KEGAGALAN KONSTRUKSI PADA BANGUNAN GEDUNG SKYLINE PLAZA Ricky Eka Saputra 19314260
Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Universitas Perencanaan,Universitas Gunadarma Jln. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina Depok 16424 Telp : (021) 78881112 Email : rickyekasaputra96@gmail
[email protected] .com
ABSTRAK Dalam dunia teknik sipil khususnya dalam perencanaan struktur gedung, perencanaan struktur kolom merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan keruntuhan pada kolom dapat menyebabkan bangunan tersebut akan ikut runtuh. Selain itu, keruntuhan kolom terjadi tanpa adanya peringatan dini untuk kasus kolom getas. Keruntuhan kolom yang menyebabkan runtuhnya suatu bangunan bukan merupakan suatu kasus yang langka. Kegagalan kolom adalah salah satu kondisi kegagalan di gedung di mana kolom tidak dapat menerima beban lebih dari balok atau unsur lain. Oleh karena itu dalam merancang kolom diperlukan perhitungan yang lebih akurat yang membutuhkan lebih banyak waktu dengan perhitungan manual. Solusi dalam merancang kolom dengan perhitungan yang akurat dan cepat menggunakan software elemen hingga. software elemen hingga dapat menghitung kolom ketegangan dengan hasil presisi tinggi. Dalam tulisan ini, kegagalan kolom ditentukan dengan hasil kolom ketegangan. Kolom yang digunakan dalam makalah ini menggunakan variasi: kolom bagian dimensi, kapasitas ultimate beton, tulangan longitudinal, dan kapasitas ultimate baja. Hasil dari analisis perangkat lunak elemen hingga menunjukkan bahwa peningkatan kolom ketegangan dengan peningkatan parameter kolom seperti seperti dimensi dimensi penampang kolom. Dan Dan hasil hasil kolom kolom regangan dari software elemen hingga memiliki hasil yang serupa dengan analisis menggunakan metode lentur. Hal ini menyebabkan menunjukkan perangkat lunak elemen hingga dapat digunakan dalam analisis kegagalan kolom. Kata kunci: kunci: Damage level, finite element, reinforced concrete column.
LATAR BELAKANG Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan, termasuk kegagalan struktur bangunan. Dengan mengetahui penyebab-penyebabnya, bisa diharapkan akan tahu bagaimana menghindarinya. Dalam hal konstruksi bangunan memang unik, karena ia merupakan produk dari serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian, mungkin dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah. Tanggung jawabnya juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin membuat rumit dalam menentukan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, jika terjadi kegagalan struktur atau konstruksi bangunan. Tapi jika terjadi kegagalan, korban pertama adalah pemilik proyek. Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria yaitu kuat, kaku, dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung dikatakan cacat atau mengalami kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur struktur tidak memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria di atas. Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki spectrum yang sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun penggunaan dan pemanfaatan. Lebih detail seperti kesalahan desain, pelaksanaan yang tidak sesuai bestek, metode pelaksanaan yang tidak baik, dan kesalahan penggunaan pembebanan berlebih serta perawatan yang kurang serta hingga penggunaan yang melampaui batas umur bangunan semua itu berpotensi untuk menimbulkan kegagalan konstruksi. Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi dapat menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Oleh karena itu perlu diantisipasi secara cermat. Bangunan yang didesain terhadap beban-beban rencana dari code-code yang ada, belum dapat menjamin sepenuhnya bebas dari segala risiko kegagalan bangunan, karena penyebabnya kompleks. Salah satu strategi mengantisipasi risiko dapat dimulai dari tahap perencanaan. Langkah pertama yang penting adalah memperkirakan penyebab kegagalan sehingga dapat dibuat simulasi kejadiannya. Selain simulasi fisik (eksperimen) maka simulasi numerik berbasis komputer menjadi alternatif lain yang canggih dan relatif murah.
