BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah. Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi. Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di berikan berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan perilaku dari penerima promosi kesehatan.Olehnya, makalah ini membahas perubahan perilaku secara spesifik. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi dalam perubahan perilaku? 2. Bagaimana aplikasi konsep komunikasi kesehatan masyarakat 3. Bagaimana perencanaan program komunikasi kesehatan C. TUJUAN 1
1. Untuk mengetahui komunikasi dalam perubahan perilaku 2. Untuk mengetahui Aplikasi konsep komunikasi kesehatan masyarakat 3. Untuk mengetahui perencanaan program komunikasi kesehatan
BAB II PEMBAHASAN 2
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang berarti kebersamaan dan communico yang berarti membagi. Secara garis besar, komunikasi adalah penyampaian gagasan, ide, atau pikiran dari seseorang ke orang lain sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh orang lain. 2. Jenis komunikasi Komunikasi menurut bentuknya terbagi dua yaitu komunikasi verbal dan non-verbal. Verbal berarti menggunakan kata-kata atau tulisan sedangkan non-verbal tidak menggunakan kata-kata dan tulisan tetapi biasanya menggunakan isyarat gerakan tubuh dan wajah. Selain menurut bentuknya komunikasi juga dibagi menurut tingkat formalitasnya, ada komunikasi formal dan non-formal. Komunikasi formal atau resmi menggunakan bahasa yang baku. Komunikasi non-formal berarti tidak resmi. Komunikasi ini menggunakan bahasa yang bebas seperti komunikasi antar sesama teman2. 3. Fungsi komunikasi Fungsi komunikasi adalah untuk menyampaikan pesan atau informasi ke orang lain sehingga orang lain memahami informasi tersebut. Hal ini bertujuan agar penerima informasi memiliki pemahaman atau persepsi sesuai kehendak pemberi informasi. B. KOMUNIKASI DALAM PERUBAHAN PERILAKU 1. Perilaku perilaku telah menjadi suatu bidang yang amat luas cakupanya. Hampir semua aktivitas manusia tidak terlepas dari perilaku dalam berbagai cara apakah itu secara verbal, tulisan, gestural, dan bentuk perilaku lainya. Sebagai suatu proses, perilaku seseorang mempengaruhi asumsi dasar bahwa dengan berperilaku, seseorang dapat ditingkatkan kemampuan dasarnya untuk kemudian dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapinya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.Misalnya berjalan, berbicara, berpakaian, bereaksi, berfikir ataupun emosiemosi lainya. Perilaku mempunyai arti yang konkrit dari pada jiwa.Karateristik perilaku ada yang terbuka dan tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan perilaku tertutup ialah perilaku yang
3
hanya dapat dimengerti
dengan menggunakan alat atau metode tertentu misalnya
berpikir, sedih, berkhayal dan takut. (Purwanto, 1998) Perilaku adalah suatu reaksi organisme terhadap lingkunganya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperluka untuk menimbulkan reaksi, yaitu rangsangan (Ensiklopedia Amerika) Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan/perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Skinner (1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon, dimana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon yaitu: a. Respondent respon/reflexive ialah respon yang ditimbukan oleh rangsangan tertentu, Misalnya menangis karna sedih. b. Operant respone/instrumental
respon
adalah
respon
yang
timbul
dan
berkembangnya. Diikuti oleh perangsang tertentu, misalnya seorang anak belajar kemudian mendapat Hadiah, maka ia akan belajar lebih giat lagi Dalam kaitan ini Berlo menyusun empat kriteria yang menjadi tujuan perubahan perilaku yaitu: a. Tidak ada pertenyangan b. Beriorentasi pada tingkah laku manusia c. Dapat dihubungkan dengan perilaku komunikasi yang ada dalam masyarakat d. konsisten dengan cara-cara berperilaku kepada masyarakat. Menurut Berlo ada 2 ukuran tujuan perubahan perilaku: a. Kepada “siapa” seseorang melakukan perubahan perilaku. Dalam hal ini harus dibedakan antara sasaran yang dituju (intended receiver) dengan sasaran yang bukan dituju (unintended receiver). Dalam berperilaku paling sedikit terdapat dua keinginan bereaksi: 1) Oleh diri sendiri (source)\ 2) Oleh orang yang dituju (receiver) b. Bagaimana seseorang melakukan perubahan perilaku. Tujuan dari perubahan perilaku dapat diletakan disepanjang ukuran continuum, yang menunjukan apakah tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda (Instrumental purpose). Schram menyebutny sebagai “Immediate reward” dan “delayed reward” Teori Lawrence Green. Menurut Lawrence Green (1980) factor – factor yang menentukan perilaku sehingga menimbulkan prilaku yang positif adalah sebagai berikut: a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
