5
KARAKTER MANUSIA
BERDASARKAN WUKU KELAHIRAN
PENDAHULUAN
Hari yang paling penting (spesial) juga hari yang paling bersejarah bagi kita adalah hari kelahiran kita sendiri. Hari kelahiran menurut anggapan banyak orang, ternyata mempengaruhi tabiat atau watak orang yang dilahirkan pada hari tersebut. Banyak yang sangat meyakini bahwa, watak atau tabiat seseorang sangat dipengaruhi oleh hari kelahirannya. Namun ada juga yang berusaha menyangkalnya. Terlepas dari percaya atau tidak, akan diuraikan disini tentang watak kelahiran manusia. Yang mana watak atau tabiat seseorang bisa diramalkan dari hari kelahirannya, seperti berikut:
Meramalkan Watak/Tabiat berdasarkan:
1. Pranatamongso/sasih.
2. Pancawara & Saptawara
3. Pengaruh Wuku
4. Pengaruh Sodiak
5. Pengaruh Shio
Pengaruh wuku ini nyaris hilang di kalangan masyarakat, padahal universal diakui atau tidak, pengetahuan tentang Pawukon serta primbon Jawa ini sebetulnya nyaris terkubur oleh derasnya arus modernisasi di kalangan masyarakat Jawa. Apalagi nilai modernitas yang telanjur diserap kalangan muda sering membuat mereka semakin tercerabut dari akar tradisi leluhur. Hanya lantaran gengsi, semua hal yang berbau tradisional di-emohi karena dianggap ndeso dan klenik. Padahal ketika dihadapkan pada suatu kenyataan hidup yang tidak menenteramkan, diam-diam mereka mencari pegangan psikologis. Bagaimanapun juga orang Jawa yang pada dasarnya berakar pada budaya agraris-mistis, termasuk mereka yang sudah hidup di kota-kota besar, akhirnya berpaling juga mengikuti naluri tradisionalnya.
ISI
Pengertian Wuku
Wuku adalah suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur 7 hari atau satu minggu. Siklus wuku sendiri berumur 30 pekan atau 210 hari, yang mana masing-masing memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (pawukon) masih digunakan di Jawa dan Bali terutama untuk menentukan hari baik dan buruk.
Ide dasar perhitungan menurut wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau pasaran terdiri dari lima hari, sedangkan sistem saptawara terdiri dari tujuh hari.
Sistem Saptawara, terdiri dari :
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum'at
Sabtu
Sistem Pancawara, terdiri dari :
Kliwon
Legi
Pahing
Pon
Wage
Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah pasti, misalkan hari Sabtu Pon. Menurut kepercayaan tradisional orang Bali dan Jawa, semua hari-hari ini memiliki makna khusus. Para leluhur orang Jawa kuno dalam menghitung primbon dengan bermacam-macam cara, salah satunya dengan wuku (pawukon). Pawukon adalah ilmu tentang wuku yang bersifat baku berdasarkan buku babon yang ada. Tak berbeda dengan metode hitungan astrologi pada umumnya, wuku ini membagi hari kelahiran seseorang berdasarkan tanggal dan tahun kelahiran. Hanya saja pawukon mendasarkan perhitungannya menurut kalender Jawa. Wuku dalam bahasa Jawa kuno artinya pekan atau seminggu. 1 wuku artinya 7 hari.
Karya Pawukon bisa disejajarkan dengan zodiak Barat maupun Cina yang sudah dikenal luas. Cap Ji Shio terbagi atas 12 macam shio dengan pergantian tiap tahun. Satu periode shio diawali dari tahun pertama yaitu Tahun Tikus yang kemudian berakhir pada tahun kedua belas yakni Tahun Babi. Sedangkan horoskop Barat terbagi atas 12 bintang, pergantiannya tiap bulan, diawali dengan bintang Capricornus dan diakhiri oleh Sagitarius.
Sementara itu Pawukon terbagi atas 30 macam wuku yang pergantiannya berlaku setiap minggu. Perhitungannya mulai dari hari Minggu sampai dengan Sabtu. Satu periode Pawukon diawali pada minggu pertama setiap tahun dengan Wuku Shinta, yang kemudian diakhiri pada minggu ketigapuluh dengan Wuku Watugunung. Urutan dari ke-30 wuku tersebut adalah; Shinta, Landhep, Wukir, Kurantil, Tala, Gumbreg, Warigalit, Warigagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasia, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Mrakeh, Tambir, Madangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dhukut, Watugunung. Setiap wuku memayungi kelahiran (manusia) dalam waktu satu pekan atau tujuh hari. Perhitungan harinya pun disesuaikan dengan pasaran (pon, wage, kliwon, legi, pahing).
Dibandingkan dengan horoskop versi lain, Pawukon dianggap memiliki kelebihan. Selain memberi gambaran secara umum untuk mengetahui kondisi fisik, karakter, atau watak seseorang, setiap wuku juga mampu menemukan jenis naas (pengapesan) atau pantangan yang harus dihindari serta proyeksi "nasib" seseorang di masa datang.
Penggambaran keadaan fisik, karakter, serta sifat-sifat orang dalam setiap wuku disajikan lewat simbol seperti dewa, manuk (burung), gedung, panji-panji, pohon atau kayu. Sementara naas atau pengapesan seseorang selalu disertakan dalam perlambang sambekala. Namun tidak seperti icon sederhana yang menandai masing-masing zodiak Barat atau shio Cina, ketigapuluh wuku dalam Pawukon digambarkan secara filosofis dengan ilustrasi menarik, artistik, dan mendetil sesuai ulasan yang terdapat di setiap wukunya.
