Azkia Muharom Albantani [108012000005]
BAB I KEMAJUAN UMAT ISLAM A. MASA KLASIK a. Islam Sebelum Bani Umaiyah Pada masa Nabi Muhammad S.A.W kekuasaan umat Islam hanya meliputi Jazirah Arab. Pada masa Khulafaur Rasyidin,
Masa Abu Bakar Shidiq berkembang wilayahnya sampai dengan wilayah Syiria dan Irak Masa Khalifah Umar bin Khatab berkembang wilayahnya sampai dengan Mesir. Masa Khalifah Utsman bin Affan berkembang wilayahnya sampai dengan wilayah Tebustan, Azerbaijan, Armenia, dan Tunisia di Afrika.
b. Islam pada Masa Bani Umaiyah Masa Pemerintahan Bani Umaiyah yang terkenal sebagai satu masa yang perhatiannya tertumpu kepada kebesaran kerajaan yang berarti semangat dan keinginan untuk memiliki kekuasaan yang Umaiyah melakukan langkah sebagai berikut: Memantapkan dan memperhatikan wilayah kekuasaan Islam yang diwarnai oleh Khulafaur Rasyidin. Memperluas kekuasaan Islam yang diarahkan ke berbagai wilayah, meliputi: a. Wilayah Asia Kecil yang dikuasi Romawi Timur b. Wilayah Afghanistan-India dan perbatasan Tiongkok c. Wilayah pantai Afrika Utara, meliputi Aljazair dan Maroko d. Wilayah Eropa Barat yaitu semenanjung Andalusia (Spanyol)
1. Kekuatan Politik Bani Umaiyah Lahirnya Daulat Bani Umaiyah di tengah-tengah terjadinya pertengan politik antara golongan, yaitu: Golongan Syi`iah Golongan Khawarij Golongan Jami`ah Golongan Zubaer Dari pertentangan politik antar golongan itu, kelompok Bani Umaiyah yang dipelopori Mu`awiyah muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya berdirilah pemerintahan Daulat Bani Umaiyah
1
Azkia Muharom Albantani [108012000005] 2. Langkah-langkah Politik Bani Umaiyah Langkah-langkah yang dijalankan oleh Bani Umaiyah antara lain Memindahkan ibukota pemerintah Bani Umaiyah ke Damaskus yang bertujuan memperkokoh kekuasaannya, karena wilayah Syiria yang berpusat di Damaskus merupakan basis kekuatan Bani Umaiyah. Menumpas segala bentuk pemberontakan yang ada, demi terciptanya bentuk stabilitas keamanan dalam negerinya. Menyusun organisasi pemerintahan, agar roda pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. Merubah system pemerintahan demokrasi ke system monarki/kerajaan. Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa Nasional Umaiyah yang dapat berfungsi sebagai alat pemersatu Bangsa.
3. Kekuatan Militer Bani Umaiyah Pemerintah Bani Umaiyah memiliki lembaga pertahanan keamanan yang disebut “An Nadhimul Harby”. Lembaga pertahanan ini memiliki 3 (tiga) angkatan, yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut Angkatan Kepolisian. Gambaran singkat tentang besarnya kekuatan militer pada masa Bani Umaiyah, antara lain: Masa Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sofyan a. Jumlah armada yang dikirim ke Laut Tengah untuk menundukan Konstantinopel, sebanyak 1.700 kapal laut dengan puluhan ribu tentara angkatan laut dan angkatan darat. b. Jumlah tentara yang dikirim ke Afrika Utara untuk menundukkan Lybia di bawah kekuasaan Romawi Timur sebanyak 10.000 pasukan berkuda yang dipimpin oleh Ikbah bin Nafi. Dan pasukan ini berhasil dengan gemilang.
Masa Khalifah Abdul malik bin Marwan Pemerintahan Umaiyah mengirimkan 30.000 pasukan yang dipimpin Abdullah bin Zaid untuk menumpas pemberontakan Syi`ah di Kuffah Irak.