4
Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku, yang termasuk dalam factor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Sebagai contoh : prilaku ibu hamil dalam meminum tablet Fe akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu manfaat dari tablet Fe. Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah terjadinya anemia akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari kehamilan pertama. b. Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors) Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap prilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam factor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau masyarakat. Sebagai contoh : ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit. c. Factor penguat (reinforcing factors) Factor penguat merupakan factor penyerta prilaku atau yang datang sesudah prilaku itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam factor ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya. Sebagai contoh : ibu hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan oleh keluarga, suami dan sebagainya. Adapun skema tiga kategori factor yang member kontribusi atas prilaku keehatan menurut L. Green (1980) adalah sebagai berikut :
Factor Predisposisi Pengetahuan Kepercayaan Nilai Sikap Factor pendukung demografi ketersediaan sumber daya kesehatan keterampilan individu keterjangkauan sumber daya kesehatan
Perilaku Kesehatan
Factor penguat keluarga teman suami petugas kesehatan
5
Tiap – tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh ketiga factor yang dapat memengaruhi prilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat). Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari factor ppredisposisi, factor pendukung, dan factor penguat tidak akan berhasil mempengaruhi perilaku. Berdasarkan tiga factor determinan prilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga factor tersebut: a. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor predisposisi adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat sehingga akan mempermudah terjadinya prilaku sehat mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai – nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif bagi prilaku sehat. b. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk factor pendukung/pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berprilaku sehat. c. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada factor penguat adalah dengan pelatihan – pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguatkan prilaku yang sudah terbentuk. 2. Perilaku Kesehatan Berdasarkan teori perilaku dan Skiner (1983), perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan 6
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga a.
kelompok yaitu sebagai berikut : Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Prilaku atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sakit. Perilaku ini terdiri atas dua aspek yaitu sebagai berikut. 1) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya : pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, mencuci tangan dan sebagainnya. 2) Perilaku peningkatan kesehatan dan penyembuhan akibat sakit kesehatan itu dinamis dan relative, maka perlu upaya bagi yang sudah sehat untuk meningkatkan kembali kesehatannya seoptimal mungkin, misalnya : pemberian
b.
antibiotic makan dan minuman yang bergizi, pemberian tablet Fe dan sebagainya. Prilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau prilaku pencarian pengobatan. Prilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit atau kecelakaan. Prilaku ini dimulai dari yang sederhana yaitu mengobati sendiri (self treatmen) sampai ke cara modern (teknologi) dengan pergi keluar negeri, misalnya : pada saat ibu akan bersain dia mencari tenaga kesehatan (bidan, dokter,perawat) untuk menolong persalianannya, penderita sakit
c.
