JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN
I.
Volume 10 No. 1 April 2009
SISTEM INFORMASI DI PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH TENGAH Oleh : Ali Murtadha M Arifin
1
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pelaksanaan sistem penyampaian informasi di Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah setelah diberlakukannya otonomi daerah di Kabupaten tersebut karena penyampaian informasi sebelumnya dilakukan oleh juru penerangan penerangan dibawah Pemerintahan Departemen Departemen Penerangan Penerangan disamping itu juga tu juan penelitian ini adalah sebagai penambah wawasan tentang perubahan sistem informasi tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melakukan wawancara mendalam dengan Kasub Bagian Humas, Kepala Informasi dan Komunikasi serta karyawan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai penyiar informasi di Kabupaten Kabupaten Aceh Tengah. Adapun hasil penelitian dapat digambarkan bahwa otonomi daerah dapat merubah sistem informasi di Daerah Kabupaten Aceh Tengah, sistem informasi juga mempengaruhi kelanjutan pertumbuhan pembangunan, maka membangun informasi juga perlu, sehingga sistem informasi pesan pemerintah di kemas dan disiarkan dengan melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat diperoleh / dinikmati oleh publik dan sistem informasi pada masa Orde Baru berbeda dengan sistem informasi di era Orde Baru. Pada masa Orde Baru sistem informasi ditentukan oleh Pemerintah Pusat sedangkan pada otonomi daerah sistem informasi ditentukan oleh Pemerintah setempat (Daerah).
1
Penulis adalah Peneliti di BBPPKI Wilayah I Medan.
1
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Kata Kunci : Sistem informasi, Pemerintahan Kab. Aceh Tengah
A. Latar Belakang Masalah
Di era otonomi daerah saat ini, sistem Pemer intahan Daerah sudah berbeda di band bandingkan dengan s istem pemer intah diera orde baru. Kalau d iera orde baru, organisas i Pemer intah dan s istem informas inya ditentukan oleh pemer intah pusat, di era otonomi daerah ini pembentukan instansi pemer intah daerah termasuk s istem informas inya ditentukan oleh pemer intah daerah setempat. Oleh karena itu sistem informas i pada setiap daerah bisa berbeda sesua i dengan perkembangan perkembangan yang terjad i / kebutuhan di daerah masing-mas ing. Pada awal otonomi daerah, Pemer intah di daerah bisa membentuk dinas, Badan dan Lembaga tehnis sesua i dengan kebutuhan daerah setempat. Adanya ketentuan ini membuat berbagai daerah membentuk d inas secara berlebihan untuk menampung sebanyak mungk i n pejabat struktural. Ketentuan mengenai pembentukan dinas dan lembaga tehnis tersebut kemudian disusul Peraturan Baru yang member ikan batasan jumlah dinas yang boleh di bentuk bentuk di Pemer intah Daerah. Daerah yang sudah terlanjur membentuk d inas dan lembaga teknis daerah melebihi ketentuan akan segera menyesua ikan dengan ketentuan baru dalam pembentukan Dinas dan lembaga teknis. Adanya kebebasan Pemer intah daerah untuk membentuk dinas dan lembaga tehn is di daerah maka bisa terjadi adanya perbedaan nama lembaga/dinas yang menangan i informas i. Bahkan penanganan informas i di suatu daerah cukup hanya dimasukkan dalam suatu seks i/bagian dar i dinas dan set iap daeah menggunakan istilah yang berbeda sepert i : Hubungan Masyarakat (Humas) Informas i Komunikasi (Infokom) , BadanInformas i Komunikasi Telemat ika (BIKT). Dengan berbedanya dinas yang berka itan dengan informas i, maka dimungk inkan terjadinya perbedaan s istem informasi pemer intahan antara satu daerah dengan daerah-daeah lain. Saat ini sistem inforas i di pemer intahan masih berkembang dan mencar i model yang tepat untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan yang sedang d ilaksanakan. Adanya dua organ isasi di Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah yang secara khusus menangani informasi yaitu Kantor Informasi dan Komunikasi Daerah dan Sub Bag ian Hubungan Masyrakat. Kantor Informas i dan Komunikasi Daerah merupakan lembaga has il peleburan Kantor Departemen Penerangan semasa orde baru sebelum otonom i daerah. Hampir seluruh karyawan Kantor Informas i dan Komunikasi Daerah adalah mantan pegawa i Kantor Departemen Penerangan Kabupaten Aceh Tengah Perkantoran yang d i pergunakan pergunakan, sebelumnya juga pernah di pergunakan sebagai Kantor Departemen Penerangan Kabupaten Aceh Tengah Kepala Kantor Informas i dan Komunikasi berada pada eselon III. Sub Bagian Humas juga sudah ada sebelum era otonom i daerah. Struktur organisas inya berada di bagian Sekretar iat Daerah. Sub Bagian Humas ini berada di bawah bawah Bagian Humas, Pengolah Data Elektronik (PDE) dan Santel, yang berada di bawah Asisten Umum. Sebaga i sub bagian di Sekretar iat Daerah, Sub Bagian Humas hanya menempati satu ruangan di Kantor Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah Kepala Sub Bag ian Humas berada pada eselon IV. Adanya dua lembaga yang menangan i informas i ini merupakan salah satu unsur sistim informas i di Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah. Kedua lembaga itu bisa secara bersama-sama menjalankan tugasnya dalam d isem inasi informas i pada masyarakat. Sistem informas i pemer intah ini mempunya i peran yang pent ing untuk mensukseskan pembangunan di suatu daerah. S istem informasi yang ba ik , bisa menci ptakan ptakan kesatuan gerak dan langkah antar lembaga/dinas untuk mencapa i tujuan. J ika sistem informas i antar lembaga/dinas t idak berjalan ba ik maka dimungk inkan terjadinya tumpang t indih kegiatan, bahkan b isa terjadi kegiatan yang sal ing bertentangan. S istem informas i yang baik 2
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
memungk inkan program-program dan keg iatan yang dilakukan pemer intah bisa direspon oleh masyrakat sehingga bisa meningkatkan partisi pas pasi masyarakat. B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang d iatas, dirumuskan permasalahan penel itian ya itu baga imana pelaksanaan s istem informas i di Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah.
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem informas i di Kabupaten Aceh Tengah. Dengan diketahuinya pelaksanaan sistem informas i di daerah tersebut dapat menambah pengetahuan mengena i sistem informasi di Kabupaten Aceh Tengah. Has il penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebaga i pembanding sistem informasi di berbagai daerah yang memilik i sistem informasi yang berbeda. D. Landasan Teori 1. Pengertian Sistem Informasi
Berbagai pengertian tentang sistem informasi dikemukakan dalam berbaga i buku untuk menggambarkan pengert ian mengena i sistem informasi diantaranya ditulis oleh Alter (1992) bahwa S istem informasi adalah kombinas i antara prosedur kerja , informas i, orang dan tehnologi informas i yang diorganisas ikan untuk mencapa i tujuan dalam sebuah organ isasi. Bodnar dan Hopwood (199 3)mendif inisikan sistem informas i adalah kumpulan perangkat keras dan peangkat lunak yang d irancang untuk mentransformas ikan data ke dalam bentuk informas i yang berguna. Gel inas, Oram dan Wiggins (1990) mend if inisikan sistem informas i adalah suatu s istem buatan manus ia yang secara umum terdir i atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang d i buat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada pemaka i. Hall (2001) mendif inisikan sistem informas i sebagai sebuah rangka ian prosedur formal d imana data dikelompokkan, di proses proses menjadi informasi dan didistr i bus busikan kepada pemaka i. Dar i berbagai dif inisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informas i mencakup sejumlah komponen (manus ia, tehnologi informas i dan prosedur kerja) berupa masukan (input), ada proses (data menjadi informas i) dan dimaksudkan untuk mencapa i suatu sasaran atau tujuan (output). ( output).
2. Otonomi Daerah
Untuk melaksanakan kebi jakan desentralisasi di bentuk daerah otonom. Menurut UU No. 22 Tahun 1999, daerah otonomi merupakan ´kesatuan masyarakat hukum yang mempunya i batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepent ingan masyarakat setempat menurut prakarsa send ir i berdasar aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republ ik Indoneia´. Kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepent ingan masyarakat setempat menurut prakarsa send ir i berdasar aspirasi masyarakat ser ing disebut otonomi daerah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa daerah otonom adalah daerah yang memilik i otonomi daerah. Kaho (1987) memaparkan c ir i-cir i Daerah Otonom sebaga i ber ikut :
3
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
1. Adanya urusan-urusan tertentu yang d iserahkan oleh pemer intah pusat atau daerah t ingkat atas kepada daerah untuk d iatur dan diurusnya dalam batas-batas w ilayahnya. 2. Pengaturan dan pengurusan urusan-urusan tersebut d ilakukan atas inisiatif sendir i dan didasarkan pada kebi jaksanaan sendir i pula. 3. Adanya alat-alat perlengkapan atau organ-organ atau apatur sendir i. 4. Pengaturan urusan-urusan tersebut masyarakat daerah perlu memilik i sumber-sumber pendapatan/keuangan send ir i. 3. Teori Sistem
Setiap sistem merupakan tempat memproses , mengolah, mengubah, atau menstransformasikan bahan-bahan yang d isebut masukan ( input) menjadi suatu has il karya yang bisa disebut keluaran (output) (Shrode dan Vo ich, 1974 : 128). Proses transformas i sistem ini ser ing diluk iskan orang dengan mempergunakan model masukan-keluaran ( inputoutput model). Model masukan keluaran ini biasa disebut juga dengan model kotak h itam (black-box model). Model adalah gambaran mengena i sesuatu realitas untuk menggambarkan baga imana suatu itu tampaknya atau baga imana bekerjanya guna memudahkan memaham i dan atau mengkajinya. Ist ilah kotak hitam disini di pergunakan untuk memudahkan memahami dan atau mengkajinya. Istilah kotak hitam disini di pergunakan untuk menunjukkan bahwa isiyang terkandung d i dalam satuan (unit) pemroses (transformas i) atau jelasnya sistem itu tidak diketahui, jadi seperti kotak hitam (Tatang M. Ar if in, 2002 : 38). Model kotak hitam itu digambarkan atau diluk iskan orang-orang bermacam-macam. Konsep dasarnya : Masukan
Proses
Keluaran
Untuk menilai pelaksanaan sistem informas i di Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah, maka pendekatan sistem merupakan cara yang tepat sebaga i pemandu. 1. Input Dar i sisi masukan (input), yang bisa di jadikan indikator untuk mengetahu i masukan pelaksanaan s istem informas i di humas dan Kantor infokom adalah : a. Memilik i tugas dan sasaran yang jelas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya keb i jakan, tugas dan sasaran yang akan d icapa i Humas dan kantor infokom. b. Sumberdaya yang tersedia dan siap. Sumberdaya sangat strategis bagi keberhasilan pelaksanaan tugas humas dan infokom, sejauh mana kesiapan sumberdaya ba ik sumberdaya manus ia (yang mencakup jumlah dan kual itas) maupun sumbrdaya selebihnya sepert i keuangan, peralatan perlengkapan dan sebaga inya. c. Staf yang kompeten dan komitmen tinggi. Staf yang kompeten merupakan pra sarat mutlak dalam pelaksanaan tugas humas dan infokom. Kompetens i ini dapat ditunjukkan dengan kesesua ian tingkat dan latar belakang pend idikan, kemampuan melaksanakan tugas, dan kedisi plinan dalam melaksanakan tugas. 2. Proses Dar i sisi proses di Humas dan Kantor infokom yang b isa di jadikan indikator terjadinya proses pelaksanaan s istem informasi adalah : a. Pelaksanaan proses tugas penyampa ian informasi ditandai oleh : Kepemimpinan lembaga yang kuat, dalam arti kepemimpinan yang kuat dalam mengkoord inasikan, menggerakkan
4
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
sumber daya manus ia dilingkungan humas dan infokom serta menyeras ikan semua sumberdaya yang ada pada satu tujuan yang sama. b. Kerja sama yang kompak dan cerdas serta d inamis, yang ditandai komunikasi yang ba ik dan harmonis antara humas, infokom dan satuan unit kerja di pemer intahan, kerja sama yang didasar i oleh saling pengertian dan kesediaan mener ima perbedaan pendapat. c. Partisi pasi yang t inggi dar i unit kerja di pemer intah daerah. Dalam hal ini dapat diamati dar i : keikutsertaan unit kerja di Pemda dalam berbga i aktif itas pelaksanaan tugas Humas dan Infokom. 3. Output
Setiap proses pelaksanaan s istem informas i selalu diharapkan adanya keluaran atau has il berupa k inerja pelaksanaan s istem informasi. Indikator terjadinya k inerja pelaksanaan informas i tersebut. - Informas i yang disampaikan oleh humas dan infokom dapat diter ima. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kual itatif. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub Bagian Humas dan Kantor Infokom Kabupaten Aceh Tengah sebaga i lembaga yang secara khusus menangani informas i. 3. Informan penelitian
Adapun yang di jadikan informan sebaga i sumber/ menghimpun data dalam penelitian ini adalah Kasub Bagian Hubungan Masyarakat, Sub Bagian Dokumentasi dan Informas i, Kasub Bagian Informas i dan Informat ika, karyawan Humas dan Infokoma yang bertugas sebagai ujung tombak dalam penyiaran / penyampaian informasi publik d i daerah Kabupaten Aceh Tengah. 4. Tehnik pengumpulan data Untuk mengumpulkan data yang d i perlukan dalam penelitian ini di pergunakan dua macam tehnik yaitu : a. Studi dokumentas i. Dengan tehnik ini peneliti berusaha memperoleh data atau informas i dengan cara menggal i dan mempelajar i dokumen-dokumen , arsi p dan catatan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas humas dan Kantor Infokom. b. Wawancara mendalam. Dengan tehnik wawancara tidak berstruktur atau mendalam (Indepth/unstructured interviewing) peneliti melakukan tanya jawab dan tukar p ik iran tanpa daftar wawancara; peneliti hanya di bantu dengan sejumlah topik umum tentang proses pelaksanaan sistim informasi di Kabupaten Aceh Tengah yang mas ih harus dikembangkan oleh pewawancara berdasar jawaban informan. Dalam pelaksanaannya, dimanfaatkan instrument berupa panduan wawancara dan daftar top ik. 5. Tehnik Analisa Data
Metode yang di pergunakan untuk menganal isis dalam penelitian ini metode deskr i ptif kualitatif dengan menggunakan model interaktif ya itu semacam siklus terka it antara kegiatan pengumpulan data, penyederhanaan data pemaparan data , dan penar ikan kesimpulan. Jadi analisa data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.
5
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Waktu penelitian ini di jadwalkan sebagai ber ikut penyusunan/ pers iapan rancangan penelitian bulan Februar i 2009, pengumpulan data bulan Apr il dan pengolahan data/laporan bulan Me i 2009. Dana : dana penelitian ini di bebankan kepada anggaran rut in BBPPKI Medan. F. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, kualitas masukan, proses dan keluaran d i perlukan sebagai cerminan realitas model dan implementasi pelaksanaan sistem informas i di Kabupaten Aceh Tengah. Dengan kata la in prof il kualitas pelaksanaan s istem informas i di Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah merupakan keutuhan kual itas masukan, proses dan keluaran s istim informas i. Ketiga hal itu diuraikan ber ikut ini : 1. Kualitas Masukan Sistem Informasi
Sudah disinggung di atas, bahwa masukan s istim informasi diambil tiga indicator yaitu adanya tugas, dan sasaran yang jelas , Sumberdaya yang tersedia dan kompetens i sumberdaya. Tugas dan sasaran Humas dan Kantor infokom diatur dalam peraturan daerah. Tugas dan fungs i Kantor Informas i dan Komunikasi Daerah telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Tentang Susunan Organ isas i dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah. Sesua i dengan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Susunan Organ isasi dan Tata Kerja Kantor-Kantor Daerah, Kantor Informasi dan Komunikasi Daerah mempunya i tugas pokok membantu Bupat i dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah d i bidang informasi dan komunikasi yang meli put i pemberdayaan informasi, media informas i dan publikasi. Urusan bidang informas i dan komunikasi tersebut meli put i informas i yang bersifat umum yang t idak berka itan dengan informasi didalam pemer intah Kabupaten Aceh Tengah. Informasi yang bersifat umum itu b isa berasal dar i pemer intah pusat maupun Prov insi seperti peraturan perundangan. Dalam melaksanakan tugas itu tiga seksi yang dimilik i Badan Infokom ya itu Seksi Pemberdayaan Informas i mempunya i tugas melaksanakan upaya pemberdayaan partisi pasi masyarakat, kelompok komunikasi sosial, pemberdayaan potens i informas i lembaga swadaya masyarakat dan lembaga informasi desa. Seksi Media Informasi dan Komunikasi mempunya i tugas melaksanakan, memantau penyelenggaraan kegiatan penyebaran informasi melalui media interaktif , radio, televisi, f ilm dan Seksi Publikasi mempunya i tugas melaksanakan keg iatan penyampa ian informasi langsung. Sementara itu Sub Bagian Humas, sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretar iat Daerah, Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunya i tugas : 1. Melakukan hubungan t imbal balik antar pemer intah daerah dengan masyarakat umum dan organisasi kemasyarakatan untuk memperjelas keb i jakan dan keg iatan pemer intah daerah. 2. Melakukan hubungan intern dengan satuan dan un it kerja di lingkungan Pemer intah Daerah. 3. Melaksanakan usaha untuk peni ngkatan peli putan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemer intah maupun masyarakat. 4. Melaksanakan koordi nasi/kerja sama dengan organ isas i kewartawanan. 5. Melaksanakan tugas sebaga i juru bicara pemer intah daerah sesua i dengan petunjuk Bupati. 6. Menyiapkan bahan evaluas i dan pelaporan kegiatan di bidang kehumasan.
2. Kualitas Masukan SDM Non Manusia
6
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Sumberdaya bukan manus ia atau sekarang ser ing diistilahkan modal f iskal dan modal f inansial (Thomas dkk , 2000) mendukung dan menunjang atau malah mempengaruh i k i prah k inerja sumber daya manus ia. Seluruh staf yang bergerak d i Humas dan Kantor Infokom dapat bert indak , bebruat dan melakukan sesuatu secara leb ih maksimal dala m melaksanakan tugas berkat tersedianya secara memada i sejumlah sumberdaya bukan manus ia. Bangunan dan ruang, prasarana (infrastruktur), perlengkapan kantor (furniture, mesin, computer dll) dan dana merupakan sejumlah sumberdaya bukan manus ia yang perlu disediakan karena secara signif ikan dapat mempengaruhi k inerja sumberdaya manus ia. Secara kuantitatif bangunan dan ruang yang d i pergunakan Kantor Infokom sangat representatif untuk melakukan kegiatan karena gedung yang d i pergunakan adalah bekas Kantor Departemen Penerangan. Prasarana ( infrastruktur), perlengkapan kantor dan alat bantu kegiatan yang dimilik i Kantor Infokom kel ihatan kurang memada i untuk melaksanakan tugas karena peralatan yang d imilik i sebagian merupakan bekas peralatan lama yang pernah di pergunakan semasa mas ih ada Departemen Penerangan. Sementara itu di lingkungan Humas, terjadi hal yang sebal iknya. Bangunan atau ruangan yang dimilik i sangat terbatas karena terbatasnya ruangan yang ada d i sekretar iat daerah. Humas yang memilik i staf sebanyak 1 3 orang hanya menempat i satu ruangan. Namun demik ian infratruktur yang dimilik inya sangat memada i dengan tersedianya perlengkapan yang di butuhkan dalam set iap operasional kegiatannya. 3. Kualitas Masukan Perangkat Lunak
Dalam penyelenggaraan pengelolaan informas i seperti halnya masukan sumberdaya manusia dan sumber daya bukan manus ia, masukan perangkat lunak menunjang dan menentukan beroperas i tidaknya dan berjalan t idaknya secara efekt if dan maks imal proses penyampaian informas i di masyarakat. Tidak jarang perangkat lunak d iyak ini lebih penting dar i pada sumberdaya bukan manus ia mesk i tidak sepent ing sumber daya manus ia (Suryadi dan Budimansah, 2004 : 243-245) Implikas inya perangkat lunak harus ada dan tersed ia di bagian pengelolaan informasi secara memada i supaya implementasi penyebaran informas i kepada masyarakat dengan ba ik , efektif , mencapai maksud dan tujuannya. Sebagai pengelola informas i resmi milik pemer intah, Humas dan Infokom memilik i peraturan perundangan, diskr i psi tugas pokok dan fungs i, rencana dan program keg iatan. Diskr i psi tugas pokok dan fungs i ini menjadi dasar atas rencana dan program keg iatan Humas dan Infokom. Perangkat lunak yang terdapat d i Humas jauh lebih mapan di bandingkan dengan perangkat lunak yang ada d i Kantor Infokom karena eks istensi humas yang sudah berlangsung lama sementara eks istensi Kantor Infokom ms ih berjalan beberapa tahun setelah pelaksanaan otonomi daerah. 4. Kualitas Masukan Harapan Humas dan Infokom
Implementasi penyebarluasan informas i selalu dikaitkan dengan harapan terjad inya peningkatan kualitas pelayanan informas i. Oleh sebab itu menjadi kewaji ban set iap pengelola informas i untuk menerapkan harapan dan dorongan yang jelas , past i, tinggi dan unggul di bidang kualitas pelayanan informasi dengan dilandasi oleh semangat ingin menjadi lebih baik. Demik ian juga Humas dan Infokom Pemer intah Kabupaten Aceh Tengah yang mengimplementasikan sistim pengelolaan informasi harus memilik i harapan yang jelas, mantap dan t inggi serta terfokus untuk mera ih kualita pelayanan informas i. Harapan itu tergambar dalam rencana dan strategi (renstra) khususnya v isi, misi dan tujuan serta sasaran masing-masing pengelola informasi. Berdasar pengamatan, harapan yang tertuang dalam bentuk visi, misi, rencana jangka panjang, rencana pengembangan, rencana pelayanan dan la in-lain sudah ada dan telah 7
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
ditetapkan di Humas dan Infokom. Hamp ir semua karyawan juga mengetahui adanya visi dan misi tersebut karena ser ingkali ditempelkan di dinding dalam ruangan kerja. 5. Kualitas Proses Sistem Informasi
Dalam pelaksanaan s istem informas i di Kabupaten Aceh Tengah proses s istem informas i menempat i kedudukan dan art i penting dan strategis. Proses sistem informas i ini bersangkutan dengan bekerja tidaknya fungs i-fungs i manajemen di Humas dan Badan Infokom. Dalam kontek pelaksanaan s istem informasi di Kabupaten Aceh Tengah, proses sistem informas i sudah cukup memada i bila dilihat secara makro, tidak harus secara mikro. Secara mikro proses s istem informasi yang mencerminkan terlaksana t idaknya atau berfungsi tidaknya pelaksanaan s istem informasi secara organis, bukan mekanis dan art if icial, dalam penyelenggaraan proses s istem informasi. Berdasar has il wawancara dengan Kasub Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah diketahui bahwa hampir semua pegawai pemer intah mendukung manajemen proses sistem informas i dengan menjadikan humas sebaga i satu-satunya sumber informasi. Untuk itu unit kerja yang la in siap member i bantuan Humas dengan member ikan informasi yang di perlukan. A. Kondisi Proses Penyebaran Informasi
Dalam implementasi sistim informasi, proses penyebaran mendapat perhat ian utama sehingga harus dilaksanakan dengan seba ik-baiknya dan semaks imal mungk in. Hal ini dikarenakan proses penyebaran iformasi secara langsung menentukan kual itas keluaran informas i secara kognitif afekt if dan behavior. Art inya t inggi rendahnya kualitas keluaran sistim informas i ditentukan oleh proses penyebarannya. Has il pengamatan dan wawancara dengan kepala Kantor Infokom dan Kepala Sub Bag ian Humas, menunjukkan bahwa ba ik Kepala Humas dan Kantor Infokom mem ilik i kesadaran akan kedudukan proses penyebaran informas i sebaga i inti proses s istem pengelolaan informas i guna mencapa i kompetens i koqnitif , afektif dan behavior yang ditentukan dalam juknis dan juklak. Sela in itu dar i dir i, sikap dan per ilaku mereka sebaga i pemimpin dan pelaksana yang mempunya i komitmen, semangat dan etos kerja yang cukup kuat untuk melaksanakan proses penyebaran informasi. B. Kondisi Proses Pengelolaan Sistem Informasi
Proses pengelolaan program penyebran informas i perlu dilakukan secara bersamasama oleh tim kerja yang kompak cerdas dan d inamis. Seir ing dengan itu partisi pasi semua pihak menjadi pent ing sela in kolaborasi, kerjsama dan sinergi antara program. Pekerjaan dan tanggungjawab pengelolaan program harus d i bagi pada semua pihak dalam mengelola informas i, bukan terpusat pada beberapa orang atau kepala d inas/kepala bagian tidak boleh mendominasi pekerjaan dan tanggungjawab mela inkan harus mengkoord inasi dan mensinergikan berbaga i pihak yang disertai pekerjaan dan tanggungjawab yang mengelola informas i. Dalam proses pengelolaan informas i ini Humas dan Infokom mengelola informasi secara sistematis, agar dapat dikembangkan menjadi pengetahuan yang bermanfaat guna peningkatan kualitas kehidupan dan pembangunan, menjadi pusat informasi dan komunikasi bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah sekal igus berperan menjadi pusat pembelajaran dan pengetahuan. Bersinergi dengan seluruh Dinas/Badan/Kantor , ormas, Orpol, LSM dan masyarakat untuk menjawab tantangan masa k ini maupun masa depan. 6. Kualitas Keluaran Sistim Informasi Setiap proses penyebaran informasi selalu meniscayakan keluaran bahkan juga has il dan dampak s istim pengelolaan informasi walaupun keduanya t idak dapat diketahui atau 8
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
diukur seket ika, karena karakter istik masing-masing. Karena itu dalam kontek pengelolaan sistim informas i, perhatian di fokuskan pada keluaran pelayanan informasi, bahkan bila mungk in di perhatikan pula has il dan dampak pelayanan informas i. Keluaran pelayanan informas i berkaitan dengan k inerja atau prestas i lembaga pengelola informas i secara komprehens if. Prestasi pelayanan informasi dapat berupa produkt if itas, efektif itas, ef isiensi, inovasi dan moralitas atau etos kerja. Dalam pelayanan informasi Prestasi pelayanan informas i dilihat secara komprehens if dar i pencapaian tujuan kegiatan program. K inerja atau pencapaian tujuan ini erat kaitannya dengan masukan yang ada sebelumnya d iantaranya sumber dana yang tersed ia untuk menghasilkan keluaran berupa produkt if itas kerja. Keluaran yang terjadi di Infokom cukup memada i mesk i sumberdana yang tersed ia terbatas. Diantaranya melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber dana kec il atau tanpa sumber dana sepert i pengkoord inasian penyampa ian informas i secara terjadwal oleh dinasdinas yang ada d i Kabupaten Aceh Tengah radio yang dikelola Infokom. Kegiatan yang memerlukan sumber dana yang besar sangat terbatas pelaksanaannya , bahkan bulet in yang telah ada sejak Departemen Penerangan mas ih eksis, saat ini berhent i terbit. Disamping keterbatasan dana SDM yang mengelola bulet in tersebut pindah ke Humas untuk menangan i tabloid Humas. Sebagai lembaga yang memilik i sumber dana yang cukup besar , humas bisa lebi h produktif menghas ilkan keluaran dalam melaksanakan tugas yang d iembannya. Keluaran humas yang cukup menonjol adalah terlayan inya kebutuhan wartawan untuk memperoleh informas i melalui humas, lancar dalam berkoordinasi dengan satuan atau un it kerja di pemer intah Kabupaten. Humas juga menghas ilkan tabloid yang peredarannya cukup besar mesk i masih di lingkungan pegawa i pemer intah. G. Pembahasan
Berdasar uraian d iatas, dapat ditar ik satu model teor itis pelaksanaan s istem informas i. Model teor itis yang dimaksud digambarkan sebaga i ber ikut : Kebi jakan otonomi daerah member i kewenangan lebih besar kepada daerah. Kewenangan yang lebih besar ini diharapkan membuat daerah mand ir i dalam mengurus kepent ingan masyarakat berdasarkan asp irasi masyarakat setempat. Disamping itu dengan kewenangan lebih besar diharapkan daerah mampu menemukan masalah yang mencatat d i daerahnya dan sekaligus mampu mencar i solusi terba ik sesua i dengan kondisi dan karakter istik daerah. Kemandir ian daerah ini diharapkan dapat mencapa i apa yang diharapkan dapat mencapa i apa yang menjadi tujuan kebi jakan otonom i daerah, yang salah satunya pen ingkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Kebi jakan otonomi daerah melahirkan sistem informas i di daerah sesua i dengan apa yang di putuskan bersama antara Pemer intah Kabupaten dan DPR D menjadi Peraturan daerah (Perda). Di Kabupaten Sistem informas inya dilaksanakan oleh Humas dan Kantor Infokom. Tujuan adanya dua lembaga yang menangan i informas i ini adalah untuk meningkatkan pelayanan informas i kepada masyarakat. Di bentuknya Humas idantaranya sebaga i juru bicara pemer intah, melakukan hubungan t imbal balik antar pemer intah daerah dengan masyarakat umum dan organ isasi kemasyarakatan untuk memperjelas kebi jakan dan kegiatan pemer intah daerah, melakukan hubungan intern dengan satuan dan un it kerja di lingkungan Pemer intah Daerah, melaksanakan usaha untuk pen ingkatan peli putan kegiatan-keg iatan yang dilaksanakan oleh pemer intah maupun masyarakat dan melaksanakan koord inasi/kerja sama dengan organisasi kewartawanan. Sementara tugas Kantor Infokom adalah melaksanakan sebag ian urusan rumah tangga daerah di bidang informasi dan komunikasi yang meli put i informas i, media informas i dan publikasi. 9
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Sistem Informasi di Pemerintah Kabupaten ¥
¥
§
¡
¢
§
£
¤
¦
D
§
¨
¥
¦ ©
£
¥ ¡
!
£
¨
¡
©
TUJUA N :
!
"
(
y
HUMAS
MENINGK ATK A N
y
INFOKOM
PELAYA NA N
¥
¥
¥
¡
¥
¦
¦
§ ¥
£
£
¦
©
INFOR MASI
KINERJA !
!
#
"
# "
%
D !
&
!
'
PELAK SA NAA N SISTEM INFOR MASI :
#
$
y
INPUT
y
PROSES
y
OUTPUT
OTONOMI SISTEM INFOR MASI : HUMAS
DA N
H. Kesimpulan
1. Perlunya kerjasama antar Humas dan Kantor Infokom dengan semua p ihak utamanya Dinas/Badan/Kantor di Pemer intah Kabupaten untuk member ikan pelayanan informas i pada yang membutuhkan pelayanan. 2. Sarana, prasarana dan sumber dana yang terbatas d i Kantor Infokom membuat has il akhir atau keluaran berupa hasil dan produkt if itas kerja cukup terbatas, sementara di Humas karena sarana, prasarana, anggaran operas ional yang dimilik i bisa untuk membiaya i kegiatan yang dilakukan, produktif itasnya cukup besar. 3. Kegiatan Humas yang banyak berhubungan dengan un it kerja di Pemda yang memili k i tingkat eselon yang leb ih tinggi bisa menjadi hambatan bagi humas mesk i gengsi posisi humas cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Gelinas, Oranda Wiggins, Information System Theory and Practice , New York , 1990. Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 52 Tahun 2002 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 22 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Tataruang, Sekretariat Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 8 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 26 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Kantor Kepala Daerah . R iwu Kaho, Yosep, Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia , R ineka Ci pta, Jakarta, 1987. Suryadi dan Budimansah, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta, Kanisius. Shrode, William A and Dan Voich, Jr , Organisasi and Management; Basic System Conceps, or win Book , co, Malaysia, 1974. Tatang M. Amiran, Pokok-Pokok Teori Sistem, PT Raja Graf ika Persada,Jakarta,2001.
