Badiuzzaman Said Nursi, al-Lama'at, Terj. Ihsan Qosim al-Sholihi, (Kairo: Dar
Soezler Publisher, Cet. 6, 2011), 201.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur:
ISTAC, 2001), 49.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, 134.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: an
Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC,
2001), 14. Lihat juga di Syed Mohd. Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1984), 43.
Syed Mohd. Naquib al-Attas, Islam and the Philosophy of Science, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1989), 16.
PENDAHULUAN
Ilmu adalah pokok dan akal dari segala pengetahuan yang ada di dunia ini. Konsep ilmu dalam Islam berbeda dengan konsep ilmu para Orientalis. Konsep ilmu dalam islam menjadi pandangan hidup Islam, sehingga mempunyai ciri khas yang berbeda dengan konsep ilmu dala peradaban-peradaban yang lain. Ilmu dalam Islam tidak hanya meliputi ilmu umum, akan tetapi mencakup ilmu tentang syari'ah serta ibadah.
Cara memperolehnya juga lain, dalam Islam ilmu haruslah berupa indra internal, eksternal, khabar sadiq, intuisi, dan intelek. Dengan metode dan cara serta syarat yang mendasari hakikat ilmu, Islam mempunyai konsep ilmu yang berbeda dan lengkap yang dapat dibuktikan, diteliti, diuji secara ilmiah dan terbukti kebenarannya. Ilmu adalah kunci peradaban suatu kaum. Jika konsep ilmu dalam kaum tertentu menjurus dalam hal yang benar, maka kaum tersenut akan besar peradabannya.
Akan tetapi, jika suatu kaum mempunyai konsep ilmu yang sempit, maka akan sempit pula peradaban yang dipunyainya. Peradaban yang maju adalah akibat dari matangnya ilmi yang telah berubah menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Dengan konsep ilmu yang matang dan berlandaskan atar Al-Qur'an dan Hadits, Islam telah siap membangun peradaban yang maju dengan segala rintangan yang akan dihadapinya.
PEMBAHASAN
Syed Muhammad Naquib al-Attas : Konsep Ilmu dalam Islam
Jalan dakwah dapat menyelamatkan kemunduran peradaban Islam yang dikarenakan oleh krisis ilmu. Ilmu yang sejajar dengan pola pikir serta prinsip-prinsip umat Islam akan menjadi upaya dalam penegakannya. Ilmu itu sendiri mempunyai makna 'pengetahuan', sedangkan secara terminologi, ilmu menurut al-Attas merupakan sesuatu yang berasal dari Allah SWT, yaitu datangnya makna sesuatu kedalam jiwa pencari ilmu, ia membagi ilmu menjadi ilmu ma'rifah dan ilmu sains.
Ibnu Khaldun membagi arti ilmu sebagai ilmu naqliyah dan 'aqliyah. Sehingga, ilmu dalam agama Islam tidak hanya menyangkut pada ilmu akidah ataupun syari'ah saja, melainkan segala ilmu diluar keduanya. Al-Qur'an dan Hadist memandang orang yang berilmu dalam posisi tinggi dan mulia, dan didalam hadist banyak dorongan untuk menuntut ilmu secara terus-menerus. Maka letak integrasi antara ilmu empiris dan metafisikaada di sini.
Islam menegaskan bahwa semua ilmu datang dari Allah SWT. Klasifikasi ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh para ahli filsafat, pakar, dan orang bijaksana, khususnya para ahli sufi dapat diterima seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Hazm, Imam al-Ghazali, dan al-Suyuti. Al-Attas juga mengakui kebenaran klasifikasi ilmu yang mereka berikan.
Pada hakikatnya terdapat kesatuan di balik hierarki semua ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan pendidikan seorang Muslim. Ilmu dapat dikategorikan berdasarkan keragaman ilmu manusia dan cara-cara yang ditempuh mereka untuk memperolehnya dan pengategorian tertentu itu melambangkan usaha manusia untuk melakukan keadilan terhadap setiap bidang ilmu pengetahuan.
Jika para filsuf Barat hanya mengakui objek ilmu yang memiliki status ontologis yang jelas dan materil, yaitu objek-objek fisik. Maka, filsuf Muslim sendiri mengakui bahwa objek ilmu bukan hanya itu, melainkan mencakup entitas non-fisik, seperti konsep-konsep metal dan metafisika. Karena, tujuan mempelajari alam fisik adalah menunjukkan ilmu tentang alam metafisik. Dalam Islam, ilmu tidak akan pernah lepas dari wahyu.
Oleh karena itu, objek ilmu dalam Islam mencakup objek fisik dan metafisik yang kebenarannya mengandung nilai ilmiah dalam Islam yang dapat diverifikasi, difasifikasi, dan dirasionalkan melalui eksperimen. Klasifikasi ilmu telah kita kenal dari para ahli filsafat, pakar, dan orang bijaksana. Pada hakikatnya, terdapat kesatuan dibalik hierarki semua ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan pendidikan seorang muslim.
