PELATIHAN VAKSINOLOGI DASAR Angkatan ke 7
Modul 6 Untuk Dokter Spesialis Anak
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Definisi KIPI • Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun satu bulan setelah imunisasi • Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi
Maturasi Perjalanan Program Imunisasi 1 Pravaksinasi
2 Cakupan meningkat
3 Kepercayaan hilang
4 Kepercayaan pulih
Vaksinasi berhenti
Penyakit
INCIDENCE
5 Eradikasi
Cakupan vaksinasi
Letupan penyakit
KIPI Eradikasi
MATURITY
Klasifikasi KIPI
• Klasifikasi Lapangan (Field Classification, WHO 1999)
• Klasifikasi Kausalitas (Evidence Bearing on Causality, IOM 1991&1994)
Klasifikasi Lapangan, WHO 1999
• Reaksi Vaksin • Kesalahan Program / Teknik Pelaksanaan Imunisasi • Reaksi Suntikan • Kebetulan • Tidak diketahui Klasifikasi lapangan dipakai pd pencatatan & pelaporan KIPI
KIPI Reaksi Vaksin
• Reaksi vaksin yang biasa & ringan (“normal”) • Reaksi vaksin langka/ jarang
Reaksi vaksin yg biasa & ringan Vaksin
Reaksi lokal
Demam > 38 °C
Gelisah, lesu gejala sistemik
BCG
90-95%
HiB
5-15 %
2-10 %
-
Dewasa ~ 15 % Anak ~ 5%
1-6 %
-
Campak / MMR
~ 10 %
5-15 %
5 % (ruam)
Polio oral
-
<1%
<1%
Tetanus/DT/Td
~ 10 %
~ 10 %
~ 25 %
Pertusis (DPwT)
10-50 %
10-50 %
25-55%
Hepatitis B
-
Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan rate KIPI
Vaksin
Reaksi vaksin
BCG
Limfadenitis supuratif Osteitis BCG Infeksi BCG disiminata
HiB
Belum pernah ada laporan
Hepatitis B
Anafilaksis
Campak / MMR
Interval onset
Rate KIPI / 1juta
2 – 6 bulan 1 – 12 bulan 1 – 12 bulan
100 – 1000 1 – 700 2
-
-
0 – 1 jam
1–2
Kejang demam Trombositopenia Reaksi anafilaktoid Syok Anafilaksis Ensefalopati
5 – 12 hari 15 – 35 hari
333 33 ~10 1 – 50 <1
OPV
Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP)
4 – 30 hari
1,4 – 3,4
Tetanus
Neuritis Brakhial Anafilaksis Abses steril
2 – 28 hari 0 – 1 jam 1 – 6 minggu
5 – 10 0.4 – 10 6 - 10
Tetanus-difteria
Sama dengan tetanus
Pertusis
Menangis terus menerus > 3jam Kejang demam Keadaan hipotonik-hiporesponsif Anafilaksis Ensefalopati
0 – 24 jam 0 – 3 hari 0 – 24 jam 0 – 1 jam 0 – 3 hari
1.000- 60.000 570 570 20 0-1
0 – 1 jam
KIPI Kesalahan Program (1) Kesalahan Program
Perkiraan KIPI
Tidak steril
Infeksi
•
•
• • •
Pemakaian ulang alat suntik / jarum Sterilisasi tidak sempurna Vaksin / pelarut terkontaminasi Pemakaian sisa vaksin utk beberapa sesi vaksinasi
• •
•
Salah pakai pelarut vaksin • •
Pemakaian pelarut vaksin yg salah Memakai obat sebagai vaksin atau pelarut vaksin
• • •
Abses lokal di daerah suntikan Sepsis, sindrom syok toksik, Infeksi penyakit yg ditularkan lewat darah : hepatitis, HIV Abses lokal karena kurang kocok Efek negatif obat mis. insulin Kematian Vaksin tidak efektif
KIPI Kesalahan Program (2) Kesalahan Program
Perkiraan KIPI
Penyuntikan salah tempat • • BCG subkutan • • DPT/DT/TT kurang dalam • Suntikan di bokong • Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar
•
Mengabaikan indikasi kontra
•
•
Reaksi lokal / abses Reaksi lokal / abses Kerusakan N Sciaticus Reaksi lokal akibat vaksin beku Vaksin tidak aktif (tidak potent) Tidak terhindar dari reaksi yg berat
KIPI Reaksi Suntikan
Reaksi suntikan langsung Rasa sakit, bengkak & kemerahan
Reaksi suntikan tidak langsung Rasa takut Nafas tertahan Pernafasan sangat cepat Pusing, mual/muntah Kejang Sinkope
