TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN DASAR (GADAR) MATERNAL DAN NEONATAL “PERITONITIS”
Tugas ini di buat dalam rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Gadar
Dosen Pengampu : Triatmi Andri Yanuari, M.Keb
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK VI No 1 2 3 4 5 6
NIM P1732175034 P1732175034 P1732175035 P1732175035 P1732175036 P1732175036 P1732175037 P1732175037 P1732175038 P1732175038 P1732175039 P1732175039
NAMA Monica Cahyono Lindarti Marsiyah Inten Pratiwi Christina Afriani Laila Salsabila Shelli Claudia Maha Putri
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI TAHUN 2017- 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-Nya Karunia-N ya kami dapat menyelesaikan tugas t ugas makalah ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kegawatdaruratan Dasar Maternal dan Neonatal dalam perkuliahan Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang dengan judul “Peritonitis “Peritonitis”. ”. Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan hambatan dan kesulitan, tetapi karena bantuan dan saran dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Ibu
Susanti
Pratamaningtyas,
M.Keb
selaku
Keprodi
D-IV
Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang. 2. Triatmi Andri Yanuari, M.Keb selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Gadar Maternal Neonatal. 3. Orang tua dan teman – teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 4. Semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Kediri, 07 Maret 2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
5
1.3 Tujuan ..............................................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Pendahuluan tentang Peritonium A. Pengertian Peritonium .....................................................................................
6
B. Etiologi ...........................................................................................................
6
C. Tanda dan Gejala.............................................................................................
6
D. Patofisiologi ....................................................................................................
7
E. Komplikasi ......................................................................................................
10
F. Penatalaksanaan Penunjang ............................................................................
10
G. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................
10
2.2 Asuhan Kebidanan Teori pada Peritonitis...................................................................
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... B. Saran................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Fungsi peritoneum Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan, Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen dan tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi. Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
4
Dalam penulisan makalah ini akan dibahas mengenai penanganan peritonitis. Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan. Sebagian kelainan disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
1.2. Rumusan Masalah a.
Apa yang di maksud dengan peritonitis?
b.
Apa jenis atau klasifikasi peritonitis?
c.
Bagaimana patofisiologi peritonitis?
d.
Apa saja tanda dan gejala peritonitis?
e.
Apa saja komplikasi dari peritonitis?
f.
Apa pemeriksaan diagnostic dari peritonitis?
g.
Bagaimana penatalaksanaan atau pengobatan peritonitis?
1.3. Tujuan a.
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan peritoniti s
b.
Untuk mengetahui jenis atau klasifikasi peritonitis
c.
Untuk mengetahui patofisiologi peritonitis
d.
Untuk mengetahui tanda dan gejala peritonitis
e.
Untuk mengetahui komplikasi dari peritonitis
f.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari peritonitis
g.
Untuk mengetahui penatalaksanaan atau pengobatan peritonitis
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian
Peritoneum adalah membran serosa rangkap berada dalam tubuh yang terdiri dari dua bagian utama yaitu peritonium parietal yang melapisi dinding rongga abdominal, dan rongga peritoneum viseral yang meliputi semua organ abdominal, organ yang berada pada didalam rongga itu (pearce, 2009) sedangkan pengertian Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan membran serosa rongga abdomen ) dan organ didalamnya (Muttaqin & Sari, 2011). Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa (Jitwiyono & Kristiyanasari, 2012). B. Etiologi
Penyebab terjadinya peritonoitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga peritoneum dan terjadi peradangan. Menurut Muttaqin (2011) bakteri yang sering menyebabkan peritonoitis yaitu Escheria coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%), Streptococcus pneumoniae (15%) Pseudomonas species, Proteu species, dan gram negatif lainnya (20%), Streptoccous lainnya (15%), Staphylococcus (3%). Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012) peritonis juga bisa disebabkam secara langsung dari luar seperti operasi yang tidak seteril, talcum veltum, lypodium, dan sulfonamida, serta trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, dan ruptur hati. C. Tanda dan Gejala
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di perutnya.
Bisa
terbentuk
satu
atau
beberapa
abses.
