KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional
KETAHANAN NASIONAL :
Ideologi Sebagai Salah Satu Gatra Dinamis Dari Perspektif Partisipatif Pendidikan Usia 7 s.d 24 Tahun Penulis Malya Nova Imaddudin – 1506783930 Edison Guntur Aritonang – 1506783703 Mahasiswa PKN 35 Abstraksi Ideologi diperkenalkan pertama kali oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 sebagai science of ideas, telah memberikan banyak inspirasi bagi para pemikir. Saat ini banyak negara yang mengadopsi buah dari pemikiran konsep ideologi tersebut dan dijadikan sebagai panduan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Begitu juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Soekarno pada masa pembuangannya di Ende, Nusa Tenggara Timur, dengan pengalaman langsung di lapangan, melihat kemajemukan budaya dan nilai-nilai sosial di masyarakat nusantara, mencoba merumuskan nilai-nilai dasar tersebut untuk menyatukan nusantara dalam suatu harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Rumusan lima mutiara yang akhirnya disebut sebagai Pancasila menjadi alat pemersatu dalam kehidupan bernegara sampai detik ini. Pancasila sebagai ideologi yang dituangkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945, menjadi roh bagi seluruh produk hukum di bawah Undang-Undang Dasar 1945, menjelma menjadi aturan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Keberlangsungan penyelenggaraan tersebut melalui Wawasan Nusantara sebagai geopolitik dan Ketahanan Nasional sebagai geostrategi tidak terlepas dari Pancasila sebagai falsafah dasarnya. Bagaimana keterkaitan ideologi dengan ketahanan nasional dan hal apa yang menjadi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi keberadaan ideologi sebagai salah satu gatra dinamis ketahanan nasional. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari proses peranan pendidikan dalam memelihara dan meneruskan penanaman nilainilai Pancasila sebagai ideologi dan hal apa yang terkait dan bagaimana tingkat pengaruhnya sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa, penulis mencoba melihat dan melakukan kajian singkat pada kelompok usia 7 sampai dengan 24 dalam perspektif partisipasi sebagai peserta didik. Penulis dalam konteks mempelajari teori ketahanan nasional, mencoba melakukan analisa dan penerapan metode pengukuran. Sebagai esai, penulis mencoba melakukan proses belajar dalam pengenalan konsep ketahanan nasional dari salah satu aspek kriteria, yaitu gatra ideologi sebagai salah satu gatra dinamis dalam pengukuran Ketahanan Nasional. Kata Kunci
:
ideologi, pancasila, gatra, ketahanan nasional, pendidikan ideologi, daya serap, pengenalan ideologi, pemahaman ideologi dan pengamalan ideologi.
A. PENDAHULUAN Kata ideologi diperkenalkan pertama kali oleh Destutt de Tracy [1] pada akhir abad ke-18, science 1
Encyclopedia Britannica (http://www.compilerpress.ca/Competitiveness/Anno/Ann
of ideas atau studi terhadap ide-ide atau pemikiran tertentu. Kajian pemikiran atas idelogi tersebut berkembang dan menghasilkan beberapa rumusan baru menurut beberapa ahli pemikir dari berbagai belahan dunia, mulai dari Karl Max, Descrates, o%20Cranston%20Ideology%20EB%202003.htm#Ideology%2 0and%20religion)
