LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I KEKERUHAN AIR, TDS, TSS DHL, DAN WARNA Kelompok 15 1. Abrory Ben Barka (082001400002) 2. Bunga Oktafani (082001400013) (082001400013) 3. Fiona Putri Siata (082001400026) (082001400026) Asisten: Fajriani Widya Haryanti
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2016
BAB I 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
1.1.1 Kekeruhan
Kekeruhan dalam air diakibatkan oleh zat-zat yang tersuspensi dalam air (bentuk koloid sampai bentuk lumpur kasar), berupa senyawa organik atau pun anorganik (misal : Fe2O3, MnO2), tinggi rendahnya kekeruhan (yang nampak) dipengaruhi oleh turbulensi dalam air. Penentuan Kekeruhan dalam air ada 3 metode pengukuran yang dapat digunakan : 1. Metode Nefelometri (unit kekeruhan NTU) 2. Metode Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan SiO2) 3. Metode Visual (unit kekeruhan Jackson)
1.1.2 Total Padatan Terlarut (TDS)
Kekuatan ion merupakan parameter yang menunjukkan kekuatan interaksi antara ion-ion yang ada dalam larutan. Kekuatan ion tidak mempunyai dimensi besaran tetapi untuk kemudahan biasa dipakai besaran molar. Dalam prakteknya pemakaian kekuatan ion digunakan untuk menghitung koefisien analitik larutan yang tidak ideal. Pengukuran TDS dalam air, dilakukan dengan menguapkan air beserta zat cair dari suatu larutan yakni partikel yang larut dalam air dan berkisar 10 -6m. Di dalam metode analisinya, TDS yang diukur adalah partikel yang lewat saringan. Jadi besarnya TDS juga dipengaruhi oleh besarnya pori-pori penyaring. Untuk analisa biasa digunakan kertas saring dengan ukuran 10 -5m atau membran penyaring yang mempunyai ukuran 0,20-45x10 -6m. Hal ini berarti ada beberapa partikel koloid (ukurannya 10-9 – 10 10-5m) yang ikut tersaring. Jadi konsentrasi TDS dalam air yang dianalisa bisa merupakan zat padat terlarut dalam air atau ditambah lagi dengan konsentrasi beberapa koloid yang lolos saringan jika suatu air mengandung partikel-partikel koloid.
1.1.3 Padatan Tersuspensi Total (TSS)
2
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetric. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral. Standar Acuan Permenkes No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
1.1.4 Warna
Warna air alam dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Warna sesungguhnya (true color) yang ditimbulkan oleh kandungan senyawa organik seperti lignin, humus dan dekomposisi bahan-bahn organik (daun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Warna sesungguhnya akan tetap ada meskipun kekeruhan air (yang dapat menimbulkan warna dalam air) sudah dihilangkan. 2. Warna bukan sesungguhnya (apparent color) yang ditimbulkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi dalam air industri dan lain sebagainya. Warna bukan sesungguhnya ini ditetapkan dari contoh air asli tanpa melalui penyaringan atau (filtrasi) atau sentrifugasi. Intensitas warna umumnya bertambah dengan kenaikan pH air, sehingga penetapan warna air senantiasa harus disertai dengan pengukuran pH air.
1.1.5 Daya Hantar Listrik (DHL)
Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter. Standar Acuan Permenkes No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1.2.1 Kekeruhan
1. Untuk menetapkan kekeruhan air dan air limbah dengan nefelometer.
1.2.2 Total Padatan Terlarut (TDS)
3
1. Untuk mengetahui kadar total DO dalam contoh uji air yang dianalisis.
1.2.3 Padatan Tersuspensi Terlarut (TSS)
1. TTS untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetric.
1.2.4 Warna
1. Membandingkan warna sampel terhadap serangkaian larutan standar yang dibuat dari K2PtCl6 dan CoCl2
1.2.5 Daya Hantar Listrik (DHL)
1. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda hantaran listrik lewat larutan
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekeruhan
Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya kali, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air sampel yang telah diambil sebelumnya. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel. Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan, adalah penting. Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan
5
koloid tersebut tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya. Pada hasil pengamatan, nilai kekeruhan yang didapat adalah sebesar 55,8 NTU. Hal ini menunjukkan bahwa perairan kali Sekertariat Utara tak layak untuk diminum, mengingat baku mutu air minum maksimal adalah 5 NTU.