Masa Khalifah Walid bin Abdullah Malik 7000 tentara yang terdiri dari bangsa Barbar dengan panglimanya Thariq bin Ziyad berhasil menundukkan Spanyol melalui Selat Gibraltar (tahun 711 Masehi)
Masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik Beliau mengirimkan 100.000 tentara dengan kapal laut sejumlah 1.800 buah di bawah pimpinan panglima Maslamah bin Abdul Malik, untuk melakukan pengepungan Konstantinopel yang ketiga kalinya.
2
Azkia Muharom Albantani [108012000005] 4. Bidang Sosial pada masa Bani Umaiyah Empat orang Khalifah Bani Umaiyah yang cukup berhasil membangun dan mengembangkan social budaya di negaranya ialah Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 Hijriah/685-705 Masehi) Khalifah Walid bin abdul Malik (86-96 Hijriah/705-715 Masehi) Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 Hijriah/717-743 Masehi) Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (105-125 Hijriah/724-743 Masehi) Beberapa keunggulan bidang sosial adalah Terciptanya ketertiban kehidupan masyarakat, karena sudah adanya peraturan dan perundang-undangan Negara dan adanya lembaga penegak hokum, seperti lembaga pengadilan dan kepolisian. Terciptanya kemakmuran dan keadilan yang merata karena pemerintahannya telah memberikan hak-hak dan perlindungan yang sama kepada warganya. Terpelihara dan terjaminnya masyarakat kelas bawah, seperti: anak yatim, orang-orang lumpuh, buta, dan lain-lainnya. Dibangunnya masjid-masjid yang megah dan indah sebagai tempat ibadah, tempat bermusyawarah bahkan tempat menuntut ilmu. Dibangunnya jalan-jalan dan taman-taman sebagai tempat rekreasi. Dibangunnya sarana olahraga, seperti gelanggang pacuan kuda. Dibangunnya tempat-tempat penyediaan air minum di tempat-tempat umum atau di tempat-tempat strategi lainnya. Dibangunnya kantor pos sebagai sarana komunikasi. Dibangunnya pasar-pasar dan pertokoan.
5. Budaya pada masa Bani Umaiyah
Bahasa Arab berkembang luas ke berbagai penjuru dan dikenal oleh masyarakat dunia, terbukti sampai saat ini Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa resmi internasional (Bahasa resmi PBB) Mencetak mata uang dengan menggunakan Bahasa Arab yang bertuliskan kalimat “Lailaha Illallah” dan di sebelahnya ditulis kalimat “Abdul Malik”. Mendirikan pabrik-pabrik kain sutera.
Mendirikan industri kapal dan senjata. Mendirikan gedung-gedung pemerintahan. Membuat kitab undang-undang dan hokum disebut “pasal-pasal Undangundang pokok”.
Membangun irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian. Membangun kota Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab. Membuat administrasi pemerintahan dan pembukaan keuangan Negara. Mengembangkan ilmu peternakan.
3
Azkia Muharom Albantani [108012000005] 6. Bidang Pendidikan dan Seni pada masa Bani Umaiyah
Ilmu agama, Al Ulumul Islamiyah 1. Ilmu Qira`at, yakni ilmu cara membaca Al Qur`an. 2. Ilmu Tafsir. 3. Ilmu Hadits. 4. Ilmu Nahwu dan Sharaf. 5. Ilmu Tarikh
Ilmu pengetahuan umum, Al Ulumul Dakhiliyah 1. Ilmu Kimia, 2. Ilmu Kedokteran, 3. Ilmu Bumi, dan 4. Ilmu Astronomi.