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 1 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional Machiavelli, Thomas Hobes, Francis Bacon dan lain sebagainya. Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Kata idea memiliki arti gagasan, konsep, pengertian dasar, atau cita-cita. Kata idea merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti bentuk. Sedangkan kata logos memiliki arti ilmu. Atas perkembangan kajian terhadap ideologi tersebut, saat ini beberapa ideologi dapat dikategorikan dalam beberapa tipe ideologi dalam konteks bernegara, yaitu ideologi tertutup dan terbuka. Ideologi tertutup adalah penentuan mulai dari kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar sampai pada level konkret operasional yang bersumber dari pikiran para elit dan dipropagandakan kepada masyarakat. Tipe ideologi tertutup menuntut ketaatan dari masyarakat tanpa adanya bantahan. Sedangkan ideologi dengan tipe terbuka adalah penentuan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar dimana penerapannya disesuaikan dengan tujuan-tujuan dan kondisi-kondisi yang berkembang di masyarakat, bersifat partisipatif. Dalam konteks bernegara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui amandemen Undang-Undang Dasar 1945, yang dipadukan pada perubahan I,II,III, dan IV yang diterbitkan pada Tahun 2012, pada bagian pembukaan, disebutkan pada alinea ke-4 bahwa nilai-nilai dasar NKRI ada lima, yaitu Pancasila seperti tertulis, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” [2]. Pancasila sebagai ideologi NKRI dengan tipe terbuka, menjadikan hal ini sangat dinamis mengingat kondisi Republik Indonesia terdiri lebih dari 300 etnik, 1.340 suku bangsa, 17.504 pulau, 743 bahasa dan 237.641.326 jiwa penduduk (BPS, 2010). Pancasila sebagai ideologi menjadi alat pemersatu atas kondisi yang sangat beraneka ragam dengan berbagai nilai-nilai lokal dan tujuan-tujuan lokal yang telah hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat, bahkan jauh sebelum dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi. Hal inilah yang menjadikan dasar pemikiran bahwa ideologi merupakan salah satu gatra dalam kehidupan bernegara dengan sifat dinamis karena dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, bisa berpengaruh baik jika diamalkan dengan baik tetapi juga berpengaruh buruk jika tidak diamalkan karena akan menimbulkan berbagai konflik antar suku bangsa yang begitu banyak dengan ragam tujuan dan nilai-nilai budaya.
B. TUJUAN PENULISAN DAN METODOLOGI Berikut ini adalah tujuan penulisan, yaitu sebagai berikut : 1. Pemenuhan tugas sebagai rangkaian mata kuliah Teori Ketahanan Nasional dengan topik bahasan keterkaitan gatra ideologi dalam ketahanan nasional. 2. Memperdalam pemahaman atas kriteria dasar dalam pengukuran ketahanan nasional, khususnya dari perspektif gatra ideologi. 3. Memperdalam pemahaman atas penggunaan metode AHP (Analysis Hierarchy Process) dalam kaitannya dengan pengukuran ketahanan nasional. 4. Memperdalam pemahaman atas peran dan fungsi Ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari perspektif derajat pentingnya dalam ketahanan nasional dan sub 2
Amandemen UUD 1945
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 2 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional kriteria atau hal yang memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan penerapan Pancasila sebagai ideologi NKRI. Dalam penulisan ini, metodologi yang digunakan adalah studi literatur mengenai konsep ideologi terkait dengan ketahanan nasional, dilanjutkan analisa faktor kriteria dan sub kriteria ideologi dalam konteks ketahanan nasional melalui pendekatan kepner untuk selanjutnya diukur bobot eigen vektor dari kriteria dan sub kriteria tersebut. Dari hasil temuan formula tersebut, maka dilaukan pengumpulan data dan reduksi data untuk mendapatkan bentuk analisa kecenderungan/ trend dari data agregat tersebut sehingga dapat dilihat tingkat penting dari kriteria ideologi melalui metode Analisa Hirarki Proses (AHP). Konteks dalam melihat kondisi tingkat penting kriteria ideologi ini adalah kondisi negara tidak dalam keadaan perang dan belum mendapatkan suatu catastrophe (Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan – ATHG) atau berupa faktor stress/ shock.
