kebutuhan perawat di unit gawat darurat (UGD) Formula unit gawat darurat Pegembangan formula unutk menghitung tenaga omenjadi perhatian penulis, karena sampai saat buku teks ini ditulios belum pernah diketahui adanya rumus khusu untuk menghitung kebutuhan tenaga untuk instalasi gawat darurat dan intensive care unit. Formula ini dikembangkan, sejak tahun 1955 dan terus dikembangkan dan diperbaiki sesuai dengan masukan yang diberikan oleh para praktisi yang mengikuti pelatihan dengan topik yang sama pada tahun-tahun selanjutnya. Formula akhir dari perhitungan kebutuhan tenaga IGD ini kmerupakan usaha bersama dan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Menurut penulis bentuk akhir dari formula ini sudah dapat digunakan oleh praktisi untuk menghitung tanaga yang dibuthkan untuk IGD. Rumus dasar dari formula ini sebagai berikut: TP = Ket: TP = tenaga perawat D = jam keperawatan 365 = jumlah hari kerja di IGD 255 = hari kerja efektif perawat/tahun {365 – (12 (12 hari libur nasional – 12 12 hari libur cuti tahunan) x ¾ = 255 hari} Jam kerja/hari = 6 jam per hari Masalah yang ditemukan dengan rumus ini adalah berapa nilai D? Bagaimana nilai D dari klasifikasi pasien yang berbeda-beda? Berapa lama waktu administrasi yang dibutuhkan pketika penggatian shift kerja selam 24 jam?unutk menjawab ini perlu suatu penelitian unutk mendapatkan data 0tentang penggunaan waktu dalam memberikan pelayanan kepada setiap jenis j enis pasien dan waktu administrasi di IGD. Bergam penggolongan kondisi pasien di IGD, pada formula ini diklasifikasikan pasien sebagai berikut: 1. Gawat darurat 2. Mendesak 3. Tidak mendesak Dengan menggunakan klasifikasikan pasien ini, maka nilai A dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: D = { (A1 x ∑os/hr) + (A2 x ∑os/hr) + (A3 x ∑os/hr) + (3shift/hr x adm time)} Keterangan: A1 = waktu keperawatan pasien kasus gawat darurat A2 = waktu keperawatan pasien kasus mendesak A3 = waktu keperawatan pasien kasus tidak mendesak ∑os = jumlah pasien Adm time = waktu administrasi yang dibutuhakan unutk penggatianshitf selama 45 menit. Pada formula, nilai D telah diperhitungkan waktu keperawatan dengan jumlah dan jenis pasien yang mendapatkan pelayanan IGD. Unutk menentukan nilai A1, A2, dan A3 kita dapat menggunakan data penelitian yang ada. Penelitian turko (1992) tentang waktu yang dibutuhaka oelh perawat untuk melayani setiap jenis pasien di IGD di Rs PolRI di jakarata sitemukan sebagai berikut: be rikut: jumlah pasien 217 orang dengan klasifikasi 32 orang kasusu gawat darurat, 81 orang kasus mendesak, dan 104 ornag kasus tisak mendesak. Rerata waktu keperawatan yang dugunakan untuk setiap jenis pasien sebagai berikut A1 = 87 menit dengan standar deviasi 19 menit, A2 = 7 menit dengan standar deviasi 16 menit dan A3 = 34 menit dengan standar deviasi 9 menit (dibulatkan) Adapun waktu yang administrasi untuk prses pencatatan dan pelaporan pasien utnuk penggantian kelompok kerja perawat dibuthkan waktu selama 45 menit untuk setiap shift, sedangkan penggatian kelompok kerja perawatselama 24 jam adalah 3 kali. Masalah kedua, yang menjadi perdebatan adal ah penentuan hari kerja efektif di instalasi gawat darurat. Dari hasil diskusi dengan para praktisi rumah sakit, penulis mendapatkan informasi bahwa setiap perawat yang bekerja di instalasi ini setelah 3 hari kerja kemudian libur 1 hari setelah kerja shift malam. Dengan demikian, setiap 4 hari kerja , perawat hanya berkerja 3 ahri sehingga hari efektif kerja perawat di instalsi ini adalah ¾ dari total hari kerja per tahun. Ktentunya pola kerja ini dapat berbeda satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain, sehingga