KERANGKA ACUAN KEGIATAN BIAS
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN BIAS
A. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya pembinaan anak usia sekolah melalui Usaha kesehatan Sekolah (UKS). UKS dilaksanakan untuk meningkatkan pendidikan,dan prestasi belajar
mutu
melalui prilaku hidup bersih dan sehat,
menciptakan lingkungan yang sehat serta meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah. Salah satu strategi pemerintah untuk meningkat derajat kesehatan anak sekolah yaitu dengan pemberian imunisasi pada anak sekolah. B. LATAR BELAKANG Tujuan global program imunisasi dalam waktu dekat adalah Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), Reduksi Campak (RECAM) dan Eradikasi Polio (ERAPO). Untuk mempercepat tercapainya MNTE maka setiap Wanita Usia Subur (WUS) diharapkan telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 dosis, Pemberian Imunisasi DT dan Td pada anak sekolah dasar atau sederajat merupakan rangkaian upaya mencapai status T5 bagi setiap indifidu, sedangkan untuk tercapainya reduksi campak maka tidak hanya imunisasi campak rutin saja yang diberikan kepada bayi tetapi ada juga dosis tambahan (booster) yang diberikan pada anak sekolah dasar. Pada tahun 1997 Kementrian Kesehatan telah mencanangkan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) melalui keputusan bersama 4 menteri yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasionan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. Pada pelaksanaan BIAS, anak kelas 1 akan mendapatkan Campak dan DT sedangkan anak kelas 2 s/d kelas 3 akan mendapat suntikan Td C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan program BIAS
harus dilakukan secara professional,
akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral Pemeriksaan BIAS merupakan kegiatan melibatkan semua petugas Puskesmas. Sedangkan dengan lintas sektoral wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar. D. TUJUAN 1. Tujuan Umum
bekerjasama dengan SD di
Memberikan perlindungan jangka panjang bagi anak sekolah terhadap penyakit Tetanus, Dipteri dan Campak. 2. Tujuan Khusus a. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit Campak seumur hidup b. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit dipteri selama 10 Tahun c. Diperolehnya Perlindungan bagi anak terhadap penyakit tetanus selama 25 tahun E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan BIAS 2. Pemberian imunisasi Sasaran Kelas 1 SD Kelas 2 SD Kelas 3 SD
Jenis imunisasi Campak, Dt Td Td
F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Pemberian Imunisasi pada anak SD 2. Kunjungan ke SD G. SASARAN 1.Anak SD Kelas 1, 2 dan 3 H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N o 1
Kegiatan
BULAN 1 2 3 4 5 6
Pelaksanaan BIAS
7 8 9 10 11 v
12
v
I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.
J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN a.
Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Tribulan ke-empat
b.
Pelaksana
1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program c. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN IMUNISASI
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KERJA IMUNISASI
A. PENDAHULUAN Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program imunisasi di masyarakat. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. B. LATAR BELAKANG Menurut Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan untuk mencapai MDGs khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Imunisasi terbukti efektif, dengan imunisasi penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,Tetanus,Hepatitis B, Meningitis dan Pneumonia.
C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan program Imunisasi
harus dilakukan secara professional,
akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral a. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing b. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan c. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing d. Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN 1. TUJUAN UMUM
Turunnya angka kesakitan,kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar. 2. TUJUAN KHUSUS a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 90% secara merata pada bayi di seluruh desa / kelurahan pada tahun 2016 b. Mencegah droup out imunisasi rutin yang terdiri atas imunisasi dasar dan c. d. e. f. g.
imunisasi lanjutan. Pengelolaan rantai vaksin dan vaksin yang baik Pelaksanaan pelayanan imunisasi dan pencatatan pelaporan yang baik Pelaksanaan penyuntikan yang aman Pemantauan KIPI Membangun dukungan masyarakat
E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Imunisasi dasar Umur 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Jenis Hepatitis B 0 BCG, Polio 1 DPT- HB-HiB 1, Polio 2 DPT- HB-HiB 2, Polio 3 DPT- HB-HiB 3, Polio 4 Campak
2. Imunisasi lanjutan Umur 18 bulan 24 bulan
Jenis DPT-HB-HiB Campak
3. Imunisasi lanjutan pada WUS Status imunisasi TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Interval minimal pemberian 4 minggu setelah TT1 6 bulan setelah TT2 1 tahun setelah TT3 1 tahun setelah TT4
Masa perlindungan 3 tahun 5 tahun 10 tahun Lebih dari 25 tahun
F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pelayanan imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan batita dilaksanakan di Pukesmas Induk , Puskesmas Pembantu, PKD dan Posyandu sesuai jadwal di wilayah masing-masing.
G. SASARAN 1. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum usia 1 tahun 2. Imunisasi lanjutan: a. anak usia bawah tiga tahun (Batita)
b. anak usia sekolah dasar c. wanita usia subur H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Didalam Gedung a.Puskesmas Induk Pelaksanaan Tiap Hari Tiap hari selasa Selasa minggu keempat
Jenis Imunisasi TT DPT-Hb-Hib, polio Imunisasi lengkap
b.Puskesmas Pembantu Pelaksanaan Tiap tanggal 23
Jenis Imunisasi Imunisasi lengkap
c. Puskesmas Pembantu Pelaksanaan Rabu minggu keempat
Jenis Imunisasi Imunisasi lengkap
d.Puskesmas Pembantu Pelaksanaan Tiap hari kamis Kamis minggu pertama
Jenis Imunisasi DPT-Hb-Hib, polio Imunisasi lengkap
2. Diluar Gedung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NO 1
Desa
KEGIATAN IMUNISASI DASAR BAYI
Tanggal Pelaksanaan Tiap tanggal 23 Tiap tanggal 23 Tiap tanggal 16 Tiap tanggal 27 Tiap tanggal 20 Tiap tanggal 21 Tiap tanggal 20 Tiap tanggal 21 Tiap tanggal 25
Jenis Imunisasi Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap Imunisasi Lengkap
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
V
V
v
v
V
v
v
V
v
v
v
v
2 3
IMUNISASI BOSTER IMUNISASI WUS
v
V
v
v
V
v
v
V
v
v
v
V
v
V
v
v
V
v
v
V
v
v
v
V
I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Setiap akhir bulan bidan desa melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan. Koordinator Imunisasi
merekapitulasi
dari seluruh pelaporan dalam wilayah
puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi Di buat RTL. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalitan data. Membuat evaluasi
SEBULAN SEKALI pencapaian setiap sasaran
berdasarkan target setiap indikator program .
J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAPORAN KIPI
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAPORAN KIPI
A. PENDAHULUAN Reaksi KIPI imunisasi Campak yang banyak dijumpai dengan gejala demam yang lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Penyuntikan BCG yang benar akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 3 minggu setelah imunisasi. Ulkus akan sembuh 2-3 bulan dan meninggalkan Parut bulat dengan diameter 4-8mm. Apabila Dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul terlalu besar, dan apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik kedalam. KIPI imunisasi DPT diantaranya kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi penyuntikan. Bayi akan menderita demam ringan, sering gelisah dan menangis terus-menerus selama beberapa jam pasca suntikan. Kasus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin telah dilaporkan terjadi pada resipien. Diperkirakan terdapat 1 kasus lumpuh pasca imunisasi polio yang berkaitan dengan vaksin pada setiap 2,5 juta dosis Oral Polio Vaccine (OPV) yang diberikan B. LATAR BELAKANG Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Vaksin mutakhir aman tetapi bukan tanpa resiko maka sebagian orang dapat mengalami reaksi setelah imunisasi yang bersifat ringan bahkan sampai mengancam jiwa. KIPI merupakan kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitasi, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, maupun kesalahan program koinsiden, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yag tidak dapat di tentukan. C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan kegiatan
pelaporan
KIPI
harus
dilakukan
secara
professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral e. Kelurahan
Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan
masyarakat di
wilayah kerja kelurahan masing-masing f. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan g. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing h. Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN 1. Tujuan umum menjaganya keamanan dan keselamatan
individu terhadap pasca
imunisasi 2. Tujuan khusus a. Mendeteksi dini kasus KIPI atau di duga KIPI dengan cepat dan tepat b. Merespon kasus KIPI atau diduga kasus kipi dengan cepat dan tepat. c. Mengurangi dampak negatife imunisasi terhadap kesehatan individu dan terhadap proram imunisasi E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pemantuan KIPI Pemantauan kasus KIPI pada dasarnya terdiri dari kegiatan penemuan kasus, pelacakan kasus, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, pelaporan dan evaluasi. 2. Penanggulangan KIPI Menganalisis hasil pelacakan untuk menilai klasifikasi kasus dan di coba mencari penyebabnya kasus tersebut. Dengan adanya data kasus, maka pada kasus ringan penanggulangan dapat diselesaikan oleh puskesmas dan memberikan pengobatan segera. Apabila kasus tergolong berat, harus segera di rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian obat segera F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Surveilans KIPI 2. TIM KIPI meliputi masyrakat dan petugas kesehatan puskesmas G. SASARAN 1. Setiap individu yang telah menerima imunisasi H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Di laporan setiap bulan dan di pantau setiap setelah pemberian imunisasi N o 1
BULAN Kegiatan Pemantau KIPI
1 2 3
4
5
6
7
8
9
v v v
v
v
V
v
v
v
1 0 v
11
12
v
v
I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Setiap akhir bulan bidan desa melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan. Membuat evaluasi
SEBULAN SEKALI pencapaian setiap sasaran
berdasarkan target setiap indikator program . J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PIN POLIO
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PIN POLIO
A. PENDAHULUAN Indonesia telah dinyatakan bebas polio bersama dengan Negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan maret 2014. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut, dan sebagai bagian melaksanakan komitmen mewujudkan Dunia Bebas Polio, Indonesia perlu memperkuat pelaksanaan program imunisasi rutin polio. PIN Polio adalah
pemberian
imunisasi tambahan polio kepada balitatanpa memandang status imunisasi polio sebelumnya. Tujuan PIN Polio antara lain mengurangi resiko penularan virus polio yang dating dari negara lain, memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup tinggi dan memberikan perlindungan secara optimal serta merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio.
B. LATAR BELAKANG Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang terbukti sangan cost efffective. Banyak kematian yang di sebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Penyakit Polio merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan
oleh
virus Polio.Secara
klinis
penyakit
polio
adalah
anakdibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut.Penyebaran penyakit ini melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan pada minggu pertama sakit. Kemudian bisa terjadi karena kelumpuhan otot pernafasan yang tidak ditangani segera. Berdasarkan Analisa para ahli didapat data yang menunjukkan cakupan imunisasi Polio dosis keempat nasional telah melebihi 90% namun tidak merata diseluruh
provinsi
dan
Kabupaten/Kota.
Dengan
demikian
para
ahli
merekomendasikan agar dilaksanakan PIN Polio dengan sasaran balita (anak usia 0-59 bulan) untuk memberikan perlindungan optimal bagi seluruh anak terhadap virus polio.
C. TATA NILAI PROGRAM
Pelaksanaan kegiatan PIN Polio harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral a Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing b TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan c Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing d Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN 1. Tujuan umum Tercapainya eradikasi polio di dunia pada akhir tahun 2020 2. Tujuan khusus a. Mengurangi resiko penularan virus polio yang dating dari negara lain. b. Memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup tinggi c. Memberikan perlindungan secara optimal dan merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan PIN polio pada bulan maret F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pemberian imunisasi polio tambahan dapat diperoleh di Posyandu,Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Rumah sakit serta Pos PIN G. SASARAN Sasaran PIN polio adalah semua anak usia 0 s.d 59 bulan tanpa memandang status imunisasi. H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N o 1
BULAN Kegiatan Pelaksanaan PIN polio
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
11 12
V
I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan setiap setelah selesai pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi, apabila terdapat
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.