KIPI Kebetulan (koinsidens)
• Kejadian yang timbul, terjadi secara kebetulan setelah imunisasi • Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya
KIPI Penyebab Tidak Diketahui
Kejadian yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih lanjut
KLASIFIKASI KAUSALITAS KIPI Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine; 1991,1994,1999
1. Tidak terdapat bukti hubungan kausal 2. Bukti tidak cukup untuk menerima/menolak hubungan kausal 3. Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal 4. Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal 5. Bukti memastikan hubungan kausal Klasifikasi kausalitas penting untuk analisis kasus KIPI. Sebelum mempunyai klasifikasi nasional maka klasifikasi kausalitas ini dapat dipakai sebagai acuan untuk klasifikasi kausalitas KIPI di Indonesia
Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (1) DT/Td/TT
Campak
OPV/IPV
DPT
Hepatitis B
Hib
Kategori 1 : Tidak terdapat bukti hubungan kausal Mielitis (IPV) Trombositopenia + ana filaksis (IPV) Sindr GB
Autisme
Kategori 2 : Bukti tidak cukup untuk menerima / menolak hubungan kausal Kejang selain spasme infantil Demielinisasi SSP Mononeuropati Artritis Eritema multiforme
Ensefalopati SSPE Kejang Tuli sensoris Neuritis optik Mielitis transversal Sindr GB
Mielitis OPV Sindr GB(IPV) SIDS
Meningitis aseptik Eritema multiform Sindrom GB Anemia hemolitik Diabetes juvenil Peny gangguan perhatian & belajar Mononeuropati Trombositopeni
Sindrom GB Demielinisa si SSP Artritis SIDS
Sindrom GB Mielitis Trombosi -topenia Anflaksis SIDS
Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (2) DT/Td/TT
Campak
OPV/IPV
DPT
Hep B
Hib
Kategori 3 : Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal Ensefalopati Spasme infantil (hanya DT) SIDS (hanya DT)
Spasme infantil Hipsaritmia Sindrom Reye SIDS
Kategori 4 : Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal Sindrom GB Neuritis Brakial
Anafilaksis
Ensefalopati akut Syok, keadaan mirip syok yg tak biasa (unusual shock like state)
Onset dini peny Hib
Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (3) DT/Td/TT
Campak
OPV/IPV
DPT
Hep B
KategorI 5 : Bukti memastikan hubungan kausal Anafilaksis
Trombositop enia (MMR) Anafilaksis (MMR) Kematian akibat infeksi virus galur vaksin campak
Lumpuh layu pd penerima vaksin atau kontak Kematian akibat infeksi virus galur vaksin polio
Anafilaksis Menangis/ teriak terus menerus
Anafilaksis
KIPI Vaksinasi BCG
•
KIPI ringan (lokal) – – –
abses subkutan regional limfadenopati supuratif limfadenitis
KIPI Vaksinasi BCG
•
KIPI berat –
Osteitis epifisis tulang panjang, bisa terjadi beberapa tahun setelah BCG ( 0,1 – 30 per 100 000 vaksinasi) – Menyebar dan fatal 2 dari 1 juta penerima vaksin (imuno-kompromais) 28 kasus BCG-itis generalisata (24 imunokompromais, 9 AIDS)
HIV simtomatik (AIDS): tidak diberi vaksin BCG
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus c
• KIPI ringan – Reaksi lokal • Ringan sp sedang kemerahan, rasa sakit & pengerasan di tempat suntikan (11 – 38 %) • Abses steril 6 – 10 kasus per 1 juta vaksinasi
– Reaksi sistemik • umumnya pd vaksinasi booster (0.5 –10%) demam, lesu, badan pegal, sakit kepala
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus d
