Kasus Fraud Terbesar di Dunia Dunia Madoff, Satu Lagi Kegagalan Kegagalan Regulator Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin itu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi finansial perekonomian dunia saat ini. Krisis yang disebabkan oleh subprime mortgage belum usai, dunia sudah digemparkan kembali oleh kasus fraud dari seorang mantan petinggi Nasdaq yang disegani, Bernard Madoff, senilai tidak tanggung-tanggung: 50 miliar dollar (Rp 550 trilyun)! Ini adalah skandal fraud individual terbesar sepanjang sejarah. Skandal fraud Jerome Kerviel dari Societe Generale senilai $7 miliar seakan-akan tidaklah seberapa dibandingkan dengan Madoff. Bernard Madoff, salah satu broker ternama dunia, yang juga merupakan pendiri dari Bernard Madoff Investment, ditangkap oleh pihak berwenang setelah mengakui bahwa selama bertahuntahun ia telah melakukan fraud. Mark dan Andrew Madoff, kedua anaknya, pada 10 Desember lalu langsung mengontak pihak yang berwenang setelah ayahnya, yang berada dalam kondisi stress berat, akhirnya mengakui fraud yang telah dilakukannya. Berita tersebut sontak menggemparkan sektor finansial di seluruh penjuru dunia, karena Madoff mengelola dana sejumlah institusi, filantropis dan individual dengan kekayaan tinggi. Sejumlah bank dan hedge fund besar dunia antara lain Banco Santander, Fortis, HSBC, Royal Bank of Scotland, BNP Paribas, Rye Investment Management dan Ascot Partners turut menjadi korban karena menginvestasikan dananya miliaran dollar kepada Madoff. Kini, uang tersebut mungkin tidak akan pernah kembali. Profil Madoff
Sebenarnya, siapa Madoff? Bagaimana cara kerjanya? Dan bagaimana sejumlah institusi-institusi besar bisa terkena tipuannya? Madoff lahir di New York pada tahun 1938 dari sebuah keluarga Yahudi. Ia lulus dari jurusan hukum Hofstra University pada tahun 1960. Kemudian, dengan modal uang sejumlah $5,000 hasil dari kerja musim panas sebagai penjaga pantai dan pemasang garden sprinkler, Madoff mendirikan perusahaan investasinya. Dalam jangka waktu satu decade saja, Madoff berhasil memperoleh klien-klien yang terpandang. Sehingga nama dan reputasinya terangkat pada tahun 90an, dan memungkinkan ia untuk menjabat sebagai Chairman Nasdaq Stock Market pada tahun 1990, 1991 dan 1993. Pada tahun 90-an dan awal 2000-an, ia adalah Ketua dari Securities Industry Association trading committee, yang mewakili sekuritas dalam berdiskusi dengan regulator mengenai aturan-aturan baru pasar modal seiring dengan berkembangnya sistem dan jaringan electronic-trading. Rupanya, dengan nama besar dan reputasinyalah Madoff berhasil memperoleh klien-klien besar dan berpengaruh. Mereka percaya penuh pada Madoff, sehingga mengabaikan sinyal-sinyal bahaya yang hadir. Bahkan, menurut Robert Lenzner, National Editor Forbes, banyak orang yang berramai-ramai ingin menginvestasikan dananya pada Madoff, karena mereka bangga dan merasa aman karena dananya dikelola orang dengan level pengalaman seperti Madoff. Berdasarkan banyak cerita, Madoff menarik bagi para investor karena menghasilkan return yang stabil. Tidak rugi, namun tidak juga return tinggi, hanya sekitar 10 hingga 11 persen per tahun.
Sehingga, mungkin banyak yang mengira investasi yang dikelola Madoff ini cenderung tidak terlalu berisiko. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Madoff sesungguhnya tidak ada yang tahu pasti. Namun diperkirakan, kondisi perekonomian dan pasar modal yang lemah turut berakibat buruk bagi Madoff. Perusahaan Madoff merupakan salah satu broker terbesar dan penggerak pasar di Nasdaq. Sehingga, ketika beberapa investor meminta redemption senilai $7 miliar, maka ia kelimpungan hingga akhirnya mengakui kejahatannya. Sepertinya, selama mengalami kerugian dari trading, Madoff membayarkan return investor dengan dana yang disetor oleh investor lainnya. Tercatat tanggal 17 November, asset di bawah manajemen perusahaannya sebesar $17.1 miliar dollar. Sementara, berdasarkan pengakuan kepada kedua anaknya, perusahaan hanya punya sisa dana sekitar $200 atau $300 juta saja. Jadi, kelihatannya klien-klien terpaksa harus melakukan writedown terhadap kegagalan investasinya di Madoff. Sinyal yang Terabaikan
Skandal Madoff ini merupakan salah satu bukti lain kegagalan SEC dalam regulasi dan pengawasannya. SEC bukannya tidak pernah memperoleh peringatan. Nyaris sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 1999, Harry Markopoulos, seorang investigator fraud keuangan, setelah mempelajari metode investasi Madoff, mengirimkan surat tertulis kepada SEC berisikan “Madoff Securities is the world largest Ponzi Scheme.” Sejak 9 tahun belakangan Markopolos terus mengusahakan diadakannya investigasi, hingga akhirnya pada tahun 2007 SEC melaksanakan investigasi yang kemudian tidak menghasilkan apapun. Intinya: SEC gagal dalam mengendus fraud terbesar di dunia sepanjang sejarah, meskipun sudah diberi peringatan. Sinyal lain muncul dari cara-cara Madoff menjalankan operasional perusahaan sehari-hari yang kurang transparan. Madoff menjalankan bisnis investasinya dari lantai yang berbeda dari kantor pusat, serta menyimpan laporan keuangan dalam posisi terkunci. Sementara itu, bagaimana bisa bank-bank dan hedge fund besar, yang seharusnya punya manajemen risiko yang bagus, bisa ikut tertipu? Padahal, Madoff hanya melaporkan bahwa ia menggunakan strategi split strike conversion options, sementara detailnya tidak ada yang mengetahui. Mengapa investor tidak ada yang curiga? Karena selama ini track record Madoff selalu bagus, sehingga tidak ada investor yang mau repot mempertanyakan seluk beluk trading-nya. Belum diketahui bagaimana Madoff bisa sekian lama menjalankan operasinya tanpa ketahuan. Masalah ini mungkin akan terungkap seiring dengan investigasi selanjutnya. Yang jelas, kasus ini semakin memberi pelajaran bahwa regulasi hanya tinggal regulasi belaka. SEC pun gagal mengendus kasus ini. Pelajaran lain yang bisa dipetik dari kasus ini adalah: keserakahan selalu ada pada diri manusia. Serakah, tidak mau susah dan ingin mencari jalan pintas, pada akhirnya hanya akan berujung pada kejatuhan belaka. Manajemen risiko yang ketat rupanya harus kalah oleh kemudahan memperoleh return yang bagus. Sehingga, yang salah bukan hanya Madoff, melainkan juga korban-korbannya yang tidak jeli dalam berinvestasi.