jantung akan pergi keluar negeri untuk melakukan pengobatan dan sebagainya. Prilaku kesehatan lingkungan Menurut Hendrik L.Blum, factor lingkungan mempunyai kontribusi besar yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya. Apabila individu bisa mengelola lingkungan dengan baik, maka lingkungan tidak akan mengganggu kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, misalnya : pengelolaan sampah, air minum, pembuangan tinja, pembangunan limbah dan sebagainya. Sebagai ahli prilaku lain, Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang prilaku kesehatan yaitu sebagai berikut : a. Perilaku Hidup Sehat Prilaku yang berkaitan dengan
upaya
atau
kegiatan
seseorang
untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Prilakunya antara lain sebagai berikut : 1) Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini berarti memenuhhi unsur kualitas dan kuantitas dari makanan. Di Indonesia dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna. 2) Olahraga secara teratur, juga mencakup segi kualitas dan kuantitas. Dalam satu minggu minimal 2 kali melakukan olah raga selama lebih kurang satu jam. Hal 7
yang perlu dipertimbangkan adalah dari segi umur dan status kesehatan yang bersangkutan. 3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang jelek yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir 50% penduduk usia 4) 5) 6) 7)
dewasa merokok, begitu juga remaja hampir 15% sudah merokok. Tidak minum – minuman keras Tidak menggunakan narkoba Istirahat yang cukup Hindari stress. Stress adalah ketegangan dalam prilaku dan bentuk perasaan yang bergejolak menekan – nekan berupa ketegangan. Setiap orang bisa
mengalami stress dan akibatnya dapat bermacam – macam bagi kesehatan. 8) Gaya hidup yang sehat : tidak berganti – ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuain diri dengan lingkungan sekitar, dan sebagainya.. b. Perilaku Sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap penyakit, pengetahuan tentang : penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan sebagainya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak – hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri dan juga orang lain. Perilaku peran sakit ini meliputi hal – hal sebagai berikut : 1) Tindakan untuk memperoleh tindakan 2) Mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan yang layak 3) Hak – hak pasien yang lain, misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Kewajiban orang sakit adalah tidak menularkan penyakit pada orang lain dan sebagainya. 3.
Domain Prilaku Meskipun perilaku dibedakan antara prilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya prilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara factor internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area wilayah, ranah atau domain prilaku
ini,
yakni
kognitif
(cognitive),
(psychomotor). 8
afektif
(affective),
dan
psikomotor
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah prilaku sebagai berikut : Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
a.
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar penngetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu : 1)
Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jawabannya adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes agepti dan
2)
sebagainya. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterprestasiikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen yang 5)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen
6)
b.
pengetahuanyang dimiliki. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap objek tertentu. Sikap (Attitude) 9
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini di katakana bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan kejiwaan yang lain. Komponen Pokok sikap, Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu : 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan 2)
orang ttersebut terhadap penyakit kusta. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang tersebut menilai penyakit
3)
kusta apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta tersebut adalah apakah yang dilakukan seseorang apabila ia menderita penyakit kusta. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan
itensitasnya, sebagai berikut : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang 2)
diberikan (objek). Menaggapi (responding) Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
3)
pertanyaan atau objek yang dihadapi . Menghargai (valving) Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai positif yang terhadap objek atau stimulus, dalam arti , membahasnya dengan orang lain dan
4)
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Bertanggung jawab Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawag terhadap apa yang diyakininya.
10
c.
Tindakan atau Praktik (Practive) Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecendrungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan , sebab untuk terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu : Praktik terpimpin (guided response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
1)
2)
pada tuntunan atau menggunakan panduan. Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. 3) Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang telah tidak sekedar rutinitas ataub mekanisme saja tetapi sudah dilakukan modifikasi, tindakan atau prilaku yang berkualitas. 4. Perubahan Perilaku Individu yang akan mengadopsi atau mengubah perilakunya harus melalui proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi prilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap . Pengetahuan Seorang individu akan mengadopsi prilaku apabila terlebih dahulu ia tahu arti dan
a.
manfaat prilaku . misalnya : ibu hamil akan memeriksakan kehamilanya apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat periksa hamil bagi ibu, janin dan keluarga. Indicator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan adalah sebagai berikut : 1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit a) Penyebab penyakit b) Gejala atau tanda – tanda penyakit c) Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan d) Bagaimana cara penularannya e) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya
2)
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat Jenis makanan yang bergizi Manfaat makanan yang bergizi Olahraga
a. b. c.
11
d. e. f.
3)
Bahaya napa dan minuman keras, termasuk juga bahaya merokok Pola hidup sehat Istirahat, rekreasi dan sebagainya
Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Manfaat air bersih Pembuangan limbah, pembuangan sampah Akibat polusi udara Pencahayaan dan penerangan bagi rumah sehat, dan sebagainya
a. b. c. d. b.