• KIPI berat – Reaksi alergi • urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (1–6 kasus / 1juta) • reaksi hipersensitif tipe Arthus Æ hipersensitif thd kompleks imun • reaksi lokal berat pd yang hiperimun Æ titer antibodi sudah amat tinggi saat vaksinasi
– Neuritis brakhial • Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus) tanpa terkena struktur SSP dan perifer lainnya (0.5 – 1 kasus per 100 000 vaksinasi). Biasanya berkaitan dg dosis multipel
– Sindrom ‘Guillain-Barre’ • Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca vaksinasi. Studi pd 306 kasus menyimpulkan bahwa kalaupun berhubungan kausal hal itu sangat langka
KIPI Vaksinasi Pertusis c
Reaksi lokal & sistemik • Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat suntikan, rewel, anoreksia, muntah, menangis, demam ringan sp sedang. Terjadi beberapa jam setelah vaksinasi dan sembuh spontan tanpa gejala sisa • Pembengkakan seluruh paha atau lengan atas pernah terjadi setelah booster vaksin pertusis aseluler. Paha bengkak dapat disertai dg eritema, rasa sakit & demam Æ 1 – 4 % setelah dosis ke-5 DPaT • Keseluruhan rx lokal & sistemik pd DPaT secara signifikan lebih sedikit dpd DPwT • Abses steril / bakteriel pd tempat suntikan jarang. Penyebab abses steril tidak diketahui.
KIPI Vaksinasi Pertusisd
• Reaksi alergi – Anafilaksis pd DPT 2 per 100 000 vaksinasi – Rx alergi pd DPaT tidak diketahui angka kejadiannya
• Kejang – Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per 1750 suntikan: kejang demam sederhana – Faktor predisposisi : riwayat kejang baik individu maupun di keluarga, berlatar belakang penyakit dg kejang
• Temperatur 6 40.5 º C – 0.3 % penerima vaksin dl 48 jam – Pd DPaT jauh lebih kecil
KIPI Vaksinasi Pertusise • Episod hiporesponsif-hipotonik (HHE) – Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT. Rate 3.5 – 291 kasus per 100 000 vaksinasi – Pada DPaT belum diketahui Pada penelitian efikasi : secara signifikan kurang daripada DPwT – Pd studi follow up tidak terbukti ada kecacatan nerologis atau gangguan intelektual pd episode hipoitonik hiporesponsif
• Menangis berkepanjangan – Menangis kuat atau berteriak terus menerus selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam setelah vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi) – Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu
KIPI Vaksinasi polio c • KIPI ringan & sedang : tidak ada • KIPI berat – Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP) • Lumpuh layu akut 4 – 30 hari setelah OPV • Lumpuh layu akut 4 – 75 hari set kontak dg penerima OPV Æ defisit neurologik 60 hari setelah onset meninggal • Rate 1 kasus per 1.4 – 3.4 juta dosis vaksin kasus lebih banyak setelah dosis pertama WHO Collaborative study Kasus pd penerima : 1/5.9 juta dosis vaksin Kasus pd kontak : 1/6.7 juta dosis vaksin
KIPI vaksinasi campak c KIPI ringan-sedang • •
Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan, sembuh dalam 2–3 hr Reaksi sistemik – Demam hari ke 6–12 selama 1–2 hari (sp 5 hari), temp > 39.4 ºC (pada 5-15 % kasus) – Ruam kulit hari ke 7–10, 2 hari (± 5% kasus)
KIPI berat •
Reaksi alergi – Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah suntikan akibat komponen isi vaksin, jarang, ringan – Anafilaksis jarang – Riwayat alergi telor : risiko anafilaktik vaksin yg mengandung campak (MMR) rendah
KIPI Vaksinasi Campak d
