Kegawatdaruratan Hemoptisis
Nama : Afif Bachtiar R NIM : 11 2016 206 Dokter pembimbing : dr. Ni Wayan Sudiarni.Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU PENYAKIT DALAM BAGIAN PARU RSUD TARAKAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoptisis atau batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari saluran pernapasan bagian bawah (mulai dari glottis kearah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan yang menakutkan atau mengerikan bagi penderita maupun keluarganya, sehingga dapat menyebabkan beban mental, bahkan menjadi gelisah. Sebagai akibat dari ketakutannya tadi penderita berusaha menahan batuknya. Kalau hal ini terjadi, maka bahaya penyulit seperti penyumbatan saluran napas akan mengancam jiwa penderita, oleh sebab itu ketenangan penderita mutlak diperlukan. Pada umumnya penderita, telah mempunyai penyakit dasar, tetapi keluhan-keluhan yang berasal dari penyakit dasar tadi tidak mendorong penderita untuk pergi berobat. Pada dasarnya batuk darah akan berhenti sendiri, asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi.1 Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain penyakit infeksi, neoplasma, benda asing, trauma, gangguan vascular, penyakit autoimun dan lain-lain. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dari dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga massif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan.6 Penderita yang mengalami batuk darah memerlukan pertolongan segera dan pengawasan medic karena sewaktu-waktu dapat terjadi perdarahan massif yang berakibat fatal. Penanganan batuk darah pada prinsipnya menjaga jalan napas agar tidak terjadi asfiksia, menghentikan perdarahan dan penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada etiologi dan lokasi sumber perdarahan.6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hemoptisis adalah ekspektorasi darah dari saluran napas. Darah bervariasi dari dahak disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja.2 Hemoptisis atau batuk darah ialah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari saluran pernapasan bagian bawah (mulai dari glottis kearah distal).1 B. Etiologi Berdasar etiologi maka dapat digolongkan Sebab Infeksi:
Insidensi 60%
Tuberkulosis, abses paru, bronkitis, bronkiektasis, infeksi jamur, parasit, necrotizing pneumonia Neoplasma:
20%
Ca. bronkogenik, lesi metastasis, adenoma bronkus Peny. Kardiovaskuler:
5-10%
Emboli paru, Stenosis mitral, malformasi arteriovena, aneurisma aorta, edema paru Lainnya: Bronkolitiasis, hemosiderosis idiopatik, sindrom Goodpasture, terapi antikoagulan, adenoma bronkus
5-10%
C. Patogenesis Patogenesis terjadinya batuk darah yang disesabkan oleh berbagai penyakit yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi penyakit/kelainan pada parenkim paru, system sirkulasi bronchial atau pulmoner, maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua system sirkulasi tersebut.6 Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran nafas (dari bronkus utama hingga bronkiolus terminalis), pleura, jaringan limfoid intra pulmonalis yang pada dasarnya adalah membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk brnkiolus respiratorius. Anastomosis arteri dan vena bronkopulmoner, yang merupakan hubungan antara ke-2 sumber perdarahan di atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini memungkinkan ke-2 sumber darah untuk saling mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu system meningkat maka system yang lain akan menurun. Studi arteriografi menunjukkan bahwa 92% hemoptisis berasal dari arteriarteri bronkialis.4 Patogenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi dari kelainan. Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari sirkulasi bronkialis, sedang bila lesi di parenkim maka perdarahan adalah dari sirkulasi pulmoner. Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan berulang maka perdarahan sering kali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang terlibat.4 D. Diagnosis Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan. 1. Anamnesis Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah: a. Jumlah dan warna darah yang dibatukkan b. Lamanya perdarahan c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak
d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan e. Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik f. Hubungannya perdarahan dengan gerakan fisik, istirahat, posisi badan dan batuk g. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu
2. Pemeriksaan fisik Untuk mengetahui perkiraan penyebab. a. Panas merupakan tanda adanya peradangan. b. Auskultasi : - Kemungkinan menonjolkan lokasi - Ada aspirasi - Ronchi menetap , whezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sampel dahak. Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan sampel dahak apabila batuk darah yang Anda alami diduga disebabkan oleh infeksi. Sampel dahak ini akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan darah. Tes ini sebenarnya mencakup banyak hal. Selain kadar sel darah merah dan putih, dokter juga dapat mengukur elektrolit serta fungsi ginjal pasien melalui pemeriksaan zat kimia darah. Dokter juga dapat mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam darah melalui pemeriksaan yang dinamakan oksimetri nadi dan analisis gas darah. Selain itu, dokter juga dapat mengukur kemampuan darah dalam membeku melalui tes koagulasi. Pemeriksaan foto Rontgen pada dada. Melalui pemindaian ini, dokter dapat mengetahui adanya masalah pada saluran pernapasan bawah dan paru-paru, seperti infeksi atau penumpukan cairan di dalam paru-paru. Bronkoskopi. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan alat yang disebut endoskop ke dalam saluran pernapasan melalui mulut atau hidung. Alat berbentuk selang yang dilengkapi kamera ini akan membantu dokter mengetahui penyebab batuk darah. CT scan. Pemindaian ini bertujuan menghasilkan gambar dari struktur dada secara terperinci.
