Ma M ata K uliah uliah B i ologi logi Pe P eri laku laku (B I -3201 -3201)) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
PENGAMATAN MORFOLOGI, DETAK JANTUNG, DAN PERILAKU TAKSIS PADA Daphnia sp.
Indira Anindyajati Prasetyo (NIM 10615059) ABSTRAK
Taksis adalah salah satu jenis perilaku hewan yang dapat membuat suatu hewan berperan sebagai bioindikator untuk berbagai bencana alam, misalnya pencemaran limbah pada lingkungan akuatik. Daphnia sp. adalah spesies kecil yang termasuk kedalam subfilum Crustacea yang memiliki reseptor berupa antena untuk perubahan suhu dan tekanan air serta mata majemuk untuk sensor cahaya. Daphnia sp. dapat digunakan untuk menguji toksisitas suatu perairan. Praktikum ini dilakukan dengan beberapa tujuan, t ujuan, yaitu mendeskripsikan morfologi Daphnia sp.; mendeskripsikan pola pergerakan dari Daphnia sp. pada tiga posisi medium yang berbeda; serta mendeskripsikan respon fototaksis, termotaksis, rheotaksis, dan kemotaksis dari dari Daphnia sp. Data yang didapatkan dari pengamatan dianalisi dengan beberapa metode; yaitu binominal test, chi-square test, independent T test, Mann-Whitney U test, two-way ANOVA, dan Pearson Correlation. Hasil dan kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah morfologi Daphnia sp. yang teramati meliputi jantung, antena, mata majemuk, rostrum, thoraxic appendage, appendage , brood chamber , dan karapas. Daphnia sp. memiliki lokomosi yang merupakan bentuk respon geotaksis dengan persebaran random dan berkelompok. Respon fototaksis Daphnia sp. yang didapatkan adalah sebanyak 79% individu memberikan respon positif, sedangkan pada pengamatan denyut jantung Daphnia sp. didapatkan peningkatan denyut jantung dari kondisi kontrol ke perlakuan berupa air panas dan respon termotaksis menunjukkan sebanyak 67% dari individu Daphnia sp. memberikan respon positif terhadap sumber air dingin dan sebanyak 52% memberikan respon positif terhadap sumber air panas. Terdapat dua hasil respon kemotaksis yaitu sebanyak 57% dari individu Daphnia sp. menjauhi sumber gula; sedangkan pada pengamatan rheotaksis didapatkan sebanyak 71% individu Daphnia sp. menjauhi sumber arus. Kata-kata kunci: Daphnia kunci: Daphnia sp., geotaksis, fototaksis, termotaksis, rheotaksis, dan kemotaksis.
I.
PENDAHULUAN
Taksis adalah salah satu jenis perilaku hewan, yaitu pergerakan menjauhi atau mendekati arah stimulus yang melibatkan pergerakan organisme; berbeda dengan tropisme yang merupakan gerakan memutar menjauhi atau mendekati stimulus. Taksis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah mekanotaksis, kemotaksis, geotaksis, rheotaksis, fototaksis, dan thermotaksis. Pada hewan akuatik, perilaku taksis dipengaruhi oleh beberapa faktor; salah satunya adalah predator, seperti pada Daphnia sp. yang pada umumnya mengambil makanan di permukaan air pada siang hari tidak Pr aktikum Bio Bi ologi logi Peri Peri laku laku Modul II – Daphnia Daphnia sp.
1
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
akan berenang keatas ketika merasakan kehadiran predator melalui getaran-getaran dalam air. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku taksis hewan akuatik adalah suhu, cahaya, arus air, gravitasi, dan sen yawa kimia (Van Uytvanck dan De Meester, 1990). Daphnia adalah spesies hewan akuatik kecil yang termasuk kedalam filum Arthropoda dan subfilum Crustacea. Pada umumnya Daphnia hidup di air tawar pada daerah tropis hingga arktik. Daphnia memiliki badan transparan dengan antena, maxila, dan mandibula yang disertai dengan 5-6 alat gerak. Pada bagian dorsal, tepatnya diatas brood chamber , terdapat jantung dan pada bagian cerebral ganglion terdapat pusat sistem sensorik. Selain itu, Daphnia juga memiliki beberapa reseptor yaitu antenula yang berfungsi sebagai sensor perubahan suhu dan tekanan serta mata majemuk yang berfungsi sebagai sensor cahaya untuk melihat (Stollewerk, 2010). Praktikum ini dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu mendeskripsikan morfologi Daphnia sp.; mendeskripsikan pola pergerakan dari Daphnia sp. pada tiga posisi medium yang berbeda; serta mendeskripsikan respon fototaksis, termotaksis, rheotaksis, dan kemotaksis dari Daphnia sp.
