11
Daftar Isi
Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester I, II dan III 2
A. Tidur 2
B. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi 3
C. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya 6
D. Persiapan Laktasi 9
DAFTAR PUSTAKA 13
Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester I, II dan III
Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Tidur yang cukup dapat memainkan peranan dalam membantu tubuh kita untuk pulih dari penyakit atau luka. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur mengakibatkan kehilangan kekuatan, kerusakan pada sistem kekebalan dan meningkatkan tekanan darah (Nancy W, 2006).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami oleh seseorang, yang dapat dibandingkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Robert Priharjo, 1993).
Ibu hamil dianjurkan untuk tidur malam sekitar 8 jam dan tidur siang ± 1 jam. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani, dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.
Posisi Tidur Ibu Hamil
Menghabiskan waktu tentu menguras energi, semua aktifitas pasti membakar kalori dan menjadikan tubuh lemas. Maka, satu-satunya hal yang dapat dilakukan untuk memulihkan tenaga adalah istirahat.Pada kehamilan trimester awal wanita hamil dapat tidur dan beristirahat dengan berbagai posisi, yang terpenting adalah dapat memberikan rasa nyaman. Posisi tidur yang nyaman akan sulit didapat oleh wanita hamil yang usia kehamilannya pada trimester ketiga dimana uterus mulai membesar sehingga sulit dalam menentukan posisi tidur.
Beberapa posisi tidur ibu hamil:
Posisi Telentang
Dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu wanita hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur posisi telentang meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior. Tidur dengan posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, gangguan pencernaan, menganggu pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Seperti turunnya tekanan darah yang menimbulkan sakit kepala. Sedangkan wanita yang memiliki tekanan darah tinggi, posisi ini sama sekali tidak dianjurkan (Suririnah, 2004)
Posisi Miring Ke Kanan
Posisi ini juga aman bagi wanita hamil, sehingga dapat berganti posisi dari miring ke kiri atau kekanan, tergantung kenyamanannya. Jika posisi punggung bayi kebetulan berada di sebelah kanan, pada saat tidur miring kekiri maka janin akan "memberontak" terus-menerus. Hal ini karena posisi janin seolah-olah jatuh tertelungkup, untuk mengatasinya dianjurkan untuk tidur miring kekanan (Musbikin, 2005)
Posisi Miring Ke Kiri
Di kehamilan usia lanjut, saat perut telah begitu besar, ibu akan merasakan kondisi kurang nyaman, seperti kram, sering buang air kecil, kontraksi palsu, tendangan bayi, dan peningkatan asam lambung yang membuat ibu kerap terbangun dan mengubah posisi tidur beberapa kali. Belum ada penelitian lebih lanjut tentang posisi tidur yang aman untuk wanita hamil, tapi para pakar menganjurkan bahwa saat kehamilan 16 minggu, sebaiknya wanita hamil tidur dengan posisi miring ke sisi kiri. Posisi tidur ini dianjurkan selama kehamilan, karena posisi tidur miring ke kiri dapat membantu mengoptimalkan aliran darah, oksigen dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena cava inferior di bagian belakang sebelah kanan spina yang akan mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung, dengan mengurangi tekanan pada vena kava asenden (hipotensi supine). Posisi ini juga membantu ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, sehingga mengurangi pembengkakkan di kaki, pergelangan kaki dan tangan. (Bobak, 2004) (Musbikin,2005)
Menurut Sulistyawati (2009) posisi tidur miring ke kiri juga dapat mengurangi rasa nyeri pada perut yaitu dengan cara badan ibu miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri. Untuk membuat ibu nyaman letakkan bantal diantara dengkul dan satu di punggung atau memilih bantal tidur untuk ibu hamil.
Hal-hal yang membuat ibu susah tidur :
Sering berkemih , karena janin dan plasenta membesar, lalu menekan kandung kemih.
Kram kaki dan nyeri punggung.
Rasa tidak nyaman akibat perut membesar.
Perubahan hormon yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi
Pengertian persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Persalinan dan kelahiran merupakan fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses membuka dan menipiskan serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Persiapan persalinan dan kelahiran yaitu suatu tahap dalam masa persalinan, dimana semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkan anaknya. Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat ibu, anggota keluarganya dan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.
Persiapan persalinan bukan hanya persiapan fisik semata, tapi persiapan psikologi seorang ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi yang menjadi anggota baru dalam keluarga adalah penting juga direncanakan dan diupayakan terpenuhi setelah waktu kehamilan telah mendekati waktu persalinan. Untuk persiapan persalinan ini, bukan hanya ibu yang berperan, tapi suami dan keluarga juga perlu untuk kelancaran proses persalinan sesuai yang telah dirancanakan. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin untuk mendapat pelayanan/asuhan antenatal agar supaya perencanaan persalinan dapat dibuat dengan melihat perkembangan ibu dan bayinya untuk mengupayakan persalinan nanti berjalan lancar, baik, dan aman.