KIPI berat Trombositopenia (transient):1/25000–500.000 – MMR ada hubungannya dg trombosito penia 2 bulan pasca vaksinasi: 2-3 mgg – Lebih sering terjadi pada mereka yang pernah mengalami trombositopenia – Tidak pernah ada laporan kematian diakibatkan trombositopenia pasca vaksinasi MMR
KIPI Vaksinasi Campak e KIPI berat Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1 juta dosis – Ensefalomielitis infeksi campak alami: 1 dari 1000 pasien, 50% mengalami kerusakan SSP permanen. – Dipengaruhi reaksi imunologik, ditakutkan reaksi yg sama terjadi pada virus vaksin. US IOM : tidak cukup bukti kejadian untuk menerima maupun menolak hubungan kausalitas (1994) Inggris : British National Childhood Encephalopathy Study (NCES) dalam pemantauan 10 tahun tidak mendapatkan peningkatan risiko kelainan neurologik permanen setelah imunisasi campak (1997)
KIPI Vaksinasi Mumps • Jarang • Reaksi berlangsung sementara – Kejang demam, tuli saraf – Meningitis, ensefalitis – Ruam kulit, pruritis, purpura Æ semuanya tidak ada hub kausal • Orkitis & parotitis : jarang • Reaksi allergi : jarang – Komponen vaksin ( neomisin/gelatin): kadang-kadang terjadi – Alergi berat (anafilaksis) : sangat jarang
KIPI Vaksinasi Rubela • MMR – Demam 5 –15 % , hari ke 5–12 – Ruam kulit 5 % – Limfadenopati ringan sering terjadi – Nyeri sendi 0.5 % pd anak – Artralgia 25% & artritis 10% (remaja putri) – Parestesia & nyeri lengan dan tungkai – Manifestasi SSP pernah dilaporkan tetapi tidak ada hubungan kausal – Trombositopenia
KIPI Hepatitis B c
• KIPI ringan • • • • •
Temperatur > 37.7 ºC Rasa sakit Eritema Bengkak Nyeri kepala
1–6% 3 – 29 % 3% 3% 3%
Semua berakhir kurang dari 48 jam
KIPI Hepatitis B c • KIPI berat – Reaksi Anafilaksis • Angka kejadian 1 per 600 000 vaksinasi • Vaksinasi selanjutnya indikasi kontra bila riwayat anafilaksis vaksinasi sebelumnya
– Sindrom Guillain-Barre • GBS dilaporkan terjadi 0.5 per 100 000 penerima vaksin, tanpa kematian & kasus semuanya dewasa Adverse Events Reporting System 1991-1994 : tidak ada KIPI pada neonatus & bayi yg mendapat vaksin Hep B. Setidaknya 12 juta vaksin telah diberikan untuk kelompok umur tsb (1999)
KIPI vaksin Tifoid
• Vaksin polisakarida (ViCPS) S. typhi galur Ty21a • KIPI ringan : reaksi vaksin – Demam : 0–1 % – Nyeri kepala :1.5–3 % – Eritema/indurasi > 1 cm: 7% • KIPI berat : tidak pernah ada laporan
KIPI vaksin Varisela
KIPI sedang : reaksi vaksin • Umur 12 bulan – 12 tahun – Demam (39ºC) : 14.7% – Keluhan sekitar tempat suntikan : 19.3 % berupa : rasa sakit / pegal, pembengkakan, eritema, rash, pruritus, hematoma, indurasi, kaku – Ruam papulovesikular di daerah suntikan : 3.4 %, terjadi 5 – 26 hari pasca vaksinasi – Kejang demam < 0.1%, tidak ada hubungan kausal dg vaksinasi
KIPI vaksin Varisela
KIPI sedang : reaksi vaksin • Umur lebih dari 13 tahun – demam 10,2% – nyeri di tempat suntikan 24,4% – ruam papulovesikular di daerah suntikan 3%, rata-rata 2 buah lesi, 6–20 hari pasca vaksinasi – ruam tidak terlokalisasi 5,5%, rata-rata 5 buah, 7–21 hari pasca vaksinasi
Tata laksana KIPI
• • • • •
Deteksi dan pelaporan Investigasi KIPI Analisis Data KIPI Tindak lanjut Evaluasi
Deteksi dan pelaporan Tujuan • Deteksi dini dan respons yang cepat & tepat terhadap kejadian KIPI, untuk meminimalkan dampak negatif terhadap program imunisasi & kesehatan • Indikator kualitas program imunisasi, meningkatkan kredibilitas program imunisasi • Menampilkan data aktual tentang risiko imunisasi di suatu negara