C. IDEOLOGI SEBAGAI SALAH SATU GATRA DINAMIS DALAM KETAHANAN NASIONAL Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis seluruh aspek kehidupan bangsa yang terpadu dan utuh yang berisi keuletan dan ketangguhan untuk menjamin kelangsungan hidup dan pengembangannya dalam mencapai tujuan nasional[3]. Cakupan aspek kehidupan bangsa itu dianggap terdiri dari 8 aspek, yaitu : Geografi, Demografi, Sumber Daya Alam, Ideologi, Politik, Ekonomi dan Pertahanan Keamanan. Dalam konteks bernegara dengan kondisi tidak dalam berperang, NKRI pada masa post otoritarian (transisi dari otoriter ke demokrasi – reformasi 1998), menurut penulis, urutan sifat pengaruh dari instrumental input dengan prioritas paling tinggi adalah ideologi, dengan bentuk urutan seperti tabel di bawah ini. 3
Usman (Metode Pengembangan Input Untuk Mengukur Ketahanan Nasional, Universitas Terbuka – Pondok Cabe, Jakarta, 1991)
GATRA
PRIORITAS
Ideologi Demografi Politik Sumber Daya Alam Ekonomi Sosial Budaya Geografi Pertahanan Keamanan
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Tertinggi, Kode: K1 Kode: K2 Kode: K3 Kode: K4 Kode: K5 Kode: K6 Kode: K7 Kode: K8
Tabel 1. Daftar Urutan Prioritas Gatra Masa Post Otoritarian
Jika ideologi diberikan kode K1, demografi kode K2 dan seterusnya seperti tabel 1, dengan derajat penting K1 adalah 2 kali K2, K1 adalah 3 kali K3, K1 adalah 4 kali K4, K1 adalah 5 kali K5, K1 adalah 6 kali K6, K1 adalah 7 kali K7 dan K1 adalah 8 kali K8. Asumsi ini dibuat oleh penulis dengan keterbatasan waktu dan kesempatan, sebenarnya tingkat penting ini dapat dilakukan dengan metode Delphi untuk mendapat bentuk formasi derejat penting untuk seluruh kriteria tersebut. Sekali lagi, ini hanya asumsi berdasarkan analisa penulis dalam merumuskan derajat penting untuk masing-masing kriteria sehingga dapat dibentuk sebuah matriks untuk mencari tingkat pengaruh faktor penentu dari kriteria ideologi. Bentuk matriks dari tingkat kepentingan kriteria dari hasta gatra sebagai input untuk melihat kondisi ideologi sebelum adanya catastrophe. K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K1
1
2
3
4
5
6
7
8
K2
0,5
1
2
3
4
5
6
7
K3
0,33
0,5
1
2
3
4
5
6
K4
0,25
0,33
0,5
1
2
3
4
5
K5
0,2
0,25
0,33
0,5
1
2
3
4
K6
0,17
0,2
0,25
0,33
0,5
1
2
3
K7
0,14
0,167
0,2
0,25
0,33
0,5
1
2
K8
0,125
0,14
0,17
0,2
0,25
0,33
0,5
1
Tabel 2. Matriks Tingkat Penting Hasta Gatra Masa Post Otoritarian
Berdasarkan perhitungan dengan metode Analisa Hirarki Proses (AHP), didapat tingkat pengaruh kriteria ideologi sebesar 32,68%, demografi sebesar 22,73%,
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 3 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional politik sebesar 15,69%, sumber daya alam sebesar 10,77%, ekonomi sebesar 7,34%, sosial budaya sebesar 4,98%, geografi sebesar 3,4% dan pertahanan keamanan sebesar 2,42% dengan tingkat konsistensi dibawah 0,1. Menurut [4] Torrens Resilience Institute, melalui tool kit yang dikembangkan, Developing a model and tool to measure community disaster resilience, sebuah model yang menggambarkan bagaimana sebuah ketahanan itu bergerak dinamis dalam suatu kerangka waktu. Ada 3 kondisi yang dapat digambarkan, yaitu kondisi sebelum terjadinya suatu catastrophe (shock or stress), kondisi pada saat mengalami catastrophe tersebut, dan kondisi pasca catastrope. Kondisi pasca menggambarkan bagaimana ketahanan itu berhasil menghadapinya, kondisi pemulihan (recovery) dan kondisi runtuh (collapse). Model tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
SHOCK or STRESS
Gambar 2. Visualisasi vektoris K(t) menghadapi ATHG internal