Tujuan Asuhan Antenatal
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Trimester ke-1
Pada masa kehamilan ini, seorang ibu dalam masa adaptasi dengan kehamilannya dan sebagian besar ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual muntah, ngidam, psikologisnya mengalami perubahan dan lain-lain. Sehingga untuk perencanaan persalinan dan kelahiran pada saat ini sepertinya belum tersusun sempurna, karena lebih memperhatikan terhadap kondisi ibu serta kesehatan bayi dalam kandungannya.
Untuk Perencanaan awal pada trimester pertama adalah kebutuhan gizi selama hamil, dengan upaya :
Cukup kalori, protein, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, dan plasenta.
Memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak.
Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.
Trimester ke-2
Pada masa kehamilan ini, seorang ibu mulai terbiasa dengan kehamilannya. Dengan dukungan dan perhatian dari keluarga berpengaruh terhadap perubahan psikologis ibu pada trimester ke-2.
Ada 5 langkah yang termasuk dalam perencanaan yaitu :
a. Membuat rencana persalinan
Setiap keluarga seharusnya membuat rencana persalinan dari awal pada trimester pertama. Tapi kebanyakan keluarga biasanya membuat perencanaan persalinan bersama di saat usia kandungan pada trimester 3 dengan melihat perkembangan keadaan ibu dan janin pada antenatal care (ANC). Setelah mengetahui kondisi ibu dan janin maka dibuat keputusan mengenai hal-hal yang dalam perencanaan persalinan adalah :
Tempat persalinan (BPS,RS dll)Memilih tenaga kesehatan yang terlatih
Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
Bagaimana transpotasi ke tempat persalinan
Siapa yang akan menemani pada saat persalinan
Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut
Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.
Membuat rencana untuk mengambil keputusan jika terjadi kegawat daruratan pada saat mengambil keputusan utama tidak ada. Penting bagi bidan dan keluarga untuk mendiskusikan:
Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga?
Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan?
Mempersiapkan sistem transportasi jika kegawatdaruratan.
Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini:
Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit)
Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan?
Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk?
Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan?
Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial?
Membuat rencana/pola menabung
Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan. Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan. Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan yang bakal terjadi bisa lebih dicermati. Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah bisa berancang-ancang mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul, otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi. Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus, dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan.
Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan.
Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk persalinan. Ia dan keluarganya dapat mengumpulkan barang-barang seperti pembalut wanita atau kain, sabun dan seprei dan menyimpannya untuk persiapan persalinan.
Trimester ke-3
Pada waktu kursus ibu diterangkan apa yang terjadi pada kehamilan yang sudah tua, kira-kira pada waktu dua minggu sebelum persalinan. Pada waktu itu ibu akan merasa lebih mudah bernafas karena dasar rahim agak menurun berhubung kepala janin pada kehamilan pertama mulai masuk dalam pintu atas panggul. Ibu sering buang air kecil, Ibu merasa perut kadang-kadang mengencang dan menegang.
Pada waktu ini yang berperan adalah suami atau keluarga, mempersiapkan barang-barang keperluan sebagai berikut:
Pakaian bayi untuk bayi yang akan dilahirkan.
Pakaian untuk ibu khususnya kain bulanan (cawat) yang dibuat dari bahan yang dapat meresap.
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi persalinan.
Persiapan alat-alat baik untuk kepeluan ibu maupun bayi pada masa persalinan dan sesudahnya sangat penting. Terutama untuk menjamin kelancaran proses persalinan dan nifas serta pemeliharaan bayi. Dalam melakukan persalinan ini dapat secara bertahap, agar tidak terasa terlalu berat. Alat yang paling pokok dan perlu waktu membuatnya disiapkan terlebih dahulu, kemudian menyusul yang lainnya. Ada baiknya apabila ibu dapat membuat sendiri terutama pakaian bayinya, agar merasa lebih puas dan dekat dengan bayinya. Sangat dianjurkan persiapan telah lengkap pada usia kehamilan 8 bulan.
Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Beberapa ketidaknyamanan dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut.
No
Ketidaknyamanan
Cara Mengatasi
1.
Keputihan.
Trimester I, II dan III
Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
Memakai pakaian dalam dengan bahan katun dan mudah menyerap
Cara cebok yang benar yaitu dari arah vagina ke belakang
Selalu keringkan vulva setelah BAB dan BAK
Ganti celana dalam tiap kali basah
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur
2.