Pelaporan KIPI • Identifikasi • Koreksi • Mencegah
Kesalahan program
• Menilai kredibilitas program imunisasi • Membedakan koinsidens dengan kejadian lainnya • Usaha efektif untuk memonitor keamanan vaksin • Kesadaran akan risiko vaksin di kalangan profesi dan masyarakat
Alur Tatalaksana KIPI Penemuan kasus 24 jam
Pelacakan Analisis
Tindak lanjut
Evaluasi
identitas tunggal/kelompok ada kasus lain klasifikasi penyebab pengobatan komunikasi perbaikan mutu pelayanan tatalaksana kasus pemantauan KIPI
Informasi dari ortu / masyarakat Petugas kes Kepala Puskesmas Komda PP-KIPI
Puskesmas
Evaluasi
Alur pelaporan & pelacakan KIPI Menteri Kesehatan Ditjen PPM & PL Komnas PP-KIPI
Subdit Imunisasi
Komda PP-KIPI
DinKes Propinsi
Propinsi
Komda PP-KIPI
DinKes Kab/Kota
Kabupaten
Puskesmas Masyarakat
Rumah Sakit
KIPI yang Perlu Dilaporkan Dalam 24 jam
Anafilaktoid Teriak-teriak ≥ 3 jam syok toksik
Anafilaksis Hipotonik- hipo-Sindrom responsif
Dalam 5 hari
Reaksi lokal hebat Sepsis Abses di daerah suntikan
Dalam 15 hari
Kejang Ensefalopati
Dalam 1-3 bulan
Lumpuh layu Trombositopenia
Neuritis brakhial
1-12 bln pasca BCG
Limfadenitis Osteitis/Osteomielitis
Infeksi BCG diseminata
Tidak terbatas waktu
Kematian, rawat inap, kejadian yg langka & berat diperkirakan berkaitan dg imunisasi
Æ
Isi Laporan KIPI •
• • • • • • • • • •
Identitas Jenis vaksin Penanggung jawab Gejala klinis & pengobatan Saat imunisasi : jam, hari, tanggal. Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tanggal. Riwayat imunisasi terdahulu Pemeriksaan penunjang Prognosis Aspek hukum Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Langkah-langkah pelacakan KIPI 1. Pastikan informasi dari laporan
• • •
2. Pelacakan & kumpulkan data
• Ttg pasien
• • •
• Ttg kejadian •
• •
Catatan medik pasien Periksa yg jelas data pasien, data kejadian dari catatan medik, dan data informasi Lengkapi kekurangan yg ada pd formulir laporan KIPI Riwayat imunisai Riwayat medis sebelumnya, reaksi yg sama sebelumnya, reaksi alergi lain Riwayat keluarga dg kejadian yg sama Riwayat kejadian, deskripsi klinis, hasil laborat yg relevan dg KIPI, diagnosis kejadian Tindakan, apakah dirawat, hasilnya bagaimana
2. Pelacakan &
Langkah-langkah pelacakan KIPI
kumpulkan data • Ttg tersangka vaksin
• Ttg orang lain
• Catatan medik pasien • Vaksin dikirim dl keadaan bagaimana, kondisi penyimpan-an, keadaan vaccine vial monitor, catatan suhu lemari es • Pengelolaan vaksin dilevel rantai pendingin lebih atas, kartu suhu • Apakah ada orang lain yg dapat vaksinasi dari vaksin yg sama & menimbulkan penyakit • Apakah ada orang lain dg penyakit yg sama
Langkah-langkah pelacakan KIPI
• • • •
Penyimpanan & distribusi vaksin & pelarut Pembuangan limbah Pelarutan vaksin (proses & waktu/jam dilakukan) Penggunaan &sterilisasi semprit & jarum Penyimpanan dalam lemari es, apa saja yg disimpan Prosedur vaksinasi Vial yg sudah terbuka tampak terkontaminasi Jumlah imunisasi Pelatihan, supervisi & pelaksana imunisasi
4. Rumuskan suatu hipotesis kerja
•
Kemungkinan penyebab kejadian
5. Menguji hipotesa kerja
• •
Apakah kasus cocok dg hipotesis kerja Tes laboratorium kadang diperlukan
6. Menyimpulkan pelacakan
• •
Buat kesimpulan, lengkapi formulir investigasi KIPI Lakukan tindakan koreksi & rekomendasikan tindak lanjut.