Resilience
Value Collapse Time Gambar 1. Model Resilience menurut Torrens Resilience Institute
Berkenaan dengan ketahanan ideologi, tentu kondisi yang dapat terjadi atas kondisi dinamis ketahanan ideologi tersebut adalah berlanjut dengan transormasi positif (lebih baik), berlanjut dengan berada pada masa pemulihan (recovery) atau tumbang (collapse). Menurut Sunardi[5], ada 2 bentuk ketahanan nasional dalam menghadapi sumber catastrophe jika dilihat sumbernya, yaitu ketahanan nasional menghadapi ATHG dari internal dan eksternal, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Visualisasi vektoris K(t) menghadapi ATHG eksternal
Ideologi NKRI, Pancasila, dapat juga mengalami catastrophe baik yang berasal dari luar maupun internal. Catastrophe yang berasal dari internal sudah pernah terjadi beberapa kali dalam sejarah bangsa ini, salah satunya Gerakan 30 September 1965 yang dimotori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) sehingga setiap tanggal 1 Juni setiap tahunnya diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Sedangkan catastrophe terhadap ideologi yang berasal dari luar cenderung bersifat soft power (kecenderungan penggunaan kekuatan pengaruh atau bujuk rayu untuk mencapai suatu tujuan tertentu).
4
Torrens (Developing a model and tool to measure community disaster resilience, www.torrensresilience.org, 2012) 5 Sunardi (Teori Ketahanan Nasional, Hastannas,1997)
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 4 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional Menurut Thomas Winderl melalui United Nation Development Programme – UNDP[6], berdasarkan model yang dikembangkan oleh Béné dan kawankawan[7], ada tiga kunci faktor yang mempengaruhi suatu ketahanan (resilience), yaitu daya serap (absortive coping capacity), daya adaptasi (adaptive capacity), dan daya transformasi (transformative capacity).
Gambar 4. Model Kunci Faktor Kemampuan Suatu Ketahanan
Jika mengacu pada bentuk model tersebut, maka kriteria ideologi dapat dilihat dari 3 sub kategori, yaitu daya serap sebagai SK1, daya adaptasi sebagai SK2 dan daya transformasi sebagai SK3. Jika penulis melakukan penilaian sendiri (self assessment), daya adaptasi memiliki tingkat pengaruh paling tinggi diikuti dengan daya transformasi dan pengaruh daya serap paling rendah. Asumsi penulis, Daya adaptasi adalah 3 kali daya transformasi dan 5 kali daya serap. Daya transformasi 3 kali lebih berpengaruh dari pada daya serap. Apa yang menjadi keterkaitan sub kriteria tersebut dengan kriteria ideologi adalah bagaimana penyerapan dan perolehan pendidikan atau pengetahuan ideologi itu sendiri di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bagaimana kemampuan negara untuk melestarikan (menjaga keberlangsungan - sustainable) ideologi tersebut dan memiliki kemampuan transformasi ideologi 6
Winderl (UNDP : Disaster Resilience Measurements Stocktaking of Ongoing Efforts in Developing Systems for Measuring Resilience, www.torrensresilience.org, 2012) 7 Béné (Resilience: new utopia or new tyranny? Reflection about the potentials and limits of the concept of resilience in relation to vulnerability reduction programmes. IDS Working Paper, (2012) (405, 21) )
tersebut dalam berbagai produk hukum (atau kumpulan prosedur atau tata kelola) dalam penyelenggaraan pada kehidupan bernegara. Dengan kata lain, proses sosialisasi nilai-nilai dasar tersebut (ideologi) tercermin dalam pendidikan pembangunan karakter bangsa pada seluruh warga negara dan upaya pemerintah untuk menjaga sustainable pada tingkatan yang baik atas tingginya dinamika kehidupan bermasyarakat dan berbangsa (pergantian generasi, pergantian rejim, dan lain sebagainya), serta kemampuan melakukan transformasi nilai-nilai dasar tersebut menjadi jiwa dalam seluruh aturan sebagai rujukan bersama pada kehidupan bernegara. Dengan pendekatan metode AHP, maka didapat bentuk matriks daya tahan dari sub kriteria untuk ideologi seperti dibawah ini. SK2