Seni sastra, Seni Lukis, Seni Ukir, dan Seni Pahat, Seni Insya` atau Seni Mengarang Surat, Seni Khithabah atau Seni Pidato Seni Bangunan (Arsitektur).
c. Islam pada Masa Bani Abbassyah 1. Bidang Politik dan Pemerintahan Antara Bani Umaiyah dengan Bani Abbassyah terdapat beberapa perbedaan yang mendasar dalam sikap politiknya, adalah Daulat Bani Umaiyah pada umumnya dalam segala bidang bercorak Arab murni, sedangkan Daulat Bani Abbassyah sudah mulai bercampur dengan corak Persia, Turki dan lain-lain. Dengan terjadinya percampuran antar suku bangsa itu, maka masyarakat Abbassyah itu menjadi heterogen. Dan dengan keanekaragaman itu lahirlah berbagai perubahan di berbagai bidang baik bidang politik, ekonomi. Sosial maupun budaya. Adapun politik yang dijalankan oleh Abbassyah, antara lain a. Para khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sementara para menteri, para gubernur, panglima dan pengawal lainnya banyak diangkat dari golongan Mawaly keturunan Persia. b. Kota Baghdad sebagai ibu kota Negara, merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan dijadikan “Kota Terbuka”, sehingga segala bangsa yang mengatur berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya. c. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid. Dengan demikian terciptalah keleluasaan untuk mengeluarkan pendapat dalam segala bidang termasuk bidang akidah, filsafat, syariah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. d. Para menteri keturunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan. Mereka sangat mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaan untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian orang-orang dari turunan Mawaly Persia banyak memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam. 4
Azkia Muharom Albantani [108012000005] Negara dipimpin oleh Kepala Negara yang bergelar Khalifah dan jabatannya bernama khilafat. Untuk membantu Khalifah dalam menjalankan pemerintahan Negara, ditetapkan suatu jabatan yang bernama “Wizaarat” dan yang menjabatnya disebut “Wazir” atau perdana menteri. Ada 2 (dua) macam wizaarat, yaitu: 1. Wizaarat Tanfiz, yakni wazir (menteri), berfungsi sebagai pembantu khalifah dan bertanggung jawab kepada khalifah, yang istilah sekarang disebut “Kabinet Presidentil”. 2. Wizaarat Tafwidh, yakni wazirnya diberi kuasa penuh untuk memimpin pemerintahan, sedangkan khalifah sebagai lambing saja yang istilah sekarang disebut “Kabinet Parlementer”. Untuk membantu khalifah dalam menjalankan tata usaha Negara dibentuklah “Diwanul Kitaabah” Sekretariat Negara dan dibantu oleh beberapa sekretaris, yaitu: 1. Katibur Rasaail (Sekretaris Urusan Persuratan), 2. Katibul Kharraj (Sekretaris Keuangan), 3. Katibul Jund (Sekretaris Urusan Militer), 4. Katibul Syuthah (Sekretaris Urusan Kepolisian), dan 5. Katibul Qadha (Sekretaris Urusan Kehakiman). Di samping itu pula dibentuklah menteri-menteri yang memimpin departemen yang disebut “Raisud Diwan”. Pada masa Daulat Bani Abbassyah, tata usaha Negara bersifat “Sentralisasi” yang disebut “An Nidhamul Idary Al Markazy”.