Datangnya ilmu dalam Islam oleh para filsuf Muslim dikatakan berasal dari Tuhan melalui 3 cara: indra yang sehat, laporan yang benar, dan intelek. Indra yang sehat, mencakup lima indra perasa manusia (eksternal), sedangkan akal sehat dinamakan panca indra internal.
Laporan yang benar, merupakan otoritas mutlak yang dibawa oleh Nabi SAW berdasarka wahyu dari Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah SAW. Intelek, yang terdiri dari akal sehat dan ilham. Setelah metode indra, yang kedua adalah metode eksperimen atau observasi, yang melibatkan indra dan akal di dalamnya yang menjadi saluran penting untuk memperoleh suatu pengetahuan.
Intuisi, sebagai metode ketiga merupakan metode lansung dari Tuhan tanpa adanya suatu perantara, intuisi menutut Iqbal adalah pengalaman yang unik, lebih tinggi daripada persepsi dan pikiran, yang menghasilkan ilmu pengetahuan tertinggi. Tingkatan intuisi yang terendah dialami oleh para ilmuan dan sarjana dalam penemuan-penemuan meraka dan yang tertinggi dialami oleh para Nabi yang mana bisa mengalami intuisi mengenai Allah SWT.
Untuk menghadapi krisis multi dimensional yang diakibatkan hegemoni sains modern Barat yang menjadikan sains hanya meliputi dunia fisik dan alam raya ini, para ilmuwan Muslim seperti Syed Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Raji' al-Faruqi, Osman Bakar, dan Ziauddin Sardar menciptakan sebuah konsep tentang "Islamisasi sains modern", yaitu proses integrasi antara sains dan agama Islam.
Al-Attas menjelaskan bahwa islamisasi adalah pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan Islam), dari belenggu dan paham sekularisme terhadap pemikiran dan bahasa. Said Nursi sendiri berpandangan bahwa proses ilmu pengetahuan harus didasari dengan keimanan kepada Allah SWT.
Menurut al-Attas, meskipun pengalaman intuitif ini tidak bisa dikomunikasikan, tetapi pemahaman mengenai kandungan- nya atau ilmu pengetahuan yang dihasilkannya bisa ditrans- formasikan. Intuisi ini terdiri dari berbagai tingkat, yang terendah adalah yang dialami oleh para ilmuwan dan sarjana dalam penemuan-penemuan mereka dan yang tertinggi dialami oleh para nabi. Menurut Iqbal, dari intuisi mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya, akhirnya bisa mengalami intuisi mengenai Allah. S e b ua h p a n d a n g a n ya n g d i s e p a ka t i o l e h a l - A t t a s k a re n a kesesuaiannya dengan hadis Nabi SAW, "Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengetahui Tuhannya".
Upaya tersebut harus diwujudkan dengan menghasilkan buku-buku pegangan di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern berwawasan Islam. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim berpegang teguh kepada tradisi keilmuan Islam dan tidak silau dengan tradisi keilmuan Barat walaupun secara zahir terlihat lebih menarik.
KESIMPULAN
Dalam makalah ini, pemaparan tentang konsep ilmu dalam Islam telah lengkap secara keseluruhan. Tentang referensinya juga merupakan referensi yang terpercaya. Konsep ilmu menurut ilmuwan muslim zaman dahulu dan ilmuwan muslim abad ini telah disinggung apik dan ditata dengan sedemikian rupa serta ditulis secara tersusun.
Perbandingan konsep ilmu dalam Islam dengan konsep ilmu di Barat juga telah dipaparkan dalam jurnal ini. Sebaiknya, lebih disinggung lagi tentang konsep ilmu dalam Islam dalam kancah syari'ah ataupun aqidah. Semoga ada jurnal lanjutan yang menyinggung tentang konsep ilmu dalam Islam mencakup syari'ah dan aqidah didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1993. Islam and Secularism.
Kuala Lumpur: ISTAC. Edisi kedua.
_____. 1989. Islam and the Philosophy of Science. Kuala Lumpur:
ISTAC.
_. 2001. Prolegomena to the Metaphysics of Islam: an Exposition
of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam. Kuala
Lumpur: ISTAC.
. 2001. Risalah Untuk Kaum Muslimin. Kuala Lumpur: ISTAC.
Nursi, Badiuzzaman Said. 2011. Al-Lama'a>t. Terj. Ihsan Qosim al-
Sholihi. Kairo: Da>r Soezler Publisher. Cet 6.
Syed Muhammad Naquib al-Attas
Oleh :
Umi Nur Hasanah
IAQ 3
PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PUTRI KAMPUS 1
BIODATA PENULIS
Nama : Umi Nur Hasanah
Tempat, tanggal lahir : Sragen, 14 Maret 1996
Kelas : IAQ
Semester : 3
Alamat : Desa Ngasinan kulon, RT 20/ RW 08, Gebang, Masaran, Sragen.
Gugus depan : 1772
Tahun KMD : 2014