JURNAL PRAKTIKUM KOSMETIKA FORMULASI AROMATERAPI KIREI AROMATHERAPY®
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3
Made Surya Wedana JS
(0808505022)
Nyoman Yudi Kurniawan
(0808505029)
A.A. Ayu Indrasuari
(0908505027)
Putu Yunia Irmayanti
(0908505053)
Jesica Arikumalasari
(0908505062)
Putu Aan Pustiari
(0908505074)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2012
I. PENGERTIAN DAN PENJELASAN SEDIAAN
1.1.Latar Belakang
Pada kehidupan modern sekarang ini, kegiatan manusia diisi penuh dengan rutinitas sehari-hari. Baik itu dengan mencari nafkah, mengurus keluarga, maupun menempuh ilmu. Kesibukkan ini memicu kepenatan dan kejenuhan atau malah sampai tingkat stress yang meninggi. Akibatnya orang-orang mulai mencari jalan untuk mengurangi kepenatan rutinitas sehari-hari. Salah satu cara yang saat ini mulai digemari masyarakat terutama perempuan adalah melepas penat dengan memanjakan tubuh di spa. Pelayanan di spa menawarkan relaksasi dengan pemijatan pada bagian-bagian tubuh seperti tangan, kaki dan punggung yang disertai dengan pemberian aromaterapi. Aromaterapi berguna untuk menstimulasi pikiran melalui bau-bauan yang lembut dan wangi. Menurut Dr. Alan Huck (psikiater dan direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan. Bau-bauan tertentu sangat membantu dalam berbagai hal, seperti pada orang yang mengalami depresi mungkin membutuhkan aroma yang meningkatkan semangat (energizing) sedangkan orang yang mudah cemas akan membutuhkan aroma yang menenangkan dan menyejukkan. Pada beberapa kasus, bau-bauan tertentu ditujukan untuk kondisi yang beragam, dan ini akan menguntungkan bagi orang yang membutuhkan keseimbangan emosional.
1.2.Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan bau wangi-wangian bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya yang dapat
menenangkan jiwa dan menurunkan tingkat stress. Aromanya seperti wangi Lavender, Lemon, Jasmine, Rose, Peppermint, vanilla, dan lain-lain. Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya daritumbuhan. Aromaterapi adalah metode pengobatan untuk merevitalisasi (menggiatkan kembali) dan meregulasi (mengatur) kinerja organ-organ tubuh dengan menggunakan minyak esensial (sari pati) dari tumbuh-tumbuhan beraroma (Andria, 2002). Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadikan sehat, membangkitkan semangat, gairah,
menyegarkan
serta
menenangkan
pikiran,
dan
merangsang
proses
penyembuhan. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa rileks dan ‘bebas’. Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan Rene Maurice Gattefosse di Perancis (Andria, 2002). Minyak wangi (aromatic oils) adalah sejenis cairan nabati yang diambil dari inti tumbuh-tumbuhan, atau yang terkadang disebut juga sebagai hormon tumbuhtumbuhan. Minyak ini dikeluarkan kelenjar khusus pada tumbuhan yang terkadang terdapat pada bunga, daun, dahan, atau akar dan terkadang juga terdapat pada kulit beberapa pohon. Minyak wangi yang populer adalah minyak melati, mawar, lavender, kemangi, coclonyth, chamomile, jeruk, mint, kamper, dan lain-lan (Al-Husaini, 2007). Minyak aromatik digunakan secara luas pertama kali pada masa Mesir kuno. Penduduk pada masa itu mengekstraksi minyak dengan metode infusi dan menggunakannya sebagai kosmetik. Masyarakat romawi dan yunani menggunakan minyak aromatik untuk pijat dan kegiatan mandi sehari-hari. Mereka menemukan bahwa aroma dari tanaman dan bunga tertentu memberi efek stimulan dan menyegarkan, sedangkan yang lainnya memberikan efek sedatif dan relaksasi (McGuiness, 2003) Berbagai macam minyak wangi tersebut memiliki banyak manfaat kesehatan dan kecantikan. Dan tidak jarang minyak-minyak ini digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Sedangkan di dunia kecantikan, minyak wangi digunakan sebagai bagian dari campuran kosmetik yang ditujukan untuk perawatan kulit, rambut, dan lain-lainya (Al-Husaini, 2007).
Sayangnya, kebanyakan minyak-minyak ini sangat mahal harganya dan tidak banyak terdapat di pasaran. Namun demikian, sangat mungkin dan mudah sekali dibuat di rumah. Bunga atau daun dipotong dengan potongan-potongan kecil, kemudian dimasukkan ke dalam minyak nabati (seperti minyak bunga matahari), lalu dihangatkan dengan api yang tidak terlalu besar. Manfaat minnyak yang dimasukkan itu adalah untuk menyerap minyak wangi dari tumbuhan tadi sekaligus untuk menambah kadar minyak wangi pada minyak nabati tersebut. Minyak nabati yang sudah mengandung minyak wangi ini sangat mungkin digunakan langsung untuk memijat tubuh, atau bisa juga untuk campuran krim atau kosmetik yang beraneka ragam (Al-Husaini, 2007).