LANDASAN TEORI Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1 ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa. Sedangkan
menurut
Peraturan
Pelaksanaan
Undang-Undang
Jasa
Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V Pasal 34 menyatakan Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) pada tahun 2001 mencoba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut: a.
Definisi Umum Suatu
bangunan
baik
sebagian
maupun
keseluruhan
dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik. b.
Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur. Suatu
bangunan
baik
sebagian
maupun
keseluruhan
dinyatakan
mengalami kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui nilainilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan (strength), stabilitas (stability) dan kenyamanan layak pakai (serviceability) yang disyaratkan.
Penyebab Kegagalan Kontruksi Penyabab kegagalan kontruksi dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu : a.
Dapat diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan oleh manusia, diantaranya mencakup: 1) Desain, harus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya dapat diminimalisir hingga batas yang dapat diterima. 2) Perencanaan dan pendetailan. 3) Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat kesalahan dalam pemilihan material (mutu yang tidak sesuai) atau dikarenakan kegagalan dalam proses pembuatan material tersebut. 4) Pekerja atau tenaga ahli 5) Pengawasan
b.
Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan alam, seperti gempa bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas maksimum peraturan yang ada, kebakaran, dan bencana alam lainnya.
Unsur-unsur Kegagalan Kontruksi Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur, diantaranya sebagai berikut : a.
Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi ada, maka akan mengakibatkan keruntuhan total.
b.
Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika terjadi suatu kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada bagian lain dalam struktur dan ini dapat berlangsung cepat sejak kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
c.
Kinerja yang tidak bagus.
Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur hidupnya (life cycle), yang umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah: a.
Konsep dan kelayakannya.
b.
Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c.
Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan inspeksi pengawasan.
d.
Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.
PEMBAHASAN Kegagalan konstruksi telah banyak terjadi diseluruh dunia sejak dikenalnya sistem konstruksi modern. Berikut merupakan contoh kegagalan konstruksi yang pernah terjadi dalam konstruksi gedung, yaitu : S kyline Plaza – Bailey’s
Crossroads (2 Maret 1973). Bangunan ini adalah suatu kompleks bangunan yang besar di Virginia. Kompleks yang terdiri atas delapan apartemen, enam tower perkantoran, sebuah hotel, dan pusat perbelanjaan. Insiden terjadi pada tower apartemen dan garasi parkir yang mengakibatkan 14 orang tewas dan melukai 34 orang. Pemilik proyek S kyline P laza – Bailey’s Crossroads adalah Charles E. dan Perusahaan Smith Arsitek: Weihe Hitam Jeffries & Strassman. Insinyur Struktural: Heinzman, Clifton, dan Kontraktor Kendro Umum: Charles E. Smith serta Konstruksi Beton Subkontraktor: Miller & Long Konstruksi (Ross 1984). Penyebab dari keruntuhan ini adalah akibat pembongkaran bekisting penyangga lantai 23 yang tidak benar yang mengakibatkan peningkatan gaya geser sekitar kolom. Bangunan ini hancur secara keseluruhan karena keruntuhan satu lantai teratas yaitu pada lantai 23 dimana kolom mengalami kelebihan tegangan sehingga terjadi keruntuhan pada seluruh lantai 23. Keruntuhan tersebut menyebabkan
kelebihan
beban
pada
lantai
22
sehingga
menyebabkan
keruntuhan lantai 22, begitu seterusnya hingga ke lantai dasar. Kesalahan utama dari keruntuhan ini adalah pada saat pembongkaran bekis ting yang tidak berurutan terlihat tidak diperhitungkan dengan cermat terutama penyebaran beban ke lantai bawah oleh system perancah dan asumsi kekuatan beton pada saat dilakukan pembongkaran bekisting. Bekisting atau cetakan beton (formwork) merupakan suatu sarana pembantu untuk mencetak beton dengan ukuran, bentuk rupa ataupun posisi yang dikehendaki. Sesuai dengan sifatnya, bekisting hanya struktur sementara yang mendukung beratnya sendiri dan beton basah. Hal yang perlu diingat selanjutnya ialah bahwa konstruksi bekisiting harus mudah dikerjakan dan mudah dibongkar serta tidak mudah rusak sehingga dapat dipakai berulang kali. Hal lain yang perlu diperhitungkan, bekisting harus mampu menahan beban-beban yang ada.