Infeksi
dapat
meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati
6
dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit. Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar. Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric. D. Patofisiologi
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivikas fibrinolitik intra abdomen (peningkatan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan fibrin karantina dengan pembentukan adhesi berikutnya. Produksi eksodakt fibrinosa merupakan reaksi penting pertahanan tubuh tetapi bakteri dapat dikarantina dalam matriks fibrins. Matrin fibrin tersebut yang memproteksi bakteri dari mekanisme pembersih tubuh. (Muttaqin, 2001). Efek utama dari fibrin mungkin berhubungan dengan tingkat kontaminasi bakteri peritoneal. Pada study bakteri campuran, hewan peritonitis mengalami efek sistemik defibrinogenasi dan kontaminasi peritoneal berat menyebabkan peritonitis berat dengan kematian dini (<48 jam) karena sangat sepsis (Muttaqin, 2011). Pembentukan abses merupakan strategi pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi, namun proses ini dapat menyebabkan infeksi paristen dan
7
sepsis yang mengancam jiwa. Awal pembentukan abses melibatkan pelepasan bakteri dan agen potensi abses ke lingkungan yang steril. Pertahanan tubuh tidak dapat mengeliminasi agen infeksi dan mencoba mengontrol penyebaran melalui sistem kompartemen. Proses ini dibantu oleh kombinasi faktor-faktor yang memiliki fitur yang umum yaitu fagositosis. Kontaminasi transien bakteri pada peritoneal (yang disebabkan oleh penyakit viseral primer) merupakan kondisi umum. Resultan paparan antigen bakteri telah ditunjukan untuk mengubah respon imun ke inokulasi peritoneal berulang. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan insiden pembentukan abses, perubahan konten bakteri, dan meningkatkan angka kematian. Studi terbaru menunjukan bahwa infeksi nosokomial di organ lain (pneumonea, spesies, infeksi luka) juga meningkatkan kemungkinkan pembentukan abses abdomen berikutnya (Muttaqin, 2011). Faktor – faktor virulensi bakteri akan menghambat proses fagositosis sehingga menyebabkan pembentukan abses. Faktor-faktor ini adalah pembentukan kapsul, pembentukan fakultatif anaerob, kemampuan adhesi, dan produksi asam suksinat. Sinergi antara bakteri dan jamur tertentu mungkin juga memainkan peran penting dalam merusak pertahanan tubuh. Sinergi seperti itu mungkin terdapat antara B fagilis dan bakteri gram negatif terutama
E
Coli,
dimana
ko-invokulasi
bakteri
secara
signifikasi
meningkatkan perforasi dan pembentukan abses (Muttaqin, 2011). Abses peritoneal menggambarkan pembentukan sebuah kumpulan cairan yang terinfeksi dienkapsulasi oleh eksudat fibrinosa, mentum, dan sebelah organ viseral. Mayoritas abses terjadi selanjutnya pada peritonits. Sekitar setengah dari pasien mengembangkan abses sederhan, sedangkan separuh pasien yang lain mengembangkan sekunder abses kompleks fibrinosa dan organisasi dari bahan abses. Pembentukan abses terjadi paling sering didaerah subhepatik dan panggul, tetapi mungkin juga terjadi didaerah perisplenik, kantong yang lebih kecil, dan puteran usus kecil, serta mesenterium (Muttaqin, 2011). Selanjutnya abses terbentuk diantara perlekatan fibrinosa, menempel menjadi satu permukaan sekitarnya. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi 8
menghilang pula, tetapi dapat menetap sebagai pita- pita fibrinosa. Bila bahan yang menginfeksi terbesar luas pada perrmukaan peritoneum, maka aktivitas motolitas usus menurun dan meningkatkan resiko ileus peristaltik (Muttaqin, 2011). Respon peradangan peritonitis juga menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi dengan cepat dan agresif, maka akan menyebabkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator misal interleukin, dari kegagalan organ. Oleh karena tubuh mencoba untuk mengompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga mikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tetapi kemudian akan segera terjadi badikardi begitu terjadi syok hipovolamik (Muttaqin, 2011). Organ – organ di dalam vakum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami edema. Edema disebabkan oleh parmeabilitas pembuluh darah kapiler organ- organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum dan lumen – lumen usus, serta edema seluruh organ intraperitoneal dan edema dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemik bertambah dengan adanya kenaikan suhu, intake yang tidak ada, serta muntah. Terjebaknya cairan di rongga peritoneum
dan
lumen
usus,
lebih
lanjut
meningkatkan
tekanan
intraabdomen, membuat usaha pernafasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan perfusi (Muttaqin, 2011).
