Asumsi fundamental dari toksikologi —setidaknya untuk bahan-bahan kimia yang tidak menyebabkan kanker—adalah batas bawah dari ketidakterjadiannya efek yang merugikan. Inilah yang disebut sebagai No Observed Adverse Effect Level (NOAEL). ‘Merugikan’ disini dapat didefinisikan sebagai efek yang terjadi ketika kemampuan tubuh untuk dapat resisten terhadap zat toksik terlampaui.
No Observed Effect Level (NOEL) digambarkan sebagai dosis kimia dimana tidak ada efek yang teramati. NOEL dan NOAEL merupakan hasil dari hubungan langsung antara dosis atau jumlah bahan kimia dan efek samping yang disebabkan oleh bahan kimia tersebut. LOEL ( Lowest Observed Effect Level) adalah titik terendah dari suatu zat toksik dimana tidak ada efek yang teramati. LOAEL atau Lowest Observed Adverse Effect Level digunakan sebagai agen pengatur untuk menentukan nilai-nilai seperti Dosis Referensi atau untuk bahan-bahan kimia yang biasanya digunakan oleh EPA. LOAEL adalah suatu titik terendah tertentu dimana terdapat efek merugikan dari zat toksik yang teramati. Perbedaan antara LO AEL dan LOEL (Lowest Observed Effect Level) bertumpu pada definisi efek samping saja, yaitu, suatu studi eksperimental yang menghasilkan LOAEL akan telah menyatakan dampak bu ruk yang akan diamati sebelum inisiasi.
Sumber : http://www.eoearth.org/article/Toxicology http://www.toxicologyschools.com/free_toxicology_course1/a25.htm http://www.greenfacts.org/glossary/jkl/loael.htm
Biokonsentrasi adalah proses masuknya zat kimia kedalam tubuh organisme dan kemudian terakumulasi. Fergusson 1991 Bioakumulasi lebih luas dari biokonsentrasi yang merupakan proses pengambilan dan retensi bahan pencemar oleh makhluk hidup yang mengakibatkan peningkatan kepekatan sehingga dapat menimbulkan pengaruh yang merusak (racun). Fergusson 1991 Biomagnifikasi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi suatu z at kimia (kontaminan) pada setiap tingkat tropik dari rantai makanan. Biotransfer tersebut terjadi dari satu tingkat ke tingkat tropik yang lebih tinggi. Fergusson 1991
S: http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/1/0/1339/cemaran_logam_berat_kadmium__cd __dan_akibatnya_bagi_kesehatan_manusia.html Kanker Definisi kanker : Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ -organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kank er akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang - kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati. Penyebab Kanker : Faktor Lingkungan - Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru - paru, mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih. - Sinar Ultraviolet dari matahari - Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digun akan dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh. Contoh, orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti Leukemia. - Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber - sumber radikal bebas yaitu : 1. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme. 2. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari makanan , minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari. 3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress b erlebihan, baik stress secara fisik, psikologis,maupun biologis.
S: http://www.cancerhelps.com/kanker.htm Definisi:Granuloma Granuloma adalah istilah histopatologi yang mengacu pada koleksi kecil sel- sel makrofag yang terbentuk ketika sistem imun mencoba untuk menyekat zat-zat penyusup yang tidak dapat dihilangkan. Granuloma terbentuk sebagai tanggapan terhadap benda asing, infeksi tertentu (tuberkulosis, kusta) dan penyakit kulit inflamasi (granuloma anular, granuloma fasial, sarkoidosis). Dalam praktik sehari-hari, dokter seringkali menyebut granu loma untuk nodul seperti nevus atau tumor yang kecil.
http://kamuskesehatan.com/arti/granuloma/ fibrosis Fibrosis adalah pembentukan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dalam suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses reparatif atau reaktif. Hal ini sebagai lawan pembentukan jaringan fibrosa sebagai konstituen normal dari organ atau jaringan. Istilah ini juga kadangkadang digunakan untuk menggambarkan proses penyembuhan normal, tapi penggunaan ini kurang umum. http://www.news-medical.net/health/Fibrosis-What-is-Fibrosis-%28Indonesian%29.aspx
alergi Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap s uatu zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan. Ini substansi (serbuk sari, jamur, bulu binatang, dll) disebut alergen. Demam International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh
host. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan s et point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas.1,2 LC Standar pengukuran toksisitas yang akan membunuh setengah dari sampel populasi dari hewan yang diujikan tertentu melewati proses inhalasi. LC50 diukur dalam satuan mikrogam atau milligram dari material per liter atau part per million (pp m) dari udara atau air; lebih rendah jumlahnya, maka materialnya makin beracun. Jika digunakan dalam perbandingan toksisitas, LC50 tidak dapat secara langsung dihub ungkan dari satu spesies ke spesies lain atau juga terhadap manusia. LC50 juga disebut sebagai Konsentrasi Letal Tengah.