10
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
TELEPON SELULER DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MASYARAKAT PEDESAAN 2 (Studi Di Desa Pertumbukan, Kecamatan Wampu,Kabupaten Langkat) Oleh Budiman ** Abstrak Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Satu diantaranya adalah telepon seluler (telepon seluler, disamping tren teknologi ini terus berkembang, juga dari aspek pemanfaatannya telah merambah hingga ke pedesaan. Hampir setiap orang menjadikan telepon seluler ini sebagai kelengkapan sehari-hari sebagai media komunikasi. Penelitian ini bersifat deskriptif yakni hanya memaparkan situasi dan peristiwa apa adanya dengan memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok pada masyarakat Desa Pertumbukan bagaimana dalam memanfaatkan telepon seluler. Pemanfaatan telepon seluler ini berdasarkan aspek-aspek kebutuhan yang diadopsi dari asumsi-asumsi Teori Uses and Gratifications yang sudah lazim digunakan untuk meneliti media komunikasi modern yang berkonvergensi. Hasil temuan penelitian berdasarkan kebutuhan informasi, diversi, identitas personal dinyatakan bahwa telepon seluler sarana media untuk berkomunikasi yang dibutuhkan dan telah membantu masyaraka pedesaan. Kata Kunci : Telepon Seluler ,Efektivitas Komunikasi,dan Masyarakat Pedesaan.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan rambahan teknologi komunikasi berupa telepon seluler (telepon seluler) yang semak in pesat dan maju t idak dapat k ita hindar i. Tidak ada khalayak yang secara tegas menolak hadirnya teknologi yang banyak diminati oleh berbaga i kalangan tersebut. Secara t idak langsung memang teknologi komunikasi membawa berbaga i keuntungan bagi mereka penggunanya. Perkembangan jen is telepon seluler semak in har i semak in meningkat. Mula i dar i fasilitas yang disediakan sampa i bentuknya. Perkembangan pesat dalam dunia sistem komunikasi k ita tentunya akan mengubah pola komun ikasi yang terjadi di masyarakat selama ini. Sebelumnya nyar is sistem komunikasi yang berkembang di Indonesia masih memaka i peralatan sederhana (media tradisional maupun tatap muka). Akan tetap i delapan tahun terakhir , Indonesia dirama ikan dengan pola komunikasi melalui telepon seluler atau biasa disebut dengan HandPhone (HP). Bagi orang komunikasi, menyebutnya dengan komunikasi seluler. Melihat data perkembangan pengguna telepon seluler d i Indonesia terus berkembang pesat dar i tahun ke tahun, sebaga i ber ikut:
2
Telah diseminarkan pada tanggal 10 Juli 2008 di Pematangsianta r dalam acara Seminar Peningkata n, Pengembang an SDM Penel iti Kominfo Menuju Masyarakat Informasi Sumatera Utara., dan diseminarkan pada ta nggal 30 Oktober ± 1 November 2008 di Cisarua, Bogor dalam acara Temu Ilmiah Peneliti X Badan Penelitian Dan Pengemban gan SDM Depkominfo RI ** Penulis adalah Peneliti Pertama bidang Komunikasi Sosial pada B BPPKI Medan
11
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Data Perkembangan Pengguna Telepon seluler Di Indonesia
Sumber : http://data.un.org/ diakases tgl 12/5/08 Dan hingga sampa i tahun 2007 telah terdapat 8 5 juta pelanggan telepon seluler dan sementara hanya 10 juta pelanggan telepon tetap ( fixed ) di Indonesia (http://www.pintunet.com/l ihat_opini.php?pg= 2007/10/ 27102007/65568 - diakses tgl 11/4/08). Kepintaran, kecanggihan dan fas ilitas yang dimilik i oleh teknologi komunikasi menjadi tolok ukur seberapa besar fungs i dan kebutuhan dar i teknologi komunikasi itu bagi penggunanya tanpa memik irkan dampak yang akan t imbul dar i pemakaian teknologi tersebut. Secara nyata jelas terlihat bahwa teknologi komunikasi member ikan keuntungan yang sangat besar bagi penggunanya terutama dalam hal berkomun ikasi (komun ikasi tidak lagi rumit sepert i dulu). Teknologi telekomunikasi membuat dunia semak in dekat dan menyatu karena waktu dan jarak semak in pendek , pergerakan informasi berjalan dengan cepat dan menyebar sesuai dengan tujuan tergantung s iapa yang membutuhkan. Dar i pra-r iset yang dilakukan peneliti (19-22 Februar i 2008) di Desa Pertumbukan, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat di peroleh gambaran tentang pola penggunaan telepon seluler oleh masyarakat desa tersebut yakn i, secara umum member ikan kontr i busi yang ba ik dalam kecepatan mendapatkan informasi. Namun kalau di perhatikan secara seksama pola penggunaan telepon seluler berdasarkan mot if jelas berbeda dar i aspek sosiodemograf is masyarakat. Ada yang menggunakan untuk kelancaran usaha/n iaga hasilhas il bumi atau pertanian, silaturahmi dengan keluarga atau teman, sebagai hi buran dan lain sebagainya. Namun dengan memilik i telepon seluler juga telah menambah b iaya pengeluaran bagi setiap keluarga terutama untuk pembel ian pulsa, hal ini masyarakat menjadi konsumt if . Belum lagi berkembangnya model telepon seluler dar i berbaga i merek dagang yang semak in canggih dan terus bergul ir yang menggoda konsumen melalu i iklan dengan mengka itkan terhadap gaya hidup tertentu. Baga imana tentang pola penggunaan telepon seluler dan sikap masyarakat desa, penulis merasa tertar ik untuk melakukan penel itian. Permasalahan Dar i fenomena yang terjadi pada masyarakat di atas maka untuk mencar i informasi tersebut di rangkum dalam pertanyaan sebaga i ber ikut : Baga imanakah penggunaan dan s ikap masyarakat Desa Pertumbukan terhadap telepon seluler ? Tujuan
Untuk mengetahui baga imana penggunaan telepon seluler dan s ikap masyarakat Desa Pertumbukan. 12
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Manfaat
Secara praktis, hasil penelitian ini walau dalam cakupan wilayah penelitian yang kecil diharapkan dapat di jadikan masukan bagi pemer intah melalui Depkominfo untuk mengkaj i stategi perkembangan TIK khususnya telepon seluler dalam hal tren penggunaannya. Dan secara teoret is, Penelitian ini diharapkan dapat member ikan sumbangan pemik iran pada studi Ilmu Komunikas i dan untuk mengetahu i perkembangan serta penerapan teor i uses and gratif ication, dimana dalam penel itian ini berusaha untuk menggambarkan motif kebutuhan dalam penggunaan telepon seluler bag i masyarakat pedesaan. Dar i penelitian ini juga diharapkan dapat member ikan kontr i busi bagi perkembangan studi komunikasi serta mampu memperkaya var ian, alternatif rujukan juga sebaga i khasanah referensi dalam penelitian-penelitian tentang khalayak di masa mendatang terhadap pemanfaatan industr i teknologi komunikas i dan informasi, terutama telepon seluler. KAJIAN TEORETIS Kajian Pustaka Inovas i besar di bidang teknologi informasi dan komunikasi dalam empat dekade terakhir ini adalah ditemukannya telepon seluler atau handphone (HP). Telepon seluler telah berkembang secara fenomenal, baik dar i model/merk maupun dar i jumlah pengguna. Goswami dalam tulisannya ³ Sustainability Proyek Harus Dipikirkan´, mencontohkan jumlah produksi telepon seluler mencapa i 6,6 juta; dan investas i di bidang infrastruktur telepon seluler sangat agres if dilakukan oleh berbaga i operator. Pada tahun 2006 nilai investasi infrastruktur telepon seluler yang d ilakukan operator lebih dar i US$ 2,5 miliar. Di sini, para operator melakukan ekspans i jar ingan. Salah satu contoh gambaran lengkapnya sebaga i ber ikut: sejak tahun 2005, Telkomsel menambah BTS-nya dar i 7.741 menjadi 12.156 sehingga terdapat pertumbuhan sebesar 57% (http://www.majalahindonesia.com /divakar_ goswami.htm ). Bidang komunikas i sekarang ini sedang mengalami perubahan besar. Karena med ia teknologi baru yang member i banyak kemudahan bagi pengguna , konsep dasar komun ikasi massa mengalami perubahan. Teor i komunikasi massa butuh penyesua ian dan beradaptas i dengan perubahan-perubahan itu. Teor i-teor i yang sudah ada mungk in masih bisa d i pakai, tetapi yang la in mungk in memerlukan modif ikasi untuk menyesua ikan dengan l ingkungan baru ini (Sever in dan Tankard, 2005) Terkait dengan pola penggunaan telepon seluler , teor i Uses and Gratification dianggap tepat sebaga i acuan untuk memahaminya. Teor i ini mengusulkan bahwa khalayak (pengguna) mema inkan peran dalam pemilihan dan penggunaan med ia. Khalayak berperan aktif dalam mengambil bagian dalam proses komun ikasi dan dior ientasikan pada tujuan penggunaan media. Menurut pencetus teor i ini, Blumler dan Katz (1974) mengutarakan bahwa seorang pengguna media mencar i sumber media yang terba ik guna memenuhi kebutuhan mereka. Uses and Gratifications mengangkat bahwa pengguna memilik i pilihan pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhan mereka (http://www.uky.edu/~drlane/capstone/contexts.htm ). Teor i ini berpandangan bahwa manusia menggunakan media karena dianggap memilik i manfaat baginya. Manusia sebaga i individu akt if dan memilik i tujuan, mereka bertanggung-jawab dalam pem ilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuh i kebutuhan dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan baga imana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka. Per ilaku ini biasanya di pengaruhi oleh predispos isi sosial dan psikologinya. Tentang hal ini Katz dan Blumer mengatakan sebaga i ber ikut :
13
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
The social and psychological origins of, Needs which generate,Expectation,The mass media or other sources which lead to,Diffferential pattern of media exposure (or engagement in other activities)resulting in,Need perhaps mostly unitended ones. (Pendekatan Uses and Gratification berhubungan dengan kebutuhan sos ial dan psikologis yang membentuk harapan pada media massa atau sumber la in yang mengak i batkan pola terpaan media yang berla inan yang menghas ilkan kepuasan dan konsekuensi ± konsekuens i lain yang t idak diinginkan) (Katz, Blumer , Gurevitch, 1994). Sejak dicetuskan pertama kali pendekatan ini terus mengalami penyempurnaan oleh para ahli komunikasi melalui berbagai jenis penelitian. Walaupun mereka menggunakan sudut pandang metodolog i yang berbeda-beda , namun secara global dapat d ikatakan bahwa pendekatan Uses and Gratification memilik i asumsi bahwa audien di pandang aktif , memilik i kebutuhan kebutuhan tertentu, tersedianya berbagai alternat if komunikasi, dan secara sadar audien memilih saluran komunikasi dan pesan±pesan pal ing memenuhi kebutuhanya (Elihu Katz, dkk ,1999). Namun demik ian pemik iran tersebut jelas bahwa pendekatan Uses and Gratification merupakan kr itik dar i sudut pandang teor i-teor i yang terdahulu. Pada pendekatan ini audien tidak lagi di pandang sebagai pas if , melainkan memilik i harapanharapan dan kebutuhan±kebutuhan. Juga dalam penggunaan med ia, audien memilik i motivasi ±motivasi tertentu ya itu mencar i pemuasaan atas dasar kebutuhannya terhadap med ia massa tersebut. Katz dan Blumer selanjutnya mengemukakan ada beberapa faktor sos ial yang menyebabkan t imbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan med ia, yaitu : Social situation produces tensions and conflict, leading to resure for their easement via mass media consumption (Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan pertentangan. Orang berusaha melepaskan d ir inya dar i hal itu dengan mengkonsums i media massa ). Social Situation creates an awareness of problem that demand attention, information about which may be sought in the media. (Situasi sosial menci ptakan kesadaran akan adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhat ian dan informas i. Informas i itu dapat dicar i lewat media ). Social situation gives to rise certain values, the affirmation and reinforcement of which is facilitated by the consumption media material ( Situasi sosial member ikan dukungan dan penguatan pada nilai ± nilai tertentu melalui konsums i media yang selaras ) (Katz, Blumer , Gurevitch, 1974) . Perkembangan lebih lanjut penggunaan teor i Uses and Gratifications banyak diterapkan pada penelitian penggunaan med ia baru sepert i internet ( computer mediated communication) bahkan pada telepon seluler. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Louis Leung dan Ran Wei (2000) mempelajar i Kegunaan dan Kepuasan pada telepon seluler. Leung dan Wei tertar ik tentang mengapa orang menggunakan telepon seluler dan apakah alasan mereka yang berbeda dar i mengapa mereka menggunakan telepon kabel dan jar ingan. Selanjutnya, Leung dan Wei mengamati, serupa dengan pemyataan G ilder , bahwa "telepon seluler baru menggambarkan suatu konvergens i teknologi hi br id ket ika ia mengaburkan batasan antara industr i telekomunikasi dan penyiaran. Simpulan studi yang dilakukan Leung dan Wei mengindikasikan bahwa teor i Kegunaan dan Kepuasan, khususnya ket ika dikombinasikan dengan teor i lainnva, Difusi Inovasi ( Difusion of Innovations), dapat menjelaskan penggunaan telepon seluler. Kemampuan Leung dan Wei untuk menerapkan teor i Kegunaan dan Kepuasan pada teknologi baru di jelaskan oleh pengamatan Shanahan dan Morgan (1999) bahwa terdapat "kons istensi lingkungan dar i isi pesan yang k ita konsums i dan pada sifat dasar dar i lingkungan s imbolik di mana k ita hidup" mesk i jika terjadi perubahan distr i busi teknologi. Siranahan dan Morgan menambahkan bahwa teknologi baru selalu dikembangkan dengan mengadops i isi pesan dar i teknologi dominan sebelumnya.(West dan Turner , 2008)
14
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Dar i studi Louis Leung dan Ran Wei (2000) yang menggunakan teor i ini juga menyatakan bahwa mobilitas, kek inian, dan intrumentalitas yang terdapat pada telepon seluler merupakan intrumen mot ivasi yang kuat yang d iikuti dengan rasa ikatan kekeluargan atau sosial. Manfaat kepuasan langsung juga dapat d irasakan oleh penggunanya , dimana dan kapan saja (Leung dan We i, 2000). Mengenai fungs i media massa terhadap pemenuhan kebutuhan aud ien tersebut, Harold D Laswell pernah mengajukan 3 fungsi media yaitu yaitu pengawasan (Surveyllance), korelasi (Correlation), dan transmisi budaya atau sosialisasi (Cultur Transmission and Socialisation ). Tiga fungsi ini kemudian ditambah oleh Charles Wright yaitu fungsi hi buran ( Entertaiment ). Di sini media dianggap member ikan hi buran, kesempatan melar ikan dir i dar i kesi bukan sehar i-har i, informas i dan lain sebaga inya. Menurut Stephenson media massa hanya memenuhi satu jenis kebutuhan saja, yaitu memuaskan hasrat bermain atau melar ikan dir i dar i kenyataan. Sedangkan menurut Wilbur Scramm, media massa memenuhi kebutuhan akan hi buran dan informasi . Ahli komunikasi lainnya menyebutkan dua fungs i; media massa memenuhi kebutuhan akan fantas i dan informasi ± menurut Weiss; atau hi buran dan informas i ± menurut Wilbur Schramm. Yang lain lagi menyebutkan tiga fungs i media massa dalam memenuhi kebutuhan, surveillance (pengawasan lingkungan) , correlation (hubungan sosial), dan hi buran dan transmisi kultural ± sepert i yang dirumuskan oleh Harold dan Charles Wright . Motif kognitif menekankan kebutuhan manus ia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapa i tingkat ideasional tertentu. Motif afekt if menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapa i tingkat emosional tertentu (Rahmat, 2000 ). Kebutuhan kognitif menekankan pada kebutuhan akan informas i dan pencapa ian tingkat ideasional tertentu, sedangkan kebutuhan afekt if ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang menggerakan manus ia mencapai tingkat perasaan tertentu. Sejumlah ahl i media akhirnya mula i beralih dar i sekedar mengumpulkan jenis jenis kebutuhan aud ien kepada suatu model penelitian baru karena dar i hasil±hasil studi mereka menunjukkan jenis± jenis kebutuhan yang sama. Dengan demik ian kecenderungan penel itian tentang Uses and Gratification mula i bergeser dan bertambah maju. Perkembangan ini diawali oleh penelitian Palmgreen dan Rayburn pada tahun 1979, yang membedakan antara Gratification Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO), yaitu apa yang diharapkan audien dar i media massa dengan apa yang d i perolehnya dar i media tersebut. Dalam teor i Uses and Gratification yang dikembangkan oleh Palmgreen dan Rayburn, kebutuhan atau mot if yang menuntun seorang individu untuk menggunakan suatu med ia di pandang sebagai Gratification Sought atau kepuasan yang dicar i atau diharapkan ( Dimmick , 1984). Tetapi seperti yang di jelaskan Blumer (1994), fungs i ±fungs i ini belum cukup untuk menggambarkan seluruh fungs i yang ada. Para penel iti media massa kemudian mencoba mengumpulkan seluas dan sebanyak mungk in daftar±daftar kebutuhan sos ial dan psikologis yang dianggap audien sebaga i terpenuhi dengan memanfaatkan media massa. Dan setelah mengamati hasil±hasil yang di peroleh dilapangan, ternyata terdapat jenis±jenis kebutuhan yang set iap kali muncul walaupun sampelnya berbeda-beda. Jen is-jenis kebutuhan ini kemudian oleh para ahli dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Secara umum kebutuhan yang ser ing disebut dan digunakan oleh para penel iti media adalah, ³ Surveyllance´ (pengawasan), ³ Relaxation´ (relaksas i), ³ Diversion´ (pelepasan), ³ Knowledge ´ (pengetahuan), ³ Entertaiment ´ (hi buran), dan ³ Interpersonal Utility´ (kegunaan pr i badi) (Palmgreen, 1981, dan Dimmick , 1984) . Kemudian r iset lebih lanjut yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan, mereka menemukan empat t i pologi motivas i khalayak yang terangkum dalam skema media ± persons interactions sebagai ber ikut : Diversion, yaitu melepaskan dir i dar i rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emos i; Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sos ial; Personal identity, yaitu referens i
15
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
dir i; eksplorasi realitas; penguatan nilai; Surveillance (bentuk-bentuk pencar ian informasi) (dalam Junaedi, 2005, http://komun ikasimassa-umy.blogspot. com). Dar i berbagai jenis kebutuhan tersebut, William J Mc Guire (dalam Muchat i 1972) kemudian mengelompokan jenis-jenis kebutuhan tersebut menjad i 2 dimensi, yaitu kebutuhan yang bers ifat afektif (yang berka itan dengan perasaan) dan kebutuhan kogn itif (yang berkaitan dengan pengetahuan). Mengena i kebutuhan kognitif dan afekt if Nurudi n menjelaskan, kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berka itan dengan peneguhan informas i, pengetahuan, dan pemahaman mengena i lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasa i lingkungan , juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyel idikan k ita. Kebutuhan afekt if adalah kebutuhan yang berka itan yang berka itan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estet is, menyenangkan, dan emosional. (Nurudin, 2007) Kemudian dar i teor i Utilitar ian memandang individu sebaga i orang yang memperlakukan set iap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informas i yang berguna atau keterampilan baru yang d i perlukan dalam menghadapi tantangan hidup. Dalam konsep ini hidup di pandang suatu medan yang penuh tantangan , tetapi yang juga dapat diatasi dengan media massa. Komunikasi massa dapat member ikan informas i, pengetahuan dan keterampilan. Ada berbaga i kebutuhan yang di puaskan oleh media massa. Pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat di puaskan oleh sumber-sumber la in sela in media massa. K ita ingi n mencar i kesenangan, media massa dapat member ikan hi buran. K ita mengalami goncangan batin, media massa member ikan kesempatan untuk melar ikan dir i dar i kenyataan. K ita kesepian, dan media massa berfungs i sebagai sahabat. Tentu saja, hi buran, ketenangan, dan persahabatan dapat juga di peroleh dar i sumber-sumber la in sepert i kawan, hobi, atau tempat i badat (Rahmat, 2000). Elemen ³pola terpaan media yang berla inan´ pada Teori Uses and Gratifications berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena mengacu pada keg iatan menggunakan media (Kr iyantono, 2006). Selanjutnya terpaan media menurut Rosengreen (1974), dapat dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbaga i jenis media, isi media yang dikonsums i, dan berbaga i hubungan antara individu konsumen med ia dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan (Rahmat , 2001). Sedangkan menurut Sar i (dalam Kr iyantono 2006) dapat dioperasionalkan menjadi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan, maupun duras i penggunaan . Efek diartikan sebaga i semua jenis perubahan yang terjadi didalam dir i seseorang setelah mener ima sesuatu pesan komun ikasi dar i suatu sumber. Perubahan yang d imaksud dapat meli put i perubahan pengetahuan, sikap, dan pr ilaku nyata. (Wiryanto, 2000). Pada teor i Uses and Gratifications, manusia yang berperan dalam menentukan efek med ia. Teor i ini digambarkan sebaga i ³a dramatic break with effects traditions of the past ´, suatu loncatan dramatis dar i model Jarum Hi podermik. Menurut Steven M. Chaffe (dalam Rahmat, 2004) efek media massa akan menyebabkan perubahan yang terjad i pada dir i khalayak , seperti pener imaan informas i, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan pr ilaku (dengan istilah lain, perubahan kognitif , afektif dan behavioral).
Ada 3 macam efek komunikasi massa, antara lain: Efek Kognitif: terjadi bila ada perubahan pada apa yang d iketahui, di pahami atau di persepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informas i. y
16
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Efek Afekt if : timbul bila ada perubahan pada apa yang d irasakan, disenangi atau di benci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emos i, sikap atau nilai. Efek Behavioral : merujuk pada per ilaku nyata yang dapat d iamati, meli put i pola-pola tindakan, kegiatan dan kebiasaan berper ilaku (Rakhmat, 2004). Berbagai keuntungan relatif yang dirasakan dar i telepon seluler yang mengunggul i telepon tetap karena mob ilitas dan ef isiensinya yang lebih besar. AM Townsend ( 2000) menyatakan, di negara-negara berkembang telepon seluler telah mengurang i kesenjangan berkomunikasi di masyarakat. Penelitian yang dilakukan International Telecommunication Union (2001) menemukan bahwa jumlah penggunaan telepon seluler d i 100 negara-negara misk in melampaui telepon tetap dan komputer , karena harga telepon seluler terjangkau. Pemanfaatan telepon seluler berbeda pada set iap kelompok masyarakat. Bag i pelaku bisnis, telepon seluler lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang berka itan dengan pekerjaan. Kalaupun digunakan untuk hal-hal yang s ifatnya menghi bur , biasanya dilakukan pada waktu senggang. ( Fr itz E Simandjuntak dalam http://www.kompas.com/kompascetak/0405/05/telkom/1002910htm ). Menurut data majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003) berdasarkan surve i Siemens Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja us ia 15-19 tahun dan pasca-remaja lebih senang mengir im dan membaca SMS (Short Messege Service) dar i pada membaca buku, majalah atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui telepon seluler sepert i pengir iman SMS ternyata berdampak buruk untuk menurunkan m inat baca masyarakat. Ini bisa d ikatakan pula bahwa budaya baca yang sudah terancam dengan budaya dengar dan l ihat diancam lagi oleh budaya mengir im SMS. SMS dalam hal ini lebih berfungs i sebagai hi buran saja. Bahkan menurut data Kompas ( 4 Apr il 2003) yang melakukan street polling yang dilakukan pada 100 remaja SMU d i Jakarta, Bogor , Bandung, dan Semarang menunjukkan bahwa 51 persen mereka mengir im SMS 11-20 kali, 35 persen 2-10 kali dan 14 persen lebih dar i 20 kali sehar i. Data yang merupakan fenomena ini jelas menjadi salah satu potret dampak komunikasi melalui telepon seluler. Bahkan, sebesar 73 persen mereka mengeluarkan biaya untuk membeli voucher perbulannya sek itar 100-200 r i bu, 9 persen antara 201-300 r i bu dan 8 persen lebih dar i 300 r i bu perbulan. Ini artinya bahwa di samping menurunkan minat baca, telepon seluler juga mengarahkan masyarakat untuk h idup konsumt if. Bahkan menurut data dar i penelitian ³Survei Siemens Mobile Phone´ 58 persen orang Indones ia lebih memilih mengir im SMS dar i pada membaca buku , (Nurudin, 2005). Ini adalah dampak dar i segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Hand Phone/ telepon seluler. y
y
Konseptual
Dalam proses komunikasi di bagi menjadi dua bagian yakni secara primer dan sekunder . Proses komunikasi secara pr imer adalah proses penyampa ian pik iran dan atau perasaan seseorang kepada orang la in dengan menggunakan lambang (s imbol) sebaga i media. Lambang sebaga i media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, k ial, isyarat, gambar , warna dan la in sebaga inya yang secara langsung mampu ³menerjemahkan´ p ik iran dan atau perasaan komun ikator kepada komunikan. Kemudian sekunder adalah proses penyampa ian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebaga i media kedua setelah menggunakan lambang sebaga i media pertama. Seorang komun ikator menggunakan media kedua (sekunder) dalam melancarkan komun ikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relat if jauh atau jumlahnya banyak. Surat , telepon (telepon seluler), teleks, radio f ilm, tv, dan banyak lagi adalah media kedua yang ser ing digunakan dalam komunikasi. (Onong,2000).
17
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Menurut Shannon dan Weaver (19 49) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama la innya, sengaja atau t idak. Sementara Haf ied Cangara (1998) mengatakan bahwa komun ikasi adalah sebuah proses d imana dua orang atau lebi h membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama la innya , yang pada gilirannya akan t i ba pada saling pengert ian yang mendalam. W ilbur Schramm melalui hasil penelitiannya di negara-negara berkembang membuat laporannya pada tahun 19 64 yang berjudul Mass media and National Development : The role of information in developing countries, yang isinya menyatakan media massa dapat berpengaruh dalam beberapa hal , yang paling pokok adalah dapat membantu menyebarluaskan informas i tentang pembangunan, dapat mengajarkan melek huruf serta keteramp ilan lainnya yang memang di butuhkan untuk pembangunan masyarakat dan menjadi penyalur suara masyarakat agar mereka turut amb il bagian dalam pengambilan keputusan di negaranya (Schramm, 1964). Kehadiran media tidak selalu menar ik perhatian masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh McLuhan (19 64) yakni kehadirannya umumnya adalah sebaga i the extention of man , eksistens i manusia. Artinya , kodrat, pembawaan, dan kebutuhan manus ia adalah berkomunikasi. Seperti dalam menyatakan dir i, berbicara, mener ima dan mengir im pesan , memahami apa yang dilihat dan didengar , ketika berada dalam suatu lingkungan dan bercengkerama dengan lingkungan serta dengan proses tersebut , manusia menyatakan dan mengembangkan per ikehidupan yang bermasyarakat. Mencermati beberapa fungs i media massa yang ditulis Alamsjah Ratu Perwiranegara dalam Raf iq (1989) meli put i fungs i informatif , instrukt if , edukatif , persuasif , integratif , dan rekreatif. Berdasarkan fungs i-fungsi ini dapat disimpulkan bahwa media massa sebaga i media pembangunan atau proses perubahan ke arah kond isi kehidupan yang lebih baik. Menurut Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave (1990) membagi tiga tahap perkembangan peradapan manusia yakni Agr icultural, industr ial, dan informat ion. Pendapat ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi memilik i andil dan sumbangan yang sangat besar dalam pembangunan. Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya , komunikasi bermedia mengalami kemajuan pula dengan perkembangan teknolog i informasi dan komunikasi (TIK). Pentingnya peranan media (media sekunder) dalam proses komunikasi disebabkan oleh ef isiensinya mencapa i komunikan dimana, dan kapan saja. Telepon genggam ser ingnya disebut handphone (disingkat HP) atau disebut pula sebaga i telepon selular (disingkat ponsel) adalah perangkat telekomunikas i elektronik yang mempunya i kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line konvensional, namun dapat di bawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan t idak perlu disambungkan dengan jar ingan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jenis jar ingan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System For Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access ). Selain berfungs i untuk melakukan dan mener ima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunya i fungs i pengir iman dan pener imaan pesan s ingkat ( short message service, SMS). Mengikuti perkembangan teknologi digital, k ini ponsel juga dilengkapi dengan berbaga i pilihan f itur , sepert i bisa menangkap s iaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet (WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam (prov ider) di beberapa negara yang menyed iakan layanan generas i ketiga (3G) dengan menambahkan jasa videophone, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon genggam mereka. Sekarang , telepon genggam menjadi gadget yang multifungs i. Selain f itur-f itur tersebut, ponsel sekarang sudah d itanamkan f itur komputer . Jadi di ponsel tersebut, orang bisa mengubah fungs i ponsel tersebut menjadi mini komputer . Di dunia bisnis, f itur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan semua
18
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
pekerjaan di satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut d iselesa ikan dalam waktu yang singkat (http:// id.wik i pedia.org/wik i/Telepon _genggam). Pengembangan teknologi telekomunikasi terutama jenis telepon seluler ini membuka lebar penyampa ian informas i dan komunikasi secara lebih mudah dan ef isien, sehingga dapat memfasilitasi masyarakat dalam berkomun ikas i dan membantu memperoleh informasi dengan cepat dan tak terbatas. Dengan demik ian, perkembangan ponsel akan lebih mengef isienkan waktu dan s istem kerja di bandingkan dengan komun ikasi/ informas i secara manual, yang membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang terbatas. Dengan memilik i keunggulan dalam efes iensinya ini, ponsel menjadi salah satu fenomena komun ikasi bermedia yang terus berkembang serta semak in di butuhkan oleh masyarakat. Masyarakat memilik i kebutuhan dan mot if beraneka ragam berdasarkan karakter istiknya sosialnya Blumler , Katz dan Gurevitch membuat ti pologi kebutuhan manus ia yang berhubungan dengan penggunaan med ia yakni : kebutuhan kogn itif , afektif , integratif pesan, integratif sos ial dan kebutuhan akan pelar ian. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dan di puaskan melalui media massa dan sumber la in. Melalui sumber la in, yakni kebutuhan ini terpenuhi dengan hubungan keluarga , teman, komunikasi interpersonal, maupun mengis i waktu luang dengan berbaga i cara. Definisi Operasional Telepon seluler dalam penelitian ini adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunya i kemampuan dasar yang sama dengan telepon f ixed line konvensional, namun dapat di bawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan t idak perlu disambungkan dengan jar ingan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Efektif itas komunikasi dalam penelitian ini dimaksudkan penyampa ian/pener imaan informas i dan komunikasi secara lebih mudah dan ef isien, dalam memfasilitasi masyarakat dalam berkomunikasi dan membantu memperoleh informas i dengan cepat dan tak terbatas. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat desa adalah masyarakat yang merupakan penduduk Desa Pertumbukan , Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pertumbukan, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskr i ptif yakni hanya memaparkan s ituasi dan per istiwa apa adanya, tanpa mencar i dan menjelaskan hubungan, tidak menguji hi potesa atau membuat prediksi. Dengan kata la in dalam penelitian ini hanya member ikan gambaran secermat mungk in mengena i suatu individu, keadaan, gejala , atau kelompok tertentu. Populasi Dan Sampel
Populas i dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat t inggal di Desa Pertumbukan, yang memilik i dan menggunakan telepon seluler sebaga i salah satu sarana media komunikasi. Data pra-r iset (19-22 Februar i 2008) di Desa Pertumbukan terdata 263 orang yang telah memilik i telepon seluler , dalam hal ini merupakan sebaga i populasi. Dan pengambilan sampel mengacu pendapat Winarno Surakhmad (1998) yakn i sebesar 20% , karena populasi dianggap homogen, maka di peroleh sampel sebesar 263 x 20% = 54 orang. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara probability, dengan acak sederhana.
19
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penel itian ini yakni : Data Pr imer; di peroleh melalui kuisioner yang di ber ikan kepada sampel terpilih. Disamping itu juga dilakukan wawancara terstruktur kepada beberapa sampel untuk memperkuat data yang terkumpul melalui kuisioner. Data Sekunder; di peroleh melalui buku-buku, has il-hasil penelitian terdahulu, makalah, suratkabar , dan pencar ian informasi melalui internet. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul seluruhnya akan d itabulasikan ke dalam tabel tunggal dan juga membuat beberapa tabulas i silang berdasarkan tujuan penel itian. Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap : Membuat tabel distr i busi frekuensi (f) dan prosentas i (%) serta interpretasi untuk keseluruhan data penelitian selanjutnya mengadakan d iskus i dan pembahasan has il temuan data penel itian Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Wampu merupakan daerah pemekaran yang d iatur dalam Peraturan Pemer intah Republik Indones ia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pembentukan 13 (tiga belas) Kecamatan di wilayah kabupaten daerah t ingkat II Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba Samosir , Labuhan Batu, dan Langkat, dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Wampu merupakan pemekaran dar i sebagian wilayah Kecamatan Stabat. Pada awal pembentukan kecamatan ini meli puti : Desa Bingai; Gohor Lama; Stabat Lama; Besilam; Kebun Balok; Buk it Melintang; Gergas; Stabat Lama/ Baru; dan Sumber Mulyo ( http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/1999/043 -99.pdf ) Kemudian sek itar tahun 2006 di bentuk Desa Pertumbukan yang wilayahnya sebagian mengambil daerah Desa Buk it Melintang dan Desa Stabat Lama. Karakteristik Responden Responden yang berjumlah 54 orang dalam penel itian ini dilihat dar i aspek sos iodemograf is-nya mencakup : Us ia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Penghasilan, dan Pekerjaan. Ber ikut datanya yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Tabel 01. Usia
Tabel 02. Jenis Kelamin
Dar i tabel 01. us ia dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak terwak ili dar i kelompok umur 17-21 tahun sebanyak 31,5%, kemudian kelompok umur 22-26 tahun dan 37-41 tahun masing-masing 16,7% dan selanjutnya diikuti oleh kelompok umur 22-26 tahun dan 32-36 tahun masing-mas ing 13%. Dan tabel 02. jenis kelamin Responden dalam penel itian ini di peroleh lak i-lak i sebanyak 68,5% dan perempuan sebanyak 31,5%.
Tabel 03. Tingkat Pendidikan
Tabel 04. Penghasilan
20
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Dar i tabel 03. Tingkat pendidikan responden yang terjar ing menjadi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah tamatan SMA yakni sebesar 40,7%, kemudian d iikuti tamatan SD dan SMP pada urutan kedua mas ing-mas ing 24,1%, serta tingkat sarjana (S1) sebesar 7 ,4%. Kemudian tabel 04. mengena i Pendapatan responden yang terbanyak yakn i diantara Rp. 500.000. ± Rp. 1.000.000. , yakni sebesar 48, 1%, kemudian antara Rp. 1.000.000. ± Rp. 1.500.000. sebesar 24,1%, serta diikuti tingkat penghas ilan Rp. 1. 500.000. ± Rp. 2.000.000. sebesar 14,8%. Tabel 05. Pekerjaan
Tabel 05, Pekerjaan responden terbesar adalah sebaga i wiraswasta/ berdagang yakni sebesar 57,4%, kemudian pada kategor i lain-lain (petani, pelajar) sebesar 14, 8%, serta pegawa i swasta sebesar 13%. Kebutuhan Informasi Kebutuhan akan informasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap responden dalam pencahar ian informas i melalui penggunaan telepon seluler yang tersaj i dalam tabel, dan dapat dilihat sebagai ber ikut :
Tabel. 06 Mencar i Informas i
Tabel 07. Informas i Sosial
Dar i tabel 06, Sikap Responden dalam mencar i informasi melalui telepon seluler dinyatakan sangat setuju oleh sebesar 50% , kemudian yang menyatakan setuju sebesar 44,4% , serta dinyatakan kurang setuju oleh sek itar 3,7%. Dan tabel 07, Sebanyak 44,4% responden menyatakan setuju untuk membutuhkan informas i sosial melalui telepon seluler , kemudian sebanyak 38,9% menyatakan sangat setuju serta diikuti sikap ragu-ragu dan kurang setuju mas ing-masing sebesar 7,4%. 21
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 08.Harapan dan Kebutuhan
Tabel 09. Mengetahui Kondisi Daerah lain
Tabel 08, Mengenai penilaian responden tentang kesesua ian harapan dan kebutuhan, masingmasing sebanyak 44,4% menjawab sangat setuju dan setuju. Kemud ian sebanyak 5,6% menjawab ragu-ragu serta menjawab kurang setuju sebesar 3,7%. Dar i tabel 09, Sebanyak 48,1% responden sangat setuju dengan penggunaan telepon seluler akan leb i h mengetahui keadaan kehidupan diluar daerah. Selanjutnya sebanyak 40,7% menyatakan setuju, serta hanya 5,6% menyatakan tidak setuju. Tabel 10. Termotivasi Pelajar i daerah lain
Tabel 11. Penambahan Pengetahuan
Dan dar i tabel 10, Dengan adanya telepon seluler responden leb ih terdorong untuk mempelajar i sesuatu tentang lingkungan sek itar dan luar , untuk ini responden terbanyak menyatakan sangat setuju yakni sebesar 46,3%. Kemudian diikuti pernyataan setuju sebesar 35,2% serta pernyataan t idak setuju sebesar 7,4%. Tabel 11 Telepon seluler sebaga i dorongan sarana untuk menambah pengetahuan sesua i dengan kepet ingan, baik dar i sek itar atau luar lingkungan. Pertanyaan ini terbanyak di jawab responden sangat setuju yakn i sebesar 48,1%. Kemudian sebesar 38,9 % menjawab setuju dan diikuti sebesar 7,4% menjawab ragu-ragu. Kebutuhan Diversi
Pernyataan-pernyataan kebutuhan diversi dalam penelitian ini yang tersaji dalam bentuk tabel ber ikut : Tabel.12 Mer ingankan Beban Hidup
Tabel 13. Telepon seluler Sarana bermain
Tabel 12, Penggunaan telepon seluler untuk melar ikan dir i dar i persoalan kehidupan (mer ingankan bebab hidup) ternyata responden menjawab t idak setuju yakni sebesar 35,2%. Kemudian menjawab kurang setuju sebesar 25,9% dan diikuti menjawab setuju 16,7%.
22
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Dan dar i tabel 13, telepon seluler sebaga i sarana berma in, ternyata responden menjawab kurang setuju yakni sebesar 25,9%. Kemudian yang menjawab setuju dan t idak setuju masing-masing sebanyak 24,1%. Selanjutnya diikuti sebesar 16,7% untuk jawaban sangat setuju. Tabel 14. Menimbulkan kesenangan
Tabel.15 Meningkatkan Hubungan Silaturahmi
Dar i tabel 14, Telepon seluler menimbulkan kesenanga n untuk pertanyaan ini responden terbanyak menjawab setuju yakn i sebesar 40,7%. Kemudian jawaban sangat setuju sebesar 27,8% serta diikuti jawaban kurang setuju sebesar 1 6,7%. Kemudian dar i tabel 15, Untuk meningkatkan hubungan s ilaturahmi dengan keluarga dan teman, telepon seluler salah bentuk komun ikasi bermedia ternyata sangat membantu, untuk itu sebesar 66,7% responden menyatakan sangat setuju , dan yang setuju d inyatakan oleh responden sebesar 22,2% serta diikuti sikap ragu-ragu sebesar 7 ,4%. Tabel. 16 Mengisi waktu luang
Tabel. 17 Mencar i Persahabatan
Tabel 16, Untuk mengisi waktu luang ataupun di saat santa i telepon seluler digunakan responden bersama keluarga sem isal menghubungi atau k ir im sms kepada keluarga yang jauh dan teman, untuk itu responden sebanyak 37% menyatakan setuju, kemudian yang menyatakan sangat setuju sebesar 22,2%. Namun sebesar 18 ,5% responden menyatakan raguragu. Kemudian tabel 17, Untuk mencar i persahabatan ba ik dilingkungan sek itar ataupun di luar , responden menyatakan sangat setuju yakn i sebesar 50% dan yang menyatakan setuju sebesar 40,7%. Namun terdapat juga responden yang menyatakan ragu-ragu dan t idak setuju yakni masing-masing sebesar 3,7%. Tabel 18. Atasi Sulitnya Perekonomian
Tabel 19 . Atasi masalah kehidupan sosial
23
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Dar i tabel 18, Walau secara t idak langsung telepon seluler telah membantu responden untuk memecahkan permasalahan ekonomi keluarga dan untuk ini sebesar 31,5% menyatakan setuju dan diikuti sebesar 22,2% menyatakan sangat setuju. Selanjutnya yang menyatakan ragu-ragu sebesar 20,4%. Dan tabel 19, Walau komunikasi tatap langsung lebih member i makna dan pengaruh yang lebih besar , namun komunikasi bermedia melalui telepon seluler juga dapat membantu memecahkan masalah kehidupan sos ial (lingkungan keluarga , masyarakat, kar ir/pekerjaan, kesejahteraan) hal ini di jawab setuju oleh responden yakni sebesar 48,1% dan yang sangat setuju sebesar 18 ,5%. Namun juga terdapat pernyataan responden yang ragu-ragu yakn i sebesar 18,5%. Tabel 20. Melepaskan ketegangan (stress)
Tabel 21 . Penggunakan telepon seluler bagian gaya hidup
Tabel 20, Dalam melepaskan persoalan sehar i-har i yang dapat menimbulkan ketegangan (stress) melalui telepon seluler responden dapat menghubung i seseorang yang d ianggap dapat member ikan jalan keluar jikalau untuk menjumpa i seseorang secara langsung t idak memungk inkan. Untuk ini responden yang menyatakan setuju sebesar 40,7% dan diikuti sebesar 31,5% yang menyatakan sangat setuju. Selanjutnya terdapat responden yang menyatakan ragu-ragu yakn i sebesar 13%. Tabel 21, Penggunakan telepon seluler sudah menjad i kebiasaan sehar i-har i dan telepon seluler selalu mendampingi aktivitas responden (gaya h idup) , pernyataan ini disikapi oleh responden dengan menjawab sangat setuju yakn i sebesar 48,1% dan diikuti sikap setuju yakni 38,9%. Kemudian s ikap ragu-ragu d iakui responden yakn i sebesar 7,2%. Kebutuhan Identitas Personal
Dalam memenuhi kebutuhan indent itas personal dalam penggunaan telepon seluler dalam hasil temuan penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel dapat d ilihat sebaga i ber ikut : Tabel 22. Membantu berkreasi
Tabel 23. Kerjasama dengan pihak lain
Tabel 22, Mencar i ide/ pemik iran untuk berkreas i/berwirausaha, telepon seluler juga dapat membantu. Hal ini diakui oleh responden sebesar 57,4% menyatakan setuju dan d iikuti sangat setuju oleh sebesar 27,8%, serta yang ragu-ragu dan kurang setuju mas ing-mas ing sebesar 7,4%.