Daftar Nama-Nama Wuku
WUKU/PAWUKON JAWA
SINTHA
GALUNGAN
MAKTAL
LANDEP
KUNINGAN
WUYE
WUKIR
LANGKIR
MANAHIL
KURANTIL
MANDASIYA
PRANGBAKAT
TOLU
JULUNG PUJUT
BALA
GUMBREG
PAHANG
WUGU
WARIGA ALIT
KURUWELUT
WAYANG
WARIGA AGUNG
MARAKEH
KULAWU
JULANG WANGI
TAMBIR
DUKUT
SUNGSANG
MEDANGKUNGAN
WATU GUNUNG
Dikisahkan jaman dahulu ada sebuah keluarga kerajaan Giling wesi dengan raja bernama Watu Gunung dengan permaisuri Dewi Sinta dan Dewi Landep. Mereka mempunyai 27 putra kembar kecuali putra yang ke 14 yang lahir tidak kembar, urutan wuku pawukon ini berdasarkan orang pertama sampai orang terakhir yang masuk surga
Semua keluarga kerajaan ini masuk surga karena do'a nya dewi sinta kepada sang hyang jagat nata (Batara Guru) yang terkabul, dari kejadian tersebut maka Batara Wisnu menjadikannya sebuah penanggalan yang sampai sekarang di pakai untuk berbagai jenis perhitungan adat jawa.
Karakter Manusia Menurut Wuku Kelahiran
Menurut kepercayaan Jawa, segala aktivitas manusia sering dikaitkan dengan fenomena mistik. Karakter manusia contohnya, banyak hal yang dikaitkan oleh penganut aliran kepercayaan dan kebatinan atas karakter manusia, termasuk wuku kelahiran. Berikut ini, akan dijelaskan contoh mengenai karakter manusia berdasarkan beberapa wuku kelahirannya dalam pandangan penganut aliran kepercayaan dan kebatinan:
Sinta
Dewa wuku Sinta sendiri disebut dengan Dewa Batara Yama Dipati. Sedang pohonnya adalah pohon kendayakan dan burungnya adalah gagak. Adapun tabiat dari seseorang yang memiliki wuku Sinta antara lain; pencemburu, keras kepala, besar nafsunya, sering mendapat halangan yang tidak terduga, enak bicaranya dan lembut hatinya. Perintahnya keras di depan namun sejuk di belakang. Ia seringkali menjadi tempat berlindung orang-orang sengsara. Dan seseorang berwuku Sinta dianggap cepat cakap melakukan sembarang pekerjaan,tangkas, suka pamer, murah hati, adil, dan pelupa.
2. Landep
Dewanya adalah Dewa Batara Mahadewa, sedang pohonnya adalah Kemedangan dan Angsana. Burungnya adalah burung merpati. Adapun tabiat orang yang memiliki wuku landep antara lain; dicintai oleh banyak orang, rupawan, suka memuji, dan perintahnya pun tegas namun juga lembut. Pemilik wuku ini juga diakui kecakapannya, kemurahan hatinya dan tajam pikirannya, namun si lain sisi ia adalah sosok yang kurang berterima kasih.
3. Wukir
Dewanya adalah Dewa Betara Mahayekti, sedang pohonnya adalah pohon Beringin. Burungnya adalah burung sudang-sudang dan weri. Adapun tabiat pemilik wuku ini adalah; perangainya sulit ditebak, murah hati, mampu memerintah dimanapun, pandai merendah, baik bicaranya, rupawan, diakui kebaikannya, pandai, cakap dalam segala pekerjaan dan cerdik, namun terkadang ia juga suka memperlihatkan kekayaannya, berperasaan, dan sering menemui berbagai kesukaran dalam hidupnya.
4. Kurantil
Dewanya adalah Bewa Betara Langsur, sedang pohonnya adalah pohon Ingas. Burungnya adalah burung perkutut. Tabiat pemilik wuku Kuranti antara lain; keras kemauannya, besar nafsunya, sering menghitung-hitung harta benda, suka tidur, pandai memikat hati orang, pasrah, dan sering menemui kesukaran hidup walaupun lekas mendapat bantuan.
5. Tolu
Dewanya adalah Dewa Betara Bayu dan pohonnya adalah pohon Wijayamulya. Burungnya adalah burung beranjangan. Tabiat pemilik wuku Tolu antara lain; mencintai kebersihan, teguh dan kokoh dalam pendirian, bicaranya serius, suka berpergian , suka berbelanja, suka mengharap-harap. Ia dikenal sebagai perwira yang cepat serta tangkas melakukan sesuatu apabila ada peristiwa genting, ia juga dikenal dengan kemurahan hatinya namun terkadang juga terkesan angkuh.
PENUTUP
Karakter berdasarkan Wuku Kelahiran adalah budaya jawa yang selama ini dianggap tergerus oleh zaman yang semakin modern. Pada hakikatnya, ini dibentuk dan terjadi dengan legenda dewa Hindu yang pada kepercayaan kita sebagai umat Islam adalah tidak benar adanya. Ini bisa membawa kepada kesyirikan, dimana kita mempercayai sesuatu yang tidak berdasarkan aqidah dan iman kepada Allah SWT. Apakah yang tertulis di ramalan wuku kelahiran mengenai karakter ataupun nasib, akan terjadi betul atau tidak, itu adalah ujian bagi umat Islam.