Sering Buang Air Kencing
Trimester I dan III
KIE tentang penyebab sering BAK
Kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan untuk kencing.
Perbanyak minum pada siang hari.
Jangan kurangi minum dimalam hari, kecuali mengganggu tidur dan mengalami kelelahan
Batasi minum kopi, teh soda.
Berbaring miring ke kiri saat untuk tidur untuk meningkatkan diuresis
3.
Hemoroid
Trimester II dan III
Hindari konstipasi
Makan makanan yang berserat dan banyak minum
Gunakan kompres es atau air hangat
Dengan perlahan masukkan rektum kembali ke dalam
Jika perlu, dapat digunakan salep obat luar untuk memperingan/ anestesi sesaat, astringen wirchhazel, calamine dan oksida seng.
4.
Sembelit
Trimester II dan III
Tingkatkan intake cairan dan serat, misalnya buah, sayuran, minum air hangat.
Istirahat cukup
Senam hamil
BAB secara teratur dan segera setelah ada dorongan
Hindari minyak, mineral, lubrican, perangsang, saline, hiperosmosis dan castor oil.
5.
Mual dan Muntah
Trimester I
Hindari bau dan faktor penyebab lainnya
Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur dan bangun secara perlahan
Makan sedikit tetapi sering
Makan makanan kering di antara waktu makan.
Jangan langsung gosok gigi setelah makan
Duduk tegak setiap kali selesai makan
Hindari makanan yang berminyak.
Jika terlalu parah beri terapi dengan vitamin B6
6.
Panas Perut (Heartburn)
Mulai bertambah sejak Trimester II. Hilang pada waktu persalinan
Makan sedikit-sedikit tetapi sering
Hindari makanan berlemak dan berbumbu tajam
Hindari berbaring setelah makan.
Hindari minum air putih saat makan
7.
Perut Kembung
Trimester II dan III
Hindari makanan yang mengandung gas
Mengunyah makanan secara sempurna
Lakukan senam secara teratur
8.
Berdebar-debar
(Palpitasi Jantung)
Mulai akhir Trimester I
Jelaskan bahwa hal ini normal pada kehamilan
9.
Sesak Napas
Trimester II dan III
KIE tentang penyebab fisiologis
Bantu cara untuk mengatur pernapasan
Mendorong postur tubuh yang baik untuk pernapasan interkostal
Istirahat teratur
Merentangkan tangan di atas kepala serta menarik napas panjang
10.
Striae Gravidarum
Tampak jelas pada bulan ke 6-7
Gunakan Emolien topikal atau antiprurutik menurut indikasinya
Gunakan pakaian longgar yang dapat menopang payudara dan abdomen
11.
Keringat Bertambah
Secara perlahan terus meningkat sampai akhir kehamilan
Pakai pakaian yang tipis dan longgar.
Tingkatkan asupan cairan.
Mandi secara teratur.
12.
Kram (terutama pada kaki)
Setelah usia kehamil 24 minggu
Kurangi konsumsi fosfor tinggi supaya terjadi relaksasi pada otot-otot kaki.
Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena
Konsumsi cukup kalsium
Beri kompres hangat pada kaki
13.
Pusing sampai pingsan (Syncope)
Trimester II dan III
Bangun secara perlahan dari posisi istirahat
Hindari berdiri terlalu lama
Hindari berbaring dengan posisi supine
Hindari lingkungan yang terlalu ramai dan berdesak-desakan.
14.
Sakit Punggung Atas dan Bawah
Trimester II dan III
Gunakan mekanisme tubuh yang baik
Gunakan kasur yang keras untuk tidur
Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung
Senam hamil
Hindari epatu hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang terlalu berat
Masase daerah pinggang dan punggung.
15.
Nyeri ligamentum rotundum
Trimester II dan III
KIE mengenai peneyebab nyeri
Tekuk lutut ke arah abdomen
Gunakan bantalan untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan di antara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring
16.
Varises pada Kaki
Trimester II dan III
Tinggikan kaki sewaktu berbaring
Hindari berdiri atau duduk terlalu lama
Senam untuk melancarkan peredaran darah.
Hindari pakaian yang ketat.
17.
Kelelahan/ Fatigue
Trimester I
Yakinlah bahwa ini normal pada awal kehamilan
Anjurkan ibu untuk sering istirahat
Namun, hindari istirahat yang berlebih
Persiapan Laktasi
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan untuk proses menyusui/laktasi.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI.
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya
ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi. ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. Menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.Menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI, meliputi protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).