24
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 23, Keberadaan telepon seluler sudah membantu menjal in kerja sama usaha dengan pihak lain, untuk peryataan ini sebesar 53,7% responden menyatakan sangat setuju dan 29,6% menyatakan setuju, tentu saja dengan adanya teknologi ini sangat memungk inkan seseorang dapat mengubungi orang la in d i tempat yang jauh dan ini sangat efektif j ika kalau harus menjumpa inya secara langsung. Namun terdapat sebesar 11 ,1% responden yang merasa ragu-ragu. Tabel 24.Relasional dengan pihak lain
Tabel 25.Informasi aktif itas
Tabel 24, Terjalinnya hubungan dengan orang la in akan membantu untuk melancarkan/men ingkatkan kerjasama usaha/kegiatan dengan pihak lain (relasional), untuk ini sebesar 46,3% responden menyatakan sangat setuju dan yang setuju sebesar 35,2% serta responden yang merasa ragu-ragu sebesar 1 3%. Dan tabel 25, Untuk mendapatkan informas i tentang dunia usaha/kegiatan dengan pihak lain, telepon seluler bagi masyarakat desa telah sangat membantu. Untuk itu responden yang menyatakan setuju sebesar 46,3% dan sangat setuju sebesar 35,2% . Tabel 26 . Meningkatkan kerjasama usaha
Tabel 27.Tingkatkan ekonomi masyarakat
Tabel 26, Dalam membantu masyarakat melancarkan/men ingkatkan kerja sama usaha dengan pihak lain, diakui responden dengan menyatakan setuju yakn i sebesar 48,1% dan untuk sangat setuju sebesar 35,2%, serta diikuti sebesar 9,3% responden yang merasa ragu-ragu. Tabel 27, Penilaian responden terhadap keberadaan telepon seluler telah membantu meningkatkan perekonomian masyarakat adalah sebaga i ber ikut, sebesar 35,2% menyatakan setuju dan sebesar 24,1% menyatakan sangat setuju. Alasan pernyataan ini karena adanya telepon seluler akan membuka isolasi informasi sehingga dapat membuka cakrawala ide atau untuk berkreas i dar i potensi yang ada. Namun sebesar 18 ,5% menyatakan kurang setuju. Tabel 28.Informas i dunia usaha
25
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 28, Hampir sama dengan tabel sebelumnya , hal ini lebih pada t ingkat awal adanya penggunaan telepon seluler bagi masyarakat Desa Pertumbukan. Dalam pengembangan jar ingan tentu akan membawa dampak-dampak pos itif yang diharapkan s i pengguna. Untuk ha ini responden yang menyatakan setuju sebesar 48,1% dan sangat setuju sebesar 33,3 %, serta terdapat juga juga responden yang merasa ragu-ragu ragu-ragu untuk untuk pernyataan ini yakni sebesar 14,8%. Penggunaan Telepon seluler
Penggunaan telepon seluler bagi responden dalam penel itian ini akan meli put put i diantaranya pengalaman responden dalam pengalaman dan penggunaan telepon seluler , biaya pembelian pulsa dan sebaga inya. Untuk lebih lanjut dapat disimak di bawah bawah ini yang tersaji dalam bentuk tabel. Tabel 29. Penggunaan telepon seluler
Tabel 30. Sistem Ponsel yang Digunakan
Tabel 29, Melihat pengalaman pengalaman responden tentang menggunakan menggunakan atau memilik i telepon seluler dapat dilihat pada tabel diatas yakni sebesar 33,3% telah memilik i atau menggunakan telepon seluler kurang dar i 1 tahun, kemudian terdapat sebesar 18 ,5% sudah 4 tahun serta untuk sudah 2 atau 3 masing-mas ing sebesar 1 6,7%. Tabel 30, Penggunaan jenis telepon seluler bag i responden hampir mayor itas menggunakan jenis GSM yakni sebesar 96,3% dan hanya 3,7% yang menggunakan jen is CDMA. Hampir mayor itas penggunaan jen is GSM disebabkan ketersediaan sarana dan prasarana d i lokasi penelitian lebih memada i, kuatnya pener imaan sinyal ataupun var ian telepon seluler untuk jenis ini lebih banyak dan leb ih murah, terutama harga bekas. Tabel 31. Alasan menggunakan Ponsel
Tabel 32. Percakapan melalui Ponsel perhar i
Tabel 31,Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong responden untuk menggunakan telepon seluler adalah alasan mencar i informas i merupakan faktor yang terbesar d i p pilih responden yakni sebesar 72,2%, kemudian untuk menambah pengetahuan d iakui responden 26
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
sebesar 13% seta diikuti alasan untuk mengawas i lingkungan/ pengawasan sos ial yakni sebesar 5,6%. Tabel 32, Total lamanya melakukan percakapan melalui telepon seluler dalam sehar i responden responden yang terbanyak melakukannya melakukannya adalah antara antara 1 5-30 menit yakni sebesar 38,9%, kemudian di bawah bawah 15 menit yakni sebesar 37% serta diikuti lebih dar i 60 menit yakni sebesar 13%. Tabel 33.Penggunaan SMS Dalam sehar i
Tabel 34. Kualitas suara
Tabel 33, Salah satu fasilitas f itur yang dimilik i telepon seluler dalam berkomun ikasi secara tulisan adalah sms , f itur ini digunakan untuk mengir im pesan-pesan s ingkat. Responden menggunakan menggunakan f itur ini sebanyak kurang dar i 5 kali yakni sebesar 40,7%, kemudian 5-10 kali sebanyak 38,9%, serta diikuti yang menggunakan sebanyak 10-1 5 kali dalam sehar i yakni sebesar 11,1%. Tabel, 34, Penilaian responden tentang kual itas suara yang didengar percakapan melalui telepon seluler dinilai jelas yakni sebesar 59,3%, kemudian dirasakan sangat jelas yakn i sebesar 33,3%, serta diikuti sebesar 5,6% untuk peryataan ragu-ragu. Tabel 35 . Biaya percakapan melalu i Ponsel
Tabel 36. Biaya SMS
Tabel 35, Mengenai biaya percakapan melalui telepon seluler diakui responden sebesar 37% adalah mahal, namun peryataan yang bertolak belakang d iakui responden yang menyatakan biaya percakapan melalui telepon seluler dianggap murah yakn i sebesar 35,2% hal ini diakui responden bila menimbang jarak dan waktu yang harus d ihabiskan bila akan menemui seseorang di suatu tempat yang jauh. Dan yang terakhir diakui sangat mahal mahal oleh responden yakni sebesar 18,5%. Tabel 36, Penilaian mengena i biaya penggunaan sms , diakui responden sangat murah yakn i sebesar 66,7%, kemudian terdapat sebesar 1 4,8% yang menyatakan mahal, kemudian sebesar 11,1% merasa ragu-ragu untuk member ikan pernyataan. Tabel 37. Biaya pembelian pulsa perbulan
Tabel 38. Kesesuaian Biaya dengan Percakapan
27
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 37, Biaya pembelian pulsa yang dikeluarkan oleh responden rata-rata selama sebulan yang terbanyak adalah sek itar Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000 ,- ( 35,2%), kemudian kurang dar i Rp. 50.000, - (25,9%), serta diikuti pembelian lebih dar i Rp. 200.000, - (14,8%). Tabel 38, Pendapat responden mengena i perbandingan biaya percakapan dengan waktu percakapan dinyatakan sebagian besar oleh responden t idak sebanding yakni sebesar 51,9% dan yang menyatakan seband ing sebesar 48,1%. Tabel 39. Faktor penyebab ket idakseimbangan
Tabel 40. Perkembangan Pengguna Ponsel d i desa
Tabel 39, Faktor penyebab ket idakseimbangan diasumsikan responden karena b iaya percakapan terlalu tinggi (biaya talk time dianggap mahal) yakni dirasakan oleh responden sebesar 44,4%, kemudian t ingkat ekonomi masyarakat mas ih rendah diasums ikan 22,2% oleh responden. Kemudian faktor penyebab la innya sebesar 18 ,5%, diantaranya adalah responden merasa khawat ir kehabisan pulsa. Tabel 40, Melihat perkembangan pengguna telepon seluler d iakui responden untuk di daerahnya tergolong maju ( 51,9%), kemudian d ianggap sangat maju ( 44,4%), namun terdapat penilaian responden yang ragu-ragu dan kurang maju terhadap perkembangan pengguna telepon seluler di desanya yakni masing-masing sebesar 1 ,9%. Sikap Terhadap Kehadiran Telepon seluler
Sikap ataupun pendapat responden dalam penel itian ini adalah meli put put i beberapa kr iter ia tentang seputar kehadiran teknologi komunikasi dan informasi khususnya telepon seluler yang akan d isajikan dalam bentuk tabel dapat d i perhat perhatikan di bawah bawah ini. Tabel 41. Membantu kesejahteraan masyarakat desa
Tabel 41, Kehadiran telepon seluler walau secara t idak langsung telah member ikan bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat , hal ini diakui responden yakni sebesar 57,4% dan yang menolak pernyataan tersebut sebesar sebesar 42,6%.
28
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 42. Pengalaman Peningkatan Yang Dialami
Tabel 42 Peningkatan kesejahteraan yang dirasakan menurut responden adalah Pen ingkatan kualitas pengetahuan, pendidikan dan S DM Masyarakat yakni sebesar 35,2% , kemudian Peningkatan ekonomi/kesejahteraan masyarakat sebesar 9 ,3% dan diikuti Peningkatan Potensi SDA (pertanian, peternakan) yakni sebesar 7,4%. Tabel 43. Dampak Negatif Telepon seluler
Dar i Tabel 43, Mengenai dampak yang dirasakan responden dengan had irnya telepon seluler menyebabkan pengeluaran semak in bertambah yakni diakui sebesar 33,3%, kemudian Telepon seluler hanya menjadi gaya hidup hal ini diakui responden sebesar 7 ,4%. Kemudian dampak lainnya yakni mayarakat menjadi konsumt if yakni sebesar 1,9% dirasakan responden. Tabel 44. Pendapat masyarakat Desa adanya Telepon seluler
Untuk tabel 44, Dar i pertanyaan terbuka yang d i jar ing oleh peneliti mengena i pendapat masyarakat tentang kehadiran Telepon seluler d i Desa Pertumbukan, dirasakan responden yakni sebesar 61,1 % menyatakan Sangat membantu hubungan komun ikasi dgn keluarga, teman dan pekerjaan tanpa terkendala jarak. Kemud ian memudahkan untuk mencar i 29
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
informas i dan menambah pengetahuan/pend idikan, hal ini dirasakan oleh responden yakn i sebesar 18,5%, serta dapat mengetahui atau menambah wawasan tentang keadaan/keh idupan di tempat lain (11,1%).
Pembahasan
Masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan informasi termasuk informas i sosial sangat memerlukan hal ini terka it dengan sistem jar ingan sos ial yang terdapat di sek itar atau diluar lingkungannya yang pada g ilirannya dapat member ikan pengetahuan atau menambah pengalaman. Masyarakat desa merasa dengan penggunaan telepon seluler ini sesua i dengan harapan dan kebutuhan. Penggunaan telepon seluler dalam memenuh i kebutuhan diversi ; merupakan upaya melepaskan dir i dar i rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emos i; bagi masyarakat desa sangat membantu terutama menimbulkan perasaan senang terka it dengan meningkatkan silaturahmi dengan keluarga dan teman , mengisi waktu luang serta mencar i persahabatan yang lebih luas. Namun t idak untuk melar ikan atau melepaskan dir i dar i persoalan kehidupan dan kesulitan hidup. Kebutuhan identitas personal ( Personal identity), yaitu referensi dir i; eksplorasi realitas; penguatan nilai. Hasil temuan ini menggambarkan bahwa keberadaan telepon seluler telah membantu masyarakat desa untuk mencar i ide/pemik iran untuk berkreas i, menjalin serta meningkatkan kerjasama dengan berbaga i pihak baik didalam lingkungan sek itar maupun di luar. Poin-poin ini secara tidak langsung d iakui akan membantu responden dan masyarakat dapat meningkatkan perekonomiannya. Penggunaan telepon seluler di Desa Pertumbukan mengalami kemajuan yang sangat pesat, hingga saat ini jumlah pengguna telepon seluler d i desa ini mencapai k ira-k ira 80% (wawancara dengan Majidul Fahmi, tgl 20/2/08). Jenis telepon seluler yang familiar dengan responden adalah s istem GSM hal ini disebabkan ketersediaan sarana dan prasarana di lokasi penelitian lebih memada i, kuatnya pener imaan sinyal ataupun var ian telepon seluler untuk jenis ini lebih banyak dan lebih murah, terutama harga yang bekas. Kemud ian faktor utama yang mendasar i penggunaan telepon seluler d iakui oleh responden adalah untuk mencar i informas i. Dalam kegiatan sehar i-har i telepon seluler sudah menjadi pelengkap terutama untuk kemudahan untuk berkomun ikasi. Pola penggunaan telepon seluler bag i masyarakat yakni cenderung menggunakan SMS karena biayanya relatif murah bila di banding jika melakukan percakapan melalui telepon seluler. Sikap masyarakat terhadap hadirnya telepon seluler dewasa ini dirasakan telah member ikan kemudahan berkomunikasi, mencar i informasi, dan menambah wawasan, dan hal ini menunjang efekt ivitas dalam komunikasi bermedia. Namun terdapat hal-hal yang perlu diant isi pas i terhadap dampak negat ifnya, misalnya telepon seluler di jadikan sarana untuk menyimpan photo/video porno, tentu saja hal ini tidak ba ik untuk anak-anak remaja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Masyarakat Desa Pertumbukan memerlukan telepon seluler (med ia komunkasi) untuk memenuhi kebutuhan informas i termasuk informasi sosial bagi hal ini terka it dengan s istem jar ingan sos ial yang terdapat d isek itar atau diluar lingkungannya yang pada g ilirannya dapat
30
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
member ikan pengetahuan atau menambah pengalaman, dan ini sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka. Keberadaan telepon seluler dapat d i jadikan salah satu upaya melepaskan d ir i dar i rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emos i; dan bagi masyarakat Desa Pertumbukan karena menimbulkan perasaan senang terka it dengan meningkatnya hubungan s ilaturahmi dengan keluarga dan teman , mengisi waktu luang serta mencar i persahabatan yang lebih luas. Keberadaan telepon seluler telah membantu masyarakat Desa Pertumbukan untuk mencar i ide/pemik iran untuk berkreas i, menjalin serta meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak ba ik didalam lingkungan sek itar maupun di luar dan secara tidak langsung diakui dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Dalam kegiatan sehar i-har i telepon seluler sudah menjad i pelengkap terutama untuk kemudahan untuk berkomun ikasi. Pola penggunaan telepon seluler bagi masyarakat yakni cenderung menggunakan SMS karena biayanya relat if murah bila di banding jika melakukan percakapan melalui telepon seluler. Kehadiran telepon seluler telah member ikan kemudahan berkomun ikasi, mencar i informas i, dan menambah wawasan, dan hal ini menunjang efekt ivitas dalam komunikas i bermedia. Namun terdapat hal-hal yang perlu diantisi pasi terhadap dampak negat ifnya. Saran
Telepon seluler salah satu media komunikasi yang sangat pesat perkembangannya dan ikan kemudahan dalam berkomun ikasi, mencar i informas i, dan populer telah member menambah wawasan bagi masyarakat serta dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat, seba iknya pemer intah dan pihak operator seluler member ikan kemudahan dengan membuat regulas i untuk menurunkan biaya operasionalnya. Bagi masyarakat dihimbau untuk menggunakan med ia telepon seluler secara bi jaksana dan member ikan manfaat yang pos itif.
DAFTAR PUSTAKA
Blumler , Jay.G. & Elihu Katz, 1994 , The Uses of Mass Communications Current Perspectives on Gratification Research, vol. III, London, Sage Publications. Blumler , Jay G., 1998, The Role of Theory in Uses and Gratification Studies , London, Sage Publication. Efenddy,Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori Dan Filsafat Ilmu, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti. ____________ , 2000, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. ____________ , 1993, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. Fidler , Roger , 1997, Mediamorfosis: Understanding New Media, Thousand Oaks, California , Pine Forge Perss. Kr iyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Kencana. Leung, Louis dan Ran Wei, 2000, More than just talk on the move: Uses and gratifications of the cellular phone, Journalism and Mass Communication Quarterly, Summer , ABI/INFORM Global Muchati, 1972, Media Massa dan Penerimaan Khalayak, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta, PT. RajaGraf indo Persada. ___________ , 2005 , Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta, PT. RajaGraf indo Persada. Palmgreen, Phili p, 1991, Media Gratification Research, London, Sage Publication. 31
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Palmgreen, Wenner , Rosengren, Karl, Er ik , 1991, The Models of Uses and Gratifications, London , Sage Publication. Rakhmat, Jalaluddin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. ___________ , 2004, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung, PT. Remaja RosdaKarya. Sever in, W.J., James W. Tankard , Jr., 2005, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, Dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Kelima, Jakarta , Prenada Media. Singar imbun, Masr i, 2000, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES Pr inting. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metoda Teknik, Tarsito, Bandung , 1998. Umar , Husein, 2002, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. West, R ichard dan Lynn H. Turner , 2008, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Jakarta, Salemba Humanika . Wiryanto, 2000, Teori Komunikasi Massa, Jakarta , Grasindo. Lain-Lain
Damayant i,Hilda , 2007, Dampak Penggunaan Telepon Seluler (Handphone), hildadamayant
[email protected]/hild4.wordpress.com - diakses tgl 2/02/08 . Junaedi, Fajar , 2005, Teori Komunikasi Massa Terhadap Individu, http://komun ikasimassaumy.blogspot.com/ 2005/11/teor i -komun ikasi-massa-terhadap.html, diakses tgl 31/3/08 Saprudin,Wawan, 2005, http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005 /0105/20/cakrawala/ lainnya01.htm , diakses tgl 18/1/08 . Yusup, Pawit M.,2003, Komunikasi, Media, Sumber-Sumber Informasi, dan beberapa contoh Aplikasi Teori Komunikasi Massa Kontekstual, http://bdg.centr in. net.id/~pawitmy/ -diakses tgl 26/3/08 ____________ , 2001, Communication Contexts, http://www.uky.edu/~drlane/capstone/ contexts.htm , diakses tgl 26/8/07 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/05/telkom/1002910.htm - diakses tgl 2/03/08. http://www.majalahindonesia.com/ divakar_goswami.htm - diakses tgl 2/02/08 . http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon _genggam- diakses tgl 8/02/08. http://data.un.org/ diakases tgl 12/5/08 http://www.pintunet.com/lihat_opini.php? pg=2007/10/ 27102007/65568 - diakses tgl 11/4/08
32
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Potensi Radio Komunitas Epiginosko Terhadap Pembangunan Masyarakat Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar Sumatera Utara Oleh : Parulian Sitompul
3
Abstract
The topic of research in this article is ´Potency Community Radio of Epiginosko to Development Society Merchant of Pasar Horas in Pematang Siantar City´. As for problems to this research is how potencial Radio of Epiginosko to develop society merchant of Pasar Horas in Pematang Siantar City. This Research require to be conducted because pursuant to perception of writer of existence of this radio is in the reality woke up by community merchant of Lease of Horas Pematang Siantar. Desire of the merchant community develop; build that community radio is expected will be able to give respective information contribution with community dynamics merchant Lease of Horas. To facilitate and more directional in executing of this research, hence as research method which was used in this research was research survey by approach descriptive. As for becoming population of this research are 540 community Mrchant of Market in Pematang Siantar. But because limitation of time, fund and readiness of researcher to check all community merchant of Market of Horas Pematang Siantar, hence taken some of pupulation become research sample with amount 10% from totalizing population become 54 responders. As for result of from this research is seen from cognate motivation aspect very agree with existence of community radio of Epiginosko. Motivation version with existence of radio of community get easiness in life of them. Identity motivation of personal with existence of community radio and also push community to get opportunities of hero/ commerce in Pasar Horas Pematang Siantar. Key words : Community radio, development, society of Pasar Horas A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media massa di Indonesia mengalami kemajuan pesat sejak terjadinya perubahan kebi jakan tentang Sistem Penyiaran di Indonesia. Perubahan yang terjadi seir ing dengan perubahan kebi jakan politik yang terjadi Pasca Reformas i ( setelah tahun 1998 ). Pada era Pasca Reformas i, regulasi tentang pendir ian media massa mengalami kemudahan. Keadaan ini berdampak munculnya media massa ba ik cetak maupun elektronik. Demik ian juga halnya dengan had irnya TV, Radio Swasta Nasional. Saat ini tercatat ada 1 lembaga penyiaran publik dengan jangkauan nas ional ya itu TVRI, 10 lembaga penyiaran TV Swasta dengan jangkauan nas ional, serta 56 lembaga penyiaran TV Swasta lokal yang tersebar di berbagai daerah. Demik ian juga dengan radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI ada sek itar 84 radio swasta siaran berdir i di Provsu (PRSSNI 2006). Pasca Reformas i juga menimbulkan iklim yang kondus if lahirnya proses demokratisas i , yang selama era orde baru proses ini belum berlangsung opt imal. Dalam proses demokratisasi inilah peran media massa sangat d i perlukan untuk memotivasi, menyadarkan bahkan menggerakkan masyarakat untuk men ingkatkan kualitas hidupnya. Proses demokrat isasi yang sedang berlangsung didukung oleh semangat otonom i daerah, yang member i peluang bagi daerah untuk menc i ptakan sumber pendapatan sendir i, serta Undang-undang Penyiaran No. 32/2002 yang member i peluang bagi tumbuhnya stas iun 3
Penulis adalah Peneliti Muda bidang Komunikasi Sosial pada BBPPKI Medan. 33
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
televisi swasta berbas is daerah, lembaga penyiaran publik lokal ( TV/Radio Publik Lokal ), serta lembaga penyiaran komunitas ( TV / Radio Komunitas ) member i kesempatan bagi pengelola media massa untuk berperan secara opt imal membangun daerahnya. Kehadiran lembaga penyiaran komunitas (TV dan Radio Komunitas) dapat member i kontr i busi yang sangat berart i bagi suatu daerah, terutama sebaga i sarana untuk mensosialisasikan kebi jakan Pemer intah Daerah di tingkat Lokal dan sebaga i sarana mempromosikan potens i daerah, sehingga dapat berdampak kepada peningkatan pemasukan pendapatan daerah tersebut. Kota Pematang Siantar merupakan wilayah yang sangat potens ial di Propinsi Sumatera Utara. Sektor par iwisata, perdagangan dan peternakan merupakan potens i yang dapat dioptimalkan agar dapat meningkatkan Pendapatan Asl i Daerah (PAD ). Dengan potens i daerah yang dimilik i, optimalisasi fungsi lembaga penyiaran Radio Komunitas dapat mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dar i kondisi sekarang. Dasar pert imbangan yang lebih spes if ik dapat dikemukakan sebaga i ber ikut : 1. Potensi daerah di Kota Pematang Siantar di sektor par iwisata, perdagangan, peternakan , dan industr i kecil perlu dioptimalkan melalui kemasan program s iaran yang mengedepankan upaya-upaya agar masyarakat bersed ia berpartisi pasi meningkatkan potensi daerahnya. 2. Potensi-potensi dalam bidang par iwisata peternakan, perdagangan dan industr i kecil perlu dilakukan promos i melalui Radio Komunitas agar dapat menar ik minat investor lokal maupun luar neger i untuk menanamkan investasinya di Kota Pematang Siantar. dapat member i kemudahan bagi masyarakat di Kota 3. Kehadiran Radi o Komunitas Pematang Siantar untuk mendapatkan informasi perdangan dengan biaya yang terjangkau dan kualitas siaran yang ba ik .
Berdasarkan permasalahan inilah, penulis menganggap perlu d ilakukannya suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya baga imakah Potensi Radio Komunitas Epiginosko Terhadap Pembangunan Masyarakat Pedagang Pasar Horas d i Kota Pematang Siantar B. Perumusan Masalah
Berdasarkan ura ian latar belakang penelitian di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai ber ikut, bagaimakah Potensi Radi o Komunitas Epiginosko Terhadap Pembangunan Masyarakat Pedagang Pasar Horas d i Kota Pematang Siantar. Adapun permasalahan khusus dalam penel itian ini adalah : 1. Bagaimanakah motivasi Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko untuk mendapatkan informas i daerah? 2. Apakah jenis informasi daerah yang didengar masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar dar i Radio Komunitas Epiginosko ? 3. Kapankah Waktu dan baga i manakah frekuens i masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko? masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar 4. Dimanakah lokas i biasanya mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko ? C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Siaran Radio Komunitas ba ik yang berbentuk ber ita maupun informas i potensi daerah Kota Pematang S iantar.
umum tentang 34
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
2. Daerah penelitian ini adalah di Kota Pematang Siantar 3. Responden penel it ian ini adalah masyarakat Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dar i penelitian ini adalah : 1. Mengetahui motivasi masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko untuk mendapatkan informas i daerah . 2. Mengetahui Jenis informas i daerah yang didengar masyarakat Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar dar i Radio Komunitas. Epiginosko 3. Mengetahui waktu mendengarkan Rad i o Komunitas Epiginosko masyarakat Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar . . 4 Mengetahui Lokas i masyarakat Pedagang Pasar Horas biasanya mendengarkan Rad i o Komunitas Epiginosko di Kota Pematang Siantar. Adapun manfaat dar i penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi pemer intah pusat Departemen Komunikasi dan Informat ika dalam pembuatan kebi jakan yang berka itan dengan pengembangan rad io komunikator. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemer intah Kota P. Siantar agar dapat mendorong dalam pengembangan radio komunikator di P. Siantar. bahan masukan bagi pengelola managemen radio komunitas 3. Sebagai epiginosko dalam upaya peningkatan dan pengembangannya. E. Uraian Teoritis
Penelitian ini membahas tentang baga imana masyarakat mendapatkan informas i daerah melalui Radio Komunitas. Mengadops i kepada karakter istik media massa maka keberadaan Radio Komunitas dapat di jelaskan fungs i dan peranannya dalam kerangka teor itis mengena i komunikasi massa. Sepert i yang dikemukakan Melezke (1963) yang dikuti p oleh Rakhmat, 1981 mengartikan komunikasi massa sebaga i setiap bentuk komunikasi yang menyampa ikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Di banding dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, komunikasi massa mempunya i cir icir i (dikuti p dar i Effendi (1993:22 -26) adalah : 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Dalam hal ini tidak terdapat arus bal ik dar i komunikan kepada komunmikator. Dengan kata la in, komunikator tidak mengetahui tanggapan khalayak (komunikan) terhadap pesan yang d isampaikan. 2. Komunikator pada komun ikasi massa merupakan lembaga , yakni satu institusi atau organisasi. Karena komunikator pada komunikas i massa bertindak atas nama lembaga , maka ia bertinndak sesuai dengan kebi jaksanaan ( policy) media yang memilik inya. Ia tidak mempunya i kebebasan sebaga i individu. 3. Pesan pada komuni kasi massa bers ifat umum. Maksudnya pesan ditujukan kepada umum, bukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu. 4. Media komunikas i massa menimbulkan keserempakan. Art inya khalayak mener i ma secara serempak (simultan ) pesan yang d isampa ikan melalui media massa. 5. Komuni kan pada komun ikasi massa bers ifat heterogen. Art inya komunikan atau khalayak merupakan masyarakat yang heterogen. Keberadaannya terpencar , satu sama la in tidak saling mengenal dan t idak melakukan kontak pr i badi, masing-masing berbeda latar belakang sosialnya seperti usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, pengalaman dan sebaga inya. 35
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Komunikasi massa menyiarkan informas i, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. Kerangka teor i yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Mass Media Uses and Gratifications . Model Mass Media Uses and Gratifications menurut para pendir inya menyatakan bahwa awal kebutuhan secara psikologis dan sos ial individu menimbulkan harapan tertentu kepada media massa atau sumber la in. ( Katz, Blumler , Gurevitch, 1974 : 19 ± 32). Dalam penelitian ini tidak semua komponen yang ada dalam model Mass Media Uses and Gratifications diteliti. Penelitian ini akan mendeskr i psikan tentang: 1. Bagaimanakah mot ivasi masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko untuk mendapatkan informas i daerah ? 2. Apakah Jenis informas i daerah yang didengar masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar dar i Radio Komunitas Epiginosko ? 3. Kapankah Waktu masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko ? masyarakat Pedagang Pasar Horas di Kota Pematang Siantar 4. Dimana Lokasi biasanya mendengarkan Radio Komunitas Epiginosko ?
Anteseden Media Variabel Individual Identitas
Motif
Penggunaan
Efek
- Kognitif - Waktu - Kepuasan - Diversi - Frekuensi - Ketergantungan - Isi - Pengetahuan Personal - Jenis Isi
Variabel Lingkungan Sumber : Jalaluddin Rahmat, 1985
Model ini dimulai dengan Var iabel Anteseden yang terdir i dar i Var iabel Individual yaitu antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan t ingkat pendapatan. Var iabel Lingkungan juga masih merupakan bagian dar i Var iabel Anteseden yang biasanya terdir i dar i lingkungan sos ial, af iliasi kelompok , organisasi dan lain sebaga inya. Masyarakat dalam model penelitian ini memilik i kebutuhan dan mot if beraneka ragam berdasarkan karakter istik sos ialnya. Katz, Blumler , Gurevitch membuat t i pologi kebutuhan manusia yang berhubungan dengan penggunaan med ia yang meli put i : 1. Kebutuhan Kognitif 2. Kebutuhan Afektif 3. Kebutuhan Integrat if Pesan 4. Kebutuhan Integrat if Sosial 5. Kebutuhan akan pelar ian Kebutuhan tersebut dapat d i penuhi dan di puaskan melalui media massa dan sumber lain . Melalui sumber la in , kebutuhan dapat terpenuhi melalui hubungan dengan keluarga , teman, komunikasi interpersonal, maupun mengisi waktu luang dengan berbaga i cara. Kerangka teor itis yang digunakan dalam penelitian ini memang memodif ikasi efek media massa terhadap s ikap individu. Dalam pembahasan dan kerangka teor itis, media massa di sini dimaknai sebagai Radio Komunitas Epiginosko. Kebutuhan melalui media massa dapat di penuhi dengan membaca surat kabar dan majalah, mendengarkan radio serta menonton televisi. Dalam penelitian ini, model Mass 36
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Media Uses and Gratifications diadaptasi untuk meneliti hubungan antara mot if masyarakat dengan penggunaan radio. Chaffe (1980) dalam Rakhmat (1985:215-217), mengemukakan t iga pendekatan untuk melihat efek media massa. Pertama, pendekatan yang berka itan dengan pesan med ia massa. Kedua, pendekatan dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak. Sepert i pener imaan informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan per ilaku (perubahan kognisi, afeksi, dan behavioral). Dan ketiga, meninjau satuan observasi yang dikena i efek media massa.
Pendekatan tersebut, menurut Gonzales (1978; dalam Jahi, 1988:17), disebut tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu : (1) efek kognitif yang meli put i peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan; (2) efek afektif yang berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap; sedang (3) efek konatif erat hubungannya dengan n iat dan kecenderungan berper ilaku menurut cara tertentu. Mar¶at (1981:124), mengungkapkan bahwa komponen kogn itif dan afekt if banyak di pengaruhi oleh media komunikasi seperti f ilm, surat kabar , radio, dan televisi. Teori belajar sosial dari Bandura (1977) , menjelaskan efek prosos ial dar i media massa itu sendir i.
Ketika membicarakan mot if , peneliti perlu mengawali dengan meletakkan konseps i manusia karena yang diteliti adalah motif manusia. Konsep manus ia yang di bahas dalam penelitian ini adalah konseps i Psikologi Humanistik yang melihat manusia sebaga i manusia seutuhnya. Tidak sepert i pandangan Psikoanalisis yang cenderung menganggap manus ia hanya di pengaruhi oleh nalur i hewaninya dan Behaviorisme yang melihat manusia sebaga i robot tanpa jiwa dan nilai. Kedua pandangan yang tadi disebutkan tidak menghormati manusia sebaga i manusia. Keduanya t idak mampu menjelaskan aspek eksistensi manusia yang pos itif dan membangun sepert i cinta, kreat ivitas, nilai , makna, dan pertumbuhan pr i badi (Rakhmat, 2001 : 30 ). Manus ia adalah pencar i makna, dalam pertumbuhannya manus ia memerlukan orang lain. Dengan kata la in, hidup manusia lebih bermakna ket ika manusia itu meli batkan nilainilai dan pilihan yang membangun . Menurut Carl Rogers dalam konseps i Humanistik ini, manusia mempunya i pr ilaku meningkatkan, mempertahankan dan pengaktual isasian dir i. Berkaitan dengan pr ilaku manusia, William Mc.Dougall mengemukakan faktor-faktor personal yang menentukan pr ilaku manusia. Manusia memilik i faktor-faktor personal (internal) antara lain sikap, instink , kepr i badian, sistem kognitif , dan motif ( Rakhmat, 2001:33). Secara Etimologis, motivasi berasal dar i bahasa Lat in yaitu ´motivas´ yang berart i alasan dasar , pik iran dasar , dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh terhadap t ingkah laku manus ia ( Kartono, 1988 : 153). Sedangkan menurut Wahyusumidjo, motivas i merupakan proses ps ikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, perseps i dan keputusan pada seseorang yang timbul karena adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik (Wahyusumidjo , 1984:178 ) Dar i pendapat di atas, di jelaskan lebih lanjut bahwa faktor intrinsik dalam dir i manusia dapat timbul berdasarkan kepr i badian, sikap, harapan, dan kebutuhannya (need). Kebutuhan inilah yang menimbulkan motif. Motif merupakan salah satu faktor pembentuk pr ilaku seseorang dalam menanggap i sesuatu. Motif merupakan daya yang t imbul dar i dalam dir i yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut tafsiran sosiologis Max Webber , motif merupakan deskr i psi verbal yang member ikan gambaran, penjelasan atau dasar kebenaran t ingkah laku yang telah d ilakukan (Turner , 1984).
37
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Menurut Yoseph Klapper (Rakhmat , 2001: 198) pengaruh Komun ikasi Massa ditentukan oleh faktor-faktor pred ispos isi personal, keanggotaan kelompok dan proses selektif atau biasa juga disebut faktor personal. Di dalam faktor personal inilah terdapat motif yang member ikan asums i tertentu bagi orang dalam menanggapi sesuatu. Jadi dapat dikatakan motif mempengaruhi seseorang dalam memilih sesuatu termasuk juga dalam memilih media massa dan mengkonsums i isinya. Demik ian juga halnya mot if menggunakan telepon pedesaan sabaga i salah satu sarana berkomun ikasi . Dalam kata la in Efekt if itas sebuah proses komun ikasi ditentukan oleh tiga faktor , menurut Rakhmat (1989: 62), ketiga faktor itu adalah sebaga i ber ikut : 1. Faktor Komunikator Komunikator dalam model ini harus memilik i kredi bilitas, daya tar ik dan kekuasaan. Kredi bilitas terdir i dar i dua unsur ya itu keahlian dan kujujuran. Keahl ian diukur dengan sejauhmana komunikan menganggap komun ikator mengetahui jawaban yang benar. Sedangkan kejujuran dioperasionalkan dengan perseps i komunikan tentang sejauhmana komunikan tidak memihak dalam penyampa ian pesan. Daya tar ik ukur dar i kesamaan, familiar itas dan kesukaan. Kekuasaan dioperasionalkan dengan tanggapan komun ikan tentang kemampuan komunikator untuk member ikan ganjaran, kemampuan untuk menel iti apakah komunikan mengikuti pesan yang disampaikan atau tidak. 2. Faktor Pesan Pesan terdir i dar i struktur pesan, gaya pesan, imbauan pesan. Pertama, struktur pesan ditunjukkan dengan pola peny impulan, pola urutan argumentas i dan pola objekt if itas. Pr insi p pr insi p yang harus dianalisis adalah sebaga i ber ikut : 1. Perceived Control adalah kemampuan komunikator untuk melakukan pengawasan apakah komunikan itu tunduk kepada pesan atau t idak. 2. Perceived Concern adalah kemampuan komunikator untuk melakukan penel itian/mersa peduli apakah komunikan tunduk kepada pesan. 3. Perceived Security adalah kemampuan komuni kator untuk memperhat ikan/menyeli dik i apakah komunikan itu tunduk kepada pesan.
Kedua, gaya pesan menunjukkan var iasi linguistik dalam penyampa ian pesan (perulangan , mudah dimengert i, perbendaharaan kata). Ketiga, Appeals (imbauan) pesan mengacu pada mot if-motif psikologis yang dikandung pesan (ras ional, emosional, reward appeals, fear appeals ). Menurut Cultip dan Center dalam Susanto (1982:138) mengatakan bahwa pesan yang efektif adalah pesan yang memilik i 7 C ya itu : 1. Credibility yaitu nilai kepercayaan khalayak atau publ ik kepada komunikator. 2. Context yaitu faktor yang menghubungkan isi pesan dengan keadaan l ingkungan yang ada. 3. Contents yaitu faktor makna dan art i yang tersi mpulkan dalam pesan terutama memperhatikan apakah pesan d i pahami oleh komunikan. 4. Clarity adalah faktor kesederhanaan dan jelas t idaknya perumusan yang d igunakan dalam pesan 5. Continuity adalah pesan yang bers ifat kesinambungan 6. Consistency adalah ada t idaknya pertentangan / pebedaan dalam bagian-bagian ataukah terdapat suatu pengulangan dengan var ias i di dalamnya. 7. Capability adalah faktor yang terakh ir dalam penelitian pesan untuk d isebarkan kepada komunikan. 38
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
3. Faktor media
Media yang diteliti adalah Radio Komunitas dengan asums i semak in lengkap sarana dan prasarana yang dised iakan untuk proses komun ikasi maka hasil yang akan di peroleh akan semak in tampak lebih sempurna walaupun kadangkala banyak kendala yang harus d i jumpa i. F. METODOLOGI PENELITIAN F.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penel itian ini adalah metode Survey. Metode ini digunakan karena penel itian ini adalah penelitian lapangan (f ield research) dengan menyebarkan kues ioner kepada responden terhadap sampel yang telah d itentukan. F.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah dilakukan di Kota Pasar Horas Pematang Siantar .