2.2 TDS
TDS yang didapat dari kali Sekertariat Utara adalah sebesar 236 mg, hal ini menunjukkan air kali Sekertariat Utara masih memenuhi persyaratan untuk air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/Menkes/Per/IV/2010, Tanggal 19 April 2010.
2.3 TSS
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garamgaram yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air . Berdasarkan hasil pengukuran, menunjukkan bahwa kandungan TSS di perairan kali Sekertariat Utara yaitu bernilai 56 mg/l.
2.4 Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh ion besi, mangan, humus, biota air, plankton, dan limbah industri. Warnaasli sukar dihilangkan. Air minum diisyaratkan tidak berwarna, sehingga berupa air bening dan jernih. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau
6
toksik. Meskipun demikian,adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna berbeda pada air yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian konsumen air. Warna pada air di laboratorium diukur berdasarkan warna standar yang telah diketahui konsentrasinya. Intensitas warna ini dapat diukur dengan satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 2 mg/L platina (sebagai K2PtCl6). Standar yangditetapkan di Indonesia besarnya maksimal 5 unit (Sutrisno, 2004) dengan satuan warna yang ditangkap spektrofotometer sebesar 0,287 ABS maka untuk dijadikan air minum, masih sangat jauh dari standar baku mutu air minum
2.5 DHL
DHL adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran. Biasanya makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Walaupun dalam baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi untuk nilainilai yang ekstrim perlu diwaspadai (Mahida, 1984). Pada pengukuran daya hantar listrik, hanya bahan terionisasi yang dapat terukur, molekul-molekul organik dan kandungan lain yang larut tanpa proses ionisasi tidak akan terukur (Hasunia, 2006) Sedangkan air sampel, didapati DHL nya sebesar 796 µS/cm.
7
BAB III METODE KERJA 3.1
Waktu dan Tempat
Gambar 3.1 Lokasi sampling
Lokasi
: Jl. Kali Sekertariat Utara
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Maret 2016 Pukul
: 07:00 – 08.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Kekeruhan Tabel 3.1 Alat dan bahan kekeruhan
8
No
Nama Alat
Jumlah Ukuran
Bahan
1
Gelas Ukur
1
Air sample
No
2
Nama Alat
Turbidimeter Eutech
Jumlah
Ukuran
1
Bahan
Jumlah Konsentrasi
Jumlah
Konsentrasi
Air suling
TN
100 .3
Kuvet
1
Turbidimeter
3.2.2
TDS Tabel 3.2 Alat dan bahan TDS
No
Nama Alat
Jumlah Ukuran
Bahan
1.
Kertas saring
1 buah
Air sample
2.
Oven
1 buah
Air suling
3.
Desikator
1 buah
4.
Neraca
1 buah
Jumlah Konsentrasi
Ohaus 5.
Alat
1 set
penyaring 6.
Gelas piala
1 buah
7.
Alumunium
Secuku
foil
pnya
Cawan
1 buah
8.
450 mL
porselein
3.2.3
TSS Tabel 3.3 Alat dan bahan TSS
No
Nama Alat
Jumlah Ukuran
Bahan
1.
Kertas saring
1 buah
Air sample
2.
Oven
1 buah
Air suling
Jumlah Konsentrasi
9
3.
Desikator
1 buah
4.
Neraca
1 buah
No
5.
Nama Alat
Alat
Jumlah
Ukuran
Bahan
Jumlah
Konsentrasi
1 set
penyaring 6.
Gelas piala
1 buah
7.
Alumunium
Secuku
foil
pnya
3.2.4
450 mL
Warna Tabel 3.4 Alat dan bahan warna
No
Nama Alat
Jumlah Ukuran
Bahan
1.
Spektrofotom
1 buah
Air
eter
Jumlah Konsentrasi
sampling
2.
Kuvet
1 buah
3.
Tissue
1 buah
Air suling
3.2.5. DHL Tabel 3.5 Alat dan bahan DHL No Nama Alat
Jumlah Ukuran
Bahan
1.
1 unit
Air
Conductivity meter
2.