3. Menilai pelayanan
• • • • •
Analisis Lapangan Dilakukan bersama dengan KOMDA PP KIPI propinsi/ Kabupaten Analisis Kausatif Dilakukan oleh KOMNAS PP KIPI Pusat yang beranggotakan pakar multidisiplin
Tindak lanjut • Penanganan kasus (sederhana Æ sulit) diagnosis, pengobatan, kapan merujuk kasus berat • Komunikasi dg orang tua & anggota masyarakat untuk meredakan kecemasan • Pelaporan : KIPI berat harus segera dilaporkan & pd saat yg sama dilakukan investigasi • Melakukan perbaikan apabila sudah dideteksi apa yg harus dilakukan • Koreksi thd masalah logistik, pelatihan, supervisi
Tindak Lanjut (setelah investigasi selesai) Reaksi vaksin Bila angka kejadian reaksi vaksin / lot tertentu lebih tinggi daripada yang diprediksi, perlu informasi dari produsen vaksin & konsultasi dg WHO - melenyapkan lot vaksin tadi - merubah spesifikasi pembuatan atau kontrol kualitas vaksin - menyediakan vaksin dari produsen lain
Kesalahan program Memperbaiki penyebab kesalahan Memperbaiki logistik penyediaan vaksin - memperbaiki prosedur pelayanan kesehatan - melatih tenaga kesehatan - mengintesifkan supervisi
Tindak Lanjut (setelah investigasi selesai) Reaksi suntikan Ciptakan lingkungan kerja yg nyaman, perhatian khusus utk anak yg ketakutan Koinsidens Ciptakan komunikasi yang baik, untuk mempengaruhi masyarakat bahwa yg terjadi adalah faktor kebetulan Muncul masalah apabila sudah beredar kepercayaan bahwa kejadian itu akibat imunisasi Tidak diketahui Memang ada yang tidak bisa diketahui Diperlukan tenaga ahli untuk meneliti lebih lanjut
Evaluasi Tata laksana & pemantauan – Pelaporan • waktu • kelengkapan • ketepatan
– Kecepatan investigasi di lapangan – Tindakan adekuat yang diambil untuk menghindari terjadinya lagi program eror – KIPI tidak mengganggu program imunisasi
Evaluasi
Laporan kemajuan survailens KIPI Laporan tahunan (annual report) • Jumlah laporan KIPI yg diterima • Jumlah KIPI berdasar antigen yang diberikan • Klasifikasi lapangan KIPI • KIPI berat yg sangat jarang • Kejadian langka lainnya
Pencegahan Terjadinya KIPI • Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin – Indikasi kontra diperhatikan – Vaksin hidup tidak diberikan pada anak dgn defisiensi imun – Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yang ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan – Parasetamol dapat diberikan 4 x sehari untuk mengurangi gejala demam & rasa sakit – Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis – Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap
Pencegahan Terjadinya KIPI • Mencegah KIPI akibat program eror – Gunakan alat suntik steril untuk setiap suntikan – Gunakan pelarut vaksin yg sudah disediakan oleh produsen vaksin – Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang setelah acara imunisasi selesai, BCG setelah 3 jam, campak setelah 8 jam & jangan ditunda – Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain vaksin – Pelatihan dan supervisi yg baik
Program eror dilacak, agar tidak terulang kesalahan yg sama
Pencegahan Terjadinya KIPI
• Mencegah KIPI akibat reaksi suntikan – Teknik penyuntikan – Suasana tempat penyuntikan – Atasi rasa takut yg muncul pada anak yg lebih besar
Pencegahan Terjadinya KIPI • KIPI Kebetulan (koinsidens) Kejadian kebetulan sudah bisa diperkirakan • jumlah populasi • insidens penyakit • insidens kematian (angka kematian bayi) • cakupan imunisasi & jumlah episode imunisasi
Kesimpulan • KIPI adalah risiko program imunisasi • Pelaksanaan imunisasi yang baik akan mengurangi KIPI • Diperlukan pengetahuan imunisasi yang mendalam • Penanganan KIPI yang baik dan komprehensif akan menunjang program imunisasi yang baik pula