Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam. Salah satu penye penyebabny babnyaa adalah karena umat Islam menjadi penduduk penduduk mayor mayoritas itas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi kont ribusi sebesar-besarny sebesar-besarnyaa bagi orang bany banyak, ak, bangs bangsa, a, bahka bahkan n dunia. Penguasaan Penguasaan wilayah politik menjadi sarana sar ana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Sekarang Sekaran g mar marii kit kitaa ama amati ti kon kontrib tribusi usi uma umatt Isla Islam m dal dalam am per perpol politi itikan kan nas nasion ional al di seti setiap ap era/masa bangsa ini: .!ra Kerajaan-Kerajaan Islam "erjaya Pengar Pen garuh uh Isl Islam am ter terhad hadap ap per perpol politi itikan kan nas nasion ional al pun punya ya aka akarr sej sejarah arah yan yang g #uk #ukup up panjang. $auh sebelum penjajah kolonial ber#okol di tanah air, sudah berdiri beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-% hingga abad ke-& 'asehi. (.!ra Kolonial dan Kemerdekaan )*rde +ama Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan Islam harus har us ber berhad hadapa apan n den dengan gan ide ideolo ologi gi ter terten tentu tu ma#a ma#am m kom komuni unisme sme den dengan gan seg segala ala int intrikn riknya. ya. idak i dak dap dapat at dip dipun ungki gkiri ri lag lagii bah bahwa wa sej sejarah arah se# se#ara ara teg tegas as men menyat yataka akan n kal kalau au pem pemimp impinin pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan KI. "aik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan 0ndang-0ndang Dasar egara. Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam $akarta. amun, 1ormat tersebut hanya bertahan selama 23 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 4 5gustus 672, Indonesia menetapkan Pan#asila sebagai 1iloso1is negara. %. !ra *rde "aru Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pan#asila sebagai satu-satunya asas di dalam dal am neg negara. ara. Ide Ideolo ologi gi pol politi itik k lain lainny nyaa dip dipasu asung ng dan tid tidak ak bol boleh eh dit ditamp ampilk ilkan, an, term termasu asuk k ideologi ideolo gi polit politik ik Islam. 8al ini menyebabkan menyebabkan terjadi terjadinya nya kondisi depolitisasi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam. Politik Islam terpe#ah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan kon1lik dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik. 7. !ra e1ormasi "ulan 'ei 663 merupakan awal dari era re1ormasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan re9im tirani Soeharto. Perjuangan re1ormasi tidak lepas dari peran para
pemimpin Islam pada saat itu. "eberapa pemimpin Islam yang turut mendukung re1ormasi adalah K8. 5bdurrahman ahid );us Dur, ketua ahdatul 0lama. 'un#ul juga nama ur#holis 'ajid )
Peta perpolitikan di Indonesia, kalau mau jujur, masih jauh dari gambaran menggembirakan. ilai nilai kemanu=siaan, etika moral, sering terabaikan. Dan, umat Islam )penyandang predikat khali1ah di muka bumi sangat tidak layak untuk berdiam diri menyaksikan wajah perpolitikan di negeri ini berlangsung #orat marut. 8arus ada rasa tergugah untuk melakukan perubahan konstrukti1. 'un#ulnya pemikiran re1ormis dan kreati1 dalam penyam=paian pesan pesan kemanusiaan Islam inilah yang ingin diso=sialisasikan 5hmad Sya1ii 'aari1, dalam bukunya ?Islam @ Politik, 0paya 'embingkai PeradabanA.