9
E. Komplikasi
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal. 2. Abses peritoneal 3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas. 4. Sepsis F. Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium a. Leukositosis b. Hematokrit meningkat c. Asidosis metabolik 2. X. Ray Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : a. Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis. b. Usus halus dan usus besar dilatasi. c. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. G. Penatalaksanaan Medis
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus. 2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan dapat diupayakan. 3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
10
2.2 ASUHAN KEBIDANAN IBU 2.2.1 Pengkajian atau pengumpulan data A. Data Subyektif Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan, bahwa pada pengkajian “Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien”. 1. Biodata. a. Nama Nama ibu dan suami lengkap dan jelas,bila perlu menggunakannama panggilan agar tidak keliru dalam pendokumentasian dan dalam memberikan pelayanan.
b.
Umur Untuk mengetahui adanya resiko tinggi dan komplikasi yang terjadi pada ibu.Rentan usia dalam batas normal adalah 20 tahun – 35 tahun. Jika usia <20 tahun alat reproduksi masih belum matang , mental dan psikologisnya masih belum siap.sedangkan usia > 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c.
Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut guna mengarahkan pasien untuk berdoa.
d.
Pendidikan Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu dan suami sehinggan bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e.
Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi ibu dan suami, karena dalam hal ini memengaruhi kebutuhan gizi ibu tersebut.
f.
Alamat Digunakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila perlu.
2. Keluhan Utama Terdapat pasien muntah-muntah, demam, sakit kepala, nyeri ulu hati, makan-minum kurang, turgor kulit jelek, keadaan umum lemah. 3. Riwayat Kesehatan Pernah menderita moviting atau tidak 4. Riwayat Kesehatan Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit seperti
11
pasien
5. Riwayat Obstetri Mengkaji riwayat kehamilan, persalinan,nifas dan KB yang lalu.Untuk mengetahui komplikasi-komplikasi atau dampak yang terjadi pada kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya. 6. Riwayat Kehamilan Merupakan hal yang berkaitan dengan kehamilan meliputi : Keluhan ibu, tempat periksa kehamilan yaitu di BPM, Puskesmas, Rumah sakit, frekuensi Kunjungan periksa ANC, konseling yang pernah di dapat seperti tanda bahaya kehamilan, gizi ibu hamil, senam hamil, dan pemberian obat atau vitamin yang pernah didapat. 7. Riwayat persalinan terakhir Untuk mengetahui jenis persalinan (spontan),tanggal persalinan, jenis kelamin bayi,keadaan bayi (Hidup) yang meliputipanjang badan dan berat badan bayi, lama persalinan ,jumlah perdarahan dan penyulit komplikasi serta penolong persalinan. 8. Riwayat KB Untuk mengetahui ibu menjadi akseptor KB, alat kontrasepsi yang pernah digunakan, berapa lama sampai ibu hamil lagi, keluhan yang dirasakan ibu selama menggunakan kontrasepsi KB, serta rencana penggunan kontrasepsi setelah masa nifas. 9.
Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan ibu, apabila ibu melahirkan tanpa status yang jelas maka akan berkaitan dengan psikologinyaa sehingga akan memengaruhi proses masa nifas.
10. Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya ada kebiasaan pantang makanan. 11. Riwayat Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya.