2. Bidang Sosial Ekonomi Unsur-unsur bangsa yang berbeda pada masa itu ternyata dapat hidup bersatu dalam agama dan Negara islam yang terjalin dalam satu kerajaan, yaitu “Mamlakah Islamiyah”. Tiap unsure bangsa dari umat islam memiliki kelebihan dan sifat-sifat tersendiri, dengan itu mereka terkenal. Oleh karena itu, kebudayaan islam merupakan jalinan dari berbagai unsure kehidupan bangsa. Pembangunan dalam bidang ekonomi dibagi 3 (tiga), yaitu: a. Pembangunan di bidang pertanian b. Pembangunan di bidang industri c. Pembangunan di bidang perdagangan
3. Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Seni Bukti-bukti tentang berkembang pesatnya bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan seni adalah: 1. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan, seperti: a. Darul Hikmah (Universitas), yang memiliki ruang belajar dan perpustakaan yang sangat luas, b. Madrasah dari tingkat dasar sampai tingkat atas, c. Majelis Munadharah, d. Berdirinya Perguruan Tinggi An Nizhamiyan 5
Azkia Muharom Albantani [108012000005] 2. Berdirinya kota-kota ilmu pengetahuan (Kota Pendidikan), 3. Berkembangnya ilmu Naqli, seperti: a. Ilmu tafsir, b. Ilmu Hadits, c. Ilmu Tasawuf, 4. Lahirnya ilmu fiqh dan para fuqaha yang terkenal, 5. Berkembangnya ilmu Aqli. 6. Seni bangunan yang khusus berkembang pada waktu itu adalah lengkung kubah masjid, pilar, hiasan lebah bergantung yang menonjol bersusun di depan masjid, dan di menara tempat azan ataupun di puncak pilar. 7. Kota dengan jalan yang teratur, rapi, dan gedung-gedung yang megah dan artistik serta taman yang indah. 8. Seni Bahasa, cirri-ciri khas sajak di zaman itu adalah a. Mengutamakan keindahan kata, b. Pengutaraan cinta kasih, c. Pemujaan yang berlebihan, d. Mengandung falsafah untuk mengembangkan akal Penyair besar yang sangat terkenal diantaranya adalah a. Abu Nawas, b. Abu Tamam, c. Ibnu Rummy, Pengarang terkemuka pada masa itu adalah a. Abdullah bin Muqaffah, b. Abdul Jamid Al Khattib, c. Al Jahid, d. Ibnu Kutaibah. 9. Seni suara, seni musik dan seni tari Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengembangkan seni adalah a. Mendirikan sekolah musik, b. Menyusun dan menerbitkan buku-buku tentang musik c. Mendirikan pabrik-pabrik alat musik d. Mengadakan festival lomba musik Penemu-penemu dan pencipta musik islam yang terkenal antara lain a. Al Farabi, b. Al Zuman c. Al Zalal d. Khalifah Hakam II yang menciptakan musik tiup (Buq).
6
Azkia Muharom Albantani [108012000005] d. Islam pada Masa Bani Umaiyah II 1. Bidang Pendidikan Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada Bani Umaiyah II di Andalusia, antara lain 1. Menambah sekolah, perpustakaan di penjuru kota. 2. Menambah koleksi buku di Perpustakaan Cordova sebanyak 400.000 eksemplar dari berbagai judul dan disiplin ilmu. 3. Menyediakan anggaran Negara yang cukup banyak untuk pengiriman para ilmuwan ke berbagai belahan dunia yang sudah maju peradabannya.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan 1. Ilmu Fiqh, Ilmu tersebut berkembang di Andalusia atas kesungguhan para Ulama Fiqh Andalusia, seperti Ziyad bin Abdur Rahman bin Ziyad Al Lahmi, Yahya bin Yahya Al Waitsi dan lain-lain. Nama terakhir dikenal dengan Ibnu Haz m dan telah menulis buku sebanyak 400 judul tentang sejarah, fiqh, teologi, hadits, dan sebagainya. 2. Ilmu Qiraat (Ilmu Bacaan Al quran), Ulama-ulama yang terkenal diantaranya adalah Abu Ammar Al Dhani, Utsman bin Said. Beliau telah menulis buku sebanyak 120 judul antara lain: Al Mugni Wat Taisir. 3. Filsafat, Ahli filsafat yang terkenal seperti: Abdillah bin Misarah Al Bathini dan Al Jabali. 4. Ilmu Pasti dan Astronomi, Awalnya Bangsa Arab mempelajari dari literature kuno Bangsa India Sinbad kemudian diterjemahkan dalam bahasa arab oleh Ibrahim Al Fajari kemudian dikembangkan oleh para Ilmuwan Andalusia seperti: Abu Ubaidah Muslim bin Ubaidah Al Balansi, Abu Kasyim Abbas bin Farnas. 5. Kimia dan Farmasi, Ilmuwan yang berjasa diantaranya: Muhammad bin Abdun Al Jabali, Abul Kasyim Maslamah bin Ahmad Al Majriti, dan lainlain. 6. Ilmu Kedokteran, Dokter yang terkenal diantaranya: Ahmad bin Iyas Al Kurtubi, Al Harani, dan lain-lain. 7. Ilmu Sejarah, Sejarawan yang berjasa di bidang ini antara lain: Abu Marwan Abdul Malik bin Habit, Muhammad bin Musa Ar Razi, dan lainlain. 8. Ilmu Bahasa dan Sastra, Sastrawan yang terkenal antara lain: Ali Al Qoli, Ibnu Al Qutiyah Abu Bakar Muhammad bin Umar, dan lain-lain.