SK3
SK1
SK2
1
3
5
SK3
1/3
1
3
SK1
1/5
1/3
1
Tabel 3. Matriks Sub Kriteria Daya Tahan Ideologi
Dari perhitungan dengan metode AHP, didapat besar pengaruh SK2 atau daya adaptif sebesar 63,33%, SK3 atau daya transformasi sebesar 26,05% dan SK1 atau daya serap sebesar 10,62% dengan rasio konsistensi dibawah 0,1. Pada tulisan ini, penulis membatasi pada sub kriteria daya serap, dengan mencoba melakukan pendekatan kuantitatif berdasarkan angka partisipatif peserta didik untuk usia 7 s.d 24 tahun untuk kategori jenjang pendidikan sederajat Sekolah Dasar (SD), sederajat Sekolah Menengah Pertama (SMP), sederajat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan ideologi ini dikelompokkan lagi dalam tiga sub kriteria, yaitu pengenalan, pemahaman, dan pengamalan (implementasi). Asumsi penulis (self assessment), pengenalan hanya sebatas memperkenalkan ideologi secara umum tanpa diharapkan untuk mengerti bentuk implementasinya seperti apa; pemahaman sudah mengenal konsep
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 5 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional ideologi secara utuh dan mengetahui cara sistematika (urutan langkah logis) untuk melaksanakannya; sedangkan pengamalan sudah mengenal dan memahami konsep ideologi secara utuh dan megetahui implikasi di lapangan (bentuk konkretnya) seperti apa dan melakukannya dalam kehidupan sehari-harinya. Jika dilakukan assessment terhadap sub kriteria dari daya serap ini, dengan asumsi (self assessment) pengamalan (P1) memiliki tingkat pengaruh lebih kuat dari pemahaman (P2) sebesar 3 kali dan 7 kali terhadap pengenalan (P3). Pemahaman (P2) memiliki pengaruh 3 kali terhadap pengenalan (P3). Dengan metode AHP, diperoleh bentuk matriks sub kriteria dari daya serap seperti dibawah ini. P1
P2
P3
P1
1
3
7
P2
1/3
1
3
P3
1/7
1/3
1
tersebut mengambil data dari tahun 2009 sampai dengan 2013 untuk melihat tingkat konsistensi gambaran kecenderungan (trend) grafiknya seperti apa. Ada empat kelompok derejat atau tingkat pendidikan yang dihimpun, yaitu SD dan setaranya; SMP dan setaranya; SMP dan setaranya; SMA dan setaranya; Perguruan Tinggi dan setaranya. Dari tiap-tiap tingkat tersebut dibagi lagi dalam tiga kategori, yaitu Tidak/Belum Pernah Sekolah (A), Masih Sekolah (B), dan Tidak Sekolah Lagi (C). Data agregat tersebut menggambarkan tingkat persentase sebagai kategori partisipatif dari jumlah penduduk untuk kategori usia 7 s.d 12 – asumsi sederajat SD, kategori usia 13 s.d 15 asumsi sederajat SMP, kategori usia 16 s.d 18 asumsi sederajat SMA, dan kategori usia 19 s.d 24 tahun dengan asumsi sederajat Perguruan Tinggi (PT). Hasil pengolahan data tersebut dalam bentuk diagram batang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 4. Matriks Sub Kriteria Daya Serap Ideologi
Nilai eigen vektor dari sub kriteria daya serap ideologi tersebut diperoleh P1(pengamalan) sebesar 66,87%, P2(pemahaman) sebesar 24,31% dan P3(pengenalan) sebesar 8,82% dengan rasio konsistensi dibawah 0,1. Berdasarkan uraian diatas, dapat dimodelkan bentuk hirarki Ketahanan Nasional NKRI berdasarkan gatra ideologi dari perspektif partisipasi peserta didik untuk usia 7 s.d 24 tahun dan dilakukan pengukuran secara kuantitatif.