J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Akhir tri bulan pertama ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS KIA
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS KIA A. PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanuasian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap upaya terobosan yang didukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksanaan program KIA. B. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Neonatus, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat, AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan 39 %, eklamsia 20 %, infeksi 20-25 %, dan karena penyebab yang lainnya. Demikian halnya dengan kematian bayi, balita masih sebesar 56 per 10.000 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak dari kematian bayi adalah asfeksia neonatorum 50 – 60 %, infeksi 20 – 25 % dan trauma persalinan 5 – 10 %. Berbagai upaya dalam pelayanan di KIA telah dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menekan angka kematian dan kesakitan ibu, angka kematian dan kesakitan bayi dan balita. Untuk itu berdasarkan hal diatas masalah yang dihadapi tentang tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi dan balita, diperlukan upaya – upaya peningkatan pelayanan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Peningkatan
sumber
daya
petugas
kesehatan
dan
juga
peningkatan
pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing – masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Dengan PWS KIA dapat memantau cakupan pelayanan KIA. C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan program PWS KIA
harus dilakukan secara profesional,
akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral
i. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan
masyarakat di
wilayah kerja kelurahan masing-masing j. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan k. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing l. Program Promkes Menyediakan media terkait pelaksanaan kegiatan D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas 2. Tujuan Khusus a. Memantau pelayanan KIA b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur dan terus menerus. c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standart pelayanan KIA d. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan e. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan. f. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Monitoring dan Evaluasi PWS KIA F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan diskusi kelompok / FGD G. SASARAN 1. Kader 2. Lintas Program 3. Lintas Sektor H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN BULAN No 1
Kegiatan PWS KIA
1
2
3
4
V
5
6 V
7
8
9 V
1 0
11 12 V
I. EVALUASI PELAKSANA DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab
UKM Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut. J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap akhir tri bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS IMUNISASI
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS IMUNISASI
A. PENDAHULUAN Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program imunisasi di masyarakat. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. B. LATAR BELAKANG Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya menurunkan angka kematian pada bayi. Program imunisasi merupakan upaya preventif yang telah terbukti sangat cost efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan pada bayi dan balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program imunisasi dapat mencegah lebih dari 2.5 juta anak meninggal setiap tahun. Agar tujuan program imunisasi tercapai, maka diperlukan cakupan imunisasi dasar rutin yang tinggi dan merata di setiap desa serta pelayanan imunisasi yang berkualitas. Untuk memantau cakupan imunisasi yang tinggi dan merata digunakan indikator UCI desa dan diharapkan seluruh desa mencapai UCI. Desa mencapai UCI apabila minimal 80 % anak yang telah berusia 1 tahun sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan dapat dibuktikan dengan data kohort bayi.
C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan PWS Imunisasi
harus dilakukan secara professional,
akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral m. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing n. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup -
sehat di masyarakat Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan
o. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing p. Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN 3. Tujuan Umum Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA - imunisasi secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas 4. Tujuan Khusus g. Memantau pelayanan imunisasi h. Memantau kemajuan pelayanan KIA - imunisasi dan cakupan indikator KIA - imunisasi secara teratur dan terus menerus. i. Menilai kesenjangan pelayanan KIA - imunisasi terhadap standart pelayanan KIA - imunisasi j. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan k. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan. l. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Monitoring dan Evaluasi PWS KIA – imunisasi F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan diskusi kelompok / FGD G. SASARAN 4. Kader 5. Lintas Program 6. Lintas Sektor
H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN BULAN No 1
Kegiatan PWS imunisasi
1
2
3 V
4
5
6
7
8
V
9 V
1 0
11 12 V
I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiata dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM
Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut. J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap tri bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN RANTAI DINGIN
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN RANTAI DINGIN A. PENDAHULUAN Sewaktu vaksin tersebut diangkut kepelabuhan udara untuk dikirimkan kedaerah atau Negara lain, maka vaksin tersebut harus dikemas sedemikian rupa sehingga suhu dalam container vaksin ini tetap sekitar 2 – 8 derajat Celsius selama perjalanan hingga tiba ditempat tujuan. Setelah sampai ditempat tujuan, maka vaksin ini segera harus dipindahkan kedalam fasilitas ruang penyimpanan khusus dengan suhu 2 – 8 derajat Celsius, bila nanti vaksin ini dikeluarkan dari pelabuhan udara untuk dibawa ke distributor farmasi, maka juga diperlukan mobil dengan sistim pendingin yang khusus untuk bias tetap menjaga suhu sehingga mutu dan potensi vaksin bias tetap terjaga. Cerita rantai dingin atau cold chain ini masih berlanjut dari gudang penyimpanan distributor hingga tiba di rumah sakit, atau di klinik imunisasi atau dokter dan pasien pemakai vaksin.Semua perlengkapan dan sistim rantai dingin atau cold chain ini, sejak dari pabrik pembuat vaksin hingga mencapai tempat dokter dan pasien pemakai vaksin, adalah rumit dan berharga mahal.Jika ada kelainan atau kerusakan atau gangguan pada salah satu mata rantai tersebut diatas, maka vaksin tersebut sudah pasti akan mengalami kerusakan pada molekul bioaktifnya sehingga mutu dan potensi proteksi vaksin tersebut diragukan, dengan akibat vaksin tersebut tidak dapat lagi dipakai untuk tujuan imunisasi terhadap suatu jenis penyakit infeksi tertentu yang ditujukan oleh vaksin tersebut. B. LATAR BELAKANG Sejak ditemukannya vaksin dan tehnik pembuatan vaksin yang semakin berkembang pesat hingga saat ini, ada satu hal yang mutlak harus ada bila kita berbicara tentang penyimpanan vaksin, yaitu rantai dingin atau cold chain, yaitu suatu sistim penyimpanan vaksin dengan suhu antara 2 – 8 derajat Celsius, agar supaya komponen dalam vaksin yang bersifat bioaktif tidak mengalami kerusakan karena suhu yang tinggi atau suhu yang terlalu rendah, sehingga dengan suhu penyimpanan yang tepat, potensi proteksi vaksin akan tetap terjaga maksimal hingga waktu yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat vaksin, yang ditentukan dengan yang disebut Expiration Date atau Waktu Kadaluarsa vaksin. Hal ini kedengarannya gampang dilaksanakan, namun dalam kenyataannya adalah cukup sulit dan rumit untuk diikuti. Sejak vaksin selesai dibuat dalam pabrik farmasi, maka vaksin itu sudah harus disimpan dalam ruangan penyimpanan khusus dengan suhu yang telah ditentukan untuk jenis vaksin tersebut, biasanya berkisar antara 2 – 8 derajat Celsius, kecuali untuk jenis
vaksin tertentu seperti vaksin polio oral OPV yang harus disimpan dibawah – 20 derajat Celsius.
C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Rantai Dingin harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral q. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing r. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan s. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing t. Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN 1. Tujuan umum Mampu mengelola rantai dingin vaksin dan vaksin 2. Tujuan khusus a. Mampu mengoperasikan dan memelihara ranta dingin vaksin b. Mampu menjaga suhu penyimapan vaksin secara benar c. Mampu mengetahui tanda – tanda kerusakan vaksin secara cepat E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pengambilan vaksin 2. Penyimpanan vaksin 3. Pemeliharaan suhu lemari es F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Petugas selalu menjaga dan memantau suhu vaksin 0 - 8 derajat celcius. G. SASARAN 1. Petugas imunisasi 2. Petugas cold chain H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N o 1
BULAN Kegiatan Pelaksanaan rantai dingin vaksin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
v
v
v
v
v
v
v
v
v
1 0 v
11 12 v
I. EVALUASI PELAKSANA DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan di lakukan setiap bulan setelah melukan pengelolan rantai dingin vaksin
V
J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENDATAAN SASARAN IMUNISASI
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PENDATAAN SASARAN IMUNISASI
A. PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanuasian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap upaya terobosan yang didukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksana program KIA. B. LATAR BELAKANG Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya menurunkan angka kematian pada bayi. Program imunisasi merupakan upaya preventif yang telah terbukti sangat cost efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan pada bayi dan balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program imunisasi dapat mencegah lebih dari 2.5 juta anak meninggal setiap tahun. Pada program imunisasi mentukan jumlah sasaran merupakansuata unsur paling penting. Sebelum melakukan perencanaan kebutuhan vaksin terlebih dahulu harus di tentukan berapa besar sasaran imunisasi dalam satu tahun yang akan di layani di wilayah kerja masing – masing. C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan pendataan Imunisasi harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral u. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing v. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan w. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing x. Program KIA dan Gizi Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita
D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tercapainya cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta berkualitas di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar. 2. Tujuan Khusus a. Memantau pelayanan imunisasi b. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan c. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan. d. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor
E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Menghitung jumlah sasaran bayi 2. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil 3. Menghitung jumlah sasaran anak sekolah dasar kelas 1, 2, 3 4. Menghitung jumlah sasaran wanita usia subur F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Menggunakan etimasi bayi lahir hidup tahun lalu, dan pada akhir tahun menggunakan sasaran bayi lahir hidup real, Menggunak an data dari dinas pendidikan untuk anak sekolah dasar Menggunakan perkiraan besarnya WUS pada penduduk G. SASARAN 1. Bayi 0 bulan – 12 bulan 2. Batita 13 bulan – 24 bulan 3. WUS / Ibu hamil 4. Anak SD kelas 1,2,3 H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N o 1
BULAN Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
11 12
Membuat sasaran imunisasi I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiata dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM Esssensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.
J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan ii. Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program iii. Dokumen
laporan
yang
berisi
:
notulen,
rencana
tindak
lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN AUDIT MATERNAL PERINATAL
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR 2016 I.PENDAHULUAN
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah : Pertama, penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko. Kedua, merencanakan kebijakan upaya peningkatanpelayananpasienberbasisbukti dengan standard global, yang menitik beratkanterutamadalamaspekprodukyang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan. Ketiga, mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong penelitian terkait dengan patient safety. Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan AuditMaternal-Perinatal(AMP)sebagaisalah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan bayinya. Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah. Dengan demjikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat. Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan
dan
kematian
dimasa
yang
akan
datang.
Penelusuran
ini
memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab
yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.
II.
TUJUAN A. TUJUAN UMUM Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
B. TUJUAN KHUSUS Tujuan khusus audit maternal-perinatal adalah: 1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah/swasta dan puskesmas, rumah bersalin, bidan praktek swasta (BPS) di wilayah kabupaten/kota dan lintas batas kabupaten/kota/provinsi 2. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus 3. Mengembangkan
mekanisme
koordinasi
antara
dinas
kesehatan
kabupaten/kota, RS pemerintah dan swasta, puskesmas, rumah bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati III. TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU a. b. c. d. e. f. g.
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
IV.TATA HUBUNGAN KERJA 1. Penanggung jawab kepala PUSKESMAS Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 2. Pelaksana Kebidanan : 2.1. Bidan Koordinator
Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan serta evaluasi kegiatan AMP 2.2. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana kegiatan KIA didesa binaan LINTAS SEKTORAL 1. Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai pengelola progam terkait 2. Rumah Sakit : Dokter spesialis kebidanan, dokter ahli anak, dan dokter ahli lain diRS yang menangani kasus yang di AMP 3. Pihak lain yang terkait (Bidan Praktek mandiri sebagai pelaksana kebidanan dilapangan) V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut : 1. Pembentukan tim AMP 2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP 3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP 4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP 5. Pelaksanaan kegiatan AMP 6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS 7. Pemantauan dan evaluasi
Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tingkat kabupaten /kota a. Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota b. Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota ,yang susunannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. c. Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan: 1) Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan jajarannya 2) Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak dokter ahli lain RS kabupaten/kota 3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait 4) Pihak lain yang terkait ,sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain. d. Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
e. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim AMP f. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya ,dan melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan g. Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program KIA,secara berkelanjutan 2. Tingkat puskesmas a. Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP b. Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganan atau rujukan nya ,untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota c. Mengikuti pertemuan AMP dikabupaten/kota d. Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal ) selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan . temuan otopsi verbal dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota . e. Mengikuti/melaksanakan
kegiatan
peningkatan
kualitas
pelayanan
KIA,sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit f. Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota g. Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor terkait. 3. Tingkat propinsi a. Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota b. Menyamakan
kerangka
pikir
dan
menyusun
rencana
kegiatan
pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif. c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota d. Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota sesuai kebutuhan e. Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan f. Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
4. Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP ,sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan
mutu
pelayanan
KIA
diwilayah
kabupaten/kota
serta
peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat dasar dan tingkat rujukan primer.
5 METODA Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut 1. Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota ,berlangsung sekitar 2 jam. 2. Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas .Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota /puskesmas hendak nya di audit,demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya 3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari : a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah b. Proses rujukan yang terjadi c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan d. Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematianibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. e. Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan menyalahkan ,atau memberi sanksi,salah satu pihak f. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir ,notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut ,yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang g. RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota ,dengan memakai format yang disepakati
6 PENCATATAN DAN PELAPORAN Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat ,baik ditingkat puskesmas,maupun ditingkat RS kabupaten/kota .pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut 1. Tingkat puskesmas Selain
menggunakan
rekam
medis
yang
sudah
ada
dipuskesmas
,ditambahkan pula : Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal ) Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupunbidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal. Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal ) Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas. 2. RS kabupaten/kota Formulir yang dipakai adalah a. Form MP (formulir maternal dan perinatal ) Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat b. Form MA (formulir medical audit ) Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu : 1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak.
2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota 3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh Rs kabupaten /kota , puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. Pada tahap awal , jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.
VI. SASARAN 1. Kasus kematian ibu 2. Kasus kematian bayi dan anak
VII. JADWAL KEGIATAN
N
Kegiatan
o
J
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
a
Ju
Agus
Sept
Okt
Nop
Des
l
n 1
AMP
VIII.
v
v
v
v
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
1. Setiap ada kasus Binsa melaporkan ke Puskesmas dalam waktu 1 X 24 Jam 2. Koordinator KIA meneruskan laporan ke dinas kesehatan kabupaten 3. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data 4. Membuat evaluasi sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan target setiap indicator program .