II. METODE
II.1. Pengamatan Morfologi Daphnia sp. Pengamatan morfologi dilakukan dengan menggunakan alat berupa pipet, cawan petri, mikroskop stereo, dan kamera serta bahan berupa akuades dan Daphnia sp. Pertama, diambil Daphnia sp. dengan pipet lalu diletakkan di cawan petri berisi akuades. Setelah itu, ditempatkan cawan petri dibawah mikroskop dan diamati dangan perbesaran 4X atau 10X, kemudian dideskripsikan hasil pengamatan dengan cara digambar. Jenis data yang didapat dari metode ini adalah gambar dekskripsi morfologi Daphnia sp.
II.2. Lokomosi Daphnia sp. Metode ini dilakukan dengan beberapa alat; yaitu tabung reaksi, stopwatch, pipet, dan penjepit tabung reaksi serta bahan berupa akuades dan Daphnia sp. Metode ini diawali dengan dimasukkan 6 Daphnia sp. ke dalam tabung reaksi yang terisi penuh dengan akuades, kemudian didiamkan dengan posisi lurus selama 1 menit dan diamati perilaku lokomosi Daphnia selama 1 menit. Setelah itu, dilakukan langkah yang sama
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
2
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
dengan posisi tabung reaksi miring 45° dan horizontal (mendatar). Jenis data yang didapatkan berupa data persebaran Daphnia sp. dan rangkaian lokomosi Daphnia sp.
II.3. Respon Fototaksis Daphnia sp. Respon fototaksis Daphnia dapat dilakukan dengan alat berupa karton hitam, senter, pipet, tabung reaksi, dan stopwatch serta bahan berupa Daphnia sp. dan akuades. Metode ini dilakukan dengan dimasukkan 3 Daphnia ke dalam tabung reaksi berisi akuades hingga 2/3 dan ditutupi dengan karton hitam, kemudian didiamkan selama 1 menit dengan posisi tabung mendatar. Setelah itu, dibuka karton pada satu sisi dan diberi cahaya dari senter untuk diamati respon Daphnia selama 1 menit, lalu dimatikan senter dan ditutup kembali tabung dengan karton hitam; diamkan selama 1 menit. Setelah itu, diulang langkah pemberian cahaya pada sisi lain tabung. Jenis data yang didapatkan dari metode ini adalah respon fototaksis Daphnia sp.
II.4. Respon Termotaksis Daphnia sp. Pada metode ini, dilakukan dua tata cara; yaitu perhitungan denyut jantung dan perilaku taksis serta dibutuhkan alat berupa cawan petri, mikroskop stereo, counter, pipet, tabung reaksi, termometer, penangas air, penjepit tabung reaksi, dan stopwatch serta bahan berupa Daphnia sp., akuades, dan es batu. Pada perhitungan denyut jantung, 1 Daphnia dimasukkan kedalam cawan petri berisi akuades yang sudah diukur suhunya kemudian diletakkan di bawah mikroskop untuk diamati dan dihitung denyut jantungnya selama 10 detik. Setelah itu, diteteskan air panas yang sudah diukur suhunya pada cawan petri lalu diletakkan kembali di bawah mikroskop untuk dihitung denyut jantungnya selama 10 detik. Setelah itu, dilakukan pengulangan dengan 3 individu Daphnia sp. yang berbeda dan dilakukan pengulangan untuk perlakuan dengan air dingin. Pada perilaku taksis, dilakukan dengan air panas dan air dingin. Pada air panas, dimasukkan 6 Daphnia sp. kedalam tabung berisi 2/3 akuades yang sudah diukur suhunya kemudian didiamkan selama 1 menit dengan posisi mendatar. Setelah itu, diletakkan tabung reaksi pada bagian ujungnya diatas uap air dari penangas air dan diamkan selama 30 detik, lalu diamati respon Daphnia sp. selama 1 menit dan diukur suhu air. Pada air dingin, dilakukan 3 tahap awal yang sama kemudian diletakkan bagian ujung tabung reaksi pada cawan petri berisi es batu dan didiamkan selama 30 Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
3
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
menit, lalu diamati respon Daphnia sp. selama 1 menit dan diukur suhu air. Jenis data yang didapatkan dari metode ini adalah denyut jantung Daphnia serta respon Daphnia terhadap suhu air dingin dan suhu air panas.