Sikap Sikap merupakan prilaku tertutup. Setelah seseorang diberi stimulus atau objek, proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yaitu sebagai berikut : 1) Sikap terhadap sakit dan penyakit : bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda – tanda penyakit, penyebab penyakit, cara 2)
penularannya, dan sebagainya Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat . penilaian atau pendapat
seseorang tentang cara – cara (berperilaku) hidup sehat 3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan . penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya : penilaian terhadap air bersih, polusi, pembuangan limbah dan sebagainya. c.
Praktik (Tindakan) Praktik (tindakan) dalam prilaku terjadi apabila seseorang telah melewati dua domain terlebih dahulu yaitu pengetahuan dan sikap. Setelah melewati dua tahapan sebelumnya, maka seseorang akan mempraktikkan atau melaksanakan apa yang diketahui dan disikapinya (dinilai baik). Indicator praktik kesehatan sama seperti kedua domain sebelumnya yaitu sebagai berikut : 1) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penmyakit Tindakan atau prilaku pencegahan penyakit : Imunisasi TT pada ibu hamil, menggunakan masker pada saat bekerja di tempat berdebu dan sebagainya. Tindakan penyembuhan penyakit misalnya : minum obat, berobat kefasilitas pelayanan kesehatan dan sebagainya. 2) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan ini mencakup mengkonsumsi makanan yang bergizi, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak narkoba dan minuman keras dan sebagainya. 3) Tindakan kesehatan lingkungan 12
Tindakan ini terdiri atas membuangan sampah pada tempatnya, menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, masak, membuat saluran air yang baik dan sebagainya. Secara teori memang perubahan prilaku atau mengadopsi prilaku yang baru mengikuti tahap – tahap yang telah disebutkan yaitu melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge) – sikap (afektif) – praktik (practice) atau KAP. 5.
Bentuk – Bentuk Perubahan Prilaku Karena terpaksa (complience) Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik dan perubahan
a.
perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan pikiran bahkan sering terjadi pada individu tersebut. Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu bisa menerima informasi-informasi yang mereka butuhkan, apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku. Individu yang demikian cenderung memberontak dan bahkan mungkin cenderung berfikir negatif terhadap pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan, meskipun perubahan perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh karena itu cara perubahan perilaku ini cenderung tidak efektif. Contoh: 1) Seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur,awalnya anak tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena paksaan dari orang tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan prilaku anak tersebut, karena dipaksa oleh orang tuannya si anak menjadi mau melakukannya. 2) Orang tua yang menyuruh anaknya melakukan aborsi,dan meminta bantuan kepada bidan. awalnya si bidan tidak mau melakukan aborsi, tapi karena diberi imbalan yang begitu besar dan si bidan dipaksa untuk mau melakukannya dan akhirnya ia mau melakukan aborsi. 3) Seorang ibu yang telah mempunyai banyak anak dengan jarak anak yang terlalu dekat. Lalu hamil lagi pada usia 45 tahun, dan tenaga kesehatan menyarankan dan memaksa ibu tersebut untuk menjalani program kb dan suaminya juga memaksa. Beberapa upaya telah dilakukan dan tenaga kesehatan juga sudah mengatakan resiko hamil dan melahirkan pada usia tersebut agar si istri mau KB tapi si ibu tersebut tidak mau karena si ibu berpendapat bahwa banyak anak banyak rezeki tapi setelah mendengar pemberitahuan dari si bidan, si ibu jadi mau untuk menjadi aseptor KB. b.
Karena meniru (identification) 13
Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara perubahan perilaku yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung meniru tindakan orang lain atau bahkan meniru apa yang dia lihat tanpa mencerna apa yang dia lihat. Contoh: 1) Seorang remaja yang awalnya tidak memperhatikan kebersihan pada dirinya/personal hyginenya,tapi setelah dberikan penyuluhan dan apa manfaat dari menjaga kebersihan diri.dan akhirnya remaja tersebut meniru bagaimana 2)
cara menjaga kebersihan. pemenuhan gizi pada ibu hamil sangatlah penting,banyak ibu-ibu yang tidak memenuhi gizi dengan baik.tapi setelah di berikan gambaran mengenai pentingnya gizi selama kehamilan,maka ibu tersebut mulai meniru bagaimana
3)
cara megatur gizi seimbang selama kehamilan. seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi,lalu ia tidak tau bagaimana cara merawat tali pusat agar todak terjadi infeksi pada bayinya,lalu bidan mempraktekkan bagaimana cara merawat tali pusat agar tidak infeksi.dan akhirnya si ibu mulai meniru dan melakukan sendiri bagaimana cara merawat tali pusat.
c.
