Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
BIMBINGAN DAN KONSELING (Kajian Historis dan Prospek Konselor)
Agus Sukirno Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
[email protected]
Abstrak Bimbingan dan konseling merupakan disiplin ilmu yang menarik untuk dipelajari. Proses konseling dapat berhasil dengan maksimal, apabila konselor menguasai dengan baik teori-teori konseling. Pada awalnya bimbingan dan konseling di arahkan pada bimbingan jabatan (Vocational Guidance). Namun pada perkembangan berikutnya bimbingan dan konseling merambah ke dunia pendidikan. Seorang konselor juga dituntut dapat mengetahui dasar-dasar bimbingan dan konseling (meliputi. sejarah, arti, tujuan, fungsi, asas, prinsip, jenis layanan). Hal ini dianggap cukup penting, karena untuk dapat menguasai materi-materi bimbingan dan konseling lanjutannya, terlebih dahulu konselor diharapkan dapat menguasai dengan baik dasar-dasar bimbingan dan konseling. Profesi konselor mempunyai prospek yang cerah. Untuk menunjang profesi tersebut diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor.Kompetensi konselor terdiri dari kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social,dan kompetensi professional.
Kata kunci : bimbingan dan konseling, sejarah, vocational, konselor
2
Agus Sukirno
A. Urgensi Bimbingan Konseling Dalam ranah dunia akademik khususnya dalam program jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, istilah bimbingan dan konseling merupakan rangkaian kata yang saling kait mengkait, keduanya saling membutuhkan dan dibutuhkan (baca : simbiosis mutualisme). Pada hakikatnya konseling (counseling) merupakan bagian dari kegiatan bimbingan (guidance). Bimbingan menurut Donald G. Mortensen dan Alam M.Schmuller (1976) dalam Ahmad Juntika Nurihsan (2007) mendefinisikan, Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of this abilities and capacities in term of the democratic idea. Sedangkan konseling menurut Shertzer dan Stone, Counseling is an interaction process which facilities meaningful understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goals and values of future behavior. Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Dalam konseling sifatnya lebih khusus, artinya proses konseling sifatnya empat mata (face to face) antara konselor dan konseli. Achmad Juntika Nurihsan (2007), menjelaskan beberapa faktor diperlukannya bimbingan dan konseling. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : Filosofis, Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu filsafat yang berpengaruh adalah adalah filsafat humanisme. Aliran filsafat ini
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 3
berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, manusia bukanlah pion yang bisa diatur oleh lingkungannya. Manusia adalah mahluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, atau konflik. Aliran humanisme dapat diartikan sebagai ‖orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan kemauan bebas (free will) dan potensi untuk mengembangkan dirinya.‖ Seperti, cinta, kreativitas, kesendirian, tanggung jawab, kemandirian, dan perkembangan diri. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa warga yang miskin dapat dientaskan melalui bimbingan pekerjaan (guidance vocational) sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Beck (Blocher, 1974) sebagaimana dikutip oleh Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan (2008) mengemukakan beberapa asumsi eksistensialis tentang hakekat manusia, yaitu sebagai berikut: 1. Manusia bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri. Dia mempunyai pilihan dan harus melakukan untuk dirinya sendiri. 2. Manusia harus memandang atau memperhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya, dan perhatiannya ini direfleksikan dalam pergaulan dengan warga masyarakat yang lebih luas. 3. Manusia eksis di dunia nyata, dan hubungan dengan dunianya di satu sisi merupakan ancaman yang dalam banyak hal tidak dapat merubahnya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
4
Agus Sukirno
4. Hidup yang bermakna harus menghilangkan ancaman yang dihadapi, baik fisik maupun psikis. 5. Setiap manusia memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik, sehingga memungkinkan berperilaku yang berbeda satu dengan lainnya. 6. Manusia berperilaku sesuai dengan pandangan subjektifnya tentang realitas. 7. Secara alami manusia tidak dapat diakatakan ‖baik‖ atau ‖buruk‖. 8. Manusia mereaksi situasi secara menyeluruh tidak bersifat serpihan (seperti halnya intelektual atau emosional). Psikologis, ini berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Keunikan individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama meskipun dengan saudara kembar, mereka memiliki watak dan sifat yang berbeda. Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu. Hereditas merupakan aspek pembawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung linier (sesuai yang diharapkan), tetapi bersifat juga fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Implikasi dari keragaman ini adalah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik, dan terhindar dari munculnya masalahmasalah psikologis, maka mereka perlu diberi bantuan yang sifatnya pribadi. Syamsu Yusuf, LN dan Ahmad Juntika Nurihsan (2008) menjelaskan munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 5
faktor-faktor berikut. (a) kematangan fisik, misalnya belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, dan belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja, karena kematangan hormon seksual. (b) tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, belajar menulis, belajar berhitung, dan belajar berorganisasi. (c) tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu itu sendiri, misalnya memilih pekerjaan, dan memilih teman hidup. (d) tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Allah, dan berbuat baik kepada sesama manusia. Sosial Budaya, kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku inidividu. Masyarakat industri (baca: masyarakat modern) yang tiap hari disibukkan dengan rutinitas pekerjaan dan karirnya memiliki tingkat kecemasan dan stres yang cukup tinggi, pekerjaan yang tercapai sesuai dengan target yang ditentukan akan berdampak positif bagi dirinya untuk mencapai prestasi/karir yang lebih gemilang, sebaliknya bagi mereka yang target pekerjaannya tidak tercapai, bisa berdampak negatif bagi pekerjaan dan karirnya. Di sisi yang lain, kehidupan masyarakat yang dulunya mengedepankan rasa kegotong royongan, kini mengalami pergesaran cukup signifikan. Di antara sesama warga yang tinggal dalam satu lingkungan tidak saling mengenal, bahkan bersikap acuh tak acuh. Paham hidup individualisme sudah menggerogoti aspek kegotong royongan tersebut. Pergeseran budaya yang lain adalan pergaulan muda-mudi sudah tidak lagi mengindahkan norma-norma agama dan masyarakat, seks bebas (free sex) dianggap hal yang biasa bahkan dihalalkan asal saling suka sama suka. Akibatnya banyak anak yang
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
6
Agus Sukirno
lahir tanpa mengetahui siapa orang tua sebenarnya, atau anak dibunuh dengan sengaja untuk menutupi aibnya. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga para siswa/mahasiswa/klien/konseli memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan meluas. Dunia modern memberi kemudahan kepada semua orang dalam menyelesaikan segala tugasnya, untuk menghemat tenaga dan biaya pertemuan antar wilayah atau antar negara bisa dilakukan dengan teleconference, proses surat menyurat dapat di kirim melaui e-mail, dsb. Namun di sisi yang lain perkembangan teknologi dapat membahayakan bagi perkembangan inidividu (siswa atau mahasiswa) baik fisik maupun psikis. Tayangan pornografi dan pornoaksi dengan leluasa dapat di akses oleh siswasiswi di bawah umur, bahkan ada beberapa sekolah yang merazia HP para siswa-siswi ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung banyak ditemukan yang menyimpan foto-foto bugil maupun film porno (blue film). Dadang Hawari (2008) menjelaskan tentang definisi pornografi dan porno aksi, keduanya mengandung arti: (1) Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha untuk membangkitkan nafsu birahi, misalnya dengan pakaian merangsang. (2) Perbuatan atau sikap merangsang atau dengan melakukan seksual (persetubuhan). Demokratisasi dalam Pendidikan, kesempatan yang sama untuk semua orang telah menjadi kenyataan dalam berbagai bidang, baik di sekolah,universitas, perguruan tinggi lainnya, pabrik-pabrik dan industri, maupun di kalangan profesional. Sekolah-sekolah menampung murid-murid dari berbagai asal-usul dan latar belakang kehidupan yang berbeda. Hal ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi seseorang yang terlibat dalam
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 7
kelompok campuran itu. Dalam kondisi demikian, pelayanan bimbingan merupakan salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut. Perluasan Program Pendidikan, program ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin sesuai dengan kemampuannya. Arah ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan, yaitu dalam memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat, serta menilai kemampuan siswa yang bersangkutan, mungkinkah dia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih lanjut Achmad Juntika Nurihsan (2007), menjelaskan tentang diperlukannya bimbingan di Perguruan Tinggi. Belajar di Perguruan Tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan sekolah lanjutan (SMA, SMK, MA). Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah kemandirian, baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi, maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa. Pola berpikir mahasiswa pun tentunya berbeda dengan siswa pada sekolah lanjutan. Kalau di sekolah lanjutan para siswa cenderung lebih menurut, namun bagi mahasiswa cara berpikir lebih kritis, analitis dan argumentatif. W. S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti (2010) mengutip dalam amanat pembukaan pada First Asian Conference-Workshop ini Guidance and Counseling, yang diadakan di Manila dari tanggal 1 – 14 Agustus 1976, dikatakan sebagai berikut: ‖Asian Students are confronted with pressure from increased secularization demanding a shift from traditional values; with increased sexual consciousness and conflict with pressure to make their educational goals syntonic with national ones; with pressure because they are an elite, bearing responsiblity for national development. There can be conflict between
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
8
Agus Sukirno
personal aspirations and motives, material or spiritual, and societal requirements. And finally, for many these students there is a fundamental difference between a traditional, religious, intuitive thought style, and the naturalistic, scientific and analytic mode of thought demanted by their academic pursuits. Kata-kata ini kiranya masih mengungkapkan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa masa kini. Achmad Juntika Nurihsan (2007) menjelaskan secara keseluruhan, problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : a. Problema Akademik 1. Kesulitan dalam memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia. 2. Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan banyaknya tuntutan dan aktivitas perkuliahan, serta kegiatan mahasiswa lainnya. 3. Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku-buku sumber. 4. Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir. 5. Kesulitan dalam mempelajari buku-buku yang berbahasa asing. 6. Kurang motivasi atau semangat belajar. 7. Adanya kebiasaan belajar yang salah. 8. Rendahnya rasa ingin tahu dan ingin mendalami ilmu serta rekayasa.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 9
9. Kurangnya minat terhadap profesi. b. Problema Sosial Pribadi 1. Kesulitan ekonomi/biaya kuliah 2. Kesulitan berkenaan dengan masalah pemondokan 3. Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal. 4. Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa, khususnya mahasiswa pendatang. 5. Kesulitan karena masalah-masalah keluarga. 6. Kesulitan karena masalah-masalah pribadi. W. S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti (2010) menjelaskan enam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan di perguruan tinggi adalah: a. Dengan bersumber pada Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 16, yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, PP Nomor 30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi menetapkan: ‖Tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan/atau kesenian; serta mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.‖
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
10
Agus Sukirno
b. Masa mahasiswa meliputi rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII. c. Pola dasar bimbingan sebaiknya diikuti adalah pola generalis untuk sejumlah kegiatan bimbingan tertentu, misalnya orientasi studi, perkenalan dengan cara belajar mandiri, pembahasan tantangan bagi mahasiswa sebagai manusia pembangun, pertemuan untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan dan hubungan antara jenis kelamin. d. Komponen bimbingan yang diutamakan adalah layanan konseling sepanjang masa studi. Pengumpulan data kerap dikaitkan dengan wawancara konseling, sejauh masalah yang dibicarakan menuntut hal itu, misalnya testing bakat khusus dalam kasus meninjau kembali pilihan program studi, atau testing minat menjelang pilihan suatu spesialisasi, atau testing kepribadian dalam kasus yang di duga menunjukkan aneka gejala neurotik. e. Bentuk bimbingan yang diutamakan tergantung dari layanan bimbingan yang diberikan. Pemberian informasi pada umumnya terlaksana dalam bentuk bimbingan kelompok, sedangkan pengumpulan data dan penempatan kerap dilaksanakan bentuk bimbingan individual. f. Tenaga-tenaga bimbingan macam apa yang dilibatkan dalam pelayanan bimbingan tergantung dari luasnya pelayanan bimbingan yang terdapat di perguruan tinggi tertentu.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 11
Adapun tugas bimbingan dan konseling secara umum adalah memberikan pelayanan kepada klien/konseli agar mampu mengaktifkan potensi fisik dan psikisnya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan sebagai penghalang atau penghambat perkembangan lebih lanjut dalam bidang-bidang tertentu. Hakikat bimbingan adalah membantu individu/klien/konseli agar dapat memahami dirinya sendiri dan dunianya sehingga bimbingan ini diberikan pada siswa yang relatif tidak mengalami masalah. Sedangkan konseling membantu individu agar dapat memecahkan masalahnya, yang dilakukan melalui wawancara atau face to face sehingga umumnya diberikan kepada siswa/klien/konseli yang bermasalah.
B. Sejarah Bimbingan Konseling Bimbingan konseling berawal dari nagara Amerika Serikat. Andi Mapiare (1984), menjelaskan proses perkembangan bimbingan konseling terbagi dalam lima tahap.
1. Periode embrio (1898 – 1907) Periode ini mulai dirintis oleh George Merril, yang menyelipkan bimbingan jabatan, pada ‖The California School of Mechanical Arts‖ di San Fransisco, tahun 1895. Disusul munculnya upayaupaya bimbingan jabatan oleh Jesse B. Davis yang memusatkan perhatian pada penyuluhan jabatan dan pendidikan jabatan di ―Central High School‖, Detroid, Michigan, pada tahun 1898 –
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
12
Agus Sukirno
1907. Pada tahun 1907 J.B. Davis, yang waktu itu menjabat kepala dari ―Central High School‖ di Grand Rapids, menyisipkan bimbingan bimbingan jabatan ke dalam mata pelajaran (Bahasa) Inggris dengan suatu dasar yang teratur. Tujuan dari program bimbingan itu adalah agar siswa mampu (a) mengembangkan karakternya yang baik sebagai asset yang sangat penting bagi setiap siswa (orang) dalam rangka merencanakan, mempersiapkan dan memasuki dunia kerja (bisnis); (b) mencegah dirinya dari perilaku bermasalah; dan (c) menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum (mata pelajaran). Jesse B. Davis menerapkan pola-pola bimbingan jabatan (vocational) lebih tertata rapi dalam mata pelajaran tertentu (bahasa Inggris). Pada tahun 1901 di Boston, Meyer Bloomfield (putra seorang imigran Yahudi dan lulusan Harvard) telah membangun ―Civic Service House‖. Pada tahun 1907, Eli W Weaver mulai berusaha bersama dengan serikat guru SMA di Brooklyn ―The Brooklyn High School Teachers Association‖, berkonsentrasi pada bimbingan jabatan dan penempatan kerja, serikat/komite ini bertujuan untuk membantu para siswa/remaja mampu mengembangkan dan menggunakan kemampuan-kemampuannya agar menjadi karyawan/pegawai yang produkti, handal, dan berkualitas. Di tahun yang sama William Wheatly berupaya menyajikan bimbingan jabatan dalam ilmu pengetahuan social dan juga membuka mata pelajaran khusus dalam hal pekerjaan di SMA (Public High School), di Middletown, Connecticut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 13
2. Periode Pertumbuhan (1908 – 1918) Gerakan bimbingan umumnya dikatakan mulai lahir pada tanggal 13 januari 1980, ketika Frank Parsons mulai mengelola Biro Pekerjaan (Vocational Bureau) sebagai direktur pertama pada ―Civic Service House‖ di Boston, Massachussets. Parson disebut sebagai Bapak Bimbingan (Father of Guidance Movement in American Education). Sebelum ia meninggal sempat menulis buku ―Choosing Vocational‖, diterbitkan pada tahun 1909. Dia mencetuskan proses memilih karir melalui seleksi ilmiah. Menurut Parson ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam memilih pekerjaan, yaitu (a) pemahaman yang jelas tentang dirinya sendiri menyangkut bakat, minat, kompetensi, kemauan/ambisi, (b) pemahaman yang jelas tentang dunia kerja, meliputi persyaratan, kondisi kerja, kompensasi, peluang, prospek kerja, dsb, dan (c) true-reasoning, penalaran yang benar berdasarkan hubungan karakteristik pribadi dengan dunia kerja yang dipilih. Pengaruh Parsons amat kuat kepada para ahli yang muncul kemudian, hal ini terkait khususnya tentang pentingnya analisa ilmiah dan memperhatikan pribadi-pribadi individu dalam bimbingan jabatan. E.G Williamson mengembangkan teori Frank Parson dengan teorinya Trait and Factor (Directive) Guidance. Teori ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi dan keahlian siswa/mahasiswa/klien/konseli dilakukan tes. Pengaruh ini masih jelas terasa sampai sekarang. Gerakan bimbingan dan konseling dimulai dari seting masyarakat, merupakan dari gerakan progresif yang memfokuskan gerakan pada kesejahteraan dan perkembangan. Upaya Parson lebih di arahkan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
14
Agus Sukirno
pada bimbingan karir/vocational siswa/remaja/pemuda/pemudi.
bagi
keberhasilan
Pada tahun 1910 sekitar 35 kota telah menganjurkan program formal bimbingan sekolah atau mulai melaksanakannya. Di tahun ini pula sekitar seratus utusan dari 45 kota berangkat ke Boston untuk menghadiri ‖First National Conference on Vocational Guidance‖. Konferensi ini disponsori oleh Biro Jabatan pada ―Civic Servitional Guidance‖. Hampir berbarengan dengan upaya-upaya di atas, Eli W. Weaver melakukan kegiatan (tahun 1907 – 1911) yang menarik perhatian dengan mendirikan lembaga bimbingan yang dikenal ‖The New York City Vocational Guidance Survey‖ dalam serikat bimbingan yang bernama ‖The New YorkCity Guidance Association‖ (1911). Pada tahun 1912 dilaksanakan konferensi kedua bimbingan jabatan ―The Second National Conference on Vocational Guidance‖ di New York. Tahun 1913 dilaksnakan konferensi bimbingan jabatan ketiga di Grand Rapids, organisasi bimbingan professional pertama didirikan dan diberi nama ―National Vocational Guidance Associations‖ (NVGA). Sampai pada tahun 1913 masih memprioritaskan bimbingan jabatan. Usaha sungguh-sungguh dalam jenis bimbingan pendidikan dimulai tahun 1914, ketika Truman L. Kelly menyusun disertasi untuk mencapai gelar doktor, yang diajukan pada universitas Columbia. Namun demikian meskipun sudah diletakkan dasar-dasar bimbingan jabatan, tetapi bimbingan masih lebih dominan ke dunia kerja. Pengutamaan ini merupakan suatu refleksi wajar dalam era ini. Kebanyakan pemuda tidak berorientasi pada pendidikan tinggi tetapi lebih berorientasi pada dunia kerja.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 15
Organisasi profesioanl bimbingan sekolah yang pertama adalah ‖Vocational Guidance Association of Brooklyn) didirikan tahun 1908. Sedangkan NVGA yang bertaraf nasional baru berdiri tahun 1913. Publikasi profesioanl pertama yang berskala luas di bidang ini dilakukan lewat media ―The Vocational Guidance Newsletter‖ yang dimulai tahun 1911dan Pada tahun 1915, publikasi professional yang tadinya kecil, berubah menjadi jurnal bertaraf nasioanl yang diberi nama ―Vocational Guidance Bulletin‖. Namun sangat disayangkan tahun 1918 bulletin tidak lagi diteruskan karena keadaan perang. Adanya gejolak perang berimbas pada kegiatan bimbingan, karena disibukkan dengan urusan perang.
3. Periode Pergolakan Pendidikan (1918 – 1929) Setelah perang usai, pemerintahan Federal menyiapkan pusat-pusat rehabilitasi jabatan bagi para veteran. Gerakan bimbingan sekolah terus menerus dipacu oleh organisasi-organisasi dan yayasanyayasan, antara lain oleh Commonwealth Fund. ‖American Psychological Association‖ (APA), yang didirikan tahun 1892, dan secara resmi berbentuk badan hukum tahun 1925, berpengaruh secara tidak langsung dalam pengembangan baik terhadap kaum kependidikan maupun para petugas bimbingan dalam memperdalam kesadaran tentang pentingnya dasar-dasar psikologis pada setiap tahap program sekolah.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
16
Agus Sukirno
Pada tahun 1924 NVGA mensponsori penelitian yang mengarah ke pengembangan standar pertama bagi pembuatann dan penilaian sarana pekerjaan. Pada periode ini sudah mulai ditekankan perhatian pada bimbingan individual. Begitu pula dengan pendekatan studi kasus mulai diperkenalkan. Brewer (1926) orang pertama yang memperkenalkan proses studi kasus ini ke dalam jurusan-jurusan bimbingan di Universitas Harvard. Pada tahun 1919 sebanyak 6 ‖Dean of Men‖ dari berbagai perguruan tinggi mengadakan pertemuan membicarakan masalahmasalah umum, dan tahun berikutnya mereka secara resmi mendirikan organisasi ‖National Association of Deans and Adviser of Men‖ atau NADAM. Tahun 1924 didirikan pula ‖American College Personnel Association (ACPA) untuk mengkoordinadi penempatan . Tahun 1929 berubah nama ―National Association of Placement and Personnel Officers‖. Pada tahun 1921 NVGA menerbitkan majalah terbarunya yang diberi nama‖ The national Vocational Guidance Association Bulletin‖. Dua tahun kemudian pengawasan penerbitan dialihkan pada Biro Bimbingan Jabatan dari ―Graduate School of Education‖, Universitas Harvard. Perubahan tersebut mengubah pula nama jurnalnya menjadi ―The Vocational Guidance Magazine‖.
4. Periode Ketaktentuan Ekonomi (1929 – 1945) Pada periode ini, perkembangan bimbingan mengalami kelambatan dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh, (1) Sebagian besar kesempatan masuknya layanan bimbingan ke dalam
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 17
sekolah-sekolah telah berlangsung pada periode-periode lalu. (2) Depresi ekonomi tahun 1929 menyebabkan pembiayaan sekolah mengalami kemunduran secara drastis. Selama hari-hari suram, gerakan bimbingan mendapat bantuan dari ‖Carnegie Corporation‖, yang dalam 1933 membiayai ‖National Occupational Conference‖ (NOC). Bantuan kedua bersumber dari Pemerintah Federal, yang dalam tahun 1938 mendirikan ‖Occupational Information and Guidance Service‖ dalam ‖Vocational Educational Devision‖ dari Kantor Pendidikan Amerika Serikat, yang waktu itu mengangkat seorang direktur (Harry A. Jager) dan dua orang spesialis.
5. Periode Modern (1945 – Sekarang) Dampak dari perang dunia II adalah memberikan dorongan kuat perkembangan gerakan bimbingan. Selama masa perang Angkatan Darat meminta sekolah menengah dan perguruan tinggi untuk memberikan layanan bimbingan dalam penerimaan calon baru Angkatan Bersenjata. Periode ini berhasil menggabungkan beberapa wadah asosiasi bimbingan menjadi ‖American Personnel and Guidance Association‖. Tujuannya adalah membantu meneruskan peningkatan dalam memajukan pandangan-pandangan personel dan menyebarluaskan falsafah, prinsip-prinsip, kebijakan-kebijakan, dan praktek-praktek bimbingan dalam pendidikan serta dalam perwakilan-perwakilan sosial dan pemerintahan.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
18
Agus Sukirno
Pada tanggal 1 April 1952 APGA memulai kegiatannya dengan pembagian kerja atas lima divisi. Divisi I, American College Personel Association (ACPA). Divisi II, National Association of Guidance Supervisor and Counselor Trainers (NAGSCT). Divisi III, National Vocational Guidance Association (NVGA). Divisi IV, Student Personnel Association for Teacher Education (SPATE). Divisi V, American School Counselor Association (ASCA). Tahun 1957 ditambah dengan adanya divisi VI, Rehabilitation Counseling. Selanjutnya pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Program bimbingan secara umum berkembang pesat di Amerika Serikat. Dampak dari perkembangan tersebut, Indonesia juga mengadopsi ilmu bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan kondisi wilayah indonesia. Lebih lanjut John J. Pietrofesa et.al (1980) sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2008) mendeskripsikan tonggak-tonggak sejarah bimbingan modern, yaitu sebagai berikut. Tonggak-Tonggak Sejarah Bimbingan Modern TAHUN
PERISTIWA
1879
Laboratorium psikologi pertama dibangun oleh Wilhelm Wundt di Jerman
1883
G. Stanley Hall berinisiatif melakukan studi tentang anak di laboratorium psikologi di Universitas John Hopkins.
1890
Sigmunt Freud menggunakan psikoanalisis untuk mengobati
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 19
penyakit mental 1895
George Meril mengembangkan program bimbingan vokasional pertama di San Fransisco
1898
Jesse B. Davis mulai bekerja sebagai seorang konselor pada Sekolah Menengah Atas di Detroit
1905
Albert Binet dan Theophile Simon menyusun dan menstandardisasikan tes kecerdasan umum pertama di paris
1906
Eli W. Weaver, seorang kepala sekolah di Brooklyn menulis buku “Choosing a Career”
1908
Frank Parsons mendirikan Biro Vokasional di Boston, dan menulis buku “Choosing a Vocation.”
1909
Clifford Beers menulis “ A Mind That Found It Self”, sebagai factor utama yang mempengaruhi lahirnya gerakan mental hygiene.
1910
Konferensi bimbingan diselenggarakan di Boston.
1913
Asosiasi Bimbingan Vokasional Nasionaldidirikan di Grand Rapids Michigan.
1917
The Smith-Hughes Act memberikan dana federal pertama untuk membiayai program bimbingan vokasional..
1917
Tes kemampuan mental kelompok verbal dan non-verbal dikembangkan oleh Angkatan Bersenjata yang digunakan dalam melakukan screening calon tentara.
1927
The Strong Vocational Interest Blank dipublikasikan.
vokasional
nasional
pertama
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
20
Agus Sukirno
1929
The George-Reed Act memberikan dukungan federal untuk pendidikan vokasional.
1932
John Brewer mempublikasikan buku “Education as Guidance”.
1934
The George-Ellzy Act melanjutkan pemberian dukungan dana federal untuk pendidikan vokasional.
1935
The Works Progress Administration didirikan untuk memberikan layanan konseling dan penempatan bagi para generasi muda.
1936
The George-Deen Act melanjutkan pemberian dana untuk pendidikan vokasional.
1937
The American Association for Applied Psychologi didirikan.
1938
The U.S. Office of Education memberikan layanan informasi pekerjaan
1939
E.G Williamson mendeskripsikan pendekatan “Trait and Factor” konseling dalam bukunya “How To Counsel Students”.
1942
Carl Rogers mempublikasikan “Counseling and Psychotherapy” dan mulai melakukan gerakan konseling kea rah “Client-Centered Therapy”.
1945
The U.S Employment Office mengembangkan “General Aptitude Test Battery”.
1951
The American Personnel and Guidance Association (APGA) didirikan.
1952
The American School Counselor Association didirikan, dan menjadi salah satu divisi APGA pada tahun 1953.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 21
1953
B.F Skinner menulis buku “Science and Human Behavior”.
1954
The Office of Vocational Rehabilitation didirikan.
1957
APGA menyusun “The American Boerd of Professional Standards” dalam bimbingan vokasional”.
1957
Donald Super mempublikasikan “The psychology of Career” yang mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan perkembangan karir pada tahun-tahun berikutnya.
1958
The National Defense Education Act memberikan dana untuk kegiatan pelatihan para konselor sekolah.
1961
“The Association for Supervision and Curriculum Development” “Perceiving, Behaving, Becoming” dengan mendapat kontribusi pemikiran dari Carl Rogers, Earl Kelley, Art Combs, dan A.H Maslow.
1962
C. Gilbert Wrenn menulis “The Counselor in a Changing World.”
1963
The Manpower Development and Training and The Vocational Education Acts telah dilakukan.
1964
Amended NDEA melanjutkan pemberian dana bagi pelatihan konselor.
1971
Commissioner of Education Sidney Marland menekankan tentang pentingnya perencanaan dan pendidikan karir.
1976
Unit Administrasi untuk bimbingan dan konseling telah didirikan di US Office of Education.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
22
Agus Sukirno
1978
The State of Virginia memberikan izin praktek kepada konselor.
C. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia Sejarah lahirnya bimbingan dan penyuluhan/konseling di Indonesia tergolong unik. Terkesan dengan layanan bimbingan dan penyuluhan/konseling yang dilaksanakan di sekolah-sekolah Amerika Serikat sekitar tahun 1962. Beberapa pejabat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menginstruksikan dibentuknya layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah menengah sekembalinya ke tanah air. Awal mula kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah belum tersusun dengan baik Kegiatan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan di lembaga-lembaga formal (sekolah) baik negeri maupun swasta. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah sudah melakukan bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964, lahir kurikulum Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program ini kurang berkembang karena kurang persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1963) membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang di kenal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Istilah bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari guidance and counseling. Orang yang memperkenalkan istilah ini adalah Tatang
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 23
Mahfud, MA., seorang pejabat di Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada tahun 1953, ia menyebarkan surat edaran untuk meminta persetujuan kepada beberapa orang yang dipandang ahli, untuk menerjemahkan istilah ‖guidance and counseling‖ dengan kata bimbingan dan konseling. Pada waktu itu tidak ada yang menolaknya. Mulai saat itu, populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari guidance and counseling. Pada masa era orde baru tahun 1970, istilah penyuluhan juga dipakai dalam berbagai kegiatan/bidang lain, seperti penyuluhan keluarga berencana, penyuluhan hukum, penyuluhan narkoba, penyuluhan gizi, dsb. Dalam hal ini, penyuluhan diartikan sebagai pemberian penerangan, bahkan kadang-kadang hanya dalam bentuk pemberian ceramah atau pemutaran film saja. Dapat disimpulkan bahwa istilah penyuluhan masih bersifat umum, belum terfokus pada masalah-masalah spesifik/khusus yang berkaitan dengan siswa/mahasiswa/konselor/konseli. Menyadari hal tersebut, sebagian ahli yang tergabung dalam Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) mulai merumuskan ketepatan arti counseling. Ada yang berpendapat agar istilah penyuluhan dikembalikan ke istilah awal konseling. Ada pula yang berpendapat kalau guidance diartikan dengan bimbingan, maka counseling harus dicarikan arti yang tepat dalam bahasa Indonesia. Ada yang mengartikan istilah counseling dengan wawanwuruk, wawanmuka dan wawancara. Namun dari sekian arti yang lebih populer adalah konseling. Dewa Ketut Sukardi (2000) sebagaimana dikutip Abdul Choliq Dahlan (2009) menjelaskan secara singkat perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
24
Agus Sukirno
a. Kegiatan bimbingan pada hakikatnya telah berakar dalam seluruh kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia. b. Sebelum kemerdekaan, pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah. Namun demikian, pada masa ini sudah mulai muncul benih-benih bimbingan dan konseling. Bermula dari sekolah Taman Siswa di Yogyakarta berdiri pada tahun 1922. Pendirinya adalah Ki Hajar Dewantara, metode dan semboyan Sekolah Taman Siswa adalah Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Kemudian disusul pula oleh Mohammad Safii tahun 1926. Titik menonjol bimbingan dalam periode ini adalah bimbingan jabatan dalam pendidikan formal, yang dirintis oleh Mohammad Safii dengan ―Sekolah Kerja‖ nya. c. Pola ini mengalami masa perubahan pada decade 1940-an yang disebut sebagai masa perjuangan. Masa ini merupakan tonggak bersejarah, karena pada dekade ini tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. d. Menjelang decade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi, bangsa Indonesia masih harus menghadapi tantangan besar untuk menstabilkan berbagai aspek kehidupan yang terkoyak-koyak selama masa penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. e. Memasuki decade 1960-an situasi politik kurang begitu menguntungkan, yang mencapai klimaksnya pada pemberontakan G 30-S/PKI tahun 1965. f. Setelah dirintis pada decade 1960-an penataan bimbingan mulai dilakukan pada decade 1970-an. Pada decade ini, bimbingan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 25
diupayakan aktualisasinya melalui penataan legalitas system, konsep dan pelaksanaannya. g. Setelah melalui penataan selama decade 70-an, pada decade 80-an ini bimbingan diupayakan lebih maksimal. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan bimbingan yang profesional. Awal periode ini ditandai dengan diperkenalkannya ―Sekolah Komprehensif‖ atau ―Sekolah Pembangunan‖ (1970 – 1971). Secara resmi, konsep Sekolah Pembangunan dicetuskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di bawah pimpinan menteri Mashuri pada tahun 1971. Dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 172 tahun 1971 ditetapkan 8 PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) sebagai pelaksananya : PPSP IKIP Jakarta, PPSP IKIP Bandung, PPSP IKIP Semarang, PPSP IKIP Yogyakarta, PPSP IKIP Surabaya, PPSP IKIP Malang, PPSP IKIP Padang, dan PPSP IKIP Ujung Pandang (Makasar). Organisasi profesi bimbingan dan konseling awalnya bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia disingkat dengan IPBI. Berdiri pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang yang diketuai oleh Drs. Rosyidan, M. A. Pengurus Pusat atau Pengurus Besar tadi dilengkapi dengan komisariat wilayah : Sumatra Utara dan Aceh, Sumatra Barat, Selatan dan Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan, dan Wilayah Indonesia Timur. Hasil lain konvensi Bimbingan I di Malang ini adalah terumuskannya Angaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik Jabatan sebagai konselor dan program kerja organisasi ini. Dan mulai diterbitkan pula Jurnal IPBI berselang terbit 3 bulanan.. Untuk lebih
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
26
Agus Sukirno
meningkatkan kompetensi profesi serta untuk mendapatkan kepercayaan dan pengakuan publik pada tahun 2001 terjadi perubahan nama dari Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi profesi konselor. Pada tanggal 25 Agustus 2005 dalam rapat Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling (PB ABKIN) di Bandung di terbitkan Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang di sahkan melalui surat keputusan nomor 0011 tahun 2005.
D. Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam Islam merupakan ajaran yang sempurna. Konsep ajaran Islam bersifat totalitas dan finalitas. Artinya selurah ajaran Islam telah disampaikan oleh Muhammad Rasulullah SAW dan setelah Rasulullah wafat, tidak akan ada lagi wahyu dari Malikat Jibril. Berdasarkan telaah heuristik terhadap 6666 ayat-ayat Al Qur‘an ditemukan 290 ayat yang memiliki kandungan nilai konseling. Semua ayat yang ditemukan secara implisit menunjukkan adanya perubahan tingkah laku. Dalam ilmu bimbingan dan konseling, perubahan tingkah di sini adalah perubahan dari tingkah laku menyimpang (maladjustment) menuju tingkah laku yang baik/tidak menyimpang (adjusment). Abdul Choliq Dahlan (2009) menerangkan bahwa dalam Islam, bimbingan dan konseling merupakan bentuk bantuan yang bertujuan pada kemaslahatan. Bimbingan dan konseling Islami diberikan sebagai alternative bagi pemecahan masalah kemanusiaan dan social yang semakin kompleks. Dengan memasukkan nilai-nilai dan ajaran agama,
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 27
diharapkan manusia akan lebih dapat memahami dan menghadapi masalahnya secara lebih arif, tidak mudah putus asa dalam kegagalan dan tidak sombong dalam keberhasilan. Bimbingan dan konseling dalam arti sederhana dan hakiki sudah ada sejak dulu kala, Nabi Adam AS pernah merasa berdosa dan bersalah kepada Allah SWT, rasa dosa dan bersalah adalah diantara permasalahan yang ditangani oleh bimbingan dan konseling terhadap manusia. Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling berfungsi sebagai kuratif dan developmental, yaitu memecahkan masalah yang sedang dihadapi (Nabi Adam AS dan Siti Hawa melanggar ketentuan Allah SWT), sedangkan developmental artinya memelihara agar kondisi yang sudah baik bisa bertambah semakin baik lagi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Yahya Jaya (2004), bahwa bimbingan dan konseling merupakan yang berkembang pada abad ke-20 M merupakan perpaduan antara filsafat dan pandangan hidup bangsa Romawi, Yunani, Mesir Klasik dan ajaran yang terdapat dalam agama kuno di Mesir dan Timur, seperti Hindu, Budha, dan Shinto. Pada Zaman Mesir Klasik (2850) misalnya, seorang tabib Mesir bernama Imhotep telah menggunakan tarian, musik, lukisan, dan mimpi untuk mengatasi gangguan kejiwaan yang dialaminya. Pada masa Yunani kuno seorang filosof terkenal bernama Plato, berpendapat bahwa jiwa manusia terbagi dua bagian yaitu jiwa rohaniah dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah tidak pernah mati dan abadi. Jiwa badaniah dibagi dua bagian yaitu bagian jiwa yang disebut kemauan dan bagian jiwa yang disebut nafsu perasaan. Jiwa manusia sifat elastis artinya kadang perasaan seseorang merasa bahagia karena mendapat sesuatu yang menyenangkan. Disaat yang lain jiwa itu pun
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
28
Agus Sukirno
merasa sedih, tidak tenang karena jiwanya mengalami kegoncangan. Dalam kondisi kegoncangan inilah bimbingan dan konseling sangatlah dibutuhkan. Bimbingan dan konseling Islam merupakan disiplin ilmu baru yang masih banyak membutuhkan sentuhan ilmiah untuk kesempurnaan disiplin keilmuan ini. Menurut Aunur Rahim Faqih (2004), bimbingan konseling Islami ialah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tohari Musnamar. Et. All (1992) sebagaimana dikutip Abdul Choliq Dahlan (2009), dalam Seminar Bimbingan dan Konseling Islami yang diselenggarakan di UII Yogyakarta tahun 1985, merumuskan bahwa, Bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individual agar menyadari kembali eksistensinya sebagai mahluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Konseling dalam Islam adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan, bisa dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua Rasul dan Nabi-Nya. Dengan adanya amanat konseling inilah, maka mereka menjadi demikian berharga dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan banyak .hal ainnya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 29
E. Hambatan Bimbingan dan konseling Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 6 dinyatakan bahwa konselor sebagai satu kualifikasi pendidik). Pengakuan legal atas eksistensi konselor dalam sistem pendidikan nasional merupakan prestasi puncak dalam sejarah bimbingan dan konseling Indonesia. Menurut beberapa ahli pendidikan dan bimbingan antara lain Arthur J. Jones dan Herald C. Hand, dalam buku ―Guidance in Purpose Living‖, bahwa antar bimbingan dan pendidikan tak dapat dipisahkan dalam proses terutama yang berkaitan dengan upaya membantu anak didik menemukan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sesuai dengan kemampuan. Juga dalam upaya mengembangkan tujuantujuan hidupnya, merumuskan rencana kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, serta dalam proses merealisasikan tujuan tersebut (H.M. Arifin : 1996). Namun pada realisasinya masih banyak ditemukan hambatanhambatan yang dihadapi konselor. Secara garis besar hambatan bimbingan dan konseling dalam dikelompokkan dalam dua hal, yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
30
Agus Sukirno
Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi : (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Kualifikasi akademik konselor adalah lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan konseling dan melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Sedangkan kompetensi konselor, sesuai PP 19/2005 meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagodik, terdiri dari : menguasasi teori dan praksis pendidikan, mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian, terdiri dari : beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kompetensi sosial, terdiri dari : mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja, berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling, mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. Kompetensi profesional, terdiri dari : menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, merancang program bimbingan dan konseling, mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, memiliki kesadaran dan komitmen
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 31
terhadap etika profesional, menguasasi konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa masih banyak di temukan diberbagai sekolah SMP, MTs, MA, SMA, dan SMK guru BK non BK, artinya konselor sekolah yang bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka diangakat oleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka yang berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan mereka tidak mendalami tentang teori-teori bimbingan konseling. Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yang cukup matang. Di samping itu masih juga ditemukan dilapangan, adanya manajemen bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih lanjut menjelaskan mengenai manajemen bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan dan dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya. Hambatan Eksternal, merupakan tantangan yang berasal dari luar. Dalam menangani kasus demi kasus, masih sering ditemukan adanya beberapa tenaga konselor yang belum lihai dalam memanfaatkan teknologi modern (media internet dan sejenisnya). Padahal kalau konselor kreatif, diantara beberapa permasalahan yang dihadapi konselor dapat ditemukan solusinya dari media dunia maya tersebut. Selain itu, eksistensi Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
32
Agus Sukirno
Indonesia perlu lebih ditingkatkan lagi. Harus diakui bahwa eksistensi ABKIN belum tersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, perlu juga didukung dari semua pihak agar ABKIN dapat berperan secara maksimal. Kendala lain adalah belum semua konselor dapat membangun komunikasi/membangun jaringan yang baik dengan pihakpihak terkait (kemendiknas, kemenag, kemensos, radio, televisi, surat kabar dll). Komunikasi akan memudahkan konselor dalam mensosialisasikan dan menjalankan program yang sudah disepakati. Ada juga kendala klasik yang dialami oleh hampir semua organisasi adalah pendanaan. Dana memang sangat diperlukan dalam semua aspek kegiatan, namun demikian dana bukan semata-mata factor penentu keberhasilan kegiatan, tetapi kreativitas dan daya inovasi konselor juga ikut mempengaruhi keberhasilan bimbingan dan konseling. Terkadang di lapangan ditemukan pula Kepala Sekolah yang tidak mendukung dengan sungguh-sungguh keberadaan guru bimbingan dan konseling. Mereka (baca : kepala sekolah) menganggap keberadaan guru bimbingan dan konseling tidak memberikan perubahan yang signifikan. Norman C. Gysber, 2001, mengemukakan beberapa hal yang patut menjadi perhatian serius dalam mengembangkan bimbingan dan konseling profesional abad 21 adalah : 1. Kebutuhan akan kejelasan tujuan dan misi Sudah menjadi kebutuhan bagi sebuah profesi, termasuk profesi bimbingan dan konseling, melakukan kolaborasi dengan bidangbidang atau profesi lain di dalam dan di luar pendidikan; mendiskusikan tujuan dan misi bimbingan dan konseling abad 21. ABKIN sebagai asosiasi profesi harus tampil mengambil peran kepemimpinan dalam menangani tugas yang penting dan strategik ini baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 33
Myers (1920) dan Payne (1923) menegaskan bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari pendidikan. Kini sudah saatnya dilakukan penegasan ulang bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian terpadu dari pendidikan, dan kini saatnya pula untuk meletakkan prinsip kebijaksanaan itu dalam praktek. 2. Kebutuhan akan komprehensif
kerangka
kerja
bimbingan
dan
konseling
Model bimbingan dan konseling komprehensif adalah model yang memposisikan konselor untuk menaruh perhatian penuh kepada seluruh siswa, bekerja sama dengan orang tua, guru, administrator, dan stakeholder lainnya. Di sini perlu kesadaran dan kerja sama semua dalam mensukseskan pelaksanaan bimbingan dan konseling. 3. Kebutuhan akan akuntabilitas Akuntabilitas berkaitan dengan pertanggung jawaban atas hasil yang harus dicapai oleh layanan/program yang ditawarkan. Fokus akuntabilitas bimbingan dan konseling pada dewasa ini terletak pada prestasi akademik, perkembangan pribadi/sosial, dan karir. 4. Kebutuhan advokasi Sebagai sebuah profesi, bimbingan dan konseling memiliki kebutuhan advokasi yang dapat dinyatakan dalam keterlibatan secara aktif di dalam reformasi pendidikan, sosial, pekerjaan, terutama dalam bidang-bidang reformasi yang memerlukan kepakaran konselor. 5. Kebutuhan melayani siswa
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
34
Agus Sukirno
Program bimbingan dan konseling komprehensif melayani siswa, orang-tua, guru, dan stakeholder lain secara seimbang tanpa membedakan jender, ras, etnik, latar belakang budaya, disabilitas, struktur keluarga dan status ekonomi.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling: Kajian Historis dan Prospek Konselor 35
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama: Bandung, 2007. H.M. Arifin, Teori-Teori Konseling Agama dan Umum, PT. Golden Terayon Press: Jakarta, 1996. Elfi Mu‘awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, Bumi Aksara: Jakarta, 2009. Dadang Hawari, Lima Besar Penyakit Mental Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta, 2008. Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Usaha Nasional: Surabaya, 1984. Sunaryo Kartadinata, dkk, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Departemen Pendidikan Nasional: 2008, Jakarta. Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Pustaka Setia: Bandung, 2010. Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, Angkasa Raya: Padang, 2004. W.A Gerungan, Psikologi Sosial, Refika Aditama: 2009, Bandung. Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, UII Press: Yogyakarkata, 2004.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
36
Agus Sukirno
Musfir bin Said Az-Zahroni, Konseling Terapi, Gema Insani: Jakarta, 2005. http://jyuwono.blogspot.com/2009/11/bimbingan-dan-konseling-diindonesia Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling, Rizki Press, Bandung, 2009. W. S. Winkel dan M. M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abadi: Yogyakarta, 2010. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor; Jakarta
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
KOMPETENSI PERSONAL, KOMPETENSI AKADEMIK DAN MINAT MENJADI KONSELOR SEBAYA PENGARUHNYA TERHADAP PARTISIPASI PELATIHAN KONSELING SEBAYA
Hunainah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN ―SMH‖ Banten
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kompetensi Personal, Kompetensi Akademik dan Minat Menjadi Konselor Sebaya terhadap Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Mahasiswa PAI Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun Akademik 2011-2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Data dikumpulakan dengan menggunakan instrument skala empat untuk variabel kompetensi personal (X1), minat menjadi konselor sebaya (Y1), partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2), dan kompetensi akademik (X2) menggunakan studi dokumentasi. Desain penelitian ini dirancang dalam dua struktur. Structural 1 menguji pengaruh X1 dan X2 terhadap Y1, sedangkan structural 2 menguji pengaruh X1, X2 dan Y1 terhadap Y2. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester V program studi pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun akademik 2011-2012 sebanyak 185 orang. Sampel ditentukan dengan teknik random sampling berstrata sebanyak 71 orang. Data dianalisis menggunakan statistik inferensial melalui analisis jalur (path analysis) pada taraf signifikansi 5% ( =0,05).
38
Hunainah
Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh langsung positif variabel kompetensi personal (X1) terhadap minat menjadi konselor sebaya (Y1) sebesar : 0,209 (py1x1=0,209), pengaruh langsung positif minat menjadi konselor sebaya (Y1) terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2) sebesar :0,209 (py2y1=0,209). Sedangkan variabel kompetensi akademik (X2) tidak mempunyai pengaruh langsung, baik terhadap minat menjadi konselor sebaya (Y1) dengan (py1x2=-0,058) maupun terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2) dengan (py2x2=-0,037). Begitu pula variabel kompetensi personal (X1) tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partiisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2) dengan (py2x1=-0,006).
Kata Kunci : Kompetensi Personal, Kompetensi Akademik, Minat Menjadi Konselor Sebaya dan Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disadari bahwa layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi sampai saat ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu disebabkan (1) minimnya tenaga profesional dalam bidang konseling; (2) minimnya pemahaman pimpinan lembaga tentang urgensi layanan konseling bagi civitas akademik; (3) minimnya dukungan civitas akademik dalam penyelenggaraan layanan konseling; dan (4) belum memiliki landasan yuridis yang kuat dalam struktur kelembagaan, khususnya perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama RI. Sisi lain perguruan tinggi memiliki misi dan peran khusus untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 39
menjawab tantangan jaman. Untuk itu perguruan tinggi hendaknya mengembangkan kemampuan yang khas dan berkelanjutan melalui layanan yang dapat mengembangkan segenap potensi mahasiswa secara optimal. Sejalan dengan misi tersebut, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI) Departemen Pendidikan & Kebudayaan tahun 1996 mengeluarkan kebijakan tentang Pengembangan Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi dalam mencapai ―tri sukses‖ mahasiswa yaitu sukses akademik, sukses karir dan sukses bermasyarakat. Paparan di atas menunjukkan adanya tantangan sekaligus peluang dalam implementasi layanan bimbingan dan konseling di Perguruan Tinggi. Dilihat dari tantangan, maka minimnya tenaga profesional dalam bidang layanan konseling merupakan tantangan yang utama. Dilihat dari misi perguruan tinggi dan peningkatan populasi mahasiswa setiap tahun maka pelayanan konseling di perguruan tinggi ke depan memiliki peluang yang sangat baik. Salah satu upaya untuk mengatasi minimnya tenaga profesional bidang konseling, maka para ahli bidang konseling mengembangkan sebuah model yang disebut dengan konseling sebaya (Varenhorst, 1976; Carr, 1981; Tindall dan Gray, 1985; Kan, 1996; Suwarjo, 2007; Hunainah, 2011). Konseling sebaya merupakan model konseling dengan menggunakan kekuatan pengaruh teman sebaya (Hunainah, 2011:84). Alasan menggunakan konseling sebaya dikemukakan Varenhorst (1976:541) di antaranya konselor ahli tidak cukup waktu untuk melayani semua konseli dan siswa (konseli) merasa lebih leluasa dalam mengungkapkan permasalahan kepada teman
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
40
Hunainah
sebaya. Untuk menguji kebenaran alasan tersebut, Hunainah (2009) melakukan beberapa kali simulasi tentang pilihan curhat remaja dan alasannya. Hasilnya menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa (SMP dan SMA) dan mahasiswa memilih untuk membicarakan masalah dirinya dengan teman sebaya meskipun diakui sering di antara mereka (remaja) belum paham permasalahan yang dicurhatkan temannya dan tidak tahu bagaimana cara membantunya. Memperhatikan pentingnya peran teman sebaya dalam kehidupan remaja dan minimnya pemahaman serta keterampilan dalam memberikan layanan bantuan maka pengembangan lingkungan sebaya yang positif merupakan cara efektif yang dapat ditempuh untuk mendukung perkembangan remaja. Dalam kaitan ini Laursen (2005:138) menyatakan bahwa kelompok sebaya yang positif memungkinkan remaja merasa diterima, memungkinkan remaja melakukan katarsis, serta memungkinkan remaja menguji nilai-nilai baru dan pandanganpandangan baru. Lebih lanjut Laursen menegaskan bahwa kelompok sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada remaja untuk membantu orang lain, dan mendorong remaja untuk mengembangkan jaringan kerja untuk saling memberi dorongan positif. Untuk menjamin efektivitas konseling sebaya perlu pengorganisasian mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan konseling sebaya. Kegiatan pelatihan konseling sebaya merupakan lanjutan kegiatan seleksi atau pemilihan calon konselor sebaya. Kedua kegiatan tersebut sangat strategis dalam tahap persiapan konseling sebaya. Keberhasilan layanan konseling sebaya dipengaruhi banyak faktor. Pertama, pemenuhan kriteria calon konselor sebaya seperti kualitas pribadi (kompetensi personal) konselor. Terkait Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 41
dengan hal ini Perez dalam Moh. Surya (2003:57) bahwa pengalaman, orientasi teoritis dan teknik yang digunakan bukanlah penentu utama bagi keefektifan seorang terapis (konselor), akan tetapi kualitas pribadi konselor, jadi bukan pendidikan dan pelatihannya. Dengan demikian kualitas pribadi konselor menjadi titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan atau pemahaman teoretik dengan keterampilan komunikasi (baca : keterampilan konseling). Mengacu pada pendapat Perez di atas, maka faktor kedua yang menentukan keberhasilan layanan konseling yaitu pendidikan atau orientasi teoritis. Dengan kata lain faktor kedua yaitu kompetensi akademik. Kompetenesi akademik berupa pemahaman konsep dan teori konseling menjadi landasan ilmiah dalam memberikan layanan konseling (Permendiknas, N0. 27 tahun 2008) dan landasan bagi pengembangan kompetensi personal. Kaitan dengan kriteria pemilihan calon konselor sebaya Suwarjo (2004:4) menyatakan bahwa aspek kesukarelaan, … dan prestasi akademik dari calon konselor sebaya merupakan salah satu syarat dalam menyeleksi calon konselor sebaya. Sebagaimana telah disinggung Perez bahwa pemahaman konsep dan teori konseling tidak menjamin keberhasilan dalam layanan konseling. Untuk itu perlu syarat lain lain seperti minat (keinginan), motivasi untuk memberi layanan bantuan pada orang lain. Minat merupakan aspek psikis yang terkondisi atau dipengaruhi oleh faktor personal dan akademik. Minat pada layanan konseling atau membantu orang lain, umumnya ada pada pribadi altruis yaitu pribadi yang mempunyai jiwa sosial
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
42
Hunainah
tinggi, peduli pada orang lain, humanis dan tidak mementingkan diri sendiri. Kompetensi akademik menjadi unik, sebab dipengaruhi oleh kompetensi personal namun turut mempengaruhi minat seseorang. Keberhasilan akademik umumnya dapat membangkitkan minat untuk mencapai kesuksesan selanjutnya. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pelatihan konseling sebaya sangat strategis dalam menjamin keberhasilan layanan konseling sebaya. Makna strategis antara lain disamping dapat memberikan pengalaman dan lingkungan yang positif, meningkatkan kualitas personal, serta meningkatkan keterampilan komunikasi, pelatihan konseling sebaya juga dapat merupakan suatu bentuk perlakuan (treatment) bagi para konselor sebaya dalam membantu perkembangan psikologis mereka. Mengacu pada paparan di atas maka partisipasi calon konselor sebaya dalam pelatihan konseling sebaya menjadi suatu keharusan. Untuk dapat menjalankan peran sebagai konselor sebaya, para calon konselor (baca: mahasiswa yang telah memenuhi criteria) perlu mendapat penjelasan tentang program dan pelaksanaan kegiatan konseling. Varenshorst (1976:543) menyatakan konseling sebaya memiliki program dan kegiatan yang rasional, terstruktur dan spesifik. Tujuan pelatihan konseling sebaya untuk memperkuat komitmen pada layanan bantuan, meningkatkan pemahaman dan keterampilan dasar dalam memberikan layanan bantuan. Dalam pengorganisasian konseling sebaya, pelatihan konseling sebaya menjadi proses penentu keberhasilan pelaksanaan layanan konseling sebaya. Calon konselor sebaya yang telah dipilih (diseleksi) sesuai kriteria ibarat bahan baku
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 43
(input), pelatihan konseling sebaya sebagai (proses) yang mengolah dan keberhasilan dalam pelaksanaan konseling sebaya sebagai (output). Untuk hasil (output) yang baik, perlu input dan proses yang baik. Artinya, calon konseling yang telah memenuhi kriteria harus berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelatihan konseling sebaya. Selain input yang baik, ada tujuh faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam pelatihan konseling sebaya yaitu materi, metode, media, waktu, tempat, tutor (fasilitator), dan biaya. Calon konselor sebaya sebagai subjek pelatihan menjadi faktor yang berpengaruh langsung dan menentukan terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Sebaliknya, kekurangan/keterbatasan atau bahkan ketiadaan salah satu faktor dari tujuh faktor tersebut tidak menjadi hambatan berarti dalam pelaksanaan pelatihan konseling sebaya.
B. Perumusan Masalah 1.
Apakah kompetensi personal mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya?
2.
Apakah kompetensi akademik mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya?
3.
Apakah minat menjadi konselor sebaya mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya?
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
44
Hunainah
4.
Apakah kompetensi personal mahasiswa mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya?
5.
Apakah kompetensi akademik mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk menganalisis pengaruh langsung kompetensi personal terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya.
2.
Untuk menganalisis pengaruh langsung kompetensi akademik terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya
3.
Untuk menganalisis pengaruh langsung minat menjadi konselor sebaya terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya
4.
Untuk menganalisis pengaruh langsung kompetensi personal mahasiswa terhadap minat menjadi konselor sebaya
5.
Untuk menganalisis pengaruh langsung kompetensi akademik terhadap minat menjadi konselor sebaya.
D. Manfaat Penelitian Ada tiga manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola layanan konseling dalam upaya meningkatkan program pelatihan konseling sebaya; dapat menjadi bahan kajian bagi praktisi Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 45
layanan konseling dalam upaya mengembangkan program pelatihan konseling sebaya; dapat dijadikan rujukan mahasiswa dalam membuat keputusan untuk menjadi konselor sebaya di kampus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi konseptual 1.
Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya a. Pengertian Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Kata partisipasi dalam bahasa Inggris ―participation‖. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:831) partisipasi artinya keikutsertaan; peran serta dalam suatu kegiatan. Pendapat senada dinyatakan Chaplin (2004:354) arti partisipasi yaitu proses ikut mengambil bagian dalam satu kegiatan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pertisipasi adalah keterlibatan langsung seseorang baik secara fisik maupun mental pada suatu kegiatan. Kata pelatihan dan latihan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti yang hampir sama. Pelatihan dimaknai suatu proses, cara, perbuatan melatih (KUBI, 2003:644) dan latihan artinya pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
46
Hunainah
(KUBI,2003:643). Arti pelatihan yang lebih sederhana ialah usaha untuk memperoleh keterampilan yang dilakukan secara berulang-ulang (Uyoh Sadullah, dkk, 2007;7). Dengan demikian arti kata pelatihan adalah suatu proses untuk memperoleh kecakapan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang. Konseling sebaya oleh Tindall dan Gray (1985:5) didefinisikan sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh nonprofesional yang berusaha membantu orang lain. Ada tiga kata penting dari definisi tersebut yaitu ―tingkah laku membantu‖ dan secara interpersonal unsur proses; ―dilakukan oleh nonprofessional‖ unsur pelaku; dan ―berusaha membantu orang lain‖ unsur tujuan. Sebelumnya Varenhosrt (1976:542) menyatakan konseling sebaya merupakan suatu upaya mempengaruhi perubahan (intervention) sikap dan perilaku yang cukup efektif untuk membantu siswa yang mengikuti pembekalan dalam menyelesaikan masalah diri mereka sendiri. Nampaknya baik Tindall & Gray maupun Varenhorst melihat unsur yang hampir sama dilihat dari tujuan dan proses yaitu upaya mempengaruhi perubahan sikap dan tingkah laku atau membantu menyelesaikan masalah. Bedanya, Varenhosrt menekankan pada membantu siswa yang mengikuti pembekalan (baca: pelatihan). Dengan demikian inti konseling sebaya adalah model konseling dengan menggunakan kekuatan pengaruh teman sebaya (Hunainah, 2011:84). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi pelatihan konseling sebaya adalah keikutsertaan secara Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 47
psiko-fisik pada suatu proses peningkatan kemampuan mempengaruhi teman sebaya dalam membantu menyelesaikan masalah. b. Bentuk partisipasi pelatihan konseling sebaya Bentuk partisipasi pelatihan konseling sebaya meliputi pembekalan konseling sebaya selama 12 x pertemuan, melakukan praktek layanan konseling sebaya tersupervisi selama 6 x pertemuan, mengikuti pertemuan kelompok setiap minggu, selama 6 x pertemuan dan mengikuti 6 x pertemuan periodik di antara sesama ‖konselor‖ sebaya dibawah supervisi konselor ahli.
2. Kompetensi Personal a. Pengertian Kompetensi Personal Kata ―kompetensi‖ dalam bahasa Inggris ―competence‖ yang secara harfiyah berarti kecakapan atau kemampuan. Chaplin (2004:99) mengartikan kompetensi sebagai (1) kelayakan kemampuan untuk melakukan satu tugas; (2) suatu keadaan mental yang memberikan kualifikasi seseorang untuk berwenang dan bertanggungjawab atas tindakan atau perbuatannya. Kedua pengertian Chaplin memberikan penekanan yang berbeda. Pada pengertian kompetensi yang pertama menekankan kemampuan nyata yang dimanifestasikan pada kemampuan melakukan tindakan tertentu. Sedangkan pengertian kompetensi yang kedua lebih
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
48
Hunainah
bersifat kemampuan potensial (keadaan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.
mental)
Selanjutnya kata personal atau dalam bahsa Inggris personality artinya kepribadian. Oleh para pakar psikologi, kepribadian didefinisikan sangat beragam sesuai dengan landasan teoretiknya. Sejalan dengan pendapat para psikoterapis bahwa kepribadian lebih condong menekankan pola-pola karakteristik individual dari kemampuan menyesuaikan diri (Chaplin, 2004:362). Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi personal adalah suatu persepsi tentang kemampuan personal yang merupakan pola-pola karakteristik individual untuk melakukan tindakan yang menjadi tanggungjawabnya. b. Dimensi Kompetensi Personal Dimick (1970) dalam Latipun (2003:47-50) mengemukakan bahwa dimensi personal yang harus dimiliki konselor di antaranya sebagai berikut: 1) Spontanitas merupakan kemampuan konselor untuk merespon peristiwa ke situasi yang sebagaimana dilihatnya. Hubungan konseling relatif tidak mungkin direncanakan sebelumnya sehingga diperlukan kesiapan untuk berinteraksi (merespon) secara spontan. 2) Fleksibelitas adalah kemampuan dan kemauan konselor untuk mengubah, memodifikasi dan menetapkan cara-cara yang digunakan jika keadaan mengharuskan. Fleksibelitas muncul dari anggapan bahwa tidak ada cara yang ―tetap‖ dan ―pasti‖ bagi
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 49
semua konselor dan konseli untuk mengatasi masalah. 3) Konsentrasi berarti keadaan konselor untuk berada ―di sini‖ dan ―saat ini‖. Konselor memfokuskan perhatiannya secara total kepada konseli baik secara verbal maupun non verbal. 4) Keterbukaan atau (openness) adalah kemampuan konselor untuk mendengarkan dan menerima nilainilai orang lain tanpa melakukan distorsi dalam menemukan kebutuhannya sendiri. Contoh keterbukaan, misalnya konselor tidak melakukan pembelaan diri dan tidak perlu berbasa-basi namun tetap toleran terhadap perbedaan nilai-nilai. 5) Stabilitas emosi berarti secara emosional konseloe dalam keadaan sehat, dan tidak mengalami gangguan mental. Misalnya, konselor selalu tampak senang dan gembira, dapat memahami konseli dan bersikap empati 6) Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah, maksudnya bersikap optimis 7) Komitmen pada rasa kemanusiaan c. Urgensi Kompetensi Personal George dan Cristiani (1990) dalam Latipun (2003:46) mengungkapkan bahwa personal konselor turut mempengaruhi efektivitas hubungan konseling selain factor pengetahuan dan keterampilan. Begitu pentingnya factor personal ini, maka konselor perlu
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
50
Hunainah
memperhatikannya agar konseling dap[at berjalan lebih efektif. Selanjutnya Comb A mengungkapkan bahwa faktor personal konselor tidak hanya bertindak sebagai pribadi semata tetapi dapat dijadikan sebagai instrumen dalam meningkatkan kemampuan membantu konseli. Comb menyebutnya peran ini dengan self-instrument, artinya pribadi konselor dapat dijadikan sebagai fasilitator untuk pertumbuhan positif konseli (George dan Cristiani, 1991).
3. Kompetensi Akademik a. Pengertian Kompetensi Akademik Kata akademik atau akademic, dipakai dalam tulisan-tulisan psikologis untuk memberikan cirri-ciri kepada program-program eksperimental dan aliran-aliran pikiran yang tujuannya mencari hal-hal yang teoretis (Chapin, 2003:4). Dengan demikian pengertian kompetensi akademik dalam penelitian ini adalah perolehan nilai akhir mata kuliah bimbingan dan konseling sebagai nilai rerata dari penggabungan nilai ujian tengah semester, nilai tugas dan nilai ujian akhir semester. b. Indikator Kompetensi Akademik Kompetensi akademik sebagaimana yang dijelaskan di atas, menurut Muhibbin Syah (2001:192193) idealnya meliputi perubahan positif segenap ranah psikologis (cipta, rasa dan karsa). Namun demikian, pengungkapan perubahan ranah rasa, sangat sulit. Hal ini Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 51
disebabkan perubahan ranah rasa bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, kunci pokok untuk memperoleh data hasil belajar adalah mengetahui garisgaris besar indicator dari kemampuan akdemis yang hendak diukur. Kompetensi akademik ini dikelompokkan dalam empat kategori yaitu A = sangat baik (angka 4), B= baik ( angka 3), C = cukup (angka 2) dan D = kurang (angka 1). Dengan demikian yang dimaksud kompetensi akademik dalam penelitian ini adalah pada perolehan nilai akhir mata kuliah bimbingan dan konseling dengan bobot 2 sks yang ditempuh pada semester 4 mahasiswa jurusan PAI tahun akademik 2010-2011. Konselor sebaya dikatakan sebagai tenaga nonprofesional karena latarbelakang pendidikannya tidak berkaitan langsung dengan bidang tugas konselor, dan sebagai tenaga nonprofessional perlu mengikuti pendidikan tambahan dalam bidang konseling ( Tohirin, 2007:120).
4. Minat Menjadi Konselor Sebaya a. Pengertian Minat Menjadi Konselor Sebaya Kata minat dalam bahasa Inggris ―interest‖. JP Chaplin (2004:255) mengartikan minat dalam tiga pernyataan berikut: (1) satu sikap yang berlangsung terus-menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya; (2) perasaan yang menyatakan bahwa satu
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
52
Hunainah
aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu; (3) satu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah (sasaran) tertentu. Ketiga pengertian tersebut sejalan dengan Winkel (1983:157) yang menyatakan minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya yang dimaksud konselor sebaya (Tindall & Gray, 1985:8) adalah seseorang yang memainkan peran pemberi bantuan pada teman yang sebaya. Hunainah (2011:83) menegaskan bahwa konselor sebaya adalah paraprofessional atan non professional yang terlatih yang diberi tugas mereview informasi dari teman sebaya yang ada dalam kelompok. Oleh karenanya, menurut Mamarchev, 1981 dalam Hunainah (2011:83) dalam memberi layanan bantuan tersebut di bawah pengawasan konselor ahli dari pusat layanan. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi konselor sebaya adalah perasaan senang pada seseorang (mahasiswa) dalam memberi layanan bantuan menyelesaikan masalah yang dihadapi teman lain yang usianya relatif sama. b. Tanda-tanda adanya Minat Menurut Tri Sakti(1989:30) seseorang yang mempunyai minat ditandai adanya: 1) pemusatan perhatian terhadap hal-hal yang menyenangkan perasaannya; 2) memusatkan perhatiannya pada tingkah laku yang disukai atau yang disenangi;
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 53
c. Alasan Menjadi Konselor Sebaya Temuan lapangan dalam beberapa simulasi mengenai pilihan dan alasan ‗curhat‘ pada teman sebaya, serta alasan remaja ingin menjadi konselor sebaya hampir sama baik pada remaja SMP dan SMA maupun mahasiswa. Alasan utama karena teman lebih memahami masalah mereka dan merasa lebih nyaman dibandingkan bercerita pada orang tua maupun guru (Hunainah, 2007, 2009, 2011) meskipun sebagian besar dari remaja tersebut mengaku tidak tahu cara membantu teman yang sedang punya masalah. Pengakuan ini menjadi lebih menarik ketika peneliti menawarkan program pelatihan konseling sebaya dan sebagian besar dari mereka (remaja) merasa sangat tertarik untuk mengikutinya.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan empat variabel dalam penelitian ini. Pertama, temuan Dedi Supriadi (1994:21) menyatakan bahwa bimbingan konselor yang diharapkan banyak membantu siswa dalam memfasilitasi kemudahan memilih sesuatu tidak berfungsi dengan baik. Terkait dengan temuan Dedi Supriyadi, selanjutnya Suherman (2008:128) mensinyalir bahwa di satu pihak harapan masyarakat pengguna jasa layanan bimbingan dan konseling khususnya para siswa mengharapkan bahwa profesi bimbingan dan konseling dapat membantu mereka dalam mengembangkan diri dan memecahkan masalah, tetapi kenyataannya tidak seperti yang diharapkan.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
54
Hunainah
Sehubungan dengan temuannya, Dedi Supriadi (1994:21) menyatakan dipandang perlu untuk meningkatkan keterampilan profesional guru pembimbing (konselor) melalui profesionalisasi di lembaga pendidikan konselor yang diorientasikan untuk peningkatan unjuk kerja konselor dalam mengmbangkan hubungan yang bersifat membantu. Kedua, model konseling sebaya terbukti memiliki kehadalan dan layak diimplementasikan sebagai layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan daya lentur (resilience) anak asuh PSAA (Suwarjo, 2008: 210). Temuan ini diteliti lebih lanjut dalam seting sekolah oleh Hunainah (2011:163), hasil penelitian lanjut ini menyimpulkan bahwa model konseling sebaya efektif untuk membantu mengembangkan sikap positif remaja terhadap perilaku seksual, baik pada remaja laki-laki maupun remaja perempuan yang ada di dalam, remaja di pinggir maupun remaja di luar kota.
C. Kerangka Teoretik Konseling sebaya merupakan salah satu model konseling dengan menggunakan kekuatan pengaruh teman sebaya. Dilihat dari jenis dan prosesnya, konseling sebaya sama sebagai kegiatan layanan membantu (helping profession) sebagaimana yang dilakukan oleh konselor ahli. Selanjutnya, efektivitas dan keberhasilan layanan bantuan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas atau kompetensi personal konselor (George dan Cristiani (1990) dalam Latipun (2003:46) dan Perez dalam Moh. Surya (2003:57). Selain faktor kompetensi personal konselor, Perez dalam Moh. Surya (2003:57) juga menyatakan pentingnya pengalaman, orientasi teoritis dan teknik yang digunakan bagi Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 55
keefektifan seorang konselor. Hal itu sejalan dengan Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang standard kualifikasi konselor. Kaitan antara kompetensi personal konselor dengan kompetensi akademik dijelaskan oleh Perez bahwa kompetensi personal menjadi titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan atau pemahaman teoretik dengan keterampilan konseling. Mengacu pada pendapat Perez di atas, maka faktor kedua yang menentukan keberhasilan layanan konseling yaitu pendidikan atau orientasi teoritis. Dengan kata lain faktor kedua disebut kompetensi akademik. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa keberhasilan dalam memberikan layanan membantu (helping profession) dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya minat seseorang dalam menjalani layanan tersebut. Kompetensi akademik yang ditunjukkan melalui perolehan nilai akademik yang tinggi terbukti tidak menjamin keberhasilan seseorang dalam bekerja di bidang konseling. Artinya, kompetensi akademik tidak selalu berkorelasi positif dengan minat menjalani profesi layanan bantuan. Minat sesungguhnya inheren dalam kompetensi personal. Maksudnya adalah, minat menjadi konselor sebaya umumnya ada pada pribadi altruis yaitu pribadi yang mempunyai jiwa sosial tinggi, peduli pada orang lain, humanis dan tidak mementingkan diri sendiri. Dimick (1970) dalam Latipun (2003:47-50) mengemukakan bahwa salah satu dimensi personal yang harus dimiliki konselor yaitu memiliki komitmen pada rasa kemanusiaan. Keterampilan memberi layanan bantuan merupakan kemampuan terapan (aplikatif). Artinya, seseorang yang
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
56
Hunainah
mempunyai kemampuan potensial personal dan teoretis (akademik) yang tinggi belum tentu mampu melakukan layanan bantuan dengan baik. Kemampuan memberi layanan bantuan sebagai keterampilan psikomotorik ini diperoleh melalui pelatihan dan praktek melakukan konseling sebaya. Dengan demikian keterlibatan atau partisipasi aktif calon konselor sebaya dalam pelatihan konseling sebaya sangat mendukung keberhasilan dalam layanan konseling sebaya kelak di kemudian hari. Dengan demikian secara teoretik dapat dikatakan bahwa kompetensi personal, kompetensi akademik dan minat menjadi konselor sebaya merupakan variabel yang turut mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Secara visual kerangka teoretik keempat variable penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:
X1 Kom. Personal
Py1 = bY1X Y1 Minat menjadi Kons. sebaya Py1 = bY1X2
X2
Kompetensi Akademik
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Py2= b1Y2X1 bY2Y1 Py2 = b2Y2X2
Y2 Tk. Partisipasi Pelatihan Kons Sebaya
Kompetensi Personal 57
D. Hipotesis Penelitian 1. Kompetensi personal mahasiswa mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya 2. Kompetensi akademik mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya 3. Kompetensi personal mahasiswa mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya 4. Kompetensi akademik mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya 5. Minat menjadi konselor sebaya mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun akademik 2011-2012 pada bulan November-Desember 2011. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasi-kausal dengan analisis jalur (Path Analysis) tiga variabel bebas yakni (X1) kompetensi personal, (X2) kompetensi akademik, (X3) minat menjadi konselor sebaya dan variable terikat (Y) partisispasi pelatihan konseling sebaya. Penelitian ini bermaksud menguji pengaruh tiga variabel bebas terhadap
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
58
Hunainah
variabel terikat baik berupa pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung. Pemilihan metode ini sejalan dengan pendapat Kadir bahwa analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel dan memungkinkan pengujian dengan menggunakan variable mediating/intervening (2010:172).
C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun akademik 2011-2012 yang telah mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling dengan bobot 2 SKS pada semester IV, terdiri dari lima kelas (A,B,C,D dan E) yang berjumlah 185 orang. Data populasi disajikan sebagai berikut: Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Kelas
Jumlah Mahasiswa (populasi)
Jumlah Sampel
PAI-A
40 orang
15 orang
PAI-B
41 orang
15 orang
PAI-C
36 orang
15 orang
PAI-D
33 orang
13 orang
PAI-E
34 orang
13 orang
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 59
185 orang
71 orang
Selanjutnya sampling penelitian ini digunakan teknik random sampling berstrata. Artinya setiap kelas diambil 13-15 orang terdiri dari 5-7 orang laki-laki dan 5-8 orang perempuan yang mewakili kelas A,B,C,D dan E tersebut. Jumlah keseluruhan sampel 71 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu studi dokumentasi untuk variabel kompetensi akademik (X2) dan instrument skala empat untuk variabel kompetensi personal (X1), variabel minat menjadi konselor sebaya (X3) dan tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y). Instrumen skala empat variabel kompetensi personal terdiri dari 10 (sepuluh) pernyataan (item) positif dan 10 (sepuluh) pernyataan negatif. Instrumen minat menjadi konselor sebaya terdiri dari 7 (tujuh) pernyataan positif dan 3 (tiga) pernyataan negatif. Instrumen tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya terdiri dari 6 (enam) pernyataan positif dan 4 (empat) pernyataan negatif. Selanjutnya ketiga instrument skala empat untuk tiga variabel tersebut terlampir. Adapun pola penyekoran setiap butir pernyataan skala empat disajikan seperti pada tabel berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
60
Hunainah
Tabel 3.2 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Skala Empat Alternatif Jawaban Pernyataan
Sangat
Setuju
Setuju
Kurang
Tidak
Setuju
Setuju
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknis analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial melalui analisis jalur (path analysis). Teknik analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data secara deskriptif meliputi rerata atau mean (M), median (Me), modus (Mo) dan standar deviasi (Sd) dari variabel terikat yaitu partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2) dan variabel bebas yaitu kompetensi personal (X1), kompetensi akademik (X2) dan minat menjadi konselor sebaya (Y1). Sedangkan teknik inferensial menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan― pengaruh kompetensi personal (X1), kompetensi akademik (X2) dan minat menjadi konselor sebaya (Y1) terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 61
Untuk analisis deskriptif, perlu kategorisasi dan rentang skor pernyataan skala sebagai beikut.
Tabel 3.6 Kategori dan Rentang Skor Pernyataan Skala Empat Kategori
Rentang
Tinggi
X > Min Ideal + 2. Interval
Sedang
Min Ideal + Interval< X ≤ Min Ideal + 2. Interval
Rendah
X ≤ Min Ideal + Interval (Sudjana, 1996:47)
Berdasarkan rumus tabel 3.6 tentang kategorisasi dan rentang skor di atas maka diperoleh tabel kategorisasi untuk variabel kompetensi personal, minat menjadi konselor sebaya dan partisipasi pelatihan konseling sebaya sebagai berikut.
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Tiga Variabel Sesuai Kategorisasi Variabel
Kategorisasi Tinggi
Sedang
Rendah
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
62
Hunainah
Kompetensi personal
60 - 80
40 - 59
20 - 39
Minat menjadi Konselor Sebaya
30 - 40
20 - 29
10 - 19
Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya
30 - 40
20 - 29
10 - 19
Pengujian persyaratan analisis dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan memenuhi persyaratan untuk dianalisis dengan teknik analisis regresi. Jika uji persyaratan ini terpenuhi, maka hasil dari perhitungan statistik dalam penelitian ini dapat digeneralisasi untuk populasi penelitian. 1.
Uji Normalitas
Normalitas dihitung untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal. Uji normalitas data menggunakan denganP-P Plot dengan bantuan program SPSS versi- 13. Pengambilan keputusan noraml atau tidaknya data dengan menggunakan P-P Plot dilihat dari kumpulan titik-titik mendekati sauatu garis lurus, maka data disimpulkan berdistribusi normal. 2.
Uji Linieritas
Asumsi yang digunakan dalam analisis jalur yaitu hubungan antar variabel linier dan hubungan sebab akibat (Danang Sunyoto, 2011:11). Di samping itu uji linieritas dilakukan untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model empirik, linier atau tidak. Untuk menguji
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 63
linieritas ini menggunakan uji statistic dengan bantuan program SPSS versi-13. Selanjutnya, uji statistik regresi untuk memperoleh fakta empirik tentang pengaruh variabel bebas kompetensi personal (X1), pengaruh kompetensi akademik (X2) dan pengaruh minat menjadi konselor sebaya (Y1) terhadap variabel terikat (Y2) yaitu partisipasi pelatihan konseling sebaya dan analisis pengaruh variabel kompetensi personal (X1) terhadap minat menjadi konselor sebaya (Y1) serta pengaruh variabel kompetensi akademik (X2) terhadap minat menjadi konselor sebaya (Y1). Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara yaitu membandingkan nilai thitung dengan nilai t-tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan Ha dapat diterima. F. Hipotesis Statistika Berdasarkan hipotesis yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis statistika dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Ho: py1x1 ≤ 0 H1: py1x1 > 0 2. Ho: py1x2 ≤ 0 H1: py1x2 > 0 3. Ho: py2x1 ≤ 0 H1: py2x1 > 0
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
64
Hunainah 4. Ho: py2x2 ≤ 0 H1: py2x2 > 0 5. Ho: py2y1 ≤ 0 H1: py2y1 > 0
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Pada sub bagian ini dijelaskan tentang data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif ini menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang perlu diperhatikan sebagai informasi tambahan untuk memahami hasil penelitian dengan melihat nilai mean, median, standar deviasi, nilai tertinggi dan terendah. Dalam sub bagian ini dideskripsikan data partisipasi pelatihan konseling sebaya (Y2) sebagai variabel terikat dan data kompetensi personal (X1), data kompetensi akademik (X2) serta data minat menjadi konselor sebaya (Y1) sebagai variabel bebas. Secara keseluruhan data ferkwensi statistik variabel terikat dan dan variabel bebas dari sampel yang sudah dibagikan pada 71 responden disajikan pada tabel halaman berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 65
Tabel 4.1 Statistik Frekwensi Kompetensi Personal, Kompetensi Akademik, Minat Menjadi Konselor Sebaya dan Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Statistics Komp. Personal N
Valid Missing
Mean St d. Error of Mean Median St d. Dev iation Variance Skewness St d. Error of Skewness Kurt osis St d. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Percent iles
10 90
71 0 60.2254 .65040 60.0000 5.48035 30.034 .375 .285 -.107 .563 23.00 50.00 73.00 54.0000 68.8000
Minat Jadi Konselor 71 0 29.0141 .30587 29.0000 2.57734 6.643 -.124 .285 .052 .563 13.00 22.00 35.00 25.2000 33.0000
Komp. Akademik 71 0 3.3662 .07018 3.0000 .59135 .350 -.311 .285 -.659 .563 2.00 2.00 4.00 3.0000 4.0000
Part isipasi Pelatihan 71 0 27.4225 .31886 27.0000 2.68680 7.219 .688 .285 .114 .563 12.00 23.00 35.00 24.0000 31.0000
Dari hasil analisis deskriptif dari tabel 4.1 di atas diperoleh nilai mean kompetensi personal sebesar 60,225; kompetensi akademik sebesar : 3,366 ; minat menjadi konselor sebaya sebesar : 29,01 dan partisipasi pelatihan konseling sebaya sebesar : 27,422. Mengacu pada tabel 3.7 tentang kriteria penilaian maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi personal masuk kategori tinggi, sedangkan kompetensi akademik, minat menjadi konselor sebaya dan partisipasi pelatihan masuk kategori sedang.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
66
Hunainah
Berikut disajikan deskripsi data ke empat variabel dalam penelitian ini. 1. Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Deskripsi data partisipasi pelatihan konseling sebaya mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Partisipasi Pelati han
Valid
23.00 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00 34.00 35.00 Total
Frequency 1 9 9 12 9 7 9 6 4 2 2 1 71
Percent 1.4 12.7 12.7 16.9 12.7 9.9 12.7 8.5 5.6 2.8 2.8 1.4 100.0
Valid Percent 1.4 12.7 12.7 16.9 12.7 9.9 12.7 8.5 5.6 2.8 2.8 1.4 100.0
Cumulat iv e Percent 1.4 14.1 26.8 43.7 56.3 66.2 78.9 87.3 93.0 95.8 98.6 100.0
Dari hasil analisis deskriptif seperti disajikan pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya tergolong sedang. Dari 71 mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 67
Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten diperoleh data sebagai berkut: skor tertinggi 35 dan skor terendah 23 dengan rata-rata sebesar 27, 42 dan standar deviasi 2,68. Rata-rata yang diperoleh sebesat 27,42, setelah dikonsultasikan dengan tabel 3.7 tentang kriteria penilaian, maka disimpulkan tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya dalam kategori sedang. Selanjutnya dari 71 mahasiswa yang tergolong tingkat partisipasinya pelatihan konseling sebaya kategori tinggi sebesar 21,1% dan yang tergolong sedang sebesar 78,9 % dan tidak ada yang memiliki tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya dalam kategori rendah. Secara visual kecenderungan data partisipasi pelatihan konseling sebaya terlihat pada grafik berikut. Gambar 4.1 Histogram Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Partisipasi Pelatihan
12
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = 27.4225 Std. Dev. = 2.6868 N = 71
0 22.00
24.00
26.00
28.00
30.00
32.00
34.00
36.00
Partisipasi Pelatihan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
68
Hunainah
Dari grafik di atas terlihat bahwa partisipasi pelatihan konseling sebaya mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasauddin Banten memiliki kecenderungan lebih banyak di atas rerata empiris.
2.
Kompetensi Personal Deskripsi data kompetensi personal mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasauddin Banten disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Deskripsi kompetensi personal Komp. Personal
Valid
50.00 51.00 52.00 54.00 55.00 56.00 57.00 58.00 59.00 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 65.00 68.00 69.00 70.00 71.00 72.00 73.00 Total
Frequency 2 3 1 3 4 3 8 7 3 4 5 7 2 6 4 2 2 1 1 1 2 71
Percent 2.8 4.2 1.4 4.2 5.6 4.2 11.3 9.9 4.2 5.6 7.0 9.9 2.8 8.5 5.6 2.8 2.8 1.4 1.4 1.4 2.8 100.0
Valid Percent 2.8 4.2 1.4 4.2 5.6 4.2 11.3 9.9 4.2 5.6 7.0 9.9 2.8 8.5 5.6 2.8 2.8 1.4 1.4 1.4 2.8 100.0
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Cumulat iv e Percent 2.8 7.0 8.5 12.7 18.3 22.5 33.8 43.7 47.9 53.5 60.6 70.4 73.2 81.7 87.3 90.1 93.0 94.4 95.8 97.2 100.0
Kompetensi Personal 69
Dari hasil analisis deskriptif seperti disajikan pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa kompetensi personal tergolong sedang. Dari 71 mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten diperoleh data sebagai berkut: skor tertinggi 73 dan skor terendah 50 dengan rata-rata sebesar 60, 225 dan standar deviasi 5,48. Rata-rata yang diperoleh sebesat 60,225 setelah dikonsultasikan dengan tabel 3.7 tentang kriteria penilaian, maka disimpulkan kompetensi personal dalam kategori tinggi. Dari 71 mahasiswa, diperoleh persentase jumlah mahasiswa yang tergolong kategori tinggi kompetensi personalnya sebesar 56,4% dan yang tergolong sedang sebesar 43,6% % dan tidak ada yang memiliki kompetensi personal dalam kategori rendah. Secara visual kecenderungan data kompetensi personal terlihat pada grafik berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
70
Hunainah
Gambar 4.2 Histogram Kompetensi Personal Komp.Personal
20
Frequency
15
10
5
Mean = 60.2254 Std. Dev. = 5.48035 N = 71
0 50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
Komp.Personal
Dari grafik di atas terlihat bahwa kompetensi personal mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten memiliki kecenderungan lebih banyak di atas rerata empiris. 3. Kompetensi Akademik Deskripsi data kompetensi akademik mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasauddin Banten disajikan dalam tabel berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 71
Tabel 4.4 Deskripsi kompetensi Akademik Komp. Akademik
Valid
2.00 3.00 4.00 Total
Frequency 4 37 30 71
Percent 5.6 52.1 42.3 100.0
Valid Percent 5.6 52.1 42.3 100.0
Cumulat iv e Percent 5.6 57.7 100.0
Dari hasil analisis deskriptif seperti disajikan pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa kompetensi akademik tergolong sedang. Dari 71 mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten diperoleh data sebagai berkut: skor tertinggi 4,0 dan skor terendah 2,0 dengan rata-rata sebesar 3,366 dan standar deviasi 0,59. Rata-rata yang diperoleh sebesat 3,366 setelah dikonsultasikan dengan tabel 3.7 tentang kriteria penilaian, maka disimpulkan kompetensi personal dalam kategori sedang. Persentase jumlah mahasiswa yang tergolong kategori tinggi kompetensi akademik sebesar 42,3 % dan yang tergolong sedang sebesar 57,7 % dan tidak ada yang memiliki kompetensi akademik dalam kategori rendah. Secara visual kecenderungan data kompetensi akademik terlihat pada grafik berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
72
Hunainah
Gambar 4.3 Histogram Kompetensi Akademik Komp. Akademik
50
Frequency
40
30
20
10
Mean = 3.3662 Std. Dev. = 0.59135 N = 71
0 1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Komp. Akademik
Dari grafik di atas terlihat bahwa kompetensi akademik mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten memiliki kecenderungan lebih banyak di atas rerata empiris. 4. Minat Menjadi Konselor Sebaya Deskripsi data minat menjadi konselor sebaya mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasauddin Banten disajikan dalam tabel berikut.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 73
Tabel 4.5 Deskripsi Minat Menjadi Konselor Sebaya Minat Jadi Konselor
Valid
22.00 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 Total
Frequency 1 2 4 4 7 9 17 8 7 4 6 1 1 71
Percent 1.4 2.8 5.6 5.6 9.9 12.7 23.9 11.3 9.9 5.6 8.5 1.4 1.4 100.0
Valid Percent 1.4 2.8 5.6 5.6 9.9 12.7 23.9 11.3 9.9 5.6 8.5 1.4 1.4 100.0
Cumulat iv e Percent 1.4 4.2 9.9 15.5 25.4 38.0 62.0 73.2 83.1 88.7 97.2 98.6 100.0
Dari hasil analisis deskriptif seperti disajikan pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa minat menjadi konselor sebaya tergolong sedang. Dari 71 mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten diperoleh data sebagai berkut: skor tertinggi 35 dan skor terendah 22 dengan rata-rata sebesar 29,01 dan standar deviasi 2,57. Rata-rata yang diperoleh sebesat 29,01 setelah dikonsultasikan dengan tabel 3.7 tentang kriteria
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
74
Hunainah
penilaian, maka disimpulkan kompetensi personal dalam kategori sedang. Persentase jumlah mahasiswa yang tergolong kategori tinggi kompetensi akademik sebesar 38,1 % dan yang tergolong sedang sebesar 61,9 % dan tidak ada yang memiliki kompetensi akademik dalam kategori rendah.
Secara visual kecenderungan data minat menjadi konselor sebaya terlihat pada grafik berikut. Gambar 4.4 Histogram Minat Menjadi Konselor Sebaya Minat Jadi Konselor
20
Frequency
15
10
5
Mean = 29.0141 Std. Dev. = 2.57734 N = 71
0 21.00
24.00
27.00
30.00
Minat Jadi Konselor
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
33.00
36.00
Kompetensi Personal 75
Dari grafik di atas terlihat bahwa minat menjadi konselor sebaya mahasiswa semester V program studi PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten memiliki kecenderungan lebih banyak di atas rerata empiris. B. Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis 1) Uji normalitas dengan menggunakan P-P Plot disimpulkan bahwa data semua variabel memiliki distribusi normal karena dilihat dari kumpulan titik-titik mendekati suatu garis lurus. 2) Uji linieritas dengan bantuan program SPSS, disimpulkan bahwa hubungan antar ke empat variabel bersifat linier. Rekapitulasi hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. 6 Rekapitulasi Uji Linieritas (
No
Linieritas
F
Keputusan
1
Y1 ab X1
1,720
0,064
Linier
2
Y1 ab X2
0,306
0,582
Linier
3
Y2 ab X1
1,476
0,136
Linier
4
Y2 ab X2
1,683
1,99
Linier
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
76
Hunainah
5
Y2 ab Y1
0,739
0,697
Linier
Dari tabel 4.6 tentang rekapitulasi uji linieritas di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel memiliki linieritas, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis jalur. 2.
Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh langsung X1, X2 terhadap Y1, disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Kompetensi Personal dan Kompetensi Akademik Terhadap Minat Menjadi Konselor Sebaya Coeffi cientsa
Model 1
(Constant) Komp. Personal Komp. Akademik
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 23.965 3.434 .098 .060 -.254 .554
St andardized Coef f icients Beta .209 -.058
t 6.979 1.640 -.459
Sig. .000 .106 .648
a. Dependent Variable: Minat Jadi Konselor
Berdasakan hasil analisis jalur struktural I, diperoleh koefisien jalur X1 ke Y1 (py1x1) = 0,209, t-hitung= 1,640 dan p-value = 0,106/2 = 0,05 ≤ 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian kompetensi personal mempunyai pengaruh langsung positif terhadap minat menjadi konselor sebaya. Selanjutnya koefisien jalur X2 ke Y1 (py1x2) = -0,058, t-hitung= -0,459, dan p-value = 0,648/2 = 0,324 > 0,05 atau Ho diterima. Dengan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 77
demikian kompetensi akademik tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya. Sedangkan hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh langsung X1, X2, Y1 terhadap Y2, disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Kompetensi Personal, Kompetensi Akademik dan Minat Menjadi Konselor Sebaya terhadap Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Coefficientsa
Model 1
(Constant) Komp.Personal Komp. Akademik Minat Jadi Konselor
Unstandardized Coeff icients B Std. Error 21.830 4.709 -.003 .064 -.168 .581 .218 .127
Standardized Coeff icients Beta -.006 -.037 .209
t 4.636 -.043 -.290 1.717
Sig. .000 .966 .773 .091
a. Dependent Variable: Partisipasi Pelatihan
Berdasakan hasil analisis jalur structural II, diperoleh koefisien jalur X1 ke Y2 (py2x1) = -0,006, t-hitung = -0,043, dan p-value = 0,966/2 = 0,483 > 0,05 atau Ho diterima. Dengan demikian kompetensi personal tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya. Sedangkan koefisien jalur X2 ke Y2 (py2x2) = -0,037, t-hitung = 0,290, dan p-value = 0,773/2 = 0,387 > 0,05 atau Ho diterima. Dengan demikian kompetensi akademik tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
78
Hunainah
Selanjutnya koefisien jalur Y1 ke Y2 (py2y1) = 0,209, t-hitung = 1,717 dan p-value = 0,091/2 = 0,046 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian minat menjadi konselor sebaya mempunyai pengaruh langsung positif terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya.
C. Pembahasan 1. Pengaruh Kompetensi Personal terhadap Minat Menjadi Konselor Sebaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi personal mempunyai pengaruh langsung positif terhadap minat menjadi konselor sebaya. Hal ini sejalan dengan Dimick (1970) dalam Latipun (2003:47-50) yang menyatakan bahwa salah satu dimensi personal yang harus dimiliki konselor yaitu memiliki komitmen pada rasa kemanusiaan. Beberapa karakteristik dalam kompetensi personal seperti bersikap peduli, tanggap, hangat, dan memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan merupakan bagian dari karakter orang yang memiliki komitmen pada kemanusiaan. Dengan demikian secara empirik terbukti bahwa minat menjadi konselor sebaya umumnya dimiliki oleh pribadi altruis yaitu pribadi yang mempunyai jiwa sosial tinggi, peduli pada orang lain, humanis dan tidak mementingkan diri sendiri. Temuan ini menarik dibahas mengingat mahasiswa lulusan program studi pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab kelak diorientasikan untuk menjadi guru atau pendidik merupakan salah satu dari empat personel sekolah yang utama berkontribusi terhadap penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah (McDaniel et al. (1961:33-45); (Djumhur & Surya, 1975:127).
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 79
Secara garis besar, Solehuddin dalam Suherman (2008: 20) menyatakan bahwa guru mempunyai enam peran dalam rangka merealisasikan program bimbingan di sekolah. Pertama, adalah menjadi ―guru yang baik‖. Maksudnya, mengorganisasikan pengalaman belajar sesuai abilitas dan kebutuhan kelompok siswa yang bersangkutan; kedua, memberikan masukan data bagi kelengkapan inventori individual siswa. Dalam hal ini sekurangkurangnya ada tiga jenis data yang dapat disediakan guru yakni nilai atau prestasi belajar, catatan tentang abilitas potensial dan bakat siswa, serta catatan tentang anak-anak yang berpenampilan menonjol pada bidang tertentu; ketiga, melaporkan masalahmasalah dari fenomena perilaku siswa yang tampak signifikan; keempat, menghubungkan bidang studi yang diajarkan dengan perencanaan pendidikan dan karir siswa; kelima, menjadi agen referral, yakni membantu dalam menangani siswa yang memiliki masalah berkenaan dengan bidang studi yang menjadi garapan guru yang bersangkutan; keenam, berpartisipasi dalam konferensi kasus. Keenam peran strategis guru sebagaimana yang dipaparkan di atas, dapat dijalankan dengan baik jika guru tersebut mempunyai kompetensi personal yang baik. Sepuluh indikator kompetensi personal calon konselor yang diungkap dalam penelitian ini meliputi karakteristik (1) bersikap peduli, (2) tanggap, (3) fleksibel, (4) terbuka, (5) emosi stabil, (6) sikap optimis, (7) hangat, (8) memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, (9) mampu beradaptasi, (10) toleran terhadap perbedaan sistem nilai dan mampu menjaga rahasia tentu juga sangat relevan dimiliki oleh mahasiswa PAI sebagai calon guru.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
80
Hunainah
Lebih lanjut mengenai tugas guru, mengacu pada bidang tugas dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) dalam Prayitno & Ermananti (1999:240) mengelompokkan pada tiga bidang yakni (1) bidang administrasi & supervisi, (2) bidang pengajaran, dan (3) bidang bimbingan, maka tugas utama guru di sekolah umumnya lebih dominan pada bidang pengajaran. Dengan tugas tersebut, guru mempunyai posisi yang sangat strategis bagi kepentingan bimbingan dan konseling di samping dalam kegiatan mengajar itu sendiri terdapat sejumlah peran bimbingan. Temuan penelitian ini sangat berarti dalam menepis kerisauan atas kondisi persekolahan yang terbatas jumlah guru BK di satu sisi dan banyak guru PAI di sisi yang lain sehingga sebagian besar guru PAI diberi tugas menjadi guru BK. Hal yang menggembirakan jika mahasiswa PAI sebagai calon guru memiliki kompetensi personal sebagaimana yang dimiliki calon konselor dan kompetensi ini terbukti berpengaruh langsung positif terhadap minat menjadi tenaga bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat diharapkan kelak akan menjadi tenaga paraprofesional bimbingan konseling sebagaimana yang dimaksud Prayitno (1990:11-12) yang diharapkan dapat membantu pengidentifikasian masalah pada taraf awal, melakukan himpunan data dan mengadministrasikan keterangan tentang konseli. Guru PAI sebagai tenaga para-profesional bimbingan tidak perlu mendapatkan pelatihan khusus dalam bimbingan, tetapi perlu mempunyai minat dalam memberikan layanan bimbingan. Hasil penelitian ini memperkuat temuan Perez dalam Moh. Surya (2003:57) yang menyatakan bahwa penentu utama bagi keefektifan seorang terapis (baca: konselor sebaya) dalam memberikan layanan bantuan adalah kualitas pribadinya, bukan pendidikan dan pelatihannya. Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 81
Sejalan dengan pendapat Dimick (1970) dan Perez di atas, Surya (2003:57) menegaskan bahwa kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik. Dengan demikian jelas bahwa kompetensi personal sebagai titik tumpu dan sekaligus sebagai penyeimbang mempunyai pengaruh yang sangat menentukan dalam keberhasilan kegiatan layanan bantuan. Keyakinan bahwa kompetensi personal konselor merupakan kunci yang berpengaruh dalam keberhasilan layanan konseling, namun perlu diingat bahwa kepribadian konselor tidak dapat mengganti kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam memberi layanan bantuan. Ketiga kompetensi tersebut (kompetensi personal, pengetahuan dan keterampilan) diperoleh dengan proses yang berbeda. Kualitas personal tumbuh dan berkembang dari perpaduan yang terjadi terus-menerus antara genetic (bawaan), pengaruh lingkungan dan cara-cara unik orang dalam memadukan semuanya itu sehingga menjadi pribadi yang khas. Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, seminar, workshop dan kegiatan lain yang berorientasi pada pengembangan wawasan. Selanjutnya keterampilan umumnya diperoleh melalui pelatihan intensif, magang atau praktek langsung di lapangan.
2. Pengaruh Kompetensi Akademik terhadap Minat Menjadi Konselor Sebaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi akademik mahasiswa semester V program studi pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
82
Hunainah
(IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten tidak memiliki pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya. Sekilas nampak tidak masuk akal, jika kompetensi akademik mahasiswa tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya. Namun bila diteliti lebih cermat, justru wajar karena mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam memang diorientasikan lulusannya untuk menjadi guru mata pelajaran PAI bukan untuk menjadi guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah. Dengan demikian, wajar pula kalau kompetensi akademik yang tinggi justru minat menjadi konselor sebaya rendah. Fakta di beberapa sekolah misal di SMP atau Tsanawiyah dan SMA/SMK atau Aliyah yang terjadi di Kota dan Kabupaten Serang, Provinsi Banten saat ini, banyak lulusan PAI yang diberi tugas bimbingan dan konseling tentu bukan atas dasar karena nilai akademik mata kuliah bimbingan dan konseling tinggi melainkan karena sebab-sebab lain, di antaranya (1) guru PAI yang bersangkutan tidak mendapat jumlah jam mengajar sesuai ketentuan 24 jam per minggu; (2) rasio guru BK di sekolah setempat sangat kurang, sehingga perlu tenaga tambahan meskipun bukan berlatarbelakang bimbingan dan konseling. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tinggi (baca : kompetensi akademik) pada mata kuliah bimbingan & konseling menunjukkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan punya pemahaman yang mendalam tentang ruang lingkup pekerjaan guru BK yang sangat luas dan membutuhkan keahlian serta keterampilan khusus yang berbeda dengan guru mata pelajaran, maka muncul kesadaran pada mahasiswa yang bersangkutan untuk tidak serta-merta berminat menjadi konselor
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 83
sebaya apalagi menjadi guru bimbingan dan konseling kelak ketika ia bekerja di sekolah/madrasah. Kemungkinan justru sebaliknya, makin tinggi perolehan nilai (kompetensi akademik) mata kuliah bimbingan dan konseling, makin mendorong mahasiswa lulusan PAI untuk menjadi guru PAI yang memang menjadi kompetensi utamanya dan ia lebih memilih menjadi mitra yang baik dalam mendukung program-program bimbingan dan konseling di sekolah. Temuan penelitian di atas, juga sejalan dengan hasil penelitian Ishiyama & Chasbassol, 1985; Sue & Okazaki, 1990 dalam Santrock (2003: 473) tentang minat sosial remaja. Menurut Ishiyama, dkk. minat sosial remaja sering kali menyita waktu untuk kegiatan akademik, atau ambisi pada bidang tertentu berhadapan (baca: bertentangan) dengan pencapaian prestasi di bidang lain, seperti pencapaian prestasi akademik justru menimbulkan penolakan sosial. Mengingat responden penelitian ini adalah mahasiswa semester V yang berumur kurang lebih 21 tahun dan tergolong masa remaja akhir (Monks, dkk.,1999:262), maka dapat diperkirakan masih memiliki minat sosial seperti minat menjadi konselor sebaya, juga mengalami benturan dengan keinginan untuk memperoleh prestasi akdemik. Kondisi ini, tentu turut mempengaruhi rendahnya minat mahasiswa untuk menjadi konselor sebaya. Jelasnya, dapat diprediksi makin tinggi keinginan untuk memperoleh prestasi akademik (nilai mata kuliah bimbingan dan konseling) makin kuat upaya mahasiswa yang bersangkutan untuk meningkatkan wawasan teoretis bimbingan dan konseling sehingga ia lebih berminat memilih kegiatan lain yang mendukung langsung terhadap peningkatan nilai akademiknya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
84
Hunainah
3. Pengaruh Kompetensi Personal Pelatihan Konseling Sebaya
terhadap
Partisipasi
Temuan ketiga dari penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi personal mahasiswa semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Fakta ini dapat dipahami melalui argumentasi berikut. Seperti yang telah disinggung pada pembahasana sebelumnya bahwa kualitas atau kompetensi personal tumbuh dan berkembang dari perpaduan yang terjadi terus-menerus antara faktor genetik (bawaan), pengaruh lingkungan dan cara-cara unik orang dalam memadukan semuanya itu sehingga menjadi pribadi yang khas, maka wajar jika kompetensi personal tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya. Argumentasi lain yang dapat menjelaksan temuan di atas, yaitu adanya kemungkinan kecenderungan mahasiswa yang mempunyai kualitas personal yang tinggi lebih memilih otodidak atau belajar mandiri ketimbang mengikuti kegiatan formal seperti pelatihan. Pilihan ini didasrkan atas pertimbangan bahwa (1) pelatihan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan yang lebih berorientasi pada peningkatan skill atau keterampilan tertentu diyakini tidak akan memberi manfaat langsung dalam peningkatan kompetensi personal mahasiswa yang bersangkutan, (2) pelatihan merupakan kegiatan yang formal dan terstruktur sehingga dirasa tidak fleksibel, mengikat waktu, menguras tenaga dan menghabiskan dana, (3) merasa percuma ikut pelatihan konseling sebaya jika tidak
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 85
ditindaklanjuti dengan kegiatan praktek langsung di lapangan yang berkesinambungan. Argumentasi di atas, sejalan dengan pendapat Surya (2003:57) yang menyatakan bahwa pembentukan kualitas kepribadian tidak sama dengan proses perolehan pengetahuan dan keterampilan konseling. Kompetensi personal diperoleh melalui pembiasaan dan internalisasi yang berlangsung terusmenerus.
4. Pengaruh Kompetensi Akademik terhadap Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Hasil penelitian ke empat menunjukkan bahwa kompetensi akademik mahasiswa semester V program studi pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten tidak memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Temuan ke empat ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, adalah hal yang wajar jika mahasiswa yang mempunyai prestasi akademik tinggi justru memiliki tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya rendah karena mahasiswa merasa yakin bahwa dengan prestasi (kompetensi) akademik yang tinggi sudah merasa cukup memadai untuk bekal profesi sebagai guru mata pelajaran PAI dan siap bermitra dengan guru BK di tempat mengajar kelak di kemudian hari. Kedua, seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam memang diorientasikan lulusannya untuk menjadi guru mata pelajaran
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
86
Hunainah
PAI, bukan untuk menjadi guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah. Dengan demikian, wajar pula kalau kompetensi akademik yang tinggi justru memiliki tingkat pastisipasi pelatihan konseling sebaya yang rendah. Ketiga, kompetensi akademik atau pemahaman teoretis bimbingan dan konseling diperoleh cukup melalui perkuliahan selama satu semester dengan bobot 2 SKS. Sementara pelatihan diorientasikan pada peningkatan skill atau keterampilan tertentu, bukan untuk pendalaman dan pengembangan wawasan teori bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat disimpulkan makin tinggi keinginan untuk memperoleh prestasi akademik (nilai mata kuliah bimbingan dan konseling) makin kuat upaya mahasiswa yang bersangkutan untuk meningkatkan wawasan teoretis bimbingan dan konseling sehingga ia lebih memilih kegiatan lain yang mendukung langsung terhadap peningkatan nilai akademiknya seperti mencari dan membaca buku, mengerjakan tugas-tugas kuliah, diskusi tugas dan bukan mengikuti pelatihan konseling sebaya. Sebenarnya bila dicermati ketiga argumen di atas nampak tidak proporsional. Bicara kompetensi akademik mestinya tidak identik dengan sekedar pemahaman atau wawasan teoretik, karena itu baru satu ranah dari tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang harus inheren dalam kompetensi akademik. Dengan demikian upaya peningkatan kompetensi akademik harusnya dilakukan secara simultan atau bersama perkuliahan dan pelatihan.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 87
5. Pengaruh Minat Menjadi Konselor Sebaya terhadap Partisipasi Pelatihan Konseling Sebaya Hasil penelitian ke lima menunjukkan bahwa minat menjadi konselor sebaya mahasiswa semester V program studi pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten memiliki pengaruh langsung positif terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Temuan ini perlu dibahas lebih lanjut untuk memperoleh manfaat praktis dalam meningkatkan kualitas partisipasi pelatihan konseling sebaya. Jika dalam penelitian ini terbukti bahwa minat mempunyai pengaruh langsung positif terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya, maka dalam seleksi calon konselor sebaya untuk mengikuti pelatihan konseling sebaya harus didasarkan pada tinggi rendahnya minat mahasiswa untuk menjadi konselor sebaya. Artinya, pelatihan konseling sebaya hanya dapat diikuti oleh mahasiswa program studi PAI yang memiliki minat menjadi konselor sebaya tinggi atau sekurang-kurannya sedang. Sebaliknya, mahasiswa program studi PAI yang memiliki minat menjadi konselor rendah tidak diikutkan dalam program pelatihan konseling sebaya meskipun yang bersangkutan memperoleh nilai mata kuliah bimbingan dan konseling (kompetensi akademik) tinggi. Untuk memperoleh data minat menjadi konselor sebaya yang akurat perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu dengan menggunakan instrument yang dirancang khusus dan baku. Pemberian asesmen minat menjadi konselor sebaya sebaiknya kepada mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah bimbingan dan konseling. Hal itu dimaksudkan agar mereka (mahasiswa
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
88
Hunainah
calon konselor sebaya) telah mempunyai pengetahuan dasar tentang teori bimbingan dan konseling. Kebijakan di atas penting untuk menjamin efisiensi dan efektivitas program pelatihan konseling sebaya yang dirancang khusus untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar dalam memberi layanan bantuan. Agar kebijakan tersebut berjalan baik, perlu kiranya dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat tersebut pada mahasiswa. Upaya untuk membangkitkan minat menjadi konselor sebaya dapat dilakukan secara simultan saat tatap muka kuliah bimbingan konseling atau waktu tersendiri di luar perkuliahan bimbingan dan konseling. Minat merupakan salah satu aspek kepribadian seseorang yang keberadaannya dapat dipelajari (ditumbuhkembangkan). Dalam upaya menumbuhkembangkan minat, Kurt Singer (1973:92) menyatakan penting memperhatikan syarat berikut: 1) adanya hubungan antara materi kuliah (penjelasan atau kegiatan) dengan kehidupan sehari-hari; 2) mahasiswa diberi kesempatan untuk giat secara mandiri (terlibat atau berpartisipasi aktif); 3) mahasiswa mengalami langsung manfaat satu kegiatan; 4) adanya bimbingan teknik kerja secara nyata dari pada penambahan dan perluasan materi (pengetahuan). Sebagaimana telah disingging di atas, bahwa minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan. Artinya, tinggi-rendahnya minat mahasiswa untuk menjadi konselor sebaya bergantung pada upaya yang dilakukan oleh pihak berkompeten. Sehubungan dengan hal itu, Kur Singer, (1973:93) menegaskan jika lingkungan memberi pengalaman positif dan mendorong atau mengajak
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 89
untuk menyenangi maka minat akan muncul. Sebaliknya, jika lingkungan tidak mendorong, minat sulit muncul.
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Kesimpulan 1. Kompetensi personal mahasiswa mempunyai pengaruh langsung positif terhadap minat menjadi konselor sebaya. Artinya, jika kompetensi personal tinggi, maka minat menjadi konselor sebaya makit tinggi. Sebaliknya, jika kompetensi personal rendah, maka minat menjadi konselor sebaya juga ikut rendah. 2. Kompetensi akademik tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap minat menjadi konselor sebaya. Artinya, tinggirendahnya kompetensi akademik mahasiswa PAI, tidak mempengaruhi minat menjadi konselor sebaya. 3. Kompetensi personal mahasiswa tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya. Artinya, tinggi-rendahnya kompetensi personal mahasiswa, tidak mempengaruhi tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. 4. Kompetensi akademik tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap partisipasi pelatihan konseling sebaya. Artinya, tinggi-rendahnya kompetensi akademik mahasiswa, tidak mempengaruhi tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. 5. Minat menjadi konselor sebaya mempunyai pengaruh langsung positif terhadap tingkat partisipasi pelatihan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
90
Hunainah
konseling sebaya. Artinya, makin tinggi minat menjadi konselor sebaya, makin tinggi tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. Sebaliknya, jika minat menjadi konselor sebaya rendah, maka partisipasi pelatihan konseling sebaya juga ikut rendah.
B. Implikasi 1. Agar program pelatihan konseling sebaya berjalan efektif perlu dilakukan asesmen kompetensi personal terlebih dahulu. Mahasiswa yang mempunyai kompetensi personal baik direkomendasikan untuk mengikuti program pelatihan konseling sebaya. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki kompetensi personal kurang baik hendaknya: a) diberi layanan konseling secara intensif oleh konselor ahli untuk meningkatkan kompetensi personalnya. b) diikutkan program pembiasaan berbasis komunitas untuk membina dan mengembangkan karakter positif yang diperlukan bagi konselor sebaya c) diikutkan kegiatan pelatihan dan outbond untuk meningkatkan soft skill seperti kepribadian yang mantap dan stabil, disiplin, optimis dan sebagainya. 2. Dalam menseleksi calon peserta pelatihan konseling hendaknya mengacu pada minat mahasiswa untuk menjadi konselor sebaya. Untuk itu perlu dilakukan asesmen minat menjadi konselor sebaya. Mahasiswa yang mempunyai minat tinggi untuk menjadi konselor sebaya direkomendasikan untuk mengikuti program pelatihan konseling sebaya meskipun yang bersangkutan memiliki kompetensi akademik cukup atau kurang baik. Untuk Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 91
meningkatkan minat mahasiswa menjadi konselor sebaya dapat dilakukan beberapa upaya di antaranya: a) Pemberian reward sebagai ―ikon relawan kemanusiaan‖ peduli sesama. b) Mahasiswa sebagai konselor sebaya diperankan sebagai co-conselor pada kegiatan konseling kelompok yang dilaksanakan UPT Konseling setempat. c) Mahasiswa sebagai konselor sebaya diberi kesempatan untuk magang dan menjadi asisten konselor ahli.
C. Saran-Saran Dari hasil penelitian ini diperoleh tiga data yang secara empirik tidak mendukung hipotesis penelitian sehingga tidak menjadi tesis atau kesimpulan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji ulang ketiga hipotesis tersebut. Adapun saran untuk peneliti selanjutnya sebagai berikut: 1.
Kompetensi Akademik yang direpresentasikan dengan perolehan nilai mata kuliah bimbingan dan konseling dalam skala tertinggi 4 dan terendah 0 merupakan data nominal. Oleh karena itu perlu dimodifkasi terlebih dahulu menjadi data ordinal atau data interval.
2.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang orientasi setelah lulus menjadi guru mata pelajaran PAI bukan untuk menjadi konselor sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang sama pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
92
Hunainah
Konseling Islam yang memang setelah lulus diorientasikan untuk menjadi konselor. Dengan demikian faktor orientasi karir dapat diketahui sebagai salah satu variabel intervening, berpengaruh atau tidaknya kompetensi akademik terhadap minat menjadi konselor sebaya maupun terhadap tingkat partisipasi pelatihan konseling sebaya. 3.
Penelitian ini belum mengungkap perbedaan pengaruh dilihat dari jenis kelamin dan jurusan. Untuk pengembangan teori, analisis data hendaknya dilakukan dengan membedakan jenis kelamin (laki-laki & penerempuan) dan jurusan (PAI & BKI).
4.
Hipotesis penelitian yang belum teruji secara empirik selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi lebih dalam mengapa hipotesis penelitian ini tidak teruji.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 93
DAFTAR PUSTAKA Carr, RA. (1981), Theory and Practice of feer Counseling. Ottawa: Canada Employment and Imigration Commission. Chaplin, J.P. (2004), Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Dr. Kartini Kartono, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djumhur & Surya, M. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu. Hunainah. (2011) Teori dan Implementasi Model Konseling Sebaya. Bandung. Rizqi Kadir. (2010). Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Rosemata Sampurna. Kan, P.V. (1996). Peer Counseling in Explanation. (Online) Tersedia Http://WWW.peercounseling.com. Akses 22 Agustus 2006 Kurt Singer. (1973). Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Penerjemah Bergman Sitorus, Bandung: Remadja Karya Laursen, E.K (2005). Rather Than Fixing Kids-Build Positive Peer Cultures. Reclaiming Children and Youth.14(13).137- 142 (ProQuest Education Jurnals) Latipun. (2003). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. McDaniel, et al. (1961). Reading in Guidance. New York : Iiolt, Rinehart and Winston
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
94
Hunainah
Monks, dkk. (1999). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Prayitno & Ermananti. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Alih bahasa Shinto B. Adelar dkk., Jakarta: Erlangga. Suyanto, Danang. (2011). Riset Bisnis dengan Analisis Jalur SPSS. Yogyakarta : Gava Media. Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sadulloh, Uyoh. Dkk. (2007). Pedagogik. Utama. Sakti,
Bandung. Cipta
Tri. (1989).‖Studi tentang Sikap Mandiri dan Penghasilan Orang Tua terhadap Minat Berwiraswasta pada Siswa Kelas 3 STM I Yogyakarta‖. Skripsi. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.
Suherman. (2008). Konsep & Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Editor. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Sudjana. (1996). Metode Statistika, Bandung : Tarsito Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan Perkembangan Iptek, Bandung : Alfabeta.
dan
Syah, Muhibbin. (2001). Psikologi Belajar. Jakarta. Logos Wacana Ilmu. Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung. Bany Quraisy.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Kompetensi Personal 95
Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman Sebaya Untuk Pengembangan Daya Lentur (Resilience). Disertasi Doktor pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan Tindall, A. Judy & Gray, H. D. (1985). Peer Counseling: in Depth Look at Training Peer helper. Muncie: Accelerated Development inc. Publisher. Varenshorst, B,B. (1976). ”Counseling Methods, Per Counseling: A Guidance Program and Behavioral Intervention”. Edited by Krumboltz J.D & Thoresen, C.E New York: Holt Rinehart and Winston. Winkel. (1983). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. Gramedia. ____________ (1996). Kebijakan tentang Pengembangan Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi dalam mencapai “tri sukses” mahasiswa. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI) Departemen Pendidikan & Kebudayaan. ______________, Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Konselor. Jakarta. Kemendiknas RI. _____________, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (2003). Jakarta. Balai Pustaka.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
96
Hunainah
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
Agus Ali Dzawafi Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
[email protected]
Abstrak Salah satu dari fungsi bimbingan dan konseling adalah penyembuhan, tulisan ini mencoba menguraikan beberapa metode yang dipakai oleh para pelaku tasawuf (sufi, mutasawwif atau murid) dalam menyembuhkan penyakit baik penyakit jiwa atau penyakit raga. Para sufi berkeyakinan bahwa penyakit itu datangnya dari Allah dan begitu pula obatnya juga berasal dari Allah. Menurut para sufi timbulnya penyakit baik fisik maupun psikis disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara jiwa dan raga. Oleh karena itu, terapi yang diberikan oleh para sufi lebih berfokus pada upaya mengembalikan keseimbangan yang hilang
Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling, Healing (penyembuhan), Terapi Sufistik
A. Pendahuluan Istilah Bimbingan Konseling berasal dari bahasa Inggris Guidance & Counseling. Kata Guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti menunjukkan, membimbing
98
Agus Ali Dzawafi
atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.1 Di samping itu, guide juga bisa berarti (1) mengarahkan –to direct (2) memandu –to pilot; (3) mengelola – to manage; (4) menyetir –to steer.2 Dalam hal ini Bimbingan lebih menekankan pada layanan pemberian informasi dengan cara menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberikan sesuatu sambil memberikan nasihat, atau mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh kedua belah pihak dan lebih mengarah pada bimbingan dan penasehatan kepada konseli, pembimbing lebih bersifat aktif dan konseli bersifat pasif,3 atau disebut juga dengan istilah direktif. Sedangkan kata counseling berasal dari to counsel yang berarti memberikan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain).4 Kata ini berbeda dengan bimbingan, karena dalam counseling lebih terfokus pada terjadinya komunikasi antarpribadi dalam menyelesaikan masalah, konseli bersifat aktif dan sebaliknya konselor justru hanya bersifat pasif yang dapat disebut dengan istilah non direktif. Era globalisasi dan modernisasi membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia, satu sisi perkembangan ini memberi manfaat dalam membantu aktifitas manusia tetapi di sisi lain menimbulkan permasalahan baru seperti de humanisasi masyarakat
1
H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18 2 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rosydakarya, 2005), hal. 5 3 Abu Bakar Barja, Psikologi Konseling dan teknik Konseling Sebagai Cara Menyelesaikan Masalah psikologis, pribadi, orang lain dan Kelompok (Jakarta: Studia Press, 2004), h.1 4 H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran, hal. 18
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
99
modern, merenggangnya ikatan-ikatan sosial, dan terabaikannya nilainilai spiritual.5 Dalam kondisi seperti itu, barangkali manusia akan mengalami konflik batin secara besar-besaran. Konflik tersebut sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara kemampuan iptek yang mengahasilkan kebudayaan materi dengan kekosongan rohani. Kegoncangan batin yang diperkirakan akan melanda umat manusia ini, barangkali akan mempengaruhi kehidupan psikologis manusia. Pada kondisi ini, manusia akan mencari penentram batin, antara lain agama. Hal ini pula barangkali yang menyebabkan munculnya ramalan futurolog bahwa di era globalisasi agama akan mempengaruhi jiwa manusia.6 Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhankebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial, bila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Kehidupan modern yang materialistis dan hedonistik hanya menekankan aspek-aspek lahiriyah semata, yang mengakibatkan kehidupan manusia mengalami kegersangan spiritual dan dekandensi moral serta stres menjadi fenomena yang lumrah. Pada titik jenuhnya, manusia akan kembali mencari kesegaran rohaniah untuk memenuhi dahaga spiritualnya dan yang menarik bagi mereka adalah kehidupan yang memberikan ketentraman hati dan kebahagiaan rohani. Oleh
Lihat Ahmad Najib Burhani, Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif, (Jakarta : Mizan Media Utama, 2002), hal. 166 6 Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 197 5
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
100
Agus Ali Dzawafi
karena itu banyak diantara mereka yang melirik ke dunia mistisisme, Tao, Budhis dan Tasawuf. William James, seorang filosuf dan ahli jiwa dari Amerika Serikat, mengemukakan tentang pentingnya terapi keagamaan atau keimanan, ia mengatakan bahwa tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi kesehatan adalah keimanan kepada Tuhan, sebab individu yang benar-benar religius akan selalu siap menghadapi malapetaka yang akan terjadi.7 Sedangkan Carl Gustav Jung (Tokoh Psikologi Analistik), sebagaimana dikutip Amir, menyatakan bahwa gangguan psikis pada dasarnya bersumber dari masalah religius. Hal ini juga dapat dilihat dai ungkapan ―psikoneurosis‖ harus dipahami sebagai penderitaan yang belum menemukan artinya, penyebab dari penderitaan ini adalah Stagnasi (penghentian) sepiritual atau Sterisas psikis‖.8 Sekarang ini, pengobatan alternatif atau dikenal juga dengan pengobatan ‗pelengkap‘, ‗integrative‘, tidak konvensional, atau pengobatan ‗holistic‘, semakin memperoleh pengakuan dan muncul sebagai paradigma baru dalam reformasi bidang kesehatan. Kantor Pengobatan Alternatif (KPA/ The Office of Alternatif Medicine) didirikan tahun 1992 oleh konggres, di bawah koordinasi Institut Kesehatan Nasional (IKN/National Institut of Health), untuk menjelajahi perkembangan dan keabsahan intervensi pengobatan beraneka segi yang tersedia sekarang ini secara lebih memadai.
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i Usmani Dengan Judul : Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1997), hal. 283 8 Amir Annajar, “Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf: Studi Komparatif Dengan Ilmu Jiwa Kontemporer”, (Jakarta: Pustaka Azan, 2002), hal. 200. 7
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
101
Pendekatan-pendekatan alternatif termasuk pendekatan Timur, seperti akupuntur, qigong, jamu-jamuan serta aryveda dan sebagainya, termasuk juga aroma therapy, bio feedback, meditasi, sentuhan penyembuhan, imagery, homeopati, pijat, reflexiologi, terapi warna, suara dan musik, terapi transformasional chiropractic, bio elektro magnetic, intervensi pikiran, jiwa, hypnotherapy, olah tubuh, kynesiology, diet, vitamin dan suplemen nutrisi. Pendekatan-pendekatan alternatif semakin lama semakin popular. Survai yang baru-baru ini dilakukan menunjukan bahwa sepertiga penduduk Amerika Serikat secara rutin memanfaatkan pendekatan-pendekatan alternatif, dan tidak mendiskusikan praktek ini dengan dokter utama yang telah menangani. Pengobatan alternatif pada umumnya memberi kesempatan pada orang untuk terlibat dalam proses pengobatan dan untuk membuat sendiri keputusan yang penting tentang kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pendekatan menyeluruh terhadap penyakit, disorder, rasa sakit dan penderitaan akan sangat menolong kemajuaan pengobatan modern.9 Perkembangan bimbingan konseling keagamaan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia itu sendiri, pada akhirnya agama memiliki corak bimbingan dan konseling yang khas. Dalam agama kristen kita mengenal konseling pastoral. Konseling ini memandang manusia sebagai makhluk yang dikasihi Tuhan. Kegiatan konseling dilakukan dalam pengakuan dosa agar umat tidak jatuh dalam dosa lagi
Linda O’riordan, The Art of Sufi Healing diterjemahkan oleh Mariana Ariesetyawati dengan judul Seni Penyembuhan Sufi, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), hal. 28-29 9
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
102
Agus Ali Dzawafi
dan dapat hidup bersih dari dosa.10 Sedangkan pendekatan konseling Budha di turunkan langsung dari ajaran-ajaran Budhis (Sidarta Gautama) yang memandang manusia mempunyai kebebasan untuk menjadi tercemar atau menciptakan kesempurnaan (Kebudhaan).11 Sementara kajian bimbingan konseling Islam berbagai salah satu disiplin ilmu dakwah yang lahir dari pengembangan metode Istimbath dan Iqtibas. Secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan nilai keislaman yang dapat bersinggungan langsung dengan bimbingan konseling Islam adalah tasawuf, karena tasawuf adalah unsur spiritualitas (dimensi esotris) dalam islam. Persentuhan inilah yang kemudian berpeluang besar memberi warna tersendiri bagi trend konseling di era modern.12 Kaitannya dengan BKI, bisa dilihat dari posisi BKI dalam kajian ilmu dakwah yang disebut dengan kajian Irsyad. Ia adalah penyebarluasan ajaran agama Islam yang sangat spesifik dengan sasaran kalangan tertentu. Ia menampilkan hubungan personal antara pembimbing dengan terbimbing. Ia lebih berorientasi pada pemecahan masalah individual yang dialami oleh terbimbing. Disamping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam di kalangan tertentu dengan suatu pesan tertentu. Pesan itu merupakan paket program yang dirancang oleh pelaku dakwah. Ia dirancang secara bertahap sampai pada perolehan target tertentu.
10
Handoko, “Bimbingan Konseling Di Lingkungan Masyarakat Kristiani,” Makalah Regional Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2003, hal. 2. 11
Thera, Pratomo, Nyana Suryanadi, “Pendekatan Konseling Budha”, Makalah Seminar Regional, Bimbingan Konseling Lintas Agama, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,2003, hal. 2 12 Muh. Sulthon, “Desain Ilmu Dakwah”, (Yogyakart: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 102.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
103
Praktek pengobatan yang ada dalam Al-Qur‘an, yaitu dengan praktik fisik dan psikis. Tapi pada tahap penyembuhan penyakit yang paling utama adalah psikis dalam kejiwaan. Pasalnya, jika kejiwaan dalam diri manusia terganggu, maka mengakibatkan penyakit spiritual dan berakibat pula pada penyakit fisik.13 Jiwa merupakan hal yang penting bagi manusia karena jiwa dapat mempengaruhi tingkat spritual kita. Bila jiwa kita bersih, maka kita akan lebih dekat dengan Allah. Sedang bila jiwanya lemah maka kita harus melakukan penyucian jiwa melalui metode yang telah diajarkan dalam tasawuf.14 Ibn Ataillah dalam kitab Hikam berkata: ―Kenikmatan meski bermacam-macam bentuknya, sejatinya adalah musyahadah dan kedekatan dengan-Nya, dan Penderitaan meski bermacam-macam bentuknya, sejatinya adalah karena terhijab dari-Nya. Sebab azab adalah hijab dan kenikmatan sempurna adalah melihat wajah-Nya.15 Disini, tasawuf sangatlah berguna bagi kehidupan sehari-hari. Terutama pada saat sekarang, yang menjadikan perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekwensi modernisasi dan industrialisasi, yang mengakibatkan manusia tidak bisa mengikuti perubahan sosial, sehingga berakibat manusia penuh dengan problem dalam kehidupan. Pada akhirnya mengalami timbulnya penyakit yang ada dalam tubuh,
Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati (Membentuk Akhlak Mulia, Terj. Muhammad Al-Bagir, (Karisma, 1994), hal. 60 14 Syeikh Muhammad Amin Al-Kurdi, Menyucikan Hati dengan Cahaya Ilahi, Terj. Kuswaidi Noer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hal. 143 15 Muhammad Hayat al-Sindi, Sarh al-Hikam al-‘Ataiyah, (Beirut: Dar Maktabah alMa’arif, 2010), hal. 104 13
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
104
Agus Ali Dzawafi
penyakit fisik dan spiritual. Timbulnya penyakit berakibat lemahnya untuk lebih dekat kepada Allah.16
B. Pembahasan (Metode Terapi Sufi) Dalam Islam, sebagaimana yang diyakini oleh para sufi, dinyatakan bahwa penyakit itu datangnya dari Allah. Para sufi percaya bahwa kesembuhan juga datang dari Allah, penyembuh (dokter / tabib) adalah seseorang yang menjadi perantara antara Allah dan pasien. Diyakini bahwa seorang syaikh berada pada posisi yang tinggi dan dianggap mempunyai barakah dari sisi Allah. Seorang syaikh bisa membuat saluran terbuka antara Tuhan dan dunia, dan barakah mengalir melalui saluran ini. Dengan mengadakan kontak terhadap wali baik yang masih hidup atau sudah mati, seseorang menjadi lebih dekat dengan Allah. Barakah inilah yang dianggap sebagai obat dari segala penyakit.17 Meskipun mereka juga menggunakan media lain sebagai metode pengobatan seperti makanan/herbal, diet, pijatan dan lain-lain. Islam yang bersumber pada al-Qur‘an dan hadist nabi Muhammad SAW., serta didukung oleh khasanah pemikiran dan peradaban Islam dalam dirinya mengandung fungsi terapi. Untuk itu menjadi beralasan untuk mewujudkan terapi Islami.18 Termasuk dalam pendekatan psikoterapi Islami adalah psikoterapi yang berorientasi mistik-spiritual (bisa disebut Psikoterapi Sufi). Psikoterapi Islam (Psikoterapi Sufi) adalah proses pengobatan Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Solo: Dana Bakti Prima Jasa, , 1999), hal. 1-2 17 Sehnaz Kiymaz, “Sufi Treatments Methods and Philosophy Behind it” hal. 11 18 Fuad Nashori, Psikologi Islami: Agenda Munuju Aksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1997), hal. 136 16
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
105
dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al Qur‘an dan As sunnah nabi Muhammad SAW. Atau secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, Nabi dan Rasul-Nya atau ahli waris para Nabi-Nya.
Healing The Body Through Healing The Heart , the heart/body relationship The body is a manifestation of the heart. It will and does follow the heart. Heal your heart and your body will (gratefully) follow. Guaranteed! This is the heart/body relationship19. Ada hadis yang bisa dihubungkan dengan pernyataan Ali Ansari di atas, yakni: ٝ أالًِٚ ئرا كغذخ كغذ اُدغذٝ ، ًِٚ اُدغذ ٓضـح ئرا صِسد صِر اُدغذ٢"ئٕ ك )ٚ٤ِ اُوِة " ( ٓرلن ػ٢ٛ Ibadah Dzikir Dzikir, kalimat sufi, secara harfiah berarti mengingat. Lagu pengingat, atau lagu cinta menyatukan diri kita dengan asal-usul kita yang tak terbatas. Profesor Angha menggambarkan dzikir sebagai langkah pertama dalam mencinta. Bila kita mencinta seseorang, kita terus-menerus memikirkannya, mengingatnya, dan mengulangi namanya. Umumnya, para sufi mengulangi kalimat tauhid, seperti la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah) atau Allah Hu (Dialah 19
Ali Ansari, Elements of Sufi Healing, (Surrenderwork, 2001), hal. 9.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
106
Agus Ali Dzawafi
Yang). Kaimat-kalimat ini diulang terus-menerus dalam nada musikal yang bervariasi. Dzikir dipimpin oleh seorang pelantun yang biasanya melantunkan puisi yang ditulis oleh orang-orang bijak atau pemimpin spiritual dan para pengikutnya bergabung dibagian paduan suara. Lagulagu ini diiringi oleh gerakan tubuh dalam simbol infinitas. Bila dzikir terus dilakukan, maka akan tercipta medan elektromagnetik yang kuat dengan penggabungan suara, gerak, dan niat (mengingat yang tercinta), semua berkonsentrasi dalam hati. Gerakan tak terbatas dalam hati dan tubuh bergabung selaras dengan gerakan bumi, sistem matahari, galaksi, dan seluruh alam kosmis. Dzikir adalah pintu gerbang menuju batas waktu dan ruang menuju dunia yang lebih tinggi. Lagu mengingat ini adalah amalan sufi yang telah dipraktekkan lebih dari 1400 tahun. 20
.اٛٝح أكغذ٣ا هشِٞى ئرا دخُِٞٔ ئٕ ا،ي٤ِائذ ػٞذٓد اُؼٛ ي٤ُح ئ٤ُٜاسداخ اإلُٞسدخ اٝ ٠ٓر
34. Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia Jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. ٙء ئال دٓؾ٢ شٚٓصاد٣ ألخَ رُي ال،اسٜ ٖٓ زضشج ه٢أذ٣ اسدُٞا
20
Ibn Ajibah, Iqad Himam fi Sharh Hikam, (Kairo: Dar al-Ma’arif, tt), hal. 464. QS. 27:34. 22 Ibn Ajibah, Iqad Himam. hal. 465. 21
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
107
18. Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. 81. dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Tafakkur Sikap hidup kita sebelum ada pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah diam. Menenangkan pikiran, merilekskan tubuh dan mencapai pemahaman spiritual dapat diperoleh melalui praktek-praktek konsentrasi dan meditasi yang dapat dilakukan secara mandiri. Tehniktehnik ini mengembangkan pola perilaku tidak sadar yang menghasilkan efek-efek positif yang berpengaruh luas pada fungsifungsi psikologis maupun fisiologis. Proses penyembuhan adalah penemuan kembali dan penghadiran sumber Ilahi dalam diri, yang merupakan esensi kemanusiaan kita, sumber kebijakan penuh inspirasi, cinta yang menyembuhkan, dan kreatifitas kita yang paling hebat. Kita semua menyadari kehadiran dalam sesuatu yang lebih besar dari diri kita sehari-hari. Masing-masing diri kita menangkap pandangannya 23
QS. 21:18.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
108
Agus Ali Dzawafi
meskipun hanya sepintas. Praktek konsentrasi dan meditasi sufi memungkinkan kita untuk membangun hubungan dan menyambungkan kembali diri pada Sumber segala kehidupan. Meditasi memungkinkan kita berkelana dalam diri untuk bercermin pada identitas sejati kita dan belajar tentang tujuan atau misi kita. Meditasi adalah cara kita mempelajari dan mengembalikan tubuh, mental dan emosional kita dan menemukan diri kita yang sebenarnya. Agar mencapai kemajuan, kita perlu belajar diam dan membiarkan pikiran kita mendengarkan dan menyerap. Kecuali kita menemukan cara bergerak melampaui batas sehari-hari, kita akan terus terjebak dalam batasan pengalaman fisik dan indera kita. Meditasi adalah jalan menuju kebebasan. Dengan praktek teratur, kita dapat belajar untuk memanifestasikan anugerah kita yang sejati dan merangkul spiritualitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Sejak meditasi menjadi mainstream ditahun sembilan puluhan, ilmu ini semakin dikenal sebagai perangkat untuk memperbaiki kesehatan fisik, mental, emosional, juga spiritual. Beberapa praktek dan latihan mendalam yang dialami manusia adalah: 1. Mengurangi stres. 2. Merasa lebih damai dan harmonis. 3. Memiliki energi yang lebih besar dan vitalitas yang lebih baru. 4. Keseimbangan mental dan emosional. 5. Melepaskan ketegangan dan relaksasi. 6. Berfungsi lebih efektif. 7. Menjadi pusat dan stabil.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
109
8. Peningkatan spiritual. 9. Penyembuhan pikiran/tubuh/jiwa. Kedamaian tidak akan bisa ditemukan di luar tubuh kita. Kedamaian akan ditemukan saat kita belajar mengendalikan tubuh fisik, mental, dan emosional kita. Kita hanya perlu belajar untuk tenang, biarkan pikiran kita mendengarkan dan menyerap. Penemuan terbesar kita diperoreh dengan menghentikan apa yang sedang kita lakukan dan belajar untuk duduk tenang dan diam. Kita belajar untuk menjadi “human beings”dan bukan hanya ―human doings. ،اءٝاُلٌشج ًاُذٝ ،ح٤ْٔ ألٕ اُؼضُح ًاُ ِس،تح تلٌشجٞء أٗلغ ُِوِة ٖٓ ػضُح ٓصس٢ال ش اٜ٤ ػضُح ال كٌشج ك٢ش ك٤ كال خ،اءٝش د٤ح ٖٓ ؿ٤ٔ اُس٢ال كائذج كٝ ،ح٤ٔش ز٤اء تـٝ٘لغ اُذ٣ كال ٖٓ دٞأُوصٝ ،ؾ اُوِة٣ ذلشٞٛ د ٖٓ اُؼضُحٞ ئر أُوص،اٜض تلٌشج ال ػضُح ٓؼٜٞٗ الٝ ٌٚ٘ٔذٝ َِْ اُؼ٤د ٖٓ اشرـاٍ اُلٌشج ذسصٞأُوصٝ ،اشرـاٍ اُلٌشجٝ الَٕ اُوِةٞ َخٞٛ اُرلشؽ هللا اُوِةٙ عٔا١ اُزٞٛٝ ،ٚح صسر٣ؿاٝ ٙاؤٝ دٞٛ ذٌٖٔ اُؼِْ تاهلل ٖٓ اُوِةٝ ،ٖٓ اُوِة ْٟ أ٤ِع هللاَ توِ ٍب٠َٕ ئال َٓ ْٖ أذَٞ٘٣ الٝ ٍ٘لَ ُعغ ٓا ٌل٣ َّ الٞ٣ :آح٤ شإٔ اُو٢ ك٠ُ هاٍ هللا ذغا،ْ٤ِاُغ ة ٍب ،ح٤ٔا ئال اُسٜ٘لؼ٣ الٝ ا األخالط ٓشضدٜ٤ِد ػ٣ٞ ئٕ اُوِة ًأُؼذج ئرا ه: اُٞهذ هاٝ .ر٤صس ح سأط٤ٔاُسٝ ،د اُذاء٤ (( أُؼذج ت: ث٣ اُسذ٠كٝ . ا ٖٓ ًثشج األخالطٜٓ٘ؼٝ اٛادٞٓ هِح٠ٛٝ .))اءٝاُذ
Shalat Hazrat Inayat Khan telah mengatakan, ―seorang yang tidak pernah melaksanakan shalat tidaklah memiliki harapan akan perkembangan jalan-jalan yang lainnya, karena setiap postur dalam shalat memiliki suatu makna yang indah dan pengaruh tertentu … shalat ini diperintahkan sebelum meneruskan pengajaran sakral
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
110
Agus Ali Dzawafi
berikutnya. Jika ia gagal mengembangkannya, maka tidak ada harapan baginya akan masa depan‖. Shalat dikerjakan dengan melakukan posisi tubuh yang berbedabeda dan membaca beberapa ayat al-Qur‘an pada setiap postur. Dan pada postur-postur ini akan diberikan penjelasan mengenai manfaatnya masing-masing. Postur Pertama, yaitu postur niat. Pada postur ini kita mengangkat kedua tangan terbuka keatas sampai telinga, dan letakkan ibu jari dibawah daun telinga sambil mengucapkan Allahu Akbar. Pengaruhpengaruh yang menguntungkan yaitu tubuh terasa ringan karena berat badan terbagi pad kedua kaki. Luruskan bagian punggung untuk memperbaiki postur. Pikiran berada dalam keadaan terkendali. Pandangan lurus dengan berpusat pada lantai tempat kepala menyentuh permukaan lantai. Otot-otot punggung sebelah atas dan sebelah bawah dalam keadaan kendur, pusat otak atas dan bawah menyatu untuk membentuk kesatuan tujuan. Postur Kedua, yaitu postur Qiyam. Kita meletakkan tangan dibawah pusar, tangan kanan berada diatas tangan kiri kemudian membaca surat al- Fathehah dan surat Qur‘an lainnya. Pengaruhpengaruh yang menguntungkan dalam postur ini yaitu; konsentrasi penuh, menyebabkan relaksasi pada kaki dan punggung menggerakkan perasaan rendah hati, kesederhanaan dan ketaatan. Pada pembacaan ayat diatas, seluruh bunyi diucapkan dalam bahasa Arab, yang akan memacu penyebaran seluruh sifat-sifat Allah yang Agung akan derajat yang terkendali secara sempurna di seluruh tubuh, pikiran dan jiwa. Getaran suara vokal panjang a, i dan u akan memacu hati, kelenjar pireal, kelenjar pituitary, kelenjar adreanalin dan pari-paru, serta akan membersihkan dan meningkatkan fungsi seluruh bagian itu.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
111
Postur Ketiga, yaitu postur Ruku‘. Pengaruh pengaruh yang menguntungkan; merenggangkan otot-otot punggung sebelah bawah, otot paha serta otot betis secara penuh. Darah akan terpompa keatas tubuh. Menekan otot lambung, perut dan ginjal. Postur ini akan meningkatkan kepribadian, menggerakkan kasih sayang dan keharmonisan pada bagian sebelah dalam. Postur Keempat, yaitu postur Qauna. Pengaruh-pengaruh yang menguntungkan adalah; darah yang segar tergerak keatas kedalam tubuh pada postur sebelumnya kembali pada keadaannya semula, yang akan mengeluarkan toksin, tubuh akan mengalami relaksasi dan melepaskan semua ketegangan. Postur Kelima, yaitu postur Sujud. Pengaruh-pengaruh yang menguntungkan adalah; lutut yang membentuk sudut yang tepat akan memungkinkan otot-otot lambung berkembang dan mencegah timbulnya kekenduran pada sekat rongga badan. Meningkatkan aliran darah kedalam bagian tubuh sebelah atas, terutama kepala (termasuk mata, telinga, dan hidung) dan paru-paru, memungkinkan toksin-toksin dagu dapat dibersihkan oleh darah. Mempertahankan posisi tetus yang tepat pada wanita yang sedang hamil. Mengurangi tekannan darah yang tinggi, meningkatkan aktifitas persendian, menghilangkan egoisme dan kesombongan. Meningkatklan kesabaran dan keyakinan kepada Allah SWT. meningkatkan tahap perhentian spiritual dan menghasilkan energi psikis yang tinggi di seluruh tubuh. Postur penyerahan dan kemurahan hati yang tinggi ini merupakan esensi ibadah. Postur keenam, adalah Qu‘ud. Pengaruh-pengaruh yang menguntungkan adalah; bagi laki-laki tumit kaki kanan mengerut dan berat kaki serta bagian tubuh berada pada tumit tersebut. Posisi ini
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
112
Agus Ali Dzawafi
membantu pengeluaran zat racun dari liver dan memacu gerak peristaltik pada usus besar. Bagi perempuan pertahankan kedua kaki di bawah badannya, telapak kaki menghadap keatas. Tubuh akan kembali mengalami relaksasi yang sama, dan postur ini membantu pencernaan dengan menggerakkan isi perut kearah bawah.
One of the most obvious correspondences between Islam and hatha yoga is the resemblance of salât to the physical exercises of yoga âsanas. An Indian Muslim author, Ashraf F. Nizami, noted this in his book Namaz, the Yoga of Islam (Bombay: D.B. Taraporevala, 1977).
Al-Quran Al-Quran sebagai sarana pengobatan sudah termasyhur di kalangan orang Islam, diantara nama-nama lain dari Surah al-Fatihah adalah al-Shifa‘ dan al-Ruqyah24.
"Kalimat Allah, yaitu ayat-ayat Al Qur'an, mengandung tenaga tak terhingga, tenaga nuklir pun belum apa-apa dibandingkan dengan tenaga llahi ini. Kebesaran dari pada Kalimat-kalimat Allah itu, untuk menyambut dan menghancurkan sekaligus, akan ancaman-ancaman bahaya maut bagi umat manusia seperti tersebut di atas! Kalau bukit-bukit dapat dilebur oleh ayat Al Hasyr 21. Dan kalau bukit-bukit dapat dibelah dengan ayat Ar Ra'du 31, pasti apa saja bisa dilebur oleh Kalimah-kalimah Allah yang Maha Agung, termasuk senjata-senjata atom dan 24
Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkam al-Quran (Beirut: Al-Resalah, 2006), hal. 184.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
113
nuklir dari negara-negara super power, sehingga bahaya 'kalimat' yang didatangkan oleh tenaga atom dan nuklir dapat dimusnahkan sama sekali…"25 juga Al Quranul Karim dan Kalimah Allah dapat menghancurkan segala macam penyakit yang berat-berat termasuk kanker dan AIDS sesuai dengan QS. Al Israa' ayat 82: 82. dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Praktek menggunakan ayat al-Quran untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit juga dilakukan oleh Muhammad Zuhri, seorang guru sufi, dia bertindak sebagai konselor sebuah yayasan ―Barzakh Fondation‖ yang berlokasi di Jakarta, sebuah yayasan non profit yang memberikan pelayanan gratis terhadap pengidap HIV/AIDS, kanker, sakit jiwa, luekemia, impontensi dll. Terkadang pasien diberikan wifiq (potongan kertas yang berisi ayat-ayat Quran) dengan disertai tata cara penggunaannya.
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 155-156. 25
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
114
Agus Ali Dzawafi
Ayat Al-Qur‘an sebagai bentuk lahiriah Al-Qur‘an, ditulis dengan huruf Arab, dimana huruf ini bisa sebagai penyembuhan penyakit, dengan cara menulis huruf Al-Qur‘an di dalam secarik kertas dan disuarakan dengan do‘a bisa ditempelkan pada tubuh yang sakit, atau ayat Al-Qur‘an ditulis pada gelas lalu dihilangkan dengan air, airnya diminum sebagai obat.26
Pernafasan (Membaca Al-Quran) The spiritual importance of breath is a part of Islam's teachings. Hazrat Inayat Khan writes on the subject of Islamic purification: "Man's health and inspiration both depend on purity of breath, and to preserve this purity the nostrils and all the tubes of the breath must be kept clear. They can be kept clear by proper breathing and proper ablutions. If one cleanses the nostrils twice or oftener it is not too much, for a Moslem is taught to make this ablution five times, before each prayer." According to Hakim G. M. Chishti in The Book of Sufi Healing, "Life, from its beginning to end, is one continuous set of breathing practices. The Holy Qur‘an, in addition to all else it may be, is a set of breathing practices."27 Membaca al-Qur‘an bisa mengatur nafas, dalam alam pernafasan, memiliki hubungan penting bagi kesehatan yaitu: 1. Nafas adalah agen yang mengemban izin Allah. 2. Nafas berkewajiban untuk menyampaikan sifat-sifat Allah dari jantung ke berbagai pusat pikiran, tubuh dari jiwa. 26 27
Hakim Mu’inuddin Chisyti, hal. 162 Islam and Yoga: A comparative study of congruence between two traditions
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
3. Nafas menciptakan keseimbangan temperamen-temperamen tubuh.
dan
keselarasan
115
dari
4. Nafas membawa unsur-unsur penunjang hidup dari bagian luar tubuh ke fungsi-fungsi fisiologi bagian dalam. Nafas tidak sama dengan udara dan oksigen nafas berasal dari Allah, nafas berfungsi untuk memompa paru-paru dan jantung. Sehingga pada aliran darah, dari pernafasan akan timbul vokal atau suara yang membawa al-Qur‘an dari bacaan al-Qur‘an itu, dan ayat yang ada dalam al-Qur‘an dapat sebagai penyembuhan bila dibaca berulang-ulang tanpa putus-putus. Spiritualists have formulated various rules and methods for breathing exercises which if practiced regularly benefit a lot spiritually and physically. Waves of health and energy too enter the body through respiration. If it is imagined when one is sitting in the open (hat'waves of energy and health are entering in his body with every inhale and are absorbed in the body then in fact it starts happening so. Certain breathing exercises purify the blood and accelerate the blood circulation, give boost to mental faculties and cool down the emotional excitement. One can cure almost any disease of one's self through the breathing exercises. Gastric problems, stomach and intestinal ulcers, constipation, kidney's stones, headache, epilepsy and other mental disorders, Ophthalmic ailments etc. etc. can be cured with the breathing exercises. Flu and colds, ailments of chest, throat and nose are automatically cured when the breathing exercises are performed punctually according to the curative methods. It has also been observed that people who had adopted
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
116
Agus Ali Dzawafi
any particular breathing exercise as a routine of their life stay fresh and cheerful like the youths even in their sixties and seventies. They are seldom found depressed or worried and their skin too remains wrinkleless even in the last stages of their life.28
Puasa Puasa merupakan bentuk penyembuhan alamiah yang paling lama dikenal manusia. Metode yang dilakukan berkisar dan tidak memakan suatu jenis makanan tertentu selama periode waktu tertentu yang tidak begitu lama, sampai dengan pantangan secara total terhadap suatu jenis makanan dan minuman selama periode waktu yang lama. Sebagian besar orang barat juga melakukan puasa untuk membersihkan tubuh dan meningkatkan kesehatan namun demikian puasa tersebut tidak dengan tujuan (niat yang tepat), yang kita memulai puasa dengan niat tersebut. Para sufi barangkali banyak memilih pengalaman daripada kelompok lain dalam hal mengerjakan puasa dengan durasi yang berbeda-beda. Para sufi tidak sekedar mengerjakan prosedur fisik yang berhubungan dengan kesehatan sebagai alasan utamanya, melainkan untuk mendapatkan keridhoan Allah Yang Maha Tinggi. Penyakit seringkali bersumber dari pencernaan nutrien ynag tidak sempurna dalam satu atu beberapa tahap pencernaan selama puasa aktivitas yang biasanya dilakukan selama pencernaan makanan menjadi semakin berkurang, yang akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk 28
Khwaja Shamsuddin Azeemi, Learn Telephaty, hal. 36-37.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
117
menghilangkan bahan-bahan yang berlebihan dan memperbaiki kerusakan yang terjadi karena kesalahan pengaturan makanan dalam waktu yang lama. Apabila hal ini terjadi maka tubuh akan memberikan respon dalam cara- cara khusus. Tindakan pertama yang dilakukan tubuh, apabila diberi kesempatan, adalah membagkitkan panas demam. Jenis panas ini menyebabkan terjadinya proses eliminasi yang sangat cepat (―penghancuran‖) terhadap bahan-bahan yang berlebihan, tanpa memperhatikan apa bentuk bahan tersebut. Subtansi-subtansi itu kemudian diolah menjadi bentuk yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Pengeluaran ini terjadi pada satu (dan kadang-kadang lebih) dari lima jalan, yang disebut lima macam bentuk krisis penyembuhan, yaitu pendarahan pada hidung, rasa ingin muntah, diare, pengeluaran keringat dan pengeluaran urine. Dengan mengatakan bahwa proses pengeluaran ini terjadi dalam krisis penyembuhan, maksudnya adalah bahwa tubuh mengeluarkan hasilhasil sampingan yang berlebihan, seringkali berbahaya dan beracun, dari suatu pencernaan yang tidak normal dan kurang sempurna. Krisis penyembuhan dengan pengeluaran urine, tidak sama dengan pengeluaran urine yang normal. Volume dan frekuensi pengeluaran urine ini barang kali lima kali lebih tinggi atau bahkan lebih dari pada yang normal selama beberapa jam. Suatu krisis penyembuhan melalui diare biasanya terjadi dari lima belas kali pengeluaran kotoran atau lebih selama beberapa jam.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
118
Agus Ali Dzawafi
Memang agak mengherankan, bahwa krisis-krisis penyembuhan ini merupakan kejadian-kejadian ysang dianggap oleh para ahli pengobatan dari barat sebagai gejala penyakit. Akibatnya, segala upaya yang dilakukan untuk menahan dan mengakiri fungsi-fungsi pengeluaran yang normal ini akan menghancurkan mekanisme pembentukan kesehatan yang paling efektif yang terdapat dalam tubuh. Bentuk-bentuk krisis penyembuhan seperti ini karena selama berpuasa terutama bagi orang-orang yang sebelumnya belum pernah mengerjakan puasa, satu atau beberapa krisis penyembuhan kemungkinan akan terjadi setelah hari ketiga atau keempat (bahkan kadang-kadang dalam beberapa jam). Sakit gejala yang terasa agak berat, barangkali sedikit kenaikan temperatur tubuh atau demam, pengeluaran dan tanda-tanda sejenis menunjukkanbahwa tubuh sedang bergerak dalam modus penyembuhan. Apabila diare atau rasa ingin muntah mulai terjadi, orang yang tidak mengetahui manfaat atau pengaruh pengaruh puasa barangkali akan menyimpulkan bahwa dia telah terserang flu atau gangguan pernapasan, yang akan menjadi semakin lemah bila berpuasa. Banyak orang yang tak mampu menahan rasa yang tidak enak dan kurang menyenangkan seperti ini, dan kemudian mengguanakan bermacam-macam obat kimia, yang sayangnya akan menghilangkan aktifitas penyembuihan tubuh. Hal ini barangkali akan cukup membantu seseorang kembali bekerja, atau mendukungnya untuk melakukan fungsi-fungsi yang penting, tetapi setelah bertahun-tahun terjadi penekanan terhadap proses pengeluaran, maka bahan-bahan yang beracun akan masuk kedalam sistem, sehingga organ mengalami kerusakan dan tak ada lagi harapan untuk mengobatinya. Kecuali
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
119
dengan cara-cara yang paling drastis. Sekalipun cara tersebut sangat sulit dan bahkan agak mengerikan. Diperlukan usaha dan sikap disiplin agar dapat berhasil dalam melaksanakan puasa-puasa yang dianjurkan ini. Dianjurkan bagi orangorang yang belum berpengalaman untuk memulai puasa selama satu hari atau setengah hari, dan secara bertahap melanjutkannya sampai tingkat pelaksanaan yang diharapkan.53
Doa Do‘a adalah berhubungan dengan Tuhan, dengan segenap hati kita, pikiran, tubuh, dan jiwa-memanggil, menginginkan dan mendekatkan diri dengan Yang Tercinta. Selain memanggil Tuhan, kita menemukan harapan dan ketakutan terdalam kita, dengan cara menelanjangi diri kita yang paling intim kepada diri kita sendiri. Ketika kita mulai menyadari bahwa kita tidak terpisahkan dari Tuhan, tapi baru dibawah ilusi perpisahan, kita akan merasakan bahwa doa baru saja terjadi sepanjang hari. Dalam menemukan keilahian kita dan Sang Ilahi, maka hiduplah secara sadar dalam ―kehadiran-Nya yang selalu mencinta‖, kita akan menjadi anugrah bagi diri kita dan seluruh manusia.29
29
Linda O’Riordan, hal. 187-188
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
120
Agus Ali Dzawafi
Air Selama dunia terkembang air adalah tetap air. Tetapi begitu kita terapkan metodologi tertentu atau pelaksanaan khusus tentang teknologinya, umpamanya saja elektrolisa, maka air itu akan mengeluarkan tenaga dahsyat. Ia akan terurai menjadi atom oksigen dan atom hidrogen, yang kalau disatukan kembali dan disulut akan meledak dan menyemburkan api yang panasnya dapat melebur besi (Knalgas Brander). Air itu juga, jika diuapkan secara metodologis tertentu dengan papiniaansepot yang dahulu diolah pertama kali oleh James Watt, akan mengeluarkan tenaga uap hebat, sehingga dapat menjalankan kereta api dengan kecepatan tinggi. Air itu juga, kalau diterjunkan dan ditampung oleh turbin yang digandengkan dengan dinamo, akan mengeluarkan energi listrik yang kadang-kadang mampu mencapai kekuatan sampai 170.000 KVA, yang dalam tahap selanjutnya dapat memproduksi energi atom dan nuklir (Newton dan Edison). Betapa hebatnya air biasa tadi jika diolah dengan metodologi khusus melalui teknologi hidrolika (Pascal), sehingga mampu menghasilkan tenaga tekanan yang dahsyat yang pernah dimanfaatkan untuk mengangkat serta meluruskan kembali menara Eifel yang begitu tinggi sewaktu miring posisinya disebabkan karena gempa bumi. Air laut jika diolah dengan prinsip elektrolisa atas dasar teori ion Arrhenius akan menghasilkan dua macam racun dahsyat yaitu soda api dan gas khloros yang sangat berbahaya.30 Semua contoh-contoh ilustrasi tersebut di atas, menunjukkan kepada kita bahwa Kalimah Allah dan seluruh ayat Al Quranul Karim, yang sehari-hari bagi kita selalu hanya merupakan bacaan-bacaan saja Kadirun Yahya, Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam dalam http://suraukita.org 30
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
121
yang dilagukan dengan suara merdu (memang inipun untuk syi'ar agama, berpahala dan sangat baik!), tidak akan mampu mengeluarkan power atau tenaga dahsyat, selama kita tidak berusaha mencari dan menemukan metodologinya dalam teknologinya yang kami sebut Teknologi Metafisika Al Qur'an. Dengan teknologi inilah Kalimah Allah dan semua ayat-ayat Al Quran benar-benar baru akan dapat berhasil mengeluarkan dengan sangat gilang gemilang energi-energi metafisika Ketuhanan Yang Maha Dahsyat yang tidak dapat diukur akan kehebatannya.31
The true power of water
Wudlu Shaikh Hisham Kabbani, khalifah Shaikh Nazim al-Haqqani, menulis tentang pengobatan dengan menggunakan kekuatan wudlu. Menurut Hisham Kabbani, Nabi Muhammad Saw adalah yang pertama kali mengajarkan kepada para Sahaba r.a. penggunaan energi dan apa yang tersedia dari berbagai kekuatan berbeda di sekitar kita di dunia ini. Terdapat banyak cara yang ditunjukkan Nabi s.a.w. kepada kita dalam uapaya penyembuhan, salah satunya adalah yang diuraikan dalam Hadis orang buta yang meminta Nabi s.a.w. untuk memulihkan pandangan matanya.
31
Ibid.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
122
Agus Ali Dzawafi
Dia s.a.w. berkata kepada orang buta itu, langkah pertama adalah pergilah ke tempat wudhu dan ambillah wudhu. Itu artinya wudhu adalah awal (pembukaan) dari penyembuhan untuk setiap penyakit. Jika pasien tidak memiliki wudhu, upaya untuk menyembuhkan penyakit itu akan minimal.32
Mandi K.H. Anang Syaih berkata: ―bahwa mandi pada waktu bangun tidur itu kulit dan daging dalam keadaan menggendor dan syaraf-syaraf sedang tegang, kemudian di guyur dengan air dingin maka kulit dan bagian tubuh akan mengkerut dan syaraf-syaraf yang tegang kembali pada posisi yang sebenarnya. Sehingga dapat di rasakan tubuh ini menjadi segar bugar, mandi adalah bagian bersuci yang dalam ilmu fiqh di kenal dengan istilah thoharoh (bersuci), bersuci di sini menggandung arti bersuci badan agar tidak mengakibatkan malas, bersuci pakaian, tempat tinggal dan segala yang di gunakan dalam menempuh hidup.‖ Bila cara mandi dan manfaat mandi diungkapkan didalam penyembuhan cara sufi sangatlah menarik bagi para pembaca agar mereka tau kalau mandi itu ada manfaat yang sebenarnya dapat sebagai penyembuhan penyakit seperti kecanduan narkoba‖, kemalasan pada tubuh dalam melakukan sesuatau, menghilangkan rasa pegalpegal dalam tubuh. Dalam pondok pesantren suryalaya disebutkan sebagai mandi taubat. Mandi tengah malam. Untuk para pasien yang sakit terkena narkoba dan obatobatan yang terlarang, keadaan pasien ini sangatlah parah. Dalam penyembuhannya juga dibantu dengan caracara dalam islam seperti berdzikir, sholat wajib dan sholat sunat. Ilustrasi dan penjelasan yang lebih detail, lihat Hisham Kabbani, “Rahasia Wudhu dan Kekuatan di Tangan”. 32
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
123
Makanan / Herbal The Ayurvedic principles of yogic diet and the hadiths of Prophet Muhammad (peace be upon him) are agreed that milk and ghee are beneficial, and that beef is detrimental to health. Likewise, both discourage eating onions and garlic. Ginger (Arabic zanjabîl, from Sanskrit srngivera, from Proto-Dravidian ciñcivêr) is mentioned in the Qur‘ân (76:17) as a spice of Paradise. Ayurveda regards ginger as sâttvika, a quality helpful to spiritual life. Both Ayurveda and the Qur‘ân tell of the spiritual qualities of the basil plant, the sacred basil (Ocimum sanctum) called tulasi in Sanskrit and the sweet basil (Ocimum basilicum) called rayhân in the Qur‘ân (while the Italians value it only for its culinary qualities!). Tulasi basil is used to uplift, clear, and invigorate the mind, assisting the consciousness to focus on spiritual thoughts; rayhân is mentioned in the Qur‘ân (55:12) as a plant of Paradise, and the Prophet recommended it to his Companions for its refreshing aromatherapy. The Arabic word rayhân is derived from the same root as rûh 'spirit'.
Bunga Mawar Para Nabi biasa menggunakan bunga dan minyak bunga tersebut dalam proses penyembuhan. Sewaktu kita memperhatikan sifat bunga-bunga itu, maka kita akan menyadari bahwa dirangsang pertumbuhannya dan dapat hidup terutama karena hubungan dengan cahaya matahari, dan dengan menggunakan suatu proses yang disebut
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
124
Agus Ali Dzawafi
dengan fotosintesis, terbentuklah komponen-komponen oksigen dan udara, yang kitagunakan untuk berbapas. Bunga-bunga itu memerlukan banyak cahaya, tanah, dan air hujan.33 Bunga mawar dianggap memiliki esensi yang paling baik dari semua jenis bunga. Bunga ini seringkali digunakan untuk menyerap dan membawa berkah dari seorang ulama suci, orang yang mengunjungi tempat-tempat peristirahatan (Darqoh) ulama-ulama suci sering menaburkan bunga mawar pada makanannya, kemudian mengguankan bunga itu kembali untuk diapakai dalam penyembuhan. Karena jiwa ulama suci itu masih ada, bunga mawar akan menyerap esensi ulama suci tadi, yang kemudian dapat dikonsumsi, dan dibawa oleh beberapa orang dengan hasil-hasil yang positif. Beberapa Khanaqah (tempat suci) para sufi memiliki taman bunga mawar yang tumbuh disekitar tempat tersebut. Para sufi jugasering membacakan beberapa ayat al-Qur‘an pada bunga mawar tersebut, yang dapat memberikan kekuatan penyembuhan yang lebih besar terhadap bunga- bunga itu.34 Visualisasi Visualisasi adalah penggunaan pikiran dengan sengaja untuk menciptakan dan memperluas realitas Anda. Ini juga merupakan metode mengembangkan kesadaran diri dan kendali terhadap fungsifungsi otonomis tubuh, yang membantu dalam proses penyembuhan. Terhadap penyakit, visualisasi Anda bisa berupa melihat dan merasakan diri Anda sehat dan utuh. Atau, memvisualisasikan
33 34
Mu’inuddin Chisyti, The Book of Sufi Healing, 185-186. Ibid, 188-189.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
125
perubahan spesifik yang akan memberi sumbangan pada kesejahteraan Anda. Keseimbangan Resonansi Magnetik adalah sebuah sistem latihan yang memanfaatkan kombinasi konsep-konsep berdasar-energi untuk memperkuat medan elektromagnetik dan untuk meraih keadaan ekuilibrium yang paling menguntungkan. Metode-metode yang digunakan bervariasi dari umum ke spesifik, tergantung keadaan medan energi individu tersebut. Bila pusat-pusat energi getar berfungsi selaras, mereka bertindak sebagai sebuah sistem jalinan antara tubuh fisik dengan tubuh substil nonfisik. Disamping terapi yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa model terapi sufistik yang lain yang belum dipaparkan dalam makalah ini.
C. Penutup Bimbingan Konseling Islam yang terejawantahkan dalam terapi sufistik mempunyai peluang signifikan dalam kehidupan modern yang cenderung kering terhadap nilai-nilai spiritual. Peluang ini berkaitan dengan salah satu fungsi Bimbingan Konseling yaitu fungsi penyembuhan. Para sufi berkeyakinan bahwa penyakit itu datangnya dari Allah dan begitu pula obatnya juga berasal dari Allah. Menurut para sufi timbulnya penyakit baik fisik maupun psikis disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara jiwa dan raga. Oleh karena itu, terapi yang diberikan oleh para sufi lebih berfokus pada upaya mengembalikan keseimbangan yang hilang.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
126
Agus Ali Dzawafi
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Barja, Psikologi Konseling dan teknik Konseling Sebagai Cara Menyelesaikan Masalah psikologis, pribadi, orang lain dan Kelompok
(Jakarta: Studia Press, 2004) Ahmad Najib Burhani, Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif, (Jakarta : Mizan Media Utama, 2002) Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati (Membentuk Akhlak Mulia, Terj. Muhammad Al-Bagir, (Karisma, 1994) Ali Ansari, Elements of Sufi Healing, (Surrenderwork, 2001) Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkam al-Quran (Beirut: Al-Resalah, 2006) Amir Annajar, ―Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf: Studi Komparatif Dengan Ilmu Jiwa Kontemporer‖, (Jakarta: Pustaka Azan, 2002) Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Solo: Dana Bakti Prima Jasa, , 1999) Fuad Nashori, Psikologi Islami: Agenda Munuju Aksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1997) H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Handoko, ―Bimbingan Konseling Di Lingkungan Masyarakat Kristiani,‖ Makalah Regional Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2003. Hisham Kabbani, ―Rahasia Wudhu dan Kekuatan di Tangan‖. Ibn Ajibah, Iqad Himam fi Sharh Hikam, (Kairo: Dar al-Ma‘arif, tt)
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Bimbingan dan Konseling dalam Terapi Sufistik
127
Islam and Yoga: A comparative study of congruence between two traditions Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000) Kadirun Yahya, Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam dalam http://suraukita.org Khwaja Shamsuddin Azeemi, Learn Telephaty Linda O‘riordan, The Art of Sufi Healing diterjemahkan oleh Mariana Ariesetyawati dengan judul Seni Penyembuhan Sufi, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002) M. Utsman Najati, Al-Qur‟an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof‘i Usmani Dengan Judul : Al-Qur‟an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1997) Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996) Muh. Sulthon, ―Desain Ilmu Dakwah‖, (Yogyakart: Pustaka Pelajar, 2003) Muhammad Hayat al-Sindi, Sarh al-Hikam al-„Ataiyah, (Beirut: Dar Maktabah al-Ma‘arif, 2010) Sehnaz Kiymaz, ―Sufi Treatments Methods and Philosophy Behind it‖ Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rosydakarya, 2005) Syeikh Muhammad Amin Al-Kurdi, Menyucikan Hati dengan Cahaya Ilahi, Terj. Kuswaidi Noer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003)
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
128
Agus Ali Dzawafi
Thera, Pratomo, Nyana Suryanadi, ―Pendekatan Konseling Budha‖, Makalah Seminar Regional, Bimbingan Konseling Lintas Agama, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2003.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
KONSELOR DAN JIWA VOLUNTARISME Ahmad Fadhil Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
[email protected]
Abstrak Pengabdian pada masyarakat adalah poros gerakan manusia di dunia ini. Orang tidak boleh menanggalkan tanggung jawab ini di posisi apa pun dia berada. Judul dan nama bisa berganti, tapi hakikatnya tetap kembali kepada pengabdian terhadap manusia. Konselor termasuk di dalamnya. Setiap muslim mengemban tugas untuk saling menolong dan saling mendukung. Orang terbaik di antara sesama muslim adalah yang paling berbuat baik kepada saudaranya dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka.
Kata Kunci: Konselor, Voluntarisme, Kebutuhan Masyarakat
Pendahuluan Pendidikan yang match dengan dunia kerja menjadi perhatian utama di Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN ‚Sultan Maulana Hasanuddin‛ Banten.1 Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa profesi pembimbing dan konselor belum lazim 1
Lihat: Borang Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN ‚SMH‛ Serang, Tim Penyusun, 2011.
130
Ahmad Fadhil
di masyarakat Indonesia dan masih banyak gambaran salah tentang profesi ini.2 Karena itu, calon konselor selain harus menguasai kompetensi inti, juga harus memiliki kompetensi dan mentalitas lain yang membuat mereka mampu bersikap dan berinteraksi secara tepat dengan masyarakat. Apa kompetensi dan mentalitas itu serta bagaimana cara memperolehnya? Tulisan ini akan memaparkan bahwasanya layanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli akan lebih efektif jika konselor memiliki mentalitas voluntarisme/kesukarelaan/pengabdian kepada masyarakat. Sebaliknya, Ilmu Bimbingan dan Konseling juga sangat efektif dalam rangka memetakan bidang-bidang pengabdian kepada masyarakat sehingga menjadikan kata ini bukan sekadar slogan, tetapi menjadi program yang digarap secara sistematis dan komprehensif. Tulisan ini akan disistematisasi dalam tiga bagian. Pertama, pendahuluan. Kedua, pengertian layanan bimbingan dan konseling. Ketiga, urgensi mentalitas voluntarisme bagi konselor. Ketiga, penutup.
I. Pengertian, Asas, dan Bidang Bimbingan Dan Konseling a. Pengertian
2
Lihat: http://konselor.blog.uns.ac.id/2010/10/19/contoh-problema-bk-di-sekolahbeserta-latar-belakang-dan-upaya-perbaikannya/ Jumat, 09 Desember 2011, jam 10.44.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 131
Walaupun disiplin ilmu bimbingan dan konseling telah dikembangkan di Indonesia hampir selama setengah abad,3 tetapi hakikat bimbingan dan konseling, perbedaan antara istilah ‚Bimbingan dan Penyuluhan (BP)‛ dengan istilah ‚Bimbingan dan Konseling (BK)‛, makna penyebutan ‚bimbingan dan konseling‛ secara lengkap atau cukup dengan penyebutan ‚konseling‛ saja, terkadang masih ramai diperdebatkan. Beberapa penulis membedakan bimbingan dengan konseling. Al-Farkh dan al-Tayyim, misalnya. Pertama-tama, mereka mendefinisikan bimbingan dan konseling sebagai sebuah kesatuan dengan mengatakan: ٢ كٚضؼٝ ذفٜ تِٚ ُٔغروثٙئػذادٝ ْٙ زاضشٜ ك٢ح ٓغاػذج اُلشد ك٤ِٔػ ٢اكن اُشخصٞن اُر٤ ذسو٢ كٚٓغاػذذٝ ُِٔدرٔغٝ ُٚ أُ٘اعةٌٚٗٓا اُغؼادجٝ ح٤سون اُصسح اُ٘لغ٣ ٢ زر٢اإلخرٔاػٝ ٢ُٜ٘ٔاٝ ١ٞاُرشتٝ .ظ تح٤ أُدرٔغ أُس٢ٖ ك٣ٓغ األخشٝ ٚاُغؼادج ٓغ ٗلغٝ ح٤اُ٘لغ Artinya: Proses menolong seseorang agar dia dapat memahami kekiniannya dan dapat bersiap-siap untuk masa depannya. Tujuan proses ini adalah menempatkan orang tersebut di posisi yang tepat baik bagi dirinya maupun 3
Lihat: Kilas Balik Profesi Konselor, Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/28/kilas-balik-profesi-konselor-diindonesia/, diakses pada hari Kamis, 08 Desember 2011, 20.47; Sejarah Bimbingan dan Konseling dan Lahirnya BK 17, Noorholic, http://noorholic.wordpress.com/2008/06/09/sejarah-bimbingan-dan-konseling-danlahirnya-bk-17-plus/, diakses pada hari Kamis, 08 Desember 2011, 20.56. 4 Kamilah al-Farkh dan ‘Abd al-Jabir Tayyim, Mabadi’ al-Tawjih wa al-Irshad alNafsi, Amman: Dar Safa li al-Nashr wa al-Tawzi‘, cet. I, 1999 M./1420 H., h. 13.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
132
Ahmad Fadhil masyarakat serta membantunya dalam mewujudkan keharmonisan personal, edukasional, profesional, dan sosial sehingga dia dapat mewujudkan kesehatan mental dan kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Selanjutnya, mereka mendefinisikan bimbingan secara tersendiri. Mereka mengatakan bahwa bimbingan adalah: .اُٜ ذٜٔ٣ٝ اٜغثو٣ ٜٞ ك٢ا اإلسشاد اُ٘لغٜٔٛح أ٤ع خذٓاخ ٗلغٞٔٓد ح٤ِٖٔ ػٖ ػ٤ُٝاػذاد أُغإٝ اُثشآحٝ اخ٣اُ٘ظشٝ رضٖٔ األعظ٣ٝ ٞٛٝ ...ش ٓثاشش٤ ؿٕٝ ٓثاششا أٌٞ٣ هذٝ .ًِٚ شَٔ أُدرٔغ٣ٝ .اإلسشاد ّٚكوا الٌٓاٗاذٝ ِْٜظ ُٔغروث٤ ذٌٖٔ األكشاد ٖٓ اُرخط٢ع اُخذٓاخ اُرٞٔٓد ٢ كٚ٘٣اد٤ٓٝ ْٜة ذسون زاخاذ٤ُْ تأعاُٜٞ٤ٓٝ ح٤ٔاُدغٝ ح٤ِْ اُؼوٜهذساذٝ اكنٞاُرٝ ح٣اُخذٓاخ االسشادٝ ٓاخِْٞ أُؼ٣ذوذٝ ٘حُٜٔاٝ االعشجٝ أُذسعح .٢ُٜ٘ٔا Artinya: Bimbingan adalah sekumpulan layanan psikologis. Yang terpenting darinya adalah konseling psikologis. Bimbingan adalah pengantar dan pendahuluan bagi konseling. Ia mencakup dasar-dasar, teori-teori, program-program, dan penyiapan para penanggung jawab layanan bimbingan. Bimbingan mencakup masyarakat secara keseluruhan, dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Bimbingan adalah sekumpulan layanan yang membuat individu-individu dapat membuat rencana bagi masa depan mereka sesuai 5
Kamilah al-Farkh dan ‘Abd al-Jabir Tayyim, Mabadi’ al-Tawjih wa al-Irshad al-
Nafsi, h. 13.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 133
dengan bakat dan kemampuan intelektual dan fisik mereka, serta kecenderungan-kecenderungan mereka, dengan cara-cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Tempatnya adalah sekolah, keluarga, karir, dan penyampaian informasi dan layanan konseling serta keharmonisan professional. Dan, mereka mengatakan bahwa konseling adalah: اُؼالج٠ُشَٔ االسشاد ا٣ٝ ٢ اُ٘لغٚ٤خٞ خذٓاخ اُر٢ح ك٤غ٤ح اُشئ٤ِٔاُؼ ٚخُٞ اٜخٝ ١ أ١ ػثاسج ػٖ اسشاد كشدٞٛٝ ظ٣ اُرذس٠ُاالسشاد اٝ ٢اُ٘لغ ٕٝ ٓثاششا أٌٞ٣ هذٝ ٚ٤خٞذإ اُر٤ٓ ٢ ك٢ِٔٔثَ اُدضء اُؼ٣ ٞٛٝ ٢خٔاػٝ اخشاءٝ أُ٘اهشحٝ عائَ ٓرؼذدج ًأُالزظحٝ ٠ِؼرٔذ ػ٣ٝ ، ش ٓثاشش٤ؿ اسشادا ُسَ أُشٌالخٝا ا٤ٜ٘ٓ ٝا أ٣ٕٞ اسشادا ذشتٌٞ٣ هذٝ االخرثاساخ ؿشكحٚ٘٣اد٤ٓٝ اعؼاد اُلشد٠ِ اُؼَٔ ػ٢ٛ ْ خذٓح ُالسشادٛاٝ ح٤اُ٘لغ .ٓشًض االسشادٝ ح٤اداخ اُ٘لغ٤ اُؼٝ أُذسعح٢االسشاد ك Artinya: Konseling adalah layanan utama di antara layananlayanan bimbingan psikologis, mencakup psikoterapi dan konseling pendidikan; dapat berupa konseling individual atau kelompok, dan merupakan bagian praktis dari bidang bimbingan; dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan berbagai media seperti observasi, wawancara, dan melakukan prosedur pengujian; dapat berupa konseling pendidikan, karir, atau 6
Kamilah al-Farkh dan ‘Abd al-Jabir Tayyim, Mabadi’ al-Tawjih wa al-Irshad al-
Nafsi, h. 13.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
134
Ahmad Fadhil konseling untuk mengatasi masalah-masalah kejiwaan. Layanan konseling yang terpenting adalah upaya untuk membahagiakan orang. Tempatnya adalah ruang konseling di sekolah atau di klinikklinik psikologis, dan pusat konseling.
Al-Zubaydi juga membedakan konseling. Dia mengatakan:
pengertian
bimbingan
dengan
Bimbingan adalah bantuan bagi individu-individu secara keseluruhan untuk membuat pilihan yang tepat bagi mereka dalam berbagai aspek kehidupan dengan mengikuti pedoman dari Allah baik dalam segi akidah, syariat, maupun tata kehidupan agar mereka dapat mewujudkan tujuan utama penciptaan diri mereka dan meraih keberhasilan di dunia dan akhirat. Konseling adalah bantuan dari satu individu bagi individu lain dalam mengatasi masalah, melejitkan potensi, membuat keputusan yang tepat, dan meraih keharmonisan. Tujuannya adalah menolong individu dalam mengembangkan kemandirian dan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.7 Dengan ungkapan lain, al-Zubaydi menjelaskan: Konseling adalah aspek operasional praktis dan khusus dari layanan bimbingan dan konseling. Konseling adalah layanan interaktif yang berbasis relasi 7
‘Abdullah Sa‘id Muhammad al-Zubaydi, Usus al-Tawjih wa al-Irshad min Manzur al-Tarbiyyah al-Islamiyyah: Dirasah Ta’siliyyah, tesis di Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyyah Universitas Umm al-Qura, Tahun Ajaran 1428/1429 H., h. 21.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 135
profesional dan konstruktif antara konselor dengan konseli di mana konselor menolong konseli untuk memahami diri, menyadari potensi dan kapasitasnya, mengerti masalah-masalahnya dan cara mengatasinya, mengembangkan perilaku yang positif, dan mewujudkan keharmonisan internal, yakni di dalam dirinya, dan eksternal, yakni dengan lingkungannya, sehingga dia mencapai level kesehatan mental dengan menggunakan teknik dan keterampilan khusus.8 Para konselor, dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada para konseli, dituntut untuk menunjukkan tempat mempelajari suatu ilmu atau keterampilan yang ada di lingkungan dan mudah dijangkau para konseli. Alangkah baiknya jika tempat-tempat itu mereka kelola sendiri atau dikelola oleh orang-orang di dalam jaringan mereka. Hal ini, menurut saya, perlu dilakukan untuk memenuhi apa yang menjadi ciri utama seorang konselor seperti dijelaskan oleh al-Farkh dan al-Tayyim, yaitu menempatkan orangorang di posisi yang tepat baik bagi diri mereka maupun masyarakat serta membantu mereka dalam mewujudkan keharmonisan personal, edukasional, profesional, dan sosial sehingga dia dapat mewujudkan kesehatan mental dan kebahagiaan bagi diri mereka dan orang lain di sekitar mereka. Dengan menggunakan definisi al-Zubaydi, dapat dikatakan bahwa para konselor dituntut untuk melakukan bimbingan. Artinya, memberikan bantuan bagi individu-individu secara keseluruhan untuk 8
‘Abdullah Sa‘id Muhammad al-Zubaydi, Usus al-Tawjih wa al-Irshad, h. 21.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
136
Ahmad Fadhil
membuat pilihan yang tepat bagi mereka dalam berbagai aspek kehidupan dengan mengikuti pedoman dari Allah baik dalam segi akidah, syariat, maupun tata kehidupan agar mereka dapat mewujudkan tujuan utama penciptaan diri mereka dan meraih keberhasilan di dunia dan akhirat. Apakah mereka juga melakukan konseling dalam pengertian khusus, yaitu memberi bantuan dari diri mereka sebagai satu individu bagi individu lainnya dalam mengatasi masalah, melejitkan potensi, membuat keputusan yang tepat, dan atau konseling dalam pengertian aspek operasional praktis dan khusus dari layanan bimbingan dan konseling? Salah satu karakter yang penting bagi para konselor adalah meyakini bahwa mereka memiliki ilmu, lalu mereka menyebarkannya dan meyakini upaya tersebut sebagai bagian dari kewajiban keagamaan. Karakter ini penting bagi setiap muslim. Maka, apalagi bagi pembimbing dan konselor. Mustafa al-Dirayati dan Husayn al-Dirayati, penyunting buku Tasnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim malah mengatakan bahwa menyebarkan ilmu merupakan zakat yang harus dikeluarkan oleh orang yang berilmu. Hal ini mereka intisarikan dari beberapa hadith Nabi saw yang sangat penting untuk direnungi seperti berikut ini: .ٚ٤اثن تاالصاتح كٝ ش٤اٌُاذْ ُِؼِْ ؿ ‚Orang yang menyembunyikan ilmu hanyalah orang yang tidak yakin akan kemampuannya dalam ilmu tersebut.‛ اٗرلؼد تٔا ػِٔدٝ ِدَٜ كارا كؼِد رُي ػِٔي ٓا خٜد٣ ٖٓ ػِْ ػِٔيٝ ِْؼ٣ ٖٓ ِْذؼِْ ػ
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 137
‚Pelajarilah ilmu dari orang yang sudah mengetahui dan ajarkanlah ilmumu kepada orang yang belum tahu. Jika engkau melakukan itu, maka dia akan mengajarimu apa yang engkau tidak tahu dan engkau akan mengambil manfaat dari apa yang telah engkau tahu.‛ .ِٚٛ أ٢ كٚضؼٝ ٚاٗر٤صٝ ٚ اُغَٓ تٚثٔشذٝ ٙخٔاٍ اُؼِْ ٗشش ‚Keindahan ilmu adalah menyebarkannya. Buahnya adalah menerapkannya. Dan, melindunginya adalah mengajarkannya kepada orang yang pantas.‛ .ِْج اُؼًٞتزٍ اُؼِْ ص ‚Menyebarkan ilmu adalah zakatnya ilmu.‛ .ٚ اُؼَٔ ت٢اد اُ٘لظ كٚاخٝ ٚ ُٔغرسوُٚج اُؼِْ تزًٞص ‚Zakatnya ilmu adalah memberikannya kepada orang yang pantas mendapatkannya dan memaksa diri untuk menerapkan/berbuat berdasarkannya.‛ .َٛ خاٖٚٗٓ ًرْ ػِٔا كٌأ ‚Orang yang menyembunyikan ilmu tak ubahnya orang yang bodoh.‛9
b. Asas Al-Zubaydi mengemukakan delapan asas atau prinsip konseling Islam.
9
‘Abd al-Wahid bin Muhammad al-Amidi, Tasnif Ghurar al-Hikam wa Durar alKalim, Mustafa al-Dirayati dan Husaun al-Dirayati (ed.), Qum: Markaz al-Abhath wa al-Dirasat al-Islamiyyah, cet. II, 1420 H., h. 44.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
138
Ahmad Fadhil
Pertama, mewujudkan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan ruh dengan badan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadian seseorang. Kedua, peran konselor adalah menguatkan hubungan antara klien dengan Allah SWT. Hal ini disebut dengan terapi spiritual dan mental (al-‘ilaj al-ruhi wa al-nafsi). Ketiga, pencapaian psikologi modern dalam hal cara dan teknik konseling dapat dimanfaatkan dengan syarat digunakan dalam konteks Islami dan benar. Keempat, keimanan kepada akidah tauhid dan kepatuhan kepada syariat yang suci berpengaruh positif bagi klien dalam seluruh aspek kehidupan dan kepribadiannya. Kelima, komitmen kepada prinsip-prinsip etika yang luhur dalam layanan konseling adalah faktor yang sangat penting bagi keberhasilan layanan. Keenam, penguatan sistem akhlak yang luhur pada diri klien adalah salah satu bantuan konseling yang diberikan oleh konselor. Ketujuh, proses bimbingan dan konseling dilakukan memperhatikan kondisi dan latar belakang sosial klien.
dengan
Kedelapan, manusia memiliki fitrah untuk bertauhid, makhluk yang mulia dan diutamakan dari makhluk-makhluk lain, tapi memiliki kelemahan, kekurangan, dan potensi untuk melakukan kesalahan. Pandangan ini akan membuat konselor lebih terbuka dan menerima klien. Apakah mereka memberi layanan interaktif yang berbasis relasi profesional dan konstruktif kepada orang-orang yang dapat disebut Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 139
sebagai konseli untuk memahami diri, menyadari potensi dan kapasitasnya, mengerti masalah-masalahnya dan cara mengatasinya, mengembangkan perilaku yang positif, dan mewujudkan keharmonisan internal, yakni di dalam dirinya, dan eksternal, yakni dengan lingkungannya, sehingga dia mencapai level kesehatan mental dengan menggunakan teknik dan keterampilan khusus?
c. Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling Yang saya maksud dengan istilah ‚bidang‛ adalah sesuatu yang lebih umum daripada ‚program‛ dan ‚layanan‛. Bidang dapat diilustrasikan dengan buku yang memuat beberapa bab yang disebut program. Dan program mencakup beberapa tindakan yang disebut layanan. Contoh, bidang bimbingan dan konseling pendidikan mencakup beberapa program seperti program bantuan bagi para pelajar yang lemah secara akademis. Program ini memuat beberapa layanan seperti mengikutsertakan para pelajar tersebut ke bimbingan belajar.10 Bidang konseling yang dilakukan di Rumah Dunia cukup komprehensif, meliputi baik konseling pendidikan, konseling karir, dan konseling keluarga. Jika dilihat dari umur konseli, maka konseling ini ditujukan baik kepada anak-anak, remaja, pemuda, maupun dewasa. RD melakukan konseling individual maupun kelompok. Konseling yang dilakukan meliputi baik teori konseling berbasis konselor maupun konseling berbasis konseli.
10
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
6.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
140
Ahmad Fadhil
Bimbingan dan Konseling Relijius dan Etis Sebagaimana telah dibahas di dalam prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, agama menempati posisi penting dan merupakan salah satu prinsip dalam bimbingan dan konseling. Al-Na‘im mengatakan: ح ٌَُ ٖٓ أُششذ٤٘٣أُؼروذاخ اُذٝ ، ٕاج اإلٗغا٤ ز٢ ك٢ٖ ػ٘صش أعاع٣اُذ ش ٓوذعح٤٣ٓؼاٝ ، ىِٞاتظ ُِغٞا ذؼرثش ضٜٗح أل٤أعاعٝ آحٛ أُغرششذٝ ح٤ خاصح ئرا ػشك٘ا إٔ ًٔاٍ اُصسح اُ٘لغ، ح٣ح اإلسشاد٤ِٔ اُؼ٢ذإثش كٝ ّٞدة إٔ ذو٣ ح اإلسشاد٤ِٔ ًٔا إٔ ػ، األخشجٝ ا٤ٗ اُذ٢ذشَٔ اُغؼادج ك ن٣ا ػٖ طشٜٜٔؼح ُإلٗغإ ٗل٤ اُطثٙزٛٝ ، ٕح اإلٗغا٤ْ ًآَ ُطثٜ ك٠ِػ .اُغ٘حٝ ٕ اُوشا٢ أُرٔثَ ك، ٖ٣اُذ Berdasarkan prinsip ini, salah satu bidang yang dikembangkan dalam bimbingan dan konseling Islam adalah ‚Bimbingan dan Konseling Relijius dan Etis‛. Basis dari bidang ini serta tujuannya telah dilaksanakan di Rumah Dunia. Layanan yang diberikan dalam bidang ini berbasis pada keyakinan bahwa agama Islam adalah jalan untuk mempertahankan dan melanggengkan nilai-nilai etika yang merupakan kerangka
11
Artinya: Agama adalah unsur asasi di dalam kehidupan manusia. Keyakinan agama konselor maupun konseli sangat urgen dan krusial karena keyakinan tersebut merupakan kendali bagi perilaku dan kriteria yang sakral dan berpengaruuh dalam layanan konseling. Apalagi jika kita mengetahui bahwa kesehatan mental mencakup kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain itu, layanan konseling harus berbasis pemahaman yang komprehensif tentang karakter manusia. Karakter ini dapat kita pahami melalui agama yang mengejawantah dalam al-Quran dan al-Sunnah. Usus alTawjih wa al-Irshad al-Nafsi, h. 16.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 141
referensial bagi perilaku dan cara hidup individu, dan etika adalah pilar pertama untuk menjaga eksistensi masyarakat.12 Bidang bimbingan dan konseling ini bertujuan mewujudkan minimal lima hal, yaitu: Pertama, menanamkan nilai-nilai positif yang berasal dari ajaran Islam kepada konseli.13 Kedua, membentuk kepribadian muslim dengan menekankan teladan yang baik.14 Ketiga, mewujudkan kesehatan mental dan keharmonisan psikologis lewat akhlak mulia serta penguatan hubungan konseli dengan Allah dalam seluruh kondisi jiwanya, baik senang atau sedih, sehingga konseli merasa tenang dan menemukan teladan yang baik dalam akhlak yang baik seperti sabar, jujur, lembut, dan menjaga rahasia.15 Keempat, menanamkan tatakrama yang menghiasi diri seorang muslim, menekankan rasa cinta kepada kebajikan dan nilai-nilai luhur dalam interaksi sosial seperti adil, kesamaan, tolong menolong dalam kebaikan, ikhlas dalam berbicara dan berbuat, menjaga nama baik,
12
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
8. 13
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
8. 14
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
8. 15
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
8.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
142
Ahmad Fadhil
menjaga kesucian, persaudaraan, empati, dan perfeksionisme dalam bekerja.16 Kelima, menjauhkan akhlak yang tercela dan kejahatan seperti dusta, curang, hipokrasi, kesaksian palsu, lalim, melanggar janji, khianat, mencuri, membangga-banggakan diri, dan fanatik.17 Al-Khalf menjelaskan sifat yang harus dimiliki konselor dalam bidang bimbingan dan konseling ini, yaitu: شج٤ اُثص١ أُششذ ر٠ُإلسشاد ػآح ئٝ ٢ألخالهٝ ٢٘٣سراج اإلسشاد اُذ٣ٝ ٖ٣ْ اُذ٤ُأُشاسًح اُلاػِح ٓغرٔذا رُي ٖٓ ذؼاٝ ساء٣اإلٝ اإله٘اع٠ِاُوادس ػ ش ُِ٘اط٤ اُخُٚ سثة٣ٝ ح اُطاُة٤سرشّ شخص٣ ، ق٤٘ اُس٢ٓاإلعال أعاط٠ِّ ػٞاألخالم اُلاضِح ذوٝ فٝتزٍ أُؼشٝ ْٜ ٓغاػذذ٢شؿة ك٣ٝ اس٤ٓصازثح األخٝ اضغٞاُرٝ اُصذمٝ صالذ اُ٘لظٝ ا اإلعروآحٜٔٛأ ٕٝاُرؼاٝ ٖزغٖ اُظٝ ٖ اُ٘اط٤اإلصالذ تٝ ش٤ازرشاّ اُـٝ ٖاٌُالّ اُسغٝ ٕاإلزغاٝ اُؼلحٝ Bimbingan dan konseling relijius dan etis serta semua bidang konseling secara umum membutuhkan konselor yang memiliki ketajaman matahati dan kemampuan mempersuasi serta berpartisipasi aktif, menghormati kepribadian murid (konseli), membuat konseli senang menebar kebaikan dan bantuan kepada orang lain, membuat konseli berusaha keras melakukan kebajikan dan akhlak mulian yang berbasis pada upaya untuk meraih konsistensi, kebaikan jiwa, kejujuran, tawadu, bersahabat dengan orang-orang baik, berkata-kata baik,
16
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
8. 17
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h. 9
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 143
menebar perdamaian antar manusia, prasangka baik, kerjasama, kesucian diri, dan altruisme.18 Bimbingan dan Konseling Pendidikan Sumbangsih para pemikir muslim terhadap pengembangan ilmu bimbingan dan konseling sangat besar dan dapat digali dari khazanah para pemikir Islam klasik karena khazanah pemikiran Islam memuat berbagai bentuk konsep konseling. ‘Abd al-Hamid bin Ahmad alNa‘im mengemukakan contoh kontribusi para pemikir Islam dalam bidan Konseling Pendidikan dan Akademis serta Konseling Karir. Pada bidang Konseling Pendidikan, menurut al-Na‘im, para pemikir muslim telah mengenal konsep pengarahan para pelajar untuk belajar sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka melakukan tes kemampuan hapalan. Pelajar yang kemampuan hapalannya baik diarahkan untuk belajar hadith, sedangkan pelajar yang lebih cenderung menalar atau menganalisa diarahkan pada ilmu dialektika dan riset. Dalam bidang ini, kata al-Na‘im, Islam telah menjelaskan urgensi mengarahkan umat pada ilmu-ilmu yang bermanfaat. Dia mengutip pendapat Ibnu Taymiyyah yang mengatakan bahwa pelajar harus diarahkan kepada empat bidang, yaitu ilmu-ilmu agama; ilmuilmu rasional seperti matematika, kedokteran, dan biologi; ilmu-ilmu kemanusiaan, dan ilmu-ilmu militer, pertukangan, dan profesional.19
18
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h.
9. 19
‘Abd al-Hamid bin Ahmad al-Na‘im, Usus al-Tawjih wa al-Irshad al-Nafsi, alAhsa’: Markaz al-Tanmiyyah al-Usriyyah, 1429 H./2008 M., h. 8.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
144
Ahmad Fadhil
Bimbingan dan Konseling Pendidikan bertujuan membantu pelajar agar dapat seoptimal mungkin dalam pembelajarannya melalui potensi dan bakat khususnya atau memecahkan problem belajar yang terkadang menghalanginya seperti kelambatan dan kesulitan menerima pelajaran, di mana konselor berupaya memberikan layanan konseling yang tepat dan bimbingan belajar yang baik bagi pelajar yang terbelakang dan sering gagal dalam ujian, serta pelajar yang unggul dan normal dengan membuat program yang cocok bagi masing-masing kelompok dari awal tahun ajaran.20
Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan konseling sosial bertujuan mewujudkan fungsifungsi yang diemban oleh pendidikan sosial yaitu membiasakan siswa pada orientasi-orientasi sosial yang positif seperti cinta pada orang lain, kerjasama dengan sesama siswa, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan di lingkungan belajar, menerima perbedaan di antara sesama siswa baik dalam pendapat maupun latar belakang. Salah satu metode yang digunakan konselor pendidikan dalam bimbingan dan konseling sosial adalah memotivasi siswa untuk melakukan kerja kelompok dan kompetisi yang sehat; juga menumbuhkan spirit persaudaraan, kesadaran akan kemuliaan manusia dengan bekerjasama dengan pembimbing aktivitas siswa sepertii rihlah ilmiah, bakti sosial, kebersihan, perlombaan, seminar, ceramah, drama, dan lain-lain.
20
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h. 11.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 145
Bimbingan dan Konseling Karir Dalam bidang Konseling Karir, para pemikir muslim juga telah memberikan kontribusi. Ibnu Sina mengatakan bahwa jika seorang anak hendak memilih suatu keterampilan, maka pengasuhnya harus menimbang karakter anak itu, menyelami wataknya, dan menguji kecerdasannya. Kontribusi lain dari Islam dalam bidang ini adalah perhatiannya yang sangat besar terhadap relasi kemanusiaan antara pekerja dan pemilik pekerjaan. Islam menetapkan banyak kewajiban atas para pemilik pekerjaan terhadap para pekerja dan sebaliknya. Allah SWT berfirman, ‚Wahai orang-orang yang beriman, penuhilan janji-janjimu.‛ Rasulullah saw bersabda, ‚Berilah upah pekerja bayaran sebelum keringatnya mengering.‛21 Selain bidang-bidang bimbingan dan konseling tersebut, masih ada beberapa bidang yang lain, seperti Bimbingan dan Konseling Psikologis, dan Bimbingan dan Konseling Preventif.
II. Urgensi Mentalitas Abdi Masyarakat Bagi Konselor Di dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam berbagai bidang tersebut, sangat penting bagi para konselor untuk meresapi nilai-nilai pengabdian pada masyarakat dan bahwa mereka adalah abdi-abdi masyrakat. Setelah itu, sangat penting juga bagi mereka untuk berupaya menanamkannya nilai-nilai ini kepada sasaran kegiatan mereka, yaitu para konseli.
21
Usus al-Tawjih wa al-Irshad al-Nafsi, h. 8-9.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
146
Ahmad Fadhil
Kesadaran akan nilai-nilai ini selanjutnya termanifestasi dalam kata-kata yang mereka gunakan dalam layanan bimbingan dan konseling. Mereka dituntut untuk mematri dalam jiwa mereka bahwa mereka adalah ‚pelayan bagi para konseli‛ yang bekerja dengan bermodalkan keikhlasan. ‘Isa ‘Ali al-‘Akub dalam kata pengantarnya bagi buku terjemahannya atas kitab Fihi Ma Fihi karya Jalal al-Din al-Rumi mengatakan bahwa keikhlasan adalah hal yang sangat penting. Lalu, dia mengutip perkataan Ibnu ‘Ataillah: اٜ٤د عش اإلخالص كٞخٝ اٜازٝأسٝ س هائٔحٞاالػٔاٍ ص Para konselor adalah orang-orang yang melakukan pengabdian pada masyarakat, lalu mengenalkan dan mengarahkan konseli kepada untuk melakukan pengabdian seperti mereka kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Mentalitas seperti ini sangat dibutuhkan oleh seorang konselor. Konselor adalah orang yang membuat dirinya—baik secara langsung maupun melalui orang lain—selalu mengenalkan dan mengarahkan orang-orang kepada kebaikan yang—sebenarnya sudah—ada di sekitar mereka. Pengabdian kepada masyarakat ini menjadi perbuatan yang sangat mulia di antaranya karena tiga hal. Pertama, berkhidmat pada masyarakat adalah profesi para nabi. Al-Quran tidak diturunkan kecuali untuk keperluan khidmat pada masyarakat. Para nabi menanggung penderitaan, kesulitan, dan perjuangan demi suksesnya pengabdian ini. Jadi, tujuan pengutusan 22
Jalal al-Din al-Rumi, Kitab Fihi Ma Fihi, terj. ‘Isa ‘Ali al-‘Akub, Beirut: Dar alFikr al-Mu‘asir dan Damaskus: Dar al-Fikr, h. 10.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 147
para nabi pun tak lain agar mereka melakukan pengabdian kepada umat manusia. Khumayni mengatakan, ‚Para nabi dan para wali memiliki perasaan yang sama, yaitu mereka merasa memiliki misi untuk menunjuki, membimbing, dan mengabdi kepada umat manusia.‛23 Kedua, abdi masyarakat adalah makhluk yang paling dicintai Allah. Di dalam hadits Nabi saw dijelaskan: . ُٚا٤ْ ُؼٛ أٗلغٚ٤ُ ئٚاٍ هللا كأزة خِو٤ْ ػًِٜ اُخِن ‚Semua makhluk adalah tanggungan Allah SWT. Karena itu, sebaikbaik makhluk-Nya di sisi-Nya adalah yang terbaik terhadap tanggungan-Nya.‛ Selain hadith tersebut, kita sering mendengar hadith lain yang lebih populer: . ْ ُِ٘اطٜش اُ٘اط أٗلؼ٤خ ‚Manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesamanya.‛ Ketiga, pengabdian kepada masyarakat sesungguhnya merupakan pengabdian kepada Allah. Imam al-Sadiq mengatakan: . ٙ ػٔش٠ُ أُغِْ زاخح ًإ ًٖٔ خذّ هللا ذؼاٚ٤ ألخ٠ٖٓ هض
23
Khidmah al-Nas fi Fikr al-Imam al-Khumayni, Markaz al-Imam al-Khumayni alThaqafi, cet. I, 2003 M./1424 H., h. 11. Tersedia on line.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
148
Ahmad Fadhil
‚Orang yang memenuhi kebutuhan saudaranya sesama muslim, dia seperti orang yang mengabdikan umurnya kepada Allah SWT.‛ Karena itulah Khumayni berpesan kepada murid-muridnya agar mereka mempersiapkan diri untuk mengabdi kepada Islam dan bangsa yang tertindas, mengencangkan ikat pinggang untuk mengabdi kepada hamba-hamba Allah karena itu berarti mengabdi kepada Allah SWT.24 Konselor adalah abdi masyarakat. Dalam hal ini, kewajiban konselor adalah mengenalkan dan mengarahkan konseli kepada kebaikan yang ada di sekitarnya. Dia adalah orang yang membuat dirinya—baik secara langsung maupun melalui orang lain—selalu mengenalkan dan mengarahkan orang-orang kepada kebaikan yang— sebenarnya sudah—ada di sekitar mereka. Para konselor adalah orang-orang yang sedang memenuhi kebutuhan yang sangat penting pada diri konseli. Dalam agama Islam, tema ini sangat krusial. Allah SWT menghendaki berjalannya tradisi saling menolong dan solidaritas di tengah-tengah masyarakat. Itulah hukum yang harus berlaku di tengah-tengah masyarakat agar masyarakat itu dapat menunaikan tugas dan perannya, sebagaimana tolong menolong juga menjadi hukum yang berlaku di antara anggotaanggota tubuh seorang manusia agar dia dapat menunaikan tugas dan tanggung jawabnya. Allah SWT berfirman, ٟٞاُروٝ اُثش٠ِا ػٞٗٝذؼاٝ ‚Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa.‛ (Al-Maidah: 3) 24
Khidmah al-Nas fi Fikr al-Imam al-Khumayni, h. 12-13.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 149
Kebaikan adalah semua perbuatan kemanusiaan yang dilakukan seseorang pada sesamanya, di antaranya mengabdi pada masyarakat dan memenuhi kebutuhan orang lain. Yaitu, memberikan bantuan secara sukarela atas inisiatif sendiri. Bagaimana Islam mengajarkan sifat mulia ini? Memenuhi kebutuhan material orang lain sangat banyak bentuknya, misalnya memberikan uang, membangunkan rumah, meringankan beban, memberi makanan, dan menyumbangkan pakaian.25 Imam Jafar ash-Shadiq berkata kepada Sadir ash-Shairafi, اِٞا ػٖ اٗلغٌْ كاكؼٛٞ كإ هذسذْ إٔ ذذكؼ، ٚ٤ِٓا ًثش ٓاٍ سخَ اال ػظٔد اُسدح هلل ػ ‚Tidaklah harta seseorang itu banyak, kecuali besar juga pertanggungjawaban yang diminta Allah atasnya. Jika kalian mampu menunaikan tanggung jawab itu, maka silakan (berharta banyak).‛ Sadir pun berkata kepada beliau, تٔارا؟، ٍ هللاٞاتٖ سع٣ ‚Wahai cucu Rasulullah, bagaimana cara menunaikan tanggung jawab itu?‛ Beliau berkata, ٌُْاٞٓاٌْٗ ٖٓ اٞائح اخٞتوضاء ز ‚Dengan memenuhi kebutuhan saudara-saudaramu dengan hartamu.‛
25
Mulai dari paragraf ini hingga akhir tulisan adalah terjemahan dari makalah di majalah Noor al-Islam, Vol. 8, edisi 93-94.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
150
Ahmad Fadhil
Sedangkan kebutuhan mental yang dalam beberapa keadaan lebih penting daripada bantuan material, contohnya adalah mendukung seseorang dalam keadaan genting, membantunya mengambil sikap dan keputusan yang benar, menolong orang yang dizalimi, menghibur orang yang sedang sedih atau sakit, menghibur hati orang lain, menyebarkan rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah masyarakat. Imam Ali Zainal Abidin berkata, ش٤ أُإٖٓ اُلوٙا أخاٌِْٜ ت٣ اُد٘ح تٌِٔح٠ُازذ ٌْٓ٘ اُٞوشب ا٤ُ َخٝ ئٕ هللا ػض ‚Sesungguhnya Allah SWT mendekatkan seseorang di antara kamu ke surga dikarenakan satu kata yang dia ucapkan kepada saudaranya sesama orang beriman yang miskin.‛ Menolong orang lain, mengabdi kepada masyarakat, dan memenuhi kebutuhan mereka sangat bermanfaat bukan hanya dengan terpenuhinya kebutuhan orang yang sedang terjepit, tapi juga bagi sang penolong dan masyarakat secara keseluruhan. Lebih jelasnya, manfaat itu sebagai berikut: Pertama, menumbuhkan semangat saling mengasihi, memberi, berkorban, dan menolak egoisme dan individualisme. Orang-orang yang egois atau individualis tidak akan menolong orang lain kecuali jika dipaksa atau mereka memperkirakan adanya balasan dan keuntungan pribadi. Hanya orang-orang merdeka yang bersegera mengulurkan bantuan kepada orang lain dan mengutamakan orang lain daripada kebutuhan diri mereka sendiri. Kedua, menumbuhkan kekuatan mental dan fisik.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 151
Di dalam diri setiap manusia ada kekuatan rasional/intelektual seperti kemampuan menguasai ilmu dan berkreatifitas; kemampuan mental seperti keberanian dan kemuliaan; kemampuan fisik seperti kekuatan badan dan suara yang merdu; dan kemampuan eksternal seperti kekayaan dan kekuasaan. Semua kekuatan ini merupakan nikmat dari Allah SWT bagi manusia. Jika seseorang menggunakannya untuk menolong orang yang membutuhkan, maka dia telah menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah yang menyebabkan kekuatankekuatan itu bertambah. Sedangkan jika menolak hal itu, maka dia telah melalaikan kewajibannya kepada Allah dan membuatnya kehilangan kekuatan tersebut. Rasulullah saw bersabda, َٚ أػ٘د تٜا كٛ سصهري خا١ا ػثذ٣ : ٍٞو٤ ك، ُٚ ٓا٢ كُٚغأ٣ ًٔاٚٛ خا٢غأٍ اُؼثذ ك٤ُ ئٕ هللا كاِٜٞٓ ٚ أؿثد تٝٓا أِٞٓظ ‚Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada seseorang tentang kekuasaannya sebagaimana Dia menanyai orang itu tentang kekayaannya. Allah akan berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, Aku telah menganugerahimu kekuasaan. Apakah dengannya engkau telah menolong orang yang dizalimi, atau membantu orang yang kesusahan?’‛ Imam Ali berkata, كوذ، ٚ٤ِ ػٚٗخة هللا عثساٝ كإ هاّ تٔا أ، ٚ٤ُائح اُ٘اط ئٞ ًثشخ زٚ٤ِٖٓ ًثشخ ٗؼْ هللا ػ ٍاٝا ُِضٜ كوذ ػشض، اٜ٤ كٚٗخة هللا عثساٝئٕ ٓ٘غ ٓا أٝ ، ّاٝا ُِذٜػشض ‚Orang yang banyak nikmat Allah pada dirinya, banyak pula kebutuhan manusia kepadanya. Jika dia menunaikan apa yang
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
152
Ahmad Fadhil
diwajibkan Allah padanya, maka dia membuat nikmat itu langgeng padanya. Jika dia menolak apa yang diwajibkan Allah padanya, maka dia telah membuat nikmat itu musnah.‛ Ketiga, perasaan senang dan gembira. Orang tidak akan dapat merasa bahagia kecuali jika dia membahagiakan orang lain, yaitu dengan memenuhi kebutuhan orang lain, mengabdi kepada orang lain dalam urusan-urusan mereka. Kebahagiaan seperti cinta. Ia tidak akan diperoleh kecuali dengan memberinya kepada orang lain. Imam Ali berkata, سٜٞٔ ئصالش اُد٢ ك٢ٖٓ ًٔاٍ اُغؼادج اُغؼ ‚Salah satu bukti kebahagiaan yang sempurna adalah seseorang berusaha membuat perbaikan bagi masyarakat.‛ Beliau berkata, ٚش٤ ػ٢ش اُ٘اط ك٤شا ٖٓ زغٖ ػ٤ئٕ أزغٖ اُ٘اط ػ ‚Orang yang paling baik hidupnya adalah orang yang membuat baik kehidupan orang yang ada di dalam kehidupannya.‛ Beliau juga berkata, ّ االطؼا٢ُزج اٌُشاّ ك ‚Kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang mulia adalah dengan memberi makanan kepada orang lain.‛ Keempat, membuat seseorang merasa dirinya bernilai atau berharga. Bencana terbesar yang dirasakan oleh manusia adalah bila dia merasa dirinya telah tidak dibutuhkan lagi di dalam kehidupan ini. Bencana ini
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 153
tidak dapat ditanggulangi kecuali dengan bekerja merawat anak-anak yatim, orang-orang cacat, orang-orang sakit, dan orang-orang lanjut usia. Kelima, cinta kepada orang lain. Semua orang pasti merasa ingin dicintai dan dianggap penting oleh masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan ini, dia harus merasakan kesulitan dan kegelisahan orang lain, dan berusaha mengatasinya. Sebab, ‚hati manusia berwatak mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.‛ Imam Ali berkata, ْٜكٕٝ األزشاس تٔؼشٝشرش٣ الٝ ُْٜاٞٓي تأ٤ُٕ أُٔاٝشرش٣ ّاٞ ألػدة ٖٓ أه٢ٗئ ‚Aku heran pada orang-orang yang membeli budak dengan harta mereka dan tidak membeli orang merdeka dengan kebaikan mereka.‛ Keenam, kesehatan fisik dan mental. Riset terbaru dalam ilmu kedokteran membuktikan bahwa orang-orang yang berbaur di masyarakat, yang memberikan sumbangsih dan pengabdian pada mereka, memiliki kesehatan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak demikian. Orang-orang ini menjalani kehidupan secara positif dan bahagia. Para ilmuwan mengatakan bahwa pengabdian pada masyarakat akan menjadi unsur penting di dalam resep pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien mereka di masa depan. Sementara para sosiolog mengatakan bahwa melatih para pemuda untuk memikirkan orang lain dan mengabdi kepada masyarakat akan menjaga para pemuda dari kekosongan yang dapat menjerumuskan mereka pada penyimpangan dan narkoba.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
154
Ahmad Fadhil
Ketujuh, kedekatan dengan Allah. Mengabdi kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan orang lain adalah salah satu jalan terbaik yang mengantarkan kepada kedekatan kepada Allah SWT. Abu Abdillah meriwayatkan, ْٜائدٞ ز٢ْ كٛأعؼاٝ ْْٜ تٜ أُطل٢ُْ ئٜ كأزث٢ُا٤خَ اُخِن ػٝ هاٍ هللا ػض ‚Allah SWT berfirman, ‘Makhluk adalah tanggungan-Ku. Karena itu, yang paling Kucinta di antara makhluk-Ku adalah yang paling lembut terhadap makhluk-Ku dan paling keras dalam berusaha memenuhi kebutuhan mereka.‛ Kedelapan, memenuhi hak sesama. Selain manfaat terdahulu, memenuhi kebutuhan orang lain adalah salah satu jenis memenuhi hak ukhuwah. Al-Ma’la bin Khanis berkata, ‚Aku berkata kepada Abu Abdillah, ‘Apa hak mukmin pada sesamanya?’ Dia berkata, ٚذشى طاعذٝ ح هللا٣الٝ ٖٓ خشجٚاخة ئٕ خاُلٝ ٚ٤ِ ػٞٛٝ ا زن ئالٜ٤اخثاخ ٓا كٝ مٞعثغ زو ٕ ا٢ٗاُسن اُثاٝ . ُ٘لغيٙ ٓا ذٌشُٚ ٙذٌشٝ ٓا ذسة ُ٘لغيُٚ ا إٔ ذسةٜ٘ٓ غش زن٣… أ ذى٣ٝ ٓاُيٝ ت٘لغيِٚاُسن اُثاُث إٔ ذصٝ .ُٚٞال ذخاُق هٝ ٙ سضا٢ذثرـٝ ٚ زاخر٢ ك٢ذٔش … ‘ُغاٗيٝ سخِيٝ Tujuh hak yang wajib dipenuhi. Jika seseorang menelantarkannya, maka dia telah keluar dari perlindungan Allah dan meninggalkan ketaatan kepada-Nya. Kewajiban yang paling ringan adalah engkau menyukai terjadi pada sesamamu apa yang yang engkau suka terjadi pada dirimu dan engkau tidak menyukai terjadi pada sesamamu apa yang engkau tidak suka terjadi pada dirimu. Kewajiban kedua adalah
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 155
engkau berjalan untuk memenuhi kebutuhan sesamamu dan mengusahakan keridhaannya serta tidak menentang perkataannya. Kewajiban ketiga adalah engkau menjaga hubungan dengannya dengan diri, harta, tangan, kaki, dan lidahmu.‛ Dan kewajiban-kewajiban lainnnya. Diriwayatkan dari Rasulullah saw, ٚ اُطِة ئرا ػِْ زاخرٌِٙق أُإٖٓ أخا٣ ال ‚Janganlah seorang mukmin membebani saudaranya untuk meminta jika dia sudah tahu kebutuhannya.‛ Pengaruh memenuhi kebutuhan orang lain bagi masyarakat Pengaruh ini terlihat pada pengaturan urusan masyarakat, mengantarkan orang yang memiliki kebutuhan kepada kebutuhannya, memudahkan urusan manusia, meringankan kesusahan, dan memasukkan kebahagiaan kepada orang-orang yang berkebutuhan. Imam Ali berkata, ش ال٤تلوٝ ٖ هللا٣َ دٛ أ٠ِ ػِٚثخَ تلض٣ ال٢٘تـٝ ُٚ َٔ تؼاُْ ٗاطن ٓغرؼ:ٖ تأستؼح٣اّ اُذٞه اعرٌثشٝ ُٚ تٔا٢٘ارا تخَ اُـٝ ِٚٔ كارا ًرْ اُؼاُْ ػ.ِْرؼ٣ ٕرٌثش ا٣ َ الٛتداٝ ٙا٤ٗ تذٚغ اخشذ٤ث٣ ١وشٜا اُوٜسائٝ ٠ُا ا٤َٗ ػٖ طِة اُؼِْ سخؼد اُذٛاُدا ‚Tegaknya agama itu karena empat perkara. Ulama yang menyuarakan dan mengamalkan ilmunya, orang kaya yang tidak pelit akan kelebihannya kepada para penganut agama Allah, orang miskin yang tidak menjual akhiratnya dengan dunianya, dan orang bodoh yang tidak sombong untuk belajar. Jika ulama menyembunyikan ilmunya, jika orang kaya pelit dengan hartanya, jika orang miskin menjual
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
156
Ahmad Fadhil
akhiratnya dengan dunianya, dan jika orang bodoh sombong untuk menuntut ilmu, maka dunia akan runtuh atas mereka.‛ Benar, pengabdian itu untuk seluruh manusia. Tapi, secara praktis pengabdian itu dilakukan di ―lokasi kebutuhan‖. Arti mengabdi kepada umat manusia secara praktis adalah memenuhi kebutuhan manusia tertentu, menghilangkan salah satu jenis kefakirannya, dan menghilangkan salah satu kekurangan yang menimpanya. Artinya, konselor dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling pantas untuk memprioritaskan orang-orang tertentu. Dengan kata lain, pengabdian yang secara umum ditujukan kepada orang-orang yang membutuhkan ini harus mencermati tempattempat kebutuhan tersebut. Berkaitan dengan hal ini, Khomeini mengatakan,26 ―Semua pimpinan, pejabat, pemimpin, tokoh agama di dalam sistem pemerintahan yang adil ditugasi untuk membangun relasi, pertemanan, dan persaudaraan dengan orang-orang miskin melebihi relasi, pertemanan, dan persaudaraan mereka dengan orang-orang yang berkecukupan dan berkemewahan. Sebab, berdiri di pihak orang-orang yang terlantar dan miskin, serta melihat diri sendiri seperti mereka, adalah kebanggaan yang sangat besar yang diperolah oleh para wali.‖ Khomeini selanjutnya menyebutkan masyarakat yang harus dikhidmati. Di antaranya:
beberapa
lapisan
Pertama, para mujahid. Kedua, keluarga sendiri. Khomeini berkata di dalam wasiatnya kepada Ahmad, anaknya, ―Berusahalah sekuat tenagamu untuk 26
Khidmah an-Nas Fi Fikr al-Imam al-Khumaini, bab 4
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 157
mengabdi kepada keluarga, khususnya ibumu, yang memiliki banyak sekali hak atas kita. Raihlah ridhanya.‖ Ketiga, orang-orang tertindas. Imam Khomeini mengutip sebuah riwayat dari Imam ash-Shadiq, ―Allah SWT mewahyukan pada Dawud, ‗Salah seorang hamba-Ku mendatangi-Ku dengan membawa kebaikan. Maka, aku memberikan surga-Ku baginya.‘ Dawud berkata, ‗Wahai Tuhan, kebaikan apakah yang dia lakukan?‘ Allah berfirman, ‗dia memasukkan kebahagiaan ke dalam hati hamba-Ku yang beriman kepada-Ku meski hanya dengan sebutir kurma.‘ Dawud berkata, ‗Adalah hak bagi orang yang mengenal-Mu untuk tidak putus harapannya dari-Mu.‘‖ Hal-hal kecil yang dianggap orang ini bisa sangat krusial bagi keselamatan ukhrawinya. Kurma kecil yang dia berikan kepada orang miskin dan lapar, yang menyenangkan dan melapangkan kesusahan orang itu dapat menjadi penyebab kebahagiaannya yang abadi dan selama-lamanya di surga Allah SWT. Itu bisa menjadi penentu dalam timbangan amalnya yang memberatkan sisi amal baiknya. Benar, itu kecil dan sepele di mata kita. Tapi, di mata orang miskin dan lapar, itu primer, asasi, dan sangat penting. Cukup bagimu dengan melihat kebahagiaan yang terpancar di matanya agar engkau tahu betapa bernilainya kurma kecil itu dan sumbangan tak seberapa darimu itu di dalam pandagan Allah SWT. Rasulullah saw ditanya, هللا؟٠ُ االػٔاٍ أزة ئ١أ ―Apa perbuatan yang paling disukai Allah?‖
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
158
Ahmad Fadhil
Beliau menjawab, ِْس أُغٝاذثاع عش ―Mengikuti kebahagiaan seorang muslim.‖ Beliau ditanya, س أُغِْ؟ٝٓا اذثاع عشٝ ٍ هللاٞا سع٣ ―Wahai Rasulullah, apakah maksudnya mengikuti kebahagiaan seorang muslim itu?‖ Beliau menjawab, ٚ٘٣هضاء دٝ ،ٚظ ًشتر٤ذ٘لٝ ،ٚػٞشثؼح خ ―Mengenyangkan laparnya, membayarkan hutangnya.‖
melapangkan
kesempitannya,
Khomeini berkata, ―Salah satu perkara penting yang harus kuwasiatkan adalah tekad keras untuk menolong hamba-hamba Allah, terutama oarng-orang tertindas, miskin, dan terzalimi yang tidak memiliki tempat berlidnung di masyarakat. Berusahalah sekuat tenagamu untuk mengabdi kepada mereka. Itu adalah bekal terbaik dan perbuatan paling mulia di sisi Allah.‖ Beliau juga berkata, ―Aku berwasiat kepada semua orang agar mengerahkan tenaga demi kesejahteraan lapisan-lapisan masyarakat yang tertindas. Sebab, kebaikan dunia dan akhirat kalian terletak pada upaya kalian mencari jalan keluar bagi masalah-masalah orang-orang yang tertindas di masyarakat, yaitu mereka yang sepanjang sejarah senantiasa menderita.‖ Mendukung dan mengabdi pada orang-orang yang tertindas adalah masalah penting yang diperhatikan oleh Khomeini. Banyak
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 159
lembaga yang memperhatikan masalah ini didirikan, dan beliau menampakkan rasa senangnya terhadap kegiatan-kegiatan lembaga tersebut. Keempat, orang-orang yang dizalimi Mendukung orang-orang yang dizalimi dan menghilangkan kezaliman adalah masalah yang sangat diperhatikan oleh Islam. Khomeini menegaskan hal ini dalam perkataannya, ―Berjuanglah dalam mengabdi orang-orang yang dizalimi dan melindungi mereka dari orang-orang pongah dan lalim. Kelima, Islam dan pemerintah. Khomeini berwasiat kepada anaknya, Ahmad, ―Setelah aku meninggal, mungkin engkau akan ditawari jabatan-jabatan. Jika niatmu adalah berbakti kepada Negara dan Islam yang agung, maka janganlah engkau menolak. Tapi, jika niatmu—semoga Allah melindungi dari— hawa nafsu dan memuaskan syahwat, maka jangan terima. Sebab, kedudukan dan jabatan duniawi tidak bernilai sama sekali untuk kaukorbankan jiwamu karenanya. Mengabdi kepada negara dan agama adalah urusan penting yang kepadanya bermuara berbagai jenis pengabdian terdahulu. Orang yang mengabdi kepada orang-orang tertindas, dia mengabdi kepada Islam. Begitu juga orang yang mengabdi kepada para mujahid, keluarga, dan orang-orang yang dizalimi. Hal ini merupakan ―persoalan penting‖ lainnya yang diwasiatkan Khomeini. Dia meminta kesungguhan dalam mengabdi kepada orang-orang yang tertindas, khususnya orang-orang miskin dan orang-orang yang dizalimi karena orang-orang ini menurutnya adalah orang-orang yang tidak memiliki
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
160
Ahmad Fadhil
tempat berlindung di masyarakat. Berusahalah sekuat tenaga dalam mengabdi kepada mereka. Sebab, ini adalah perbekalan dan perbuatan terbaik di sisi Allah, serta pengabdian terbaik yang engkau berikan kepada Islam.27 Penutup Konselor sudah merupakan profesi yang diakui. Pekerjaan yang dilakukannya akan diganjar dengan penghargaan berupa materi. Akan tetapi, konselor tidak dapat menanggalkan beban tanggung jawab kemanusiaan—yaitu pengabdian kepada kebenaran dalam bentuk pengabdian kepada makhluk—dari pundaknya. Pengabdian pada masyarakat adalah poros gerakan manusia di dunia ini. Orang tidak boleh menanggalkan tanggung jawab ini di posisi apa pun dia berada. Judul dan nama bisa berganti, tapi hakikatnya tetap kembali kepada pengabdian terhadap manusia. Konselor termasuk di dalamnya. Setiap muslim mengemban tugas untuk saling menolong dan saling mendukung. Orang terbaik di antara sesama muslim adalah yang paling berbuat baik kepada saudaranya dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan memiliki/tidak memiliki profesi konselor, seseorang yang sudah menguasai ilmu bimbingan dan konseling, tidak boleh menjadi seolah-olah berasal dari planet lain dan manusiamanusia yang dia anggap berada di bawahnya harus selalu mengganti jasanya dengan ganjaran material. Pengabdiannya harus terus bertambah semakin bertambah pengetahuan dan keterampilannya. Dengan demikian, maka konselor adalah abdi masyarakat.
27
Khidmah an-Nas Fi Fikr al-Imam al-Khumaini, bab 4
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konselor dan Jiwa Voluntarisme 161
DAFTAR PUSTAKA
Borang Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN ‚SMH‛ Serang, Tim Penyusun, 2011. http://konselor.blog.uns.ac.id/2010/10/19/contoh-problema-bk-disekolah-beserta-latar-belakang-dan-upaya-perbaikannya/ diakses pada hari Jumat, 09 Desember 2011, jam 10.44. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/28/kilas-balik-profesikonselor-di-indonesia/, diakses pada hari Kamis, 08 Desember 2011, 20.47 http://noorholic.wordpress.com/2008/06/09/sejarah-bimbingan-dankonseling-dan-lahirnya-bk-17-plus/, diakses pada hari Kamis, 08 Desember 2011, 20.56. Kamilah al-Farkh dan ‘Abd al-Jabir Tayyim, Mabadi’ al-Tawjih wa alIrshad al-Nafsi, Amman: Dar Safa li al-Nashr wa al-Tawzi‘, cet. I, 1999 M./1420 H.. ‘Abdullah Sa‘id Muhammad al-Zubaydi, Usus al-Tawjih wa al-Irshad min Manzur al-Tarbiyyah al-Islamiyyah: Dirasah Ta’siliyyah, tesis di Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyyah Universitas Umm al-Qura, Tahun Ajaran 1428/1429 H.. ‘Abd al-Wahid bin Muhammad al-Amidi, Tasnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim, Mustafa al-Dirayati dan Husaun al-Dirayati (ed.), Qum: Markaz al-Abhath wa al-Dirasat al-Islamiyyah, cet. II, 1420 H..
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
162
Ahmad Fadhil
Musa‘id bin ‘Abdullah al-Khalf, Mayadin wa Khidmat al-Tawjih wa al-Irshad, h. 6. ‘Abd al-Hamid bin Ahmad al-Na‘im, Usus al-Tawjih wa al-Irshad alNafsi, al-Ahsa’: Markaz al-Tanmiyyah al-Usriyyah, 1429 H./2008 M., h. 8. Jalal al-Din al-Rumi, Kitab Fihi Ma Fihi, terj. ‘Isa ‘Ali al-‘Akub, Beirut: Dar al-Fikr al-Mu‘asir dan Damaskus: Dar al-Fikr, h. 10.
Khidmah al-Nas fi Fikr al-Imam al-Khumayni, Markaz al-Imam alKhumayni al-Thaqafi, cet. I, 2003 M./1424 H., h. 11. Tersedia on line. Majalah Noor al-Islam, Vol. 8, edisi 93-94.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
KONSELING KELUARGA (Prinsip-Prinsip Membina Keluarga Sakinah) Badrudin Dosen IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
[email protected]
Abstrak
Niat kebahagiaan perkawinan harus dipupuk dan dibina sejak awal. Kalau kita hidup rukun, penuh kasih sayang dan bersyukur kepada Allah SWT maka segala sesuatu dapat dihadapi dan diatasi bersama-sama. Perkawinan memang harus dilandasi oleh saling pengertian, percaya, toleransi dan terbuka. Dalam hal ini menjadikan perkawinan awet menuntut suatu kewaspadaan dan keikhlasan untuk menerima pasangan kita. Demikian pula untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin, perlu dipupuk rasa saling menghargai diantara suami-istri dengan landasan iman dan takwa. Dibutuhkan kesabaran dan perjuangan adaptasi antara dua pribadi berbeda watak karakternya yang tinggal bersama seatap seranjang selama bertahuntahun. Perlu penyesuaian satu sama lain. Belum lagi jika ada campur tangan orang ketiga, dan sebagainya. Apabila problem keluarga tidak terselesaikan dengan baik, bahtera perkawinan bisa kandas di tengah jalan. Dalam kehidupan berumah tangga sudah menjadi keniscayaan adanya hak dan kewajiban bagi suami, isteri dan anak.Hak dan kewajiban ini terutama ditujukan kepada: 1) Kewajiban sang suami memberikan nafkah untuk istri dan anaknya, serta kewajiban sang istri
164
Badrudin
untuk patuh dan ta‘at kepada suaminya. 2) Kewajiban sang suami berlaku baik terhadap istrinya dan kewajiban istri untuk melayani suaminya dengan semaksimal mungkin. 3) Kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dan berlaku baik hubungan antara anak dengan orang tuanya. 4) Kewajiban kedua orang tua bagi pendidikan anaknya. 5) Kewajiban istri untuk menjaga dan mengatur keuangan yang telah ia terima dari suaminya dengan menejerial yang jitu dan memenuhi sasaran sesuai dengan nilai manfaat yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kaitan ini, apa rahasia yang bisa menciptakan perkawinan itu awet dan harmonis? Suatu pertanyaan yang menggelitik yang perlu ditelusuri dalam rangka menyibak rahasia untuk melanggengkan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga dalam perspektif keadilan gender. Maka dalam tulisan ini akan mencoba menjawab hal tersebut, sebagai trik-trik yang mengarah pada kehidupan berkeluarga yang harmonis, langgeng, dan sejahtera lahir dan batin
Kata Kunci : Perkawinan awet, toleransi, harmonis, hak, dan kewajiban
Pendahuluan Laki-laki dan perempuan merupakan dua makhluk yang samasama mempunyai beban dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Menurut Imam al-Sya‘rawi,1 bahwa laki-laki dan perempuan adalah satu jenis yang dinamakan al-Insan, dalam hal ini yang membedakan 1
Al-Syaikh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi, Al-Mar’atul Muslimah wa al-Thoriqu ila Allah, (tk. : Maktabah al-Qur’an. 1979), cet. I, hlm. 7.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
165
sifat fisik dzakar bagi laki-laki, dan sifat fisik untsa bagi perempuan. Seorang perempuan yang telah menyandang predikat istri, praktis ia menanggung beban yang relatif cukup berat, sebab apabila ia rusak maka hancurlah semua struktur masyarakat. Diantara kewajiban istri yang paling urgen adalah ia harus mencintai suaminya dengan tulus ikhlas.2 Istri juga harus memberi rasa tenang menentramkan dan mendorongnya melakukan kewajiban-kewajiban agama. Termasuk kewajiban istri yang lain adalah menjaga dan memelihara rahasiarahasia rumah tangga, serta melaksanakan pelayanan rumah tangganya. Dalam hal ini akan tercipta keharmonisan hidup berumah tangga. Oleh karena itu seorang istri wajib untuk merawat dan mengelola harta kekayaan keluarga secara efisien serta mengasuh dan mendidik anakanaknya untuk mencetak generasi baru yang bertakwa .3 Demikian juga seorang suami mempunyai beban yang cukup berat, karena sebagai kepala rumah tangga harus melindungi dan bertanggung jawab dalam semua kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dengan demikian suami dan istri senantiasa memelihara dan menciptakan ketenangan, ketentraman, saling cinta dan saling mengasihi serta menyayangi. Ini semua merupakan tiang kokoh penyangga bangunan keluarga dalam rumah tangga. Bila salah satunya tidak harmonis maka ada kemungkinan bisa menggoyahkan sendi-sendi
2
Ibrahim M. Jamal, Petunjuk Jalan bagi Mukminah,(Jakarta : Pustaka Kautsar. 1994), cet. I, hlm. 144-145. 3 Fadlullah dan Subiroh, Rumah Tangga Idaman Kami, (Serang : tanpa penerbit. 2003), hlm. 23.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
166
Badrudin
kekuatan bangunan rumah tangga.4 Hal ini semua merupakan etika dan akhlak hidup berumah tangga yang harus dijaga dengan baik. Suami dan istri adalah pasangan yang sengaja Allah SWT ciptakan di muka bumi ini agar satu sama lainnya mendapatkan ketenangan jiwa. Karena masing-masing mempunyai nafsu yang ingin terpuaskan. Dan agama Islam, melalui pernikahan, menghendaki agar hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi kuat, mantap, dan kekal. Saling memberikan ketenangan satu sama lainnya, serta dapat menjadi pasangan yang bersatu dalam kerja, cita-cita, dan tujuan. Oleh karenanya insya Allah terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.5 Banyak suami-istri kurang begitu mengetahui tentang diri pasangannya. Siapakah istri, dan apa yang harus diperbuat suami kepadanya? Lalu siapakah suami ? Dan apa yang harus diperbuat istri kepada suaminya? Ini adalah hal-hal yang wajib diketahui oleh masingmasing. Jika ternyata masing-masing tidak mengetahui tentang pasangannya, maka kekuatan kemantapan dan kekekalan hubungan rumah tangga tidak akan dapat terwujud. Karena keawetan rumah tangga bukan hanya membutuhkan cinta kasih saja, tetapi juga membutuhkan pemahaman dan pengertian satu sama lain mengenai hak dan kewajibannya masing-masing. Tanpa pemahaman yang demikian, maka pernikahan tersebut, seperti sesuatu yang kosong dan hampa,
4
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Tuntunan Pernikahan dan Perkawinan, (Jakarta : Gema Insani Press. 1999), cet. VIII, hal. 28. 5 QS. Al-Rum:21
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
167
tanpa memiliki arti, maksud, dan tujuan, serta cita-cita yang membahagiakan.6 Diantara perilaku yang dipelajari di dalam keluarga adalah perilaku yang berkaitan dengan gender. Bagaimana anak laki-laki harus bersikap atau bagaimana anak perempuan harus berperilaku dalam kehidupan berkeluarga. Perbedaan laki-laki dan perempuan terletak pada cara memperlakukannya. Hal ini karena laki-laki dan perempuan memang sudah diperlakukan secara berbeda sejak mereka dilahirkan. Dalam perkembangannya laki-laki kemudian lebih banyak diuntungkan oleh budaya patriarki yang ada dalam masyarakat. Kondisi ini menjadikan perempuan terpinggirkan dalam banyak hal, termasuk dalam institusi keluarga. Bahkan perempuan sering menjadi korban kekerasan yang mengakibatkan penderitaan bagi perempuan.7 Makna gender yang awalnya difahami sebagai perbedaan kelamin berasal dari bahasa latin genus (bukan gene) yang berarti ras, turunan, golongan atau kelas. John M. Echols mengartikan secara etimologi berarti jenis kelamin.8 Menurut pendapat Lips (1993) sebagaimana dikutip oleh Siti Rohmah Nurhayati mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Gender sebagai konstruksi sosial budaya diturunkan secara kultural dan 6
A. Abdurrahman, Fadilah Perempuan, (Bandung : Pustaka Setia. 1714 H), cet. I, hlm. 41. 7 Siti Rohmah Nurhayati, Pendidikan Adil Gender Dalam Keluarga, (dalam sebuah makalah yang disampaikan dalam pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengembangan Partisipasi Perempuan Pesisir di Hotel Pandan Wangi Glagah Kulon Progo), 28 Agustus 2007, hal. 1. 8 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia. 1995), cet. XXI, hlm. 265.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
168
Badrudin
ter-internalisasi menjadi kepercayaan turun temurun dari generasi ke generasi dan diyakini sebagai suatu ideologi.9 Oleh karena itu gender dapat kita fahami sebagai suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat.10 Untuk itu, penulis ingin menganalisis dan memahami tentang keharmonisan keluarga dalam perspektif keadilan gender dalam konteks pendidikan Islam.11
Pendidikan Gender Dalam Keluarga Pendidikan gender12 dalam keluarga sangat penting dipelajari dalam upaya memahami dan menyadari apa yang mesti diperbuat oleh masing-masing anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan , maupun pengertian-pengertian 9
Siti Rohmah, Op.Cit., hlm. 3. H.M. Lips, Sex and Gender: An Introduction, (London : Mayfield Publishing Company. 1993). 10 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : Paramadina. 1999). Cet. I, hlm. 33-34. 11 Meskipun Islam menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan, namun pemahaman yang parsial terhadap sebagian ayat-ayat Alqur’an sering digunakan untuk mendukung ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu kita harus waspada dalam memahami ini. (lihat Nina Nurmila, Modul Studi Islam dan Jender, (Jakarta : Britis Embassy. 2008), hlm. 21. 12 Gender merupakan konstruksi budaya tentang keidealan laki-laki atau perempuan di suatu masa dan tempat. Karena merupakan budaya, maka ia bisa berubah dan diubah seiring dengan berubahnya situasi dan kondisi masyarakat yang membentuknya. Bentukan budya ini tidak melahirkan masalah jika tidak terjadi ketidakadilan gender. Lihat Nina Nurmila, Panduan Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Gender, (Bandung : Prodi Pend. Islam Pascasarjana UIN SGD. 2011), hlm. 3.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
169
tentang kehidupan. Ayah, ibu, serta anggota keluarga yang lain merupakan guru bagi anak. Oleh karena itu keluarga menjadi institusi yang penting bagi ayah (suami), ibu (istri), dan anak di dalam mengembangkan perilaku-perilaku tertentu. Bentuk pendidikan adil gender dalam keluarga (antara suami dan istri) adalah:13 1. Suami dan istri harus selalu menghidupkan komunikasi yang baik, lancar dan dua arah dilandasi oleh rasa tanggung jawab, tulus dan jujur agar keadaan apapun (baik atau buruk) dapat dikomunikasikan dengan baik. 2. Hubungan suami istri, bukanlah hubungan ― Atasan dengan Bawahan‖ atau ―Majikan dan Buruh‖ ataupun ―Orang Nomor satu dan orang belakang‖, namun merupakan hubungan pribadi-pribadi yang ―Merdeka‖, pribadi-pribadi yang menyatu kedalam satu wadah kesatuan yang utuh yang dilandasi oleh saling membutuhkan, saling melindungi, saling melengkapi dan saling menyayangi satu dengan yang lain untuk sama-sama bertanggungjawab di lingkungan masyarakat dan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. 3. Hubungan suami istri tidak boleh ada unsur pemaksaan, misalnya suami memaksa istri untuk melakukan sesuatu, dan sebaliknya istri memaksa suami untuk melakukan sesuatu, termasuk juga dalam hubungan intim suami-istri. 4. Makna ―Pemimpin Keluarga‖ yang adil gender bermakna ―Pemimpin Kolektif‖ antara suami dan istri dengan saling 13
Siti Rohmah Nurhayati, Op.Cit., h. 4-5.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
170
Badrudin
melengkapi kemampuan dan kelemahan masing-masing. Jadi bukan kepemimpinan otoriter yang seakan-akan istri/ suami harus tunduk kepada kemauan salah satu pihak. Dengan demikian bentuk adil gender dalam keluarga diawali dari ―Mitra Setara‖ antara suami dan istri (meskipun suami tetap menjadi pemimpin keluarga), yaitu masing-masing menjadi pendengar yang baik bagi pihak lain termasuk juga dari pihak anak-anak. 5. Status suami atau istri tidak berarti menghambat atau menghalangi masing-masing pihak dalam mengaktualisasikan diri secara positif (suami dan istri memang sudah mempunyai pekerjaan sebelum menikah, dan masing-masing mempunyai kemampuan intelektual dan ketrampilan masing-masing). Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam segala bidang di masyarakat. Justru, kalau memungkinkan, status baru suami istri dapat mendukung satu sama lain dalam melaksanakan peranserta individu dalam masyarakat. 6. Suami dan istri harus mampu mengatur waktu dan berinteraksi dengan baik serta dapat berbagi tugas dalam menjalankan perannya masing-masing secara adil dan seimbang, karena pada hakekatnya semua urusan rumahtangga, baik aspek produktif, domestik, dan sosial kemasyarakatan, serta kekerabatan adalah urusan bersama dan tanggung jawab bersama suami istri. Oleh karena itu, kemampuan mengendalikan diri dan kemampuan bekerjasama didasari saling pengertian adalah kunci utama dalam membina kebersamaan. 7. Untuk suami, meskipun menurut sebagian besar adat dan norma serta agama adalah kepala rumah tangga atau pemimpin bagi istrinya, namun tidak secara otomatis suami boleh semena-mena dengan sekehendak hatinya menjadi pribadi yang otoriter, menang sendiri,
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
171
dan berkeras hati memimpin keluarga tanpa mempertimbangkan kemauan dan kemampuan intelektual istrinya. Orang tua diharuskan memperlakukan anak laki-laki dan anak perempuan yang sama dalam memperoleh akses terhadap pendidikan formal, sumber daya keluarga, dan pembinaan lainnya. Anak-anak perempuan tidak boleh dinomorduakan di dalam keluarga, baik dalam hak atas makanan, hak atas properti, hak atas pendidikan, dan hak atas pengambilan keputusan. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
14
1. Mendidik anak berdasarkan asas keadilan gender berarti memberikan kesempatan yang sama pada anak dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi, control terhadap semua sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat jasmani dan rohani 2. Anak laki-laki dan perempuan adalah berbeda, namun jangan dibedabedakan. Dalam pengertian ini orang tua (bapak atau ibu) perlu bijaksana dan bersikap adil. 3. Setiap anggota keluarga terbuka untuk berkomunikasi, dapat mendengarkan keluhan anggota keluarga, memecahkan masalah keluarga secara bersama, komunikasi terbuka dan jelas, saling berbagi dan empati, saling percaya dan menghargai. 4. Ayah & Ibu harus memperhatikan personalitas masing-masing anak yang unik.
14
Ibid.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
172
Badrudin
5. Orang tua memberi contoh bagaimana kemitraan laki-laki dan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat. 6. Tumbuhkan motivasi belajar, memilih program studi yang cocok dengan kompetensi dan minatnya. 7. Memberi kesempatan anak perempuan yang cakap untuk sekolah di luar kota dan ke perguruan tinggi dengan program studi tehnik dan ilmu eksakta. Sementara itu tidak ada salahnya memberi kesempatan anak laki-laki untuk sekolah dengan program studi ilmu sosial, keluarga, dan kerumahtanggaan. 8. Melatih kemandirian baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. 9. Anak perempuan harus bisa memahami listrik, kompor gas, kendaraan, dan sense of dangerous untuk keperluan ―survival‖.. Anak laki-laki harus bisa memasak, mencuci, menyeterika, dan membersihkan tempat tidur sendiri untuk keperluan ―survival‖.15 Resep Keluarga Harmonis Menuju Perkawinan Awet Bahtera hidup berumah tangga merupakan sarana lahan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam mengarungi hidup rumah tangga ini, suami–istri selalu (cenderung) dihadapkan pada tiga kendala, yaitu : 1. Kesulitan-kesulitan hidup yang tidak dapat diatasi 2. Cita-cita dan harapan yang tidak tercapai 15
Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan keliru, bahwa suami tidak mempunyai beban mendidik anak. Pendidikan dan bimbingan anak itu dianggap sepenuhnya dilakukan oleh istri. Suami hanya bertanggung jawab (berkewajiban) mencari nafkah saja. Ini merupakan kesalahan besar. Padahal keluarga akan berjalan dengan sakinah, apabila bapak (suami) akrab dengan anak dan bekerja sama dengan ibu (istri) dalam memberi bimbingan dan pendidikan. Lihat pemaparan Ny. Kholilah Marhijanto, Menuju Keluarga Sakinah, (Surabaya : Bintang Pelajar. tt.), hlm. 172.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
173
3. Rizki dan kebutuhan hidup yang kurang mencukupi.16 Jika salah satu atau ketiga kendala tersebut menimpa mereka, satu-satunya jalan keluar ialah bertakwa kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya (QS. 65 : 2-3). Demikian pula iman dan takwa merupakan modal dasar untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Perlu dipahami, perkawinan adalah perpaduan dan penyesuaian dua watak, tabiat, sifat, perilaku, dan kecenderungan yang berbeda, bahkan kadang-kadang berlawanan (kontradiktif) sehingga tak jarang memunculkan sikap ketidaksenangan antar suami-istri. Namun dalam hal-hal yang berlawanan dan berlainan inilah terdapat keharmonisan dan kebaikan (QS. 4 : 19). Ada beberapa hal yang penting yang harus disesuaikan oleh masing-masing pihak dalam rangka membentuk keluarga yang harmonis, diantaranya: Pertama, penyesuaian tentang kebiasaan hidup sehari-hari jika suami-istri bekerja, misalnya kehidupan karir masing-masing harus dipelajari dan dipahami oleh pasangannya, sehingga tidak timbul kecurigaan dan kecemburuan. Kedua, penyesuaian tentang rasa atau selera dalam hal makanan, misalnya istri suka masakan pedas sedangkan suami suka masakan manis, untuk itu perlu saling memahami dan diperlukan penyesuaian serta pengertian. Ketiga, penyesuaian tentang hubungan suami istri, misalnya istri membutuhkan kemesraan terlebih dahulu dalam berhubungan 16
Basyarahil, Tuntunan Pernikahan dan Perkawinan, hlm. 30.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
174
Badrudin
suami-istri, sementara suami cenderung main tembak langsung. Dalam hal ini berarti keduanya harus saling menyesuaikan dan saling terbuka tentang keinginan/ kebutuhan masing-masing. Ke-empat, penyesuaian pribadi masing-masing pihak yang mempunyai karakter sendiri sejak sebelum menikah. Setelah menikah, masing-masing tetap harus mengupayakan karakter-karakter ini supaya saling bersesuaian. Misalnya, anak sulung punya karakter memimpin, suami-istri yang sama-sama merupakan anak sulung akan merasa dirinyalah yang paling berhak memimpin, sehingga tidak ada pihak yang mau dipimpin karena sama-sama merasa tahu apa yang paling baik. Padahal, seharusnya mereka bisa saling mendukung untuk keharmonisan perkawinan. Kelima, penyesuaian hobi; tidak menutup kemungkinan masing-masing pihak mempunyai hobi yang berbeda. Dalam hal ini kita mesti saling menghargai atas hobi pasangan kita, selama kehobiannya itu tidak melanggar norma-norma agama yang kita anut; misalnya, seorang istri yang hobinya membaca Al-Qur‘an karim, maka selaku suami harus menghormati hobi istrinya itu. Yang penting sang istri tidak lalai atas kewajibannya yang mesti dikerjakan sebagai seorang istri.17 Pada dasarnya tidak ada pasangan yang cocok seratus persen. Yang mesti ada adalah kemauan masing-masing pihak untuk bersikap fleksibel dan toleran atas kemungkinan perbedaan. Resep terbaik, keikhlasan untuk membahagiakan sang pasangannya.18 17
Badrudin, Kajian Agama Islam, (Serang : STIKes Faletehan. 2008), buku I, cet. I, hlm. 45. 18 Adanya ketidakpuasan dari salah satu pihak maupun dari masing-masing pihak bisa jadi berakibat terputusnya komunikasi diantara mereka, sehingga dapat
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
175
Ikatan cinta kasih yang dilandasi iman akan mampu menebarkan kedamaian ditengah kehidupan suami-istri. Kebahagiaan yang hakiki terletak pada keimanan dan ketaqwaan. Oleh karenanya istri yang shalihah dan suami yang shalih merupakan kunci rahasia menjadikan langgeng dalam hidup berumah tangga. Untuk itu seorang suami harus diupayakan menjadikan dirinya pribadi yang shalih. Demikian pula seorang istri harus membuat dirinya menjadi pribadi yang shalihah. Dalam keadaan seperti ini, mawadah warahmah pun akan teraih sebagai wujud nyata dari kebahagiaan rumah tangga. Oleh karena itu, istri shalihah merupakan salah satu jaminan untuk kebahagiaan rumah tangga. Karena dengan istri yang solehah, maka hidup pun semakin bercahaya karena ratu rumah tangga telah berpegang membawa amanah Allah yang maha kuasa. Diantara karakteristik istri shalihah adalah :19 Pertama, taat dan patuh kepada suami dalam hal yang tidak durhaka terhadap Allah SWT (QS. 4 : 34). Rasulullah SAW bersabda : ―Maukah aku kabarkan kepada kamu sebaik-baik yang disimpan oleh seseorang? Yaitu perempuan yang shalihah, apabila suami melihat istriya ia menyenangkan. Dan apabila suami tidak ada di rumah, ia pelihara (dirinya), serta apabila suami memerintahnya, ia mematuhinya‖. (HR. Abu Dawud dan Hakim). Kedua, berjiwa tegar terhadap masalah keluarganya, Rasulullah SAW bersabda : ―Sesungguhnya sebaik-baik perempuan adalah yang meracuni suasana keharmonisan. Hal ini bisa memungkinkan terjadinya perceraian bila kedua belah pihak tidak ada keikhlasan untuk saling mempertahankan hubungan tersebut. Lihat Tiara,136 (30 Juli 1995), hlm. 68. 19 Badrudin, Kajian Agama Islam, hlm. 48-49.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
176
Badrudin
peranak, besar cinta (kepada suaminya), pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh kepada suaminya, pesolek buat suaminya, menjaga diri terhadap laki-laki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya, dan bila berduaan dengan suami ia pasrahkan dirinya menurut kehendak suaminya, serta tidak berlaku seolah seperti laki-laki terhadap suaminya‖. (HR. Al-Thusy). Ketiga, mampu mengurus rumah tangga, Rasulullah SAW bersabda : ―Sesungguhnya Allah itu bersih, suka kepada kebersihan, maka bersihkanlah halaman-halamanmu‖. (HR. Al-Tirmidzi). Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda : ―Bersihkanlah halaman-halaman rumahmu, dan jangan sampai menyerupai orang-orang Yahudi yang mengumpulkan sampah-sampah di halaman rumah‖. Ke-empat, berhias untuk sang suami, sepatutnya seorang istri berhias untuk suaminya (sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits di atas. Apabila suami yang baru datang itu disambut oleh istri dengan wajah yang berseri-seri dan pakaian yang rapih, maka hal itu merupakan penawar bagi suami dalam keadaan payah dan letih. Keadaan seperti itu juga sebagai sarana untuk lebih memupuk cinta kasih antara suami-istri. Kelima, menerima dengan lapang dada pemberian suami, seorang istri tidak boleh meminta kepada suaminya yang di luar batas kemampuannya. Nabi SAW bersabda : ―Istri yang paling besar berkahnya adalah yang paling sedikit (sedang) biayanya‖. (HR. Ahmad, Hakim dan Baihaqi dari Siti Aisyah RA). Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda : ―Aku melihat dalam neraka, tiba-tiba kebanyakan penghuninya adalah perempuan‖. Kemudian seorang perempuan bertanya : ―Mengapa ya Rasulullah?‖ Rasulullah SAW
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
177
menjawab : ―Mereka banyak menyumpah dan tidak berterima kasih kepada suaminya‖. (HR. Bukhari dan Muslim) Sedangkan yang termasuk etika dan karakteristik suami yang shalih diantaranya: Pertama, mempergauli istri dengan akhlak dan cara yang baik (QS. 4 : 19). Dalam hal ini sang suami berusaha untuk tidak menyakiti istri baik secara lahir maupun batin. Kemudian pergaulan ini tentunya menitikberatkan pada dasar yang telah ditentukan oleh syari‘at dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.20 Kedua, memiliki rasa tanggung jawab untuk memberi nafkah dan melindungi terhadap istri dan anak-anaknya. Sabda Nabi SAW dari Mu‘awiyah bin Haidah r.a., ia bertanya : ―Ya Rasulullah apakah hak seorang istri terhadap suaminya? Nabi SAW menjawab : ―Harus kamu beri makan istrimu apabila kamu makan, dan kamu beri pakaian (kepadanya) apabila engkau berpakaian, dan janganlah memukul mukanya, dan jangan menjelekkannya, serta jangan memboikotnya, kecuali di dalam rumah saja‖. (HR. Abu Dawud). Ketiga, bersikap sabar dengan tingkah laku istrinya, akan tetapi suami berusaha untuk memperbaiki kekurangan (akhlak) istrinya. Ada sebuah riwayat menyebutkan, bahwa Sayidina Umar bin Khattab r.a dimarahi oleh istrinya, Ummi Kultsum. Maka Umar bin Khattab berkomentar: ―Aku memaafkannya karena beberapa hak yang harus aku tanggung, yaitu : 1) Karena ia menjadi dinding bagiku terhadap api neraka, sehingga hatiku tenang dan jauh dari yang haram, 2) Dia 20
Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, (Indonesia : Al-Haromain. tt.), hlm. 284.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
178
Badrudin
menjaga rumahku jika aku keluar dan menjaga hartaku, 3) Dia suka mencuci pakaianku, 4) Dia menjadi ibu anak-anakku, dan 5) Dia memasak makananku.21 Ke-empat, tidak terlalu vulgar dalam bercumbu rayu, hendaknya ia tetap melakukannya dalam bingkai akhlak yang mulya, tidak sampai kepada batas yang dapat merusak budi pekerti istri, sehingga kewibawaannya menjadi jatuh di hadapan istri.22 Kelima, bersikap tegas dan bijak dalam menegur istri yang berbuat salah dan kema‘siyatan.23 Dengan demikian, sang suami jangan takut dan enggan dalam menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar. Begitu tingginya kemuliaan seorang istri dimata seorang suami yang benar-benar beriman. Abu laits Assamarqandi dengan sanadnya dari Anas bin Malik, ia berkata : ―Siapakah yang sempurna imannya?‖ Nabi SAW menjawab: ―Orang yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya (istrinya)‖. (HR. Assamarqandi).24 Perkawinan dapat melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua pihak untuk saling menghormati, setia, dan tolong menolong. Perkawinan sebagai lambang spiritual, membawa konsekuensi bahwa suami istri dalam menjalankan kewajibannya diusahakan untuk senantiasa menjaga nilainilai ketakwaan dengan menghayati nilai cinta kasih. Para istri di dalam 21
Badrudin,Kajian Agama Islam, hlm. 49-50. Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, hlm. 286. 23 Ibid. 24 Al-Syaikh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim Al-Samarqondi, Tanbihul Ghofilin, (Semarang : Toha Putra, tt.), hlm. 187. Dalam ajaran Islam, dengan jelas Tuhan menyebutkan bahwa suami adalah kepala rumah tangga. Di atas bahu suamilah kepemimpinan rumah tangga dijalankan. Berdasarkan fungsi tersebut, maka seorang suami harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang baik, agar semua anggota keluarga dapat bernaung dengan selamat dan mendapat kebahagiaan sepanjang masa. (Badrudin, Loc.Cit. hlm. 50.) 22
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
179
rumah tangga merupakan obor dan motifator untuk sang suami saat suami dirundung bingung atau ditimpa kesusahan; demikian pula istri berperan sebagai ratu kehidupan yang mampu meringankan beban suami.25 Dalam rangka menuju keluarga yang harmonis dan langgeng, kita harus menghindari hal-hal yang menjadi faktor penyebab timbulnya perceraian. Sebetulnya banyak faktor yang menyebabkan terjadinya sengketa dan perceraian suami-istri diantaranya : 1) Istri tidak patuh lagi kepada perintah dan larangan suami, 2) Istri tidak memperhatikan lagi suami, anak-anak, dan rumah tangganya, atau sebaliknya suami tidak memperhatikan lagi istri, anak-anak, dan rumah tangganya, 3) Timbulnya cemburu yang berlebihan dan hilangnya saling percaya diantara keduanya, 4) Tidak ada lagi rasa saling cinta (mawadah) dan kasih sayang (rahmah) diantara keduanya, 5) Adanya kekecewaan yang berlebihan, yang berakibat fatal dengan dorongan emosional tak terkendali.26 Menurut hemat penulis, pada dasarnya penyebab perceraian itu terbagi ke dalam dua golongan; yaitu : 1) penyebab intrinsik, dan 2) penyebab ekstrinsik. Penyebab intrinsik maksudnya akibat dari 25
―Jangan laki-laki mukmin memisahkan (membenci) istrinya yang mukminah. Bila ada perangai istri yang tidak disukai, dia pasti ridha (senang) dengan perangai istrinya itu dalam hal lain‖. (HR. Muslim) 26 Yang lebih sering adalah karena faktor sikap membandingkan dari pihak suami, dan karena banyak tuntutan dari pihak istri. Tuntutan istri maksudnya tuntutan yang tidak masuk akal dan diluar jangkauan kemampuan suami. Sedangkan sikap membandingkan dari pihak suami maksudnya suami sering kali membandingkan kondisi fisik istrinya dengan perempuan lain. Jika suami begitu, maka ada kemungkinan ia akan kurang menghargai istri dan selalu mencari-cari kesalahannya sehingga lahir rasa kurang menyenanginya. Basyarahil, Tuntunan pernikahan dan perkawinan, hlm. 35.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
180
Badrudin
dorongan pribadi suami atau istri, sedangkan penyebab ekstrinsik maksudnya akibat dari dorongan luar (desakan dari luar pribadi suami atau istri). Diantara penyebab intrinsik adalah karena desakan ekonomi yang minim, tidak terpenuhi atau kurang puasnya kebutuhan biologis, munculnya penyelewengan-penyelewengan, hilang dan punahnya rasa mengasihi dan menyayangi, tidak mengindahkan hak dan kewajiban selaku suami-istri, cemburu buta dan tidak ada perasaan saling percaya mempercayai, dan akibat terlalu berfikiran egoistis serta tidak bisa mengendalikan hawa nafsu ketika terjadi perselisihan dan percekcokan. Adapun penyebab ekstrinsik adalah karena fitnah dari orang ketiga yang tidak senang melihat keharmonisan suami istri yang berbahagia, penyebab berikutnya mungkin disebabkan desakan pihak keluarga suami/ istri yang tidak menyetujui berlangsungnya kehidupan berkeluarga dan penyebab lain karena tergoda/ terbuai dengan perempuan lain (bagi suami) tergoda atau terbuai dan cenderung dengan lelaki yang lain (bagi istri). Oleh karena itu, apabila seseorang mengharapkan hidup perkawinan dalam keluarganya langgeng dan awet maka hindarilah hal-hal tersebut di atas dengan senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan.27
Posisi dan Peran Suami, Istri, dan Anak Dalam Keluarga Seorang suami hendaknya memiliki pengetahuan tentang rumah tangga Islami, karena kepemimpinan seorang laki-laki dalam keluarga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah mengingat isteri dan anak adalah amanah yang diberikan langsung oleh Allah. Inilah hukum 27
Untuk lebih jelasnya lihat paparan M. Thalib, 15 Penyebab Perceraian dan Penanggulangannya, (Bandung : Irsyad Baitus Salam. 1997), cet. I.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
181
Allah dengan sebab syari‘at perkawinan yang syah timbul hukumhukum baru demi kemashlahatan umat manusia.28 Dengan demikian seorang laki-laki sebelum menikah harus mempersiapkan ilmu tentang berkeluarga dan membenahi dirinya dengan akhlak yang mulya. Dalam pasal 34 ayat 1 UU no. 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini, kondisi sosial kemasyarakatan terjadi perubahan, termasuk lembaga keluarga. Kini tugas mencari nafkah tidak hanya dilakukan oleh suami tetapi juga isteri punya andil. Ada beberapa alasan mengapa isteri ikut serta dalam mencari nafkah, yaitu :29 1. Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Artinya jika isteri tidak ikut serta mencari nafkah maka keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. 2. Untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Artinya kondisi ekonomi keluarga sudah mencukupi tetapi untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi. 3. Dengan mobilitas perempuan yang cukup tinggi, peningkatan mutu pendidikan bagi perempuan dan demi prestise sosial, kadang kala isteri merasa perlu untuk mengambil peran di ruang publik dengan bekerja dan menghasilkan uang.
28
Tentang peristiwa pernikahan begitu sangat penting pengaruhnya, ihat pemahaman Imam Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din, (Beirut : Dar al-Fikr. tt.), cet. III, jilid 2, hlm. 24-30. 29 Wazin Baihaqi, “Pembagian Peran Dalam Perkawinan”, Al-Ahkam: Jurnal Hukum, Sosial, dan Keagamaan, vol. I No. 1, (Januari-Juni), tahun 2007, hlm. 13.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
182
Badrudin
Apabila suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga maka isteri dibolehkan untuk membantu suami bekerja. Hal demikian dinilai sebagai bentuk hubungan saling tolong menolong dalam kebaikan.30 Dalam beberapa kasus di masyarakat, isteri tidak mendapatkan nafkah dari suaminya karena dianggap telah memiliki pendapatan sendiri. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya ada beberapa hal yang perlu disepakati bersama dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga. Kesepakatan ini penting agar suami dan isteri merasakan keadilan dalam pembagian peran di rumah tangganya. Keterbukaan dalam hal keuangan rumah tangga merupakan hal sangat penting dalam rangka menciptakan bangunan keluarga yang kokoh (untuk menghilangkan persangkaan yang salah antara kedua pihak/suami dan isteri). Memperhatikan konteks kehidupan sekarang, banyak perempuan mengalami perluasan peran sebagai pencari nafkah. Dalam kondisi ini hendaknya dipertimbangkan alokasi waktu agar perannya sebagai ibu dan sebagai perempuan bekerja dapat tertata dengan baik, lebih-lebih bagi para ibu yang memiliki anak usia pra sekolah.31 Kondisi fisik dan psikis seorang ibu sangat berpengaruh terhadap interaksi antar ibu dengan anak. Demikian juga antar isteri dan suami. Oleh karena itu kewajiban pokok di rumah tetap dilaksanakan sebagai mana mestinya. Sehingga tidak terjadi ketimpangan. 30
QS. Al-Maidah : 2. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Apabila seorang isteri menafkahkan makanan rumah tangganya dengan tidak bermaksiyat, maka dia mendapat pahala dari apa yang diusahakan, demikian pula suami mendapat pahala dari apa yang diusahakannya, begitu juga pelayan mendapat pahala dan pahala mereka tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Thabrani) 31 Wazin Baihaqi, Op.Cit., hlm. 18.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
183
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap laki-laki dan perempuan yang ingin menikah adalah sebuah pemahaman bahwa persiapan pendidikan anak harus dimulai sejak pemilihan jodoh. Selanjutnya hubungan yang harmonis antara suami dan isteri sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak dalam rumah tangga. Orang tua berkewajiban membesarkan anak-anaknya sebagai amanat dari Allah. Oleh karenanya posisi anak-anak dalam pandangan orang tua adalah sebagai amanat dari Allah yang wajib didik dengan menyediakan lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembang anak hingga dewasa. Lingkungan yang sehat tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga lingkungan sosialnya. Pendidikan untuk anak diawali dengan keinginan dari orang tua untuk dapat menjalankan peranperannya sebagai ayah dan ibu yang baik. Dengan memperhatikan hal di atas, peran anak adalah melaksanakan kewajibannya untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua serta berlaku baik hubungan antara anak dan orang tua. Anak yang sholih tentunya mendo‘akan kedua orang tuanya demi kebaikan dunia dan akhirat. Dengan demikian, dalam kehidupan rumah tangga menimbulkan hak dan kewajiban bagi suami (bapak), isteri (ibu), dan anak. Menjaga Kehormatan Diri dan Keluarga Banyak orang tua yang tidak menyadari akan perbuatan mereka yang telah menyebabkan rusaknya generasi muda dan anak-anak mereka sendiri. Kemanjaan dan kasih sayang yang selalu orang tua jadikan sebagai alasan dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, ternyata sudah banyak melanggar kewajiban-kewajiban mereka dalam
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
184
Badrudin
menunaikan amanat Ilahi ini. Sehingga tidak heran, dengan dasar rasa sayang pada anak, kemudian mereka memberikan kebebasan pada pergaulan anak dan akibatnya banyak bermunculan anak-anak yang salah asuh yang terdampar ditempat-tempat yang salah.32 Membiarkan anak-anaknya berpergian dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, membiarkan mereka berbusana tidak menutup aurat, berpergian ke pesta, membiarkan mereka berpacaran, dan masih banyak lagi contoh-contoh perilaku orang tua yang mencirikan „kedayyutsan‟33 mereka kepada anaknya. Dan inilah yang selalu mereka banggakan dengan sebutan sebagai „orang tua yang bijaksana dan penuh pengertian‟ padahal, sudah berapa banyak kebobrokan moral yang melanda kawula muda mudi, akibat dari ‗kebijaksanaan‘ orang tua semacam ini?. Merek seperti orang yang sengaja memasukkan anak-anak mereka ke dalam jurang yang dalam. Mereka tidak lebih daripada Mucikari (sesuai dengan makna asal dari Dayyuts itu sendiri), yang membiarkan kehormatan diri dan orang lain menjadi rusak. Ali RA pernah berkata mengenai ‗dayyuts‟ ini: ―Apakah kalian tidak malu? 32
A. Abdurrahman, Fadilah Wanita, (Bandung: Pustaka Setia, 1714 H), cet. I, hal. 115. Dari Ammar RA berkata, bersabda Rasulullah SAW: ―Tiga orang yang tidak akan masuk surga selamanya : 1. Orang yang membiarkan kehormatan diri dan keluarganya tercela (dayyuts) 2. Wanita yang menyerupai laki-laki 3. Pecandu Khomar 33 Dayyuts adalah orang yang membiarkan kehormatan dirinya sendiri atau orangorang yang berada dalam tanggungannya tercemar. Atau disebut juga orang yang memberikan kebebasan bermaksiat pada orang-orang yang dalam tanggungannya, seperti pada anak, istri atau anggota keluarga lainnya. Sehingga orang-orang yang dalam tanggungannya tersebut tidak merasa memiliki hambatan dalam bermaksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena mereka seolah-olah mendapatkan restu dari orang-orang yang bertanggung jawab atas diri mereka, seperti orang-orang tua, baik ibu maupun bapak yang secara tidak langsung diberi amanat oleh Allah untuk membawa orang-orang dalam tanggungannya kepada ketaatan pada Allah SWT.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
185
Apakah kalian tidak cemburu? Jika salah seorang dari kalian membiarkan istrinya keluar menuju kalangan para laki-laki (bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan)...?‖ Kaum wanita adalah ibu dari anak-anaknya. Dari rahim wanitalah generasi ini akan berulang. Dan dalam pengakuan ibu pulalah pendidikan pertama pada anak diberikan. Corak ibulah yang akan mulai mewarnai anaknya. Oleh karena itu ibu yang menjadi teladan sesungguhnya bagi anakanaknya. Orang-orang yang dalam tanggungan kita di dunia adalah tanggungan kita juga di akhirat. Apa jawaban orang tua, jika orangorang yang berada dalam tanggungannya, ditanya oleh Allah SWT akan dosa-dosa mereka, kemudian mereka menjawab, semua itu karena kelalaian orang tua dalam mengingatkan dosa-dosa kepada mereka, bahkan justru mereka meridhoi akan dosa-dosa itu? Tidaklah disadari akan tanggung jawab yang dipikulkan kepada setiap orang tua? “Dan adapun orang-orang yang takut pada masa menghadapi Rabb-nya (karena khawatir, dan mencegah diri mereka dari hawa nafsunya, maka sungguh surga adalah tempat kembalinya.”34 Sebagai contoh ibu yang selalu memberikan teladan dan nasehat yang baik kepada anaknya, adalah satu kisah mengenai Asma RA yang menasehati anaknya yaitu Abdullah bin Zubair RA ketika anaknya bertentangan dengan Hajjaj bin Yusuf seorang raja yang dzalim di jaman Bani Ummayyah, Asma RA menasehati putranya. ―Wahai anakku sesungguhnya seekor kambing tidak merasakan apapun takala lehernya disembelih, pisau tidak berbahaya baginya. Jika engkau berada di atas kebenaran, maka mantaplah hatimu. Berangkatlah 34
QS. Al-Nazi’at : 40-41
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
186
Badrudin
menghadap ke pejabat Bani Ummayah dengan mengharap rahmat dari Allah SWT. ―Sebaliknya jika dirimu dalam kebatilan maka sungguh engkau benar-benar buruk. Engkau binasakan dirimu dan saudarasaudaramu?‖.35
Karakteristik Istri Shalihah dan Suami Shalih
Ikatan cinta kasih yang dilandasi iman akan mampu menebarkan kedamaian ditengah kehidupan suami-istri. Kebahagiaan yang hakiki terletak pada keimanan dan ketaqwaan. Oleh karenanya istri yang shalihah dan suami yang shalih merupakan kunci rahasia menjadikan langgeng dalam hidup berumah tangga. Untuk itu seorang suami harus diupayakan menjadikan dirinya pribadi yang shalih. Demikian pula seorang istri harus membuat dirinya menjadi pribadi yang shalihah. Dalam keadaan seperti ini, mawadah warahmah pun akan teraih sebagai wujud nyata dari kebahagiaan rumah tangga. Oleh karena itu, istri shalihah merupakan salah satu jaminan untuk kebahagiaan rumah tangga. Karena dengan istri yang solehah, maka hidup pun semakin bercahaya karena ratu rumah tangga telah berpegang membawa amanah Allah yang maha kuasa. Diantara karakteristik istri shalihah adalah :
35
Dalam hal ini tidak diragukan lagi bahwa rumah tangga adalah inti dari masyarakat yang baik, maka wajiblah memelihara ikatan perkawinan untuk mewujudkan tujuantujuan yang luhur penuh kasih-sayang dan ketenangan sebagai bukti tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Kuasa. Lihat Zaid H, Alhamid, Rumah Tangga Muslim, (Semarang:Mujahidin, 1981), hal. 9.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
187
1. Taat dan patuh kepada suami dalam hal yang tidak durhaka terhadap Allah SWT.36 Rasulullah SAW bersabda : ―Maukah aku kabarkan kepada kamu sebaik-baik yang disimpan oleh seseorang? Yaitu wanita yang shalihah, apabila suami melihat istriya ia menyenangkan. Dan apabila suami tidak ada di rumah, ia pelihara (dirinya), serta apabila suami memerintahnya, ia mematuhinya‖. (HR. Abu Dawud dan Hakim). 2. Berjiwa tegar terhadap masalah keluarganya Rasulullah SAW bersabda : ―Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah yang peranak, besar cinta (kepada suaminya), pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh kepada suaminya, pesolek buat suaminya, menjaga diri terhadap laki-laki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya, dan bila berduaan dengan suami ia pasrahkan dirinya menurut kehendak suaminya, serta tidak berlaku seolah seperti laki-laki terhadap suaminya‖. (HR. Al-Thusy). 3. Mampu mengurus rumah tangga, Rasulullah SAW bersabda : ―Sesungguhnya Allah itu bersih, suka kepada kebersihan, maka bersihkanlah halaman-halamanmu‖. (HR. Al-Tirmidzi). Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda : ―Bersihkanlah halamanhalaman rumahmu, dan jangan sampai menyerupai orang-orang yahudi yang mengumpulkan sampah-sampah di halaman rumah‖. 4. Berhias untuk sang suami, sepatutnya seorang istri berhias untuk suaminya (sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits diatas (pada no. dua). Apabila suami yang baru datang itu disambut oleh istri dengan wajah yang berseri-seri dan pakaian yang rapih, maka 36
QS. 4 : 34
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
188
Badrudin
hal itu merupakan penawar bagi suami dalam keadaan payah dan letih. Keadaan seperti itu juga sebagai sarana untuk lebih memupuk cinta kasih antara suami-istri. 5. Menerima dengan lapang dada pemberian suami, seorang istri tidak boleh meminta kepada suaminya yang diluar batas kemampuannya. Nabi SAW bersabda : ―Istri yang paling besar berkahnya adalah yang paling sedikit biayanya‖. (HR. Ahmad, Hakim dan Baihaqi dari Siti Aisyah RA). Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda : ―Aku melihat dalam neraka, tiba-tiba kebanyakan penghuninya adalah wanita‖. Kemudian seorang wanita bertanya : ―Mengapa ya Rasulullah?‖ Rasulullah SAW menjawab : ―Mereka banyak menyumpah dan tidak berterima kasih kepada suaminya‖. (HR. Bukhari dan Muslim) Sedangkan yang termasuk etika dan karakteristik suami yang shalih diantaranya: 1. Mempergauli istri dengan akhlak dan cara yang baik.37 2. Memiliki rasa tanggung jawab untuk memberi nafkah dan melindungi terhadap istri dan anak-anaknya. Sabda Nabi SAW dari Mu‘awiyah bin Haidah r.a., ia bertanya : ―Ya Rasulullah apakah hak seorang istri terhadap suaminya? Nabi SAW menjawab : ―Harus kamu beri makan istrimu apabila kamu makan, dan kamu beri pakaian (kepadanya) apabila engkau berpakaian, dan janganlah memukul mukanya, dan jangan menjelekkannya, serta jangan memboikotnya, kecuali di dalam rumah saja‖. (HR. Abu Dawud).
37
QS. 4 : 19
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
189
3. Bersikap sabar dengan tingkah laku istrinya, akan tetapi suami berusaha untuk memperbaiki kekurangan (akhlak) istrinya. Ada sebuah riwayat menyebutkan, bahwa Sayidina Umar bin Khattab r.a dimarahi oleh istrinya, Ummi Kultsum. Maka Umar bin Khattab berkomentar: ―Aku memaafkannya karena beberapa hak yang harus aku tanggung, yaitu : 1) Karena ia menjadi dinding bagiku terhadap api neraka, sehingga hatiku tenang dan jauh dari yang haram, 2) Dia menjaga rumahku jika aku keluar dan menjaga hartaku, 3) Dia suka mencuci pakaianku, 4) Dia menjadi ibu anak-anakku, dan 5) Dia memasak makananku. Begitu tingginya kemuliaan seorang istri dimata seorang suami yang benar-benar beriman. Abu laits Assamarqandi dengan sanadnya dari Anas bin Malik, ia berkata : ―Siapakah yang sempurna imannya?‖ Nabi SAW menjawab: ―Orang yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya (istrinya)‖. (HR. Assamarqandi). Dalam ajaran Islam, dengan jelas Tuhan menyebutkan bahwa suami adalah kepala rumah tangga. Di atas bahu suamilah kepemimpinan rumah tangga dijalankan. Berdasarkan fungsi tersebut, maka seorang suami harus memiliki ciriciri kepemimpinan yang baik, agar semua anggota keluarga dapat bernaung dengan selamat dan mendapat kebahagiaan sepanjang masa. Perkawinan dapat melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua pihak untuk saling menghormati, setia, dan tolong menolong. Perkawinan sebagai lambang spiritual, membawa konsekuensi bahwa suami dan istri dalam menjalankan kewajibannya diusahakan untuk senantiasa menjaga nilai-nilai ketakwaan dengan menghayati nilai cinta kasih. Para istri di dalam rumah tangga merupakan obor dan motifator untuk sang suami saat suami dirundung bingung atau ditimpa
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
190
Badrudin
kesusahan; demikian pula istri berperan sebagai ratu kehidupan yang mampu meringankan beban suami.
Pembinaan Keluarga dalam bidang Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Sosial
Bidang Agama Berkenaan dengan kaum keluarga, Al-Qur‘an menceritakan keinginan dan pengharapan orang baik-baik, supaya mempunyai keluarga dan turunan yang baik, karena mereka adalah tumpuan harapan masa depan untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan. Kaum keluarga, anak dan istri perlu diasuh dan dididik dengan pendidikan yang baik, supaya dikemudian hari jangan menjadi penghuni neraka. Disuruh mengerjakan sembahyang, membayar zakat dan melakukan perbuatan baik. Juga diwajibkan membela keluarga dari kesengsaran hidup di dunia dan di akhirat nanti. Tetapi diperingatkan pula jangan terpengaruh dan kasih sayang kepada keluarga sampai melupakan perjuangan di jalan Allah. Inilah hakikat pembinaan keluarga dari unsur agama, pendidikan, ekonomi dan sosial Kepada istri-istri Nabi khususnya, istri para pemimpin umumnya, Qur‘an memperingatkan supaya memakai pakaian yang sopan, melakukan tingkah laku yang baik, karena kedudukan mereka bernilai dan dinilai. Keluarga berkewajiban menjadi hakim pendamai
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
191
dalam pertikaian suami istri, supaya kedua pasangan ini tetap kembali hidup damai dan terhindar dari perceraian.38 Sesungguhnya dalam Islam, keseluruhan hidup manusia berkeluarga, bermasyarakat sampai kepada masyarakat dunia dan alam semesta, semuanya dapat dikatakan menjadi lapangan atau cakupan agama. Artinya tidak ada satu segi yang dapat dikatakan lepas dari kaitan agama. Barang kali orang-orang ilmiah yang kurang mengerti agama Islam, akan berkata bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak ada hubungannya dengan agama. Secara teknis ilmiah memang tidak dicampuri oleh Islam, akan tetapi sikap terhadap ilmu pengetahuan Alam, teknologi dan kemajuan duniawi diatur oleh agama. Cara penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, dorongan untuk meningkatkan kemajuan teknologi guna mengolah alam dengan segala isi dan kandungannya, demi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia, diatur dan diberi batas serta ketentuan oleh agama. Misalnya kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia, jangan sampai digunakan untuk merusak atau mengganggu keselamatan orang atau umat manusia atau untuk membuat kerusakan dan bencana di atas bumi ini. Akan tetapi tunjukanlah untuk peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dalam hal lain, urgensi wanita dalam agama sangat berperan, yakni sebagai ibu yang senantiasa mendidik anak-anaknya. Yaitu yang lebih banyak menyangkut iman, akhlak, ibadah dan sikap jiwa terhadap 38
H. Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an-buku I, (Jakarta:Rineka Cipta, 1992), hal. 3940.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
192
Badrudin
pengetahuan dan penampilan agama dalam hidup. Maka dalam arti yang khusus inilah yang kita bicarakan di sini. Jika ada orang berpendapat bahwa peranan wanita dalam kehidupan beragama kurang atau tidak ada, maka pendapat itu adalah salah. Barang kali tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa peranan wanita dalam penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, bahkan yang menentukan. Seorang wanita yang beriman, beramal saleh dan selalu menjaga diri dari perbuatan dan sikap yang dilarang Allah, akan dapat membawa ketenangan bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Dan sebaliknya jika wanita tidak beriman, suka berbuat hal-hal yang dilarang Allah, menurutkan keinginan dan hawa nafsunya, akan membawa kegoncangan terhadap keluarganya dan masyarakat di sekitarnya, karena ia membuka kesempatan untuk orang berbuat dosa, bahkan mungkin akan membawa mala petaka terhadap kehidupan bangsa dan negara.39 Dalam bagian ini kita akan menyoroti secara sederhana peranan wanita dalam pembinaan jiwa agama pada anak dan generasi muda, bahkan pada orang dewasa secara umum. Kemudian kita tinjau pula peranan wanita dalam pelaksanaan agama dalam hidupnya terutama dari segi hukum. Dalam pembinaan jiwa agama, peranan wanita sangat penting, karena pembinaan jiwa agama pada seseorang terjadi bersamaan dengan pembinaan kepribadian. Anak mengenal Tuhan dalam hidupnya, melalui orang tuanya. Jika ia bernasib baik dilahirkan oleh ibu-bapak yang tekun beribadah dan menjalankan agama dalam seluruh segi kehidupannya, maka si anak sejak kecil telah menyerap unsur39
Badrudin, Kajian Agama Islam, buku I, (Serang : STIKes Faletehan, 2008), hal. 52.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
193
unsur agama dari ibu-bapaknya dalam pertumbuhan kepribadiannya. Apabila seseorang pada waktu kecilnya tidak mendapatkan pengalaman beragama, baik melalui orang tuanya, maupun melalui latihan keagamaan yang diberikan dengan sengaja, atau ia mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan akan tetapi dengan cara yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, maka ia nanti setelah dewasa tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya, bahkan mungkinia akan memandang remeh terhadap agama atau menentangnya. Dan sebaliknya, apabila ia pada waktu kecilnya dan selama umur pertumbuhannya mendapatkan pengalaman dan pendidikan agama yang tepat dan cocok dengan pertumbuhan pribadinya, maka dalam pribadinya akan terdapat banyak unsur-unsur agama, yang nanti akan mewarnai kepribadiannya dan akan menentukan sikapnya terhadap agama. Andai kata pada suatu ketika karena pergaulan dan pengalaman hidup ia menyimpang dari ketentuan agama, ia akan mudah kembali peranan ibu dalam hal ini sangat menentukan, karena pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya, si anak mendapat unsur-unsur kepribadiannya melalui pengalaman langsung, sebab kemampuan berpikir logisnya belum bertumbuh sebelum umur tujuh tahun. Pengalaman yang terbanyak didapatnya adalah melalui ibunya. Dalam kenyataan hidup sehari-hari akan tampak sekali perbedaan sikap terhadap agama antara orang-orang yang pada waktu kecilnya dulu mendapatkan latihan dan pengalaman keagamaan dari orang tuanya dan masyarakat sekitarnya. Orang-orang yang hidup dan di besarkan oleh orang tua yang tidak atau tidak menjalankan agama dalam kehidupan mereka, maka sikapnya terhadap agama akan menjadi
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
194
Badrudin
acuh tak acuh atau menganggap remeh orang beragama yang tekun menjalankan agamanya. Beragama bukan karena mengerti saja, atau karena tahu hukum dan ketentuannya, akan tetapi juga harus melaksanakannya. Berapa banyak orang yang tahu dan mengerti bahwa jujur itu baik dan dusta itu tidak baik serta dosa. Namun orang masih mau berdusta dan merasa tidak berdosa karenanya. Sebabnya adalah karena kebiasaan yang bertumbuh melalui pengalaman hidup sejak kecil, akan mempengaruhi pertumbuhan keperibadian. Seorang ibu yang tekun beragama, dalam segala sikap dan tindaknya tercermin agama, maka semuanya itu akan merupakan bahan-bahan yang diserap anak dalam pertumbuhan keperibadiannya. Nyanyian agama yang didengarnya ketika ibunya menidurkannya waktu ia masih bayi, akan bertumbuh menjadi nyanyian yang menyenangkan dalam jiwanya. Anak yang dari kecil di biasakan mengaji, sembahyang, puasa dan ikut dalam kegiatan keagamaan bersama orang tua dan teman-temannya sebaya, maka ia akan terbiasa melaksanakan ibadah waktu dewasanya, tanpa mempersoalkan masuk akal atau tidak. Demikian pula sebaliknya, orang yang tidak mempunyai pengalaman dan latihan keagamaan ketika kecilnya, maka setelah dewasa sukar baginya untuk meresapkan keindahan atau kenikmatan hidup beragama, bahkan mungkin yang akan terjadi ialah rasa anti-pati atau mengejek orang beragama. Agama akan di sorotinya dengan akal pikiran saja, dan akan dihitungnya untung-ruginya secara ekonomik, maka yang di pandangnya adalah untung-rugi secara lahir, bukannya akibat atau pengaruh kejiwaan yang di alami oleh orang beragama, yang mengambil nilai-nilai yang ideal menjadi pegangan dalam hidupnya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
195
Peranan ibu dalam pembinaan sikap agama ini benar-benar sangat menetukan, sebab ibulah yang paling bayak bergaul denan anakanak, terutama dalam tahun-tahun pertama dari pertumbuhannya. Demikian pula sebagai bapak berperan mendidik,megarahkan, dan membina keluarga demi keselamatan dunia dan akhirat, inilah nilai pembinaan di bidang agama. Dalam melaksanakan agama sehari-hari, oleh islam tidak dibedakan antara wanita dan pria. Pria atau wanita yang beriman dan beramal saleh akan mendapat pahala sesuai dengan amal dan imannya. Dan sebaliknya jika ia ingkar, akan dikenakan dosa dan pembalasan yang setimpal pula.40
Bidang Pendidikan Pendidikan keluarga adalah bimbingan atau tuntunan seorang bapak dan ibu kepada anaknya agar tumbuh secara wajar kepribadian muslim yang berilmu agama, beriman dan beramal sholeh (beribadah kepada Allah). Guru yang pertama didalam keluarga kita adan bapak dan ibu, karena mereka mempunyai peran dan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya, agar anak kelak nanti menjadi anak yang soleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, masyarakat, agama, bangsa dan negaranya. Pendidikan merupakan dasar utama dan yang paling utama bagi kehidupan dalam keluarga khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya. Dalam fenomena kehidupan di alam dunia ini diperlukan 40
Perhatikan keterangan Zakiah Darajat dalam Islam dan Peranan Wanita, (Jakarta:Bulan Bintang, 1984), hal. 28-31
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
196
Badrudin
dan dituntut kita sebagai orang tua untuk membentuk kader penerus yang soleh dan solehah, yang berakhlakul karimah, bertakwa kepada Allah dan berbakti kepada orang tua. Sehingga menjadi generasi penerus yang insan kamil. Karena anak merupakan amanat dari Allah SWT maka dari itu perlu kita jaga dan bina dengan ilmu yang bernafaskan Islami, agar tidak terjerumus ke lembah kenistaan dan kemusyrikan. Allah SWT berfirman : Artinya : “Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.41 Bila seorang bapak dan ibu tidak mendidik kepada anaknya, maka anak-anak tersebut akan menjadi hampa di hadapan orang tua dan masyarakatnya, bahkan akan menimbulkan malapetaka bagi semuanya. Bila anak tersebut meninggal, maka diakhirat nanti akan membawa bapak dan ibunya ke dalam neraka. Maka oleh sebab itu mendidik anak atau generasi muda merupakan kewajiban, agar nanti anak mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang tinggi serta bertakwa kepada Allah. Allah SWT. Berfirman : Artinya : “Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.42 Nama lukman diabadikan Allah menjadi nama sebuah surat dari Al-qur‘an. Banyak orang mengatakan bahwa Lukman adalah bangsa Negro atau Habsyi yang warna kulitnya hitam, beliau adalah ahli hikmah. Orang yang ahli hikmah disebut ―Al Hakim‖. Sebab itu nama Lukman dibubuhi kata ―Alhakim‖ diakhir namanya, sehingga menjadi 41 42
QS. Al-Takhrim : 6 QS. Lukman : 13
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
197
―Lukmanul Hakim‖ (Lukman ahli hikmah). Allah telah menganugerahi ilmu pengetahuan yang banyak dan pandangan yang luas kepada Lukman. Apa yang beliau kerjakan sesuai dengan pengetahuannya. Dan pengetahuannya merupakan petunjuk dari Allah SWT. Penjelasan ayat diatas adalah tentang Lukman dalam rangka memberi didikan atau pelajaran kepada anaknya. Ini merupakan cermin bagi kita semua, agar supaya anak-anak kita tidak terjerumus ke dalam kemusyrikan. Keberhasilan Lukman dalam mendidik anaknya sematamata petunjuk dari Allah melalui ilmu yang dia miliki. Dalam suatu dinamika sosial ekonomi yang menggelinding begitu cepat, kita semua menyaksikan sebuah transformasi kultural yang begitu luas dan dan signifikan. Di antara unit-unit sosial yang mengalami perubahan besar itu adalah lembaga keluarga. Khususnya pula pergeseran peran individu-individu yang ada di dalamnya. Misalnya, peran pramuwisma (pembantu rumah tangga) dalam pendidikan anak mengalami perubahan yang sangat strategis. Sistem ekonomi kapitalisme yang melahirkan kompetensi sengit dalam merebut sumber-sumber ekonomi, telah memaksa setiapindividu untuk menjadi faktor produktif,yang dalam arti primitifnya; making money. Tampak sosial yang kemudian lahir dari sini, tentu hanya salah satunya, adalah muncul nya gejala wanita bekerja. Dan ketika wanita karir itu kemudian menikah,lahirlah sebuah keluarga modern yang secara ekonomi dikatagorikan sebagai ‗Double-Income Family‟.walaupun secara ekonomi ini diartikan sebagai indikasi tingkat kesejahteraan, tapi tentu saja ia juga mempunyai efek terhadap pola pendidikan anak. Sebab porsi pendidikan anak yang selama ini
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
198
Badrudin
diperankan lebih banyak oleh ibu kini mulai berkurang sejalan dengan bertambahnya jam terbangnya di luar rumah.43 Kita akan memahami perubahan pola pendidikan anak itu lebih banyak jika konteks keluarga tersebut kita hubungkan dengan kenyataan alokasi waktu anak itu sendiri. Penelitian World Book menunjukan bahwa pada usia tersebut antara 0 sampai 80% waktu anak dihabiskan di rumah. Mungkin memang tidak berlebihan jika dari dua dunia, dunia buku atau dunia tv. Dari celah sosial itulah kemudian, para pramuwisma kini memainkan peran yang sangat strategis dalam pendidikan anak. Karena jika 86% waktu anak itu dihabiskan di rumah dalam rentang usia 0 sampai 18 tahun, maka itu berarti bahwa dua dasawarma pertama dari usianya, yang merupakan rentang usia paling signifikan dan menentukan dalam hidup seseorang, sebagian besar dibentuk oleh para pramuwisma. Pramuwisma mitra pendidik kenyataan itu akhirnya memang memaksa kita untuk merubah profesi kita tentang pramuwisma. Selama ini kita masih melihat profesi pramuwisma dengan sebalah mata dan memandangnya sebagai suatu status sosial yang rendah. Kita masih menganggap bahwa pramuwisma tidak lebih dari petugas cleaning service, cooker dan penjaga anak. Padahal porsi peran mereka dalam pendidikan anak kini telah bergeser begitu jauh. Karna itu, para pramuwisma tidak lagi boleh dianggap remeh karena status sosialnya. Tapi sudah saatnya kita mencoba melihat mereka sebagai mitra pendidikan anak kita mereka langsung atau tidak
43
Badrudin, Op.Cit., hal. 57.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
199
langsung adalah guru anak-anak kita. Bahkan boleh jadi merupakan ibu kedua anak-anak kita. Jika penghargaan yang kita berikan kepada peran pramuwisma iu dalam masyarakat moderen lahir karena aksioma perubahan sosial, maka didalam islam kita menjumpai dorongan yang layak, selama itu halal, maka itu merupakan pekerjaan yang mulia. Tidak ada perbedaan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya,dalam pandangan Islam kecuali pada aspek halal dan haramnya. Dan diatas itu semua. Islam memang memandang semua manusia sama derejatnya dan hanya diperbedakan di mata Allah karena faktor ketakwaan. Lihatlah betapa kemampuan mereka, membantu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, memberi pakaian yang sama dengan pakian kita bahkan makanan yang sama dengan makanan kita. Dengan kesadaran seperti itukah, sejarah Islam kemudian menghadirkan satu kenyataan yang begitu mengagumkan. Pernah ada suatu masa dimana budak-budak para sahabat Rasulullah SAW. Kemudian menjadi ulama-ulama besar. Sebutlah misalnya, Abu Abdillah Nafi yang semula merupakan warga Dailan lalu di tawan dalam suatu peperangan dan dijatahkan kepada Abdullah Bin Umar. Nafi kemudian menjadi seorang ulama besar yang meriwayatkan hadist dari Abdullah Bin Umar dan Said Khudri. Bahkan sebagian ulama besar hadits Ibnu Umar diriwayatkan kemudian oleh Nafi. Ulamaulama besar sekaliber Al-Zuhri, Ayyub Al-Sakhyatani dan Malik Bin Anas adalah derajat nama yang sempat meriwayatkan hadits dari Nafi. Bahkan dari para ahli hadits mengatakan bahwa riwayat Imam Syafi‘i
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
200
Badrudin
dari Malik Bin Anas dari Abdullah bin Umar adalah silsilah riwayat Emas.44 Peranan Pramuwisma sangat mendukung dalam kehidupan rumah tangga. Jika perubahan persepsi tehadap peran pramuwisma itu merupakan bagian dari ajaran Islam dan di perkuat oleh kebutuhan sosial, maka sudah saatnya pula kita memberikan perlakuan yang berbeda terhadap mereka. Adalah mitra pendidikan anak-anak kita. Dan dalam posisi serta peran itu, mereka membutuhkan semua perangkat pendidikan anak secara baik, baik berupa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Dalam hal ini sudah saatnya kita merencakan pengembangan potensi mereka dalam berbagai aspek dan menyediakan peluang serta dukungan finansial untuk itu. Sebab ini menyangkut masa depan anakanak kita sendiri. Mereka perlu bimbingan dan pelatihan dalam berbagai aspek pendidikan, perlu dibekali dengan ilmu pendidikan, komunikasi dan kesehatan. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan mereka, meningkatkan kemampuan mendidik mereka dan mengevaluasi. Secara ilmiah pola asuh mereka terhadap anak.45 Semua merupakan faktor pembelajaran. Dalam pada itu sesungguhnya kita telah memperoleh tiga keuntungan besar. Pertama, mengajarkan makna-makna kemanusiaan yang luhur seperti prrsamaan, demokrasi dan budaya mendengar kepada anak-anak kita secara langsung melalui perilaku kita. Kedua, kita berpartisipasi secara langsung dalam mengembangkan sumber daya manusia muslim karena pola hubungan kita dengan mereka telah memiliki dimensi pendidikan, 44 45
Ibid, hal. 58. Umi, edisi 5/IX/97 h.38-39
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
201
di samping dimensi profesional. Ketiga, menjadikan semua elemen lingkungan sebagai anggota rumah tangga. Yang terakhir ini tentu sangat efektif dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang sehat dalam keluarga. Dan seperti yang kita ketahui lingkungan merupakan salah satu kata kunci keberhasilan. Keempat, memberikan rasa aman, walaupun sangan relatif kepada keberhasilan pendidikan orang tua mereka meninggalkan rumah mereka menuju ke tempat.
Bidang Ekonomi Pemenuhan kebutuhan pokok (primer) adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Dewasa ini berbagai persoalan buruh berkaitan erat dengan perjuangan mereka untuk memenuhi kebutuhan ini. Berbeda dengan sistem kehidupan yang lain, Islam sebagai sebuah prinsip ideologi dan sistem hidup yang sempurna dan khas memiliki serangkaian hukum (syariat) yang menjamin secara menyeluruh pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Jaminan kebutuhan pokok dalam Islam berbeda dengan jaminan sosial dalam sistem kapitalis yang hanya membatasi pemenuhannya pada kelompok dan orang-orang tertentu. Cara kapitalis ini tidak akan pernah memecahkan persoalan kemiskinan rakyat secara menyeluruh. Jaminan Islam terhadap kebutuhan pokok ini juga tidak serupa dengan sosialis yang menjadi kepemilikan bersama terhadap alat-alat produksi. Sosialisme tidak akan mampu menjamin kesejahteraan hidup, bahkan langkah-langkah mereka hanya akan menurunkan mutu kehidupan masyarakat. Pandangan Islam terhadap masalah ini berbeda dengan ideologi lain baik secara asas (konsep dasar) maupun cara-caranya. Dalam
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
202
Badrudin
memandang kebutuhan pokok manusia, Islam membaginya menjadi dua hal : 1. Kebutuhan pokok bagi setiap individu rakyat 2. Kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat Abdurrahman Al Maliky dalam kitabnya As-Siyaasatul Iqtishodiyatul Muthsla menjelaskan bahwa kebutuhan pokok bagi setiap individu meliputi makanan, pakaian dan perumahan. Dalil mengenai kebutuhan pokok ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 233, An-Nisaa : 5, Al-Hajj :28, At Tholaq : 6. Demikian juga hadits Rasulullah SAW, Beliau bersabda dalam khutbahnya ketika haji Wada : “Mereka (para istri) mempunyai hak atasmu untuk meminta makanan dan pakaian yang baik.” Kebutuhan pokok ini adalah sesuatu yang harus ada pada manusia. Pemenuhannya merupakan hak bagi setiap individu. Dengan kata lain inilah hak hidup bagi setiap manusia. Kebutuhan yang lebih dari itu termasuk kategori pelengkap (sekunder dan tersier). Jaminan Islam terhadap pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyat adalah mewajibkan kerja bagi setiap laki-laki yang mampu apabila ia belum memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan kebutuhan pokok orang-orang yang menjadi tanggungannya. Islam mendorong manusia untuk bekerja mencari rizki dan berusaha. Allah SWT berfirman yang artinya :
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
203
“Maka berjalanlah di segala penjurunya, serta makanlah sebagian dari rizkinya.” 46 Dalam sebuah hadits diriwayatkan : bahwa Rasulullah SAW telah menyalami tangan Sa‘ad bin Mu‘adz ra dan ketika itu pada kedua tangan Sa‘ad ada bekas-bekas karena digunakan bekerja. Kemudian hal itu ditanyakan oleh Nabi SAW. Sa‘ad menjawab : “Saya selalu mengayunkan sekop dan kapak untuk mencari nafkah bagi keluargaku.” Kemudian Rasulullah SAW menciumi tangan Sa‘ad dengan bersabda : “(Inilah) dua telapak tangan yang disukai oleh Allah SWT.” Rasulullah SAW juga bersabda : Dari Zubeir bin Awwam ra, dari Nabi SAW, sabdanya : “Apabila kamu menyiapkan seutas tali, lalu pergi mencari kayu di punggungnya lalu dijualnya dan Allah memberi kecukupan bagi keinginannya, itulah yang lebih baik baginya daripada ia memintaminta kepada orang banyak, diberi ataupun tidak.” (HR. Bukhori). Oleh karena itu bagi laki-laki yang mampu wajib atasnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan kebutuhan pokok orang-orang yang di bawah tanggungannya. Bila ia tidak memiliki harta untuk menanggung nafkah mereka, maka wajib baginya untuk bekerja (mencari nafkah). Anak dan Istri adalah prioritas baginya (setelah dirinya), kemudian kedua orang tuanya apabila mereka tidak mampu. Sebagaimana dalam Firman Allah Ta‘laa dalam QS. Al Baqarah : 233 dan At Tholaq : 6.
46
QS. 67 : 15
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
204
Badrudin
Dari Aisyah ra bahwa Hindun binti Utbah berkata : “Wahai Rasulullah....... sungguh Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang kikir. Ia tidak memberiku dan anak-anakku belanja yang cukup sehingga aku mengambil darinya tanpa sepengetahuannya.” Lalu Rasulullah SAW bersabda : “Ambillah apa yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang ma‟ruf.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa nafkah seorang wanita ada pada suaminya atau pada ayahnya. Kaum wanita tidak diwajibkan bekerja mencari nafkah. Mereka tidak dituntut untuk membanting tulang mencari penghidupan. Semua kebutuhan hidupnya dibebankan pada tanggung jawab laki-laki. Wanita tidak wajib menafkahi siapapun termasuk dirinya sendiri. Kebutuhan wanita dibebankan pada suami, keluarga atau kaum kerabatnya sesuai ketentuan dalam syari‘at Islam. Bagi yang tidak memiliki keluarga atau kaum kerabat, tanggung jawab ini ada pada negara (dari Baitul Maal). Dengan demikian tidak perlu diperselisihkan antara fungsi produksi (kerja mencari nafkah) dengan fungsi reproduksi pada wanita. Dari dua hal ini diambil prioritas tugas yang utama (yang telah ditetapkan oleh Islam) bagi seorang wanita yaitu sebagai ibu dan pengatur (manajer) rumah tangga. Sehingga wanita tidak akan terbebani tugas produksi (mencari nafkah). Nafkah bagi laki-laki ada pada ayahnya bila masih kecil. Ketika dewasa dan mampu bekerja maka nafkahnya ada pada dirinya sendiri. Apabila mereka tidak mendapatkan pekerjaan sekalipun sudah berusaha semampunya, maka wajib negara (Daulah Islam) untuk menyediakan lapangan pekerjaan.syari‘at Islam telah membebankan kepada negara, yang pelaksanaannya di bawah tanggung jawab pemimpin (khalifah),
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
205
untuk menjamin kebutuhan pokok setiap warganya (salah satunya dengan menyediakan lapangan pekerjaan). Apabila seorang laki-laki masih memiliki kelebihan harta setelah menafkahi dirinya sendiri, anak serta istrinya, maka ia wajib menafkahi orang tua dan kerabatnya yang tidak mampu. Dalam hadits Nabi SAW : Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau tentang pembelanjaan beberapa dinar miliknya. Rasulullah SAW bersabda : “Nafkahkannlah ia (dinar) untuk dirimu.” Laki-laki itu berkata lagi : “Saya masih punya yang lain.” Rasulullah SAW menjawab : “Nafkahkanlah ia kepada pembantumu.” Kemudian sabda Beliau SAW : “Mulailah kepada orang yang engkau beri nafkah dari ibumu, ayahmu, saudara perempuanmu, saudara laki-lakimu kemudian yang lebih dekat denganmu (kerabat yang lebih dekat).” Hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa seorang laki-laki yang masih memiliki kelebihan harta setelah menafkahi dirinya sendiri berkewajiban menafkahi keluarganya yang tidak mampu. Negara berkewajiban memaksa orang-orang mampu yang memiliki kewajiban menafkahi tanggungannya, apabila mereka melalaikan tanggung jawabnya.47 Dengan adanya kewajiban nafkah dan tanggung jawab memenuhi kebutuhan pokok anak, istri, orang tua dan kerabat yang tidak mampu berarti telah terjamin pemenuhan kebutuhan pokok individu-individu rakyat. Bagi orang-orang yang lemah, cacat dan tidak 47
Al-Ihsas, edisi 04/Th. 1 Rabiul Awwal 1417 H/Agustus 1996, h. 21-23
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
206
Badrudin
mampu serta tidak memiliki satu pun kerabat yang bisa menanggungnya maka jaminan nafkahnya terbebani pada negara (melalui Baitul Maal). Bila kas negara kosong, negara wajib mengusahakannya dengan memungut pajak dari orang-orang kaya. Selain itu Syari‘at Islam juga memerintahkan kaum muslimin untuk menunaikan infaq dan shodaqoh. Islam mendambakan setiap orang kaya agar memberikan kelebihan hartanya untuk disedekahkan kepada kaum fakir miskin sebagai amalan kepada Allah SWT dalam rangka meraih keridloan dan pahala yang besar dari-Nya. Sebaliknya orang-orang yang menimbun harta tanpa menginfaqkannya di jalan Allah digolongkan ke dalam orang-orang yang berbuat dosa dan diancam dengan siksa berat di akhirat kelak. Sebagaimana Firman Allah Ta‘ala dalam QS. Al Baqarah : 117, Al-Baqarah : 215 dan Al Baqarah : 254. hampir di setiap surat dalam Al –Quran terdapat ayatayat yang mengisyaratkan untuk bersedekah serta menginfaqkannya kepada orang yang membutuhkan, antara lain Al Baqarah : 261-262, Al Baqarah : 265, Ali Imron : 92, An-Nisaa : 36-37, At Taubah : 34-35, Infaq dan shodaqoh adalah salah satu jalan untuk memperoleh harta bagi orang-orang yang tidak mampu. Adapun yang tergolong kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat meliputi keamanan, kesehatan dan pendidikan. Negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan ini. Syari‘at Islam telah menetapkan bahwa tanggung jawab ini terbebani pada pemimpin negara. “Imam itu adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” Tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok ini tidak hanya makanan, pakaian dan perumahan, namun juga meliputi keamanan, kesehatan dan pendidikan. Penetapan keamanan, kesehatan Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
207
dan pendidikan ini sebagai kebutuhan pokok sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Barang siapa yang bangun pagi mereka aman di sekitarnya, sehat badannya serta memiliki makanan pokok pada hari itu, seolaholah dia telah memiliki dunia dan seisinya.” Penyetaraan keamanan dan kesehatan dengan makanan sebagai kebutuhan pokok menunjukkan bahwa keduanya termasuk kebutuhan pokok. Mengenai pendidikan (ilmu) sebagai kebutuhan pokok, diriwayatkan oleh Bukhori dari Abi Musa ra Beliau berkata bahwa Nabi SAW bersabda : “Perumpamaan petunjuk dan ilmu, yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya seperti hujan lebat jatuh ke bumi. Bumi itu ada yang subur, menghisap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak. Ada pula yang keras, tidak menghisap air sehingga tergenang. Maka Allah memberi manfaat dengan dia kepada menusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak), dan untuk bercocok tanam (bertani). Dan ada pula hujan yang jatuh ke bagian lain, yaitu di atas tanah yang menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama (Din). Yang mau memanfaatkan apa yang aku disuruh Allah untuk menyampaikannya. Dipelajarinya dan diajarkannya. Dan begitu pula perumpamaan orang-orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya.” Petunjuk dan ilmu yang diberatkan seperti air menunjukkan bahwa pendidikan merupakan adalah kebutuhan pokok. Sebab
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
208
Badrudin
pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk berperan dalam kehidupan sebagaimana halnya air. Dengan demikian maka keamanan, kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang menjadi tanggung negara untuk mencukupi segala sarana kebutuhan ini. Dengan demikian negara harus menyediakan sarana pendidikan dan pengobatan gratis serta menjamin keamanan rakyatnya baik pria-wanita, anak-anak, orang dewasa, kaya, miskin, muslim dan non-muslim tanpa diskriminasi. Karena negara (daulah) melalui pemimpinnya (khalifah) bertanggung jawab menjamin kebutuhan pokok individu rakyat secara menyeluruh. Persoalan-persoalan yang terjadi dewasa ini di tengah kaum muslimin seperti kesenjangan yang tinggi antara yang kaya dan miskin, unjuk rasa golongan buruh, pemboikotan para pengusaha (terhadap UU pemerintah), tuntutan jaminan sosial, kesehatan dan lain-lain termasuk banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap para buruh wanita tidak akan terjadi dalam sebuah sistem yang menerapkan aturan-aturan Islam. Strategi politik ekonomi Islam menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan pokok rakyat secara menyeluruh, berikut kemungkinan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan pelengkap sesuai kemampuannya. Hal ini berlangsung dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup Islam. Islam memandang setiap orang sebagai manusia yang harus dipenuhi semua kebutuhan pokoknya secara menyeluruh. Baru selanjutnya Islam memandangnya dalam kapasitas pribadi untuk memenuhi kebutuhan pelengkap semampunya. Pada saat yang sama Islam juga memandanganya sebagai individu yang terikat dengan sesamanya dalam interaksi tertentu dan dilaksanakan dengan mekanisme tertentu (Taqiyyuddin An Nabhany) menjelaskannya secara lengkap dalam kitab An Nizhomul Iqtishody fil
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
209
Islam. Mekanisme ini akan terlaksana secara sempurna dengan pelaksanaan tanggung jawab dari masing-masing pihak yaitu negara, masyarakat dan masing-masing individu rakyat. Ketaatan dalam menjalankan tanggung jawab ini dengan sendirinya akan menghasilkan terpenuhinya hak masing-masing. Dengan strategi yang mendasar dan universal ini akan dapat dicegah berbagai kerusakan dan perselisihan dalam kehidupan masyarakat.
Bidang Sosial Telah kita ketahui bahwa umat Islam adalah kumpulan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari masyarakat manusia. Apabila anggota-anggota keluarga saling berhubungan hingga terjalin hubungan antar keluarga, maka umat Islam pun menjadi umat yang benar-benar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larang-laranganya, mulia dan berwibawa serta siap menjadi wakil Allah di muka bumi. Juga umat Islam akan kokoh agamanya sebagai agama yang diridhoi Allah dan diberi kekuasaan serta pertolongan untuk melawan musuhnya, sehingga mereka menjadi umat yang terbaik yang diturunkan pada manusia selama mereka menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan.48
48
QS. Ali Imran : 104. Dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) dari Jabir bin Muth‘im ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tidak masuk surga orang yang memutus hubungan kekeluargaan”. Maksudnya : orang tersebut tidak masuk surga bersama orang-orang yang terdahulu, akan tetapi ditunda masuknya dengan penundaan yang sesuai dengan masa hukumannya karena kelengganannya dalam melaksanakan kewajiban dan melakukan
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
210
Badrudin
Dari sini jelaslah bagi kita wahai kaum Muslimin, hikmah Ilahi yang adil dalam menghukum mereka yang memutuskan hubungan kekeluargaan dan tidak menunaikan kewajiban mereka terhadap keluarga dan umat mereka serta tidak mempedulikan bahaya yang timbul dari pemutusan silaturrahim baik bersifat umum maupun khusus yang menimpa ummat atau keluarga. Allah SWT memberikan taufiq kepada siapa yang dikehendakiNya atas apa yang dikehendaki-Nya dan Ia Maha Bijaksana lagi mengetahui. Rahim (kekeluargaan) itu ada dua macam, umum dan khusus. Kekeluargaan yang umum ialah ikatan keagamaan Islam yang mengikat seluruh pribadi kaum muslimin satu sama lain di seluruh penjuru bumi. Ikatan agama ini adalah nikmat besar yang diberikan Allah SWT, kepada kaum muslimin hingga mereka menjadi sesama saudara.49 Hubungan kekeluargaan yang bersifat umum ini wajib disambung dengan saling mengasihi dan menasehati, dengan keadilan dan kebijaksanaan serta melaksanakan hak-hak yang wajib di samping memperhatikan kepentinganna dan membelanya dalam urusan akhirat dan dunia sekuat tenaga, khususnya kerabat yang mengikat anggotaanggota keluarga satu sama lain sepertu bapak, paman dan khal (saudara laki-laki ibu). Hubungan kekeluargaan yang khusus ini wajib disambung sebagaimana hubungan kekeluargaan umum dan hendaklah Engkau tambah dengan memberi bantuan kepada sanak famili dan perhatian yang lebih besar dengan menyelidiki keadaan mereka di saat kesusahan mereka. dosa dengan memutuskan hubungan kekeluargaan yang diperintahkan Allah untuk menyambungnya. 49 QS. Al-Hujurat : 10
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
211
Pendek kata, silaturrahim dengan kedua macamnya diwujudkan dengan menyampaikan kebaikan dan menolak kejahatan sesuai dengan ketaatan dan kesanggupan. Dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa ingin dilapangkan riqzinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan kekeluargaannya (silaturrahim).” Maksudnya ialah dipanjangkan umurnya agar diberkahi Allah rizqi dan umurnya hingga diberi taufiq untuk mengerjakan amal shalih yang tak mampu dikerjakan kecuali oleh orang yang lebih panjang umurnya dan lebih banyak rizqinya. Diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan isnad jayyid dari nabi SAW : “Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rizqinya serta dijauhkan dari kematian dalam keadaan buruk, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyambung hubungan kekeluargaan.” Diriwayatkan oleh Thabrani dengan isnad hasan dari Nabi SAW : “Allah Azza Wajalla berfirman : Aku-lah Allah dan Aku Maha Pengasih. Sesungguhnya Allah memakmurkan rumah-rumah dengan suatu kaum dan menumbuhkan harta-harta mereka selama mereka saling melihat satu sama lain. Dikatakan kepada Beliau :
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
212
Badrudin
Bagaimanakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab : Dengan menyambung kekeluargaan di antara mereka.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dishahihkan dari Nabi SAW : “Allah Azza Wajalla berfirman : Aku-lah Allah dan Aku-lah Yang Maha Pengasih. Aku ciptakan rahim (hubungan kekeluargaan) dan Aku tulis daripada-Nya salah satua nama-Ku, maka barang siapa menyambungnya, Aku-pun menyambung (hubungan dengan)-nya dan barang siapa memutusnya, maka Aku-pun putuskan (hubungan dengan)-Nya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dengan isnad-nya dari nabi SAW : “Bukanlah penyambung itu yang membalas, akan tetapi penyambung itu ialah yang apabila diputus hubungan kekeluargaannya, iapun menyambungnya.” Maksudnya ialah barang siapa yang menyambung hubungan kekeluargaan dengannya, lalu ia menyambung hubungan dengan mereka, maka berarti ia membalasnya. Namun demikian bukanlah ia penyampung yang sempurna, kecuali ia menyambung hubungan kekeluargaan yang diputus orang lain. Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih-Nya bahwa seorang laki-laki berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai kerabat yang ku sambung hubungan dengan mereka sedang mereka memutus hubungan denganku, dan aku bersikap baik kepada mereka sedang mereka bersikap buruk kepadaku, dan aku memaafkan mereka sedang mereka terus menggangguku.” Beliau berkata :
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
213
Diriwayatkan dalam shahih Ibnu Hibban dari Abi Dzarr : “Kekasihku Rasulullah SAW berwasiat kepadaku dengan beberapa perbuatan baik: Beliau berwasiat agar aku tidak melihat keadaan orang yang lebih tinggi daripadaku melainkan agar aku melihat orang yang di bawahku kemudian beliau berwasiat kepadaku untuk mengasihi orang miskin dan mendekati mereka agar aku menyambung rahimku (hubungan kekeluargaan) walaupun mereka berpaling dan agar aku tidak takut celaan orang dalam mengharap keridhoan Allah dan agar aku berkata benar walaupun pahit, dan agar aku memperbanyak bacaan : ia haula walaquwwata illa billah, karena ia adalah harta terpendam di surga.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dishahihkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Tak ada dosa yang lebih patut disegerakan hukumannya oleh Allah bagi pelakunya di dunia bersama yang disimpan baginya di akhirat, daripada kedholiman dan pemutusan hubungan keluarga.” Diriwayatkan oleh Thabarani dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Sesungguhnya kebaikan yang paling cepat pahalanya ialah silaturrahim hingga penghuni rumah yang fajir (banyak berbuat dosa) sekalipun akan tumbuh hartanya dan berkembang jumlahnya bila mereka saling menyambung hubungan keluarga. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rahimahullah dengan isnad para rawinya bisa dipercaya, dari Nabi SAW beliau bersabda :
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
214
Badrudin
“Sesungguhnya amal-amal anak Adam ditunjukkan tiap hari Kamis dan Malam Jum‟at, maka tidaklah diterima amal orang yang suka memutus silaturrahmi”.
Penutup
Pendidikan gender di tingkat keluarga sangatlah penting untuk membangun relasi gender yang lebih harmonis mulai dari tingkat keluarga sampai dengan tingkat nasional agar masyarakat adil dan makmur dapat tercapai dengan lebih cepat dan lebih baik. Dengan demikian kita semestinya memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap ketidakadilan gender dan berwawasan luas tentang nilai-nilai ajaran Islam yang memuliakan perempuan. Pendidikan adil gender dalam keluarga adalah memberikan kesempatan yang adil kepada ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan untuk menjalankan perannya dalam keluarga dan dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan perannya tersebut secara adil dan bijaksana, sehingga terciptalah kehidupan keluarga yang harmonis menuju kehidupan yang langgeng dalam berumah tangga. Pembinaan peranan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan keluarga sejahtera. Oleh karenanya kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat serta martabatnya.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
Konseling Keluarga: Prinsip-prinsip Membina Keluarga Sakinah
215
Daftar Pustaka
Al-Ghazali, Imam. tt. Ihya Ulum al-Din. Beirut: Darul Fikr. Jilid II. ______________ . tt. Mukasyafatu al-Qulub. Indonesia: Al-Haromain. Al-Samarqondi, Muhammad bin Ibrohim. tt. Tanbih al-Ghafilin. Semarang: Toha Putra. Al-Sya‘rawi, Muhammad Mutawalli. 1979. Al-Mar‟atu al-Muslimatu wa al-Thoriqu ila Allah. ttp.: Maktabah al-Qur‘an. Badrudin. 2008. Kajian Agama Islam (Pengantar Studi Islam di STIKes Faletehan). Serang: Pustaka Nurul Hikmah. Echols, John M. & Hassan Shadily. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Fakih, M. 2003. Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lips, H.M. 1993. Sex and gender: An introduction. London: Mayfield Publishing Company Prent, K., Adisubrata, J., & Poerwadarminta, W.J.S. 1969. Kamus Latin Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Nurhayati, Siti Rohmah. 2007. Pendidikan Adil Gender Dalam Keluarga. Glagah Kulon Progo: Makalah. Marhijanto, Ny. Kholilah. tt. Menciptakan Keluarga Sakinah. Surabaya: Bintang Pelajar.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621
216
Badrudin
Nurmila, Nina. 2008. Modul Studi Islam dan Jender. Jakarta: British Embassy ___________ . 2011. Panduan Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Gender. Bandung: Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati. Thalib, M. 1997. 15 Penyebab Perceraian dan Penanggulangannya. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Umar, N,. 1999. Argumen kesetaraan gender dalam al-Qur‟an. Jakarta: Paramadina.
Jurnal al-Shifa, Vol. 02, No. 1, (Januari-Juni) 2011 ISSN: 2087-8621