F.3 Populasi dan Sampel Adapun populasi dalam penelitian ini adalah komunitas Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar. Sementara sampel dalam penelitian ini adalah pendengar Radio Komunitas Epiginosko ya itu Pedagang Pasar Horas Kota Pematang Siantar. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 54 orang terdir i dar i para pedagang di Pasar Horas Kota Pematang Siantar. Pengambilan sampel tersebut diambil 10 % jumlah populas i. Metode ini digunakan berdasarkan penjelasan suhars imi ar ikunto, menyebutkan jika jumlah populas i dar i 100 orang maka dapat diambil samnpel antara 10 %, 15% hingga 20 %. F.4 Metode Pengumpulan Data a. Pengkajian Kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mempelajar i dan mengumpulkan data dar i literatur dan bahan bacaan yang ada hubungannya dengan masalah dalam penelitian ini.
b. Penyebaran Kuesioner F.5 Metode Analisis Data
Analisa data dilakukan secara deskr i ptif , karena penelitian ini adalah penelitian survey dengan menyebarkan kues ioner kepada responden yang telah d itentukan. Dar i data tersebut dianalisa melalui tabel tunggal sebaga imana lazimnya dalam metode deskr i ptif. G. Kerangka Konsep dan Operasionalisasi Variabel Kerangka konsep adalah sebaga i hasil pemik iran rasional yang bers ifat kr itis dalam memperk irakan kemungk inan hasil yang akan d icapai dalam penelitian ( Nawawi, 2001 : 40 ). Kerangka konsep terd ir i dar i var iabel-var iabel ( konsep-konsep ) dan hubungan-hubungan yang membentuk konteks kausal dar i penyel idikannya, karena itu harus memerlukan desain riset ( Mayer dan Wood, 1984 ; 263 ) .
Merujuk dar i kerangka teor i di atas yang menghas ilkan kerangka konsep kemudian diimplementasikan dalam Operasionalisas i Var iabel penelitian ini adalah sebaga i ber ikut : G.1 Variabel Anteseden
a. Usia b. Jenis Kelamin c. Tingkat Pendidikan 39
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
d. Tingkat Penghas ilan e. Keikutsertaan Organisasi f. Pekerjaan G.2 Variabel Motif (Penggunaan Radio)
a. Or ientasi Kognitif ( Kebutuhan Informasi, Pengawasan Lingkungan Sos ial, Eksplorasi Realitas ) b. Diversi ( Kebutuhan Pelepasan Dar i Tekanan, Kebutuhan Hi buran ) c. Identitas Personal (Memperkuat/menonjolkan sesuatu yang pent ing dalam kehidupan ) G.3 Variabel Penggunaan Media ( Penggunaan Radio ) a. b. c. d.
Durasi yang digunakan. Frekuensi penggunaan Isi ( Bahan Pembicaraan) Jenis Isi ( Klasif ikas i : ekonomi, sosial, politik , pendidikan )
G.4 Variabel Efek ( Penggunaan Radio )
a. Pengetahuan b. Kepuasan c. Ketergantungan H. HASIL PENELITIAN
Usia Responden
Usia Responden pada penelitian ini adalah mayor itas berk isar diatas 42 x 4 (32%) sementara umur 27 -31 tahun hanya 4 %
Jenis Kelamin
Jenis kelamin lak i-lak i ternyata lebidominan (66%) di bandingkan perempuan (35%). Tingkat Pendidikan Mayor itas tingkat pendidikan pedagang yang menjad i responden dar i penelitian ini adalah yang ditawar Oma (79%). Tingkat Penghasilan Mayor itas responden berpenghasilan tiap bulannya dar i dar i hasil dagangan merekan antara 1,4 juta ± 1,9 juta sebesar ( 48%) dan diatas 2 juta (34%). Mencar i Informasi Pada umumnya pedagang pajak horas sangat setuju mencar i informas i tentang berka itan dengan pekerjaan sebesar (65%), walaupun ada yang mengajukan untuk mencar i informasi pekerjaan mereka sebesar ( 2,4%). Radio Epiginosko sebaga i Menyatakan sangat setuju ( 45%), Ragu-ragu (9%), sumber Informas i Kurang Setuju (2,4%). Keberadaan Radio Epiginosko sesua i dengan yang diharapkan dan kebutuhan Radio Epiginosko mendorong menam bah
Menyatakan sangat setuju ( 41%), ragu (11%).
Setuju (48%),Ragu -
Yang menyatakan sangat setuju ( 37%), Setuju (46%), Ragu-ragu ( 39%). 40
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
pengetahuan dun ia usaha Radio Epiginosko sangat dan setuju (81%) , Ragu-ragu (24%). member ikan kesenangan Radio Epiginosko Yang menyatakan sangat setuju dan setuju (78%) dan mendorong berwira usaha ragu-ragu ( 22%). I. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
1. Motivasi mendengarkan radio komunitas berdasarkan mot ivasi kognitif adalah untuk memperoleh informasi mendapatkan pengetahuan, mempelajati sesuatu, mendapatkan wawaan. Motivasi diversi responden mengakui dengan mendengarkan radio komunitas yaitu untuk kebutuhan pelepasan dem i tekanan, kebutuhan mendapatkan hi buran, mendapatkan kesenangan, kemudian motivasiidentitas personal ya itu dengan mendengarkan radio mendorong dalam pemenuhan syarat untuk berw irausaha. 2. Pada umumnya perdagangan Pasar Horas sangat setuju mencar i informas i yang berka itan dengan pekerjaan responden. 3.
Pada umumnya pedagang Pasar Horas P. S iantar mendengarkan radio pada pagi har i dan sampai sore har i masing-masing sebesar 28% dan ada juga pedagang sebesar 26%.
4.
Pada umumnya pedagang Pasar Horas mendengarkan rad io ketika berada di Pasar Horas dan sebagian lagi menyatakan ada yang dirumah.
Rekomendasi
Pengelola/managemen radio ef iginosko meningkatkan kualitas mater i saran yang di berkaitan dengan aktivitas pedagang pasar horas yang berka itan dengan nilai nilai keagamaan. 1. Pemer intah Daerah dalam hal pemko P. S iantar diharapkan dapat mendorong leb ih banyak lagi berdir i dikota P. Siantar. 2. Pemer intah Pusat dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informat ika dapat member ikan pembinaan langsung maupun t idak langsung tentang manajemen pengelolaan radio komunitas secara modren. Daftar Pustaka
Ar ikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik , Bina Aksara, Jakarta. DeFleur , Melvin and Ball-Rokeach. 198 2. Theories of Mass Communication, New York & London. Depar i, Eduard dan Coll in Mac Andrew. 198 2. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan , Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Fisher , Aubrey B. Diterjemahkan Tr imo, Soedjono. Penyunt ing: Jalaluddin Rakhmat. 1990. Teori-Teori Komunikasi , Remaja Rosdakarya, Bandung. 41
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Infante A Dominac, Andrew, S.Rancer , Deanna F.Womack , 1993. Building Communication Theory, Waveland Press, Krech, David, Crutchf ield, R ichard S, and Ballachey Egerton. 19 62. Individual In Society, A Texbook of Social Psychology , Internat ional Student Edition. Tokyo: McGraw-H ill International Book Company, Kogakhusa, Ltd. Kerlinger , Fred N, Foundation of Behaviour Research , Secon Edition, New York University McQuail, Denis. Alih Bahasa : Putu Laxmant S. Pendit. 1985. Model - Model Komunikasi , Uni Pr imas, Jakarta ---------------. Al ih Bahasa : Agus Dharma dan Aminuddin Ram. 1987. Teori Komunikasi Massa , Erlangga, Jakarta. Nazir Mohd, 1998, Metode Penelitian, Ghalia Indones ia. Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi , Remadja Karya, Bandung. --------------------. (1989), (1991). Metode Penelitian Komunikasi , Remadja Karya, Bandung. Sar i, S. Endang. 1993. Audience Research. Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar,dan Pemirsa. Bandung: Remadja Karya. Sever in Werner J. James W. Tankard , Jr , 2005, Teori Komunikasi , Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa , Prenada Media Singar imbun, Masr i, dan Sof ian Effendy (ed). 1989. Metode Penelitian Survai , LP3ES, Jakarta. Tan, Alexis. 1980. Mass Communication Theories and Research, Gr id Publishing Inc, Columbus, Ohio. Wr ight, Charles R. Penyunting : Jalaluddin Rakhmat. 1988. Sosiologi Komunikasi Massa , Remadja Karya, Bandung.
OPINI PUBLIK MENGENAI PERAN MEDIA CETAK LOKAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA (Survei di Desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)* Oleh : IDAWATI PANDIA *
**
Telah diseminarkan di Siantar Hotel, Pematang Siantar, Tgl. 10 Juli 2008 Penulis adalah Peneliti Pertama Bidang Media Massa Pada BBPPKI Medan
**
42
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Abstrak
Penelitian Opini Publik Mengenai Peran Media Cetak Lokal Dalam Pembangunan Pertanian Hortikultura ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.P opulasi dari penelitian ini adalah masyarakat di dua desa di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang membaca media cetak lokal. Hasil temuan menunjukkan bahwa masyarakat di dua desa yang menjadi lokasi penelitian, ternyata masih memanfaatkan media cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan pertanian hortikultura. Keberadaan media massa cetak lokal masih dapat dan sangat diharapkan oleh masyarakat dalam mendorong suksesnya pembangunan pertanian hortikultura, apalagi masyarakat petani masih merasakan kurangnya informasi tentang pangsa pasar produk pertanian dan informasi tentang agrobisnis dan budidaya pertanian hortikultura. Peran inilah yang sangat diharapkan masyarakat yang dapat ditangkap dan diisi oleh media massa cetak lokal. Namun ini masih terkendala karena terbatasnya sirkulasi dan keterlambatan media lokal sampai ke masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Kata±kata Kunci : Opini Publik ,Media Lokal Pertanian, Hortikultura. A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang banyak d i bicarakan dan masih aktual serta menar ik perhatian di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara adalah masalah pembangunan. Dan sudah barang tentu untuk mensukseskan pembangunan ini di perlukan peranan pers atau peranan media massa dalam menyampa ikannya ditengah ± tengah masyarakat. Dengan kata lain, seharusnyalah media yang tangkas dan wartawan yang profes ional sudah past i sangat di perlukan karena memainkan fungs i, peran dan kewaji ban yang amat menentukan, sehingga pelaksanaan pembangunan itu dapat berjalan dengan ba ik , layak dan mempunya i wi bawa. Hal ini perlu di perhatikan dengan ba ik agar pembangunan ini tidak berjalan dengan semaunya saja ataupun sampa i kebablasan. Kalau hal ini sampai terjadi, sudah tentu pembangunan ini akan menimbulkan dampak yang negat if bagi masyarakat. Kemudian perlu diingat bahwa media yang sehat tentu saja menjad i mutlak kehadirannya untuk mendorong agar pelaksanaan pembangunan itu juga menjadi sehat, kuat dan bermartabat. Jadi keduanya , media dan pembangunan t idak dapat di pisahkan dar i perkembangannya. Oleh karena itu kebebasan pers yang sehat ( healthy press freedom ) menjadi prasyarat yang mutlak menuju pembangunan yang sehat pula. Sebal iknya pembangunan yang sehat sudah jelas sangat membutuhkan kebebasan pers yang sehat pula. Pelaksanaan pembangunan daerah yang demokrat is digerakkan oleh t iga pilar utam yang saling berkaitan. Ketiga pilar utama dalam gerakan pelaksanaan pembangunan itu adalah sebaga i ber ikut : pertama, institusi pemer intah daerah. Pilar utama yang pertama ini mempunya i peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhas ilan pelaksanaan pembangunan. Sudah tentu semua kebi jakan yang menyangkut pelaksanaan pembangunan daerah berada di institusi pemer intah daerah terutama Bupat i dan Walikota. Kedua, institusi pers. Pilar utama yang kedua ini juga mempunya i peranan yang sangat menentukan d idalam pembangunan daerah. Melalui media massa yang ada , instutusi pers sepert i suratkabar dan televisi turut menentukan berhas il tidaknya pembangunan daerah tersebut. Ketiga, masyarakat. Pilar utama yang ket iga ini ikut pula menentukan keberhas ilan pembangunan. Tanpa ke ikutsertaan masyarakat, pers t idak akan berkembang, lalu pemer intah daerah akan sulit menentukan arah dan keb i jaksanaan pembangunan. Ak i batnya pembangunan daerah pun akan mandeg. 43
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Salah satu kabupaten yang sangat intens memperhat ikan keberlangsungan pembangunan di Sumut adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo adalah kabupaten yang sangat didominas i oleh sektor pertanian ya itu sub sektor pertan ian tanaman pangan dan palawi ja, sub sektor hort ikultura, perkebunan , peternakan dan sebagian kecil per ikanan darat ( a ir tawar ). Jumlah rumahtangga yang berusaha d isektor ini berk isar antar 70 persen sampa i dengan 74 persen ( BPS, 2006, 10 ). Kontr i busi pertanian yang di ber ikan Kabupaten Karo pada Propinsi Sumatera Utara persentasenya cukup besar. Dengan melihat hal tersebut, sudah sepantasnya Kabupaten Karo mem ilik i corong yang kuat untuk mensos ialisasikan kepada masyarakat melalui media massa, potens i wisata dan pertanian yang lebih luas dalam merencanakan dan mengelola sumber daya yang d imilik i dan untuk member ikan fasilitas dan dorongan yang leb ih terarah pada perkembangan pembangunan kerakyatan. Pemer intah Kabupaten Karo menetapkan salah satu m isi pembangunannya yang berbuny i ´ Mengembangkan secara opt imal pertanian, par iwisata, industr i dan perdagangan berbasis agrobisnis yang berdaya sa ing dan berwawasan l ingkungan dan rehab ilitasi lahan yang kr itis ( BPS, 2006, 10 ). Misi ini tidak akan terwujud secara efekt if tanpa fungs i dan peranan pers, khususnya yang tersebar pada masyarakat Kabupaten Karo. Adapun jen is media cetak lokal yang turut mewarna i dan member ikan informas i bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Karo antara lain ; Majalah Si bayak Pos terbitan Brastagi, Tabloi d Karo Membangun, Dinas Infokom, Info Karo, Humas Pemkab Karo, Sora Mido, dan Sirulo ( sumber : Dinas Infokom Karo ). Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di paparkan diatas dan mengingat bahwa salah satu fungs i pers ya itu sebaga i fungs i kontrol,sehingga opini publik menjadi sangat pent ing bagi pemer intah didalam melakukan perencanaan pembangunan, maka penulis tertar ik dan merasa pent ing untuk melakukan penelitian baga imana opini publik mengenai peran media cetak lokal dalam pembangunan bidang pertanian hortikultura ini. B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemanfaatan media cetak lokal sebaga i sumber informas i pembangunan bidang pertanian hortikultura ? 2. Bagaimanakah opini publik mengena i peran media massa cetak lokal sebaga i sumber informas i pembangunan bidang pertanian hortikultura. media massa cetak lokal dalam 3. Apakah kendala yang di hadapi masyarakat tentang mensukseskan pembangunan b idang pertanian hortikultura. C. Tujuan Penelitian
Sebagai tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai ber ikut : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah pemanfaatan media cetak lokal sebaga i sumber informas i pembangunan bidang pertanian hortikultura. 2. Untuk mengetahui bagaimana opini publik mengena i peran media massa cetak lokal sebagai sumber informas i pembangunan bidang pertanian hort ikultura. 3. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi masyarakat tentang media massa cetak lokal dalam mensukseskan pembangunan b idang pertanian hort ikultura. D. Manfaat Dan Sasaran penelitian Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan berupa data dan informas i bagi pemer intah, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informat ika RI untuk membuat keb i jakan dalam bidang komunikasi massa mendatang. 44
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
2. Sebagai referensi bagi BBPPKI Medan dan instansi ± instansi yang terka it untuk bahan kajian lanjutan. Sasaran Adapun sasaran dengan d ilakukannya penelitian ini adalah sebaga i ber ikut : 1. Secara tidak langsung masyarakat ikut berperan berperan serta dalam mensukseskan pembangunan bidang pertanian hortikultura, ikut memberhasilkan pembangunan daerah yang terrencana dan terarah. 2. Adanya kebebasan pers yang sehat menjad i prasyarat yang mutlak menuju pembangunan bidang pertanian yang sehat pula. 3. Terwujudnya pelaksanaan pembangunan yang berjalan dengan ba ik , layak dan berwi bawa. bawa. E. Kerangka Teori Kebutuhan melalui media massa dapat di penuh penuhi dengan membaca suratkabar. Tabloid dan majalah lokal. Dalam penelitian ini, model Teor i Normatif ,yaitu Teor i Media Pembangunan diadaptasi untuk meneliti bagaimana Opini Publik Mengena i Peran Media Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura. Teor i Normatif (cabang f ilsafat sos ial) yang lebih berkenan dengan masalah baga imana seharusnya med ia berperan bilamana serangka ian n ilai sosial ingin diterapkan dan dicapa i dengan s ifat dasar nilai-nilai sosial tersebut.Jenis teor i ini penting karena ia memang berperan dalam membentuk institusi media dan berpengaruh besar dalam menentukan sumbangs ih media,sebagaimana yang diharapkan oleh publ ik media itu sendir i dan organisas i,serta para pelaksana organ isas i sosial itu(McQuail,1994:4). Teor i media pembangunan adalah pener imaan pembangunan ekonomi itu sendir i (yang karenanya perubahan sos ial),dan ser ing kali ³pemban ³pemba ngunan bangsa´ ba ngsa´ (nat ionon building)yang bersangkutan,sebagai tujuan utama.Untuk mencapa i tujuan tersebut,kebebasan tertentu dar i media dan para wartawan tunduk tunduk pada tanggung jawab mereka untuk membantu membantu pencapaiannya.Pada saat yang sama ,yang ditekankan adalah tujuan kolekt if dan bukan kebebasan individu.Unsur yang relat if baru dalam teor i media pembangunan adalah penekanan pada ³hak untuk berkomunikasi,´yang didasarkan atas Pasal 17 Deklaras i Universal Hak-Hak Manus ia: Setiap orang memilik i hak mengeluarkan pendapat:hak ini mencakup kebebasan menganut pendapat tanpa ganguan dan kebebasan untuk mencar i, mener ima,dan menyampa ikan informasi dan gagasan melalui media manapun tanpa mempersoalkan batas negara.´Mesk i pun sukar menemukan kasus-kasus individu yang jelas menunjukkan teor i media pembangunan, pr pr insi p utama teor i ini dapat diungkapkan sebaga i ber ikut:
1. Media seyogyanya mener ima dan melaksanakan tugas pembangunan pos itif sejalan dengan kebi jaksanaan jaksanaan yang ditetapkan secara nas ional. batasi sesuai dengan (1) pr ior itas ekonomi dan (2) 2. Kebebasan media seyogyanya d i batas kebutuhan kebutuhan pembangunan masyarakat. 3. Media perlu mempr ior itaskan isinya pada kebudayaan dan bahasa nas ional. 4. Media hendaknya memper ior itaskan ber ita dan informas inya pada negara sedang berkembang la innya yang erat ka itannya secara geograf is,kebudayaan,atau politik. 5. Para wartawan dan karyawan media lainnya memilik i tanggung jawab serta kebebasan dalam tugas mengumpulkan informas i dan penyebarluasannya. penyebarluasannya. 6. Bagi kepent ingan tujuan pembangunan, negara memilik i hak untuk campur tangan dalam,atau membatasi, pengoperas pengoperas ian media serta sarana penyensoran,subs idi,dan pengendalian langsung dapat d i benarkan. benarkan. 45
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Sementara pengguna media itu sendir i adalah orang-orang yang berp ik iran rasionalyang secara akt if memilih media mana yang mereka anggap dapat memuaskan kebutuhan yang mereka ingin dapatkan.Ada beberapa katagor i kebutuhan individu,yang semuanya berasal dar i fungs i sosial dan psikologi dar i media,kategor i ini antara lain menurut Katz Hass dan Gurevitch (Marshall,Jr ,2 ,2000) yakni: a. Kebutuhan kognitif; kebutuhan akan informas i, pengetahuan pengetahuan,dan pengert ian tentang lingkungan sek itar. b. Kebutuhan afekt if : kebutuhan untuk memperkuat pengalaman akan emosi,kesenangan,atau pengalaman keindahan. c. Kebutuhan integrative personal : memperkuat kred i b bilitas, kepercayaan dir i, i,keset ian, dan status pr i bad badi. d. Kebutuhan interaksi sosial : memperkuat hubungan dengan keluarga ,teman,dengan alam sek itar. e. Kebutuhan akan pelar ian : hasrat melar ikan dir i dar i kenyataan, melepaskan ketegangan, kebutuhan akan hi buran.Untuk buran.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dicapa i dengan dua cara, yaitu: (1) Pemenuhan kebutuhan yang d idapatkan dengan cara mengakses/menggunakan media yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan (2) Pemenuhan kebutuhan didapatkan dengan cara mempelajar i isi informas i dalam media yang kemudian diterapkan dalam praktek. f. Sejalan dengan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengguna media secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan informas i,hi buran buran dan intraksi sosial. Dar i kerangka pemik iran inilah, peneliti akan mengura ikan permasalahan baga imana opini publik mengena i peran media lokal dalam pembangunan pembangunan bidang pertanian hort ikultura di Kabupaten Karo. F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah istilah yang mengekspres ikan sebuah ide abstark yang di bentuk bentuk dengan menggeneralisas ikan objek atau hubungan fakta ± fakta yang d i peroleh peroleh dar i pengamatan. Bungin,´ Mengartikan konsep sebaga i generalisasi dar i sekelompok fenomena tertentu yang dapat d i paka pakai untuk menggambarkan berbaga i fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger , menyebutkan konsep sebaga i abstraks i yang di bentuk bentuk dengan menggeneral menggeneral isas ikan hal ± hal khusus. Jad i konsep merupakan sejumlah c ir i atau standar umum suatu objek.´ ( Kr iyantono, 2006 : 17 ). Berdasarkan kerangka teror itis diatas, adapun konsep ± konsep dalam penelitian ini sebagai ber ikut Opini adalah suatu pernyataan mengena i sesuatu yang s ifatnya bertentangan. Opini merupakan ´ expressed statement ´ yang bisa diucapkan dengan kata ± kata , isyarat atau cara lain yang mengandung art i dan dapat di paham pahami maksudnya ( Meinanda , 1980, 29 ). Ini berarti opini harus dinyatakan, dengan demik ian pengertian opini atau pendapat mempunya i dua unsur yakni : 1. Ada pernyataan 2. Mengenai masalah yang bertentangan Disamping itu juga, opini dapat dinyatakan melalui media massa sepert i televisi, radio maupun suratkabar atau majalah. Karena op ini mempunya i cir i ± cir i antara lain : 1. Mempunya i pendukung dalam jumlah besar. 2. Selalu diketahui dar i pernyataan ± pernyataan. 3. Merupakan sinthesa atau kesatuan dar i banyak pendapat. Sehingga opini ini bisa ditemukan dar i berbagai kalangan. Selanjutnya suatu pendapat harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat d inilai sebagai pendapat atau opini publik , sebab sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini karena belum mengalami proses 46
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
dalam dir i manusia, sehingga mas ih merupakan s ikap, Ir ish dan Protho ( Susanto, 1985, 92 ). Jadi yang dimaksud dengan op ini publik adalah pendapat atau s ikap masyaraka masyarakatt terhadap terhada p suatu masalah atau organisasi, dimana pembentukan opini publik melalui berbaga i hal, pelayanan terhadap publik , opinion leader dan kegiatan komunikasi ( Hardiman, 2006, 87 ). Opini publik merupakan pendapat yang d itimbulkan oleh adanya unsur ± unsur sebaga i ber ikut : 1. Adanya masalah atau s ituasi yang bers ifat kontrovers ial yang menimbulkan pro dan kontra. 2. Adanya kesempatan bertukar p ik iran atau berdebat mengena i masalah yang kontrovers ial tersebut 3. Adanya publik yang ter ikat kepada masalah tersebut dan berusaha member ikan pendapatnya. ³Opini dan perasaan rakyat dapat disalurkan kedalam program progra m± program pr ogram pemer intah, sebab baga imanapun yang berhubungan dengan fakta d ilapangan adalah masyarakat ± masyarakat yang mempunya mempunya i opini dan emos i ³ ( Li pmann pmann, Walter , 1998, 235 ). Sementara, berbicara tentang fungs i media massa, Harold Lasswell dan Charles Wr ight merupakan sebagian dar i pakar yang benar ± benar ser ius mempert imbangkan fungs i dan peran media massa dalam masyarakat. Wr ight ( 1959 ) membagi media komunikasi berdasarkan sifat dasar pemirsa, sifat dasar pengalaman komun ikas i, dan sifat dasar pember i ( 1984, 1960 ), pakar komunikasi dan profesor hukum d i Yale informas i. Lasswell University mencatat ada 3 fungsi media massa, pengamatan lingkungan , korelasi bagian ± bagian dalam masyarakat untuk merespon l ingkungan dan penyampa ian war isan masyarakat dar i satu generas i ke generasi selanjutnya. Sela in ket iga fungs i ini, Wr ight menambahkan fungs i keempat yakni hi buran buran ( Sever in, 2005, 386 ) Media massa yang dimaksud disini adalah media massa cetak ( printed mass media ). Pada umumnya kalau k ita berbicara mengenai pers sebaga i media massa tercetak , maka k ita harus terlebih dahulu memahami bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan ( social institution ) dan merupakan sub s istem dar i kemasyarakatan dimana ia berada, bersama ± sama dalam sub s istem la innya. Dengan demik ian maka pers t idak hidup secara sendir i, i, melainkan mempengaruhi dan di pengaruh pengaruhi oleh lembaga ± lembaga kemasyarakatan la innya. Bersama ± sama dengan lembaga kemasyarakatan la innya, pers berada dalam keter ikatan organisas i bernama negara. Karenanya eks istensi pers di pengaruh pengaruhi, bahkan ditentukan oleh falsafah negara dan s istem politik negara dimana pers itu hidup. Pers di negara mana dan dimasyarakat mana, ia berada sama ± sama mempunyai fungs i universal yakni : 1. Member ikan Informas i ( to inform ) Menyiarkan informasi adalah tugas suratkabar yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli suratkabar karena memerlukan informasi mengena i berbagai hal di bumi ini mengena i per istiwa yang terjadi, gagasan atau pik iran orang la in, apa yang dilakukan orang la in, apa yang dikatakan orang la in dan la in sebaga inya. 2. Mendidik ( to educate ) Sebagai sarana pendidikan massa ( mass educat ion ), suratkabar memuat tulisan ± tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk ber ita, dapat juga secara ekspl isit dalam bentuk art ikel atau tajuk rencana bur ( to enterta int ) 3. Fungs i Menghi bur Hal yang bers ifat hi buran ser ing dimuat suratkabar untuk meng imbangi ber ita ± ber ita berat ( hard news ) dan artikel ± art ikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hi buran buran itu semata ± mata untuk melemaskan ketegangan pik iran setelah para pembaca dihidangi ber ita dan art ikel yang berat ± berat. . 4 Mempengaruhi ( to influence ) 47
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Fungsi mempengaruhi, menyebabkan suratkabar memegang peranan pent ing dalam kehidupan masyarakat. Secara implisit terdapat pada ber ita, sedangkan secara ekspl isit terdapat pada tajuk rencana dan art ikel 5. Pengawasan ( social control ) Jika suratkabar benar melaksanakan tugas sos ial kontrolnya, akan banyak tantangan yang harus di jawab dengan sikap yang berani dan bi jaksana. Dalam suatu situasi, suratkabar bisa d ihadapkan kepada dua alternat if , mati terhormat karena memang pr insi p, atau hidup tidak terhormat disebabkan tidak mempunya i kepr i badian ( Effendi, Onong, 1981, 94 ) Pengertian Pembangunan
Sukses t idaknya perencanaan pembangunan daerah itu sudah barang tentu t idak bisa terlepas dar i media massa didalamnya. Kenapa sepert i itu, karena pemer intah, pers dan masyarakat adalah satu kesatuan yang sal ing membutuhkan satu sama la in. Secara gar is besar bisa diident if ikasikan t iga pola pemik iran dan praktek pembangunan yang berkembang di Indonesia,yang masing ±masing menekankan pendekatan berbeda,yaitu penekanan pol itik , ekonomi,dan moral sebaga i panglima (Mastur Yahya). Menurut Totok Mardikanto:Pembangunan didef inisikan sebaga i upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan ± perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perba ikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat ,terutama untuk jangka panjang.Upaya ini dilaksanakan oleh pemer intah yang didukung oleh part isi pasi masyarakatnya,dengan menggunakan teknolog i yang terpilih.Sedangkan Lionberger dan Gwin mendef inisikan pembangunan sebaga i proses pemecahan masalah, baik masalah yang dihadapi oleh setiap aparat dalam set iap jenjang birokras i pemer intah,dikalangan peneliti dan penyuluh,maupun masalah-masalah yang d ihadapi oleh warga masyarakat(Mastur Yahya). Def inisi pertama lebih menekankan pada masyarakat selaku pener ima manfaat (benef iciar ies) pembangunan.Sedangkan def inisi kedua menyiratkan bahwa pembangunan tidak hanya untuk masyarakat ,melainkan di peruntukkan pula bag i segenap Stake holder.Benang merah dar i def inisi pembangunan ialah bahwa pembangunan bertujuan merubah´keadaan´ masyarakat kearah yang leb ih ba ik dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi,maka dalam hal ini masyarakat pent ing untuk dili batkan. Sektor Pertanian Hortikultura
Mengingat bahwa perekonomian masyarakat Karo sangat didominasi oleh sektor pertanian, dimana sampa i saat ini sektor pertanian member ikan kontr i busi lebih dar i 60 persen setiap tahun bagi pembentukan produk domest ik regional bruto ( P DRB ) Kabupaten Karo. Adapun sub sektor yang dom inan bagi sektor pertanian yang disorot i disini adalah sub sektor hortikultura. Hort ikultura berasal dar i kata ´ hortus ´ ( garden atau kebun ) dan ´ colore ´ ( = to cultirate atau budidaya ). Secara harf iah istilah hort ikultura diartikan sebaga i usaha membudidayakan tanaman buah ± buahan , sayuran dan tanaman h ias (Edmon et al, 1975), sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dar i ilmu pertanian yang mempelajar i tentang budidaya buah ± buahan , sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 199 3 ± 1998, selain buah ± buahan, sayuran dan tanaman hias yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat ± obatan. Su¶ud Hassan , 2007 mengatakan bahwa hortikultura terdir i dar i : A. Tanaman Buah ± Buahan Ilmu yang mempelajar i tentang tanaman buah ± buahan d isebut pomologi, sedangkan orang ± orang yang mengusahakannya d isebut pomologist. Pengertian buah pada hortikultura agak berbeda dengan pengert ian buah pada ilmu botani, ataupu ekonomi. 48
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Umpamanya ment imun dalam arti botani adalah buah, tetapi dalam arti hort ikultura tergolong kedalam sayur ± sayuran. Beg itu juga dengan buah labu dalam hort ikultura dan buah tomat di Indonesia termasuk dalam golongan buah , tetapi di negara yang sudah maju digolongkan kedalam sayur ± sayuran. Dengan demik ian yang digolongkan kedalam buah dinegara ini adalah buah yang d ihas ilkan oleh tanaman tahunan ( perennial crops ) B. Tanaman Sayur ± Sayuran Ilmu yang mempelajar i tentang tanaman sayur ± sayuran d isebut oler iculture dan orang yang mengusahakannya d isebut oler icultur ist. Pengertian bahwa sayur ± sayuran hanyalah hasil yang di panen dar i tanaman tahunan ( annual crops ) atau tanaman muda/semus im baik yang menghas ilkan buah, batang, umbi dan lain ± la in tidaklah tepat. Ini dikarenakan ada juga sayur ± sayuran yang d i pet ik dar i tanaman tahunan sepert i melinjo dan daun jambu mete, daun kangkung, sebangsa pak is dan la in ± la in. C. Tanaman Bunga Ilmu yang mempelajar i bunga ± bungaan d isebut floricultura, sedangkan orang yang mengusahakan disebut floricultureti, tidaklah semata ± mata berart i suatu bidang tanaman bunga ± bungaan, tetapi juga tanaman yang tidak berbunga yang b iasanya di pergunakan untuk menghias i baik berupa semak ± semak maupun rumput ± rumputan. Hal ± hal la in yang termasuk kedalam hort ikultura : 1. Land scaping : meli put i planning dan pengaturan dar i pada pekerjaan, tempat tinggal dan tanam tanaman umum, juga letak bangunan ± bangunannya , jalan, pangan, taman untuk rekreasi dan lain ± lain. 2. Pemeliharaan tanaman ± tanaman dalam taman, kebun ( nursery production ). Meli put i seluruh tanaman dalam bidang hort ikultura. 3. Seed Production, merupakan bagian penting terutama untuk beni h±benih sayur±sayuran dan bungan±bungaan, untuk menghas ilkan benih sayur ± sayuran dan bunga ± bungaan daerah tropis bukanlah suatu hal yang mudah , bahkan ser ing t idak berhas il sama sekali. Kebanyakan tanaman sayuran baru mau berbuah ( menghas ilkan bi ji ) didaerah ± daerah dingin, sehingga untuk Indones ia benih ± benih terpaksa diimpor. 4. Pengolahan dan penyi mpanan has il ( processing and storage ). Ini merupakan bagian pent ing pada hort ikultura, karena hampir semua has il hort ikultura bers ifat tidak tahan lama, sehingga perlu adanya pengalengan oleh industr i ± industr i. Ditinjau dar i fungs inya tanaman hort ikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber utama, mineral dan protein ( dar i buah dan sayur ) , serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat member ikan rasa tentram, ketenangan hidup dan estet ika ( dar i tanaman hias/bunga ). Sedangkan peranan hort ikultura adalah : 1. Memperbaik i gizi masyarakat. 2. Memperbesar devisa negara 3. Memperluas kesempatan kerja 4. Peningkatan pendapatan petani dan, 5. Pemenuhan kebutuhan kei ndahan dan kelestar ian lingkungan
Namun ketika k ita membahas masalah hort ikultura perlu di perhatikan pula mengena i sifat khas dar i hort ikultura ya itu : 1. Tidak dapat disimpan lama 2. Perlu tempat yang lapang ( voluminous ) 3. Mudah rusak ( perishable ) dalam pengangkutan 4. Melimpah ruah pada suatu mus im dan langka pada musi m lainnya 5. Fluktuasi harganya tajam ( www.pertanian.uns.ac.id /~agronomi /dashor.html )
49
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Dengan mengetahui manfaat serta s ifat ± sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhas il dengan baik , maka di perlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hort ikultura tersebut. Hort ikultura adalah komoditas yang akan memilik i prospek yang sangat cerah men ilik dar i keunggulan komparat if dan kompet itif yang dimilik inya dalam pemulihan perekonomian Indones ia d imasa mendatang. Oleh karena itu k ita harus berani untuk memula i mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara ± negara lain yang mengandalkan devisanya dar i hasil hortikultura antara la in Tha iland dengan berbaga i komoditas hort ikultura yang serba Bangkok , Belanda dengan bunga tuli pnya, Nikaragua dengan pisangnya , bahkan Israel dar i gurun pas irnya, k ini telah mengekspor apel, jeruk , anggur dan la in sebaga inya. Sementara pengembangan hort ikultura di Indonesia pada umumnya mas ih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan di pelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hort ikultura yang diusahakan masih terbatas. Cakupan sub sektor hort ikultura yang dominan diusahakan oleh masyarakat Karo adalah tanaman sayuran dan buah ± buahan yang mel i put i tomat, kol, kentang, petsa i/sawi, cabe, buncis, wortel, bawang prei, arcis, jeruk , mark isah dan pisang. G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penel itian ini adalah metode penelitian deskr i ptif. Metode deskr i ptif dapat diartikan sebaga i prosedur pemecahan masalah yang diselidik i dengan menggambarkan/meluk iskan keadaan subyek/obyek penel itian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain lain pada saat sekarang berdasarkan fakta± fakta yang nampak atau sebagaimana adanya ( Nawawi, 1983,63 ). Tegasnya penelitian deskr i ptif hanya member i gambaran secermat mungk in mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu 2. Lokasi Penelitian
Adapun lokas i penelitian ini hanya di fokuskan pada 2 desa , di kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, yaitu Desa Ndokum S iroga dan Desa Surbakti. Kabupaten Karo terdapat 13 kecamatan yaitu : Mardinding, Laubaleng, Tiga Binanga, Juhar , Munthe, Kutabuluh, Payung, Simpangempat, Kabanjahe, Brastagi, Tiga panah, Merek , Barusjahe. Dar i 13 Kecamatan diatas, saya mempurpos ive Kecamatan Simpang Empat sebagai lokasi penelitian. Di pilihnya hanya satu kecamatan mengingat kecamatan tersebut : a. Masyarakatnya betul±betul masyarakat petani yang bergerak di bidang pertanian hortikultura b. Berdasrkan data yang ada d desa ikecamatan , ini paling banyak masyarakatnya bergerak dalam b idang pertanian hortikultura . c. Transportasi dar i pusat i bukota propinsi ( Medan ke Kabupaten Karo ) b isa ditempuh dalam beberapa menit. 3. Populasi dan Sampel
Populasi Populas i dar i penelitian ini adalah seluruh masyarakat petani holt ikultura di desa Ndokum Siroga dan desa Surbakt i ,yaitu sebanyak 900 orang. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil melalui Teknik Pemilihan Sampel secara purposive ( purpos ive sampel technique ) . Tekn ik purpos ive adalah suatu teknik yang 50
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
mencakup orang ± orang yang d iseleks i atas dasar kr iter ia tertentu yang di buat peneliti berdasarkan tujuan penel itian ( Kr iyantono, 2006, 154 ), maka kr iter ia yang ditentukan adalah masyarakat yang betul-betul petani holtikultura,dengan besar sampel 10% dar i Populasi yaitu sebanyak 90 orang , dimana dar i 40 desa yang ada d i Kecamatan Simpang Empat ditentukan 2 ( dua ) desa yaitu : a. Desa Ndokum S iroga yang dianggap pertaniannya paling maju sebanyak 45 responden b. Desa Surbakt i yang pertaniannya kurang maju sebanyak 45 responden 4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui angket yang di pandu oleh enumerator ( pengumpul data ) dimana penulisan angket dilakukan melalui pertanyaan terbuka dan tertutup. Disamping itu untuk memperkaya data , juga dilakukan metode li brary research ( r iset kepustakaan ) ya itu pencar ian referensi/bahan ± bahan dar i buku ± buku jurnal, hasil ± has il penelitian dan laman webs ite yang berhubungan dengan mater i penelitian ini. 5. Teknik Analisis Data
Sesua i dengan s ifat dan tujuan dar i penelitian ini, maka analisis penelitian dilakukan dengan metode pendekatan deskr i ptif kuant itatif didukung dengan data kual itatif yang di peroleh melalui wawancara mendalam,dan akhirnya data lapangan yang telah di peroleh dikoding dan ditabulasi untuk memperoleh tendens i dengan persentase. H. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 0 0 0 0 Letak geograf is Kabupaten Karo berada d iantara 2 50 ± 3 19 Lintang Utara dan 97 0 0 0 0 2 55 ± 98 38 Bujur Ti mur dengan luas w ilayah 2.127,25 Km . Kabupaten Karo terletak pada jajaran Buk it Bar isan dan sebag ian bersar wilayahnya merupakan dataran t inggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini, seh ingga rawan terjadi gempa vulkanik. W ilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120 ± 1. 400 meter diatas permukaan laut. Adapun batas ± batas w ilayah Kabupaten Karo adalah sebaga i ber ikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deliserdang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dair i dan Kabupaten Toba Samos ir c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun d. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD )
Kabupaten Karo terdir i dar i 13 kecamatan yang di bagi menjadi 248 desa dan 10 kelurahan. Pusat pemer intahan Kabupaten Karo terletak d i Kecamatan Kabanjahe yang berjarang sek itar 67 k ilometer dar i Medan Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut suku bangsa Karo. Suku bangsa Karo ini mempunya i adat istiadat yang sampa i saat ini masih terpelihara dengan baik dan sangat meng ikat bagi suku bangsa Karo send ir i. Suku ini terdir i dar i 5 ( lima ) marga, tutur siwaluh dan rakut s itelu. Merga Silima itu yakni : Karo ± Karo, Ginting, Sembir ing, Tar igan dan Perangin - angin. Dalam pekembangannya, adat suku bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa suku bangsa Indones ia lainnya dapat diter ima menjadi suku bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat. Saat ini wilayah Kabupaten Karo sudah d idiami oleh beragam suku bangsa. Perekonom ian Kabupaten Karo sebagian besar adalah sektor pertan ian. Sek itar 70 persen dar i jumlah rumah tangga di Kabupaten ini berusaha disektor pertanian terutama bercocok tanam sayur ± sayuran, buah ± buahan, padi, palawi ja, hortikultura, tanaman perkebunan dan peternakan 1. Kecamatan Simpang Empat 51
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
2
Luas wilayah Kecamatan Simpang Empat adalah seluas 225,47Km yang terdir i dar i 40 desa. Jarak dar i kabupaten 7 k ilometer. Jumlah penduduk 39.966 jiwa dan 10.834 rumahtangga ( RT ). Sejak Januar i 2007, Kecamatan Simpang Empat telah dimekarkan menjadi 3 ( tiga ) kecamatan 2. Desa Ndokum S iroga Nama Kepala Desa : Supratman Surbakt i, terdir i dar i 2 ( dua ) dusun. Desa Ndokum Siroga adalah i bukota dar i Kecamatan Simpang Empat. Luas Desa Ndokum S iroga adalah 2 2,97 Km , jumlah penduduk 1.969 jiwa yang terdir i dar i 522 KK. Adapun mata pencahar ian penduduk terdir i dar i 491 KK ( 94% ) bertani dan sebanyak 31KK ( 6% ) adalah non tani. Sementara tingkat pendidikan di Desa Ndokum Siroga adalah : 45 orang tidak bersekolah, 60 orang S D sederajat, 160 orang SLTP sederajat, 85 orang SLTA sederajat dan 43 orang pernah ditingkat perguruan t inggi, dengan perbandingan jenis kelamin 890 jiwa perempuan dan 2.070 jiwa lak i ± lak i. 3. Desa Surbakt i Nama Kepala Desa : Jasa Surbakt i, terdir i dar i 5 ( lima ) dusun, luas daerah Desa Surbakti 2 adalah 9,57 Km dengan jumlah penduduk 2.167 jiwa dimana perbandingannya 1.003 jiwa lak i ± lak i dan 1.164 jiwa perempuan yang terdir i dar i 689 KK. Adapun mata pencahar ian penduduknya terd ir i dar i 684 KK atau 94% adalah bertani dan sebanyak 41 KK atau 6 %nya bergerak disektor non pertanian. Sementara t ingkat pendidikan di Desa Surbakti adalah 112 jiwa tidak bersekolah, 90 jiwa tamat SD sederajat, 170 jiwa tamat SLTP sederajat, 160 ji wa SLTA sederajat dan 52 jiwa tingkat perguruan t inggi. I. Hasil Penelitian.