penentuan ini dapat disesuaikan dengan kebijakan kerja dari masingmasing rumah sakit. Untuk pengembangan formula, penulis lebih menggunkan pola kerja paling umum digunakan oleh rumah sakit. Dengan pola ini didapat waktu kerja efektif perawat selama satu tahun adalah 365 – (12 (12 hr cuti + 12 hr libur nasional) x ¾ = 255 Sebagai contoh kita dapat menggunakan data peneletian diatas utnuk menghitung kebutuhan perawat di Igd, pertama, kita akan menghitung berapa nilai A dengan menggunakan rumus sebgaai berikut: D = { (A1 x ∑os/hr) + (A2 x ∑os/hr) + (A3 x ∑os/hr) + (3shift/hr x adm time)} Selanjutnya kita memasukkan
seluruh data dan menggunakan nilai rerata waktu perawatan yang dibutuhkan sesuai dengan klasifikasi pasien kepada formula diatas. Pada contoh diatas andaikan jumlah pasien pada UGD sebanyak 50 orang perhari, dengan klasifikasi gawat darurat 15 orang, pasien mendesak 15 orang dan pasien tidak mendesak sejumlah 20 orang. Didapat: D = (87’ x 15) + (71’ x 15) + (34’ x 20) + (3 x 45’) D = 1305’ + 1065’ + 680’ + 135’ D = 3185’ D = 3185’/60 D = 53,08 jam Terakhir, kita menggunakan formula dasar untuk menghitung jumlah perawta yang dinbutuhkan: Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef
PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT I G D Sebagai acuan dari standard perhitungan kebutuhan tenaga yang ada diInstalasi G a w a t D a r u r a t ( r u m u s G i l l i e s ’ 1 9 9 6 ) m a k a d i b a w a h i n i k a m i lampirkan tingkat ketergantungan pasien sebagai berikut : NoKategoriPasienRata2 JumlahPasien / hrJumlah JamPera atan atan P! P! /hrJ /hrJuml umlah ah JamPer JamPeraa atan atan / hr" # ! D $ ! " D # $ l " & i " % t "
I s " * J a ' % a. 0umlah 0um lah
i
n
i
m
1 a
a '
r 6
e &
1
%
a a '
l r ' a a 1 1
e l r
t / r u h (
1
r
* '+
1
-
e e e
n *
m %
l &
)
am perawa perawatan tan di ruangan ruangan 2 hari 3 4- *'
t
' %
e -
. . n i a *
1 %
a
&
am
,
b. 0am e5ekti5 perawat 3 4 c. 0umlah hari minggu ( 1 tahun ) 3 .& d. erkiraan cuti 3 1& hari e. ari besar ( 1 tahun ) 3 1 1-- hari f. 0umlah hari ker a e5ek e5ekti ti5 5 3 &%6 &%6 harig harig 7 8 , r e k s i & . dibu dibutuh tuhka kan n ada adala lah h seba sebaga gaii ber berik ikut ut : angk angkah ah 1 : 4- *' 3 *&)+ 4 angka ngkah h & : .& .& ; 1& ; 11- 3 4% har hari < 1* . 3 2), &%6 &%6 angkah ' : 1* . ; & % < &. 3 %)%
Sehi Sehing ngga ga
umlah umlah pera perawat wat yang yang
Tenaga di Instalasi Gawat Darurat Dasar penghitungan di Gawat Darurat adalah : - Rata-rata jumlah pasien perhari - Jumlah jam perawatan perhari - Jam efektif perhari Contoh kasus : Rata-rata jmlg pasien/hari = 50 Jmlh jam perawatan/hari = 4 jam Jam efektif perhari = 7 jam Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD : 50 x 4 = 28,6 = 29 orang + loss day ( 78 x 29) = 29 orang + 8 orang = 37 orang
BEBAN KERJA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG TAHUN 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat
yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan
fungsi
sosial
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
pada
masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia, (Depkes RI (2002) dalam Haryani (2008)). Rumah Sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari kemampuan unit gawat darurat. Bekerja di UGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat, (Hardianti, 2008). Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus. Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien dapat tercapai bila didukung dengan jumlah perawat perawat yang tepat sesuai dengan kebutuhan. kebutuhan. Oleh karena itu, perencanaan perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien, (Sukardi, 2005).