KERANGKA ACUAN ANTENATAL CARE
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
I. PENDAHULUAN Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir. Pelaksanaan pelayanan KIA mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan konseling terhadap ibu hamil serta keluarganya agar ibu hamil dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat. II. LATAR BELAKANG Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan. Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur kehamilannya 34-36 minggu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan. III. TUJUAN 1. Mengetahui identitas pasien dan keluarga serta perilaku kehidupan sehari-hari 2. Mengetahui secara dini riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 3. Mengetahui umur kehamilan, supaya dapat mengetahui perkiraan persalinan 4. Mengenali sejak dini faktor resiko dan resiko tinggi 5. Memberikan konseling pada ibu serta keluarga tentang keadaan kehamilannya 6. Memotivasi ibu supaya merencanakan pertolongan persalinanya dengan tenaga kesehatan IV. TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU h. Tanggungjawab i. Efektif dan Efisien j. Ramah dan Responsif k. Profesional l. Aman dan akuntabel m. Disiplin n. Ulet dan Ulung V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIANNYA 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan 4. Pencatatan hasil pelayanan Antenatal Care 5. Memberikan pelayanan tindak lanjut
VI. CARA PELAKSANAAN 1. Bidan mengambil rekam medis ibu di loker KIA/ KB yang terdapat di unit pendaftaran, 2. Bidan memanggil nama ibu,
3. Bidan mempersilahkan pasien untuk duduk dengan nyaman, 4. Bidan mencocokkan nama ibu dengan nama yang ada dalam rekam medis, 5. Bidan melakukan anamnesa : a.Identitas Ibu dan Suami (bagi ibu kunjungan pertama) b.Keluhan sekarang/ alasan datang c. Riwayat Obstetry, dan Riwayat kehamilan sekarang d.Status imunisasi TT e.Riwayat penyakit yang lalu, Riwayat Penyakit Sekarang, dan f. Riwayat penyakit keluarga 6. Bidan melakukan pemeriksaan umum, meliputi : a. Melihat Keadaan Umum Ibu, Kesadaran Ibu b. Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan darah, LILA 7. Bidan melakukan pemeriksaan Fisik, meliputi : a. Inspeksi : Pemeriksaan Head to Toe b. Palpasi
: TFU (mulai Umur Kehamilan 20 mg), Leopold I-III (untuk
Umur Kehamilan mulai 24 mg), Leopold IV (mulai UK 36 mg) c. Auskultasi : pemeriksaan DJJ mulai 20mg d. Perkusi : pemeriksaan Reflek Patella 8. Bidan melakukan rujukan untuk Pemeriksaan Penunjang: a. Laboratorium : Haemoglobin, Protein Urine, Golongan Darah b. Test IMS (bila ada Indikasi) 9. Bidan memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, 10.Bidan mencatat hasil pemeriksaan di Buku KIA Ibu, Buku Register
ANC,
dan di rekam medis ibu, 11. Bidan melakukan KIE sesuai dengan keluhan ibu dan hasil pemeriksaan, 12.Bidan menuliskan resep obat : a. Sulfas Ferrous 1x1 Tab/ Hari b. Asam Ascorbat 1x50mg/ Hari c. Kalcium Lactat 1x500mg/ Hari d. Obat lain disesuaikan dengan kondisi ibu, serta mempertimbangkan efek samping/ keamanan obat terhadap kehamilan 13.Bidan memberikan resep kepada ibu, 14.Bidan menyarankan kepada ibu untuk periksa ulang, 15.Bidan memberitahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai, 16.Bidan mempersilahkan kepada ibu untuk mengambil obat di Ruang Obat, 17.Bidan membuat asuhan kebidanan di Rekam Medis ibu, 18.Bidan merapikan rekam medis ibu, 19.Bidan mengembalikan RM ke unit pendaftaran. VII.
SASARAN
Bumil dari umur 4 minggu – 40 minggu
KERANGKA ACUAN PEMERIKSAAN IVA TES dan SADARI
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
2016
PEMERIKSAAN IVA DAN SADARI
I. PENDAHULUAN Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu tindakan wanita dalam mengenali keadaan payudaranya guna mengetahui ada atau tidaknya benjolan yang tidak normal dan perubahan lain pada bentuk payudara yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
merupakan
satu
metode
pemeriksaan dini guna mendeteksi adanya kanker pada payudara, dan merupakan metode pemeriksaan yang paling sederhana dan mudah dilakukan hanya cukup beberapa menit dengan menggunakan jari-jari tangan dengan meraba seluruh permukaan payudara yang dilakukan rutin setiap bulan setelah selesai masa menstruasi. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dianjurkan pada wanita, terutama pada wanita dengan usia mulai dari 20 tahun. Karena wanita dengan usia subur 20-45 tahun sangat berisiko terkena penyakit kanker payudara, sehingga wanita harus selalu sadar payudara yaitu dengan cara rutin memeriksa payudaranya sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker payudara. Cukup dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan sendiri di rumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi yakni dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Jadi para
wanita akan tahu apabila terjadi
perubahan pada payudaranya. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sankaranarayanan, et. Al tentang perbandingan
pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia pada
kelompok yang dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini pada negara berkembang (India) didapatkan hasil bahwa mereka yang melakukan skrining IVA, 35% lebih sedikit yang meninggal dunia dibanding mereka yang tidak mendapat skrining IVA. Mayoritas perempuan yang terdiagnosa kanker serviks biasanya tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal. Tidak melakukan deteksi dini secara teratur merupakan faktor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks pada seorang
wanita, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan. (Emilia, 2010).
II.TUJUAN 1. Tujuan Umum a. Tujuan Umum SADARI Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal.SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. b. Tujuan IVA Test Tujuan dilakukannya Iva Test untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim. 2. Tujuan Khusus a. Tujuan khusus SADARI 1) Untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat diketahui segera 2) Mendeteksi dini apabila terdapat benjolan 3) Untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara 4) Mengetahui ada tidaknya kanker payudara b. Tujuan Khusus Iva Test 1) Deteksi dini dan diagnosis kanker serviks 2) Mengetahui perubahan perkembangan
sel leher rahim, sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini
III. MANFAAT 1. Manfaat dilakukan SADARI a. Wanita dapat memahami adanya tanda-tanda ca.mamae b. Pencegahan dini kanker pada payudara c. Wanita jadi memahami perawatan payudara sangatlah penting
2. Manfaat dilakukan Iva Test
IV.
a. Wanita dapat memahami adanya tanda-tanda ca.servik b. Pencegahan dini kanker pada servik c. Wanita jadi memahami perawatan pada daerah vagina sangatlah penting WAKTU PELAKSANAANNYA A. SADARI 1. SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. 2. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan.
3. Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. 4. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. 5. Satelah menopouse SADARI sebaiknyadilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).
B. IVA TEST 1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun 2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun 3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66) 4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 2560 tahun. 5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan. 6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun V. TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU a b c d e f g
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
VI.TATA HUBUNGAN KERJA 1. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 2. Tim Managemen Mutu Memonitor kemajuan setiap pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi Bersama mengatasi permasalahan
3. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan dr PDCA 4. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan,
serta
evaluasi program KIA / KB. b. Penggungjawab program KB ; koordinasi kegiatan KB dan pencatatan dan pelaporan serta evaluasi c. Penanggung jawab program anak; koordinasi kegiatan pelayanan program anak. d. Penanggungjawab program kesehatan reproduksi remaja ; koordinasi, kegiatan program KRR e. Penanggungjawab program kesehatan lansia ; koordinasi kegiatan program lansia
A. LINTAS PROGRAM 1. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat 2. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll 3. Laboratorium ; skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta protein urine. 4. BP ;
koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi
kehamilan dan tumbuh kembang anak 5. Gigi ;
koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan
kesehatan gigi 6. Kesehatan lingkungan ;
koordinasi penyakit – penyakit yang
menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS,PHBS dll 7. Immunisasi : balita.
koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta
8. Fisioterapi :
koordinasi pada ibu dan anak dengan keluhan tulang
serta otot. 9. P2 : koordinasi terhadap penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan pneomoni,ispa dll.
B. LINTAS SEKTORAL 1. Perangkat
desa dan seluruh jajaran,tokoh masyarakat,tokoh
agama ,kader kesehatan dll 2. PKK 3. FKK 4. Dinas terkait diwilayah kerja ; KUA,Dinas Pendidikan dll
VII.
CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN A. SADARI Pemeriksaan payudara mandiri dapat membantu anda untuk menjadi terbiasa dengan tubuh anda, jadi anda dapat menemukan perubahan-perubahan yang terjadi, yakni dengan melakukan : 1. Buka baju sampai ke pinggang dan berdiri di depan cermin (kiri). Dengan tangan santai di sisi tubuh anda, lihatlah perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada bentuk, ukuran atau kesimetrisan payudara dan puting susu anda 2. Angkat lengan di atas kepala dan periksa lagi apakah terdapat perubahan. Berputarlah ke samping untuk melihat payudara anda secara keseluruhan (kanan) 3. Sekarang taruh tangan anda di pinggang dan tekan ke bawah sehingga otot dada meregang. 4. Pemeriksaan payudaa mandiri berikutnya lebih baik dilakukan dengan tiduran, dengan satu tangan di belakang kepala. Gunakan ujung jari untuk merasakan benjolan-benjolan atau penebalan yang terjadi. 5. Putar tangan membentuk spiral menjangkau semua daerah pada payudara (kiri), ingat juga untuk memeriksa ketiak anda. Penting sekali bagi dokter untuk mengikuti langkah-langkah yang sama jika anda datang ke tempat praktek untuk pemeriksaan kesehatan. Jika anda tidak suka dengan cara memeriksa anda (Buckman, 2009).
B. IVA TEST Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut: 1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi. 2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. 3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks 4. Spekulum vagina 5. Asam asetat (3-5%) 6. Swab-lidi berkapas 7. Sarung tangan Teknik IVA Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.
VIII. SASARAN 1. Lansia 2. Wanita usia subur 3. Pasangan usia subur IX.JADWAL KEGIATAN No
Kegiatan
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Ju l
Agus
1
Pemeriks aan (sasaran)
V
V
V
V
2
Rujukan
V
V
V
V
3
Konseling
V
V
V
V
4
Evaluasi hasil kegitan program
V
V
V
V
5
Analisa masalah
V
V
V
V
6
Linprog
V
V
V
V
Linsek
X. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Sept
Okt
Nop
Des
5. Setelah pelaksanaan petugas KIA melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan 6. Dibuat kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dapat mendukung kegiatan pemeriksaan IVA dan SADARI 7. Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan
XI.PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1. pencatatan di buat dalam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis data kujungan , analisa masalah dan rencana tindak lanjut 2. Pelaporan setelah pelaksanaan kegiatan, diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI INTERVENSI TUMBUH KEMBANG ANAK
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
2016
PROGAM SDIDTK
I. PENDAHULUAN Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Dengan kata lain bila penyimpangan terdadi pada usia dini dan dideteksi sedini
mungkin,
maka
tindakan
koreksi
akan
memberikan
hasil
yang
memuaskan, sedangkan bila penyimpangan tejadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanakan oleh semua pihak sejak mulai dari tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan sampai dokter spesialis, dan di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih spesialistis. Dengan telah adanya program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang dilaksanakan di masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita (BYB), program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk fasilitas selanjutnya sebagai sarana rujukan selanjutnya yang termasuk juga tempat rujukan yang paling akhir yang dapat menangani secara holistik dan komplit. Dalam, makalah ini akan dibicarakan kompetensi atau tugas dan peran dari tiap, tingkat pelayanan mulai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai tingkat pelayanan kesehatan yang ada. di Rumah Sakit Kabupaten. II. PENGERTIAN Deteksi dini adalah upaya
penjaringan
dan
penyaringan
yang
dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut. Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya. Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimililki oleh anak. Dengan mengetahui
penyimpangan
tumbuh
kembang
secara
dini
sehingga
upaya-upaya
pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat clibenkan dengan indd= yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai. SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga
professional
(kesehatan,
pendidikan
dan
sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010. III. TUJUAN Tujuan umum: Mengoptimalisasikan
tumbuh
kembang
anak
sesuai
dengan
potensi
dan
keterbatasannya. Tujuan khusus: 1. Mendeteksi, mendiagnosa, menstimulasi, mengobati, dan 'follow-up' anak yang dirujuk ataupun datang sendiri dengan penyimpangan tumbuh kembang. 2. Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani setempat ke pusat-rujukan yang lebih lengkap atau instansi yang berkompeten atau Yayasan khusus sesuai dengan kasus yang ditangani. IV. TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU h Tanggungjawab i Efektif dan Efisien j Ramah dan Responsif k Profesional l Aman dan akuntabel m Disiplin n Ulet dan Ulung
V. TATA HUBUNGAN KERJA 3. Penanggung jawab kepala PUSKESMAS Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 4. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan serta evaluasi program kelas balita. b. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana kelas balita didesa binaan 5. LINTAS PROGRAM
a. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat b. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll c. Laboratorium ; skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta protein urine. d. BP ; koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang anak e. Gigi ;
koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan kesehatan gigi
f. Kesehatan lingkungan ; koordinasi penyakit – penyakit yang menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS, PHBS dll g. Immunisasi :
koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta balita.