II.5. Respon Rheotaksis Daphnia sp. Respon rheotaksis dapat diamati dengan menggunakan beberapa alat; yaitu cawan petri, pipet, dan stopwatch serta bahan yaitu Daphnia sp. dan akuades. Metode ini diawali dengan dimasukkan 6 Daphnia sp. kedalam cawan petri berisi akuades, kemudian didiamkan selama 1 menit dan diteteskan dengan pipet berisi air hingga menghasilkan pergerakan air selama 1 menit dengan interval 5 detik. Setelah itu, diamati respon Daphnia sp. selama 1 menit dan dilakukan pengulangan pada 3 titik yang berbeda. Jenis data yang didapatkan pada metode ini adalah respon Daphnia sp. terhadap sumber arus air.
II.6. Respon Kemotaksis Daphnia sp. Metode pengamatan respon kemotaksis membutuhkan alat berupa pipet, kaca arloji, dan stopwatch serta bahan berupa Daphnia sp., akuades, dan cairan gula. Pertama, dimasukkan 6 Daphnia sp. kedalam kaca arloji berisi air, kemudian setelah 1 menit diteteskan cairan gula pada ujung kaca arloji agar tetap menyentuh permukaan air tapi tidak bercampur. Setelah itu, diamati respon Daphnia sp. selama 1 menit. Metode ini menghasilkan jenis data berupa respon Daphnia sp. terhadap senyawa kimia.
II.7. Analisis Data Pada praktikum, digunakan beberapa metode analisis data untuk mengolah data hasil pengamatan. Metode analisis data binomial test dan chi-square digunakan untuk menguji respon yang dihasilkan Daphnia sp. terhadap suatu perlakuan. Binomial test merupakan uji statistik non-parametrik untuk satu popoulasi data, sedangkan chi-square test merupakan uji statistik mom-parametrik untuk dua atau lebih variabel bebas. Metode analisis independent T test digunakan untuk uji analisis statistik parametrik yang dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan antara dua variabel dan data terdistirbusi dengan normal, sedangkan Mann-Whitney U test merupakan bentuk non-parametrik; dengan kata lain datan tidak terdistribusi normal. Metode two-way ANOVA merupakan uji analisis parmetrik untuk melihat korelasi maupun perbedaan antara dua atau lebih variabel bebas, dimana uji ini memiliki asumsi bahwa data yang Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
4
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
digunakan terdistribusi normal; sedangkan Pearson correlation hanya melihat korelasi data dua atau lebih variabel dengan asumsi yang sama dengan metode two-way ANNOVA.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Pengamatan Morfologi Daphnia Daphnia pada umumnya memiliki panjang sekitar 0,5-6 mm dan tubuhnya dilindungi oleh cangkang tidak terkalsifikasi yaitu karapas yang sebagian besar tersusun atas khitin. Karapas memiliki dinding ganda dan diantara keduanya terdapat rongga tubuh berisi aliran hemolymph. Daphnia memiliki 10 pasang appendiks; diantaranya adalah antenula sebagai sensor suhu dan tekanan air, antena untuk berenang, maxillae, mandibula, serta 5-6 pasang alat gerak yang membantu proses pernafasan dan mencari makan. Perbedaan antara jantan dan betina terletak pada bagian tubuh jantan yang lebih kecil dari betina; tetapi memiliki antenula yang lebih besar, perut termodifikasi, dan pada kaki pertama terdapat kait yang digunakan untuk menggenggam (Ebert, 2005). Pada hasil pengamatan, ada beberapa bagian tubuh Daphnia yang tidak teramati. Berdasarkan gambar morfologi pada gambar 2, dapat dilihat bagian tubuh Daphnia yang teramati adalah jantung, antena, mata majemuk, rostrum, thoraxic appendage, brood chamber, dan karapas. Antena berfungsi sebagai sensor perubahan suhu dan tekanan, sedangkan mata majemuk berfungsi untuk sensor cahaya dan organ penglihatan. Selain itu, dibawah jantung terdapat thoraxic appendage yang berfungsi sebagai jalur pertukaran gas dan filtrasi air dan terdapat brood chamber yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan telur. Karapas berfungsi sebagai pelindung tubuh Daphnia. Bagian yang tidak teramati adalah apical spine yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri dan hidrodinamik (Ebert, 2005).