3. Bidang Sosial Pemerintah Bani Umaiyah II memberikan kebebasan penuh kepada rakyatnya sehingga mereka dapat mengamalkan ajaran agamanya baik mereka yang beragama Nasrani maupun Yahudi bahkan diantara mereka juga ada yang diangkat menjadi pejabat pemerintah baik sipil maupun militer
7
Azkia Muharom Albantani [108012000005] 4. Bidang Budaya Kota Cordova dikelilingi dengan tembok pengaman dan ditengah-tengahnya terdapat istana yang megah. Sekeliling kota dihiasi dengan danau yang airnya mengalir dari sumber-sumber pegunungan. Air danau itu selain mengalir ke istana dan rumah-rumah penduduk sebagiannya juga mengalir melalui paritparit menuju kolam-kolam dan lahan pertanian Kota Satelit Az Zahra memiliki keindahan dan kemegahan yang luar biasa. Terletak di sebuah bukit pegunungan Sierra Morena sekitar 3 mil dari utara Cordova.
e. Islam pada Masa Daulat Muwahidun 1. Bidang Politik Dapat menjaga keamanan dan kestabilan Negara dari para pemberontak dan perusuh. Dapat menangkis dan mematahkan berbagai serangan dari musuh luar terutama bangsa barat Kristen yang ingin mengusir umat Islam dari Andalusia.
2. Biang Seni dan Budaya Menjadikan Cordova sebagai ibu kota Negara dan membangun kembali kota tersebut sehingga tampak indah dan megah.
3. Bidang Militer Membentuk front dan gugus yang dipimpin oleh seorang komandan/panglima setara dengan divisi/distrik militer.
4. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Para Ilmuwan diberikan kebebasan berekspresi, berkreasi, beraktivitas, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
8
Azkia Muharom Albantani [108012000005]
B. ABAD PERTENGAHAN a. Masa Kerajaan Safawi Kemajuan dan perkembangan peradaban islam pada masa safawi dipengaruhi oleh a. Sikap pemimpin Safawi terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban itu sendiri b. Pandangan politik para pemimpin Safawi terutama dalam hal perbedaan mazhab
1. Bidang Ekonomi 1. Menjadikan Kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun sebagai pusat perdagangan laut, dengan nama Banda Abbas. 2. Berkembangnya pertanian di kawasan Bulan Sabit Subur
3. Bidang Ilmu Pengetahuan Pada masa ini, islam memiliki beberapa pemikir besar, seperti 1. Bahaudin Al Amili 2. Sadrudin As Syirazi 3. Muhammad Bakir bin Muhammad Damad
4. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni Berhasil menjadikan Isfahan sebagai ibukota kerajaan sekaligus menjadi kota yang sangat indah.
b. Masa Kerajaan Turki Usmani 2. Bidang Militer dan Pemerintahan 1. Memiliki sistem pertahanan yang modern untuk saat itu. 2. Sangat terlatih dalam mengatur strategi dalam mempertahankan serangan dari kerajaan lain 3. Memiliki semangat juga yang dinafasi jiwa islam 4. Terkenal tegas dalam membina wilayah yang demikian luas. 5. Disusun sebuah kitab undang-undang (kanun) yang menjadi pegangan dalam pemerintahan kerajaan Turki Usmani
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya 1.