Read more: http://www.businessdictionary.com/definition/lethal-concentration-50LC50.html#ixzz27nydUO6z LD50 Definisi Standar pengukuran toksisitas yang akan membunuh setengah dari sampel populasi dari hewan yang diujikan tertentu melewati proses konsumsi, k ontak kulit dan injeksi. LDC50 diukur dalam satuan mikrogam atau milligram dari material per kilogram berat tubuh hewan uji; lebih rendah jumlahnya, maka materialnya makin beracun. Jika digunakan dalam perbandingan toksisitas, LD50 tidak dapat secara langsung dihubungkan dari satu spesies ke spesies lain atau juga terhadap manusia. LD50 juga disebut sebagai Dosis Letal Tengah.
Read more: http://www.businessdictionary.com/definition/lethal-dose-50LD50.html#ixzz27o3R1sds
Definisi akut Acute tests are short-term exposure tests (hours or days) and generally use lethality as an endpoint. In acute exposures, organisms come into contact with higher d oses of the toxicant in a single event or in multiple events over a short p eriod of time and usually produce immediate effects, depending on absorption time of the toxicant. These tests are generally conducted on organisms during a specific time period of the organism’s life cycle, and are considered partial life cycle tests. Acute tests are not valid if mortality in the control sample is greater than 10%. Results are reported in EC50, or concentration that will effect fifty percent [1] of the sample size.
Definisi:Kronis Kronis adalah suatu kondisi dengan onset lambat, manifestasi ringan tetapi terus-menerus dan tahan lama, sering berefek progresif. Chronic tests are long-term tests (weeks, months years), relative to the test organism’s life span (>10% of life span), and generally use sub-lethal endpoints. In chronic exposures, organisms come into contact with low, continuous doses of a toxicant. Chronic exposures may induce effects to acute exposure, but can also result in effects that develop slowly. Chronic tests are generally considered full life cycle tests and cover an entire generation time or reproductive life cycle (“egg to egg”). Chronic tests are not considered valid if mortality i n the control sample is greater than 20%. These results are generally reported in NOECs (No observed effects level) and LOECs (Lowest observed effects level).
http://kamuskesehatan.com/arti/kronis/ TOKSIKOLOGI SUBKRONIS DEFINISI Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001) Pengamatan dan pemerikasaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis meliputi : 1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur paling tidak tujuh hari sekali. 3. Gejala kronis umum yang diamati setiap hari. 4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan akh ir uji coba. 5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba. 6. Analisis urin paling tidak sekali. 7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba. (Loomis, 1978) Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat tentang efek utama senyawa uji dan organ sasaran yang dipengaruhinya. Selain itu juga dapat diperoleh info tentang perkembangan efek toksik yang lambat berk aitan dengan takaran yang tidak teramati pada uji ketoksikan akut. Kekerabatan antar kadar senyawa pada darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan efek toksik. (Donatus, 2001) Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap badan dalam pemberian berulang (Eatau dan Klaassen, 2001) Pengamatan gejala toksis : 1. Pengamatan fisik, perilaku, saluran cerna, kulit dan b ulu. 2. Berat badan hewan uji. 3. Asupan makan atau minuman untuk masing-masing hewan uji atau kelompok hewan uji. 1. Pemeriksaan fungsi organ secara biokimia melalui analisis urin (bobot jenis, p rotein total, volume urin, glukosa, bilirubin) dilakukan pada awal dan akhir uji. 2. Pengamatan gejala klinis diperiksa melalui pengamatan fisik dalam jangka waktu setelah pemejanan tiap hari selama 30 hari. Sasaran uji ini adalah hispatologi organ (organ-organ yang terkena efek toksik), gejala-gejala toksik, wujud efek toksik (kekacauan biokimia, fun gsional, dan struktural) serta sifat efek toksik. Selain itu juga batas keamanan toksikologi terutama KETT. Tata cara pelaksanaannya adalah: 1. Pemilihan hewan uji, dapat digunakan roden (tikus) dan n irroden (anjing), sebaiknya dipilih hewan uji yang peka dan memiliki pola metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia. Disarankan paling tidak satu jenis hewan uji dewasa, sehat, baik jantan maupun betina. Jumlah yang digun akan paling tidak 10
ekor untuk masing-masing jenis kelamin dalam setiap kelompok takaran dosis yang diberikan. 2. Pengelompokan, minimal ada empat kelompok uji yaitu 3 kelompok dosis dan 1 kelompok kontrol negatif. Hal ini disebabkan karena untu k regresi minimal digunakan 3 data sehingga dapat dianalisis hubungan dosis dengan efek. 3. Takaran dosis, bergerak dari dosis yang sama sekali tida menimbulkan efek toksis sampai dengan dosis yang betul-betul menimbulkan efek toksik yang nyata. Minimal digunakan 3 peringkat dosis degan syarat dosis yang tetinggi sebisa mungkin tidak mematikan hewan uji tetapi memberi wujud efek toksik yang jelas (nyata). Sedangkan dosis terendah yang digunakan setingkat dengan ED 50-nya. 4. Pengamatan, berupa wujud efek toksik atau spektrumnya, semua jenis perubahan harus diamati. Analisis dan evaluasi hasil: data berat badan , asupan makanan dan minuman serta gejala-gelajala klinis digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan dan perkembangan patologi hewan uji akibat sediaan uji hematologi darah dan urin digunakan untuk mengevaluasi perubahan fungsional sistem organ sebagai perwujudan efek toksik… http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/toksikologi-subkronis/