Sya1ii 'aari1, optimis Islam akan mampu memberi #orak pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang berwawasan moral. 5salkan Islam dipahami se#ara benar dan realistis, tidak diragukan lagi akan berpotensi dan berpeluang besar untuk ditawarkan sebagai pilar pilar peradaban alternati1 di masa depan. Sumbangsih solusi Islam terhadap masalah masalah kemanusiaan yang semakin lama semakin komplek ini, baru punya makna historis bila umat Islam sendiri dapat tampil sebagai umat yang beriman dan #erdas )hal Bi. 'enyikapi tantangan tersebut, hal paling mendasar adalah bahwa umat Islam tidak boleh terpe#ah belah oleh dua kutub pemikiran: antara ilmu agama dan ilmu sekuler. Dengan bekal
perpaduan spritual dan intelektual, maka posisi umat Islam yang semula berada di buritan, dimasa mendatang dihar=apkan menjadi lokomoti1 dalam membangun masyarakat bermoral yang diba#k up kemantapan ontologi. Kalau mau menelusuri sejauhmana pengaruh Islam terhadap perpolitikan di Indonesia, akar sejarahnya boleh dikata #ukup panjang. Sejak abad %, sebelum para kolonial men#eng-keramkan kekuasaannya di usantara ini, kita sudah mengenal beberapa kerajaan Islam seperti di Sumatera, 'aluku, $awa, Kalimantan, Sulawesi dan usa enggara "arat. amun yang paling monumental adalah saat perdebatan seputar usul konstitusi Indonesia. Daulah Islamiyah bersaing dengan 5sas Pan#asila. Cormat Piagam $akarta, dengan tujuh kata kun#inya, yakni: dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, hanya sempat bertahan selama 23 hari. Sebab pada tanggal 4 5gustus 672 Pan#asila ditetapkan sebagai dasar 1iloso1is negara. +angkah tersebut merupakan kompromi politik demi menja=ga persatuan dan kesatuan, mengingat bangsa ini sangat plural, meski mereka yang beragama Islam termasuk mayoritas.Dengan bahasa yang lugas, Sya1ii 'aari1, penulis buku ini, menilai penamaan negara tidak terlalu 1undamental. ang penting, dalam kehidupan kolekti1 #ita #ita politik Islam dilaksanakan. Dengan diberlakukannya asas Pan#asila, tidak berarti aspirasi politik Islam kemudian menjadi mandul. awasan moral tentang kekuasaan itulah yang dimaksud aspirasi Islam. "agi Islam, apa yang bernama kekuasaan politik haruslah dijadikan ?kendaraanA penting untuk men#a=pai tujuan Islam seperti: penegakkan keadilan, kemerdekaan, humanisme egaliter, yang berlandaskan nilai nilai tauhid. Sayangnya, sejak *rde +ama hingga tumbangnya *rde "aru kelompok kelompok santri yang tergabung dalam 'uhammadiyah, 5l Irsyad, Persis, ahdhatul 0lama, 5l ashliyah, P0I )Persatuan 0mat Islam, Perti )Persatuan arbiyah Islamiyah, ahdhatul athan, 'asyumi dan lain lain telah lumpuh se#ara politik dan ekonomi, sehingga kurang terlatih untuk menjadi dewasa dalam per#aturan perpolitikan nasional.Di masa *rde "aru yang 1eodal serta otoritarian, teru=tama anggota Korpri sekian lama mental mereka terpasung, sehingga tak punya peluang untuk menawarkan pemikiran alter=nati1. 'ereka #enderung menjadi #orong pemerintah. ak heran, kalau dalam beberapa pemilu ;olkar selalu tampil sebagai pemenang. Demikian pula, di era re1ormasi ini, banyak melahirkan politisi politisi karbitan yang orientasi perjuangannya #uma untuk mengin#ar kursi jabatan. 'ereka begitu gampang berkoar men#aplok slogan ?demi kepentingan bangsa dan negaraA, padahal tujuan akhir tak lain adalah untuk kepentingan pribadi atau kelompok. 'aka, dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya bagi kita semua untuk berpikir jernih, serius, tidak terombang ambing oleh pernyataan pernyataan politik yang a historis. Karena, semua itu penuh ra#un yang menghan#urkan. ;olongan santri tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggir sejarah, turut menari menurut irama genderang yang ditabuh pihak lain. *leh sebab itu, kita perlu menyiapkan para pemain yang handal, berakhlak mulia, pro1esional, dan punya integritas pribadi yang tang=guh dan prima )hal 4. Dengan begitu, umat Islam di negara ini diharapkan tidak lagi termarginalisasi. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin, sehingga tidak mudah di#ap sebagai ekstremis atau sempalan. aliansyah jumbawuya