Turki Usmani terkenal mudah beradaptasi dengan bangsa asing dan bersikap terbuka dengan bangsa lain. 2. Bangunan dihiasi dengan kaligrafi islam dan arsitektur yang indah. Kaligrafi tersebut dibuat dari kristal
4. Bidang Keagamaan 1. Menghormati ulama, sebab terikat dengan syariat islam. 2. Masyarakat dikelompokkan berdasarkan agama.
9
Azkia Muharom Albantani [108012000005]
c. Masa Kerajaan Mughal 1. Memiliki keadaan politik yang stabil 2. cukup maju di bidang pertanian, pertambangan, dan perdagangan. 3. Memiliki pengaturan sistem pertanian antara pemerintah dan petani yang mengelola 4. Terkenal sebagai penghasil biji-bijian. 5. Hasil pertanian diekspor ke Eropa, Afrika, dan lain-lain. 6. Berhasil mengembangkan industri tekstil. 7. Karya sastra yang terkenal pada masa itu adalah para penyair istana. Bahasa yang digunakan adalah Persia dan India. 8. Dibangun istana Fatpur sikri di sikri, vila, dan masjid berlapiskan mutiara. 9. Masjid raya Delhi dan istana di Lahore. 10. Taj Mahal di Akra Delhi.
C. ZAMAN MODERN a. Gerakan Pembaharuan Wahabi Tokohnya Muhammad bin Abdul Wahhab, gerakan di bidang aqidah dan syariah, berpendapat bahwa 1. Yang boleh dan harus disembah hanya Allah dan orang yang menyembah selain Allah telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh. 2. Kebanyakan orang Islam bukan lagi menganut faham tauhid yang sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada Allah melainkan kepada Syekh atau Wali dan dari kekuatan ghaib. Orang Islam yang demikian juga telah menjadi musytik. 3. Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik. 4. Meminta syafaat selain kepada tuhan adalah juga syirik. 5. Bernadzar selain kepada Allah juga termasuk syirik. 6. Memperoleh pengetahuan Al Quran, Hadits, dan Qiyas merupakan kekufuran. 7. Tidak percaya terhadap Qadha dan Qadar merupakan kekufuran. 8. Menafsirkan Al Quran secara bebas juga termasuk kekufuran. Pemikiran beliau yang menarik untuk diperhatikan antara lain: Hanya Al Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran Islam Taklik kepada Ulama dan Wali tidak diperkenankan Pintu Ijtihad masih terbuka dan tertutup.
b. Gerakan Anti Imperialisme Jamaludin Al Afghani Konsep Khilafah (pan-Islamisme) Al Afghani: Menurut Al Afghani kemunduran Umat Islam karena tidak bersatu, semua unsur umat islam harus disatukan dalam Panji Islamiyyah sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu kaum Muslimin. Corak pemerintahan otokrasi harus dirubah dan diganti dengan pemerintahan yang demokratis.
10
Azkia Muharom Albantani [108012000005] c. Gerakan Pembaharuan Muhammad Abduh Beliau adalah murid dari Jamaludin Al Afghani. Dia berpendapat bahwa kunci kemajuan umat islam adalah pada pendidikan universal dan global, dan pemebentukan khilfah.
d. Gerakan Pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha Pemikiran beliau tidak jauh berbeda dengan ide-ide Muhammad Abduh dan Jamaludin Al Afghani misalnya dalam pandangan beliau mengenai kemunduran umat Islam, tidak lagi menganut pada ajaran islam dengan murni dan konsekwen.