12
12. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a. Pola Nutrisi Menggambarkan tentang pola makanan yang dikonsumsi dan pola minum, frekuensi, banyaknya serta jenis makanan yang dikonsumsi ibu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sebagai berikut : 1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori pe r hari 2) Makanan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral 3) Minum sedikitnya 3 liter sehari 4) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum 5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit b. Pola eliminasi Pola yang menggambarkan fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air kecil, buang air besar yang meliputi warna, hasil sekresi, frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta berkeringat. c. Pola Istirahat Menggambarkan pola istirahat pada ibu, lamanya ibu istirahat. Istirahat sangat penting untuk ibu masa nifas karena dengan istrahat yang cukup akan memercepat penyembuhan. d.
Aktivitas Pola aktivitas ini perlu dikaji karena pengaruh aktivitas sehari – hari ibu terhadap kesehatannya. Mengetahui keseringan dan kesulitan ibu saat melakukan mobilisasi.Mobilisasi sedini mungkin agar dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.Mobilisasi yang dilakukan ibu postpartum adalah miring kanan, miring kiri, duduk, berdiri.
e.
Personal Hygiene Digunakan untuk memastikan ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada area genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
B. Data Objektif (O) Pengumpulan data untuk memastikan bahwa pasien / ibu dalam keadaan stabil yang terdiri dari : 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan : kenaikan TD, nadi, suhu dan respirasi b. Kesadaran : komposmentis
13
2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi 1) Kepala
2) Abdomen 3) Genetalia 4) Palpasi abdomen 5) Auskultasi 6) Perkusi abdomen
: Keadaan rambut mata, muka, hidung mulut telinga dan leher : biasanya terjadi pembesaran limfa : tidak da perubahan : Teraba pembesaran perut limfa, kembung, nyeri : Peristaltic usus menurun : hipersonor
b. Pemeriksaan Penunjang USG C. Analisa Data (A) Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan, bahwa pada perumusan diagnosa dan masalah kebidanan “Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat”. D. Penatalaksanaan Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan, bahwa pada perencanaan “Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan”. Pada Implementasi “Bidan melaksanak an rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien atau pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Pada evaluasi “Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien”. 1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factor presipitasinya 2. Observasi ketidaknyamanan non verbal 3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru
14
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan 5. Anjurkan pasien untuk istirahat 6. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. 7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
15
BAB III TINJAUAN KASUS
Tanggal / jam : 05 Februai 2018 / 13.45 WIB Tempat : BPM. Anugerah RM : 122xxxx A. DATA SUBYEKTIF 1. Identitas
Nama istri : Ny.P Nama suami : Tn. S Umur : 36 th Umur : 40 th Agama : Islam Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indo Suku/bangsa : Jawa/Indo Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat : Jalan Taman Bunga Alamat : Jalan Taman Bunga 2. Keluhan utama Ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan terasa panas dan menggigil 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Ibu Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dan riwayat penyakit keturunan seperti asma, jantung dan hipertensi. b. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dan riwayat penyakit keturunan seperti asma, jantung dan hipertensi. 4. Riwayat Menstruasi Usia Menarche : 12 Tahun Siklus Menstruasi : 28 Hari Lama : 7-9 Hari Banyaknya : 4-5 Kali Ganti Pembalut Dalam Sehari Konsistensi Darah : Cair Keluhan : Nyeri Saat Haid 5. Status perkawinan Perkawinan ke : I (satu) Lama perkawinan : ± 8 tahun Umur kawin : 27 tahun
16
6. Riwayat Kehamilan Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 12 kali di RS dan BPM Keluhan selama hamil: TM 1 : Mual, muntah dan pusing TM 2 : Tidak ada keluhan TM 3 : Sering kencing dan sakit pada punggung 7. Riwayat persalinan Persalinan Hamil