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
5
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
Gambar 1. Morfologi Daphnia sp.
Gambar 2. Hasil pengamatan Daphnia sp.
Moko inta 2003
(Dokumentasi pribadi, 2018)
III.2. Lokomosi Daphnia sp. Berdasarkan grafik pada gambar 3a dapat dilihat bahwa lokomosi berdasarkan tipe persebaran Daphnia pada posisi tabung horizontal dan diagonal paling banyak adalah random, sedangkan pada posisi vertikal lokomosi yang paling banyak adalah berkelompok. Grafik pada gambar 3b menunjukkan lokomosi berdasarkan jumlah individu Daphnia pada posisi tabung horizontal, diagonal, dan vertikal yang paling banyak adalah di bagian bawah tabung reaksi. Hasil analisis data dengan metode chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara posisi tabung reaksi dengan letak persebaran Daphnia; sedangkan hasil analisis data dengan metode two-way ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Daphnia dalam posisi tabung reaksi yang berbeda, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada Daphnia di letak yang berbeda pada suatu tabung serta di tiap tabung dengan posisi yang berbeda dan letak yang berbeda juga. 140 120 100 80
Merata
60
Random
40
Berkelompok
20 0 Horizintal Diagonal
Vertikal
Posisi Tabun
a.
Tipe persebaran
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
6
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
140 120 100 80 60 40 20 0
Bawah Tengah Atas Horizintal
Diagonal
Vertikal
Posisi Tabung
b.
Jumlah Individu
Gambar 3. Grafik Lokomosi Daphnia sp.
Berdasarkan literatur, hasil yang didapat sudah sesuai karena Daphnia memiliki perilaku geotaksis yang merupakan respon terhadap gaya tarik gravitasi bumi. Respon geotaksis Daphnia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu dan bentuk hidup dari satu individu Daphnia. Jika terjadi peningkatan suhu, Daphnia akan cenderung memberikan respon geotaksis yang positif; sebaliknya penurunan suhu akan menyebabkan respon negatif. Selain itu, Daphnia muda cenderung memberikan respon geotaksis yang negatif (Dice, 2008).
III.3. Respon Fototaksis Daphnia sp. Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa sebanyak 79% dari individu Daphnia, yaitu 286 individu, mendekati sumber cahaya; sedangkan 21% lainnya, yaitu 74 individu, menjauhi sumber cahaya. Berdasarkan analisis data dengan metode binomial test, diketahui bukti untuk menyatakan Daphnia mendekati sumber cahaya belum cukup. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Daphnia memiliki respon alami di alam untuk mengikuti sumber cahaya untuk memenuhi sumber nutrisinya, yaitu fitoplankton yang pada umumnya berkumpul di tempat yang bercahaya untuk berfotosintesis (Ringelberg, 1964). Tetapi, terdapat beberapa individu yang tidak memberikan respon positif pada cahaya, sehingga tidak didapatkan bukti yang cukup untuk menyatakan Daphnia mendekati sumber cahaya. Menurut Van Uytvanck dan De Meester (1990), hal ini dapat disebabkan oleh genotip dari Daphnia; dimana terdapat beberapa individu yang lebih suka berada di daerah gelap. Selain itu, menurut Whitman (1982), hal ini juga mungkin disebabkan oleh beberapa individu tersebut sudah biasa hidup berdekatan dengan sumber cahaya, sehingga memberikan respon yang kurang reaktif dibandingkan dengan individu lainnya. Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
7
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
Mendekati Sumber Cahaya
21%
Menjauhi Sumber Cahaya
79%
Gambar 4. Pie chart respon fototaksis Daphnia sp.