6. LINTAS SEKTORAL a. Perangkat desa dan seluruh jajaran,tokoh masyarakat,tokoh agama ,kader kesehatan dll b. PKK c. FKD
VI. CARA PELAKSANAAN Pelaksaan kegiatan deteksi dini dan intervenst penyimpangan Tumbuh Kembang di tingkat Puskesmas 1. Tugas dan peran Puskesmas: Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras) a. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk dengan cara: 1) Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS. 2) Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS. 3) Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh kembang anak dan kartu tumbuh kembang. 4) Menilai tumbuh kembang anak secara individu. b. Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang berkunjung dan dirujuk. c. Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan tumbuh kembang berupa:
1) Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA, Diane, Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt lainnya sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta buku pedoman kerja Puskesmas. 2) Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar. 2. Penanganan: Penanganan langsung pada: a. Kelambatan motorik kasar. b. Gangguan bicara karena, kurang latihan. c. Gangguan motorik halus. d. Sosialisasi yang kurang (anak tak suka berkawan, suka mengganggu/menyerang kawan). e. Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi. f. Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat pembenan makanan seimbang. g. Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa gangguan organic, Gangguan buang air besar, Cengeng berlebihan, Penakut, Mengompol pada anak di atas 5 tahun, d1l. Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dan rumah sakit.
3. Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti: a. Autisme. b. Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi. c. Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal. d. Kelainan-kelainan benwWfungsi tubuh (hidrosefalus,
spina,
bifida,
strabismus). e. I-Epotiroidea. f. Perawakan pendek. g. Perawakan tinggi. 4. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung a. Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani lebih lanjut). b. Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina. V.
Anak Prasekolah Desa) SASARAN semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
KERANGKA ACUAN KONSELOR SEBAYA
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR 2016
KONSELOR SEBAYA
I.
PENDAHULUAN Siswa
SMP/MTs,
SMA/MA,
dan
SMK
sesuai
dengan
usia
perkembangannya berada pada masa remaja. Pada masa ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat. Hal ini antara lain karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Keadaan ini sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang eksklusif karena hanya sesama merekalah dapat saling memahami. Sebagian (besar) siswa lebih sering membicarakan masalah-masalah serius mereka dengan teman sebaya, dibandingkan dengan orang tua dan guru pembimbing. Untuk masalah yang sangat seriuspun (misalnya, hubungan seksual dan kehamilan di luar nikah, dan keinginan melakukan aborsi) mereka bicarakan dengan teman, bukan dengan orang tua atau guru mereka. Kalaupun terdapat beberapa siswa yang akhirnya menceritakan kehamilan atau hubungan seksual mereka kepada orang tua atau guru pembimbing, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Dalam segala segi remaja mengalami perubahan dan perubahanperubahan yang sangat cepat sering menimbulkan kegoncangan dan ketidakpastian. Goncangan dan ketidak pastian juga muncul dari lingkungan yang sedang dan akan terus cepat berubah. Dalam menghadapi badai perkembangan ("storm and stress") banyak remaja yang berhasil mengatasi berbagai rintangan. Mereka menjadikan rintangan dan berbagai kegagalan sebagai peluang dan tantangan untuk tetap bangkit meraih keberhasilan, membentuk kelompok sebaya untuk saling menguatkan, dan pada akhirnya berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara wajar. Salah satu faktor yang berperan terhadap keberhasilan individu dalam menghadapi berbagai kesulitan adalah daya lentur individu atau resilience. Di pihak lain, banyak pula remaja yang gagal dan kandas terhempas ke dalam berbagai tingkah laku menyimpang yang tidak sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang dituntutkan kepadanya. Badai perkembangan dihayati sebagai suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan,
dan mereka larut dalam kegagalan. Seringkali kelompok individu ini juga larut dalam aktivitas kelompok sebaya yang kurang positif. Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib yang muncul diantara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya fasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain, beberapa karakteristik psikologis remaja (antara lain emosional, labil) juga merupakan tantangan bagi efektifitas layanan terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja antara lain tampak dalam konformitas remaja terhadap kelompok sebayanya. Konformitas terhadap teman sebaya dapat berdampak positif dan negatif. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sebaiknya interaksi antar siswa (remaja) dikelola agar berdampak positif dan dapat memberikan dukungan terhadap berkembangnya resilience mereka? Apakah konseling teman sebaya dapat menjadi sarana fasilitasi bagi berkembangnya resiliensi siswa?
II.
TUJUAN Tujuan konselor sebaya yakni: 1. Memanfaatkan proteksi kaum muda 2. Sumber daya manusia yang paling berharga 3. Mempersiapkan kaum muda menjadi pemimpin bangsanya dimasa depan 4. Membantu kaum muda mengembangkan kepribadian mereka 5. Membantu kaum muda mengembangkan kepribadian mereka 6. Membantu kaum muda menjernihkan dan membentuk nilai-nilai hiidup mereka, dan 7. Meningkatkan kemampuan kaum muda melakukan perubahan di tengah masyarakat mereka.
III.
MANFAAT DAN FUNGSI KONSELOR SEBAYA Fungsi dari konseling sebaya menurut beberapa ahli: a. Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya. b. Membantu siswa lain yang mengalami penyimpangan fisik. c. Membantu siswa-siswa baru dalam menjalani pekan orientasi siswa untuk mengenal sistim dan suasana sekolah secara keseluruhan. d. Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah. e. Melakukan tutorial dan penyesuaian sosial bagi siswa-siswa asing (kalau ada).
Sedangkan manfaat konselor sebaya yakni: 1. Siswa
memiliki
Kemampuan
melakukan
pendekatan
dan
membina
percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain. 2. Siswa memiliki Kemampuan mendengar, memahami dan merespon (3M), termasuk komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan minimal). 3. Siswa memiliki Kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau normal. 4. Siswa memiliki Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi. 5. Siswa memiliki Kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam
konseling
mengahadapi
permasalahan-permasalahan
permasalahan kesehatan, permasalahan
sekolah, dan
pribadi,
permasalahan
perencanaan hubungan dengan teman sebaya. 6. Siswa memiliki Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah. 7. Siswa memiliki Kemampuan menerapkan keterampilan interpersonal yang menarik untuk mengusahakan terjadi pertemuan pertama dengan siswa yang minta tolong. 8. Siswa memiliki Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah kecemasan. 9. Siswa memiliki Kemampuan mengalih tangankan konsli untuk menolongnya memecahkan masalahnya jika dalam Konseling Sebaya tidak dapat menyelesaikan. 10. Siswa memiliki Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika. 11. Siswa memiliki Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling IV. 1. 2. 3. 4. V.
RUANG LINGKUP KASUS KESEHATAN REMAJA Abortus Pernikahan dini Anemia Obesitas RINCIAN KEGIATAN 1. Konseling kesehatan reproduksi remaja 2. Konseling gizi 3. Konseling permasalahan remaja pada umumnya
VI.
TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU o p q r s t u
VII.
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
TATA HUBUNGAN KERJA 1. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 2. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan 3. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan,
serta
evaluasi program KIA / KB dan KRR
b. Pengelola progam KRR Sebagai pelaksana dilapangan
A. LINTAS PROGRAM 1. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan remaja kepada masyarakat 2. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk remaja ; konseling KEK,anemia ,obesitas, dll.
B. LINTAS SEKTORAL 1. UPTD Pendidikan (SMP dan SMA/SMK)
a. Membantu pengelola dalam mendata jumlah remaja di wilayah binaan. b. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan remaja konseling KEK, anemia ,obesitas, pernikahan dini, abortus, dll. c. Membantu pengelola dalam memfasilitasi remaja untuk menindak lanjuti kegiatan konselor remaja 2. Aparat desa, Toma, Karang Taruna a. Membantu pengelola dalam mendata jumlah remaja di wilayah binaan. b. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan remaja konseling KEK, anemia ,obesitas, pernikahan dini, abortus, dll. c. Membantu pengelola dalam memfasilitasi remaja untuk menindak lanjuti kegiatan konselor remaja
VIII.
LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN KONSELOR SEBAYA “Konselor” sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan
terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal.
Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lainnya. Kontak-kontak tersebut juga dapat memperbaiki atau meningkatkan iklim sosial dan dapat menjadi jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat atau tidak bersedia berjumpa dengan konselor. A. Langkah-langkah dalam membangun konselor sebaya : 1. Pemilihan calon ”konselor” teman sebaya. Meskipun keterampilan pemberian bantuan dapat dikuasai oleh siapa saja, faktor kesukarelaan dan faktor kepribadian pemberi bantuan (“konselor” sebaya) ternyata sangat menentukan keberhasilan pemberian bantuan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan calon “konselor” sebaya. Pemilihan didasarkan pada karakteristik-karakteristik hangat, memiliki minat untuk membantu dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai, energik, secara sukarela bersedia membantu orang lain, memiliki emosi yang stabil, dan memiliki prestasi belajar yang cukup baik atau minimal rerata, serta mampu menjaga rahasia. Dalam setiap kelas dapat dipilih 3 atau 4 siswa yang memenuhi kriteria tersebut untuk dilatih selama beberapa minggu.
2. Pelatihan calon ”konselor” teman sebaya. Tujuan utama pelatihan “konselor” sebaya adalah untuk meningkatkan jumlah remaja yang memiliki dan mampu menggunakan keterampilan-keterampilan pemberian bantuan. Pelatihan ini tidak dimaksudkan untuk menghasilkan personal yang menggantikan fungsi dan peran konselor. Materi-materi pelatihan yang meliputi keterampilan konseling dan keterampilan resiliensi dikemas dalam modul-modul yang disajikan secara berurutan. Calon ”konselor” teman sebaya dibekali kemampuan untuk membangun komunikasi interpersonal secara baik. Sikap dan keterampilan dasar konseling yang meliputi kemampuan berempati, kemampuan melakukan attending, keterampilan bertanya, keterampilan merangkum pembicaraan, asertifitas, genuineness,
konfrontasi,
dan
keterampilan
pemecahan
masalah,
merupakan kemampuan-kemampuan yang dibekalkan dalam pelatihan konseling teman sebaya. Penguasaan terhadap kemampuan membantu diri sendiri dan kemampuan untuk membangun komunikasi interpersonal secara baik akan memungkinkan seorang remaja memiliki sahabat yang cukup. 3. Pelaksanaan dan pengorganisasian konseling teman sebaya. Dalam praktiknya, interaksi ”konseling” teman sebaya lebih banyak bersifat spontan dan informal. Spontan dalam arti interaksi tersebut dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak perlu menunda. Meskipun demikian prinsip-prinsip kerahasiaan tetap ditegakkan. Interaksi triadik terjadi antara ”konselor” sebaya dengan ”konseli” sebaya, konselor dengan ”konselor” sebaya, dan konselor dengan konseling B. pemilihan calon pembimbing sebaya dengan karakteristik sebagai berikut : a. Memiliki minat, kemauan, dan perhatian untuk membantu teman secara sukarela, b. Terbuka dan mampu berempati, c. Memiliki disiplin yang baik d. Memiliki prestasi akademik tinggi atau minimal rerata, e. Memiliki self regulated learning atau pengelolaan diri yang baik, f. Memiliki kontrol diri dan akhlak yang baik, g. Mampu menjaga rahasia, h. Mampu bersosialisasi dan menjadi model yang baik bagi temantemannya, i. Memahami norma sosial, hukum dan agama. C. Keterampilan Konselor Sebaya: 1. Membina suasana yang aman, nyaman, dan menimbulkan rasa percaya klien terhadap konselor.
2. Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan : a. Komunikasi dua arah b. Perhatian pada aspek verbal dan non verbal c. Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran d. Kemampuan melakukan 3 M (Mendengar yang aktif, memahami secara positif, dan merespon secara tepat), seperti : 1) Jaga kontak mata dengan lawan bicara/klien (sesuaikan dengan budaya setempat) tunjukkan minat mendengar 2) Jangan memotong pembicaraan klien, atau melakukan kegiatan lain. 3) Ajukan pertanyaan yang relevan. 4) Tunjukkan empati. 5) Lakukan refleksi dengan cara mengulang kata-kata klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. 6) Mendorong klien untuk terus bicara dengan memberikan dorongan minimal, seperti ungkapan (oh ya.., ehm..., bagus), dan anggukan kepala, acungan jempol, dan lain-lain. D. Program yang perlu dilakukan dalam penerapan dan pelaksaaan konselor sebaya adalah: 1.
Desain program “konseling sebaya”. Perencanaan program konseling sebaya dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak terutama konselor, kepala Sekolah, persetujuan dan dukungan para guru dan administrasi. Perencanaan meliputi: pemilihan ”konselor sebaya” dan pelatihan bagi konselor sebaya, bentuk pelatihan, personil yang akan melatih dan kriterianya, biaya pelatihan, tempat pelatihan, lama pelatihan akan dilakukan, pihak-pihak yang dimintai dukungan untuk pelatihan, keterampilan dasar konseling yang akan dilatihkan bagi konselor sebaya.
2.
Pelaksanaan pelatihan konselor sebaya. Pelatihan dilaksanakan sesuai rencana, dan menggunakan salah satu pendekatan,. Pelatihan keterampilan dasar konseling akan berguna untuk berkomunikasi dalam konseling, sesuai tahap-tahap konseling. Pelatihan konseling dilakukan berupa latihan melaksanakan konseling individual maupun konseling kelompok.
3.
Pengawasan. Bekerjanya konselor sebaya dalam melayani konseli sebaya pada counseling individual ataupun konseling kelompok perlu pengawasan konselor professional.
4.
Membahas berbagai kesulitan yang mungkin ditemui konselor sebaya, dan menindaklanjuti proses konseling jika perlu.
5.
Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja konselor sebaya, untuk peningkatan kemampuan konselor sebaya, dan mengkaji berbagai kekuatan dan kelemahan yang terjadi.
6.
Mengkaji dampak program konseling sebaya pada konselor sebaya dan pada konseli sebaya
IX.
SASARAN Remaja usia 10 tahun – 19 tahun dan belum menikah ( Definisi WHO ) Sasaran dibagi dalam 2 kategori : 1. Remaja di sekolah 2. Remaja di luar sekolah
X.
JADWAL KEGIATAN a. Konselor sebaya tingkat SMP, SMA/SMK dibentuk 2 tahun sekali dimulai bulan agustus 2016 b. Konselor sebaya di tingkat desa dibentuk 2 tahun sekali dibentuk bulan september 2016
XI.
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Setiap setahun sekali dievaluasi pada masing-masing kelompok konselor sebaya, dianalisa, dikaji kendala yang ada dan ditindak lanjuti
XII.
PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN a. pencatatan di buat dlam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis dalam bentuk table data pencapaian , data kujungan , table analisa masalah dan rencana tindak lanjut , membuat data dinding berupa grafik grafik, kantong persalinan , peta sasaran remaja, dll agar mudah di baca dan di evaluasi. b. Pelaporan setiap setahun sekali Pelaporan sesuai : jenjang dari pengelola progam ke koordinator wilayah puskesmas , kemudian ke dinas kesehatan Kabupaten berlanjut ke propinsi dan Pusat sesuai tanggal yg ditentukan.
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN NEONATUS
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
2016
KUNJUNGAN NEONATUS
I.
PENDAHULUAN Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin. Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Bayi merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus, bayi dan balita. Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis. Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan plasenta yang kemudian masuk ke periode transisi. Penelitian menunjukkan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Jadwal kunjungan bayi baru lahir perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan karena bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar berlangsung baik, bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan
yang
dapat meningkatkan kesempatan
menjalani masa transisi dengan baik.
II.
TUJUAN B. TUJUAN UMUM
untuknya
1. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin kelainan/ masalah kesehatan pada neonatus. 2. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama 3. Tersedianya jejaring pelayanan kegawat-daruratan maternal dan neonatal yang adekuat. C. TUJUAN KHUSUS 1. Membangun jejaring pelayanan sistim rujukan maternal dan neonatal 2. Membangun organisasi penanganan pelayanan rujukan maternal dan neonatal (POKJA Jejaring Rujukan Kegawat-daruratan) 3. Membangun alur rujukan penanganan kegawat-daruratan 4. Memanfaatkan berbagai panduan dan alat yang tersedia 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi III.
MANFAAT
1.
Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
2.
Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan
3.
Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang IV.
DASAR HUKUM 1. UU Kesehatan 2. UU Rumah Sakit 3. UU Praktek Kedokteran 4. UU Praktek Bidan 5. UU Pelayanan Prima 6. PP terkait Kesehatan Ibu dan Bayi 7. PERDA PERDA Terkait Kesehatan Ibu dan Bayi
V.
TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU v w x y z aa ab
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
VI.
TATA HUBUNGAN KERJA 4. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 5. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan 6. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan,
serta
evaluasi program KIA / KB. b. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana dilapangan C. LINTAS PROGRAM 3. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat 4. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll
D. LINTAS SEKTORAL PERAN MASYARAKAT/KADER/DUKUN 3. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu melahirkan dan bayi baru di wilayah desa binaan. 4. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan bayi baru lahir. 5. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga saat Kunjungan Neonatus.. 6. Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah yang ada kaitannya Bayi baru lahir 7. Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan VII.
JADWAL KUNJUNGAN
A. Jadwal kunjungan bayi baru lahir dan neonatus yaitu : 1. 24 jam setelah pulang awal a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan lahir dan berat badan pada saat pulang. b. Jaga selalu kehangatan bayi c. Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya merawat tali pusat. 2.1 minggu setelah pulang a. Timbang berat badabn bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini dengan
berat
badan
saat
bayi
lahir.
Catat
penurunan
dan
penambahan ulang BB bayi. b. Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. c. Lihat keadaan suhu tubuh bayi d. Kaji keadekuaatan suplai ASI 3.4 minggu setelah kelahiran a. Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu. b. Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. c. Perhatikan nutrisi bayi d. Perhatikan keadaan penyakit pada bayi. B. Kunjungan pertama oleh petugas kesehatan diantaranya : 1. Petugas puskesmas hendaknya menjalankan kunjungan rumah tiap hari bagi tiap bayi yang dilahirkan dirumah, bila mungkin selama satu minggu pertama sesudah lahir. 2. Kartu anak harus diisi lengkap dan kelahiran bayi harus di daftar sebagai lahir atau dibawa ke puskesmas. 3. Bidan hendaknya meneliti apakah petugas yang melayani persalinan sudah memberikan perhatian terhadap semua hal. 4. Suatu bentuk kepedulian tenaga kesehatan Untuk pemeliharaan bayi selama 10 hari pertama dalam kehidupan yaitu :
Bila bayi dilahirkan dirumah, hendaknya sedapat mungkin bidan mengadakan kunjungan kerumah setiap hari sampai tali pusat lepas, kemudian tiap dua hari hingga hari ke sepuluh.
Pada tiap kunjungan rumah : 1) Periksalah kemungkinan infeksi mata. 2) Periksa tali pusat 3) Bla kain kasa melekat, rendamlah dengan larutan antiseptik dan 4) lepaskan dengan hati-hati. 5) Bersihkan pusat dengan alkohol
6) Berilah perban kering 7) Periksalah alat kelaamin dengan keberssihannya 8) Amatilah bahwa tinja normal. C. Manajemen Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus Manajemen Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus antara lain : 1. Pengkajian segera BBL 1. Pemeriksaan Awal a. Nilai kondisi bayi : Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas? Apakah warna merah muda, pucat/biru? Apgar score merupakan alat untuk mengkaji bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot & intabilitas reflek. Apgar score ditemukan oleh virginia apgar (1950). b. Jenis kelamin c. Kelainan kongentital d. Tali pusat 2. Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian a. Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran.Bayi secara keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang atau menguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapasannya teratur. la memberikan respon terkejut yang normal jika tiba-tiba diberi sentakan (ia akan melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih seseorang). Ini disebut refleks Moro. b. Kepala Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal
besarnya
disebut hidrosefalus. Ukuran kepala yang terlalu kecil disebut mikrosefalus. Lingkar kepala rata-rata adalah 33 cm. Rabalah fontanela anterior – seharusnya tidak menonjol
(membengkak).
Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau palatum. c. Punggung. Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi.
celah
Tidak didapatkan tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang belakang bayi. d. Anus. Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk meyakinkan tidak adanya anus imper-forata. e. Anggota tubuh Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan oleh karena itu penting diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin. 1) Membersihkan jalan nafas 1. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu 2. Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa 3. Periksa ulang pernafasan. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir. Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : 1. Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. 2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi. 3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. 4. Tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. 2) Perawatan tali pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.Caranya : 1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya, bilas tangan dengan air matang /DTT keringkan tangan (bersarung tangan)
2. letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat. 3. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan 4. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pd sisi yang berlawanan. 5. Lepaskan klem penjepit & letakkan di dalam larutan klorin 0,5% 6. Mempertahankan suhu tubuh, Dengan cara : 1) Keringkan bayi secara seksama 2) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering 8 hangat 3) Tutup bagian kepala bayi 4) Anjurkan ibu untuk memeluk 8 menyusukan bayinya 5) Lakukan
penimbangan
setelah
bayi
mengenakan
pakaian 6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat 3) Pencegahan infeksi 1. Memberikan obat tetes mata/salep 2. Diberikan 1 jam pertama bayi lahir ryaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%. 3. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin 8 langsung diteteskan pd mata bayi segera setelah bayi lahir. BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya. a. Cuci tangan sebelum 8 setelah kontak dengan bayi b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang blm dimandikan c. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih e. Pastikan
timbangan,
pipa
pengukur,
termometer,
stetoskop 8 benda2 lainnya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan) D. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran
Tujuan : Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga 8 penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama meliputi : 1. Kemampuan menghisap (kuat/lemah) 2. Bayi tampak aktif/lunglai 3. Bayi kemerahan /biru Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan 8 penilaian ada tidaknya masalah kesehatan terutama pada : 1.Bayi kecil masa kehamilan/KB 2.Gangguan pernafasan 3.Hipotermia 4.Infeksi 5.Cacat bawaan/trauma tahir Jika tidak ada masalah, 1. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna 8 aktivitasnya 2. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan bara : 1. Hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C 2. Bungkus bayi dengan kain yang kering & hangat, kepala bayi harus tertutup 3. Lakukan pemeriksaan fisik a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut c. Lihat, Dengar, Dan Rasakan d. Rekam /catat hasil pengamatan e. jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut 4. Pemberian vitamin K a. Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vit. K b. Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari c. Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM d. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi : a. Pemberian nutrisi a) Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh) b) Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam c) Pastikan bayi mendapat cukup colostrum seiama 24 jam.
d) Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium. e) Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan. b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi a) Suhu ruangan setidaknya 18-21°C b) Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu c) Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas) c. Mencegah infeksi a) Cuci
tangan
sebelum
memegang
bayi
dan
setelah
menggunakan toilet untuk BAK/BAB b) Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk. c) Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari d) Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih, hangat, dan sabun setiap hari. e) Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan tertebih dahulu E. Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan kepada bayi tersebut selama jam pertama seetelah persalinan. Aspek-aspek penting ynag harus dilakukan bayi baru lahir ; 1. Beri ASI, jangan beri makanan lain a. Segera teteki / susui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk merangsang ASI cepat keluar b. ASI yang pertama keluar mengandung zat kekebalan tubuh, berikan langsung kepada bayi jangan dibuang. 2. Jaga bayi tetap hangat a. Tunda memandikan bayi sekurang-kurangnya 6 jam setelah lahir b. Bungkus bayi dengan kain yang kering. Ganti kain atau handuk yang basah. c. Jangan meletakan bayi ditempat yang dingin. d. Jika berat lahir bayi kurang dari 2500 gram, dekap bayi agar kulit bayi menempel pada dada ibu (metode kanguru ) 3. Cegah infeksi pada bayi baru lahir
a. Minta salep antibiotik untuk mata segera setelah lahir b. Jaga agar tali pusat selalu bersih dan selalu dalam keadaan kering. c. Jangan bubuhkan ramuan atau bahan lain pada tali pusat. 4. Beri rangsangan perkembangan a. Peluk dan timang bayi dengan penuh kasih sayang sesering mungkin. b. Gantung bendaa bergerak warna cerah agar bayi dapat melihat benda tersebut. c. Ajak bayi tersenyum, bicara serta dengarkan musik VIII.
SASARAN Seluruh bayi baru lahir yang ada diwilayah.
IX.
JADWAL KEGIATAN
N o
Kegiata n
J a n
Pe b
Ma r
Ap r
Me i
Ju n
J ul
Agu s
Sep t
Ok t
No p
Des
1
Pendata an sasaran
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
2
Kunjun gan Neonatu s
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
3
Konseli ng
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
4
Evaluas i hasil kegitan progra m
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
5
Analisa masalah
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
X.
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
8.
Bidan pembina desa melaporkan hasil dr pelaksanaan kunjungan neonatus dan bila perlu segera ditindaklanjuti jika ada masalah.
9.
Koordinator KIA Merekapitulasi
dari seluruh pelaporan dalam wilayah
puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi, Di buat RTL 10. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data 11. Membuat evaluasi sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan target Kunjungan Neonatus XI.
PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan di buat dlam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis dalam bentuk table data pencapaian , data kujungan , table analisa masalah dan rencana tindak lanjut , membuat data dinding berupa grafik grafik , peta sasaran resiko tinggi, dll agar mudah di baca dan di evaluasi. 2. Pelaporan setiap bulan sekali sesuai tanggal yang di sepakati Pelaporan sesuai : jenjang dari bidan pembina desa ke koordinator wilayah puskesmas , kemudian ke dinas kesehatan Kabupaten berlanjut ke propinsi dan Pusat sesuai tanggal yg ditentukan.
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN NIFAS
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR 2016
KUNJUNGAN NIFAS XII.