Namun, pembongkaran
perlu
diperhatikan
bekisting.
pula
Kegagalan
kemungkinan
pembongkaran
kegagalan bekisting
dalam
sepatutnya
dihindari karena akan merugikan struktur bangunan, bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan saat pembongkaran bekisting dilakukan. Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mengeras. Berikut merupakan metode kerja pembongkaran bekisting kolom. a.
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran terakhir dengan tenaga orang.
b.
Semua baut dan wing nut dikendorkan dan tie rod yang terdapat pada horizontal waller dilepaskan.
c.
Mengendorkan dan melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1 pada wedge head piece.
d.
Melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1 dari base plate yang secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari permukaan beton.
e.
Bekisting kolom diangkat dan dipindahkan ke tempat yang telah disediakan dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan pembersihan dan pengolesan dengan oil form.
Gambar 1. Keruntuhan Gedung Skyline Plaza
Gambar 2. Rencana Lantai Gedun Skyline Plaza
Pada tanggal 5 Maret 1973, tiga hari setelah keruntuhan, Pusat Teknologi Bangunan dari Badan Standar Nasional dipanggil untuk menyelidiki runtuhnya Skyline Plaza dan menentukan penyebab kegagalannya. Analisis finite element (elemen hingga) tiga dimensi dilakukan pada lantai 22 dan 23 untuk menentukan besarnya gaya yang bekerja pada pelat lantai dan apakah benar lantai tersebut dapat bisa memikul beban. Untuk kesempurnaan penyelidikan, dilakukan analisis secara terpisah dalam 3 kasus yang mewakili semua kondisi yang mungkin terjadi pada saat keruntuhan. Kasus I :
Semua penyangga bekesting pada lantai 22 sudah dilepaskan sebelum keruntuhan. Hal ini berarti bahwa lantai 23 akan memikul beratnya sendiri, berat lantai 24 dan berat penyangga/bekesting dibawah lantai 24. Kekuatan beton pada lantai 23 yang digunakan dalam perhitungan ini adalah 1.200 psi.
Kasus II :
Diasumsikan bahwa kekuatan beton di lantai 23 akan mencapai kekuatan desain sebesar 3000 psi.
Kasus III :
Hanya beberapa penyangga bekesting pada lantai 22 dilepaskan ini berarti bahwa lantai 22 dan lantai 23 akan berbagi beban dari atasnya Kekuatan beton pada lantai 22 digunakan untuk perhitungan ini adalah 1.340 psi.