Menurut Gani, Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang, (Ilyas, 2004). Menurut Yaslis Ilyas (2000), Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung berlangsung setiap hari, serta kelengkapan kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik, (Irwandy, 2007). Menurut Munandar (2001), menyatakan bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja. Menurut Kusmiati (2003), bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Akibat negatif dari permasalahan permasalahan ini, kemungkinan kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap
produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri, (Haryani, 2008). Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut. Lonjakan pasien akibat DBD membuat manajemen RS Budhi Asih Jakarta melakukan sistem double shift kepada kepada para perawatnya, sehingga banyak dari mereka yang bekerja melebihi dari beban kerja yang seharusnya ditanggung oleh perawat tersebut, (Kompas Cyber Media.Com, dalam Irwandy (2007), diakses 9 juni 2010). Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu m inggu = 40 jam, kalau hari kerja efektif efekt if 5 hari per p er minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif 6 hari per minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari, (Depkes RI (2006) dalam Sadariah (2008)). Adapun standar beban kerja yang digunakan di provinsi Sulawesi Selatan adalah setiap tenaga kesehatan mempunyai beban kerja efektif kira-kira 80% dari waktu kerja dalam sebulan. Waktu kerja normal per hari adalah 8 jam, jam, waktu efektif untuk setiap tenaga kesehatan adalah 5 jam per hari. Jadi total waktu kerja normal per bulan adalah 5 jam x 24 hari = 120 jam per bulan. Dari perhitungan tersebut dapat di simpulkan bahwa beban kerja standar setiap tenaga adalah 80% sampai 100% dari waktu kerja normal atau 120 jam sampai 150 jam per bulan, (kanwil Depkes Sul-Sel (1999) dalam Sadariah (2008)).
Fenomena yang terjadi di UGD RSU Lasinrang Pinrang, sejak dijalankannya program pelayanan kesehatan gratis yang di mulai pada bulan juli tahun 2008 sehingga jumlah kunjungan meningkat tanpa adanya penambahan tenaga dan dengan adanya tugas delegasi atau limpahan wewenang yang dilaksanakan perawat yang terlalu banyak sehingga beban kerja perawat akan bertambah yang berdampak pada menurunnya kinerja perawat tersebut. Hal ini menyebabkan pasien mengeluh karena pasien merasa tidak langsung diberikan tindakan atau merasa tidak dihiraukan oleh perawat. Berdasarkan hal tersebut juga, selain perawat melaksanakan tugas pokoknya juga melakukan tugas lain seperti tugas administrasi (mengimput dan mengolah data pasien, membuat laporan visum, dan lain-lain). Untuk menjalankan tugas dan fungsi yang bukan tugas dan fungsi perawat di atas akan menyita waktu perawat dalam menjalankan tugasnya. Ini akan berpengaruh atau menambah waktu kerja perawat dalam bertugas. Oleh karena selain waktu untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya ditambah dengan waktu untuk melakukan tugas dan fungsi lain. Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, IGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan kompleksitas kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di ruangan ini dituntut untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Setiap perawat yang bertugas di ruang IGD wajib membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga dituntut untuk mampu
bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut. Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan kabupaten/kota sehat serta perkiraan kebutuhan penambahan tenaga kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 berdasarkan indikator sumber daya kesehatan tahun 2010 dalam kepmenkes no. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. Adapun kebutuhan jumlah tenaga perawat dan dokter tahun 2010 berdasarkan indikator indonesia sehat 2010 dengan rasio perawat 117 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah perawat tahun 2010 sebanyak 276.049 orang sehingga perkiraan kebutuhan penambahan perawat tahun 2010 sebanyak 6.495 orang. Sedangkan rasio dokter umum 40 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah dokter umum tahun 2010 sebanyak 94.376 orang sehingga perkiraan kebutuhan penambahan dokter umum tahun 2010 sebanyak 8.749 orang. Unit Gawat Darurat RSU Lasinrang dalam menjalankan fungsinya didukung dengan ketenagaan sebagai berikut: tenaga medis 9 (sembilan) orang dan tenaga perawat 20 (dua puluh) orang dengan jumlah kunjungan UGD dari tahun ke tahun terus meningkat, (Data UGD RSU Lasinrang, 2010). Berdasarkan data kunjungan tahun 2007 sebanyak 5.982 orang dengan ratarata jumlah pasien tiap hari hari sebanyak 16 orang, tahun 2008 sebanyak 10.177 10.177 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 28 orang, tahun 2009 sebanyak 11.139 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 31 orang sedangkan pada tahun 2010 mulai dari bulan januari-oktober januari-oktober sebanyak 9.477 orang dengan dengan rata jumlah pasien perhari sebanyak 32 orang, (Laporan pasien UGD, Rekam Medik RSU