e. Pemikiran Kamal Attartuk Beliau berpendapat bahwa agama harus dipisahkan dengan urusan Negara dan dari segala hal urusan duniawi. Menurut beliau bangsa barat maju karena mereka melepaskan doktrin-doktri agama dari kehidupan mereka. Negara dan pemerintah harus bebas dari interpensi agama agar tidak terjadi kekacauan. Beliau juga melakukan sekulerisasi dan westernisasi.
f. Pemikiran Muhammad Iqbal Menurut beliau islam mengajarkan dinamisme. Al Quran senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam, seperti matahari, bulan, pertukaran siang dan malam, dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan tetap buta terhadap masa-masa yang akan datang. Konsep islam mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Kemajuan dan kemunduran dibuat Tuhan silih berganti di muka bumi ini. Dan hal itu mengantu arti dinamis. Beliau juga menegaskan islam menolak konsep yang salah bahwa alam ini bersifat statis. Prinsip yang dipakai dalam gerak dan perubahan adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai peranan penting dalam pembaharuan umat islam. Konsep beliau tidak westernisasi apalagi sekulerisasi. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kesempurnaan diri ada 3 fase yang harus ditempuh, yaitu: 1. Ketaatan terhadap hukum Illahi. 2. Penguasaan diri. 3. Perwakilan Illahi
11
Azkia Muharom Albantani [108012000005]
BAB II KEMUNDURAN UMMAT ISLAM A. Keruntuhan Dinasti Umaiyah Meskipun khilafah Bani Umaiyah merupakan suatu rezim yang disegani, karena kebesaran dan kewibawaannya yang ditandai dengan luas daerah taklukannya mulai dari Andalusia sampai Sind, disamping berbagai kemajuan yang berhasil dicapai di bidang administrasi dan ekonomi ternyata tidak mampu mempertahankan diri dari kehancurannya. Diantara penyebab runtuhnya dinasti ini ialah diberlakukannya sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan merupakan sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Sistemnya tidak jelas, sehingga menyebabkan persaingan yang tidak sehat di kalangan keluarga istana. (Phillip K. Hitty, 1974: 281) Keadaan ini diperburuk dengan semakin meruncingnya pertentangan etnis antara suku Arab Utara (Bani Qays) dengan Arab Selatan (Bani Kalb) yang telah berlangsung sejak sebelum Islam, yang sangat melemahkan persatuan dan kesatuan (Syed Ameer Ali, 1981:169-170) sedangkan untuk menghadapi lawan-lawan politik dan berbagai pemberontakan khilafah Bani Umaiyah sangat membutuhkan persatuan dan kesatuan diantara mereka. Selain itu di Irak dan wilayah timur lainnya kaum wali (muslm non Arab), merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan kangkuahan bangasa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umaiyah. (W. Montgimery Watt, 1990:28). Sementara itu kaum Syi’ah yakni pengikut Ali bin Abi Thalib juta tak henti-hentinya melakukan perlawanan karena mereka merasa lbih berhak menduduki kursi khliafah, dan gerakan mereka mendapat dukungan dari kaum mawali yang berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain (ibid, h.23) Kondisi dinasti Umaiyah yang semakin rapuh ditambah lagi dengan munculnya gerakan Abbasiyah yang berhasil menghimpun kekuatan dari berbagai golongan yakni Syi’ah, mawali dan mereka yang kecewa terhadap sepak terjang dinasti Umaiyah. Gerakan Abbasiyah yang dengan cermat mampu membaca situasi, kemudian mengerahkan kekuatan militernya, dan mencapai hasil yang diharpkan, runtuhnya khilafah Bani Umaiyah pada tahun 132 H/750 M. Dengan demikian runtuhnya dinasti Umaiyah bukan hanya disebabkan faktor-faktor dari luar, tetapi dalam tubuh dinasti umaiyah sendiri telah menampakkan gejala-gejala tidak sehat terutama dalam hal sistem pergantian khalifah, disamping adanya kecenderungan keluarga istana untuk hidup mewah sehingga