III.4. Respon Termotaksis Daphnia sp. Hasil perhitungan denyut jantung Daphnia melalui dapat dilihat pada gambar 5a. Pada air panas, denyut jantung Daphnia dari kondisi kontrol meningkat saat diberikan perlakuan; sedangkan pada air dingin menurun. Pada gambar 5b dan 5c dapat dilihat respon termotaksis Daphnia yang menunjukkan sebanyak 52% individu Daphnia mendekati sumber air panas dan 48% lainnya menjauhi sumber air panas; sedangkan pada air digin terdapat sebanyak 67% individu yang mendekati sumber air dingin dan 33% yang menjauhi sumber air dingin. 200 g ) t n i n 150 u t e n m a J / 100 t t u u y y n n e 50 e D D (
Kontrol Perlakuan
0 Air Panas Air Dingin
a.
33% 67%
b.
Perhitungan denyut jantung Daphnia sp.
Daphnia mendekat i sumber dingin
Respon termotaksis Daphnia sp. pada air panas
48% 52%
c.
Daphnia mendekati sumber panas
Respon termotaksis Daphnia sp. pada air panas
Gambar 5. Grafik dan pie chart respon termotaksis Daphnia sp.
Data yang didapat diolah dengan analisis statistik. Independent T test digunakan pada data denyut jantung di air panas karena distribusinya normal. Hasil dari analisi tes Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
8
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
ini adalah terdapat perbedaan antara denyut jantung Daphnia pada kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan air panas; sedangkan untuk data denyut jantung di air dingin digunakan Mann-Whitney U test karena distribusinya tidak normal, hasilnya juga menunjukkan terdapat perbedaan antara denyut jantung Daphnia kontrol dan perlakuan. Selain itu, dilakukan analisis Pearson Correlation yang menunjukkan bahwa belum didapatkan cukup bukti untuk menyatakan terdapat korelasi antara perubahan suhu dengan perubahan denyut jantung Daphnia, korelasi yang didapat adalah 0,128; dan dilakukan analisis binominal test dengan hasil belum didapatkan bukti yang cukup untuk menyatakan Daphnia mendekati sumber air panas ataupun sumber air dingin. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Daphnia pada umumnya hidup pada suhu 23°C dan mampu beradaptasi sampai suhu sekitar 11°C 30°C, sehingga ada kemungkinan Daphnia tidak akan memberikan respon termotaksis yang signifikan. Selain itu, hasil yang didapat juga dapat disebabkan oleh ukuran dan umur
individu Daphnia yang
mempengaruhi
metabolismenya.
Tetapi,
hasil
menunjukkan Daphnia memiliki denyut jantung yang lebih tinggi pada suhu air tinggi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas Daphnia yang akan meningkat pada suhu air tinggi dibandingkan pada suhu air rendah. Daphnia pada umumnya menjadi tempat pertumbuhan sel yang lebih baik untuk Daphnia (Reichwaldt, 2004).
III.5. Rheotaksis Grafik respon rheotaksis Daphnia dapat dilihat pada gambar 6; dapat diketahui bahwa sebanyak 71% dari individu Daphnia menjauhi sumber arus, sedangkan 29% dari individu Daphnia mendekati sumber arus. Berdasarkan analisis statistik dengan binomial test, diketahui bahwa belum ada cukup bukti untuk menyatakan Daphnia bergerak menjauhi sumber arus. Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori dari Roozen (2001) yang menyatakan bahwa Daphnia akan cenderung memberikan respon negatif terhadap sumber arus air sebagai bentuk pertahanan diri dari predator ataupun karena Daphnia yang berukuran sangat kecil tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan arus yang kuat. Daphnia pada umumnya banyak ditemukan di daerah perairan yang tidak bergerak, misalnya di danau, sehingga daerah dengan arus cepat bukanlah habitat dari Daphnia (Kanter, 2003).
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
9
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
Menjauhi Sumber Arus
29% 71%
Mendekati Sumber Arus
Gambar 6. Pie chart respon rheotaksis Daphnia sp.