Gambar 3. Tingkat Slab GedungSkyline Plaza
Hasil dari analisis menetapkan bahwa momen yang terjadi pada strip (jalur) kolom dalam pelat lantai tidak cukup besar untuk menyebabkan keruntuhan. Di sisi lain, analisis menunjukkan bahwa untuk kasus I dan III, kolom nomor 67, 68, 83, dan 84; semuanya memikul tegangan geser yang lebih besar dari kapasitas geser beton. Hal ini menunjukkan bahwa pembongkaran/pelepasan sebagian atau keseluruhan penyangga bekesting adalah faktor utama penyebab keruntuhan. Analisis kasus II menunjukkan bahwa tegangan geser di pelat lantai tidak melebihi kapasitas desain. Hasil ini menegaskan bahwa kekuatan pelat lantai 23 di bawah kekuatan desain 3000 psi pada saat keruntuhan. (Leyendecker 1977) Jenis keruntuhan ini sangat tidak diinginkan karena biasanya terjadinya tanpa diawali tanda-tanda peringatan. Hal ini juga memungkinkan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan progresif yang didefinisikan oleh Asosiasi Semen Portland sebagai "kegagalan lokal komponen struktural utama yang menyebabkan runtuh bagian lainnya yang pada gilirannya menyebabkan keruntuhan beruntun." (Polak 2005) Dalam kasus Skyline Plaza, keruntuhan lantai 23 menyebabkan keruntuhan pada lantai berikut dan menyebabkan keruntuhan total semua lantai bangunan. Runtuhnya Skyline Plaza menjadi masalah utama dalam perdebatan mengenai tanggung jawab selama konstruksi. Setelah akhir proses hukum perencana struktur dan arsitek yang dinyatakan bersalah karena kelalaian dalam pengawasan. Kontraktor pelaksana dan kontraktor beton memang memiliki
tanggung jawab juga dalam runtuhnya Skyline Plaza tetapi akhirnya tanggung jawab perencana untuk mengunjungi tempat kerja dan untuk memperingatkan kontraktor agar tidak terjadi hal yg demikian dikarenakan kondisi lingkungan yang tak terduga. Jadi meskipun kontraktor terbukti t idak memenuhi persyaratan dalam kontruksi, keruntuhan masih ditemukan kesalahan dari perencana. (Feld 1997) Setelah kegagalan ini, Portland Cement Association (PCA) and the Prestressed Concrete Institute mengeluarkan panduan desain baru dengan ketentuan termasuk untuk mencegah keruntuhan progresif. Pada bulan November 1974, ACI Journal diperkuat pentingnya merancang untuk beban konstruksi serta beban desain normal. Kecelakaan ini juga membuat perencana menyadari pentingnya melakukan kunjungan ke proyek karena itu masih tanggung jawab perencana untuk memastikan bangunan tersebut dibangun dengan benar. Semua perubahan ini telah membantu untuk mencegah frekuensi jenis-jenis kegagalan. (Ross 1984) Tentu saja, selalu ada kemungkinan keruntuhan seperti Skyline Plaza bisa terjadi lagi. perencana dan kontraktor harus selalu waspada ketika melakukan kunjungan ke proyek. Hal ini tidak pernah menjamin bahwa semua persyaratan hukum akan diikuti pada jobsite atau di kantor desain. Namun, dengan peningkatan kode dan penilaian yang baik kegagalan ini dapat dengan mudah dicegah. Lesson learn atas tragedi ini adalah sebagai berikut : 1.
Kehati-hatian yang tinggi dalam desain struktur adalah penting untuk menghindari terjadinya keruntuhan beruntun
2.
Beban kontruksi harus diperhitungkan dengan baik dalam desain metode pelaksanaan. Ini harus dikontrol oleh pihak terkait
3.
Bekisting dan sistem perancah harus detail dalam desain dan metode atau sequence nya
4.
Test beton harus dilakukan sebelum bongkar bekisting
5.
Inspeksi harus memastikan bahwa kontraktor telah memasang perancah yang benar dan beton yang telah tercor telah mencapai kekuatan desainnya.
KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Suatu
bangunan
baik
sebagian
maupun
keseluruhan
dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik. 2.
Kegagalan Konstruksi dapat diakibatkan oleh 2 hal, yaitu akibat kesalahan manusia dan akibat kejadian alam yang tidak dapat diprediksi. Sedangkan unsur utama keruntuhan dapat diakibatkan oleh keruntuhan bangunan itu sendiri karena kesalahan pada desain sehingga bangunan tidak mampu menopang beban yang bekerja dan diakibatkan oleh kinerja pelaksanaan konstruksi yang tidak bagus.
SARAN Diharapkan pada semua pihak terkait dalam bidang konstruksi, khususnya kalangan kontraktor dan jasa konstruksi agar selalu meningkatkan mutu dan kualitas saat pengerjaan proyek. Maupun dari sisi desainer, arsitek dan perancang agar selalu melakukan konsolidasi dan pengawasan secara berkala terhadap pihak-pihak terkait dilapangan, agar kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan banyak korban dapat diminimalisir.