Nifas
Lahir
UK
ke1
Jenis
Penolong
Tempat
L/P
Persalinan 01/02/2018
38
Spontan
BB
Komplikasi
Laktasi
Komplikasi
Tidak ada
lancar
Tidak ada
Lahir bidan
BPS
mgg
p
3100 gram
8. Pola kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Porsi makan sehari : 1 porsi habis Jenis : nasi, sayur, lauk, buah Makanan pantang : tidak ada makanan pantangan Pola minum : 7-8 gelas/hari Jenis : Air putih, teh, susu Keluhan : Tidak ada b. Eliminas 1) BAK Frekuensi : 6-7x/ hari Jumlah : 1200 cc Warna : kuning jernih Keluhan : tidak ada 2) BAB Frekuensi : 1x/hari Jumlah :Warna : kuning Keluhan : tidak ada c. Istirahat Tidur siang : ½-1 jam Tidur malam : 5-6 jam d. Pola Aktivitas Mobilisasi : Sudah bisa jalan, dan merawat diri dan belajar merawat bayinya Pekerjaan : merawat diri dan bayinya masih dibantu keluarga Olahraga /senam : melakukan senam nifas sesuai dengan yang diajarkan nifas bidan, yaitu senam kegle setiap pagi Keluhan : tidak ada e. Pengalaman menyusui : ibu mengatakan tidak memiliki pengalaman menyusui
17
f. Kebiasaan Menyusui Posisi Perawatan Payudara Masalah g. Personal higiene Mand Gosok gig Keramas Ganti pakaian dalam Ganti pakaian luar
: tiduran dan duduk : membersihkan putting sebelum menyusui : tidak ada : 2 kali/hari : 2 kali/hari : 3 kali/minggu : 2 kali/hari : 2 kali/hari
h. Pola seksual : Selama nifas ibu belum melakukan hubungan seksual dengan suami, Keluhan : tidak ada i. Riwayat KB Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum KU Kesadaran TD Suhu Nadi Rr
: Lemah : CM : 110/70 mmHg : 38,7°C : 88 x/mnt : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik Kepala : bersih, tidak ada ketombe Muka : pucat (+), tidak oedem Mata : konjungtiva pucat (+), sklera tidak kuning Hidung : bersih, tidak ada secret Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen Leher : tidak ada pembesaran kelenjar typoid dan parotis Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe Payudara : simetris, tidak ada masa Abdomen : teraba pembesaran pada perut bagian kiri, nyeri tekan perut bagian bawah Genetalia : tidak oedem, tidak varises, ppv lochea sanguinolenta, tidak bau busuk Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises
18
3. Pemeriksaan penunjang HB : 9 gr% C. ANALISA DATA P10001 hari ke 4 dengan suspek peritonitis D. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami tanda gejala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
infeksi pada bagian perut yang di tandai dengan nyeri tekan perut bagian bawah, mual, dan demam Ev. Ibu mengerti penjelasan bidan dan merasa cemas Memberikan suppot mental pada ibu dengan cara memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa cemas Ev. Ibu merasa sedikit tenang Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan memperbanyak sayuran hijau serta menganjurkan ibu untuk istirahat cukup Ev. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan melakukan pemeriksaan radiologi ke RS Ev. Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Ev. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia untuk di rujuk Memberikan infom consent kepada ibu tentang persetujuan rujukan Ev. Ibu bersedia menandatangani surat persetujuan dirujuk Melakukan persiapan rujukan dan mengantar ibu ke tempat rujukan Ev. Persiapan rujukan sudah siap dan pasien telah dirujuk.
19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Pengertian Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan
membran serosa rongga abdomen) dan organ didalamnya (Muttaqin & Sari, 2011). Ibu Postpartum hari ke-4 datang dengan keluhan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan terasa panas dan menggigil. Hasil pemeriksaan KU: Lemah Kesadaran: CM ,
,
TD : 110/70 mmHg Suhu: 38,7°C Nadi: 88 x/mnt Rr : 20 x/mnt, muka : ,
,
pucat, konjungtiva : pucat,abdomen : teraba pembesaran pada perut bagian kiri, nyeri tekan perut bagian bawah, HB: 9 gr%. Kemudian bidan menganurkan Ibu untuk tidak cemas dan tetap tenang kemudian menganjurkan Ibu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
B. Saran
1. Kaji Riwayat lebih dalam sehingga penegakan diagnosis lebih fokus/berpusat. 2. Sebaiknya Penatalaksaan di BPM lebih dibuat secara terstruktur.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142. Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika
21