Dar i hasil penelitian tentang Opini Publik Mengenai Peran Media Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura terlihat bahwa masyarakat Karo, khususnya di lokasi yang di jadikan sebaga i responden dalam penel itian ini masih menggunakan media massa cetak khusus med ia cetak lokal sebaga i sumber informasi pembangunan Bidang Pertanian Hort ikultura. Asumsi ini terlihat sepert i yang tertera dalam tabel penulisan laporan ini. Media cetak juga dianggap sebaga i salah satu faktor dalam mempercepat proses tranfus i informas i pembangunan khususnya b idang pertanian hort ikultura, dimana pada tabel di bawah ini terlihat bahwa media cetak lokal tersebut dianggap sangat pent ing bagi masyarakat dan tidak dapat di pisahkan dar i masyarakat petani dalam memperoleh upaya informas i. J. Pembahasan Hasil Penelitian
Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang ada d i Propinsi Sumatera Utara yang mengandalkan pendapatan masyarakatnya dar i sektor pertanian. Dengan kata la in mayor itas Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) yang dihasilkan dar i sektor pertanian yang menghasilkan produk ± produk pertan ian berbas is agrobisnis. Produk ± produk andalan pertan ian Kabupaten Karo ini adalah bermacam sayuran, buah ± buah dan juga bunga ± bungaan. Begitu dominannya sektor pertanian yang dikelola daerah ini sehingga sampa i saat ini kontr i busi yang di ber ikan atas pembentukan produk domest ik regional bruto ( P DRB ) hingga mencapa i 60 persen. Memang ada sektor par iwisata yang juga menjadi andalan bagi Pemer intah Kabupaten Karo, namun hingga k ini sektor par iwisata belum juga mampu menggant ikan peran sektor pertanian yang telah begitu dominan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk tetap mempertahankan dan sekal igus meningkatkan pendapatan dar i sektor pertanian ini. Salah satu diantaranya adalah upaya untuk terus memelihara pasar regional dengan mengundang pengusaha ± pengusaha dar i Singapore dan Malaysia yang tergabung dalam Agr i-Food And Veter inery Autor ity Of Singapore ( AVA ). Kedatangan para pengusaha S ingapore ini ke Sumatera Utara 52
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
bertujuan untuk melihat secara langsung proses produks i sayur ± sayuran langsung ke tempat produksi sekaligus sebaga i upaya penjajakan atas peningkatan kerjasama yang telah ada selama ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan sayur ± sayuran d i neger i Singapur tersebut. Sebagaimana k ita ketahui Negara Singapore sangat mengandalkan pasokan sayur dan buah untuk dikonsums i dar i negara ± negara tetangganya. 95 persen pasokan sayur dan buah berasal dar i negara negara sepert i Thailand, China, Malaysia, Jepang, Australia dan Indonesia. Dan tentu saja kond isi tersebut merupakan peluang yang harus d imanfaatkan semaksimal mungk in. Pemer intah Kabupaten Karo harus tetap kons isten didalam pengembangan kegiatan agrobisnis tersebut. Keberadaan sumber daya manus ia dalam hal ini petani juga harus selalu mengup-grade pengetahuannya d idalam hal pengolahan pertanian untuk meningkatkan produks i, yang pada akhirnya ber imbas kepada peningkatan kesejahteraan petani tersebut. Berbagai upaya dilakukan para petani didalam meningkatkan pengetahuannya dalam mengolah pertanian. Pemer intah Kabupaten Karo sendir i melalui Dinas Pertanian setempat selalu mengir imkan petugas ± petugas penyuluh pertan ian untuk membimbing para petani didalam melakukan akt ivitas pertanian. Namun upaya untuk mencar i sendir i informas i tambahan yang pal ing terbaru juga perlu dilakukan, karena inovasi ± inovasi yang terus berkembang terkadang tidak didapatkan dar i sumber informas i seperti penyuluh pertanian. Salah satu kesempatan yang harus d imanfaatkan para petani di Kabupaten Karo dewasa ini adalah didalam membudidayakan tanaman ± tanam bers ifat organik. Jenis tanaman yang akhir ± akhir ini sangat populer karena produk organ ik ini terhindar dar i bahan ± bahan k imia yang t idak bagus buat kesehatan, dan jenis organik sepert i ini sangat digemar i oleh konsumen di negara ± negara S ingapore dan Malays ia. Informasi seperti inilah yang sangat di perlukan oleh masyarakat petani, termasuk didalamnya peluang bisnis pemasaran serta proses pasca panennya. Penggunaan teknolog i tinggi didalam meningkatkan produks i pertanian juga perlu diketahui, serta langkah ± langkah strateg is lain yang pada intinya adalah baga imana melaksanakan kegiatan pertanian yang efekt if , cerdas dan mempunya i output yang besar. Solusi cerdas yang di pilih masyarakat petani dalam mencar i informasi terbaru adalah melalui media massa yang ada d i daerah, utamanya media massa lokal.
Media Si bayak Pos Sora Mido Sora Sirulo Info Karo Karo Memba ngun
Tabel 1 Frekuensi Membaca Media Cetak Lokal Desa Ndokum Siroga Desa Surbakti Sering
F % F % F % F % F %
Jarang
16
19
35 ,6
4 2,2
6
18
13,3 9 2 0, 0 12 2 6 ,7 17 3 7, 8
4 0, 0 4 3 1, 1
7 1 5 ,6 9 20
Tdk Pernah 10 22,2 21 46 ,7 22 4 8, 9 26 5 7, 8 19 4 2,2
Total 5
100 45
100 45
100 45
100 45
100
Media
Si bayak Pos Sora Mido Sora Sirulo Info Karo Karo Memba ngun
Sering
F % F % F % F % F %
16 35 , 6
11 24, 4 12 26, 7 7 15, 6
Jarang
9 2 0 ,0 11 2 4 ,4 10 22,2 10 22,2
Tidak Pernah 20 44 , 4 23 5 1, 1 23 5 1, 1 28 62,2
Total 45
100 45
100 45
100 45
100
Media cetak juga dianggap sebaga i salah satu faktor dalam mempercepat proses tranfusi informas i pembangunan khususnya b idang pertanian hortikultura, dimana pada tabel di bawah ini terlihat bahwa media cetak lokal tersebut d ianggap sangat pent ing bagi masyarakat dan t idak dapat di pisahkan dar i masyarakat petani dalam memperoleh upaya informas i. 53
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 2 Tingkat Kepentingan Media Cetak Dalam Membantu Usaha Pertanian Tingkat Kepentingan Media Sangat Tidak Desa Penting Total penting penting Ndokum Siroga Surbakti
F % F %
20 44.4 18 40.0
25 55.6 27 60.0
-
45
100 45
100
Pada tingkat kepent ingan responden terhadap med ia cetak lokal dalam membantu usaha pertanian, terlihat bahwa responden d i Desa Ndokum S iroga dengan persentase sebesar 44,4% menganggap med ia cetak lokal sangat pent ing dalam membantu usaha pertan ian mereka karena sela in kurangnya keberagaman pilihan media yang ada, media lokallah yang paling tahu kebutuhan para petani , sedangkan untuk pertanyaan yang sama d i Desa Surbakti persentasenya sebesar 40%, responden la innya menjawab pent ing sebesar 55,6% didesa Ndokum Siroga dan 27% di Desa Surbakt i. Tidak ada responden yang menjawab t idak penting untuk mater i pertanyaan ini. Tabel 3 Pengaruh Membaca Media Cetak Terhadap Responden Pengaruh Membaca Media Cetak Tidak Sangat Desa Berpengaruh Total Berpengaru Berpengaruh F 14 31 45 Ndokum Siroga % 100 31.1 68.9 F 17 28 45 Surbakti % 100 37.8 62.2 Anggapan bahwa media cetak berpengaruh terhadap responden terl ihat sepert i tabel diatas, dimana 37,8% responden d idesa Surbakti menjawab media tersebut sangat berpengaruh terhadap responden karena dar i medialah petani mengetahui informas i pertanian sehingga hasil pertanian mereka meningkat , juga tentang pemasaran has il pertanian, sedangkan di Desa Ndokum S iroga 31,1 % responden yang menjawab sangat berpengaruh, namun 68,9% responden di desa Ndokum S iroga menjawab berpengaruh, sedangkan di Desa Surbakti yang member i jawaban berpengaruh adalah sebesar 62,2 %. Tabel 4 Pengaruh Media Cetak Terhadap Perubahan Nyata Pen aruh Terhadap Perubahan Nyata Desa Sangat positif Positif Kurang positif
Total
F 10 35 45 % 77.8 100 22.2 F 10 35 45 Surbakti % 77.8 100 22.2 Untuk mater i pertanyaan tentang pengaruh media cetak terhadap perubahan nyata responden didua desa tersebut , terlihat sesuatu yang un ik , dimana masing masing responden di dua desa tersebut menjawab bahwa media cetak member ikan perubahan yang pos itif bagi responden karena dengan persentase 77,8%, bahkan 22,2% responden pada mas ing ± mas ing Ndokum Siroga
54
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
desa menjawab bahwa pengaruh med ia cetak terhadap perubahan yang nyata menjawab sangat pos itif Tabel 5 Dampak Media Cetak Terhadap Peningkatan Hasil Pertanian Dampak Terhadap Peningkatan Hasil Desa Ser ing Kadang-kadang Tidak ada Total Ndokum Siroga Surbakti
F % F %
13 28.9 7 16.6
30
2 4.4 2 4.4
66.7 36
80.0
45
100 45
100
Dar i tabel diatas, terlihat bahwa media cetak tidak selalu member ikan peningkatan terhadap has il pertanian. 80% responden d i Desa Surbakt i menjawab bahwa media cetak hanya kadang ± kadang member i peningkatan terhadap has il pertanian, sedangkan didesa Ndokum Siroga sebesar 66,7%. Namun responden yang menjawab bahwa informasi media cetak tersebut ser ing member i peningkatan has il pertanian juga ada, dimana 28,9% responden di Desa Ndokum S iroga, dan 16,6% d i Desa Surbakt i, bahkan ada 4,4% responden d i masing ± masing desa menjawab tidak ada dampak media cetak terhadap peningkatanhas il pertanian Tabel 6 Media Massa Dimaksud Adalah Media Cetak Lokal Desa Media tersebut adalah media cetak lokal Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total Ndokum Siroga Surbakti
F % F %
26 57.8 29 64.4
11 24.4 8 17.8
8 17.8 8 17.8
45
100 45
100
Dar i mayor itas media massa sebaga i sumber informas i pembangunan , 64,4% responden di desa Surbakt i menjawab bahwa media dimaksud adalah media cetak lokal, 57,8% responden d i desa Ndokum S iroga member i jawaban senada, namun ada juga yang kurang setuju dengan hal tersebut , dimana 24,4% responden di desa Ndokum S iroga tidak setuju dengan jawaban tersebut dan 17 ,8% responden d i desa Surbakti member i jawaban senada, bahkan masing ± mas ing responden didua desa tersebut ada yang t idak setuju dengan pernyataan tersebut dengan n ilai 17,8%
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Beberapa point penting yang didapat dar i penelitian Opini Publik Mengenai Peran Media Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura yang dilakukan oleh Tim BPPI Wilayah I Medan di Kabupaten Karo, Kecamatan Simpang Empat, tepatnya didesa Ndokum Siroga dan desa Surbakt i adalah sebaga i ber ikut : 1. Masyarakat Kabupaten Karo ternyata mas ih memanfaatkan media cetak lokal sebaga i sumber informas i pembangunan bidang pertanian hortikultura, terutama didesa Surbakt i antusias masyarakat tentang media lokal masih tinggi. Ini mungk in disebabkan masih 55
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
kurang beragamnya pilihan media yang ada di desa tersebut, di bandingkan dengan desa Ndokum Siroga yang ada di pusat kecamatan. Namun antus iasme ini terkendala oleh media cetak lokal yang mas ih sulit didapat didesa ± desa terutama desa yang masuk kepedalaman. 2. Ternyata keberadaan media massa cetak mas ih sangat diharapkan oleh masyarakat dapat mendorong suksesnya pembangunan b idang pertanian hortikultura, apalagi masyarakat petani masih merasakan kurangnya informas i tentang pasar produk pertan ian dan informas i tentang budidaya pertanian hort ikultura. Dan peran inilah yang diharapkan masyarakat dapat ditangkap dan diisi oleh media massa lokal. Apalagi petani juga masih belum merasa cukup tentang informasi pertanian dar i penyuluh pertanian yang belum rutin dan intens didesa Surbakt i 3. Kendala yang di hadapi masyarakat tentang pembangunan b i dang pertanian hortikultura melalui media massa adalah kurangnya informas i pertanian hort ikultura, juga masih belum mencukupinya isi ber ita tentang peluang pasar domest ik maupun luar ne ger i. Disamping itu sirkulasi atau keterlambatan terbit media lokal juga menjadi kendala informas i pembangunan bidang pertanian hort ikultura melalui media massa, karena media lokal umumnya terbit per satu bulan sekal i. Saran
a. Pemer intah agar lebih memperhatikan nasi b petani hortikultura di Kabupaten Karo, apalagi mengingat bahwa Sumatera Utara termasuk daerah potens ial bagi pengembangan tanaman hort ikultura , disamping itu dar i sisi pangsa pasar wilayah ini berdekatan dengan Singapura dan Malaysia yang membutuhkan has il pertanian dar i Sumatera Utara b. Pemer intah Daerah harus berupaya dengan segala cara dan leb ih maksimal untuk mengontrol keberadaan dan harga pupuk dan obat±obatan yang d i butuhkan masyarakat dalam kegiatan pertaniannya, serta mengawasi/menghilangkan peredaran pupuk dan obat ± obatan palsu yang belakangan ini beredar dikalangan masyarakat petani c. Pemer intah Daerah diharapkan untuk mengembal ikan ikon Tanah Karo dengan kembal i membudidayakan jeruk yang selama ini dikenal sebaga i pr imadona daerah ini, dan telah menembus pangsa pasar dun ia d. Perlu adanya penanganan pengelolaan has il pasca panen e. Sirkulasi media lokal lebih ditingkatkan ba ik dar i segi mutu (kuant itas dan kualitas), dan bila memungk inkan program koran masuk desa d ihidupkan kembali , dimana isi koran tersebut diharapkan memilik i muatan lokal yang memuat informas i mengena i tata cara dan budaya pengelolaan tanaman hort ikultura secara tepat dan ef isien. Daftar Pustaka
Effendy, Onong., 1981, Dimensi ± Dimensi Komunikasi , Alumni Bandung Hardiman, Ima. 2006, 400 Istilah PR Media & Periklanan , Gagas Ulung, Jakarta Kr iyanto, Rachmat. 2006, Teknik Prakis Riset Komunikasi , Kencana Prenada Media Grup, Jakarta Li ppmann, Walter. 1998, Opini Umum, Yayasan Obor Indones ia, Jakarta McQuail, Denis. 1994, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar , Erlangga, Jakarta. Paramita, Pradya. 1984. Leksikon Komunikasi , Jakarta Rakhmat, Jalaluddin. 1998, Psikologi Komunikasi , Remaja Rosdakarya, Bandung Rakhmat, Jalaluddin. 2004, Metode Penelitian Komunikasi , Rusdakarya, Bandung Sever in, Werner dan Tankard James. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan Didalam Media Massa , Prenada Media, Jakarta Su¶ud, Hasan. 2007, Pengantar Ilmu Pertanian , Yayasan Pena, Banda Aceh 56
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Sumber lain http://www.suarapembaruan.com/new/2006/06/21/editor/edi07.html http://www.pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html www.acehinstitute.org/opini-mastur-yahya.rehabrekon buyadong.htm. Ikhtisar Eksekut if Pembangunan Kabupaten Karo. 2006, BPS, Karo Program Pembangunan Pertanian Kecamatan Simpang Empat. 2007. Dinas Pertanian, Peternakan, Per ikanan dan Perkebunan Kabupaten Karo Rencana Kerja Penyuluh Pertanian. 2008. Simpang Empat
57
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
ANALISIS FAKTOR PENDUKUNG PEMANFAATAN GLOBALISASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN DI KOTA MAKASSAR RUKMAN PALA ABSTRAK
Tulisan ini berjudul analisis faktor pendukung pemanfaatan globalisasi teknologi informasi dalam pengembangan kebudayaan di kota makassar. Tujuan penulisan penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana faktor pendukung pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi terhadap perkembangan kebudayaan di kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey sampel dengan wawancara dan kuesioner serta dilengkapi dengan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi terhadap perkembangan kebudayaan di kota Makassar kurang optimal. Hal ini dilihat dari beberapa faktor pendukung yang kurang terlaksana dengan baik, yaitu kemampuan pemerintah dan kemampuan masyarakat kurang mampu memberikan dukungan terhadap pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi dalam perkembangan kebudayaan di kota Makassar.Khususnya kemampuan masyarakat dalam memahami pentingnya pemanfaatan Teknologi Informasi, fasilitas yang digunakan baik dari segi kualitas maupun kuantitas kurang mampu mendukung pemanfaatan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan di Kota Makassar serta sikap dan perilaku masyarakat dalam memahami pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi kurang optimal. Hal ini disebabkan masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan memahami pentingnya Tekno logi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Kata Kunci : Globalisasi, Teknologi Informasi, Kebudayaan
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Pengaruh globalisas i dirasakan di berbagai bidang kehidupan sepert i kehidupan politik , ideologi, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan la in-lain yang akan mempengaruh i nilainilai nasionalisme bangsa. Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan t idak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli (Edison A. Jamli dkk , Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hak ikatnya adalah suatu proses dar i gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa la in yang akhirnya sampa i pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjad i pedoman bersama bagi bangsa- bangsa d i seluruh dunia. Dengan kata la in proses global isasi akan berdampak melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat d iartikan jarak semak in dekat atau di persempit sedangkan waktu mak in di persingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dar i dukungan pesatnya laju 58
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
perkembangan teknologi yang semak in canggih khususnya teknolog i informasi dan komunikasi (TIK). Teknologi informas i dan komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bag i terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informas i dan komunikasi, informas i dalam bentuk apapun dan untuk berbaga i kepent ingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruh i cara pandang dan gaya h idup hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan arus informas i yang dengan cepat membanj ir i k ita seolah-olah t idak member ikan kesempatan kepada k ita untuk menyerapnya dengan f ilter mental dan s ikap kr itis. Mak in canggih dukungan teknologi tersebut, mak in besar pula arus informas i dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu selama ini dikenal asas ³kebebasan arus informasi´ berupa proses dua arah yang cukup ber imbang yang dapat saling member ikan pengaruh satu sama la in. Namun perlu diingat, pengaruh globalisasi dengan dukungan teknolog i informas i dan komunikasi (TIK) meli put i dua sisi yaitu pengaruh pos itif dan pengaruh negat if. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan adanya TIK adalah pen ingkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang member ikan ef isiensi dalam berbaga i bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh manifestas i TIK yang mudah dilihat di sek itar k ita adalah pengir iman surat hanya memerlukan waktu s ingkat, karena kehadiran surat elektronis (email ), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputas i numer is, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah ya itu dengan basis data (database ), dan masih banyak lagi. Sedangkan pengaruh negat if yang bisa muncul karena adanya TIK , misalnya dar i globalisas i aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungk inkan produk luar neger i masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar neger i dan ditambahnya harga yang relat if lebih murah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam neger i. Dengan hilangnya rasa c inta terhadap produk dalam neger i menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat k ita terhadap bangsa Indones ia. Pada hak ikatnya teknologi dici ptakan, sejak dulu hingga sekarang ditujukan untuk membantu dan member ikan kemudahan dalam berbaga i aspek kehidupan, baik pada saat manusia bekerja, berkomunikasi, bahkan untuk mengatas i berbagai persoalan pelik yang timbul di masyarakat. TIK t idak hanya membantu dan mempermudah manus ia tetapi juga menawarkan cara-cara baru di dalam melakukan akt ivitas-aktivitas tersebut sehingga dapat mempengaruhi budaya masyarakat yang sudah tertanam sebelumnya. Budaya atau kebudayaan adalah kerangka acuan per ilaku bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebi jaksanaan , dll ) yang berpengaruh sebaga i kerangka untuk membentuk pandangan h idup manusia yang relat if menetap dan dapat dilihat dar i pilihan warga budaya itu untuk menentukan s ikapnya terhadap berbaga i gejala dan per istiwa kehidupan. Jadi bagaimana TIK dapat mempengaruhi nilai-nilai yang telah tumbuh d i masyarakat dalam suatu bangsa itu sangat tergantung dar i sikap masyarakat tersebut. Seyogyanya , masyarakat harus selekt if dan bers ikap kr itis terhadap TIK yang berkembang sangat pesat , sehingga semua manfaat pos itif yang terkandung d i dalam TIK mampu dimanifestas ikan agar mampu membantu dan mempermudah keh idupan masyarakat, dan efek negatif dapat lebih diminimalkan. Demik ian halnya perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan global isasi Teknologi Informas i. Pemanfaatan Teknologi Informas i untuk member ikan data dan informas i tentang perkembangan kebudayaan d i Kota Makssar. Sepert i k ita ketahui budaya masyarakat Kota Makassar beg itu beragam dan perlu dilestar ikan sehingga dapat tetap bertahan dan member ikan devisa bagi Kota Makassar khususnya. Untuk member ikan data dan informasi tersebut, maka perlunya ditunjang oleh 59
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
beberapa faktor dalam mendukung perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Faktorfaktor tersebut sepert i kemampuan pemer intah dan masyarakat dalam mendukung dan memahami Teknolog i Informas i yang digunakan, sarana atau fas ilitas yang digunakan dalam mendukung pemanfaatan Teknolog i Informas i tersebut, dan sikap dan per ilaku masyarakat terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Namun permasalahan yang muncul adalah pemanfaatan Teknologi Informas i dan Komunikasi terhada perkembangan budaya Makassar belum terlaksana secara opt imal sehingga memerlukan peran serta pemer intah dan masyarakat memanfaatkan global isasi Teknologi Informasi tersebut. Rumusan Masalah
Berdasarkan ura ian di atas, maka rumusan masalah dalam penel itian ini adalah : Bagaimanaka faktor pendukung pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi terhadap perkembangan kebudayaan di Kota Makassar ? Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana faktor pendukung pemanfaatan globalisasi Teknologi Informas i terhadap perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey yang leb ih menekankan pada jenis penelitian deksr i ptif kuantitatif dimana metode ini sangat relevan dengan topik yang akan diteliti, juga sangat membantu untuk mendapatkan data yang obyekt if dan valid dalam rangka memahami, memecahkan, serta mengupayakan pemecahan masalah tentang analisis faktor pendukung pemanfaatan global isas i teknologi informasi terhadap perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Pada penelitian ini yang menjadi populas i adalah masyarakat dan mereka yang memahami tentang pemanfaatan Teknologi Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Sampel adalah sebagian dar i jumlah dan karakter istik yang dimilik i oleh populasi tersebut (Sugiono, 2001 : 57). Oleh karena itu sampel dalam penel itian ini adalah masyarakat yang memahami pemanfaatan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Teknik penar ikan sampel yang digunakan adalah teknik aksidental. Teknik aksidental ini adalah mereka yang ditemui dan memahami pemanfaatan globalisasi Teknologi Informas i terhadap perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar yang dapat d i ber ikan pertanyaan. Teknik pengumpulan data yang d igunakan dalam penel itian ini adalah Wawancara. dar i sejumlah informan akan bermanfaat guna mewujudkan val iditas data secara keseluruhan, yang dapat ditempuh dengan cara membandingkan data dar i responden dengan informan yang . Selanjutnya dengan kues ioner guna mendapatkan data yang akurat dan obyekt if terhadap permasalahan yang diteliti, didapat dar i responden. Data mentah yang terkumpul dar i hasil jawaban responden maupun yang didapat dar i hasil wawancara, telaah dokumen serta observas i akan diolah dengan menggunakan sistem tabulasi data dengan memaka i analisis frekuens i. Dengan rumus sebaga i ber ikut :
60
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
F P = --------------------- x 100 % N Keterangan : P = Persentase F = Jawaban responden N= Jumlah responden Analisis Data
Data yang di peroleh dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan tekn ik analisis deskr i ptif kuant itatif yang dikualitatifkan, maksudnya data yang ada d iangkakan kemudian dideskr i psikan. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Globalisasi
Kata µglobalisasi¶ mak in lama mak in menjadi sajian sehar i-har i melalui berbagai pemyataan publik dan li putan media massa; dan kalau semuanya itu k ita perhatikan secara saksama, maka akan ternyata betapa kata µglobal isasi¶ itu cenderung dilontarkan tanpa terlalu dihiraukan apa maknanya. Pernyataan sepert i ³dalam era globalisasi dewasa mi´ berart i bahwa k ita telah berada dalam era global isasi; lain lagi halnya kandungan pernyataan ³menjelang era globalisasi´ yang berart i k ita belum berada dalam era tersebut. Kelatahan dalam penggunaan kata µglobal isas i¶ sedemik ian itu akhimya mengesankan kesembarangan arti kata globalisasi, dan mak in mengaburkan implikasi dan komplikasi makna yang terkandung di dalamnya. (Sudarmajid, 2003 : 23). Menurut Aditya (2004 : 11) globalisasi pada hak ikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan atau prakarsa yang dampaknya bekelanjutan melampau i batasbatas kebangsaan (nation-hood) dan kenegaraan (state-hood); dan meng ingat bahwa jagad kemanusiaan ditandai oleh pluralisme budaya, maka globalisasi sebaga i proses juga menggejala sebaga i per istiwa yang melanda dunia secara lintas-budaya (trans-cultural). Dalam gerak lintas-budaya mi terjadi berbagai pertemuan antar-budaya (cultural encounters) yang sekaligus mewujudkan proses sal ing-pengaruh antar-budaya , dengan kemungk inan satu f ihak lebih besar pengaruhnya ket imbang f ihak lainnya. Pertemuan antar-budaya memang menggej ala sebaga i keterbukaan (exposure) f ihak yang satu terhadap la innya; namun pengaruh-mempengaruhi dalarn pertemuan antar-budaya itu t idak selalu berlangsung sebaga i proses dua-arah atau timbal-balik yang ber imbang, melainkan bolehjadi juga terjadi sebaga i proses imposisi budaya yang satu terhadap la innya; ya itu, terpaan budaya yang satu berpengaruh dominan terhadap budaya la innya. Apakah yang k ita maksudkan dengan µbudaya¶ atau µkebudayaan¶ itu? Untuk member ikan jawaban atas pertanyaan mi banyak cara dapat ditempuh. K ita dapat mencar i jawaban berdasarkan etimologi; cara mi mungk in menar ik secara akademik namun mungk in terlalu ster il untuk diturunkan sebaga i medium analisis dalam terapan empir ikal. Cara lain ialah memperbandingkan berbaga i def inisi yang dapat di pandang terkemuka dalam literatur; cara mi akan membutuhkan ura ian panjang lebar karena b iasanya perlu di perjelas dengan tafsiran konseptual dan kontekstual. Mungk in juga k ita lakukan pendekatan komparat if antara suatu teor i dengan la innya; cara mi jelas dapat memperkaya wawasan k ita tentang kebudayaan, tapi keunggulan suatu teor i berkenaan dengan sesuatu gej ala budaya t idak selalu bearti keunggulan teor i itu secara menyeluruh; t iap teor i bisa saja memilik i keunggulan
61
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
dalam satu dan la in hal, sehingga konvergens i antar-teor i mungk in saja digunakan dalam usaha memahami berbagai manifestasi budaya. Kalau k ita sar ikan muatan berbaga i def inisi yang terkemuka, maka tidak terlalu keliru k iranya kalau k ita mengartikan kebudayaan sebaga i sehimpunan nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukungnya d i jadikan acuan bagi per ilaku warganya. Nilai-nilai itu juga berpengaruh sebagai kerangka untuk membentuk pandangan h idup yang kemudian relatif menetap dan tampil melalui pilihan warga budaya itu untuk menentukan s ikapnya terhadap berbagai gejala dan per istiwa kehidupan. Nilai-nilai itu pada sendir inya barn merupakan acuan dasar yang keberlakuannya d isadarkan melalui ikhtiar pendidikan sejak dini, seperti misalnya usaha pengenalan dan penyadaran tentang apa yang µba ik¶, µburuk¶ , µdosa¶, µindah¶, dsb dalam t indak-tanduk seseorang. Sebaga i sumber acuan, persepi terhadap nilai-nilai itu masih besifat umum; batas antara apa yang d inilai sebagai kebajikan (good) atau kejahatan (evil) berlaku dalam gar is besar yang mem isahkan satu dan la innya; belum lagi antara keduanya di perbedakan dalam perband ingan µseberapa balk¶ atau µseberapa buruk¶ d i pandang dan tolokukur tertentu; tolokukur itu baru menjelma melalui norma-norma sebaga i pengatur kepantasan perllaku. Norma (nomos) adalah tolokukur yang memungk inkan terjadinya konformisme per ilaku dalam sesuatu masyarakat , dan dengan demik ian tersedia pula ukuran untuk nonkonformisme. Adanya tolokukur normat if mi menjadi dasar bagm berkembangnya peradaban (civilization) sebaga i bagian dan dinamika budaya tertentu. Dan ura ian di atas mi dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan adalah kerangka acuan per ilaku bagi masyarakat pendukungnya berupa n ilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebajikan, dsb), sedangkan peradaban adalah penjabaran n ilai-nilai tersebut melalui diwujudkannya norma-norma yang selanjutnya d i jadikan tolokukur bagi kepantasan per ilaku warga masyarakat ybs. N ilai keadilan diwujudkan melalui hukum dan s istem peradilan; nilai keindahan di jabarkan melalui berbagai norma artistik , nilai kesusllaan dinyatakan melalui berbagai tatakrama, nilai religius diungkapkan melalui berbagai norma agama, dan begitu seterusnya. S ingkatnya, penjabaran nilai kebudayaan menjadi norma peradaban dapat di pandang sebagai pengalihan dan sesuatu yang transenden menjad i sesuatu yang immanen. Terjalinnya kesadaran transendens i dan immanensi inilah yang menjadikan dinamika sejarah kemanus iaan sebaga i kaleidoskop perkembangan kebudayaan dan peradaban. Pasang-surutnya kebudayaan sepanjang sejarah kemanus iaan nyata sekali ditentukan oleh sejaubmana kebudayaan itu masih berlanjut sebaga i kerangka acuan untuk d i jabarkan melalui sesuatu tatanan normat if. Misalnya, kebudayaan Pharaonic yang benlaku dalam masyarakat Mesir kuno surut seir ing dengan klan memudarnya kebudayaan itu sebaga i sumber acuan untuk penjabaran norma-norma per ilaku bagi masyarakat Mesir sekarang. Tapi juga dalam era kontemporer mi suatu kebudayaan sebaga i sistem nilai dapat dengan suatu rekayasa didesak oleh sistem nilai barn, sehingga kebudayaan yang lama keh ilangan dayanya sebagai acuan untuk menjabarkan norma-norma perllaku. Perhat ikan misalnya ³Revolus i Kebudayaan´ yang secara berencana d ilancarkan di Republik Rakyat C ina pada pertengahan tahun 6Oan; perubahan serupa pun te i jadi tatkala Partai Komunis Rus ia berhasil menggulingkan keka isaran di Rusia dan memperkenalkan nilai-nllai barn sebaga i acuan bagi norma perllaku barn yang ideal bagi suatu masyarakat komunis. Perhatikan pula perubahan yang terjadi di Turk i, ketika Kemal Attaturk melancarkan gerakan modernisas i (yang diartikan sebaga i µwestemisasi¶). Kesemuanya mi sekaligus menunjukkan bahwa kebudayaan adalah suatu pengejawantahan yang h idup selama ada masyarakat pendukungnya; hal mi berlaku balk bagi kebudayaan yang surut oleh perubahan zaman maupun yang kehad irannya di paksakan untuk mendesak kebudayaan lama.(Kar iadi, 2002) Dalam sejarah kemanus iaan banyak contoh yang menunjukkan , bahwa timbultenggelamnya kebudayaan sangat di pengaruhi oleh apa yang tenjadi dalam pertemuan 62
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
antarbudaya, yaitu sejauh mana satu di antara f ihak yang saling bertemu kurang atau t idak lagi memilik i ketahanan budaya (cultural res ilience). Kebudayaan adalah suatu daya yang sekaligus tersimpan (latent) dan nyata (actual). Demik ianlah kebudayaan mengandung dua daya sekaligus, yaitu sebaga i daya yang cenderung melestan ikan dan daya yang cenderung berkembang atas kemekarannya send ir i. Antara kedua daya inilah tiap masyarakat pendukung kebudayaan tertentu berada; satu daya mempertahankannya agar lestan i dan daya la innya menar iknya untuk maju; satu daya dengan kecenderungan preservat if dan satunya lagi dengan kecenderungan progres if. Dalam kondisi demik ian itulah pertemuan antarbudaya sangat berpengaruh atas per imbangan antara kedua daya tersebut. Sampa i batas tertentu dan saling-pengaruh yang terjadi itu dapat terpantul seberapa t inggi derajat kesadaran dan t ingkat ketahanan budaya masing-masing f ihak yang saling bertemu. Tangguh atau rapuhnya ketahanan budaya biasanya dilatani oleh menurunnya kesadaran masyarakat yang bersangkutan terhadap kebudayaannya sebaga i pengukuh jatidir inya. Mak in rendah derajat ketahanan budaya masyarakat pendukungnya , mak in kuat pula budaya as ing yang menerpanya berpengaruh dominan terhadap masyarakat itu. Proses globalisasi yang diak i batkan oleh berbagai prakarsa dan kegiatan pada skala internasional sebaga imana menggej ala dewasa mi pun penlu k ita cermati sejauhmana siginif ikan pengaruhnya dalam pertemuan antar-budaya. Dalam kaitan mi pertemuan antar budayajangan terutama digambarkan sebaga i pertemuan antara dua f ihak belaka, melainkan terjadi dengan ketenli batan sejumlah f ihak secara segera ( instantaneous) serta serempak (simultaneous). Kesanggupan sesuatu satuan budaya untuk mempertahankan kesejat iannya dalam pertemuan antar-budaya yang demik ian majemuknya itu sangat ditentukan oleh tinggirendahnya derajat kesadaran budaya dan tanguhrapuhnya t ingkat ketahanan budaya masyarakat pendukungnya. Budaya as ing yang berpengarnh dom inan terhadap satuan budaya asli bisa membangk itkan kesan sebaga i µmodel¶ untuk ditiru. Kecenderungan meniru itu dalam kelanjutannya bisa terpantul melalui berkembangnya gayahidup (ljfestyle) barn yang dianggap super ior di bandingkan dengan gayahidup lama. Berkembangnya gayal iidup baru itu dapat menimbulkan kondisi sosial yang ditandai oleh heteronomi, yaitu berlakunya herbaga i norma acuan penilaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Perubahan gayah idup yang ditiru dan budaya as ing bisa berkelanjutan dengan t imbulnya gejala keterasingan dan kebudayaan sendir i (cultural alienation).(Ekawati, 2003) Karena perhat ian akan k ita pusatkan pada persoalan pertemuan antarbudaya dalam era globalisas i, maka ada ba iknya k ita bahas dahulu hal- ihwal yang berkenaan dengan global isas i sebagai proses maupun global isme sebaga i carapandang yang dewasa mi cenderung dianut dalam tata-pergaulan intemasional. Sebaga i proses, globalisas i benlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antarbangsa , yaitu dimens i ruang (space) dan waktu (t ime). Ruang/jarak mak in di perdekat dan waktu mak in d i persingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala mondial. Seantero jagad seolah-olah tertangkap dalam satu jan ingan besar tanpa adanya suatu pusat tunggal. Kendat i pun dalam per iode Perang Dingin kondisi bi polar seakanakan membelah-dua dunia mi dengan pengendalian dan dua pusat kekuatan dun ia yang saling bertentangan, usainya Perang Dingin tidak menjadikan dunia k ita monosentnik. Justru plunisentr isme dan mult i polar itas menjadi cmi dunia menjelang akhir abad ke- 20 dan memasuk i abad ke-2 1. Tidak ada kekuatan tunggal yang mutlak dan sanggup mengaba ikan apalagi mengungguli- kondisi global yang plur isentnik dan mult i polar dalam era kontemporer. Dalam kondisi demik ian itulah globalisme menjadi cara pandang dalam interaksi antarbangsa, dan hal ml pada gll irannya mendorong berlangsungnya proses globalisas i yang terus berkembang atas kemekarannya send ir i. Dalam perkembangan sedemik ian itu dirasakan mak in di penlukannya suatu tatanan dunia baru yang perwujudannya memperhat ikan plur isentr isme dan mult i polanitas sebaga i 63
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