PENDAHULUAN Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir. Salah satu tugas pelaksana pelayanan KIA yaitu untuk melakukan pemeriksaan ibu dan bayinya selama masa nifas. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah 6 jam setelah persalinan. Selanjutnya diperlukan 3 kali pemeriksaan nifas, yaitu pada hari ke-3, ke-14, ke-40 setelah persalinan. Dengan tujuan supaya kesehatan ibu dan bayi tetap terkontrol dan bisa mengetahui tanda bahaya yang mungkin timbul dan apa yang perlu dilakukan bila hal tertebut terjadi.
XIII.
LATAR BELAKANG Masa nifas, yang berlangsung selama 6 minggu setelah persalinan, merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi. Sekitar 60 % kematian ibu terjadi segera setelah lahir, dan hampir 50 % dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan. Hal ini tidak berbeda pada bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu pertama setelah kelahiran. Pemantauan ketat, perawatan ibu dan bayi, serta konseling oleh Bidan akan sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut.
XIV.
TUJUAN
1. Tujuan Umum Memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
2. Tujuan Khusus 1. Mampu menguraikan dan melakukan konsep dasar serta manajemen kebidanan pada ibu post partum. 2. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah dan melakukan analisa data, membuat rencana management, mengimplementasi rencana dan mengevaluasi tindakan.
3. 6 jam pertama setelah persalinan 1) Menilai perdarahan 2) Memeriksa bayi untuk pertama kali 3) Mengajarkan pada ibu dan keluarga tentang kebutuhan bayi 4) Memastikan bayi tetap hangat dan diberi ASI 4. 3 hari setelah persalinan 1) Menilai infeksi dan perdarahan 2) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya dan cara perawatan dirinya 3) Menganjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah sampai 40 hari setelah persalinan. 5. Kunjungan pada minggu kedua 1) Memeriksa involusi uterus 2) Memeriksa keadaan bayi 3) Memberi penjelasan kepada ibu cara merawat diri dan bayinya selama sisa masa nifas, termasuk KB dan pencegahan infeksi saluran reproduksi. 6. Minggu keenam 1) Mengenali tanda bahaya, bila ada. 2) Membahas KB, menyusui bayi dengan ASI, dan perawatan bayi selanjutnya. XV.
KEGIATAN POKOK DAN RINCIANNYA 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan 4. Menentukan tindakan yang tepat 5. Mencatat hasil pelayanan
XVI.
CARA PELAKSANAAN 1. Kegiatan pemeriksaan ibu nifas di gedung dilaksanakan di ruang KIA Puskesmas Banyuanyar 2. Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan 3. Kunjungan rumah pada ibu nifas dilakukan oleh Bidan desa, pemegang wilayah setempat.
XVII.
SASARAN Bagi ibu selama masa nifas, yaitu 40 hari setelah persalinan.
XVIII. TATA NILAI PROGRAM
Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU ac ad ae af ag ah ai XIX.
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
TATA HUBUNGAN KERJA 7. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 8. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan 9. Pelaksana Kebidanan : c. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan,
serta
evaluasi program KIA / KB. d. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana dilapangan E. LINTAS PROGRAM 5. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat 6. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll F. LINTAS SEKTORAL PERAN MASYARAKAT/KADER/DUKUN 8. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu nifas di wilayah desa binaan. 9. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu nifas 10. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga keputusan ber KB. 11. Menganjurkan suami untuk membantu ibu masa nifas
12. Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan XX.
Jadwal Kunjungan pada Masa Nifas Masa nifas (pueperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan uang yaitu untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Berikut ini adalah jadwal kunjungan masa nifas yang dianjurkan:
1.
Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk: Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2.
2.
Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk: Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tandatanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3.
Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk: Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4.
Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk: Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. Memberikan konseling untuk KB secara dini. XXI.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman 7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional
XXII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 12. Setiap akhir bulan
Bidan pembina desa melaporkan data pencapaian
hasil dr pelaksanaan masing masing program/ kegiatan
13. Koordinator KIA merekapitulasi
dari seluruh pelaporan dalam wilayah
puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi Di buat RTL 14. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data 15. Membuat evaluasi sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan target setiap indicator program .
XXIII. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1.
Pencatatan di buat dlam bentuk format laporan yang secara tertulis dalam bentuk
telah terlampir
table data pencapaian , data kujungan ,
table analisa masalah dan rencana tindak lanjut , membuat data dinding berupa grafik grafik, kantong persalinan , peta sasaran resiko tinggi, dll agar mudah di baca dan di evaluasi. 2.
Pelaporan setiap bulan sekali sesuai tanggal yang di sepakati Pelaporan
sesuai : jenjang dari bidan pembina desa ke koordinator
wilayah puskesmas , kemudian ke dinas kesehatan Kabupaten berlanjut ke propinsi dan Pusat sesuai tanggal yg ditentukan.
KERANGKA ACUAN PROGRAM KELAS BALITA
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
2016
KERANGKA ACUAN KELAS BALITA I. Pendahuluan Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 40/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini. Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA), yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang mengalami buta aksara. Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan ‘Kelas ibu Hamil’ ditujukan bagi ibu hamil. Kelas Ibu Balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman pertumbuhan
akan dan
pemenuhan
pelayanan
perkembangannya
kesehatan,
dibimbing
oleh
gizi,
dan
stimulasi
fasilitator
dengan
menggunakan buku KIA II. Tujuan Kelas Ibu Balita Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi pertumbuhan & perkembangan anak. III. Manfaat Kelas Ibu Balita 1. Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, dan memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan. 2. Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita serta keluarganya dan masyarakat. IV.TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU
aj Tanggungjawab ak Efektif dan Efisien al Ramah dan Responsif am Profesional an Aman dan akuntabel ao Disiplin ap Ulet dan Ulung V. TATA HUBUNGAN KERJA 7. Penanggung jawab kepala PUSKESMAS Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 8. Pelaksana Kebidanan : c. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan serta evaluasi program kelas balita. d. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana kelas balita didesa binaan 9. LINTAS PROGRAM h. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat i. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll j. Laboratorium ; skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta protein urine. k. BP ; koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang anak l. Gigi ;
koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan kesehatan gigi
m. Kesehatan lingkungan ; koordinasi penyakit – penyakit yang menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS, PHBS dll n. Immunisasi :
koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta balita.
10. LINTAS SEKTORAL d. Perangkat desa dan seluruh jajaran,tokoh masyarakat,tokoh agama ,kader kesehatan dll e. PKK f. FKD VI.Konsep pelaksanaan Kelas Ibu Balita 1. Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran.
2. Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab, peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi. 3. Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh kembang anak) dan alat-alat bantu lain. 4. Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah kesehatan di tempat tersebut. Agar efektif, Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat, misalnya Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya. 5. Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Balita. 6. Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap kelas dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15 orang/kelas. 7. Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah menjalani on the job training Kelas Ibu Balita. 8. Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang topik tertentu. Narasumber merupakan tenaga kesehatan dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat, perawat gigi, Kader PAUD, dll. 9. Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau disesuaikan dengan kondisi setempat. 10. Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta. 11. Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll. VII.
Dimana dan kapan sebaiknya melaksanakan Kelas Ibu Balita? 1. Di Posyandu, pada meja penyuluhan atau pada awal atau akhir kegiatan Posyandu. 2. Bersamaan dengan kegiatan PAUD atau BKB. 3. Dijadwalkan tersendiri, misal: di rumah warga, Balai Desa, Dusun, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes/Polindes), Puskesmas, Klinik, RB atau RS.
Contoh materi Kelas Ibu Balita: 1. Modul A (untuk usia 0-1) a. ASI b. Imunisasi c. Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 6-12 bulan) d. Tumbuh kembang bayi e. Penyakit terbanyak pada bayi (Diare, ISPA) 2. Modul B (untuk usia 1-2 tahun): a. Merawat gigi anak b. Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 1-2 tahun) c. Tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun d. Penyakit pada anak (kecacingan, gizi buruk, dll) e. Permainan anak 3. Modul C (untuk usia 2-5 tahun): a. Tumbuh kembang anak b. Pencegahan kecelakaan c. Gizi seimbang d. Penyakit pada anak (TBC, DBD, Diare, dsb) e. Obat pertolongan pertama f. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) VIII. KEGIATAN KELAS IBU BALITA 1. PERSIAPAN a. Pertemuan persiapan b. Pengkajian kebutuhan dasar c. Merancang penyelenggaraan: Pelatihan bagi pelatih (TOT), Pelatihan bagi fasilitator, dan Pendekatan pada tokoh agama dan tokoh masyarakat 2. PELAKSANAAN KELAS IBU BALITA a. Indentifikasi sasaran b. Mempersiapkan tempat dan sarana belajar c. Mempersiapkan materi d. Mengundang ibu yang mempunyai anak yang berusia antara 0-5 tahun e. Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber f. Menyusun rencana anggaran g. Menyelenggarakan kelas ibu balita h. Monitoring dan evaluasi IX.SASARAN 1. Ibu yang memiliki balita 2. Balita
KERANGKA ACUAN PROGRAM KELAS IBU HAMIL
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
2016
KERANGKA ACUAN KELAS IBU HAMIL
I.
PENDAHULUAN Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar kelompok tentang jesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatpmuka bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan
II.
perawatab BBL melalui praktek dengan menggunakan buku KIA. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemgetahuan mengubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang menjaga kehamilan persiapan persalinan, perawatan
III.
nifas perawatan BBL, dengan menggunakan buku KIA TUJUAN KHUSUS 1. Terjadinya interaksi berbagi pengalaman antar peserta ( ibu hamil/ suami/ keluarga dengan ibu hamil/ suami / keluarga ) dan antar ibu hamil/ suami/keluarga
dengan
petugas
kesehatan/
bidan
tentang
(1)
pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat (2) persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat bayi sehat (3) penjegahan penyakit, komplikasi kehamilan , persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat. (4) perawatab
IV.
V.
BBL agar tumbuh kembang optimal serta (5) aktifitas fisik ibu hamil 2. Meningkatkan pemahaman sikap dan perilaku ibu hamil tentang a. Pemeriksaan kehamilan b. Persalinan aman, Nifas nyaman, Bayi sehat c. Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan dan bayi sehat d. Perawatan BBL agar tumbuh optimal e. Aktifitas fisik ibu hamil TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU aq Tanggungjawab ar Efektif dan Efisien as Ramah dan Responsif at Profesional au Aman dan akuntabel av Disiplin aw Ulet dan Ulung
TATA HUBUNGAN KERJA 11. Penanggung jawab kepala PUSKESMAS Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 12. Pelaksana Kebidanan : 2.1. Bidan Koordinator
Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan serta evaluasi program kelas ibu hamil. 2.2. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana kelas ibu hamil didesa binaan 3. LINTAS PROGRAM o. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat p. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll q. Laboratorium ;
skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta
protein urine. r. BP ; koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang anak s. Gigi ;
koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan
kesehatan gigi t. Kesehatan lingkungan ;
koordinasi penyakit – penyakit yang
menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS, PHBS dll u. Immunisasi :
koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta balita.
4. LINTAS SEKTORAL 1. Perangkat
desa
dan
seluruh
agama ,kader kesehatan dll 2. PKK 3. FKD
VI.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Kebutuhan dalam masyarakat / ditempat, memilih materi yang dibutuhkan
jajaran,tokoh
masyarakat,tokoh
Pertemuan persiapan
Bentuk tim Sosialisasi kelas ibu hamil kepada masyarakat Persiapan
Pelaksanaan kelas ibu hamil dan pelaporan
Monitoring
Evaluasi
VII.
SASARAN 1. Ibu hamil 2. Suami
KERANGKA ACUAN PROGRAM P4K
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR 2016
PROGRAM P4K
XXIV. PENDAHULUAN Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat penting untuk ditingkatkan serta mendapat perhatian khusus. Menurut data terakhir Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperkirakan sekitar 1 orang ibu meninggal setiap jam akibat kehamilan, bersalin dan nifas serta setiap hari 401 bayi meninggal. Hal ini secara keseluruhan disebabkan latar belakang dan penyebab kematian ibu dan anak yang kompleks, menyangkut aspek medis yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan. Sedangkan penyebab non medis merupakan penyebab mendasar seperti status perempuan, keberadaan anak, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, geografis, transportasi dan sebagainya yang memerlukan keterlibatan lintas sektor dalam penanganannya. Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan terjadinya pendarahan, eklamsia, infeksi, persalinan lama dan keguguran. Kematian bayi sebagian besar disebabkan karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kesulitan bernafas saat lahir dan infeksi. Lebih dari separuh (56 %) kematian bayi terjadi pada masa bayi baru lahir (0 – 28 hari). Sedangkan kematian bayi usia 1 – 12 bulan sebagian besar disebabkan karena Diare dan pneumonia. Upaya penurunan kematian ibu dan bayi, dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program, perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
XXV. TUJUAN D. TUJUAN UMUM 1. Suami,keluarga dan masyarakat paham tentang bahaya persalinan 2. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil,suami dan keluarga, dengan bidan
3. Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil, suami dan keluarga, dengan bidan 4. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun bayi, dll dalam perencanaan persalinan dan KB setelah melahirkan, sesuai peran masing-masing 5. Adanya dukungan sukarela dari keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persiapan persalinan ibu hamil dalam hal biaya, transportasi, donor
darah
untuk
proses
persalinan
termasuk
menghadapi
kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir 6. Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader E. TUJUAN KHUSUS 1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu hamil yang memuat informasi ttg : lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yg akan digunakan serta pembiayaan. 2. Adanya perencanaan persalinan 3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas. 4. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, dukun, klpk masyarakat, dalam perencanaan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, KB pasca salin dengan perannya masingmasing
XXVI. MANFAAT 1.
Mempercepat berfungsinya desa siaga
2.
Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart
3.
Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
4.
Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun
5.
Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6.
Meningkatnya peserta KB pasca salin
7.
Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
8.
Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi
XXVII. Komponen P4K dengan stiker :
Fasilitas aktiv oleh Bidan : 1.
Pencatatan ibu hamil
2.
Dasolin/ tabulin
3.
Donor darah
4.
Transport/ ambulan desa
5.
Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
6.
IMD
7.
Kunjungan nifas
8.
Kunjungan rumah
XXVIII.
TATA NILAI PROGRAM
Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU ax ay az ba bb bc bd
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
XXIX. TATA HUBUNGAN KERJA 10. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 11. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan 12. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan, evaluasi program KIA / KB.
b. Bidan pembina desa Sebagai pelaksana dilapangan G. LINTAS PROGRAM 7. Promosi Kesehatan
serta
Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat 8. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll
H. LINTAS SEKTORAL PERAN MASYARAKAT/KADER/DUKUN 13. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa binaan. 14. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan) 15. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi Stiker, termasuk KB Pasca melahirkan. 16. Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan sesudah melahirkan. 17. Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan 18. Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan XXX. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Operasional P4K dengan stiker di tingkat Desa 1.
Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/ kelurahan
2.
Mengaktifkan forum peduli KIA
3.
Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
4.
Pemasangan stiker dirumah ibu hamil
5.
Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
6.
Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulan desa
7.
Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabulin/ dasolin
8.
Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan.
Langkah – langkah pelaksanaan P4K dengan pemasangan stiker
1. Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas. 2. Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta lintas sektor di tingkat desa. 3. Pertemuan bulanan di tingkat desa(Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu ,dll) yang melibatkan Kades,Toma,Toga, Kader dengan difasilitasi oleh Bidan Desa, yang dipimpin oleh kades membahas tentang Program P4K.: 4. Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa (Updating setiap bulan) 5. Membahas dan menyepakati calon donor darah, tranportasi dan pembiayaan (Jamkesmas, Tabulin ) 6. Membahas tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal Posyandu, dll) 7. Bidan Desa bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca persalinan 8. Bidan Desa bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil. 9. Bidan Desa Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus tercatat dalam Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll 10. Bidan Desa Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT, dll) 11. Setelah melayani , Bidan Desa merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu, kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ).
12. Setelah melayani , Bidan Desa merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu, kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ). 13. Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas. 14. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas. 15. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan aman dan selamat. Bagaimana cara rekapitulasi pelaporan ???? 1. Data yg didapat Bidan dari isian stiker dan data pendukung lainnya, dicatat di buku KIA utk disimpan dan dipelajari oleh ibu hamil sbg alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas. 2. Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari seluruh bidan desa, laporan dari RB swasta serta pemantauan wilayah setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan dilaporkan ke dinas kesehatan kab/ kota perbulan. 3. Dinkes kab/ kota melakukan rekapitulasi dan analisis laporan puskesmas dan yankes ibu dari RS pemerintah/ swasta di wilayahnya kemudian dilaporkan ke propinsi setiap bulan. 4. Dinkes propinsi melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari kab/ kota kemudian di laporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.
XXXI. SASARAN Seluruh ibu hamil yang ada diwilayah.
XXXII. JADWAL KEGIATAN
N
Kegiata
J
Pe
Ma
Ap
Me
Ju
J
Agu
Sep
Ok
No
Des
o
n
a
b
r
r
i
n
ul
s
t
t
p
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
V
v
V
v
V
v
V
v
V
v
v
V
V
v
V
n 1
Pemerik saan(sa saran)
2
Pemasa ngan stiker P4K
3
Konseli ng
4
v
Evaluas i
v
V
v
v
v
V
v
v
v
v
v
V
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
hasil
kegitan progra m 5
Analisa masalah
XXXIII.
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
16. Setiap akhir bulan Bidan melaporkan data pencapaian hasil dr pelaksanaan masing masing program/ kegiatan 17. Koordinator KIA Merekapitulasi
dari seluruh pelaporan dalam wilayah
puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi
Di buat RTL 18. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data 19. Membuat evaluasi
sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan
target setiap indicator program . XXXIV.
PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan di buat dlam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis dalam bentuk table data pencapaian , data kujungan , table analisa masalah dan rencana
tindak lanjut , membuat data dinding berupa grafik grafik,
kantong persalinan , peta sasaran resiko tinggi, dll agar mudah di baca dan di evaluasi. 2. Pelaporan setiap bulan sekali sesuai tanggal yang di sepakati Pelaporan sesuai : jenjang dari bidan pembina desa ke koordinator wilayah puskesmas , kemudian ke dinas kesehatan Kabupaten berlanjut ke propinsi dan Pusat sesuai tanggal yg ditentukan.
KERANGKA ACUAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR 2016
I.
PENDAHULUAN Bidan berkontribusi dalam pencapaian SDG’s guna melanjutkan MDG’s. Millenium Development Goal ( MDG’s) khususnya untuk MDG’s 4 yaitu penurunan angka kematian bayi dan MDG’s yaitu penurunan angka kematian ibu.Kesehatan Ibu dan Anak merupakan tugas pokok dan fungsi bidan di setiap pelayanan khususnya di Puskesmas,Puskesmas Pembantu,PKD / Polindes sebagai lini terdepan kesehatan di masyarakat.Anak adalah generasi penerus bangsa. Sebagai harapan dan demi kemajuan negara, yang sangat diharapkan adalah anak yang sehat.Sehingga upaya – upaya kesehatan sangat dibutuhkan dari semenjak anak dalam kandungan ibu, lahir sampai tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
II. LATAR BELAKANG Peningkatan pelayanan kesehatan harus selalu dilakukan.Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu,bayi dan anak adalah memberikan pemeliharaan kesehatan pada waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini mungkin dan berkesinambungan . Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,ibu bersalin,ibu menyusui,bayi dan anak balita serta anak prasekolah yang dititikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Kegiatan ini sangat luas,mencakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,pemuka masyarakat serta menambah wawasan pada remaja, kader kesehatan serta pembinaan kesehatan anak di Taman Kanak-Kanak.Yang juga sangat diperhatikan adalah adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang terpelihara dan berkesinambungan demi peningkatan pelayanan yang berkualitas . III. TUJUAN A. TUJUAN UMUM Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat yang optimal bagi ibu dan keluarganya serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. B. TUJUAN KHUSUS 1. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak 2. Meningkatkan cakupan pelayanan KB 3. Meningkatkan kesehatan reproduksi remaja
4. Meningkatkan kesehatan lansia 5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi. IV.TATA NILAI PROGRAM Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU be bf bg bh bi bj bk
Tanggungjawab Efektif dan Efisien Ramah dan Responsif Profesional Aman dan akuntabel Disiplin Ulet dan Ulung
V. TATA HUBUNGAN KERJA 13. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan 14. Tim Managemen Mutu Memonitor kemajuan setiap pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi Bersama mengatasi permasalahan 15. Sie penanggung jawab UKM Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan 16. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan, serta evaluasi program KIA / KB. b. Penggungjawab program KB ; koordinasi kegiatan KB dan pencatatan dan pelaporan serta evaluasi c. Penanggung jawab program anak; koordinasi kegiatan pelayanan program anak. d. Penanggungjawab program kesehatan reproduksi remaja ; koordinasi kegiatan program KRR e. Penanggungjawab program kesehatan lansia ; koordinasi kegiatan program lansia
A. LINTAS PROGRAM 1. Promosi Kesehatan Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat 2. Gizi Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll 3. Laboratorium ; skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta protein urine. 4. BP ; koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang anak 5. Gigi ;
koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan kesehatan gigi
6. Kesehatan lingkungan ; koordinasi penyakit – penyakit yang menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS,PHBS dll 7. Immunisasi :
koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta balita.
8. Fisioterapi :
koordinasi pada ibu dan anak dengan keluhan tulang serta
otot. 9. P2 : koordinasi terhadap penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan pneomoni,ispa dll.
B. LINTAS SEKTORAL 4. Perangkat desa dan seluruh jajaran,tokoh masyarakat,tokoh agama ,kader kesehatan dll 5. PKK 6. FKK 7. Dinas terkait diwilayah kerja ; KUA,Dinas Pendidikan dll f. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO
KEGIATAN POKOK
RINCIAN KEGIATAN
1
PEMERIKSAAN IBU
1. ANC
DAN ANAK
2. ANC terpadu 3. Melaksanakan rujukan wajib (lab , imunisasi, Gizi) dan bila mana perlu 4. Pelayanan neonatal, ibu hamil,ibu nifas dan anak 5. KIR calon pengantin 6. Pelayanan anak pra sekolah
2
KB
1. Pelayanan
aseptor
secara
rasionalisasi( kondom, suntik, IUD,pil, implant) 2. Konseling pemilihan alkon / ganti cara 3. Melaksanakan rujukan aseptor dg komplikasi 3
berat 1. Penyuluhan
KRR
dan penjadwalan
kunjungan ke
sekolah (SMP,SMA) di wilayah kerja 2. pembentukan konselor sebaya 4
3. konseling dan pemeriksaan 1. Pembentukan POSYANDU LANSIA
LANSIA
2. Pemeriksaan kesehatan rutin 3. Senam LANSIA 4. Paguyuban LANSIA untuk sarana komunikasi dan pendikan kesehatan 5
5. Rujukan LANSIA dengan RESTI 1. IVA
PEMERIKSAAN
6
BERKALA
2. SADARI
UKM KIA
1. KELAS BALITA 2. KELAS BUMIL 3. PELACAKAN KEMATIAN IBU DAN BAYI 4. Penyuluhan / pertemuan kader 5. Kegiatan P4K 6. Kunjungan rumah ( KN, KF, kunjungan bumil) 7. UKTK 8. Posyandu
g. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN **Memberikan pelayanan KIA bermutu dan berkwalitas sesuai dengan SOP 1. SOP ANC 2. SOP ANC terpadu 3. SOP Melaksanakan rujukan wajib (lab , imunisasi, Gizi) dan bila mana perlu 4. SOP Pelayanan aseptor secara rasionalisasi( kondom, suntik, IUD,pil, implant) 5. SOP Konseling pemilihan alkon / ganti cara 6. SOP Melaksanakan rujukan aseptor dg komplikasi berat 7.
SOP Penyuluhan
dan penjadwalan
wilayah kerja 8. SOP pembentukan konselor sebaya 9. SOP konseling Remaja
kunjungan ke sekolah (SMP,SMA) di
10. SOP Pembentukan POSYANDU LANSIA 11. SOP Pemeriksaan kesehatan rutin / Iva Sadari 12. SOP Senam LANSIA 13. SOP Paguyuban LANSIA 14. SOP Rujukan LANSIA dengan RESTI
**Mematuhi pelaksanaan jadwal kegiatan **Membina hubungan yg baik dg Linprog/Linsek **Membuat jejaring komunikasi dengan sasaran
h. SASARAN 1. Bayi 2. Balita 3. Remaja 4. Ibuhamil 5. Ibu nifas 6. PUS 7. WUS 8. LANSIA
i. JADWAL KEGIATAN No
Kegiatan
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
1
Pemeriksaan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
(sasaran) 2
P4K
V
V
V
V
V
V
3
Pelacakan Kematiana Ibu & balita (AMP)
V
3
Posyandu
V
V
V
V
V
V
V
V
V
4
Kelas
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Bumil 5
Konselor Sebaya
V
6
Posyandu LANSIA
V
7
Pemeriksaan Iva & Sadari
V
8
Pembinaan remaja tk sekolah
9
Linprog
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Linsek 10
Kelas Balita
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
11
Kunjungan Rumah (Bumil, Bufas, Neonatal)
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
12
Evaluasi hasil kegitan program
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
13
Analisa masalah
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
j. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 20. Setiap akhir bulan
pembina desa melaporkan data pencapaian hasil dr
pelaksanaan masing masing program / kegiatan
21. Koordinator KIA merekapitulasi
dari seluruh pelaporan dalam wilayah
puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi Di buat RTL 22. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data 23. Membuat evaluasi
sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan
target setiap indicator program .
k. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1. pencatatan di buat dlam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis dalam bentuk table data pencapaian , data kujungan , table analisa masalah dan rencana
tindak lanjut , membuat data dinding berupa grafik
grafik, kantong persalinan , peta sasaran resiko tinggi, dll agar mudah di baca dan di evaluasi 2. Pelaporan setiapa bulan sekali sesuai tanggal yang di sepakati 3. Pelaporan sesuai : 1, jenjang dr pembina desa, dengan perwilayah desa ke koordinator wilayah puskesmas , kemudian ke dinas kesehatan Kabupaten berlanjut ke propinsi dan Pusat sesuai tanggal yg ditentukan.