Lasinrang, 2010). Dengan peningkatan jumlah pasien tersebut membuat petugas UGD sempat kewalahan untuk memberikan pelayanan. Karena di UGD terdapat 20 orang dan setiap shift (regu) hanya hanya terdapat 4 orang perawat dan 1 orang dokter umum, (Data registrasi pasien UGD RSU Lasinrang Pinrang, 2010). = ( 31 x 4 ) + loss day ( 78 x 18 ) 7 286 = 18 orang + 5 orang = 23 orang Berdasarkan pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001), dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit khususnya di unit gawat darurat. Dengan dasar perhitungan jumlah tenaga di Instalasi gawat darurat adalah rata-rata jumlah pasien per hari tahun 2010 sebanyak 32 orang, jumlah jam perawatan per hari sebanyak 4 jam, dan jam efektif yang digunakan per hari sebanyak 7 jam. Jadi kebutuhan tenaga perawat di UGD di RSU Lasinrang Pinrang adalah: = ( 32 x 4 ) + los day ( 78 x 18 ) 7 286 = 18 orang + 5 orang = 23 orang
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa tenaga perawat di UGD RSU Lasinrang Pinrang masih diperlukan tambahan tenaga perawat. Waktu kerja di UGD dibagi dalam 3 (tiga) shift yaitu shift pagi (jam 08.00-14.00), shift sore (jam 14.00-21.00) dan shift malam (jam 21.00-08.00). Pada waktu pagi dan sore jumlah kunjungannya banyak dibandingkan jumlah kunjungan pada waktu malam. Namun jumlah tenaga perawat pada waktu pagi sudah mencukupi dalam hal penanganan terhadap pasien yaitu 8 orang perawat yang terdiri dari perawat jaga dan
perawat yang bekerja sesuai dengan hari kerja pada umumnya. Sedangkan pada waktu sore dengan jumlah kunjungan yang juga banyak akan tetapi jumlah tenaga perawat hanya 4 orang. Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional tersebut sehingga perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang masuk, belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti keracunan massal sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu ekstra. Dengan kondisi yang seperti itu menyebabkan beban kerja perawat yang masuk shift pagi bertambah, meskipun perawat shift sore sudah datang namun masih kewalahan dalam menjalankan tugasnya sehingga perawat shift pagi yang waktu kerjanya 08.00-14.00 namun masih tetap bekerja hingga pukul 15.0016.00. Menurut hasil survay pendahuluan yang dilakukan pada perawat UGD RSU Lasinrang Pinrang yang berjumlah 14 orang. Dari 14 orang tersebut yang telah diwawancarai rata-rata mengalami kelebihan beban kerja, adapun hal-hal yang dirasakan perawat yaitu selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat, melakukan tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien, seringnya melaksanakan tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan secara intensif), dan kadangkadang kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien, (Hasil jawaban perawat dapat dilihat matriks hasil jawaban pada lampiran). Dampak beban kerja yang dirasakan perawat adalah sering merasa lelah, tidak dapat rileks, otot tengkuk dan punggung tegang. Kadang-kadang mereka mudah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi, (Hasil jawaban perawat dapat dilihat matriks
hasil jawaban pada lampiran). Dari hasil wawancara yang dilakukan Hardianti (2008), di UGD RSU Lasinrang Pinrang tentang intensif, 11 orang perawat UGD mengatakan bahwa intensif yang mereka terima tidak seimbang dengan apa yang mereka kerjakan. Disamping itu mereka jarang menerima penghargaan dan pengakuan jika hasil kerja mereka baik. Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang beban kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Lasinrang Pinrang. B. Batasan Masalah
Banyak aspek-aspek yang dilihat untuk menganalisa beban kerja tenaga kesehatan khususnya perawat yang dikemukakan oleh Yaslis Ilyas (2000). Namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan demi efektifitas dan efisiensi pelaksanaan penelitian maka penelitian ini dibatasi pada aspek tugas pokok, tugas tambahan, waktu kerja, dan jumlah kunjungan. C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaima nakah beban kerja perawat Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang Ta hun 2010?”. D.