kenyataan global masak ini. Tatanan itu tentu menuntut dirancangnya berbaga i sistem dan pelembagaan yang hams diwujudkan sebaga i konsekuensinya. Rancangan demik ian itu tentunya hams dapat ditenima oleh majonitas eksponen yang amb ilbagian dalam janingan global yang plunisentr ik dan mult i polar. Ditenimanya suatu tatanan global barn mest inya dapat diandalkan pada tergalangnya konsensus maks imal di antara segenap eksponen yang berperan dalam janingan itu. Dewasa mi sistem dan pelembagaan termaksud tenutama nyata perkembangannya dalam bidang ekonomi dan perdagangan internasional; globalisasi dalam bidang ml sudah di jangkau oleh sistem dan pelembagaan yang mak in di jadikan acuan dalam hubungan internasional. Dalam bidang mi tampaknya tiada altematif lain bagi k ita kecuali turut berperan di dalamnya, suka-tak-suka; sedang kes iapan untuk ambilbagian dalam tatanan barn itu merupakan imperat if yang sukar d ielakkan, mau-tak-mau. Dalam naskah mi perhatian k ita pusatkan pada penjelmaan globalisme dalam bidang yang jelas berdampak terhadap wawasan budaya k ita, yaitu b idang informas i dan komunikasi yang sangat tertunjang oleh pesatnya laju perkembangan teknolog i yang semak in canggih. Dalam bidang inilah terjadi pemadatan dimensi rnang dan waktu (yang d isebut Harvey µtime space compression¶ ); jarak mak in di perdekat dan waktu mak in di persingkat. Dalam bidang informas i, maka terjadilah banjir deras informasi (information glut) yang menghujani k ita dan nyanis tak lagi terkendali; dan sebaga imana terjadi dengan set iap banj in, maka dalam hal mi pun terbawa ilmbah yang samasekal i tidak berguna; maka betapa pun paradoksal kedengarannya, banjir informas i melalui sistem dan pelembagaan yang didukung oleh teknologi canggih tidak dengan sendir inya mempenkaya wawasan k ita, melainkan bisa juga mencemani k ita secara mental. Maka tidaklah mengherankan kalau banjir informas i itu akhirya juga bisa benpengaruh terhadap carapandang maupun gayah idup k ita; dan inilah awal dan suatu proses yang akh imya bisa bermuara pada pernbahan s ikap mental dan kultural. Teknologi informas i dan komunikasi dalam era globalisasi mi merupakan pendukung utama bagi tenselenggaranya pertemuan antarbudaya. Dengan dukungan teknolog i modem infonmasi dalam berbaga i bentuk dan untuk benbaga i kepent ingan dapat disebarluaskan begitu rnpa, sehingga dengan mudah dapat mempengaruh i carapandang dan gayahidup k ita. Kesegeraan dan keserampakan anus informasi yang dengan derasnya menerpa k ita seolaholah tidak membenikan kesempatan pada k ita untuk menyerapnya dengan f ilter mental dan sikap knitis. Perlu dicatat, bahwa dalam pertemuan antar-budaya mengal irnya anus informas i itu tidak senant iasa terjadi secara dua-arah; dominasi cendernng terjadi dan f ihak yang memilik i dukungan teknologi lebih maju terhadap f ihak yang lebih terbelakang. Mak i n canggih dukungan tersebut mak in besar pula anus informas i dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Kalau dewasa ml d ianut asas µkebebasan arns informas i¶ (free flow of informat ion), maka yang sesungguhnya terjad i bukanlah µpertukanan informas i¶ (exchange of informat ion) berupa proses dua-arah yang cukup bermmbang , melainkan dominasi anus informasi dan f ihak yang didukung oleh kesanggupan merentangkan s istem informas i dengan jangkauan global. Dengan jangkaun sedemik ian itu, maka fmhak yang lebih unggul dalam menguasa i teknologi informasi dan komunikasi niscaya lebih berkesanggupan untuk membiaskan pengaruhnya secara global. (R idwansyh, 2001) Gejala tersebut nyata berpengaruh atas terbentuknya s ikap mental dan kultural pada f ihak yang diterpa (expose) oleh f ihak yang menerpanya ( impose) dengan anus informas i. Maka tidak mustahil kemajuan masyarakat yang diterpa cenderung diukur secara memperbandingkan dengan hal- ihwal yang di penkenalkafl melalui informas i dan f ihak yang menerpa. Kecenderungan mi adakalanya dianggap sebaga i bagian dan upaya µmodem isasi¶, dan ditenima dengan alasan µmengikuti kecenderungafl global¶. S ikap yang na if mi antara lain juga ditandai oleh kecenderungan glon if ikasi terhadap f ihak yang diunggulkan sebaga i
64
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
sumber informas i global dan tampil sebaga i penentu kecendeningafl (trend-setter) dalam pembentukan s ikap mental dan kultural serta gaya h idup barn. Pengertian Budaya
Sebelum mengulas tentang perkembangan tekologi komunikasi terhadap kehidupan budaya, perlu diketahui terlebih dahulu tentang pengert ian budaya itu sendir i. Perubahan sosial merupakan bagian dar i perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meli put i kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, f ilsafat dan la innya. Akan tetapi perubahan tersebut t idak mempengaruhi organisas i sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan leb ih luas di bandingkan perubahan sos ial. Namun demik ian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sul it untuk di pisahkan (Soekanto, 1990). Budaya atau kebudayaan berasal dar i bahasa Sansekerta ya itu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dar i buddhi (budi atau akal) diartikan sebaga i hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manus ia. Dalam bahasa Inggr is, kebudayaan disebut culture, yang berasal dar i kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. B isa diart ikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang d iterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indones ia. Semak in lama kebudayaan akan semak in berkembang. Seperti dalam hal bahasa. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang d igunakan manusia untuk sal ing berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampa ikan maksud hat i atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang la in. Melalui bahasa, manusia dapat menyesua ikan dir i dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan d ir inya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa mem ilik i beberapa fungs i yang dapat di bagi menjadi fungs i umum dan fungs i khusus. Fungs i bahasa secara umum adalah sebaga i alat untuk berekspres i, berkomun ikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungs i bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehar i-har i, mewujudkan seni (sastra), mempelajar i naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitas i ilmu pengetahuan dan teknologi. K ita telah bergerak dar i budaya lisan ke budaya tulisan sejak ditemukannya huruf. Tapi, sekarang k ita sedang bergeser dar i budaya tulisan ke budaya v isual. Dalam budaya visual, gambar-yang diam atau bergerak- menjad i bagian yang pent ing dalam proses komun ikasi. Sehingga kemudian sampa ilah pada era globalisas i. Dimana era globalisasi ini erat sekali kaitannya dengan teknologi informasi atau komunikasi. Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Pengaruh global isas i dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik , ideologi, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan la in-la in yang akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme bangsa. Sebaga i sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimens i, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat d iart ikan jarak semak in dekat atau di persempit sedangkan waktu mak in d i pers ingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini tentunya t idak terlepas dar i dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang semak in canggih khususnya teknolog i komunikasi. Teknologi komunikasi adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informas i dan komunikasi, informas i dalam bentuk apapun dan untuk berbaga i kepent ingan, dapat disebarluaskan dengan mudah seh ingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan arus informas i yang dengan cepat membanj ir i k ita seolah-olah t idak member ikan kesempatan kepada k ita untuk menyerapnya dengan f ilter mental dan sikap kr itis. Mak i n canggih dukungan teknologi tersebut, mak in besar pula arus informas i dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. 65
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Oleh karena itu selama ini dikenal asas ³kebebasan arus informasi´ berupa proses dua arah yang cukup ber imbang yang dapat saling member ikan pengaruh satu sama la in. Pengaruh globalisasi dengan dukungan teknologi komunikasi meli put i dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negat if. Pengaruh pos itif yang dapat dirasakan dengan adanya Teknokom adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang member ikan ef isiensi dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu , tenaga dan biaya. Kemudian dapat menunjang perkembangan kebudayaan , saling mempelajar i kebudayaan la in. Banyak hal yang d idapat karena pengaruh teknolog i komunikasi. Sedangkan pengaruh negat if yang bisa muncul karena adanya teknolog i komunikasi, misalnya dar i globalisasi aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungk inkan produk luar neger i masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar neger i dan ditambahnya harga yang relat if lebih murah dapat mengurang i rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam neger i. Dengan hilangnya rasa c inta terhadap produk dalam neger i menunjukan gejala berkurangnya rasa nas ionalisme masyarakat k ita terhadap bangsa Indonesia. Peningkatan kualitas hidup semak in menuntut manusia untuk melakukan berbaga i aktif itas yang di butukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilik inya. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang perkembangannya beg itu cepat secara tidak langsung mengharuskan manus ia untuk menggunakannya dalam segala akt ivitasnya. Konsep Teknologi Informasi (TI)
Teknologi Informasi (TI) yang k ini berkembang amat pesat, tak bisa di pungk ir i member ikan kontr i busi yang s ignif ikan terhadap seluruh proses global isasi ini. Mulai dar i wahana TI yang pal ing sederhana berupa perangkat rad io dan televisi, hingga internet dan telepon gengam dengan protokol apl ikasi tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang kesadaran banyak orang. (Rad ian, 2004) Perubahan informas i k ini tidak lagi ada dalam skala minggu atau har i atau bahkan jam, melainkan sudah berada dalam skala men it dan det ik. Perubahan harga saham sebuah perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta hanya membutuhkan waktu kurang dar i sepersepuluh det ik untuk diketahui di Surabaya. Indeks nilai tukar dollar yang d itentukan di Wall Street, AS, dalam waktu kurang dar i satu menit sudah dikonf irmas i oleh Bank Indones ia di Medan Merdeka. Demik ian juga peragaan busana d i Par is, yang pada waktu hamp ir bersamaan bisa disaksikan dar i Gorontalo, Sulawesi. TI telah mengubah wajah ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan interaksi sumber daya f isik secara lokal menjadi ekonomi digital yang serba cepat dan mengandalkan interaksi sumber daya informasi secara global. Peran Internet t idak bisa di pungk ir i dalam hal penyediaan informasi global ini sehingga dalam derajat tertentu, TI disamaratakan dengan Internet. Internet send ir i memang fenomenal kemunculannya sebaga i salah satu tiang pancang penanda kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Internet menghilangkan semua batas-batas f isik yang memisahkan manusia dan menyatukannya dalam dunia baru, yaitu dunia ³maya´. Setara dengan perkembangan perangkat keras komputer , khususnya mikro-prosesor , dan infrastruktur komunikasi, TI di internet berkembang dengan kecepatan yang sukar di bayangkan. Konsep perdagangan elektronik melalui internet, yang dikenal dengan nama e-Commerce yang lahir karena perkawinan TI dengan globalisasi ekonomi belum lagi genap berus ia lima tahun dikenal ±dar i fakta bahwa sebenarnya sudah ada sek itar 20 tahun yang lalu²ket ika sudah harus merelakan d ir inya digilas dengan konseps i e-Business yang lebih canggih. Jika e-Commerce ³hanya´ memungk inkan seseorang bertransaks i jual beli melalui internet dan melakukan pembayaran dengan kartu kreditnya secara on-line, atau memungk inkan seorang i bu rumah tangga memprogram lemar i-esnya untuk melakukan pemesanan sar i buah secara otomatis jika stok yang disimpan di kulkas itu habis dan membayar berbaga i tagihan rumah tangganya melalu i 66
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
instruksi pada bank yang d ik ir im dengan menekan beberapa tombol pada telepon genggamnya , maka dengan e-Bus iness, transaks i ekspor impor antar negara lengkap dengan pembukaan LC dan model cicilan pembayarannya juga bisa dilakukan dengan wahana dan media yang sama. Karena itu, wajar jika pemer intah negara-negara As ia, negara yang dianggap kurang maju, k ini mula i secara resmi mendukung perkembangan TI setelah sek ian lama diamkebingungan karena t idak tahu apa yang harus d ilakukan dengan perkembangan teknolog i yang demik ian cepat ini. Bagi Asia, yang saat ini sedang bekerja keras mengejar ket inggalan dar i negara-negara maju dan pada saat yang sama mengalam i perubahan sos ial politik , keberadaan internet khususnya merupakan masalah yang pel ik. Lebih buruk lagi, kr isis ekonomi yang dialami Asia pada akhir tahun 90an menunda perkembangan TI d i saat AS dan negara-negara Eropa sedang berkembang pesat dalam penggunaan teknolog i itu. (http://www.e-culture/203) Pertemuan Asian Regional Conference of the Global Information Infrastructure Commission (GIIC) di Manila pada bulan Jul i 2000 menghas ilkan rencana untuk membangun jar ingan komunikasi, menyediakan perangkat pengakses informasi dar i internet untuk masyarakat, menyusun framework penggunaan TI , membangun jar ingan online-pemer intah, serta mengembangkan pend idikan untuk meningkatkan daya sa ing Asia. Namun memang masih ada hambatan, terutama antara lain sumber daya yang terbatas , masih kakunya s istem pemer intahan, serta perbedaan sos ial politik di antara negara-negara yang k ini harus bekerjasama ±yang bila gagal diatasi, akan tetap menempatkan As ia di pihak yang merugi. Salah satu tindakan yang akan dilakukan oleh pemer intah Asia yang disepakat i dalam pertemuan GIIC itu adalah mempers iapkan hukum mengena i transaks i, kejahatan internet, merek dagang, hak ci pta dan masalah lain. Bagaimana dengan Indones ia? Menurut Tabloid Kontan On-line tanggal 9 Oktober 2000 yang mengut i p IDC (Information Data Corporation) , dana yang sudah d i belanjakan untuk kepent ingan TI di Indonesia cukup besar. Tahun 2000 ini di perk irakan US$ 772,9 juta, naik dar i US$ 638,4 juta tahun lalu. Jumlah ini belum termasuk investasi dotcom yang sempat bergairah obor-blarak dalam dua tahun terakhir. Dar i US$ 772,9 juta itu, sebagian besar (57,7%) di belanjakan untuk perangkat keras seperti PC dan notebook. Sebagian yang la in (14,4%) di belanjakan untuk perangkat lunak. Seharusnya, angka untuk perangkat lunak ini jauh lebih besar dar i pada untuk perangkat kerasnya. Hal ini diduga keras karena d i Indonesia tingkat pembajakan mas ih di atas 90%. Sementara dar i 17 sektor yang membelanjakan uang untuk TI tadi, sektor yang paling banyak mengeluarkan uang adalah komun ikasi & media (19,3%), diikuti oleh discreet manufacturing (16,9%), pemer intah (12,4%), dan perbankan (11,8%). Sampa i dengan bulan Juni 1999, masih menurut sumber dar i Kontan On-line, dar i seluruh penduduk Indones ia yang berjumlah 220 juta jiwa, jumlah personal computer yang ada di neger i ini hanya sek itar 2 juta unit. Itu berarti hanya 0,95% dar i jumlah penduduk. Angka ini masih sangat kecil dan jika di jadikan pi jakan konsepsi utopis TI yang mampu mendorong terjadinya perubahan sos ial. Namun, angka sekecil itu yang di perkuat dengan TI, khususnya pemanfaatan jar ingan internet, bisa cukup menimbulkan dilema bagi pemer intah, lebih khusus lagi bagi negara yang memilik i peraturan ketat. Di jaman Orde Baru berkuasa dulu , TI d isikapi dengan penuh kebingungan, seperti misalnya dalam kasus penggerebekan salah satu Internet Service Provider (ISP) di Jakarta saat ³Kudatuli´ ±kerusuhan dua puluh tujuh jul i ²yang menghebohkan itu. Kasus ini layaknya menghadapkan kemajuan TI dengan alat perang dan kekuasaan. Dan seperti biasanya, senjata lebih berkuasa dar i pada teknolog i. Namun, kekuatan TI yang ditekan itu kemudian tampil ³ jumawa ´ dalam episode jatuhnya Orde Baru. Konon , di percaya bahwa gerakan mahasiswa dan bantuan log istiknya dikoordinasikan dengan 67
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
memanfaatkan kecanggihan TI ini. Bahkan, komunikasi militer pun disadap dan semua sand i militer diterjemahkan oleh para akt ivis dan di bagikan lewat pager , telepon gengam dan ema il pada para koordinator lapangan untuk mengant isi pasi blokade militer yang menyapu Jakarta dan kota-kota lainnya saat itu, 1998 dan 1999. TI , secara langsung atau t idak , berkontr i busi atas terjadinya suatu perubahan sos ial yang bermakna di Indones ia, yaitu jatuhnya rejim militer istik yang sudah berkuasa 32 tahun lamanya. Tapi, entah dimana salahnya, pemer intah baru yang terp ilih secara relatif demokratis pasca rejim Orde Baru ini juga gagap menanggapi kemajuan TI. Keppres 9 6/2000 yang gar is besarnya ber isi larangan masuknya investor asing di bidang industr i mult imedia d i Indonesia, menunjukkan dengan jelas keb ingungan pemer intah dalam merespon perkembangan bisnis multimedia, yang tentu ada dalam mainstream TI. Dengan Kepres itu, tersirat infer ior itas yang luar biasa dalam dir i pemer intah. Pemer intah beranggapan bahwa proteks i itu d i ber ikan dengan asums i tidak mungk in pema in-pemain lokal mampu bersa ing dengan investor as ing dalam dunia TI. Padahal, justru banyak pema in lokal yang berter iak dan menentang keppres ini. Satu-satunya pema in lokal yang terlihat paling getol mendukung dikeluarkannya keppres tersebut hanyalah PT. Telkom. Kebingungan ini juga terlihat jelas dalam perumusan UU Telekomunikasi beserta PP yang menyertainya. Dalam PP No 52/2000 misalnya, apabila seseorang ingin mendir ikan warung internet, untuk mengurus i jin pendir ian warnet, harus meminta i jin yang ditandatangani oleh menter i (!). Jelas, bahwa kebi jakan pemer intah saat ini menimbulkan semak in banyak masalah yang t imbul dalam pengembangan TI. Dalam hal politik , meningkatnya tribalisme saat ini mungk in bisa dianggap terka it dengan kemajuan TI karena memperjelas banyak hal seh ingga set iap orang dapat mengetahu i per istiwa yang terjadi di mana saja, yang pada masa lalu t idak terlihat ±tapi bukannya t idak ada. Demokrasi melanda dunia dan dunia menerapkan demokras i itu melalui sistem telekomunikasi global. Dengan semak in banyaknya informas i yang diter ima masyarakat, pemer intah harus mula i berubah ke arah s istem dimana peraturan dan hukum didasarkan bukan pada kemauan pemer intah, melainkan pada legitimasi masyarakat. Konsep Negara Kesatuan misalnya, jika dilihat dar i kacamata TI dan globalisasi secara paradoks bisa jadi sudah punah karena negara yang efekt if justru memecah dir inya menjadi bagian lebih kecil dan lebih ef isien. Kenichi Ohmae dalam bukunya yang terkenenal The End of the Nation State, melihat dengan jelas bahwa gagasan ³pemer intah pusat adalah bagian yang terpenting dar i sebuah pemer intahan´ sudah saatnya d itinggalkan. Dunia dalam kacamata TI saat ini adalah dunia tentang pr i badi orang per orang , bukan negara (state). Dunia yang saat ini, menurut pencetus ide ³The Third Way´ Anthony Giddens dengan teor i strukturasi modernisnya, sedang bermetamorfosa dar i swapraja menuju swakelola. (Martinginsih, 2004) TI modern memungk inkan kerjasama yang luar b iasa antar masyarakat, pelaku ekonomi dan negara. Sebuah paradoks: karena ekonom i global mak in membesar , maka negara-negara yang mengambil peran akan semak in mengecil. Tanpa TI, informasi tidak ada, dan tanpa informas i maka semua kegiatan akan berhent i. Globalisas i, dalam hal informasi dan dilihat dar i kacamata TI, jelas adalah keniscayaan. Tak ada jalan untuk mundur lag i. Menurut Amartya Sen, pemenang hadiah Nobel bidang Ekonom i tahun 1998, teknologi harus berpihak dan mengabdi pada manusia. Maka yang harus dilakukan dalam konteks perkembangan TI dan global isasi ini adalah membangun kembali keberpihakan TI melalui strategi yang membela mereka yang selama ini ditinggalkan dan diabaikan dalam arus global isasi. Bagaimana memulai? Pertama, dar i yang lokal, yaitu dengan member ikan kesempatan pada yang kecil. Dengan populas i mencapai 2,1 juta unit usaha yang ³tahan bant ing´ ±sudah teruji dalam kr isis ekonomi ²maka pengusaha kecil, menengah dan koperas i merupakan sasaran pokok yang harus d idorong dan di berdayakan dalam memanfaatkan TI untuk
68
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
melakukan perdagangan elektronik karena keterbatasan modal , sumber daya manus ia dan keahlian. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (i ptek) yang cukup pesat sekarang ini sudah menjadi realita sehar i-har i bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang t idak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan i ptek adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih ba ik , mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan i ptek , terutama teknologi informasi (information technology) sepert i internet sangat menunjang set iap orang mencapai tujuan hidupnya dalam waktu s ingkat, baik legal maupun illegal dengan menghalalkan segala cara karena ingin memperoleh keuntungan secara ³potong kompas´. Dampak buruk dar i perkembangan ³dunia maya´ ini tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan masyarakat modern saat ini dan masa depan. Globalisas i dunia melalui teknologi informasi (internet, telepon selular dan media elektronik lain) yang berkembang sangat pesat. Dampak perkembangan teknolog i informasi dirasa sangat berpengaruh terhadap pengaturan hukum. Betapa t idak dengan penggunaan teknologi informas i per ilaku manus ia secara nyata telah beralih dar i model aktif itas yang didasarkan pada suatu bentuk hubungan face to face telah bergeser kepada pola hubungan digitally. Oleh karena adanya pergeseran dem ik ian, maka tidak mengherankan dalam set iap aspek kehidupan manusia pun mula i menunjukan suatu fenomena baru. Hal ini salah satunya dapat dilihat pada upaya kreas i manusia yang berka itan dengan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Adanya penyalahgunaan teknologi informas i yang merugikan kepent ingan pihak lain sudah menjadi realitas sos ial dalam kehidupan masyarakat moderen sebaga i dampak dar i pada kemajuan i ptek yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi bangsa-bangsa yang telah mengenal budaya teknologi (the culture of technology). Teknolog i telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dar i kehidupan umat manus ia dalam dunia yang semak in ³sempit´ ini. Semua ini dapat di pahami, karena teknologi memegang peran amat pent ing di dalam kemajuan suatu bangsa dan negara d i dalam percaturan masyarakat internas ional yang saat ini semak in global, kompet itif dan komparat if. Bangsa dan negara yang menguasa i teknologi tinggi berarti akan menguasa i ³dunia´, baik secara ekonomi, politik , budaya , hukum internasional maupun teknologi persenjataan militer untuk pertahanan dan keamanan negara bahkan kebutuhan inteli jen. Dampak perkembangan teknolog i informas i, bisa pos itif bisa pula negat if. Kemudahan dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan dar i berbagai sumber dan belahan dun ia, merupakan salah satu manfaat pos itif. Sedangkan dampak negat ifnya adalah masuknya pengaruh budaya asing, seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan Narkoba, tindakan kr iminalitas dan budaya kekerasan. Generasi muda adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap pengaruh budaya asing ini, sehingga dalam membangun sos ial budaya, terutama terhadap generasi muda itu, di perlukan persiapan yang matang, agar mereka dapat mengambil manfaat pos itif dan membentengi dir i dar i dampak negatif globalisasi dunia yang tengah berkembang ini. Selaku harapan serta tumpuan bangsa dan negara yang akan melanjutkan pembangunan di segala bidang, generasi muda mest i di bekali sedini mungk in dengan ilmu pengetahuan tentang tata cara mengambil manfaat positif dar i kemajuan teknologi informas i yang berkembang dengan deras dan pesat. Peranan pemer intah bersama serta segenap elemen masyarakat , semak in dituntut dan di perlukan untuk mengawas i, membina dan menyelamatkan para generas i muda dar i dampak negatif kemajuan teknologi informas i. Disamping itu, pemantapan kehidupan beragama dapat di jadikan benteng pertahanan bag i masyarakat untuk meminimalisasi pengaruh negat if dar i 69
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
dampak globalisas i dunia melalui teknologi informasi yang masuk dengan deras ke semua pelosok neger i di Indonesia. Suatu hal yang patut di perhat ikan adalah bahwa kejahatan sebaga i gejala sosial sampai sekarang belum di perhitungkan dan diakui untuk menjadi suatu tradisi atau budaya yang selalu mengancam dalam set iap saat kehidupan masyarakat. Di sini perlu ada semacam batasan hukum yang tegas di dalam menanggulangi dampak sos ial, ekonomi dan hukum dar i kemajuan teknologi moderen yang t idak begitu mudah ditangani oleh aparat penegak hukum di negara berkembang sepert i halnya Indones ia yang membutuhkan perangkat hukum yang jelas dan tepat dalam mengantisi pasi setiap bentuk perkembangan teknolog i dar i waktu ke waktu. Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan t idak hanya membawa dampak pada perkembangan teknolog i itu sendir i, akan tetapi juga akan mempengaruhi aspek kehidupan la in seperti agama, kebudayaan, sosial, politik , kehidupan pr i badi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jar ingan informasi global atau internet saat ini telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan kejahatan ba ik domest ik maupun internasional. Internet menjadi medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan dengan s ifatnya yang mondial, internas ional dan melampaui batas ataupun kedaulatan suatu negara. Semua ini menjadi motif dan modus operandi yang amat menar ik bagi para penjahat digital. Manifestasi kejahatan mayantara yang terjadi selama ini dapat muncul dalam berbaga i macam bentuk atau var ian yang amat merugikan bagi kehidupan masyarakat ataupun kepent ingan suatu bangsa dan negara pada hubungan internasional. Kejahatan mayantara dewasa ini mengalami perkembangan pesat tanpa mengenal batas w ilayah negara lagi (borderless state), karena kemajuan teknologi yang digunakan para pelaku cukup cangg i h dalam aksi kejahatannya. Para hacker dan cracker b isa melakukannya lewat lintas negara (cross boundar ies countr ies) bahkan di negara-negara berkembang (develop ing countr ies) aparat penegak hukum, khususnya kepol isian tidak mampu untuk menangkal dan menanggulangi disebabkan keterbatasan sumber daya manus ia, sarana dan prasarana teknologi yang dimilik i. Harus diakui bahwa Indones ia belum mengadakan langkah-langkah yang cukup signif ikan di bidang penegakan hukum (law enforcement ) dalam upaya mengant isi pasi kejahatan mayantara sepert i dilakukan oleh negara-negara maju d i Eropa dan Amer ika Ser ikat. Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat hukum atau undang-undang teknolog i informas i dan telematika yang belum ada sehingga pihak kepolisian Indones ia masih raguragu dalam bert indak untuk menangkap para pelakunya , kecuali kejahatan mayantara yang bermotif pada kejahatan ekonomi/perbankan. Pihak kepolisian Indonesia telah membentuk suatu un it penanggulangan kejahatan mayantara dengan nama Cybercrime Unit yang berada di bawah kendali Direktrorat Reserse Kr iminal Polr i. Pembentukan unit kepolisian ini patut di puji, namun amat disayangkan apabila unit ini bekerja tidak dilengkapi dengan perangkat legislasi ant i cybercr ime. Mengantisi pasi kejahatan ini seyogianya dimula i melalui pembentukan perangkat undangundang sepert i dalam Konsep KUHP Baru dan RUU Teknolog i Informas i yang disusun oleh Pusat Kajian Cyberlaw Universitas Padjadjaran. Model yang d igunakan adalah Umbrella Provision atau ³undang-undang payung´ , artinya ketentuan cybercr ime tidak di buat dalam bentuk perundang-undangan tersend ir i (khusus) , akan tetapi diatur secara umum dalam RUU Teknologi Informasi dan RUU Telematika.(Nugraha , 2002) Selain melakukan upaya dengan mengkr iminalisasikan kegiatan di cyberspace dengan pendekatan global, Pemer intah Indones ia sedang melakukan suatu pendekatan evolus ioner untuk mengatur keg iatan-kegiatan santun di cyberspace dengan memperluas pengert ian pengert ian (ekstens if interpretasi) yang terdapat dalam Konsep KUHP Baru. Art inya, Konsep
70
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
KUHP Baru sebelumnya t idak memperluas pengert ian-pengertian yang terka it dengan kegiatan di cyberspace sebaga i delik baru. Perkembangan teknologi informasi yang semak in pesat dewasa ini patut disyukur i sebagai hasil budaya manus ia moderen. Seyogianya kemajuan teknologi menolong kehidupan masyarakat yang semak in kompleks. Namun kemajuan teknolog i membawa dampak buruk dalam kehidupan masyarakat berupa kejahatan mayantara seh ingga harus diant isi pas i dengan tersedianya perangkat hukum atau undang-undang yang tepat. Dampak buruk teknologi yang disalahgunakan oleh orang-orang t idak bertanggungjawab menjad i masalah hukum pidana dan harus segera d itanggulangi melalui sarana penal yang dapat dilakukan oleh penegak hukum kepolisian. Sayangnya, perangkat undang-undang belum tersed ia sebaga i sarana penal dalam menanggulanginya. Namun perkembangan teknologi digital tidak akan dapat dihent ikan oleh s iapapun, karena telah menjadi ³kebutuhan pokok´ manus ia moderen yang cenderung pada kemajuan dengan mempermudah kehidupan masyarakat melalui komunikasi dan memperoleh informasi baru. Dampak buruk teknologi menjadi pekerjaan rumah bersama yang merupakan s isi gelap dar i perkembangan teknologi yang harus ditanggulangi. Mengingat kemajuan teknologi telah merambah ke pelosok dun ia, termasuk kepedesaan di Indonesia, maka dampak buruk teknologi yang menjadi kejahatan mayantara pada masa depan harus ditanggulangi dengan lebih hati-hati, baik melalui sarana penal maupun non penal agar t idak menjadi masalah kejahatan besar bagi bangsa dan negara yang mengalami kr isis ekonomi. HASIL PEMBAHASAN Hasil penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan ini untuk menganalisa faktor pendukung pemanfaatan global isasi Teknologi Informas i terhadap perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Data tersebut dikumpulka melalui pra survey dan survey lapangan (observas i langsung) dan wawancara mendalam (debt interview) dengan menggunakan pedoman wawancara. Data pr imer di peroleh melalui penyebaran angket kepada beberapa responden dengan menggunakan angket ( questioner). Adapun hasil penelitian yang dilakukan terhadap obyek penelitian adalah sebaga i ber ikut : Kemampuan Masyarakat dan Pemerintah
Pemanfaatan globalisasi teknolog i informasi dapat terlaksana dengan ba ik jika didukung oleh kemampuan pemer intah mendukung penggunaan teknologi informas i terhadap perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Sela in itupula dukungan kemampuan masyarakat untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Kota Makassar juga berperan penting terhadap perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Ber ikut pendapat responden tentang kemampuan Pemer intah dalam mendukung pemanfaatan globalisas i teknologi informas i terhadap budaya masyarakat d i Kota Makassar yaitu sebaga i ber ikut :
71
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 1 Pendapat Responden Tentang Kemampuan Pemer intah Dalam Mendukung Global isasi Teknologii Informasi terhadap Kegiatan Kebudayaan Di Kota Makassar Frekuensi Persentase No Pendapat Responden (orang) (%) 1. Sangat mendukung 15 23,81 Mendukung 2. 35 55,56 Kurang mendukung 7 9 ,52 3. Tidak mendukung 9,52 4. 6 Jumlah 100,00 63 Sumber : Data Primer diolah November 2008
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa kemampuan pemer intah mendukung pemanfaatan Teknologi Informasi budaya masyarakat Kota Makassar. Karena dar i 63 responden yang member ikan jawaban mendukung sebanyak 35 orang (55,56 %) Wawancara dengan informan di peroleh informasi bahwa pemer intah mendukung pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap perkembangan budaya masyarakat d i Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat dar i pemanfaatan Teknologi Informas i dalam mendukung kegiatan di Kota Makassar sepert i pembuatan website Pemer intah Kota Makassar yang memuat tentang perkembangan sektor kebudayaan di KotaMakassar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemer intah sebaga i motivator dalam mendukung penggunaan teknolog i informasi terhadap perkembangan budaya masyarakat di Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat dar i fasilitas yang digunakan saat melakukan kegiatan kebudayaan sepert i pameran-pameran kebudayaan ataupun memperkenalkan sen i-seni budaya yang ada di Kota Makassar kepada dunia luar. Ber ikut pendapat responden tentang kemampuan masyarakat menggunakan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan budaya masyarakat d i Kota Makassar , yaitu sebagai ber ikut : Tabel 2 Pendapat Responden Tentang Kemampuan Masyara kat Menggunakan Teknologi Informasi Dalam Mendukung Kebudayaan Masyarakat d i Kota Makassar Frekuensi Persentase No Pendapat Responden (orang) (%) 1. Sangat Mampu 13 20,63 Mampu 10 1 5,87 2. Kurang Mampu 29 3. 46,03 Tidak Mampu 11 17,46 4. Jumlah 100,00 63 Sumber : Data Primer diolah November 2008
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa kemampuan pegawa i di instansi Pemer intah Kota Makassar mas ih kurang dalam menggunakan software computer PC di setiap unit kerja. Karena dar i 63 responden yang member ikan jawaban kurang mampu sebanyak 29 orang ( 46,03 %). Wawancara dengan informan di peroleh informas i bahwa kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan Teknologi Informas i masih kurang. Hal ini disebabkan masih kurang masyarakat yang membuka webs ite-website yang memuat tentang perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. 72
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa teknolog i informasi yang digunakan dalam mendukung kebudayaan d i Kota Makassar kurang maks imal. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya masyarakat yang kurang memaham i pemanfaatan globlalisasi Teknolog i Informasi dar i seluruh aspek kehidupan termasuk perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Dukungan Fasilitas Teknologi Informasi
Fasilitas teknologi informasi yang memada i baik dar i segi kualitas maupun kuant itas sangat di butuhkan. Fasilitas yang memada i akan member ikan kemudahan kepada pengguna Teknologi Informasi untuk memperoleh data dan informas i. Demik ianlah halnya penggunaan teknologi informas i terhadap perkembangan kebudayaan di Kota Makassar memerlukan fas ilitas yang memada i bai dar i segi kualitas maupun kuant itas. Ber ikut pendapat responden tentang kual itas fasilitas Teknologi Informas i dalam mendukung perkembagan budaya masyarakat di Kota Makassar ya itu sebaga i ber ikut : Tabel 3 Pendapat Responden Tentang Kual itas Sarana dan Prasarana Dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Perkembagan Kebudayaan d i Kota Makassar
No
Pendapat Responden Sangat Berkualitas
Frekuens i (orang) 14
Persentase (%) 22,22
Berkualitas
18
28,58
Kurang berkualitas
21
33,33
Tidak Berkualitas
10
15,87
. . . . Jumlah 63 Sumber : Data Primer diolah November 2008
100,00
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa kualitas fasilitas Teknologi Informas i yang digunakan dalam mendukung perkembangan budaya masyarakat di Kota Makassar kurang berkual itas. Karena dar i 63 orang yang member ikan jawaban kurang berkualitas adalah 21 orang (33,33 %). Wawancara dengan informan di peroleh informasi bahwa fasilitas yang digunakan dalam mendukung peningkatan kegiatan kebudayaan di Kota Makassar telah memada i dan memilik i kualitas yang cukup berkual itas. Dalam mendukung kegiatan kebudayaan di Kota Makassar sela in menggunakan fas ilitas yang dimilik i, pihak Pemer intah Kota juga melakukan kerjasama dengan pihak penyediaan layanan Teknologi Informas i untuk mendukung kual itas fasilitas yang digunakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fas ilitas yang digunakan dalam set iap kegiatan kebudayaan fas ilitas yang digunakan cukup berkual itas. Hal ini dapat dilihat saat melakukan kegiatan kebudayaan Teknologi Informasi yang digunakan dapat digunakan ba ik oleh masyarakat maupun pihak. Ber ikut pendapat responden tentang kuant itas fasilitas yang dimilik i dalam mendukung penggunaan Teknolog i Informas i yaitu sebagai ber ikut :
73
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tabel 4 Pendapat Responden Tentang Fas ilitas Teknologi Informas i Dar i Segi Kuantitas Dalam Mendukung Kegiatan Kebudayaan di Kota Makassar
No 1. 2. 3. 4.
