis air/putri malu raksasa ( Mimossa pigra ), Semak ekor tikus/jarong ( Stachyiarpheta urticaefolia ). Selain
Flora Taman Nasional Wasur juga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat sekitar 80 jenis mamalia terdapat 399 jenis burung, terdapat sebanyak 21 jenis reptil, terdapat 39 jenis ikan, terdapat sebanyak 48 jenis serangga dan di dalam kawasan Taman Nasional Wasur juga terdapat jenis-jenis Fauna eksotik, sepeti sapi (Bos sp), babi (Sus scrofa), rusa (Cervus timorensis). kuda, anjing, kucing, bekicot (Achatina fulica,), keong dan bermacam–macam species ikan seperti betik ( Anabas testudineus), gabus (Crassius auratus,). mujair (Oreochromis rnossambica), dan tawes (Cyprinus carpio). Namun Pada kenyataanya kondisi hutan Taman Naional Wasur yang mulai terancam ini diidentifikasikan terdapat masalah-masalah yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya : fasilitas penunjang kegiatan pelestarian dan konservasi yang belum maksimal dan belum adanya sarana terpusat yang dapat diigunakan sebagai sumber informasi untuk masyarakat umum, sebagai solusi dari masalah ini maka dianggap perlu untuk menghadirkan suatu rancangan arsitektural sebagai sarana untuk mewadai semua aktifitas konservasi dan mendukung tugas-tugas pokok dari Taman Nasional Wasur dengan orientasi terpusat kearah objek
rancangan,
sehingga
mampu
memberikan
informasi
edukasi
bagi
masyarakat dan memaksimalkan potensi rekreasi sebagai strategi untuk menarik perhatian
dari
masyarakat
local
dan
wisatawan
secara
umum.
Tema
Perancangan untuk Taman Nasional Wasur yaitu Simbiosisme Arsitektural. Simbiosis style adalah suatu gaya arsitektur dimana mengekspresikan sesuatu hubungan simbiosis antara satu bagian pada arsitektur dengan bagian yang lain, yang mana didalamnya juga terdapat simbol-simbol yang mengekspresikan kehidupan biotik. Sehingga Kisho Kurokawa sebagai salah satu pencetus style ini mengidentifikasikan Simbiosisme Arsitektural sebagai suatu gaya arsitektur yang mana mengkombinasikan sesuatu yang berlawanan secara simbiosis. 2. Deplisi yaitu cara pengambilan SDA secara besar-besaran yang biasanya demi memenuhi kebutuhan akan bahan mentah. Deplisi juga merupakan pengurasan SDA yang ada bagi sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, sedangkan bagi SDA yang ada bagi sumber daya yang daoat diperbaharui, deplisi akan menimbulkan
dampak
terhadap
lingkungan
hidup
yang
pemulihannya
memerlukan waktu yang cukup lama. Jadi deplisi merupakan keputusan pemanfaatan SDA untuk memenuhi kebutuhan yang sebanyak-banyaknya pada
masa sekarang dan tidak mempertimbangkan pemanfaatan pada masa akan datang. Contoh kegiatan Deplisi :
Di kabupaten Ketapang sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional Gunung Palung ( TNGP ). Sudah sekitar 5 tahun penjarahan itu berlangsung. Sekitar 80 % dari 90.000 ha luas TNGP sudah dirambah para penebang dan mengalami rusak berat. Para penebang yang dibayar untuk memotong pohon itu diperkirakan jumlahnya sebanyak 2000 orang dengan menggunakan motor pemotong chainsaw. Selain itu di hutan Kapuas Hulu, penebangan hutan liar juga tak kalah mengerikan. Sasaran penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu dilindungi. Kayu-kayu gelondongan yang telah ditebang langsung diolah menjadi balok dalam berbagai ukuran antara lain: 24 cm x 24 cm, 12 cm x 12 cm dengan panjang rata-rata 6 meter. Setiap hari jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke wilayah Malaysia sekitar 50 –60 truk. Dan pengangkutan ini berlangsung siang dan malam dihadapan mata aparat instansi berwenang tanpa ada pemungutan dana reboisasi dan pajak lainnya.