II. FORMULA
2.1. Formula Pustaka
3 Drops Violet oil 2 Drops Rose oil 20 ml Carrier oil (Goldstein et al , 2006) Kegunaan Bahan Bahan Violet oil Rose oil Carrier oil
Fungsi Essential oil Essential oil Pembawa
Jumlah dalam sediaan 3 tetes 2 tetes 20 ml
2.2. Formula Alternatif
Rose oil
1,5 %
Lavender oil
2%
Citrus oil
1%
Olive oil
20 ml
2.3. Perhitungan Formula Alternatif
Nama Bahan
Rose oil Lavender oil Citrus oil Olive oil
Rentang
Fungsi
Konsentra
Penimba
Penimban
Penambah
Konsentrasi
si yang
ngan 1
gan 2
an bahan
Menurut
Dipakai
Sediaan
Sediaan
10%
Pustaka (%) 2
Essential
(%) 1,5
(ml) 0,15
(ml) 0,3
(ml) 0,33
2
oil Essential
2
0,2
0,4
0,44
2
oil Essential
1
0,1
0,2
0,22
-
oil Carrier
95,5
9,55
19,1
21,01
III. BAHAN DAN ALAT
3.1. Bahan
− Rose oil − Olive oil − Lavender oil − Citrus oil 3.2. Alat
− Beaker glass − Batang pengaduk − Gelas ukur − Pipet tetes − Pipet volume − Ballfiller − Botol kaca 3.3. Pemerian Bahan 1.
Oleum Rosae
Pemerian
: cairan; tidak berwarna atau kuning; bau menyerupai bunga mawar,
rasa khas; pada suhu 25º kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutan
: larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1979)
Karakter aroma : minyak mawar memiliki aroma yang manis dan lembut Intensitas bau
: sangat tinggi
Tercampur baik dengan
: bergamot, chamomile, clary sage, cypress, geranium,
melati, lavender, jeruk mandarin, neroli, jeruk, palmarosa, patchouli, cendana. (McGuiness, 2003)
2.
Lavender oil
Tanaman asal
: Lavendula officinalis/augustifolia
Metode ekstraksi
: distilasi uap
Karakter aroma
: minyak lavender memiliki aroma yang powerful
Intensitas bau
: sedang
Mandarin, Orange, Patchouli, Pine, Rosemary, Sandalwood, Thyme Tercampur baik dengan
: bergamot, chamomile, clary sage, geranium, melati,
lemon, sereh, jeruk mandarin, jeruk, patchouli, pinus, rosemary, cendana, thyme. (McGuiness, 2003)
3.
Oleum Citri
Pemerian
: cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas; rasa pedas dan
agak pahit Kelarutan
: larut dalam 12 bagian volume etanol 90%
Penyimpanan : dalam wadah terisi penuh dan tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk (Depkes RI, 1979) Karakter aroma : minyak citrus memiliki aroma segar yang tajam Intensitas bau
: sedang hingga tinggi
Tercampur baik dengan
: bergamot, chamomile, eukaliptus, adas, frankincense,
jahe, juniper , neroli, mawar, cendana, ylang-ylang . (McGuiness, 2003) 4.
Oleum olivae
Pemerian
: Merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau kuning, berminyak transparan. Mungkin mengandung antioksidan yang cocok.
Kelarutan
: Sedikit larut dalam etanol (95%); larut dalam eter, kloroform, petroleum cair (50-70°C), dan karbon disulfida.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat dan penuh, di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya. (Rowe et al, 2009)
IV. CARA KERJA
4.1. Prosedur Kerja Formula Pustaka
1. Disiapkan semua alat yang dibutuhkan 2. Ditimbang semua bahan yang diperlukan 3. Minyak dicampurkan ke dalam minyak pembawa hingga homogen 4. Dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai
4.2. Prosedur Kerja Formula Alternatif
−
Semua alat yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu
−
Wadah ditara 10 ml
−
Bahan-bahan yang diperlukan diukur sesuai tabel
−
Olive oil dimasukkan ke dalam beaker glass
−
Rose oil, lavender oil dan citrus oil dicampurkan di gelas beaker yang
berbeda dengan diusahakan beaker tertutup agar minyak tidak menguap hingga homogen.
−
Campuran minyak essensial dimasukkan ke dalam gelas yang berisi
olive oil.
−
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.
−
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam wadah hingga tanda batas
lalu ditutup.
−
Wadah kemudian diberi etiket dan dikemas
V. EVALUASI SEDIAAN
5.1. Fisika 5.1.1. Pengujian Organoleptis
Pengujian dilakukan dengan melihat bau, warna dan bentuk sediaan yang dibuat secara visual.
5.1.2. Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
VII. LEMBAR PENGAMATAN
6.1. Fisika 6.1.1.
Uji Organoleptis
Bau
: ...................................
Warna
: ...................................
Bentuk
: ...................................
6.1.2.
Homogenitas
............................................................................................................................................. ......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Al-Husaini, A. 2007. Cantik Tanpa Makeup. Jakarta: Almahira. Andria, A. 2002. Aromaterapi, Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penebar Swadaya Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Goldstein, T., Moore B.M., Peter R.J., Poulton C., Watson S., Wusterhausen A. 2006. The Aromatherapy Handbook . LabRats Project. McGuiness, H. 2003. Aromatherapy: Therapy Basics Second Edition. London: Hodder Arnold Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Pharmaceutical Press. London.4.