Gelas piala
Jumlah Konsentrasi
sampling 1 buah
Air suling
10
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Kekeruhan
Sampel Homogenkan
Taro di kuvet sampai garis
Cek di Turbidimeter
Gambar 3.2 Skema kekeruhan 3.3.2 TDS
Masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 105°C
Letakkan pada desikator, lalu din inkan
Timbang
11
Saring air sample
Masukkan air saringan ke dalam cawan dan panaskan kembali
Timbang kembali
Gambar 3.3 Skema TDS 3.3.3. TSS
Masukkan kertas saring ke dalam oven den an suhu 105°C
Saring air sample
Letakkan pada desikator, lalu dinginkan
Masukkan ke oven
Timbang
Timbang kembali
Gambar 3.5 Skema TSS
12
3.3.4 Warna
Masukkan kedalam kuvet dan mesin
Saring
Ukur serapan di Spektrofotometer
Gambar 3.6 Skema warna
3.3.5 Daya Hantar Listrik
Bilas elektroda dengan air
Celupkan elektroda ke dalam sampel air hingga konduktimeter menunjukan pembacaan yang tetap
Catat hasil pembacaan dan suhu sampel
Gambar 3.7 Skema DHL
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Data Awal
pH
: 7,11
DO
: 0,61 mg/l
T
: 28º C
4.1.1 Kekeruhan Ket : Turbidimeter = 55,8 NTU
Gambar 4.1
4.1.2. TDS
Gambar 4.2 Sebelum
Gambar 4.3 Sesudah
14
TDS = (A-B) x (1000 : ml sampel)
Dimana :
A = berat konstan labu didih + residu (mg)
B = berat didih kosong (mg)
Volume TDS: (A1-B1) x
1000
: 30,0017-29,9958 x
1000 25
: 0,236 g/l : 236 mg/
4.1.3 TSS
Gambar 4.4 Sebelum
Gambar 4.5 Sesudah
TSS = (A-B) x (1000 : ml sampel)
Dimana :
A = berat konstan kertas saring + residu (mg)
B = berat kertas saring kosong (mg)
15
Volume TSS : (A2-B2) x
1000
: 0,0809 - 0,0795 x
1000 25
: 0,056 g/l : 56 mg/l
4.1.4. Warna
Gambar 4.6 Tabel sampel
Gambar 4.7 Kurva kalibrasi
16
Tabel 4.1
Dimana :
x
a: 0,0068
y abs
(mg/L)
b: 0,023 c: 0,998
Y
: a + bx
0,307 : 0,0068 + 0,023x 0,3002 : 0,023x X
0
0
10
0.244
20
0.471
30
0.698
40
0.925
: 13,0521 mg/l : 13,0521 ppm
4.1.5. DHL Ket : Conductivity meter : 796 µs/cm
Gambar 4.8
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan sampel air sungai yang kelompok praktikan ambil dari kali yang terletak di Jalan Kali Sekretariat Utara, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pengamatan ini bertujuan untuk menganalisis kekeruhan air, TDS, TSS, DHL dan warna pada sampel air kali yang terletak
pada
titik
tersebut.
Tempat
sampling
terletak
pada
kordinat
6°10’29”S;106°47’28”. Pada lokasi sampling terlihat titik pembakaran sampah, 2
titik timbulan sampah, serta perumahan kumuh di sekitar pengambilan sampling.