Karena menghayati (internalization) Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena hanya manusia yang mampu berpikir tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup, menghayati kehidupan dengan arif, dan mempertajam pengalamanpengalaman baru. Biasanya perubahan perilaku karena penghayatan ini cenderung dari pengalaman pribadi individu tersebut atau bahkan mengadopsi dari pengalaman orang lain. Seseorang yang merasa perilaku tersebut pantas dan harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan melakukan perubahan perilaku dalam dirinya. Contoh: 1) Seorang ibu rumah tangga yang kurang peduli akan kebersihan rumahnya. Suatu ketika anaknya menderita demam berdarah dan ini memmbuat ibu tersebut menyadari bahwa perilakunya yang tidak mau peduli dengan kebersihan rumahnyalah yang membuat anaknya menderita demam berdarah. Dan inilah yang membuat ibu tersebut sadar betapa pentingnya menjaga kebersihan 2)
rumahnya agar kesehatan keluarga tetap terjaga. Seorang bapak yang merupakan perokok aktif sejak usia muda menderita penyakit gangguan
pernafasan
dan paru-paru. Setelah
beberapa
kali
memeriksakan diri ke dokter dan dokter tersebut meminta agar bapak tersebut 14
untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak tersebut tidak mempedulikan nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata penyakitnya semakin parah dengan stadium lanjut. Kemudian bapak tersebut teringat kembali dengan saran dokter untuk berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa dia memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak tersebut mencoba untuk berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan penyakitnya mulai berkurang. 6.
Proses Perubahan Perilaku Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah perilaku: Menyadari
a.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan, Contoh: Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak peduli
1)
akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya 2) Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit kista, menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang bagi kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola makan sehat dan seimbang. b. Mengganti Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah, Contoh: 1) Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based maka 15
diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya. 2) Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini danBounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan c.
bayinya. Mengintrospeksi Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan melaksanakan, Contoh: 1)
Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya
lahir dengan keadaaan aterm. 2) Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif. 16
Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak dilakukan dengan benar. C. APLIKASI
KONSEP
KOMUNIKASI
DALAM
PROGRAM
KESEHATAN
MASYARAKAT. Ruang lingkup aplikasi komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi 1.
kesehatan, serta kebijakan kesehatan. Pencegahan Penyakit ( Preventif ) Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu : a. Usaha pencegahan (usaha preventif) b. Usaha pengobatan (usaha kuratif) c. Usaha promotif d. Usaha rehabilitative Dari keempat jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memrlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan. Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his Community”, membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan itu adalah : a. Masa sebelum sakit 1)Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion) 2) Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha diantaranya : 3) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya. 4) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya. 5) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat 6) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik 7) Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (spesific protection) 8)Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Beberapa usaha diantaranya adalah : 9) Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu 10) Isolasi penderita mpenyakit menular
17
11) Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja b. Pada masa sakit Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingakt awal, serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and prompt treatment) Tujuan utama dari usaha ini adalah : 1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari seytiap jenis penyakit 2) 3) 1) 2)
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit Beberapa usaha diantaranya : pemeriksaan darah, rontgen, paru-paru dsb, serta memberikan pengobatan. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat diberikan segera pengobatan dan tindakan-tindakan yang lain misalnya isolasi, desinfeksi,
dsb. 3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan dan perawatan menjadi lebih besar. 4) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (disibility limitation). Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha poin c, yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. 2.
Rehabilitasi (rehabilitation) Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
18
untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas : a. Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya. b. Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan .seringkali bersamaan dengan terjadinya
cacat
badania
muncul
pula
kelainan-kelaianan
atau
gangguan
mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat. c. Rehabilitasi social vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya. d. Rehabilitasi aesthetis Usaha rehabilitasi aesthetis
perlu
dilakukan
untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsure kemanusian dan keadailan social. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia. 3.
Promosi Kesehatan. Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine for the
19
doctor in his community. Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :
20
a. b. c. d. e.
Promotion of healt, Specific protection, Early diagnosis and prompt treatment, Limitation of disability, dan Rehablitation. Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of healt oleh para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan,bukan promosi kesehatan.Mengapa demikian? Tidak lain karena makna yang terkandung dlam istilah promotion of health disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang,yaitu melalui asupan gizi seimbang,olahraga teratur,dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat,tidak terserang penyakit. Namun
demikian,bukan
berarti
bahwa
peningkatan
kesehatan
tidak
ada
hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tengtan promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dll,peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education)kepada individu dan masyarakat. Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa Charter,1986). Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion di maknai sebagai perluasan dari healt education atau pendidikan kesehatan. 4. a.
Kebijakan Kesehatan Definisi Kebijakan Kesehatan Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai
level
pemerintah,
hubungan 21
antara
penyusunan
kebijakan
dan
pelaksanaannya, ideologi kebijakan makna reformasikesehatan. Ilmu manajemen digunakan dalam ilmu kebijakan yaitu dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan, teori dan konsep manajemen tidak dapat diabaikan. Apa sistem kebijakan kesehatan itu ? 1) Kebijakan (Policy) Sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu 2) Kebijakan Publik (Public Policy) Kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau Negara 3) Kebijakan Kesehatan (Health Policy) Segala sesuatu untuk mempengaruhi faktor – faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan bagi seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt, 1994) b.
Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan Ada 3 kerangka konsep kesehatan yaitu : 1) Konteks 2) Isi konten,terdiri dari aktor/Pelaku: a) Individu b) Pelaku c) Organisasi 3) Proses a) Individu b) Pelaku c) Organisasi Keuntungan Analisis Kebijakan adalah kaya penjelasan mengenai apa dan bagaimana hasil (outcome) kebijakan akan dicapai, dan piranti untuk membuat model kebijakan di masa depan dan mengimplementasikan dengan lebih efektif.
c.
Contoh Penggunaan Analisis Kebijakan: Kasus : Tarif untuk meningkatkan efisiensi di pelayanan kesehatan Konteks : kondisi ekonomi, ideologi, dan budaya Konten/ Isi : 1) Apa tujuan yang ingin dicapai ? 2) Apakah ada pengecualian ? 3) Aktor/ Pelaku : Siapa yang mendukung dan menolak kebijakan tarif ? Proses : 1) Pendekatan Top- Down ? 22
2) Bagaimana kebijakan ini akan dikomunikasikan d.
Faktor Kontekstual yang Mempengaruhi Kebijakan: 1) Faktor situasional: Faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan (contoh: kekeringan). 2) Faktor struktural: bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah (misal: sistem politik). 3) Faktor Budaya: Faktor yang dapat berpengaruh seperti hirarki, gender, stigma terhadap penyakit tertentu. 4) Faktor Internasional atau eksogen: faktor ini menyebabkan meningkatnya ketergantunganantar negara dan mempengaruhi kemandirian dan kerja sama internasional dalam kesehatan.
e.
Proses Penyusunan Kebijakan menggunakan Segitiga Kebijakan Kesehatan Segitiga kebijakan kesehatan digunakan untuk memahami kebijakan tertentu dan menerapkan untuk merencanakan kebijakan khusus dan dapat bersifat: 1) Retrospektif (meliputi evaluasi dan monitoring kebijakan) 2) Prospektif (Memberi pemikiran strategis, advokasi dan lobi kebijakan)
f.
Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan I. Dasar Hukum Menimbang 1) SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang berlakunya Sistem Kesehatan Nasional. 2) TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. 3) Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. 5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. 6) Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes. `/SK/IV/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat tahun 2010. 7) Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan II. Memutuskan Menetapkan : 1) Keputusan Menteri Kesehatan tentang Sistem Kesehatan Nasional. 2) Sistem Kesehatan Nasional Dimaksud dalam dictum dimaksud agar digunakan sebagai
pedoman
semua
pembangunan kesehatan di Indonesia
23
pihak
dalam
penyelenggaran
3)
Keputusan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan ditetapkan 10 Februari 2004 ( Jakarta/ MenKes RI).
. D. P-PRETESTING MEDIA, IMPLEMENTASI, MONITORING, KOMUNIKASI BERKELANJUTAN. Proyek Healthcom (Health Communication for Child Survival) berlangsung pada tahun 1978-1995 yang menerapkan kerangka kerja pemasaran sosial untuk mencapai perubahan perilaku, menggambarkan hubungan dari berbagai bidang seperti pemasaran, komunikasi, analisis perilaku, pendidikan nonformal, dan antropologi kesehatan. Pendampingan teknis dilakukan dalam penerapan metode ini di lebih dari 40 negara dengan pembiayaan USAID dan dukungan dari berbagai badan internasional, regional, LSM maupun lembaga swasta seperti WHO, UNICEF, SEAMEO, Save The Children dan lain-lain. Metode healthcom dikembangkan sebagai suatu kumpulan langkah praktis dan alat uji lapangan yang dapat digunakan oleh para praktisi kesehatan dan komunikasi sosial di negara berkembang. Mulanya metode ini merupakan suatu alat yang dikembangkan untuk membantu
petugas
dalam
penyusunan
strategi
komunikasi
kesehatan
dan
mengorganisasikan pelaksanaan rencana komunikasi kesehatan yang sudah dibuat. Metodologi helathcom terdiri dari lima langkah seperti yang diperlihatkan pada bagan berikut ini. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Assesment (pengkajian) Plan (perencanaan) Pre-test Deliver Message Monitor, Evaluate (monitor, evaluasi) plan (perencanaan)... terus berputar pada point 2,3,4,5
1. ASSESMENT (Pengkajian) Assesment (pengkajian) adalah langkah awal dari program komunikasi kesehatan. Tahap ini merupakan bagian terpenting dari seluruh program komunikasi kesehatan di mana kunci keberhasilan program terletak pada sejauh mana tahap ini dirancang. Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis situasi masalah kesehatan dan profil audiens. Upaya sistematis harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi dengan mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari akar masalah, dan prioritas masalah. Berdasarkan rumusan
24
ini kemudian disusun bentuk-bentuk perilaku baru yang akan dikomunikasikan kepada kelompok sasaran. (Notoatmodjo, 2010) 2. PLAN (Perencanaan) Setelah tahap assesment telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun tujuan, mendesain pesan, dan memilih media. Tentunya kegiatan –kegiatan ini disesuaikan dengan hasil analisis masalah dan karakteristik audiens yang sebelumnya telah dilakukan. Pesan (message) adalah formulasi ide atau konsep yang disampaikan oleh komunikator kepada audiens. Pesan disusun berdasarkan tujuan yang telah dibuat dan diharapkan dapat menarik perhatian, menimbulkan rasa percaya, dan merangsang kelompok sasaran untuk mengadopsinya. Media adalah alat atau sarana yang digunaan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Dalam memilih media harus didasarkan pada hasil riset untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut: a. Biaya b. Jangkauan c. Pengaruh media terhadap kelompok sasaran. Hasil pengembangan pesan dan media ini berikutnya akan diujicobakan sebelum tahap pelaksanaan penyajian pesan (deliver message) 3. PRE-TEST Pre-test adalah pengujian bahan draft atau konsep dan pesan kepada perwakilan target audiens sebelum bahan tersebut diproduksi dalam bentuk final. Adapun bahanbahan kominikasi yang sebaiknya diuji coba adalah media, saluran komunikasi, konsep, produk dan ide-ide produk, kemasan, simbol, dan slogan. Tahap pre-test atau uji coba bertujuan untuk menghindari kesalahan dan meyakinkan bahwa materi dan media yang telah dikembangkan dapat menarik perhatian dan diterima kelompok sasaran. Tahapan ini dibutuhkan untuk mencari kelemahan yang mungkin ada dan atau menemukan sebab kegagalan dalam suatu program komunikasi kesehatan. Dengan melakukan tahap uji coba, maka akan diperoleh umpan balik (feedback) dari masyarakat sehingga mendorong terjadinya inovasi dan kesempatan dalam memperbaiki pesan atau pemilihan media yang kurang sesuai. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan bahan komunikasi yang maksimal dan berkualitas. 4. DELIVER MESSAGE Bahan komunikasi yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji coba kemudian didistribusikan kepada audiens. Dalam metodologi Healthcom, hasil pembelajaran di 25
lapangan menunjukkan bahwa informasi yang dikomunikasikan melalui media massa perlu dimantapkan melalui komunikasi interpersonal yang sifatnya lebih persuasif sehingga mendorong sasaran untuk menerima perilaku baru. Oleh karena itu, pada fase setelah pre-test, dilakukan uji coba materi komunikasi dan sebelum penyampaian pesan secara lebih luas, pelatihan menjadi kegiatan yang menjembatani proses keduanya. 5. MONITORING and EVALUATION (Monitoring dan Evaluasi) Kegiatan monitoring merupakan kajian menyeluruh, kegiatan supervisi, serta pemanfaatan hasil temuan untuk meningkatkan implementasi program. Tahap monitoring atau pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan atau kesalahan yang mungkin terjadi dalam tahap komunikasi kesehatan. Informasi hasil pemantuan sebaiknya dapat diperoleh tepat waktu agar perbaikan dapat dilakukan sesegera mungkin sementara program komunikasi kesehatan terus berlangsung. Komponen yang dipantau pada pelaksanaan monitoring adalah logistik, interim effect (pengetahuan, reaksi), perubahan perilaku, dan peningkatan status kesehatan.
BAB III KESIMPULAN Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran, yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan memahami pesan yang disampaikan. Dalam komunikasi, setiap individu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Sikap yang bisa muncul dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi sikap agresif yang cenderung mendominasi komunikasi, sikap pasif yang cenderung diam dalam sebuah komunikasi, dan sikap asertif yaitu menyampaikan pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain. Ruang lingkup komunikasi kesehatan adalah pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijakan kesehatan, dan bisnis perawatan kesehatan serta peningkatan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat. Dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan sebenarnya berbanding lurus. Makin berhasil komunikasi kesehatan, maka makin berhasil pula pembangunan kesehatan itu. 26
promosi kesehatan, sebagai sebuah alat, dapat digunakan untuk membuat perubahan, baik perubahan sikap, perilaku maupun kebijakan.Untuk itu semua diperlukan motivasi yang tinggi, niat kuat, ketelatenan, dan kesabaran, karena akan banyak hambatan yang akan dihadapi, mengingat selama ini promosi kesehatan ini belum mendapatkan umpan balik yang maksimal dari masyarakat. Sehingga perlu usaha lebih ekstra dan maksimal untuk mewujudkan perubahan perilaku yang diharapkan melalui adanya promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Universitas Gunadarma. Konsep Dasar Komunikasi.[online][cited 11 September 2013] Available from: http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/studyprogram-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktekkebidanan/konsep-dasar-komunikasi. 2. Wiyana M. Konsep Dasar Komunikasi. [online]. [cited 11 September 2013]. Available from: http://www.scribd.com/doc/60444777/Konsep-Dasar-Komunikasi. 3. Sasongko A, Setiarini A, Hadi E, Pratomo H, Putra W.Buku Ajar Komunikasi Efektif. Ed. 2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012. 4. Fanani A, Putri T. Komunikasi Kesehatan : Komunikasi efektif untuk perubahan perilaku kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press; 2013. 5. Maulana H D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. 6. Supartini Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. 7. Arwani. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. 27
8. Nasir A,Muhith A, Sajidin M, Mubarak WI. Komukasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. 9. http://www.kompasiana.com/andriustariremusasshihhah/komunikasi-
kesehatan_54f93034a3331176038b4843
28