KERANGKA ACUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GAKY (GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM)
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GAKY (GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM)
A. LATAR BELAKANG GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) adalah gejala yang timbul akibat tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus-menerus, dalam waktu yang cukup lama. Siapapun dapat terkena GAKY, mulai dari janin, bayi, anak – anak hingga dewasa. Seseorang yang kekurangan yodium, tubuhnya akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan yodium pada Ibu hamil menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, cacat, kretin. Pada remaja menyebabkan gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan mental, anak menjadi kurang cerdas. B. TUJUAN 1. Menurunnya prevalensi dan mencegah timbulnya gondok endemik 2. Mencegah terjadinya kretin C. TATA NILAI PROGRAM Pelaksanaan kegiatan pecegahan Gondok Endemik harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral y. Kelurahan Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing z. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) - Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat - Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan aa. Desa Siaga Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing ab. Program KIA dan Promkes Menyediakan data terkait sasaran
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pemberian kapsul minyak beryodium di daerah endemik gondok dengan prevalensi > 20 %, dengan prioritas kepada Ibu hamil dan bayi. 2. Pendapatan garam beryodium di SD dan posyandu pada bulan Februari dan Agustus
3. Penyuluhan tentang GAKY ( Ganggu Akibat Kurang Yodium) E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Registrasi sasaran di desa endemik gondok 2. Registrasi sasaran SD untuk sampel uji garam beryodium 3. Pemberan kapsul minyak beryodium, dengan prioritas ibu hamil dan bayi 4. Pemantauan dengan cara uji garam beryodium di SD terpilih dan semua posyandu pada bulan Februari dan Agustus 5. Pencatatan dan pelaporan F. SASARAN 1. Sasaran pemberian kapsul minyak beryodium tergantung persediaan dengan prioritas ibu hamil dan bayi 2. Sasaran pemantauan garam beryodium adalah siswa SD dan rumah tangga di posyandu
G. JADWAL KEGIATAN NO KEGIATAN 1 Perencanaan
1 X
Kegiatan Pelaksanaan Laporan Hasil Analisis Data
2 3 4
2
3
4
5
6
7 X
X
8
9
10
11
12
X X
X X
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 1. Evaluasi pelaksanaan dilakukan setelah pelaksanaan pemantauan garam beryodium di SD dan posyandu 2. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan seksi gizi. I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN a.
Waktu : 1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap 6 bulan
b.
Pelaksana 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab program
c. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi,
hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU
A. PENDAHULUAN Tumbuh kembang adalah bertambah berat badan, ukuran tinggi badan dan berkembangnya fungsi organ-organ dalam tubuh. Kegiatan pengamatan pertumbuhan balita perlu dipadukan dengan pelayanan dasar lainnya (Posyandu dan Puskesmas) serta dilakukan secara berkesinambungan. B. LATAR BELAKANG Pertumbuhan balita tidak selalu sama ada kalanya naik dan ada kalanya turun. Hal ini perlu diamati secara teliti dan diberi solusi agar yang berat badannya turun bisa naik lagi dan yang tidak turun bisa stabil atau lebih baik lagi bisa naik berat badannya. Pemantauan pertumbuhan diperlukan untuk memperoleh gambaran dan perkembangan status gizi yang terjadi di wilayah Puskesmas. C. TUJUAN 1. Menilai pertumbuhan balita 2. Memperoleh gambaran perkembangan status gizi semua balita di wilayah Puskesmas. D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Penapisan balita dengan kras 2. Pemantauan pertumbuhan 3. Memberikan konseling/ penyuluhan gizi 4. Merujuk balita yang BGM/2T ke Puskesmas Induk dan jenjang diatasnya bila diperlukan E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 6. Melakukan penimbangan berat badan balita 7. Melakukan pengukuran penjang badan dan tinggi badan balita 8. Menilai pertumbuhan balita 9. Entry data hasil posyandu di SIMPUS GIZ-KIA 10. Menyusun laporan pelaksanaan F. SASARAN Semua Balita
G. JADWAL KEGIATAN
NO KEGIATAN 1 Perencanaan
1 X
2
3
4
2
Kegiatan Pelaksanaan
X
X
X
X
X
X
X
X
3 4
Laporan Hasil Analisis Data
X
X
X
X X
X
X
X
5
6
H. EVALUASI ELAKSANAAN DAN PELAPORAN 3. Evaluasi pelaksanaan 4. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan
7
8
9
10
11
12
X
X
X
X
X
X
X
X X
KERANGKA ACUAN PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI
I. LATAR BELAKANG Vitamin A selain bermanfaat untuk penglihatan, juga diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan kulit, serta untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pada ibunifas, juga bermanfaat untuk meningkatkan kandungan Vitamin Adalam ASI yang dihasilkannya. Vitamin A merupakan jenis vitamin yang larut dalam lemak sehingga dapat disimpan tubuh dalam jangka yanglama. Vitamin A sangat diperlukan oleh tubuh,akan tetapi makanan yang dikonsumsi belum tentu dapat mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, Vitamin A dosis tinggi perlu diberikan pada bayi umur 6 – 11 bulan, balita umur 12 – 59 bulan, serta ibu nifas. J. TUJUAN Mencegah terjadinya kekurangan Vitamin A pada bayi, balita, dan ibu nifas. K. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 5. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi kepada anak balita dan ibu nifas 6. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A L. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 11. Registrasi sasaran anak balita dan ibu nifas 12. Menggerakkan masyarakat menjelang bulan kapsul vitamin A pada bulan Januari dan Juli 13. Distribusi vitamin A melalui puskesmas, posyandu, dan sweping rumahrumah 14. Waktu pemberian 6 bulan sekali untuk balita pada bulan Februari dan Agustus, untuk ibu nifas aling lambat 30 hari setelah melahirkan 15. Pencatatan dan pelaporan M. SASARAN 1. Bayi umur 6 – 11 bulan diberikan Vitamin A dosis tinggi warna biru. 2. Balita umur 12 – 59 bulan diberikan Vitamin A dosis tinggi warna merah. 3. Ibu nifas diberikan Vitamin A dosis tinggi warna merah.
N. JADWAL KEGIATAN NO KEGIATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 2 3 4
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Balita Ibu Nifas Laporan Hasil Analisis Data
X
X X
X
X X X
X X
X X
X X
X X
X X X
X X
X X
X X
X X
O. EVALUASI ELAKSANAAN DAN PELAPORAN 5. Evaluasi pelaksanaan dilakukan setiap bulan maret dan september setelah pemberian vitamin A 6. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan
X X X
KERANGKA ACUAN PEMETAAN KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI)
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016 KERANGKA ACUAN
PEMETAAN KADARZI ( KELUARGA SADAR GIZI)
A. LATAR BELAKANG Tingkat pengetahuan gizi sangat mempengaruhi pola makan keluarga. Dengan adanya peningkatan pengetahuan gizi keluarga, maka diharapkan masyarakat mampu mengatasi masalah gizi yang ada dalam keluarga berdasarkan potensi yang ada dalam keluarga dan masyarakat. Keluarga sadar gizi akan mampu berperilaku gizi yang baik dan benar untuk membentuk keluarga yang sehat. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pemetaan keluarga mandiri sadar gizi sebagai bahan acuan intervensi, pemantauan, dan evaluasi di wilayah Puskesmas Banyuanyar. B. TUJUAN 1. Untuk mendapatkan gambaran masalah gizi yang ada. 2. Untuk meningkatkan pengetahuan gizi dasar padamasyarakat. C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 4. Pemilihan Desa Sampling untuk pemetaan Kadarzi 5. Penyuluhan tentang kriteria keluarga Kadarzi 6. Survey Kadarzi D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 16. Registrasi sasaran yang dikunjungi 17. Menggali informasi berdasarkan form kadarzi 18. Melakukan uji garam beryodium yang digunakan di rumah tangga sampel 19. Melakukan pengukuran TB dan BB KK yang memiliki balita 20. Memberikan informasi pesan gizi dasar yang diperlukan 21. Menyusun laporan pelaksanaan E. SASARAN Sampling keluarga di desa terpilih untuk pemetaan kadarzi F. JADWAL KEGIATAN NO KEGIATAN 1 Perencanaan 2 3 4
Kegiatan Pelaksanaan Laporan Hasil Analisis Data
1
2
3
4
5
6
7
8 X
9
10
11
12
X X X
G. EVALUASI ELAKSANAAN DAN PELAPORAN 7. Evaluasi pelaksanaan dilakukan setelah pelaksanaan pemetaan Kadarzi untuk menentukan permasalahan gizi yang ada 8. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan seksi gizi dan
KERANGKA ACUAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (AGB)
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR
TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (AGB) A. PENDAHULUAN Penanggulangan
anemia
gizi
besi
adalah
kegiatan
menurunkan
meningkaprevalensi anemia gizi besi melalui upaya meningkatkan konsumsi zat besi dengan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan konsumsi bahan makanan sumber zat besi. Dengan suplemen Tablet Tambah Darah (TTD) 90 butir pada ibu hamil, 30 butir pada ibu nifas dan 1 butir per minggu pada remaja putri diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia. B. LATAR BELAKANG Berdasarkan penelitian Permarsih (2005) prevalensi anemia remaja putri masih tinggi ( 30,0 %) dan berdasarkan survey Riskesdas 2007 prevalensi anemia pada usia dewasa juga tinggi ( 19,7 %), sedangkan hasil Riskesdas 2013, 37,1 % ibu hamil mengalami anemia. Ibu hamil dengan anemia beresiko melahirkan bayi dengan berat badab lahir rendah ( < 2,5 kg). Oleh karena itu kegiatan penanggulangan anemia untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi. C. TUJUAN Mencegah terjadinya anemia gizi besi pada ibu hamil, ibu nifas dan remaja putri. D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 7. Perencanaan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun 8. Penyuluhan tentang anemia pada bumil dan remaja putri 9. Pemantauan kegiatann pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) oleh bidan desa 10. Merujuk ibu hamil / ibu nifas / remaja putri dengan anemia E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 22. Registrasi sasaran berdasarkan laporan pembina desa dan koordinator 23. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai ketentuan (minimal 90 butir pada ibu hamil, 30 butir pada ibu nifas dan 1 butir per minggu pada remaja putri) 24. Menyusun laporan pelaksanaan Tablet Tambah Darah (TTD) 25. Mengembangkan lemandirian pengadaan dan distribusi Tablet Tambah Darah (TTD) melalui Bidan Praktek Swasta dan dana BOS ( Bantuan Operasional Sekolah) 26. F. SASARAN Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Remaja Putri
G. JADWAL KEGIATAN NO KEGIATAN 1 Perencanaan
1 X
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kegiatan Pelaksanaan Laporan Hasil Analisis Data
X X
X X
X X
X X
X X
X X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X X
2 3 4
H. EVALUASI ELAKSANAAN DAN PELAPORAN 9. Evaluasi pelaksanaan dilakukan setelah setiap bulan dengan cara membandingkan hasil cakupan dengan target pencapaian selama satu bulan 10. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan seksi gizi
KERANGKA ACUAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
No .Dokumen
:
No. Revisi : Tanggal Terbit
:
PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
A. LATAR BELAKANG Cadangan makanan pada penderita gizi buruk sudah hampir habis digunakan tubuh akibat masukan makanan yang sangat kurang atau tingginya pemakaian akibat infeksi yang muncul. Semua penderita gizi buruk, dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi harus segera dilakukan tindakan pelayanan penanggulangan gizi buruk. Dengan perawatan yang baik, penderita gizi buruk juga dapat mencapai kesembuhan
yang
optimal.
Oleh
karena
itu,
diperlukan
pelayanan
penangglangan gizi buruk secara cepat dan tepat. B. TUJUAN 3. Peningkatan status gizi 4. Meningkatkan nafsu makan anak 5. Penyakit infeksi teratasi C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 11. Penapisan balita gizi buruk dengan penimbangan berat badan 12. Penyuluhan makanan tinggi kalori tinggi protein 13. PMT pada balita gizi buruk 14. Pemantauan balita dengan KMS 15. Merujuk balita gizi buruk dengan komplikasi D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 27. Registrasi sasaran berdasarkan hasil penimbangan balita di Posyandu 28. Pemberian PMT pada balita dengan pioritas balita gizi buruk 29. PMT pemulihan diberikan selama 90 hari 30. Standar PMT 300 kalori, 6 gr protein, dengan menggunakan bahan makanan lokal 31. Pencatatan dan pelaporan E. SASARAN Balita gizi buruk dengan standar buku WHO - NCHS
F. JADWAL KEGIATAN
NO KEGIATAN 1 Perencanaan 2 3 4
Kegiatan Pelaksanaan Laporan Hasil Analisis Data
1 X
2
3
4
X
X
X
5
X
6 X
7
8
9
X
X
X
10
11
X X
G. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN 11. Evaluasi pelaksanaan dilakukan setelah setiap bulan 12. Pelaporan hasil kegiatan ke dinas kesehatan seksi gizi dan pelaporan hasil BOK
12