17
Pada saat pengambilan sampel air terlihat ada tiga buah truk sampah di sekitar lokasi. Air dari kali tercium bau menyengat, berwarna hitam, serta dipenuhi sampah. Pengamatan kali ini dilakukan pada pagi hari pada pukul 07:15. Pengambilan sampel menggunakan water sampler. Disana praktikan juga mengukur suhu air sampling serta suhu udara di sekitar pengambilan sampling. Hasil pengukurannya adalah suhu air sampling yaitu 28°C. Sampling tersebut kemudian dibawa ke laboratorium lingkungan untuk diamati. Di laboratorium, praktikan menganalisis kekeruhan air, TDS, TSS, DHL, pH dan warna. Didapatkan hasil pengamatan yaitu Kekeruhan air terukur sebesar 55,8 NTU, pH sebesar 7,11, Dissolved Oxygen sebesar 0,61 mg/l dan Daya Hantar Listrik sebesar 796 µs/cm. Jika pH belun mencapai nilai netral, maka praktikan harus menetralkan terlebih dahulu pada sampel airnya. Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainya akan mengambil karbondioksida dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air akan meningkat dari siang hari dan akan menurun pada waktu malam hari. Karena praktikum dilakukan pada pagi hari maka pH meningkat. Hasil TSS nya didapatkan dari berat konstan kertas saring + residu (A) dan berat konstan kertas saring kosong (B) sedangkan TDS nya didapatkan dari berat konstan labu didih + residu (A) dan berat konstan labu didih kosong (B). Didapatkan hasil pengamatannya yaitu TDS sebesar 236 mg/l dan TSS sebesar 56 mg. Residu akan menambah berat dari cawan kosong dan kertas saring kosong. Sehingga jika berat A lebih kecil dari berat B maka praktikan harus mengulang kembali percobaan tersebut. Untuk dapat menganalisis warna sampel, praktikan terlebih dahulu harus menentukan Abs1 dan Abs2 dengan menggunakan spektrofotometer. Warna di alam terbagi menjadi dua, yaitu warna sebenarnya dan tidak sebenarnya. Warna diukur oleh alat yang disebut spektrofotometer. Angka yang ditunjukkan pada layar oleh spektrofotometer sebesar 13,042 dan 0,307. Absorbansi sebesar 0,307. Kemudian hasil percobaan tersebut dibuat dalam grafik di milimeter block dan
18
microsoft excel. Ternyata didapatkan hasil grafik yang berbeda antara grafik milimeter block dan excel. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh kurangnya ketelitian dalam melakukan perhitungan. Karena tempat sampling digunakan oleh dua kelompok yang berbeda, idealnya hasil pengamatan dari kedua kelompok tersebut tidak berbada jauh dengan kelompok 13 dan kelompok 14.
19
BAB V KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa: 5.1. Kekeruhan
1. Sampel air dapat diolah dengan baik dan dikonsumsi kembali, karena kekeruhan air sampel ini sebesar 55,8 NTU yaitu tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air yang sudah ditetapkan sebesar 5 NTU 2. Nilai TDS, TSS, DHL, dan warna, akan dipengaruhi oleh kadar kekeruhan yang dimiliki. 5.2 TDS (Total Dissolved Solids)
1. Sampel air dapat diolah dengan baik dan dikonsumsi kembali, karena TDS air sampel ini sebesar 236 mg/L yaitu memenuhi syarat baku mutu kualitas air yang sudah ditetapkan sebesar 500 mg/L. 2. Untuk menentuan nilai TDS cukup akurat karena penentuan berat dilakukan dengan neraca analitik sehingga berat cawan porselen dan saringan ditentukan dengan tepat 5.3 TSS (Total Suspended Solid)
1. Semakin banyak jumlah partikel yang tersaring atau berkumpul dikertas saring. Maka, semakin besar nilai TSS yang didapatkan. 2.
Pada saat pengambilan sampel air tidak sampai dasar sungai, agar tidak terambil lumpur atau endapan yang lain dan isi botol sampel air sampai penuh agar tidak terdapat udara atau oksigen yang masuk.
20
5.4 DHL (Daya Hantar Listrik)
1. Semakin banyak senyawa organic yang terkandung dalam sampel air, maka sedikit pula air sampel tersebut menghantarkan listrik dan sebaliknya, apabila banyaknya senyawa anorganik yang terkandung dalam sampel air, maka semakin banyak pula air sampel tersebut menghantarkan listrik 2. Pengukuran DHL sangat penting untuk mengetahui baik atau tidaknya air sampel tersebut. Alat elektroda adalah alat untuk mengukur seberapa besar kekuatan air dalam menghantarkan listrik. 5.5 Warna
1. Pada sampel air, warna air termasuk jenis warna bukan sesungguhnya 2. Sampel air yang didapat tidak bisa dikonsumsi karena melewati batas baku mutu air minum karena kekeruhan warnanya dan baunya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen. 2015. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan. Jakarta: FALTL, Universitas Trisakti. http://laporan-pkl.blogspot.com/ diakses pada tanggal 27 maret 2016 pukul 21.25 WIB http://wildanarchibald.wordpress.com/2012/05/29/laporan-uji-kualitas-air/ diakses pada tanggal 27 maret 2016 pukul 20.24 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_oksigen_biologis diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 19.50 WIB http://lelykesehatan.wordpress.com/2011/03/19/kekeruhan-air/ diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 20.50 WIB
22
LAMPIRAN
23