D. ANALISA DATA Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data agregat tentang tingkat partisipatif pendidikan untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan PT. Data diperoleh melalui website resmi Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pendidikan Menengah dan Budaya Republik Indonesia. Data agregat yang didapat untuk dilakukan analisa mengenai gambaran partisipatif pendidikan untuk usia 7 sampai dengan 24 tahun. Pengolahan data
Gambar 7. Diagram Partisipatif Pendidikan Usia 7 s.d 24 pada dari Tahun 2009 s.d 2013
Batang yang berwarna hijau merupakan kriteria yang berstatus masih bersekolah (B) untuk tiap-tiap kelompok usia dari tahun 2009 s.d 2013. Untuk kategori usia 7 s.d 12 tahun yang berstatus masih sekolah ada pada range 96% s.d 98% dengan ratarata 97,046%. Untuk kategori usia 13 s.d 15 tahun yang berstatus masih sekolah ada pada range 81% s.d 86%, ada kecenderungan turun dengan rata-rata 82,949%. Untuk kategori usia 16 s.d 18 tahun yang berstatus masih sekolah ada pada range 51% s.d 56%, ada kecenderungan turun dengan rata-rata 52,82%. Sedangkan untuk kategori usia 19 s.d 24
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 6 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional tahun yang berstatus masih sekolah ada pada range 11% s.d 13%, ada kecenderungan turun juga dengan rata-rata 12,32%. Dari paparan grafik tersebut, data partisipatif pendidikan tahun 2009 s.d 2013, dapat ditarik kesimpulan adanya tingkat partisipatif pendidikan untuk kategori usia 7 s.d 12 tahun dengan rata-rata sebesar 97,046%. Untuk kategori usia 13 s.d 15 tingkat partisipatif pendidikan baik dengan rata-rata sebesar 82,95%. Namun untuk kategori usia 16 s.d 18 tahun, tingkat partisipatif pendidikan adalah buruk dengan rata-rata 52,82% dan kategori usia 19 s.d 24 tahun, tingkat partisipatif pendidikan adalah sangat buruk dengan rata-rata sebesar 12,32%. Bentuk rata-rata tersebut dapat dimodelkan dalam grafik batang dibawah ini dengan mengelompokkan kategori berdasarkan kelompok usia dengan status masih bersekolah dan tidak bersekolah lagi.
Rata-Rata Partisipatif Pendidikan 2009 s.d 2013 120% 100%
97,046%
87,68%
82,949%
80% 52,82% 47,18%
60%
taksiran jumlah penduduk dari perspektif partisipasi pendidikan mengacu pada data hasil sensus penduduk yang dilakukan pada tahun tersebut, tahun 2010. Namun data dari rata-rata partisipatif pendidikan tersebut sudah dapat dihitung untuk melihat tingkat pengaruh ideologi pada ketahanan nasional melalui perspektif partisipatif pendidikan melalui sub kriteria daya serap dari aspek pengenalan, pemahaman dan pengamalan ideologi pancasila secara kuantitatif dengan titik ukur adalah yang berstatus masih sekolah.
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% C
0,800%
12,890% 43,070%
85,030%
98,020% 86,245% 56,010%
13,770% 1,180%
0,865%
0,920%
SD
SMP
SMA
1,200%
PT
B
2010
A
Partisipatif Pendidikan Usia 7 s.d 24 pada Tahun 2010
40% 20%
17,051%
12,32%
2,954%
Gambar 9. Diagram Partisipatif Pendidikan Usia 7 s.d 24 pada Tahun 2010
0% SD
SMP
Tidak Sekolah Lagi
SMA
PT
Masih Sekolah
Gambar 8. Diagram Rata-Rata Partisipatif Pendidikan Usia 7 s.d 24 dari Tahun 2009 s.d 2013
Jika dilihat data pada tahun 2010, maka terpapar seperti gambar diagram batang di bawah ini. Pemaparan data tahun 2010 ini untuk dapat melihat
Jika diasumsikan tingkat pengenalan ideologi hanya ada pada kelopok usia 7 s.d 12 tahun (SD) dan 13 s.d 15 tahun (SMP), tingkat pemahaman ada pada kelompok usia 16 s.d 18 tahun (SMA) dan tingkat pengamalan ada pada kelompok usia 19 s.d 24 tahun (PT), maka kontribusi nilai daya serap ideologi melalui sub kriteria pengenalan, pemahaman dan pengamalan seperti hitungan di bawah ini.