Pemeriksaan urine. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kondisi yang tidak normal yang menjadi penyebab batuk darah.
F. Penatalaksanaan Tujuan pokok terapi ialah: 1. Mencegah asfiksia 2. Menghentikan perdarahan 3. Mengobati penyebab utama perdarahan
Hemoptisis non-masif Tujuan terapi adalah mengendalikan penyakit dasar.2 Penyebab tersering hemoptisis non massif terutama yang terjadi akut adalah bronchitis, risiko pasien ringan dengan gambaran radiologi yang normal. Penatalaksanaa kondisi pasien seperti ini dapat dengan monitoring airway, breathing dan circulation serta pengobatan terhadap penyebabnya misalnya dengan pemberian antibiotic bila diperlukan, tetapi bila batuk darah ini cenderung makin lama, berlangsung terus atau sulit dijelaskan dianjurkan untuk evaluasi oleh ahli paru.6 1. Terapi dasar. Pasien harus istirahat total, dengan posisi paru yang mengalami perdarahan di bawah. Refleks batuk harus ditekan dengan kodein fosfat 30-60 mg intramuskuler setiap 4-6 jam selama 24 jam.5 2. Terapi spesifik. Terapi spesifik adalah pengobatan atas penyakit dasar penyebab perdarahan tersebut.5
Hemoptisis massif Prinsip penatalaksanaan hemoptisis asif terdiri dari beberapa langkah yaitu menjaga jalan nafas dan stabilisasi penderita, menentukan lokasi perdarahan dan memberikan terapi. Langkah pertama merupakan prioritas tindakan awal. Setelah penderita lebih stabil, langkah kedua ditujukan untuk mencari sumber dan penyebab perdarahan. Langkah ketiga dimulai setelah periode perdarahan akut telah teratasi, dan ditujukan untuk mencegah berulangnya hemoptisis dengan memberikan terapi spesifik sesuai penyebabnya, bila memungkinkan.
Penderita dengan hemoptisis massif harus dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif.
1. Pemantauan menunjang fungsi vital • Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps kardiovaskuler • Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah dipertimbangkan sejak awal • Pasien dibimbing untuk batuk yang benar 2. Mencegah obstruksi saluran napas • Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi •Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan bronkoskopi 3. Menghentikan perdarahan • Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade perdarahan • Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan Terapi konservatif Dasar-dasar pengobatanYang diberikan sebagai berikut : - Mencegah penyumbatan saluran nafas. -Memperbaiki keadaan umum penderita. - Menghentikan perdarahan. - Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease). Memperbaiki Keadaan Umum Penderita. Bila perlu dapat dilakukan : - Pemberian oksigen. - Pemberian cairan untuk hidrasi. - Tranfusi darah. - Memperbaiki keseimbangan asam dan basa. Menghentikan Perdarahan. Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di dalam kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid dikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktor-faktor pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus. Memberikan Hemostatika (Adona Decynone) intravena 3 - 4 x 100 mg/hari atau per oral. Walaupun khasiatnya belum jelas, paling sedikit
dapat memberi ketenangan bagi pasien dan dokter yang merawat.6 Mengobati penyakitpenyakit yang mendasarinya (Underlying disease). Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai. 1.
Terapi pembedahan Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat, tidak ada kontra indikasi bedah. Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan:4 - Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien. - Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. Journal Respir Indo 19 : 54-9
2.
Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit
dan
Kesehatan
.
Penyakit
Paru
dan
Saluran
Pernafasan.
www.infopenyakit.com 3.
Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. pp. 301-5
4.
Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran
Respirasi
FK
UI.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f2373c0d8 05736c.pdf. Diakses pada tanggal 16 Januari 2017. 5.
Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit Care Med 2000; 28(5):1642-7
6.
Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006. hal.220-1
7.
Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal. 2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management of hemoptysis. Respiration 67:412-6
8.
Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32
9.
PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI