KEPUTUSAN DIREKTUR
RS Kartika Husada Setu
NOMOR : / / / / 2017
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI RS KARTIKA HUSADA SETU
"Menimbang ":"bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Kartika Husada "
" " "Setu terutama pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan "
" " "farmasi di Instalasi Farmasi, maka perlu adanya kebijakan "
" " "pelayanan farmasi di instalasi farmasi RS Kartika Husada Setu. "
" " "bahwa dalam upaya meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas "
" " "pelayanan farmasi di rumah sakit, berdasarkan prinsip pelayanan "
" " "kefarmasian (pharmaceutical care) perlu adanya standar pelayanan "
" " "Farmasi yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian "
" " "pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. "
" " "bahwa kebijakan Pelayanan Farmasi dapat dijadikan acuan dan "
" " "pedoman dalam bekerja bagi seluruh bidang pelayanan di Instalasi "
" " "Farmasi khususnya dan bagian lain pada umumnya yang terkait dalam"
" " "melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi masing-masing. "
"Mengingat ":"Undang-Undang republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang "
" " "kesehatan. "
" " "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang "
" " "Rumah Sakit. "
" " "Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang "
" " "Narkotika. "
" " "Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 Tentang Pekerjaan "
" " "Kefarmasian. "
" " "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. "
" " "1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien. "
" " "Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor "
" " "1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi "
" " "MEMUTUSKAN "
"Menetapkan ":" "
"KESATU ":"KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI RS Kartika Husada Setu "
"KEDUA ":"Pelayanan Farmasi di rumah sakit adalah suatu proses yang "
" " "mencakup pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan "
" " "kefarmasian. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan siklus "
" " "kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, "
" " "penerimaan, penyimpaan, pendistribusian, pengendaliaan, "
" " "penghapusan, administrasi, dan pelaporan dan evaluasi.Pelayanan "
" " "kefarmasian meliputi pengkajian resep, dispensing obat, "
" " "pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan informasi "
"KETIGA ":"obat, dan konseling. "
" " " "
" " "Pelayanan Instalasi Farmasi 24 Jam. "
"KEEMPAT ":"Kebijakan ini berlaku pada tanggal ditetapkan. "
"KELIMA ":"Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat"
" " "keputusan ini maka akan diadakan perbaikan atau perubahan "
" " "seperlunya. "
Ditetapkan di Bekasi
Pada
tanggal 1 September 2017
Direktur RS
Kartika Husada Setu
dr. Titi Anggraeni Nasution, MARS
LAMPIRAN NOMOR : / / / /2017 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
FARMASI DI RS Kartika Husada Setu
I. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
1. Pemilihan :
a. Pemilihan perbekalan farmasi berdasarkan pada jumlah
pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit.
b. Pemilihan jenis perbekalan farmasi dilaksanakan seminimal
mungkin terkait dengan kesamaan jenis.
c. Pemilihan jenis obat dapat dilakukan berdasarkan jenis obat
pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevelensinya
tinggi.
d. Pemilihan perbekalan farmasi terutama dilaksanakan oleh
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dengan persetujuan Direktur
RS Kartika Husada Setu untuk dapat dimasukkan ke dalam
Formularium Rumah Sakit.
2. Perencanaan kebutuhan :
a. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pada
metode konsumsi, jumlah BOR, jumlah kunjungan pasien, pola
penyakit, dan waktu tunggu (lead time).
b. Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan sistem komputerisasi
berdasarkan program stok minimal dan stok maksimal berupa
saran order.
3. Pengadaan :
a. Pengadaan perbekalan farmasi dapat berupa pembelian dan
donasi/sampel yang diberikan oleh PBF dan Instansi
Pemerintah.
b. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan 1 (satu) kali seminggu
melalui PBF dengan membuat Surat Pesanan (SP) yang dikirim
melalui e-mail order (internet).
c. Jika ada hari besar/ libur nasional yang jatuh pada hari
pengadaan maka pada satu hari pengadaan sebelumnya
dilaksanakan "permintaan double" yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit satu hari setelah hari pengadaan
sampai satu hari Instalasi farmasi dapat melakukan pengadaan
kembali.
d. Untuk obat non formularium yang kebutuhannya fluktuatif dan
sedikit, pengadaannya dilaksanakan oleh RS Kartika Husada
Setu melalui apotik rekanan atau apotik luar dengan
sepengetahuan Manajer Penunjang Medis.
e. Obat-obat baru yang masuk ke RS Kartika Husada Setu melalui
PBF, akan diberikan donasinya untuk selanjutnya dapat
diajukan pengadaan kembali jika diperlukan.
f. Pengadaan obat-obat golongan narkotika di RS Kartika Husada
Setu dilakukan melalui Perusahaan Besar Farmasi (PBF) Kimia
Farma wilayah Tangerang Selatan oleh Apoteker yang
ditunjuk.
g. Untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi kosong atau tidak
tersedia, maka pengadaan dilakukan melalui apotek rekanan
atau non rekanan.
h. Untuk memenuhi kebutuhan obat yang kosong atau tidak
tersedia, dapat dilakukan penggantian dengan padanan yang
sama zat aktif dan fungsi, bila telah mendapat persetujuan
dari dokter penulis resep.
4. Penerimaan :
a. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker
yang ditunjuk di bawah pengawasan kepala instalasi farmasi.
b. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan
disesuaikan dengan spesifikasi pada surat pesanan dan faktur.
c. Pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima meliputi:
1) Jenis dan nama perbekalan farmasi
2) Jumlah perbekalan farmasi
3) Kondisi fisik perbekalan farmasi
4) Tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
5) Memiliki Material Safety Data Sheet (MSD)
5. Penyimpanan :
a. Perbekalan Farmasi harus disimpan di tempat yang dapat
menjamin terhindar dari gangguan fisik dan dapat menjaga mutu
obat selama penyimpanan.
b. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas
instalasi farmasi, perawat, kepala instalasi ruang
keperawatan, petugas radiologi, petugas fisioterapi dan
petugas laboratorium di unit kerja masing-masing.
c. Penyusunan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk
sediaan dan alfabetis dengan prinsip First Expired First Out
(FEFO) danFirst in First Out(FIFO)
d. Penyusunan obat yang Look A Like Sound A like (LASA) tidak
boleh saling berdampingan/berdekatan.
e. Penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan penyimpanan
narkotika. Narkotika disimpan dalam lemari yang terkunci
ganda (double) dan setiap pengeluaran harus diketahui oleh
penanggungjawabnya dan dicatat.
f. Psikotropika disimpan terpisah dari obat selain psikotropika
dan terkunci.
g. Produk nutrisi parenteral yang sudah melalui proses
pencampuran atau pengemasan ulang disimpan di dalam wadah
dengan suhu penimpanan yang dapat menjamin stabilitas produk.
h. Obat dengan kategori high alert disimpan terpisah dari obat
lain selain obat high alertdan diberi label merah.
i. Obat emergency disimpan dalam trolley/box/KIT emergency,
terkunci dan menggunakan kunci yang memiliki nomor
registrasi.
j. Bahan berbahaya disimpan dalam lemari tersendiri dan di beri
lambang bahan berbahaya.
k. Perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,
udara, dan cahaya disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai.
l. Penyimpanan harus sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan untuk menjamin mutu, menghindar dari penggunaan
yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan mudah
dalam pencarian dan pengawasan.
m. Seluruh perbekalan farmasi yang disimpan harus dilakukan
pemantauan penyimpanannya secara berkala untuk memastikan
obat disimpan secara benar.
n. Perbekalan farmasi dapat ditarik bila diperlukan karena
alasan tertentu.
6. Penyiapan dan Pengemasan
a. Perbekalan farmasi yang akan diberikan kepada seluruh pasien
dikemas dan diberi label etiket obat sesuai dengan instruksi
dokter yang tertera pada resep dengan memperhatikan jenis dan
stabilitas obat.
b. Penyiapan dan pengemasan perbekalan farmasi dilakukan oleh
petugas farmasi yang diberi kewenangan oleh kepala instalasi
farmasi.
c. Pencampuran obat steril dilakukan oleh apoteker dan oleh
perawat diluar jadwal apoteker. Perawat yang melakukan
pencampuran adalah perawat dengan kriteria sebagai
penanggungjawab perawat ruangan yang sudah diberikan diklat.
7. Produksi
Instalasi farmasi RS Kartika Husada Setu belum melakukan
kegiatan produksi.
8. Pendistribusian :
a. Distribusi obat dilakukan secara tersentralisasi di Instalasi
Farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
b. Pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit terdiri
atas:
1) Distribusi untuk pasien rawat jalan
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
dilakukan berdasarkan resep dan penjualan bebas untuk
obat tertentu.
b) Penyerahan perbekalan farmasi rawat jalan dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker yang diberi wewenang.
c) Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan
dilakukan dengan memberikan informasi obat kepada
pasien.
2) Distribusi untuk pasien rawat inap
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
dilakukan dengan system kombinasi resep individual dan
persediaan ruang minimal. Penyerahan perbekalan farmasi
rawat inap dilakukan oleh apoteker atau petugas yang
diberi wewenang.
3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
a. Sistem unit dosis (One Day Dose)
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan
yang disiapakan, diberikan atau digunakan dan dibayar
dalam dosis harian, yang berisi obat dalam jumlah yang
telah ditetapkan untuk penggunaan obat dalam satu hari.
c. Penyerahan
Pada saat di distribusikan, petugas yang melakukan serah
terima memeriksa kesesuaian pengeluaran perbekalan farmasi
baik dari jumlah, jenis, dan kondisi fisik, kemudian di
ruangan disimpan sesuai dengan stabilitas perbekalan
farmasi.Petugas yang menyerahkan perbekalan farmasi adalah
apoteker atau tenaga teknik kefarmasian yang kompeten sesuai
dengan kredensialnya.
d. Bentuk Distribusi
1) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan
rawat inap dilakukan dalam bentuk paling siap digunakan
untuk diberikan pada pasien.
2) Bentuk paling siap digunakan adalah seluruh perbekalan
farmasi yang diberikan sudah dikemas, diberi label mulai
dari identitas pasien , yaitu nama pasien, nomor CM, dan
nomor registrasi, nama obat, dosis, jumlah dan cara pakai.
3) Waktu pelayanan obat yang ditetapkan adalah obat jadi 7
menit, sedangkan obat racikan 15 menit. Waktu tersebut
dihitung setelah resep selesai diberi harga.
4) Untuk resep pasien rawat jalan, dilakukan proses telaah
resep terlebih dahulu oleh apoteker sebelum dilaksanakan
pelayanan resep selanjutnya.
5) Untuk resep rawat inap, petugas farmasi mengisi formulir
pemberian obat untuk terapi pertama, kemudian obat
diserahkan kepada petugas ruang perawatan.
6) Setiap hari, apoteker farmasi klinik melakukan visite ke
ruang perawatan untuk mengawasi pemberian obat kepada
pasien rawat inap untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan obat dan menggunakan obat pada waktu yang
tepat dengan mencocokan antara Daftar Pemberian Obat, obat
pasien dan etiket obat tersebut.
7) Apoteker farmasi klinik mengawasi penggunaan obat yang
dibawa sendiri oleh pasien dengan menggunakan Formulir
Rekonsiliasi Obat Yang Dibawa Sendiri Oleh Pasien yang
merupakan bentuk koordinasi antara dokter, apoteker dan
perawat.
9. Pemusnahan :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa berada di
bawah pengawasan Manajer Penunjang Medis dan dikoordinasikan
dengan Kepala Instalasi Farmasi agar tidak disalah gunakan.
Pemusnahan perbekalan farmasi rusak atau kadaluarsa bekerja
sama dengan bagian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dimana
perbekalan farmasi yang rusak tersebut di inventaris kemudian
dibuatkan berita acara pemusnahan dan diserah terima kan pada
bagian Kesehatan Lingkungan RS untuk dimusnahkan.
b. Untuk obat-obat narkotika dan psikotopika, apabila rusak atau
kadaluarsa, kegiatan pemusnahan nya harus disaksikan oleh
petugas Dinas Kesehatan setempat.
c. Resep dimusnahkan setelah disimpan selama 3 tahun oleh
Apoteker dengan disaksikan oleh Manajer Penunjang Medis dan
Asisten Apoteker dan dilaporkan Berita Acara Pemusnahannya
kepada Direktur RS Kartika Husada Setu.
10. Pengawasan Kuantitas Perbekalan Farmasi
Seluruh perbekalan farmasi yang ada di RS Kartika Husada Setu
baik di instalasi farmasi, ruang perawatan maupun penunjang
medis lainnya harus diawasi dengan cara stok random dan stok
opname.
a. Stok Opname
Unit kerja yang terkait dalam pelaksanaan stok opname :Instalasi
Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Fisioterapi, Kamar Bersalin (VK),
Kamar Operasi (OK), Perina/NICU-ICU, IGD, Perawatan Anak, Perawatan
Ibu, Perawatan Umum, KBBL, Rawat Jalan/Poliklinik, Gudang Umum Rumah
Sakit, Bagian Keuangan dan EDP.
Jadwal stok opname menggunakan jadwal yang telah ditetapkan yaitu
setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan pembagian personil yang sudah
ditetapkan dan diputuskan oleh Direktur, serentak di seluruh unit
yang terkait di rumah sakit.
Selama proses kegiatan stok opname, pelayanan Rawat Jalan maupun Rawat
Inap dilakukan secara manual (tidak ditransaksikan dengan menggunakan
komputer).
b. Stok Random
Stok perbekalan farmasi di tiap Instalasi Farmasi / Perawatan harus
dikontrol secara random.
Pengontrolan stok perbekalan farmasi dilakukan minimal seminggu sekali
dengan jumlah sample 10 s/d 30 item perbekalan farmasi yang tercatat
saat itu.
Setiap sebulan sekali Staf Bagian Keuangan ikut
mendampingi dan menyaksikan Manajer Penunjang Medis
/ Ka.Ins.Farmasi dalam melakukan pelaksanaan stok
random.
11. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Evaluasi Terapi Pengobatan Pasien
b. Evaluasi Formularium RS Kartika Husada Setu
Pengajuan obat baru dari petugas penulis resep diterima secara
tertulis dan disampaikan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
melalui sekretaris TFT.
c. Kriteria Obat Masuk Formularium
1) Untuk satu golongan obat ditetapkan satu generik, satu
paten, dan maksimal lima "me too".
2) Kejadian efek samping obat dan KTD jarang atau bahkan
tidak pernah terjadi.
3) Mutu obat terjamin termasuk stabilitas dan efektifitas.
4) Praktis dalam penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
5) Banyak digunakan dalam pelayanan pasien
6) Tidak pernah mengalami kosong pabrik atau distributor.
d. Kriteria Obat Dikeluarkan Dari Formularium
1) Obat sering menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan.
2) KTD terkait obat tersebut sering terjadi
3) Obat banyak dikeluhkan user karena mutu obatnya kurang
baik.
4) Obat sering mengalami kekosongan distributor atau pabrik.
5) Obat jarang digunakan (slow moving) sampai lebih dari
tiga bulan.
6) Obat karena terlalu jarang digunakan, hingga sampai waktu
kadaluarsa nya (hampir) tidak pernah ada pemakaian.
e. Penerapan Penggunaan Formularium
Dalam upaya menertibkan penggunaan obat, RS Hermina Serpong
menerapkan penggunaan obat yang mengacu kepada Formularium
Rumah Sakit yang harus dipatuhi oleh semua jajaran medis
sehingga pengendalian dan pengawasan penggunaan obat secara
menyeluruh oleh Tim Farmasi dan Terapi dapat dilakukan.
II. PELAYANAN KEFARMASIAN
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian maka diatur kebijakan
sebagai berikut :
A. Pengkajian resep
Setiap resep yang diterima untuk dilayani harus dikaji terlebih dahulu
oleh Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten yang
dapat melakukan konfirmasi dengan dokter penulis resep bila ditemukan
persyaratan resep tidak tepat atau ketidakjelasan tetap dalam
pengawasan Apoteker.
Aspek yang ditelaah dalam pengkajian resep meluputi :
a. Persyaratan administrasi
1. Tanggal Resep
2. Nama Pasien dan No. Rekam Medis
3. Berat Badan
4. Nama Dokter
5. Nama Obat
6. Paraf Dokter
7. Tulisan Dokter Tidak Terbaca
b. Persyaratan farmaseutika
1. Bentuk sediaan
2. Kekuatan sediaan
3. Stabilitas sediaan
4. Dosis dan jumlah obat
5. Waktu dan frekuensi pemberian
6. Cara pemberian
c. Persyaratan klinis
1. Indikasi
2. Waktu penggunaan
3. Duplikasi pengobatan
4. Interaksi obat
5. Data alergi obat pasien
6. Polifarmasi
Kriteria resep yang harus ditelaah di RS Kartika Husada Setu :
1. Resep untuk anak.
2. Resep yang lebih dari lima komponen obat (polifarmasi).
3. Resep racikan.
Penelaahan atau pengkajian ketepatan obat dapat dikecualikan atau
tidak mutlak dilakukan pada :
1. Kondisi / keadaan darurat atau
2. Bila dokter pemesan hadir untuk pemesanan, pemberian dan monitoring
pasien (di kamar bedah dan IGD), atau
3. Dalam tindakan radiologi intervensional, atau
4. Diagnostic imaging dimana obat merupakan bagian dari prosedur
Apabila ditemukan suatu temuan selama telaah resep harus dicatat dan
dilakukan evaluasi.
B. DispensingObat
Seluruh resep yang masuk ke Instalasi akan dilayani seluruhnya sesuai
dengan prosedur mulai dari pencampuran, peracikan, pengemasan sampai
penyerahan kepada pasien rawat jalan atau perawat untuk pasien rawat
inap oleh seluruh petugas farmasi yang dinas sesuai dengan wewenangnya
masing-masing.
C. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Seluruh perbekalan farmasi terutama obat di RS Kartika Husada Setu
dipantau penggunaannya untuk keamanan dan keselamatan pasien serta
dilaporkan kepada Apoteker jika ada efek samping obat untuk
ditindaklanjuti.
D. Pelayanan Informasi Obat
PIO dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker dibawah bimbingan
Apoteker yang ditunjuk memberikan pelayanan PIO.
E. Konseling / Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
Konseling / KIE dilakukan secara selektif maupun sewaktu oleh Apoteker
yang ditunjuk dengan menggunakan literatur farmasi jika diperlukan
sesuai dengan kewenangannya.
Adapun criteria pasien yang diberikan konseling dan KIE adalah :
1. Pasien dengan penyakit kronik.
2. Pasien yang mendapatkan obat lebih dari lima komponen (polifarmasi).
3. Pasien yang mendapatkan obat indeks terapi sempit.
4. Pasien yang mendapatkan variasi rute pemberian dan aturan pakai.
5. Pasien baru dan akan pulang untuk pasien rawat inap.
Ditetapkan di Bekasi
Pada
tanggal 1 September 20017
Direktur RS
Kartika Husada Setu
dr. Titi Anggraeni Nasution, MARS