mengabaikan urusan pemerintahan dan pertahanan negara. Namun dari faktor-faktor tersebut maka sebagi penyebab langsung jatuhnya daulat Bani Umaiyah adalah adanya gerakan yang dipelopori oleh Al-Abbas seorang keturunan dari paman nabi Muhammad, Al-Abbas Ibn Al-Muthalib Ibn Hasyim. Abu AlAbbas mengadakan kerjasama dengan kaum Syi’ah. Serangan terhadap kekerasan Bani Umaiyah dimulai dri khurasan, suatu daerah di Persia yang telah banyak dipengaruhi aliran Syi’ah. Serangan-serangan dipimpin oleh Abu Muslim Al khurasan, seorang pemuka yang berasal dari Peria. Marw, ibukota khurasan jatuh di tahun 749 M dan kemudian kufah di Irak. Di kufah Abu Al-Abbas diangkat sebagai Khalifah. (Harun Nasution; hal. 67)
12
Azkia Muharom Albantani [108012000005] B. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah Faktor internal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbassyah a. Mayoritas Khalifah periode akhir lebih mementingkan kepentingan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. b. Luasnya wilayah kekuasan kerajaan Abbassyah serta kurangnya komunikasi antara pusat dan daerah. c. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia pengaruh dan kecemburuan posisi mereka. d. Dengan Profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah terhadap mereka sangat tinggi. e. Permusuhan antara kelompok suku dan kelompok agama f. Negara menetapkan beban pajak yang tinggi untuk kepentingan kalangan atas istana g. Merajalelanya korupsi di kalangan kerajaan. Faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti abbasyah a. Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang yang menelan banyak korban. b. Penyerbuan tentara Mongol dibawah pimpinan Panglima Khulagu Khan yang menghancurleburkan Kota Baghdad.
C. Keruntuhan Dinasti Umaiyah II
Faktor internal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Umaiyah II a. Islam terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil, raja-rajanya saling berebut kekuasaan. b. Hilangnya semangat beragama kaum muslimin, terutama di kalangan para penguasa dan pembesar kerajaan. c. Hidup mereka sudah menyimpang dari jalur agama Islam Faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Umaiyah II a. Pada saat itu Raja Alfonso IV dan Leon mengadakan kerjasama dengan Austria, Castillia dan raja lainnya bersatu untuk menghancurkan umat islam yang ada di Spanyol b. Ancaman dari Bangsa Barat. c. Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan islam.
D. Keruntuhan Kerajaan Safawi Karena adanya serangan dari bangsa Afghan.
E. Keruntuhan Kerajaan Turki Usmani Karena adanya serangan dari bangsa barat saat perang salib.
F. Keruntuhan Kerajaan Mughal Karena dipaksa tunduk kepada raja-raja India.
13
Azkia Muharom Albantani [108012000005] Daftar Pustaka Sejarah Kebudayaan Islam Departemen Agama Wahid, A., Memahami Sejarah Kebudayaan Islam Armico, Bandung, 2004 Mahrus, Memahami Sejarah Islam Armico, Bandung 2004 Abul A’la Al-Maududi, Al-Khilafah Wa Al-Mulk (khilafah dan kerajaan Terj. Muh. Al-Baqir), Mizan, Bandung, 1996 Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan kebudayaan Arab, Logos Wacana ilmu, Jakarta, 1997. Bosworth, C.E, The Islamic Dynasties (Dinasti-Dinasti Islam Terj. Ilyah Hasan), Mizan, Bandung, 1993 Fuad Moh. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1985. Harun nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I, UI Press, Jakarta, 1985. Hitti, K, Phillip, History of The Arabs, The Macmillan press ltd, London, 1974. K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Sriguntino, Jakarta, 1997. Syed Ameer Ali, A history of The Saracens, kitab Bhavan, New Delhi, 1981. Watt, W, Montgomery, The Majesty That Was islam (Kejayaan Islam Terj. Hartono hadikusumo), Tiara Wacana, yogyakarta, 1990.
14