K(t) serap-ideologi-partisipasi = (SDaktif x Bp1) + (SMPaktif x Bp1) + (SMAaktif x Bp2) + (Ptaktif x Bp3)
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 7 dari 8
KAJIAN STRATEJIK KETAHANAN NASIONAL | Teori Ketahanan Nasional
E. KESIMPULAN DAN SARAN Perhitungan untuk tahun 2010, diperoleh
K(2010) serap-ideologi-partisipasi = (98,02% x 8,82%) + (86,245% x 8,82%) + (56,01% x 24,31%) + (13,77% x 66,87%)
K(2010) serap-ideologi-partisipasi = 39,079% Sedangkan kontribusi ketahanan ideologi dari aspek absorptive capacity (daya serap) dapat diukur dengan mengalikan bobot daya serap dengan nilai K(t)serap-ideologi-partisipasi. Jika dilanjutkan dengan pengukuran pada tahun 2010, maka didapat nilai sebagai berikut.
K(2010) serap-ideologi = K(t) serap-ideologi-partisipasi x (Bobot Daya Serap Ideologi)
K(2010) serap-ideologi = 39,079% x 10,62% = 4,15%
Pengukuran pengaruh ideologi sebagai salah satu gatra dinamis terhadap ketahanan nasional sebagai daya tahan ideologi melalui absorptive capacity, adaptive capacity dan transformation capacity dapat berubah-ubah pada periode tertentu. Ideologi bersifat dinamis melalui pengukuran secara kuantitatif, hal tersebut dipengaruhi oleh komposisi kelompok usia dengan tingkatan daya kenal (pengenalan ideologi), daya paham (pemahaman ideologi) dan daya amal (pengamalan ideologi). Perhitungan ini memang masih cenderung bersifat asumsi (self assessment), khususnya dalam penentuan tingkat penting/pengaruh dari masingmasing kriteria dan sub kriteria sebagai butir instrumen, sehingga disarankan agar dapat digunakan metode delphi untuk mencari komposisi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil perhitungan berdasarkan data partisipasi pendidikan untuk untuk kelompok usia 7 s.d 24 tahun dengan status masih sekolah dari tahun 2009 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini, ada nilai yang berubah berdasarkan pengaruh jumlah persentasi partisipasi di masingmasing kelompok umur. Hal ini menunjukkan adanya dinamika berdasarkan dinamika jumlah populasi peserta partisipasi pendidikan. Tahun
K(t)serap-ideologi
2009 2010 2011 2012 2013
4,046 % 4,150% 3,810% 3,810% 3,810%
[1] Sunardi, R.M. Teori Ketahanan Nasional. (Jakarta: HASTANNAS, 1997) [2] Usman, Wan. Daya Tahan Bangsa. (Jakarta: Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, 2003) [3] BPS (Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id) [4] Torrens (Torrens Resilience Institute). Developing a model and tool to measure community dissaster resilience. (Australia, 2012) [5] FEED (Feed The Future). Community Resilience: Conceptual Framework and Measurement Feed the Future Learning Agenda – prepared for USAID. (United States, 2013)
Tabel 4. Matriks Sub Kriteria Daya Serap Ideologi
Nilai tersebut masih dari satu sisi, yaitu absorptive capacity (daya serap) terhadap ideologi, belum dikaji dari aspek adaptive capacity dan transformation capacity.
Tugas Mata Kuliah : Teori Ketahanan Nasional - IDEOLOGI | Halam 8 dari 8