Pendapat Responden
Frekuensi (orang)
Sangat baik 4 Baik 7 Kurang Baik 21 Tidak Ba ik 15 Jumlah 63 Sumber : Dara primer diolah November 2008
Persentase (%) 8,51 14,89 44,68 31,92 100,00
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa fasilitas Teknologi Informasi yang digunakan dalam mendukung keg iatan kebudayaan di Kota Makassar dar i segi kuantitas masih kurang. Karena dar i 63 responden yang member ikan jawaban kurang baik sebanyak 21 orang ( 44,68 %). Wawancara dengan informan di peroleh informas i bahwa fasilitas Teknologi Informasi yang digunakan dalam mendukung keg iatan kebudayaan di Kota Makassar kurang ba ik. Hal ini disebabkan keterbatasan anggaran yang d imilik i untuk melakukan penambahan fas ilitas Teknologi Informasi yang digunakan dalam mendukung perkembangan kebudayaan masyarakat di Kota Makassar kurang maks imal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fas ilitas Teknologi Informasi yang digunakan dalam mendukung keg iatan kebudayaan di Kota Makassar mas ih perlu mendapat perhat ian dar i Pemer intah Kota Makassar. Kurang memada inya fasilitas Teknologi Informasi yang digunakan dar i segi jumlah masih sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat saat melakukan kegiatan kebudayaan, maka untuk mendukung keg iatan kebudayaan masih menyewa peralatan dar i penyediaan layanan Teknologi Informasi. Sikap dan Perilaku Masyarakat
Pemanfaatan Teknologi Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar perlu didukung sikap dan per ilaku masyarakat dalam memahami Teknologi Informasi tersebut. Dukungan s ikap dan per ilaku masyarakat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keg iatan kebudayaan di Kota Makassar. Ber ikut pendapat responden tentang s ikap dan per ilaku masyarakat terhadap penggunaan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar ya itu sebaga i ber ikut : Tabel 5 Pendapat Responden Tentang S ikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Teknolog i Informasi Dalam Mendukung Perkembangan Budaya Masyarakat
No 1. 2. 3. 4.
Pendapat Responden Sangat baik Baik Kurang Ba ik Tidak Ba ik
Frekuens i 11 17 23 12
Persentase 17,46 26,98 36,51 19,05 74
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Jumlah Sumber : Dara primer diolah November 2008
63
100,00
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa s ikap masyarakat terhadap penggunaan Teknolog i Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar kurang ba ik. Karena dar i 63 responden yang member ikan jawaban kurang baik sebanyak 23 orang (36,51 %). Wawancara dengan informan di peroleh informas i bahwa sikap masyarakat terhadap penggunaan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar mas ih kurang ba ik. Hal ini dapat dilihat dar i sikap masyarakat untuk mengetahu i perkembangan kegiatan kebudayaan di Kota Makassar mas ih perlu mendapat perhat ian dar i pemer intah. Wawancara dengan informan di peroleh informas i bahwa sikap masyarakat terhadap penggunaan Teknologi Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar mas ih kurang ba ik. Hal ini dapat dilihat dar i sikap masyarakat untuk mengetahui perkembangan kebudayaan di Kota Makassar masih perlu mendapat perhat ian dar i pemer intah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa s ikap masyarakat terhadap Teknolog i Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar mas ih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dar i keinginan dan animo masyarakat untuk mengetahu i perkembangan kegiatan kebudayaan di Kota Makassar. Kurangnya ke inginan tersebut disebabkan : 1. Masyarakat kurang termotivasi tentang kegiatan kebudayaan masyarakat. 2. Website yang memuat kegiatan kebudayaan di Kota Makassar ser ing mengalami gangguan atau dalam melakukan download f ile mengalami gangguan. 3. kurangnya sos ialisasi yang dilakukan Pemer intah Kota Makassar kepada masyarakat untuk memanfaatkan Teknologi Informas i dalam mengetahui perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Ber ikut pendapat responden tentang pemahaman masyarakat terhadap Teknolog i Informasi dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar ya itu sebaga i ber ikut : Tabel 6 Pendapat Responden Tentang Pemahaman Masyarakat Terhadap TI Mendukung Perkembangan Budaya Masyarakat
No 1. 2. 3. 4.
Pendapat Responden
Frekuensi (orang) 9 13 22 19
Sangat memahami Memahami Kurang Memahami Tidak memahami Jumlah Sumber : Dara primer diolah November 2008
63
Persentase (%) 14,29 20,63 34,92 30,16 100,00
Mengacu kepada jawaban responden tersebut terl ihat bahwa sikap masyarakat dalam memahami Teknologi Informas i yang digunakan dalam mendukung keg iatan kebudayaan di Kota Makassar mas ih kurang memahami. Karena dar i 63 responden yang member ikan jawaban kurang memahami sebanyak 22 orang ( 34,93 %).
75
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Wawancara dengan informan di peroleh informas i bahwa sikap masyarakat terhadap penggunaan Teknologi Informas i yang digunakan dalam mendukung perkembangan kebudayaan di Kota Makassar memerlukan pemahaman dar i masyarakat.
76
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan d i atas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan global isas i Teknologi Informas i terhadap perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar kurang opt imal. Hal ini dilihat dar i beberapa faktor pendukung yang kurang terlaksana secara ba ik , yaitu : 1. Kemampuan Pemer intah dan kemampuan masyarakat kurang mampu member ikan dukungan terhadap pemanfaatan global isasi Teknologi Informas i dalam perkembangan kebudayaan di Kota Makassar. Khususnya kemampuan masyarakat dalam memaham i pent ingnya pemanfaatan Teknologi Informas i. 2. Fasilitas yang digunakan ba ik segi kualitas dan kuant itas kurang mampu mendukung pemanfaatan Teknologi Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. 3. Sikap dan per ilaku masyarakat dalam memahami pemanfaatan globalisasi Teknologi Informasi kurang opt imal. Hal ini disebabkan masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan memahami pentingnya Teknologi Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Saran
Adapun saran yang dapat d i ber ikan dalam penulisan ini adalah sebaga i ber ikut : 1. Perlunya sosialisas i yang dilakukan pemer intah dalam mendukung peningkatan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan Teknolog i Informas i dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. 2. Perlunya penambahan fasilitas yang memada i dalam mendukung pemanfaatan Teknolog i Informasi terhadap perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. 3. Sikap dan per ilaku yang di mili k i oleh masyarakat dalam memanfaatkan Teknolog i Informasi sangat penting dimilik i sehingga masyarakat dapat memanfaatkan Teknolog i Informasi secara maksimal dalam mendukung perkembangan kebudayaan d i Kota Makassar. Daftar Bacaan Giddens, Anthony, Third Way and Its Critics , Polity Press, London, 2000 Murray, Denise E., Knowledge Machine : Language & Information in a Technological Society, Longman Publisher , Singapore, 1995 Ohmae, Kenichi, The End of The Nation State ± The Rise of Regional Economies , London: Harper Collins, 1995 Sen, Amartya, Employment, Technology & Development , Oxford University Press, India, 1975 Sen, Amartya , The Standard of Living , Cambr idge University Press, 1985 Lain-lain :
Infokomputer.com Edisi Juli -Agustus 2000, http://www.infokomputer.com/ Kontan On-line, 9 Oktober 2000, http://www.kontan-online.com/ di-Up load oleh: Anton Waspo
77
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Diseminasi Informasi Ketenagakerjaan Pada Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kota Palangkaraya
Oleh : Paraden Lucas Sidauruk 4 Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan diseminasi informasi ketenagakerjaan bagi pencari kerja di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Kota Palangkaraya. Di dalamnya diungkapkan apa saja yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja sebagai institusi pemerintah di Daerah tersebut kepada pencari kerja, apakah diseminasi informasi online sudah berjalan ? Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan fenomenologi realistik. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan wa wancara mendalam (depth interview) serta mempelajari data sekunder. Wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan nara sumber di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan di Kota Palangkarya, dan pencari kerja di loket diseminasi kartu kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua Dinas Tenaga Kerja tersebut telah melaksanakan diseminasi informasi ketenagakerjaan secara variatif mel alui spanduk, siaran televisi, buletin dan leaflet, serta penyampaian informasi secara langsung atau tatap muka. Semua aktivitas tersebut belum maksimal menjangkau khalayak pencari kerja. Diseminasi informasi ketenagakerjaan melalui online pernah dilakukan dengan menggunakan internet khususnya e mail dan browsing, tetapi sementara tidak dapat difungsikan karena hamb atan dana. Di masa yang akan datang, kedua Dinas Tenaga Kerja itu disarankan menyediakan leaflet berisi informasi ketenagakerjaan seperti lowongan pekerjaan dan persyaratan pembuatan kartu kuning. Di samping pemanfaatan internet, perlu dibangun jaringan LAN ketenagakerjaan di antara instansi ketenagakerjaan yang terkait.
Kata Kunci : Diseminasi Informas i Ketenagakerjaan, Pencar i Kerja, Dinas Tenaga Kerja Latar Belakang Masalah Keluhan pencar i kerja, termasuk calon TKI mengena i informas i ketenagakerjaan belum banyak diungkapkan. Sejauh ini belum banyak diteliti mengena i informas i apa yang selama ini diter ima oleh pencar i kerja baik yang bekerja d i dalam neger i maupun calon TKI yang hendak berangkat ke luar neger i. Informasi yang di peroleh pencar i kerja di Tanah Air dar i sumber informasi resmi masih amat terbatas tentang informas i lowongan pekerjaan. Calon TKI sebaga i pencar i kerja juga biasanya mengingikan informas i yang dianggap menar ik perhat ian saja sepert i mengena i adat istiadat dan agama, perusahaan tempat kerja, sistem gaji dan uang lembur , serta peraturan cuti kerja di negara tujuan. Umumnya informas i tentang hak dan kewaji ban TKI yang lengkap belum diter ima pada saat pendaftaran dan proses rekrutmen calon TKI. Oleh karena itu, calon TKI sebaga i pencar i kerja cenderung mener ima saja informasi yang disampaikan petugas atau sponsor. S ikap ini terjadi karena kurang lengkap pengetahuan dan informasi yang dimilik inya mengena i hak dan kewaji ban seorang TKI.
4
Penulis adalah Peneliti Madya bidang Studi Komunikasi dan Media pada Pusat Litbang Aptel SKDI, sebelumnya peneliti yang sama pada Pusat Pengembangan Literasi Departemen Komunikasi dan Informatika, Jakarta
78
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Padahal semua informasi berkaitan dengan ketenagakerjaan itu merupakan hak seorang pencar i kerja sebaga i warganegara yang di jamin oleh Pasal 28 F UUD 1945 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informas i Publik. Apa yang diharapkan oleh khalayak pencar i kerja tidak lain adalah agar mereka mendapatkan informas i ketenagakerjaan sesua i dengan kebutuhannya. Pencar i kerja ini menggunakan informas i itu dalam jumlah yang cukup untuk menghas ilaan keputusan yang tepat. Untuk memutuskan apakah pencar i kerja bekerja di luar neger i atau di dalam neger i di butuhkan data dan informasi ketenagakerjaan yang memada i.Oleh karena itu, tiap pencar i kerja berhak untuk mendapatkan informas i yang lengkap sesua i dengan kebutuhannya seh ingga mereka bisa membuat keputusan yang tepat. Sebaga i pencar i kerja mereka belum mendapatkan informas i ketenagakerjaan yang mencukup i untuk melamar pekerjaan atau menc i ptakan lapangan kerja baru. Dalam kenyataannya, tidak sedik it pula pencar i kerja yang mener ima tawaran suatu pekerjaan tanpa didasar i pada keputusan yang matang. Banyak juga yang menganggap pekerjaan tertentu hanya sebaga i batu loncatan sepert i bekerja sebaga i penjual ( sales) atau bekerja di perusahaan atau instansi yang t idak sesua i dengan harapannya. Kurangnya informas i ketenagakerjaan membuat pencar i kerja tidak melihat adanya alternat if atau kesempatan kerja lain. Ak i batnya, tidak sedik it di antaranya bergant i-ganti pekerjaan dalam waktu s ingkat. Di samping masalah informas i ketenagakerjaan itu, sumber informas i resmi di bidang ketenagakerjaan belum sepenuhnya melakukan d iseminasi informas i ketenagakerjaan sebaga i sutatu bentuk komunikasi yang benar-benar menjangkau khalayak pencar i kerja. Selain karena kurangnya sarana komun ikasi, juga ser ing dikeluhkan kurangnya kual itas sumber daya manus ia yang menangani kegiatan disem inasi informas i tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh pemer intah dan perusahaan selama ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan informas i ketenagakerjaan pencar i kerja sepert i juga terjadi di Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan pem ik iran itu, perlu penelitian mengena i pemer intah sebaga i komunikator yang menangani ketenagakerjaan dalam diseminasi informas i ketenagakerjaan. Selain itu, perlu di jawab informas i apa yang disampa ikan sumber informas i tersebut selama ini kepada stakeholder khusunya pencar i kerja. Pemenuhan kebutuhan informas i ketenagakerjaan melalui diseminas i informasi yang efekt if dapat memberdayakan pencar i kerja sebagai warga negara. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebaga i ber ikut : ´Baga imana pelaksanaan diseminasi informasi ketenagakerjaan bagi pencar i kerja di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah ?´ Beberapa pertanyaan penel itian dapat diajukan, yaitu : 1. Apa saja yang d ilaksanakan pemer intah untuk pencar i kerja dalam diseminasi informasi ketenagakerjaan? 2. Apakah diseminasi informas i ketenagakerjaan melalui on line telah dilaksanakan pemer intah kepada pencar i kerja ? 3. Informasi apa yang disampaikan oleh pemer i ntah kepada pencar i kerja ? Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran d iseminasi informas i ketenagakerjaan bagi pencar i kerja di Palangkarya, Kalimantan Tengah. Secara spes if ik melalui studi ini dapat diketahui : 1. Diseminas i informas i ketenagakerjaan yang dilaksanakan pemer intah untuk pencar i kerja. 2. Pelaksanaan diseminasi informas i ketenagakerjaan on line kepada pencar i kerja. 3. Informasi yang disampaikan pemer intah kepada pencar i kerja. 79
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebaga i referensi menambah khazanah pengetahuan mengenai diseminasi informasi. Di samping itu, secara prakt is dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan/penyempurnaan kebi jakan pelayanan atau diseminasi informas i pada Departemen Komunikasi dan Informatika, terutama dalam mempers iapkan implementasi Undang-undang Nomor 1 4 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Bagi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkarya saran-saran penelitian ini dapat diterapkan untuk meningkatkan diseminasi infomasi ketenagakerjaan kepada pencar i kerja. Kerangka Pemikiran
Tiap unsur komunikas i mempunya i perannya sendir i untuk mewujudkan proses komunikasi yang efekt if. Satu unsur saja t idak ada membuat komunikasi tidak berlangsung dengan ba ik. Komunikas i dapat berlangsung jika unsur-unsur yang menopangnya ada dan berperan sesuai dengan fungs inya masing-mas ing. Harold D. Laswell dalam Wilbur Schramm (1963 :117) mengatakan ´a convenient way to describe an act of communication is to answer the following questions : who says what in which channel to whom with what effect ?´ Schramm menunjukkan unsur-unsur yang menggambarkan suatu t indakan komunikasi. Dalam kaitannya dengan diseminasi informas i sebagai bentuk dan proses komun ikasi, Ibnu Hamad (2007) mengatakan pembahasan leb ih pada diseminasi informasi menggunakan 5W & 1H. Rumus 5W & 1H yang di pakai dalam penyusunan ber ita ( Effendy, 1993 :72) meli put i Why, Who, What, Where, When, dan How dapat juga digunakan untuk d iseminasi informas i. Setidaknya , unsur komunikator (who), pesan (what) dan khalayak (whom) merupakan var iabel penelitian yang pent ing d icermat i dalam studi diseminasi informas i pada instasni pemer intah. Pemer intah sebaga i komunikator atau sumber informas i menyampa ikan pesan message ( ) kepada khalayaknya. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kredi bilitas komunikator adalah kekuasaan dan keahl ian yang dimilik i sehingga menimbulkan kepercayaan di mata khalayak. Dengan kekuasaan d imaksudkan sumber informas i mempunya i kewenangan di bidangnya secara resmi. Menurut Sasa D juarsa dkk , (1993 : 204) ... pent ingnya pelaku (sumber) dalam suatu keg iatan. Dalam hal ini, sedik itnya ada tiga karakter istik dar i sumber yang perlu d i perhatikan yakni : ¶credibility¶ (kredi bilitas), ¶attractiveness¶ (daya tar ik) dan ¶power¶ (kekuasaan/kekuatan)´ Credibility atau kredi bilitas menunjuk pada suatu kond isi di mana si sumber dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan atau topik pesan yang d isampaikannya, sehingga pihak pener ima menjadi percaya bahwa pesan yang d isampaikannya itu bersifat objekt if´ Lebi h lanjut dikemukakannya, ´seorang komunikator akan berhasil dalam upaya persuas i yang dilakukannya apabilka ia (1) di pandang punya pengetahuan dan keahlian, dan (2) dinilai jujur , punya integr itas serta di percaya i oleh pihak komunikan (khalayak)´ Dalam diseminasi informasi sebaga i proses komunikasi yang efekt if memerlukan pengemasan pesan sehingga menimbulkan kebutuhan bagi khalayak. Untuk itu, perlu dirancang agar pesan menar ik perhat ian. Agar khalayak tertar ik terhadap pesan yang disampaikan komunikator , maka pesan tersebut hendaknya mudah d i pahami baik bahasa, istilah, kata-kata dan kalimatnya (Wilbur Scramm, 1973 dalam Hamidi, 2007 : 72-73) Informasi yang dikandung dalam pesan itu akan digunakan khalayak , apabila syarat-syarat pesan yang baik itu dapat terpenuhi. Terlebih lagi karena informasi berharga guna mengurangi ketidakpastian seperti dikemukakan dalam Shannon dalam Gr iff in, 1997 : 50) bahwa ³information refers to the opportun ity to reduce uncerta inty´. Proses pengambilan keputusan yang member ikan kepast ian hanya mungk in jika tersedia informasi yang cukup. Unsur komunikasi lain adalah khalayak ser ingkali di persepsikan sebaga i unsur yang kurang pent ing karena dianggap sebaga i orang bers ikap pasif dan mener ima saja apa yang disampaikan oleh komunikator. Hal itu semak in jelas, apalagi jika komunikatornya 80
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
merupakan instansi pemer intah yang dianggap memilik i kredi bilitas di bidangnya. Padahal khalayak sebaga i sasaran juga memilik i sikap sendir i dalam berkomunikasi sesuai dengan kepent ingan dan tujuannya. Khalayak ternyata t idak pasif dalam proses komunikasi, tetapi mempunya i pandangan terhadap pesan dan komun ikator. Dalam hal inilah pentingnya pengetahuan dan informasi bagi khalayak sehingga dapat menentukan sikap yang tepat. Menurut Sasa D juarsa Sendjaja, dkk (1993 : 221) ... khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dar i indvidu-individu yang bers ikap dan bert indak ¶pasi p¶... Mereka aktif dan juga selektif. Karena itulah, dalam merancang suatu keg iatan komunikasi apakah melalui saluran kegiatan komunikasi personal atau melalui media massa, k ita seyogyanya beror ientasi ke khalayak sasaran (aud ience or iented)´ Sejalan dengan itu, John F iske (2006 : 208) mengemukakan ³khalayak memilik i sekumpulan kebutuhan yang d icar i pemuasannya melalui media massa, cara lain dan relas i sosial´. Model ini mengasumsikan khalayak setidaknya sama akt ifnya dengan pengir im... dan bahwa pesan adalah apa yang d i butuhkan oleh khalayak , bukan yang dimaksudkan oleh pengir im. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, khalayak dalam proses komun ikasi yang dimaksud adalah pencar i kerja yang juga pencar i informas i. Secara implisit mereka membutuhkan informasi ketenagakerjaan yang berguna untuk membantunya dalam mencar i atau melamar pekerjaan, bahkan untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Definisi Konseptual
Diseminasi adalah penyebaran (of information ) (John M Echols dan Hassan Shad ily,
1979) Informasi adalah ³data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berart i bagi pener imanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang´ (Gordon B Davis, 1995,28). Diseminasi informasi ketenagakerjaan adalah suatu bentuk komun ikasi yang menyampaikan atau menyebarkan informas i atau pesan mengena i ketenagakerjaan dar i pemer intah sebaga i komunikator kepada khalayak pencar i kerja. Diseminasi informas i ketenagakerjaan melalui online adalah diseminasi informas i ketenagakerjaan yang ³terhubung secara langsung ke internet´ (Jasmadi, 2004 : 230) Komunikator atau sumber informas i adalah unsur dalam proses komun ikasi yang menyampaikan atau menyebarluaskan pesan atau informasi kepada khalayak. Dalam hal ini sebagai komunikator adalah instansi pemer intah, yakni Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigras i dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya. Pesan adalah data dan informasi ketenagakejaan yang disampaikan oleh pemer intah kepada pencar i kerja. Khalayak adalah unsur dalam proses komun ikasi yang merupakan sasaran dar i penyampaian pesan atau pener ima informas i dar i komunikator atau sumber informas i. Sebagai khalayak adalah pencar i kerja baik pencar i yang bekerja di dalam neger i maupun di luar neger i (calon TKI). Informasi ketenagakerjaan adalah informas i yang berka itan dengan ketenagakerjaan sepert i peraturan ketenagakerjaan, lowongan kerja, pencar i kerja termasuk informas i TKI meli put i persyaratan dan prosedur bekerja d i luar neger i, hak dan kewaji ban TKI. Pencar i kerja adalah setiap orang yang terdaftar d i Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota / Kabupaten untuk mencar i atau melamar pekerjaan di dalam neger i maupun di luar neger i Kebutuhan informasi ketenagakerjaan adalah kebutuhan khalayak pencar i kerja mengena i informasi ketenagakerjaan.
81
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan seperangkat cara yang s istematik , logis dan ras ional yang digunakan oleh penel iti ketika merencanakan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menar ik kesimpulan. (Hamidi, 2007 : 122). Penelitian ini bersifat deskr i ptif dengan menggunakan pendekatan kual itatif dengan fenomenologi. Dengan penelitian ini diharapkan dapat digambarkan proses d iseminas i informas i dan jenis kebutuhan informas i khalayak pencar i kerja. Pendekatan kualitatif ´lebih dimaksudkan untuk member ikan gambaran atau pemahaman mengena i gejala (dar i perspekt if subjek atau aktor), membuat teor i´ (Pawito, 2007 : 44) Dalam hal ini salah satu var ian fenomenologi yang digunakan adalah fenomelogi realistik. Menurut Embree (1998 : 333-343) dalam Pawito (2007 :58), fenomenolog i realistik lebih menekankan pada pengamatan serta penggambaran esens i-esensi yang bers ifat umum.´ Selain melalui pengamatan atau observas i terhadap proses diseminasi informas i di lingkungan instansi pemer intah, pengumpulan data lapangan juga d ilakukan wawancara mendalam (depth interview). Narasumber yang d iwawancarai adalah pejabat Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya, petugas loket pelayanan kartu kuning, dan pencar i kerja.Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang d isusun terlebih dahulu. Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive yaitu Dinas Tenaga Kerja Pemer intah Provinsi Provinsi Kalimantan Tengah di Kota Palangkaraya dengan pertimbangan bahwa instansi pemer intah yang melayani informas i ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat di kota tersebut. Oleh karena d iseminas i informas i ketenagakerjaan langsung kepada pencar i kerja melalui loket pengurusan kartu kun ing hanya dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten / Kota, maka di pilih Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkarya dengan alasan kota ini merupakan pusat kegiatan pemer intahan dan masyarakat, termasuk kegiatan ketenagakerjaan di Kalimantan Tengah. Analisis data dilakukan secara deskr i ptif kualitatif dengan melakukan reduks i data terlebih dahulu terhadap data yang masuk ba ik yang di peroleh melalui wawancara mendalam maupun catatan observas i di lapangan. Data kualitatif yang di peroleh dar i jawaban narasumber dan has il observasi yang benar-benar sesua i dengan tujuan penel itian berkesempatan untuk dianalisis, sedangkan data yang kurang relevan t idak dimasukkan dalam analisis. Kategor i data di buat berdasarkan permasalahan penelitian dan data lapangan.
GAMBARAN UMUM Geografi dan Demografi Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah di bentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 tahun 1957 dengan i bukota Palangkaraya, artinya tempat yang suc i, mulia dan besar. Mottonya adalah Kota Cantik (Terencana, Aman, Terti b dan Keterbukaan). Satu-satunya pemer intahan kota di provinsi ini adalah Palangkaraya dengan luas 2.400 km2.Provinsi ini terletak di daerah khatulistiwa dengan iklim tropis yang lembab, panas dengan suhu rata-rata 0 Celcius. Curah hujan terbanyak pada bulan-bulan Oktober sampa i dengan Maret. 34 2 Luas provinsi ini 153.564 km terdir i dar i hutan dan pertanahan la innya 134.937, 25 km2, sawah dan ladang 10.744.79 km2, perkebunan 6.637,62 km2, permuk iman dan bangunan 2 lainnya 1. 244,24 km (BPS,2001) dan (http://www.b.i.go.id?web/id/KER 01/prof il/kalteng/tanggal 25-4-2008) Secara administratif Provinsi Kalimantan Tengah terbagi atas 13 kabupaten, 1 kota, 95 kecamatan, 1.177 desa dan 122 kelurahan. ( Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng, 2008a :2) Menurut Gubernur , A. Teras Nerang, ´mulai tahun 2008-2010 Pemer intah Provinsi 82
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Kalimantan Tengah mempunya i program Mamangun Mahaga Lewu (Membangun Menjaga Desa). Dalam tiga tahun akan ada 126 desa di jadikan percontohan, desa dan kelurahan 1. 357 dan 70 % di antaranya adalah desa´ (Kompas, 13-3-2008) Dalam publikasi yang diterbitkan oleh LIN, (2001 : 43-44) dikemukakan bahwa penduduk asli Provinsi Kalimantan Tengah adalah suku bangsa Dayak , yang terdir i dar i beberapa sub suku bangsa seperti Ngaju, Ot Danum, Ma¶anyam, Ot-siang, Lawangan, Katingan dll. Mereka bermuk im dalam komunitas±komun itas desa di sepanjang Sunga i Bar ito, Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Katingan, Sungai Mentaya dll. Sela in orang Dayak ada juga penduduk pendatang , yaitu orang-orang Banjar , Bugis, Jawa, Madura, Makassar , Melayu, Arab dan China. Agama penduduk nya Islam, Kr isten, Kahar ingan, dan Budha. Penduduk yang menganut agama Islam merupakan golongan terbesar. bergaul dengan masyarakat setempat. Di seluruh Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 30 bahasa daerah. Bahasa Dayak Ngaju sebaga i bahasa lingufranca. Kesenian masyarakat Dayak , terutama tar i-tar ian antara lain Deder Ketingan, Gir ing-gir ing, dan K inyah Kamber. Pada tahun 2005 jumlah penduduk tercatat 1.9 57.861 jiwa dengan laju pertumbuhan 2 2,36 % dan kepadatan 1 2,75 penduduk / km . (http://www.kalteng bps.go id, tanggal 20-32008) Pada tahun 2006 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tercatat sebanyak 2.003.401 jiwa terdir i dar i 1.028.514 lak i-lak i dan 974.887 perempuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kab upaten dan Kota (orang) No
Kabupaten/Kota
Penduduk Laki-laki Perempuan
1 2
Kab. Kotawar ingain Barat 106.81 4 99.259 Kab. Kotawar ingin Timur 165.353 146.697 Kab. Kapuas 176.124 175.455 3 Kab. Bar ito Selatan 4 62.571 60.351 5 58.377 55.566 Kab. Bar ito Barat Kab. Bar ito Timur 6 43.089 42.066 28.513 27.383 7 Kab. Lamandau 8 Kab. Seruyan 57.132 50.449 9 Kab. Katingan 69.44 8 63.545 10 Kab. Pulang Pisau 59.977 58.231 11 Kab.Gunung Mas 45.00 3 41.025 12 Kab. Sukamara 19.219 16.961 45.823 42.176 13 Kab. Murung Raya 14 Kota Palangkaraya 91.071 92.723 Jumlah 1.028.514 974.887 Jumlah total penduduk 2.00 3.401 Sumber : Diolah dar i Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng , (2008a:2)
Tabel 1 menunjukkan t iga kabupaten dan kota Palangkaraya mempunyai jumlah penduduk yang tergolong besar , sedangkan di kabupaten la innya jumlah cukup kec il. Kabupaten Kapuas merupakan kabupaten terbesar dengan jumlah penduduknya 351.579 jiwa, dan kabupaten Sukamara hanya berpenduduk 36.180 jiwa. Penyebaran penduduk mas ih belum merata di seluruh provinsi Kalimantan Tengah, tetapi lebih terkonsentras i di perkotaan. Penduduk memilih bertempat tinggal di perkotaan karena faktor lapangan kerja sektor formal yang mula i berkembang, seperti perdagangan, jasa, dan transportas i. Minat penduduk untuk bekerja sebaga i pegawai neger i si pil, TNI/Polr i dan karyawan perusahaan dan berwirausaha cukup t inggi. Tabel itu juga memperlihatkan jumlah penduduk lak i-lak i secara keseluruhan maupun per kabupaten leb ih besar dar i pada jumlah penduduk perempuan , 83
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
kecuali di Kota Palangkaraya. Keinginan untuk mendapatkan pekerjaan d i kota mula i tumbuh di kalangan perempuan d i perdesaan.Hal ini mendorong penduduk perdesaan p indah (urbanisasi) ke kota Palangkaraya sebagai pencar i kerja baru. Perusahaan dan mall di Kota Palangkaraya mula i menawarkan pekerjaan khusus untuk wan ita sebaga i sales promotion girls (SPG). Berkaitan dengan kondisi ketenagakerjaan di provinsi ini, tercatat tingkat pengangguran sebesar 8,6 % dengan jumlah penganggur lak i-lak i 5,8 % dan perempuan 13,7 %. Pendapatan penduduk per kap ita pada tahun 2006 mencapai Rp 9.991.337,- dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sebesar 5,84 %. (Dinas Tenaga Kerja, Pemprov Kalteng, 2008a : 2-3) Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah penganggur sebesar 8 2.360 orang terdir i dar i penganggur perempuan 46.690 orang jauh lebih besar dar i pada jumlah penganggur lak i-lak i 35.670 orang. Data ini membukt ikan bahwa daerah ini t idak bebas dar i pengangguran mesk i wlayahnya amat luas untuk bisa digarap sebaga i lahan pertanian. Angka yang disajikan itu merupakan jumlah penganggur yang tercatat secara resm i di Kantor Dinas Tenaga Kerja d i Kabupaten/Kota se-Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya penganggur tersebut berdomisili di perkotaan sebagai ak i bat dar i banyaknya lulusan terd idik khususnya SLTA hingga sarjana. Berbeda dengan di perdesaan penduduk yang benar-benar t idak bekerja sama sekal i sulit ditemukan. Setidaknya penduduk di perdesaan bisa menggarap lahan pertan ian atau berkebun di tanahnya sendir i atau milik keluarganya sebagai mata pencahar ian. ³Bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menyebabkan angka pengangguran menurun secara signif ikan. Tabel 2 Data Ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah ( orang) Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah Tenaga Kerja 829.558 974.887 1.561.423 614.558 340.280 Angkatan Kerja 954.838 293.590 Kesempatan Kerja 872.478 578.888 Penganggur 82.360 35.670 46.690 Sisa Pencaker 2007 18.048 20.421 38.46 9 Sisa Lowongan 162 183 345 Bukan Tenaga Kerja 189.329 187.168 376.497 Bukan Angk.Kerja 186.704 411.585 598.289 Sumber : Diolah dar i Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng , (2008a : 2)
Jumlah pengangguran terbuka Agustus 2006 67.631 orang ( 6,7 %) turun menjad i 55.244 orang ( 5,0 %) pada Pebruar i 2007 atau turun 12.397 orang (1 ,7 %)´ (http://www.kalteng.go.id/ viewarticle.asp, tanggal 25-4-2008). Sektor pertanian dan perkebunan (berkebun sendir i) dan usaha mencar i hasil hutan besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja sehingga terkesan penduduk d i Kalimantan Tengah, terutama di perdesaan hamp ir tidak ada yang kelihatan menganggur secara total. Secara selayang pandang gambaran Kota Palangkaraya dalam beberapa hal sepert i adat istiadat, suku bangsa , agama tidak berbeda jauh dar i keadaan Provinsi Kalimantan Tengah. Bahkan sebaga imana dikemukakan sebelumnya , sebagai satu-satunya pemer intahan kota di Provinsi ini tampak karakter istik dan kemajuan perkotaan pada t ingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan jumlah pencar i kerja yang lebih terkonsentrasi pada pekerjaan perkantoran di instansi pemer intah dan perusahaan swasta. 2 Luas kota ini 2678,51 km dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 tercatat 168.449 jiwa dan kepadatan 62,89 jiwa/km2. (http://www.id.wik i peda.org/wk i/kota Palangkaraya,
84
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
tanggal 28-4-2008) Jumlah penduduknya menurut Tabel 1 , tercatat 183.794 jiwa. terjadi pertambahan sebanyak 1 5.345 jiwa dalam waktu lima tahun.