D.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang Tahun 2010. 2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan tugas pokok. b. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan berdasarkan
tugas
tambahan. c. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan waktu kerja. d. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan
jumlah
kunjungan. E.
E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah Diharapkan dapat menambah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Institusi Diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terhadap perencanaan ketenagaan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
3. Manfaat Praktis Untuk memperkaya pengetahuan peneliti dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan beban kerja perawat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. C. D. E.
Tinjauan Umum Tentang Beban Beban KerjaB. KerjaB. Tinjauan Umum Tentang Perawat Tinjauan Umum Tentang Unit Gawat Darurat Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti Diteliti
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Menurut Ilyas (2004), beban kerja merupakan perbandingan antara jumlah tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat dengan volume kerja yang harus diselesaikan pada suatu unit dalam jangka waktu tertentu. Dimana beban kerja tenaga perawat yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan keperawatan di suatu rumah sakit yang
seharusnya
berorientasi
kepada
tugas
dan
fungsinya.
Namun
dalam
kenyataannya seorang perawat yang ditempatkan di pelayanan kesehatan dasar Rumah Sakit tidak sesuai dengan jumlah kunjungan, waktu kerja yang terkadang lebih, dan tidak hanya melakukan fungsi sebagai perawat tetapi juga melakukan tugas administrasi dan bertindak sebagai petugas keamanan dan bertindak pula sebagai supir. Sebagai konsekuensinya terjadi overload atau kelebihan beban yang akan mengakibatkan menurunnya kinerja perawat tersebut.
A. Definisi Konseptual 1. Perawat Unit Gawat Darurat
Perawat yang ditempatkan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang dan menjalankan tugasnya sebagai perawat. 2. Tugas Pokok
Tugas yang harus dikerjakan secara bertanggung jawab oleh perawat UGD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 3. Tugas Tambahan
Tugas yang dikerjakan oleh perawat UGD diluar dari tugas dan fungsinya seperti melakukan tugas administrasi (mengimput data, mengolah data, membuat laporan kecelakaan dan visum), menjalankan tugas P3K, masuk dalam tim 118, bertindak sebagai keamanan dan supir. 4. Waktu Kerja
Banyaknya waktu yang yang digunakan oleh perawat perawat UGD dalam 1 shift untuk melakukan tugas dan fungsinya.
5. Jumlah Kunjungan
Banyaknya jumlah pasien dalam 1 shift pada unit gawat darurat di rumah sakit dalam hal ini yang mendapat pelayanan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi beban kerja perawat. 6. Beban Kerja
Sejumlah tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap tenaga kerja atau sejumlah kegiatan yang dikerjakan oleh perawat baik, tugas pokok maupun tugas-tugas lain dalam jangka waktu tertentu.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang betujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang pada bulan september 2010 dengan pertimbangan bahwa Unit ini beroperasi selama 24 jam. UGD merupakan pintu masuknya pasien ke rumah sakit. Pada unit ini perawat harus memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat sehingga memungkinkan perawat yang kerja disana memiliki beban kerja yang lebih berat. Adapun jumlah perawat yang bekerja di UGD berjumlah 20 orang, namun yang berstatus PNS berjumlah 10 orang. C. Informan Penelitian
1. Informan Kunci Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Instalasi Gawat Darurat RSU Lasinrang Pinrang dan Kepala Seksi Keperawatan RSU Lasinrang Pinrang. Mereka merupakan orang-orang yang banyak tahu tentang kondisi perawat UGD. 2. Informan Biasa Informan biasa dalam penelitian ini adalah perawat yang ditempatkan di UGD dan menjalankan tugasnya sebagai perawat yang melayani pasien di UGD RSU Lasinrang Pinrang. Adapun tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan tekhnik Purposive Sampling . Dengan Kriteria Informan yang dipilih adalah:
a. Perawat UGD yang mempunyai waktu yang memadai dan bersedia memberikan informasi. b. Perawat yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) D. Sumber Data
1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara mendalam, dengan menggunakan pedoman wawancara serta alat (Tape Record, Buku Catatan, Kamera). 2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari rekam medik RSU Lasinrang Pinrang, Kepala Ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Lasinrang Pinrang, dan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian RSU Lasinrang Pinrang.
analisa beban perawat igd rsu setjonegoro wonosobo ANALISA BEBAN KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT UMUM KRT SETJONEGORO WONOSOBO Nur chozin Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia. Rumah Sakit khususnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari kemampuan instalasi gawat darurat. Bekerja di IGD
membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat.. Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus. Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien dapat tercapai bila didukung dengan jumlah perawat yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien., Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik.. Menurut Munandar (2001), menyatakan bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja. Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri.. Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut. Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam, kalau hari kerja efektif 5 hari per minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif 6 hari per minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari.. Fenomena yang terjadi di IGD RSU Setjonegoro, sejak dijalankannya program Jamkesmas ataupun Jamkesda kunjungan meningkat tanpa adanya penambahan tenaga dan dengan adanya tugas delegasi atau limpahan wewenang yang dilaksanakan perawat yang terlalu banyak sehingga beban kerja perawat akan bertambah yang berdampak pada menurunnya kinerja perawat tersebut. Hal ini menyebabkan pasien mengeluh karena pasien merasa tidak langsung diberikan tindakan atau merasa tidak dihiraukan oleh perawat. Tugas perawat di IGD RSU Setjonegoro sebagai gerbang utama Rumah sakit adalah mulai dari menerima pasien dari pintu depan, melakukan anamesa, melakukan tindakan perawatan ,melakukan tindakan medis(kolaborasi),pemeriksaan penunjang sampai dengan mengantarkan ke ruang perawatan. Selain perawat melaksanakan tugas pokoknya juga melakukan tugas lain seperti tugas administrasi (mengimput dan mengolah data pasien, membuat laporan visum, dan lain-lain). Untuk menjalankan tugas dan fungsi yang bukan tugas dan fungsi perawat di atas akan menyita waktu perawat dalam menjalankan tugasnya. Ini akan berpengaruh atau menambah waktu kerja perawat dalam bertugas, karena selain waktu untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya ditambah dengan waktu untuk melakukan tugas dan fungsi lain. Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, IGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan kompleksitas kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di ruangan ini dituntut untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Setiap perawat yang bertugas di ruang IGD wajib membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu
mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut. Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan kabupaten/kota sehat serta perkiraan kebutuhan penambahan tenaga kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 berdasarkan be rdasarkan indikator sumber daya kesehatan tahun 2010 dalam kepmenkes no. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. Adapun kebutuhan jumlah tenaga perawat dan dokter tahun 2010 berdasarkan indikator indonesia sehat 2010 dengan rasio perawat 117 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah perawat tahun 2010 sebanyak 276.049 orang sehingga perkiraan kebutuhan kebutuha n penambahan perawat tahun 2010 sebanyak 6.495 orang. Sedangkan rasio dokter umum 40 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah dokter umum tahun 2010 sebanyak 94.376 orang sehingga perkiraan kebutuhan penambahan dokter umum tahun 2010 sebanyak 8.749 orang. Instalasi Gawat Darurat RSU setjonegoro dalam menjalankan fungsinya didukun g dengan ketenagaan sebagai berikut: tenaga medis 8 (delapan) orang dan tenaga perawat 16 (enam belas) orang termasuk 3(tiga) tenaga bidan 2010). dengan jumlah kunjungan IGD dari tahun ke tahun terus meningkat, (Data Register IGD Setjonegoro) Berdasarkan data kunjungan tahun 2008 sebanyak 9.986 orang dengan rata-rata jumlah pasien rawat inap tiap hari sebanyak 23 orang, tahun 2009 sebanyak 11.139 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 31 orang, tahun 2010 sebanyak 12.600 orang den gan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 35 orang pasien tiap hari, (Laporan pasien IGD, Registrrasi IGD RSU Setjonegoro, 2010). Dengan peningkatan jumlah pasien tersebut membuat petugas IGD sempat kewalahan untuk memberikan pelayanan. Karena di IGD terdapat orang perawat dan bidan ,jadi setiap shift (regu) hanya terdapat 3 orang perawat dan 1 orang dokter umum, (Data jadwal jaga petugas shift IGD RSU Setjonegoro, 2010). Berdasarkan pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001), dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit khususnya di instalasi gawat darurat. Dengan dasar perhitungan jumlah tenaga di Instalasi gawat darurat adalah rata-rata jumlah pasien per hari tahun 2010 sebanyak 35 orang, jumlah jam perawatan per hari sebanyak 4 jam, dan jam efektif yang digunakan per hari sebanyak 7 jam. Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD di RSU Setjonegoro adalah: = ( 35 x 4 ) + los day ( 78 x 18 ) 7 286 = 20 orang + 5 orang = 25 orang Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa tenaga perawat di IGD RSU Setjonegoro masih diperlukan tambahan tenaga perawat. Waktu kerja di IGD dibagi dalam 3 (tiga) shift yaitu shift pagi (jam 07.00-14.00), shift sore (jam 14.00-20.00) dan shift malam (jam 20.00-07.00). Pada waktu pagi dan sore jumlah kunjungannya banyak dibandingkan jumlah kunjungan pada waktu malam. Jumlah tenaga perawat pada waktu pagi juga belum mencukupi dalam hal penanganan te rhadap pasien yaitu 5 sampai 6 orang perawat yang terdiri dari koordinator koo rdinator perawat dan perawat yang bekerja sesuai
dengan hari kerja pada umumnya. Sedangkan pada waktu sore atau malam dengan jumlah kunjungan yang juga banyak akan tetapi jumlah tenaga perawat hanya 3 orang dan kadang hanya 2 perawat 1 bidan Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional tersebut sehingga perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang masuk, belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti kecelakaan masal, keracunan massal sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu dan tenaga ekstra. Dengan kondisi yang seperti itu menyebabkan beban kerja perawat yang masuk shift pagi bertambah, meskipun perawat shift sore sudah datang namun masih kewalahan dalam menjalankan tugasnya sehingga perawat shift pagi yang waktu kerjanya 07.00-14.00 namun masih tetap bekerja hingga pukul 15.00-16.00. Menurut hasil survay pendahuluan yang dilakukan pada perawat IGD RSU Setjonegoro yang berjumlah 11 orang. Dari 11 orang tersebut yang telah diwawancarai rata-rata mengalami kelebihan beban kerja, adapun hal-hal yang dirasakan perawat yaitu selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat, melakukan tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien, seringnya melaksanakan tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan ob at-obatan secara intensif), dan kadang-kadang kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien, . Dampak beban kerja yang dirasakan perawat adalah sering merasa lelah, tidak dapat rileks, otot tengkuk dan punggung tegang. Kadang-kadang mereka mudah mud ah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi, . Dari hasil wawancara yang dilakukan di IGD RSU Setjonegoro tentang intensif, beberapa orang perawat IGD mengatakan bahwa intensif yang mereka terima tidak seimbang dengan apa yang mereka kerjakan. Disamping itu mereka jarang menerima penghargaan dan pengakuan jika hasil kerja mereka baik. Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian p enelitian tentang beban kerja perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Setjonegoro Wonosobo. DAFTAR PUSTAKA DEPKES RI .DIRJEN YAN MED (2001)Pedoman tenaga perawat rumah sakit Rekam medik RSUD Setjonegoro