Jadi,
Pencari Kerja (Pencaker)
Kantor Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah t idak melayani langsung pengurusan kartu kuning bagi pencar i kerja, tetapi hanya mengolah dan merangkum data pencar i kerja dalam publikasi Ber ita Pasar Kerja dan Lembar Informas i Ketenagakerjaan yang terbit t iap bulan sepert i dapat dilihat pada Tabel 3. ³Jumlah pencar i kerja yang belum ditempatkan sampa i dengan akhir bulan Desember 2007 sebanyak 38.469 orang, sebagian besar 36.764 orang atau 95,56 % merupakan tenaga terdidik mulai dar i t amatan SLTA hingga kategor i S1-S3´ (Dinas Tenaga Kerja, Pemprov Kalteng, (2008a : 5). Jumlah pencar i kerja berpendidikan t inggi D1-S3 ternyata cukup besar 34,30 % atau 13.197 orang. Tabel 3 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kalimantan Tengah ( orang) No 1 2
Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Tidak Tamat SD 24 67 208 SD 99 SLTP 717 3 590 SLTA 12.104 11.463 4 D1-D3/SM 2.19 5 5 3.124 S1-S3 6 4.201 3.677 Jumlah 18.048 20.421 Sumber : Diolah dar i Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng , (2008a :5)
Jumlah 91 307 1.307 23.567 5.319 7.878 38.46 9
Data jumlah sisa pencar i kerja atau pencaker hingga akhir tahun 2007 sebesar 38.469 orang di peroleh dar i hasil pendaftaran melalui kartu kuning (AK1) yang dikeluarkan oleh Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota atau Kabupaten se Kal imantan Tengah. Jumlah para pencar i kerja ini merupakan s isa yang tidak dapat disalurkan atau mendapat pekerjaan pada tahun 2007 dan mereka mencoba mendaftar kembal i untuk mendapatkan kartu AK1 yang baru. ³Pencar i kerja yang t idak melaporkan atau t idak mendaftar ulang setelah terdaftar sebaga i pencar i kerja selama 6 bulan berturut-turut akan dihapuskan sebaga i pencar i kerja karena diangggap t idak memerlukan Diseminasi antar kerja lagi. Di samping itu penghapusan sebagai pencar i kerja dapat disebabkan karena permintaan sendir i, pindah wilayah, meninggaal dunia atau sudah mendapat pekerjaan´ ( Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng, 2008a : 8) Jumlah pencar i kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah berasal dar i pencar i kerja yang mengurus kartu kun ing (AK1) di Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigras i dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya d i Palangkaraya dan Kantor Dinas Tenaga Kerja yang terdapat d i tiga belas kabupaten seKalimantan Tengah. Kartu kuning yang digunakan untuk melengkapi persyaratan lamaran kerja hanya dapat di peroleh di kantor Dinas Tenaga Kerja Kota/Kabupaten melalui loket Diseminasi kartu kuning. Pelamar yang hendak mencar i pekerjaan di kantor pemer intah (CPNS,TNI,Polr i) dan perusahaan swasta d iharuskan melampirkan kartu kuning (AK1) sebagai salah satu syarat. Berdasarkan jumlah kartu yang d ikeluarkan Dinas Tenaga Kerja Kota / Kabupaten itu dapat diketahui jumlah yang mendaftar sebaga i pencar i kerja. Karena tiap pencar i kerja diharuskan mengisi Daftar Isian Pencar i Kerja yang disediakan secara gratis. Data pencar i kerja yang di peroleh dar i proses pengurusan kartu tersebut memuat jumlah pencar i kerja dan jenis pekerjaan yang d iinginkannya. Ident itas pr i badi dan pas photo pencar i kerja yang tercantum dalam formul ir meli put i tentang pekerjaan sekarang, tujuan mencar i kartu AK1, pekerjaan dan upah yang d iinginkan pencar i kerja.
85
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Apabila di perhatikan jenis pekerjaan atau golongan pokok jabatan yang d idaftar oleh pencar i kerja yang belum ditempatkan ( ybdi), sepert i dapat dilihat pada Tabel 4 tampaknya jabatan sebagai tenaga produks i, tenaga profes ional, dan pejabat pelaksana cukup banyak d iminati ( 66,64 %). Kecenderungan pilihan jenis pekerjaan yang favor it di masa yang akan datang bers ifat manajer ial di instansi pemer intah dan perusahaan swasta. Keberhasilan sektor pendidikan melahirkan tenaga terdidik yang cukup besar d i wilayah Kalimantan Tengah berpengaruh terhadap p ilihan lapangan kerja. Tabel 4 Jumlah Pencari Kerja Menur ut Golongan Pokok Jabatan Pada Tahun 2007di Kalimantan Tengah (orang) No 1 2
Golongan Pokok Jabatan Laki-Laki Perempuan 4.295 3.634 Profesional , dan Teknisi Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 1.664 1.979 Pejabat Pelaksana dan Tata Usaha 3 3.198 3.949 Tenaga Usaha Penjualan 1.552 1.230 4 Tenaga Usaha Jasa 1.654 1.164 5 Tenaga Usaha Pertan ian 1.537 2.053 6 7 Tenaga Produksi 6.005 4.555 Jumlah 18.048 20.421 Sumber : Diolah dar i Dinas Tenaga Kerja Pemprov. Kalteng , (2008a :5)
Jumlah 7.929 3.643 7.147 2.782 2.818 3.590 10.560 38.469
Pelaksanaan Diseminasi Informasi Ketenagakerjaan 1. Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
Dengan paradigma baru di bidang pemer intahan dewasa ini, yaitu ³reinventing government ´, peranan visi dan misi semak in pent ing dalam menjalankan organisas i pemer intahan. Tiap organisasi di lingkungan birokrasi pemer intahan lebih digerakkan oleh misinya sehingga birokras i mampu bertindak cepat dalam melayani masyarakatnya. Or ientas i pemer intah ditujukan kepada khalayaknya sebaga i pelanggan yang harus d i penuhi kebutuhannya , (David Osborne dan Ted Gaebler , 1998) termasuk kebutuhan informas i. Untuk memahami dan melaksanakan visi, misi dan tujuan organisasi pemer intahan tersebut di perlukan kesamaan perseps i semua pejabat, pegawai, dan stakeholder nya.Visi dan misi Gubernur Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah di bidang ketenagakerjaan merupakan dasar bagi penentuan visi dan misi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Program dan kebi jakan mengenai diseminasi informasi ketenagakerjaan di buat dalam rangka mencapa i visi dan misi Dinas tersebut. Dalam publikasi Dinas Tenaga Kerja, Pemprov Kalteng, (2008a : 4) ³ visi Gubernur Kalimantan Tengah Tahun 2005-2010 adalah µmembuka Isolasi Menuju Kalimantan Tengah yang Sejahtera dan Bermanfaat¶ , dengan misi di bidang ketenagakerjaan µMembangun Bala i Pendidikan dan Ketrampilan untuk Meningkatkan Kemampuan Mengembangkan Semangat Kewirausahaan dan Keahl ian Berusaha Melalui Kerjasama Dengan Berbaga i Pihak Termasuk Perguruan T inggi¶ Berdasarkan hal itu. visi Dinas Tenaga Kerja µ Mengurangi Tingkat Pengangguran dan Meningkatkan Kualitas Hubungan Industrial untuk Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja¶ . Sedangkan misinya adalah : 1. Mewujukan pembangunan bidang ketenagakerjaan melalui perluasan lapangan kerja, penempatan tenaga kerja dan pen ingkatan kesempatan kerja d i perkotaan dan perdesaan. 2. Mewujudkan peningkatan kualitas dan produkt ivitas angkatan kerja. 3. Menci ptakan hubungan industr ial yang harmonis antara pekerja , pengusaha dan perlindungan tenaga kerja. Tujuan Dinas Tenaga Kerja Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah ditetapkan untuk :
86
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
1. Memperluas dan mengembangakan kesempatan kerja. 2. Meningkatkan kualitas dan produkt ivitas tenaga kerja. 3. Meni ngkatkan perlindungan dan pengembangan kelembagaan. Sejalan dengan itu disusun Program Dinas tersebut meli put i : 1. Program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja 2. Program peningkatan kualitas dan produkt ivitas tenaga kerja. 3. Program perlindungan dan pengembangan kelembagaan. Dalam hubungan itu, kebi jakan di bidang ketenagakerjaan pada dasarnya adalah mendayagunakan sepenuhnya sumber daya manus ia yang telah dikembangkan melalui pelaksanaan program utama ketenagakerjaan. Upaya pemer intah ditujukan untuk memperluas dan mengembankan kesempatan kerja. sehingga t iap sumber daya manus ia yang terdidik dan telah mendapat pelat ihan ketrampilan mendapat pekerjaan. Hal ini berarti fokus perhatian utama Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah adalah mengatasi pengangguran. Salah satu indikator rendahnya pendayagunaan atau pemborosan sumber daya manusia adalah tingginya tingkat pengangguran . T ingkat pengangguran di Kalimantan Tengah pada tahun 2006 sebesar 8,6 % merupakan yang tert inggi yang pernah dialami . Tingginya tingkat pengangguran golongan terd idik -minimal tamatan SLTA- di antaranya disebabkan faktor keberhas ilan dunia pendidikan menci ptakan tenaga terdidik lebih besar dar i daya serap lapangan kerja untuk tenaga terd idik tersebut sehingga terjadi kelebihan penawaran tenaga terdidik ( Dinas Tenaga Kerja, Pemprov Kalteng, (2008a : 5) Penganggur tersebut merupakan pencar i kerja yang sebenarnya membutuhkan informas i ketenagakerjaan, terutama tentang lowongan kerja yang tersed ia di instansi dan perusahaan swasta. Untuk dapat melaksanakan diseminasi informasi ketenagakerjaan secara khusus , di bentuk Seksi Informasi Ketenagakerjaan di bawah Sub Dinas Perencanaan dan Program. Pembentukan Seksi Informas i Ketenagakerjaan dimaksudkan untuk melakukan d iseminasi dan penyebaran informas i ketenagakerjaan, termasuk informas i mengena i TKI di provinsi ini. Secara fungsional Seksi Informas i Ketenagakerjaan mempunyai tugas untuk melaksanakan diseminasi informas i ketenagakerjaan. Walaupun demik ian, tiap Sub Dinas dan Bagian Tata Usaha pada Dinas Tenaga Kerja Prov insi Kalimantan Tengah dapat member ikan informas i mengena i tugas, fungs i dan pekerjaan masing-masing. Adanya pembagian tugas yang jelas tersebut t idak menghalangi satuan organisasi untuk menginformas ikan hal-hal yang berka itan dengan ketenagakerjaan. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah A. Basuniansyah, ´Diseminasi informas i ketenagakerjaan terutama yang ditujukan kepada stakeholder dan masyarakat dianggap sebagai tugas yang pent ing dalam masyarakat informasi´. Oleh karena itu, salah satu tugas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah yang d idelegasikan kepada Seks i Informas i Ketenagakerjaan adalah melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat guna memperkenalkan ketenagakerjaan. Di samping itu, secara internal Seksi Informas i Ketenagakerjaan merupakan supporting unit bagi Sub Dinas dan Bagian Tata Usaha. Tuntutan pekerjaan menghendak i Seksi ini mampu member ikan dukungan terhadap seluruh satuan organ isas i yang berada dalam Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Tiga seksi lainnya pada Sub Dinas Perencanaan dan Program yang erat hubungannya dengan Seks i Informas i Ketenagakerjaan, yaitu : 1. Seksi Rencana dan Program 2. Seksi Pelaporan dan Evaluasi 3. Seksi Perencanaan Tenaga Kerja
Ketiga seks i tersebut senant iasa bekerja sama dengan Seks i Informasi Ketenagakerjaan. dalam kegiatan penyebaran informasi ketenagakerjaan sert i penyusunan
87
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
dan penerbitan buletin dan leaflet, pembuatan spanduk bulan K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Diseminasi informas i secara institusional di tingkat provinsi merupakan tugas dan tanggung jawab Seks i Informasi Ketenagakerjaan, Sub Dinas Perencanaan dan Program. Pada umumnya Diseminasi informas i ketenagakerjaan dilaksanakan sendir i oleh Seksi tersebut , tetapi dalam hal tertentu seperti kegiatan sosialisasi dan pembuatan spanduk meli batkan seksi lain dan Bagian Tata Usaha. Kerjasama antar satuan kerja d i lingkungan Dinas terutama karena jumlah dan kual if ikasi pegawai yang menangani amat terbatas. Kepala Seksi Informas i Ketenagakerjaan hanya di bantu oleh dua pegawai staf berpendidikan tamatan SLTA. Kegiatan diseminasi informasi ketenagakerjaan yang telah dilaksanakan selama ini secara rutin adalah membuat buletin Lembar Informasi Ketenagakerjaan yang diterbitkan tiap bulan. Lembar informasi ketenagakerjaan yang di jilid secara sederhana dengan tamp ilan sebagai buletin dapat bermanfaat bagi stakeholder atau pengguna karena isinya memuat yang menggambarkan perkembangan pencar i kerja, lowongan kerja dan informas i pengangguran d i Kalimantan Tengah selama satu bulan. Di samping produk berupa Lembar Informasi Ketenagakerjaan itu, sejumlah leaflet dicetak dan diterbitkan oleh Seks i Informas i Ketenagakerjaan, Sub Dinas Perencanaan dan Program. Leaflet dimaksudkan sebaga i sarana komunikasi untuk memperkenalkan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah sebaga i institusi pemer intahan dan menyebarluaskan informas i atau peraturan ketenagakerjaan. Beberapa leaflet yang diterbitkan antara lain berjudul: 1. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Prov insi Kalimantan Tengah, tahun 2002. 2. Persyaratan Permohonan Izin Pemutusan Hubungan Kerja dan Prosedur Permohonan Banding, tahun 2004 3. Kesepakatan Kerjasama Pembangunan Ketenagakerjaan L intas Kabupaten Kota Se Kalimantan Tengah, tahun 2004 4. Jaminan Kecelakaan Kerja Program Jamsostek , tahun 2004 5. Tata Cara Permintaan Jami nan Kecelakaan Kerja, tahun 2004 6. Standar isas i dan Sertif ikasi Tenaga Kerja 7. RAN-PKTP (Rencana Aksi Nasional Penghapusasn Kekerasan Terhadap Perempuan) 8. Traf ik ing (Perdagangan) Perempuan dan Anak 9. Menjadi TKI Meningkatkan Kesejahteraan 10. Prosedur TKI Bekerja Ke Luar Neger i. Leaflet yang ber isi informasi ketenagakerjaan sela in disebarkan di lingkungan instansi pemer intah seperti Bappeda, BPS, Dinas Perhubungan, juga di ber ikan secara selektif kepada pencar i kerja atau petugas pemer intahan yang memintanya. Leaflet tentang TKI t idak disampaikan kepada calon TKI maupun Perusahaan Jasa TKI/Pelaksana Penempatan TKI Swata. Menurut Jahidin Sir ingo-r ingo, Kepala Seksi Penyaluran dan Penempatan Tenaga Kerja, Sub Dinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja , ³di Kalimantan Tengah hanya terdapat satu perusahaan TKI yang baru berdir i berdasarkan izin tanggal 10 November 2007, yaitu PT Titian Hidup Langgeng di Jalan Kol. Untung Surapat i nomor 8 Kapuas. Namun, sejauh ini belum ada akt ivitasnya´. Karena perusahaan TKI ini belum operasional, diseminasi informas i mengena i TKI belum dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Selama ini calon TKI yang akan bekerja ke luar neger i berangkat melalui daerah Kalimantan Selatan. Diseminasi informas i ketenagakerjaan dalam bulan K 3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja (12 Desember-12 Januar i) dilaksanakan dengan kampanye K 3 melalui pemasangan spanduk di pinggir jalan besar dan tempat strategis di kota-kota Kalimantan 88
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Tengah. Sosialias i ini yang dimaksudkan untuk mengingatkan para pekerja agar lebi h berhati-hati pada saat bekerja di bangunan-bangunan, gedung-gedung dan tempat kerja lainnya. Kampanye K 3 yang dilakukan secara terus menerus d iharapkan dapat menjadikan K 3 sebaga i budaya kerja sehingga para pekerja terhindar dar i kecelakaan kerja. Kampanye K 3 ini penting bukan saja untuk set iap pekerja, tetapi juga bagi perusahaan dan pemer intah sebagai penyedia kerja yang bertanggun jawab terhadap keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Di samping penyebaran informasi ketenagakerjaan sebaga imana dimuat dalam cakupan kegiatan Seksi Informas i Ketenagakerjaan itu, diterbitkan pula Laporan Berita Pasar Kerja berupa himpunan data yang berasal dar i laporan Informas i Pasar Kerja (IPK) dar i seluruh kantor Dinas Tenaga Kerja Kota dan Kabupaten se-Kalimantan Tengah. Laporan ini terbit tiap bulan merupakan ´salah satu keg iatan Proyek Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja (PPKK) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 2007´ Pembuatannya dikoordinasikan oleh Sub Dinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja. Penyebaran informas i ketenagakerjaan melalui media massa khususnya s iaran televisi dilakukan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Wawancara dengan topik ketenagakerjaan dilaksanakan secara per iodik ( 3 bulanan ) di TVRI, di acara itu dikemukakan mengena i perkembangan dan masalah ketenagakerjaan d i daerah ini Acara siaran televisi ini dianggap pent ing sebaga i sarana komunikasi untuk menjangkau masyarakat di wilayah yang amat luas sepert i Kalimantan Tengah. Kegiatan diseminasi informas i ketenagakerjaan melalui online ditempakan pada satu ruangan dengan Seks i Penyaluran dan Penempatan Tenaga Kerja. Fas ilitas yang mendukung aktivitas ini tersedia dua komputer yang tersambung (link ) dengan jar ingan internet mili k Telkom. Situs ( website) Dinas Tenaga Kerja Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah sendir i belum ada. Sumber daya manusia (S DM) yang menangani internet ini dilaksanakan oleh dua orang operator. Pegawa i yang dapat mengoperas ikan internet sebaga i sarana dalam kegiatan diseminasi informas i ketenagakerjaan online telah siap sejak Mei 2007. Menurut kedua operator , Mahmud Fauzi dan Budi Ahmad Yani, mereka ´pernah mengikuti pelat ihan operator dan mengoperas ikan komputer online 3 har i yang dilaksanakan oleh Depnakertrans di Jakarta Mei 2007. Dalam pelatihan di ber ikan mengoperas ikan Windows dan cara membuka s itus di internet´ Sebelumnnya Maret-Apr il 2007 komputer (Windows ) d ik ir im dulu dan sebaga i tindak lanjutnya mereka meng ikuti pelat ihan komputer itu. Internet bisa dioperasikan mula i bulan Mei sampa i dengan Desember 2007. Pada saat penelitian ini dilakukan internet keduanya untuk sementara waktu t idak bisa digunakan karena hambatan keuangan. Menurut Fauz i ´ hal ini disebabkan belum ada (penca iran) dana tahun anggaran 2008 untuk membayar telepon´. Sebenarnya masalah internet ini tidak banyak berpengaruh terhadap kegiatan pelaporan ketenagakerjaan karena bukan andalan utama untuk mengir im data dan informasi ketenagakerjaan. Penggunaan cara manual dengan surat merupakan cara peng ir iman yang utama. Selama ini penggunaan internet di Dinas Tenaga Kerja Prov insi Kalimantan Tengah terbatas hanya untuk mencar i ( browsing ) dan mengir im (e-mail ) informas i. Untuk mengir im sebagian data dan informasi ketenagakerjaan ke Departemen Tenaga Kerja dan Transm igrasi di Jakarta dik ir im melalui e mail . Sedangkan untuk mendapatkan informasi dan peraturan ketenagakerjaan terbaru sebagian d ilakukan melalui browsing ke situs www.nakertrans. go id di Jakarta. Penggunaan browsing untuk mencar i data dan informasi ketenagakerjaan masih terbatas sebaga i pelengkap. Kedua fungsi internet itu belum dilaksanakan secara maks imal, mengingat penggunaannya mas ih baru dan lebih banyak dimaksudkan sebaga i sarana pembelajaran teknologi informasi. Karena itu, internet tidak digunakan sebaga i satu-satunya 89
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
sarana pengir iman dan pencar ian data dan informasi ketenagakerjaan. Demik ian pula hubungan dengan stakeholder ketenagakerjaan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah belum memakai fasilitas jar ingan Local Area Network (LAN). Komunikasi data dengan menggunakan LAN mas ih merupakan tantangan bag i Dinas Tenaga Kerja Prov insi dan Dinas Tenaga Kerja kota dan kabupaten se-Kal imantan Tengah. 2. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Kota Palangkaraya
dan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah
Masalah pengangguran yang berka itan erat dengan pencar i kerja merupakan salah satu aspek ketenagakerjaan yang mendapatkan pr ior itas dalam program Dinas Tenaga Kerja baik di provinsi maupun di kota dan kabupaten. Pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pemer intah Kota Palangkaraya, diseminasi informas i ketenagakerjaan dilaksanakan petugas secara langsung kepada pencar i kerja melalui loket dar i ruangan pelayanan kartu kuning bersamaan dengan proses pembuatan kartu tersebut. Petugas adalah pegawa i dar i Seksi Penempatan dan Perluasan Kerja yang ditempatkan di ruangan pembuatan kartu kun ing. Semua petugas bekerja berdasarkan petunjuk dan prosedur tetap pembuatan kartu kun ing dan mendapatkan bimbingan dar i Kepala Seksinya. Ruangan berukuran 3 x 4 meter ini digunakan untuk memproses dokumen pembuatan kartu kun ing dan menyerahkan has ilnya kepada pencar i kerja. Sebagai langkah awal tiap pencar i kerja diminta untuk mengisi formulir terlebih dahulu dan menyerahkan dokumen sesua i dengan persyaratan sepert i tercantum pada pengumuman yang ditempel di samping loket. Persyaratan pembuatan kartu kuning (AK1) dalam pengumuman 29 November 2006 adalah : 1. Fotocopy i jazah S D s/d terakhir 1 lembar. 2. Fotocopy KTP yang masih berlaku 1 lembar. 3. Pasfoto ukuran 3x4 cm 3 lembar. Mesk i pun persyaratani jazah yang dicantumkan dalam pengumuman cukup jelas , ser ing terjadi kekeliruan karena yang diserahkan pencar i kerja hanya i jazah terakhir. Menurut petugas kartu kuning, Lilik , ³keluhan pencaker t idak ada, pencaker ser ing hanya membawa i jazah terakhir´ Ketidaklengkapan berkas fotocopy i jazah ini timbul karena pencar i kerja baru mengetahui informas i persyaratan yang sebenarnya ket ika membacanya di samping loket. Setelah berkas selesa i di proses, petugas kemudian member ikan kartu kuning melalui loket. Pengurusan kartu kun ing di kota Palangkaraya mula i tanggal 1 Januar i 2007 t idak di pungut biaya. Kebi jakan pembebasan biaya pembuatan kartu kuning dengan jelas tertera pada pengumuman yang ditempel di samping loket. Menurut Kepala Seksi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, Darwono ³ jumlah pencaker tahun 2007 terdaftar 7.000-an. Selama 2002-2006 di pungut Rp 10.000, - per orang masuk kas Daerah...bertentangan dengan ILO dan pencaker mas ih penganggur , walaupun secara ekonomi cukup banyak punya mobil dan motor´. Peranan loket tidak hanya untuk memasukkan berkas dan menyerahkan kartu kun ing, tetapi di sana juga terjadi komunikasi antara petugas dengan pembuat kartu kuning yang t idak lain adalah pencar i kerja. Kebutuhan informasi mendesak dar i tiap pencar i kerja pada dasarnya sama , yaitu informasi yang berka itan dengan pekerjaan yang d ilamarnya, seperti persyaratan pembuatan kartu kuning, informas i lowongan kerja, prosedur dan syarat melamar perusahaan dan instansi pemer intah yang menawarkan pekerjaan. Kenyataannya , kebutuhan akan mendapatkan pekerjaan secara implisit d i dalamnya ada kebutuhan informas i ketenagakerjaan atau sebaliknya. Kedua kebutuhan ini menyatu sehingga sukar untuk di pisahkan. Dengan mendapatkan informas i ketenagakerjaan pencar i kerja mengetahui apa yang seharusnya dilakukan untuk mempers iapkan dan melamar pekerjaan secara lengkap Ketika mengurus karu kun ing pencar i kerja sekaligus memperoleh informai ketenagakerjaan. 90
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
Oleh karena itu, kegiatan diseminasi informas i dilakukan secara langsung atau tatap muka ( face to face communication) dengan pencar i kerja yang datang mendaftarkan d ir i di loket pembuatan kartu kun ing. Para pencar i kerja mendapat informasi dar i petugas secara langsung atau mengetahuinya dar i pengumuman yang ada di loket pelayanan kartu kuning. Peranan pengumuman ini sangat bermanfaat dalam diseminasi informasi lowongan pekerjaan. Kebanyakan pencar yang i kerja mengetahui adanya lowongan pekerjaan ditawarkan instansi dan perusahaan dar i papan pengumuman tersebut. Kadangkala beberapa karyawan perusahaan asurans i jiwa yang menempelkan pengumuman lowongan pekerjaan turut member ikan informas i kepada pelamar yang berminat lewat loket. Dengan seizin petugas, karyawan perusahan itu menyampa ikan persyaratan dan prosedur untuk mengisi lowongan yang tersedia di perusahaannya secara detail. Perusahaan yang demik ian umumnya berasal dar i perusahaan yang membutuhkan banyak karyawan sebagai agent atau tenaga survey. Namun, ada pula karyawan dar i perusahaan swasta yang aktif mencatat nama, alamat dan pendidikan pencar i kerja yang telah terdaftar di Buku Daftar Isian Pencar i Kerja. Berdasarkan data pencar i kerja itu perusahaan akan menawarkan informasi pekerjaan sebaga i SPG melalui surat ke alamat masing-masing. Komunikasi tatap muka terjadi antara petugas yang berada d i dalam ruangan dengan pencar i kerja yang berdir i di depan loket. Pencar i kerja yang sedang mengurus kartu kun ing dapat mendengarkan suara petugas melalui loket yang sama. Kebanyakan informas i yang disampaikan mengena i persyaratan kartu kun ing. Informasi mengena i lowongan pekerjaan secara lengkap dapat d i baca pada pengumuman dan karena itu tidak disampaikan lagi, kecuali ditanya oleh pencar i kerja. ´Pencaker bertanya, petugas member ikan informas i´ kata Lilik , petugas wanita yang melayani pembuatan kartu kuning. Komunikasi tidak dapat berlangsung lama sebab petugas amat s i buk melayan i pencar i kerja yang antre di depan loket. Pada waktu yang sama petugas member ikan nformas dan juga menyeleks berkas pembuatan kartu AK1. Kedua pekerjaan i i i itu d ilakukan oleh petugas yang sama. Dalam pelayanan ini tidak ada petugas dan loket khusus yang menyampaikan informas i ketenagakerjaan. Ak i batnya, tidak ada keleluasaan bagi pencar i kerja untuk bertanya guna mendapatkan informasi yang lengkap. Menurut seorang pencar i kerja yang mengurus kartu kun ing, Veronika (23 tahun) ´mau menanyakan kepada petugas yang s i buk tidak enak , perlu petugas loket informasi yang fokus member ikan informas i´ Untuk mendapatkan informas i ketenagakerjaan secara deta il melalui loket tidak dimungk inkan karena t idak adanya petugas dan loket informas i. Keluhan yang sama dilontarkan oleh Nia (24 tahun), ³informas i lowongan kerja di peroleh bukan dar i Dinas Tenaga Kerja, tapi dar i teman-teman´ Menurut keduanya diharapkan Dinas ini juga member ikan informas i lowongan kerja dan loket pelayanan kartu kuning t idak di belakang kantor , tetapi ditempatkan di depan kantor supaya mudah d iketahui. Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan informasi ketenagakerjaan tidak hanya sebatas persyaratan pembuatan kartu kuning, tetapi lebih esens ial mengena i informasi ketersediaan lowongan pekerjaan. Di samping diseminasi informas i langsung melalui loket kartu kuning, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya melaksanakan kegiatan pelatihan yang bermaksud men ingkatkan kualitas tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK). Kegiatan pemberdayaan (empowering ) tenaga kerja dan masyarakat melalu i pelatihan ini secara tidak langsung melakukan d iseminas i informasi dan motivas i kepada pesertanya. Secara implisit d i dalam ³Program Peningkatan dan Produkt ivitas Tenaga Kerja´ terdapat informasi, pengetahuan dan mot ivasi yang di ber ikan kepada peserta pelatihan. Walaupun program pelat ihan BLK cukup bermanfaat bagi tenaga kerja, menurut Kepala BLK Drs Anden ´putra daerah t idak mau dilatih di bengkel / bubut, or ientas inya ke PNS´ Padahal peserta bukan saja mendapat informas i dan pengetahuan mengena i pelat ihan yang diikutinya, 91
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
tetapi juga memperoleh sert if ikat dan kesempatan penempatan sesua i dengan jenis pelat ihan yang pernah diikutinya di BLK. 3. Informasi yang Disampaikan Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kota
Salah satu penerbitan yang dimaksudkan sebaga i sarana diseminasi informas i ketenagakerjaan untuk stakeholders adalah Lembar Informasi Ketenagakerjaan. Apabila dilihat dar i isi publikasinya dapat dikatakan buletin ini merupakan produk unggulan yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Proses pembuatannya tiap dimulai dar i Seksi Informas i Ketenagakerjaan dilanjutkan ke Sub Dinas Perencanaan dan Program hingga ditandatangani Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah sebagai penanggung jawab terakhir. ´Lembar Informas i Ketenagakerjaan ini disusun sebaga i sarana penyebaran informasi ketenagakerjaan dan keberhas ilan bidang ketenagakerjaan yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja Prov isi Kalimantan Tengah´ (Dinas Tenaga Ker ja Pemprov Kalteng, 2008a :18). Sebaga i sarana komunikasi yang lebih bersifat intern, publikasi ini didistr i busikan kepada seluruh Dinas Tenaga Kerja di kabupaten/kota seKalimantan Tengah. Informasi yang disampaikan umumnya mengena i informas i ketenagakerjaan yang dapat di pergunakan sebagai bahan masukan pengambilan kebi jakan ketenagakerjaan di Kalimantan Tengah. Sebaga imana yang tercantum di dalam buletin Lembar Informasi Ketenagakerjaan terdapat bab yang menerangkan situasi umum dan situasi khusus tentang informas i ketenagakerjaan informas i. Dalam bab situasi umum diinformas ikan tentang keadaan geograf i dan demograf i, PDRB dan pendapatan regional per kapita, dan visi, misi, tujuan, program, kebi jakan ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Kalimantan Tengah. Di dalam bab situasi khusus tercantum mengena i (1) pembinaan dan penempatan tenaga kerja , pasar kerja bulanan yang memuat tentang pencar i kerja terdaftar , penghapusan pencar i kerja, lowongan kerja terdaftar/dihapuskan, penempatan/pengisian lowongan kerja dan ( 2) pelatihan dan produkt ivitas tenaga kerja, (3) hubungan industr ial dan pengawasan ketenagakerjaan antara lain mengenai upah minimum provinsi. Terbitan lain dar i Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah berupa laporan Berita Pasar Kerja yang memuat informas i pasar kerja (IPK) bulanan. Sepert i dalam terbitan Berita Pasar Kerja per iode bulan Desember 2007 terdapat informas i tentang jumlah pencar i kerja yang terdaftar , lowongan yang terdaftar , dan penempatan tenaga kerja selama bulan itu. Secara lebih r inci informas i yang dimuat di dalam terbitan tersebut, yakni : 1. Jumlah kumulat if pencar i kerja 2. Pendaftaran pencar i kerja 3. Pencar i kerja yang ditempatkan 4. Pencar i kerja yang di hapuskan 5. Pencar i kerja belum ditempatkan 6. Lowongan permintaan tenaga kerja 7. Lowongan yang di penuhi 8. Lowongan kerja yang belum d i penuhi Sarana diseminasi informasi ketenagakerjaan yang lebih r ingkas dan prakt is diterbitkan dalam bentuk leaflet. Informas i di dalam leaflet kebanyakan memuat informas i peraturan dan permasalahan ketenagakerjaan secara nasional.Selain itu, ada juga leaflet yang bermaksud memperkenalkan visi dan misi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah sebagai instansi pemer intah di bidang ketenagakerjaan. Apabila dilihat dar i isi (pesan) di dalam leaflet, setidaknya dapat dikelompokan menjadi tiga jenis informasi ketenagakerjaan, yaitu : 1. Informasi tentang instansi Dinas Tenaga Kerja 92
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
2. Informasi tentang peraturan ketenagakerjaan. TKI dan perdagangan perempuan dan anak , serta penghapusan 3. Informasi tentang kekerasan terhadap perempuan.
Sebagaimana telah dikemukakan, diseminasi informas i ketenagakerjaan melalui spanduk dimaksudkan untuk member itahukan pentingnya K 3 bagi para pekerja. Oleh karena itu, spanduk kampanye K 3 tentu isinya mengena i keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerja. Demikan pula wawancara pada s iaran TVRI mengetengahkan informas i mengena i perkembangan dan masalah ketenagakerjaan yang d itujukan kepada masyarakat luas. Informasi yang disampa ikan petugas secara langsung d i loket Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pemer intah Kota Palangkaraya kebanyakan mengena i persyaratan pembuatan kartu kuning kepada pencar i kerja yang datang sendir i di instansi tersebut. Informas i lowongan pekerjaan yang tersed ia merupakan informasi yang cukup banyak didiseminasikan melalui pengumuman di loket pembuatan kartu AK1. Kecuali itu, pelatihan di BLK secara implisit menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta yang mengikutinya. Kesimpulan
Berdasarkan ura ian dalam pembahasan sebelumnya dapat d itar ik beberapa but ir kesimpulan ber ikut : 1. Diseminas i informasi ketenagakerjaan pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah belum banyak disampa ikan kepada khalayak pencar i kerja secara langsung. Sejauh ini hanya diseminasi informas i K 3 melalui spanduk yang d itujukan kepada tenaga kerja yang bekerja di kota-kota, sedangkan kebanyakan penerbitan bulletin dan leaflet dik ir im kepada Dinas Tenaga Kerja Kota dan Kabupaten d i provinsi ini. Diseminasi informas i ketenagakerjaan melalui siaran TVRI kepada masyarakat luas mas ih minim, dan penyebaran informas i ketenagakerjaan melalui online tidak berfungs i. 2. Diseminas i informas i ketenagakerjaan bagi pencar i kerja secara langsung sebag ian besar dilaksanakan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya melalui loket pelayanan pembuatan kartu kun ing. Diseminasi informas i mengena i persyaratan kartu tersebut disampaikan petugas kepada pencar i kerja secara langsung (tatap muka) bersamaan dengan proses pembuatan kartu kun ing. Selain itu, diseminasi informas i lowongan pekerjaan disampa ikan kepada masyarakat , khususnya pencar i kerja melalui pengumuman di loket 3. Informasi yang disampaikan Dinas Tenaga Kerja Prov insi Kali mantan Tengah kebanyakan ber isi informas i ketenagakerjaan yang bers ifat umum seperti informasi peraturan ketenagakerjaan, pengangguran, jumlah pencar i kerja dan lowongan kerja. Informasi ketenagakerjaan yang disampa ikan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya sebagian besar menjawab kebutuhan informas i mengena i persyaratan pembuatan kartu kun ing dan informasi lowongan pekerjaan dar i sebagian kecil instansi pemer intah dan perusahaan swasta. Umumnya kebutuhan informas i akan peraturan ketenagakerjaan bag i pencar i kerja belum dapat di penuhi oleh kedua Dinas Tenaga Kerja itu. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan tersebut dapat disampaikan beberapa saran ber ikut : 1. Diseminas i informas i ketenagakerjaan melalui leaflet yang diterbitkan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah tentang peraturan ketenagakerjaan seba iknya t idak
93
JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN Volume 10 No. 1 - April 2009 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Medan
hanya dik ir imkan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota, tetapi juga disediakan untuk pencar i kerja melalui loket pelayanan kartu kuning di Dinas Kota/KabupatenseKalimantan Tengah. Penggunaan online melalui internet perlu difungs ikan kembali dan di masa yang akan datang perlu d i jajak i pemasangan jar ingan Local Area Network. 2. Dinas Tenaga Kerja, Transmigras i dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya agar memanfaatkan loket pelayanan kartu kun ing secara maks imal untuk diseminasi informasi ketenagakerjaan. Untuk itu, perlu adanya petugas dan loket informas i ketenagakerjaan. 3. Informasi ketenagakerjaan yang berka itan dengan lowongan pekerjaan seba iknya t idak bers ifat umum, tetapi lebih khusus dan deta il sehingga dapat dimanfaatkan oleh pencar i kerja. Informasi lowongan kerja agar tidak didominasi perusahaan swasta, tetapi diupayakan dar i seluruh instansi pemer intah. Untuk memenuhi kebutuhan informas i khalayak pencar i kerja, seba iknya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangkaraya mendiseminasikan peraturan ketenagakerjaan dan lowongan kerja yang lebih luas melalui pengumuman yang terdapat d i loket. DAFTAR PUSTAKA Davis, Gordon B,1995, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Bagian I. Jakarta , PT Pustaka Binaman Presindo. Departemen Komunikasi dan Informat ika, 2008, Transparansi dan Keterbukaan Informasi Publik Undang-Undang Republik Indonesia Nonor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik . Jakarta, Pusat Pelayanan Informasi. Dinas Tenaga Kerja, Pemer intah Provinsi Kalimantan Tengah, 2002 V isi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah . Leaflet. Palangkaraya ________ , t.t., Trafiking (Perdagangan) Perempuan dan Anak . Leaflet. Palangkaraya ________ , t.t., RAN-PKTP. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Leaflet. Palangkaraya ________ ,2008, Lembar Informasi Ketenagakerjaan , Bulan Desember 2007 , Palangkaraya ________ ,2008, Berita Pasar Kerja Bulan Desember 2007 , Palangkaraya Dinas Tenaga Kerja, Transmigras i dan Pemberdayaan Masyarakat , Pemer intah Kota Palangkaraya, t.t., Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja. Palangkaraya. Echols, John M dan Hassan Shad ily,1979, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta, PT Gramedia Effendy, Onong Uchjana,1993, Dinamika Komunikasi . Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Fiske, John, 2006, Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Paling Komprehensif . Terjemahan Yosal Ir iantara dan Idi Subandy Ibrahim, Yogyakarta, Jalasustra. Hamad, Ibnu ,2007, Pembahasan dan tanggapan(lisan) terhadap ³ Studi Diseminasi Informasi Peringatan Dini (Early Warning System) Untuk Permasalahan Lingkungan dan Bencana Alam´ Seminar , di Jakarta, tanggal 11-12-2007 Hamidi, M, 2007, Metode Penelitian d an Teori Komunikasi . Malang, UMM Press Jasmadi, 2004, Menggunakan Fasilitas Internet . Yogyakarta, Deli Publising dan Penerbit Andi. Laswell, Harold D,1963, ´The Structure and Function of Communication in Society´ , dalam Wilbur Schramm, Mass Communication. Urbana, University of Illinois Press. Lembaga Informasi Nasional (LIN),2001, Informasi Sosial Budaya . Jakarta 94