III.6. Kemotaksis Grafik pada gambar 7 menunjukkan hasil pengamatan respon kemotaksis Daphnia; sebanyak 57% dari individu Daphnia, yaitu 68 individu, mendekati sumber gula dan sebanyak 43%, yaitu 52 individu, menjauhi sumber gula. Berdasarkan analisis data dengan binomial test, diketahui bukti belum cukup untuk menyatakan Daphnia mendekati sumber gula. Data yang didapatkan logis, karena Daphnia cenderung memberikan respon ketika ada makanan di lingkungannya. Hewan crustacea omnivora dan herbivora cenderung mendeteksi keberadaan karbohidrat di lingkungannya, sedangkan makanan Daphnia adalah karbohidrat dan protein, sehingga Daphnia akan memberikan respon positif terhadap sumber gula. Terdapat beberapa individu yang tidak mendekati sumber gula bisa jadi disebabkan oleh usia dari individu Daphnia yang masih muda, sehingga mereka cenderung kesulitan untuk mendeteksi keberadaan sumber gula (Corotto, 2002).
Mendekati Sumber Gula
43% 57%
Menjauhi Sumber Gula
Gambar 7. Pie chart respon kemotaksis Daphnia sp.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Morfologi dari Daphnia sp. yang teramati adalah jantung, antena, mata majemuk, rostrum, thoraxic appendage, brood chamber , dan karapas. Pola pergerakkan atau Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
10
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
lokomosi Daphnia sp. merupakan bentuk respon geotaksis, yaitu respon positif berupa mendekati bagian bawah tabung dengan persebaran yang random pada posisi tabung diagonal
dan
vertikal
sedangkan
pada
posisi
vetikal
persebaran
cenderung
berkelompok. Respon fototaksis yang didapatkan adalah sebanyak 79% individu memberikan respon positif, sedangkan 21% lainnya memberikan respon negatif. Pada pengamatan denyut jantung Daphnia sp. didapatkan bahwa terjadi peningkatan denyut jantung dari kondisi kontrol ke perlakuan berupa air panas dan terjadi penurunan denyut dari kondisi kontrol ke perlakuan berupa air dingin; sedangkan respon termotaksis menunjukkan sebanyak 67% dari individu Daphnia sp. memberikan respon positif terhadap sumber air dingin dan 33% lainnya memberikan respon negatif dan pada air panas, sebanyak 52% memberikan respon positif dan 48% lainnya memberikan respon negatif. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat dua hasil respon kemotaksis yaitu sebanyak 57% dari individu Daphnia sp. menjauhi sumber gula dan 43% mendekati sumber gula; sedangkan pada pengamatan rheotaksis didapatkan sebanyak 71% individu Daphnia sp. menjauhi sumber arus dan 29% mendekati sumber arus. DAFTAR PUSTAKA
Corotto F.S and O'Brien M.R. 2002. Chemosensory stimuli for the walking legs of the crayfish Procambarus clarkii. J Chem Ecol 28: 1117 – 1130. Dice, L. 2018. The factors determining the vertical movements of Daphnia Ebert, D. 2005. Ecology, Epidemiology, and Evolution of Parasitism in Daphnia. Bethesda, MD: National Library of Medicine (US), National Center for Biotechnology Information. Kanter, M. (2003). Rheotaxis and prey detection in uniform currents by Lake Michigan mottled sculpin (Cottus bairdi). Journal of Experimental Biology, 206(1), pp.5970. Mokoginta, I. 2003. Budidaya Daphnia. Direktorat Menengah Kejuruan . Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Reichwaldt, E.S. 2004. The Effect of Diel Vertical Migration of Daphnia on Zooplankton-Phytoplankton Interactions: Laboratory and Field Experiments. Munchen zur Erlangung des Doktogrades 4: 25-27. Ringelberg, J. 1964. The positively phototactic reaction of daphnia magna straus: A contribution to the understanding of diurnal vertical migration. Netherlands Journal of Sea Research, 2(3), pp.319-406. Roozen, F. (2001). Behavioural response of Daphnia to olfactory cues from food, competitors and predators. Journal of Plankton Research, 23(8), pp.797-808. Stollewerk, A. 2010. The water flea Daphnia - a 'new' model system for ecology and evolution?. Journal of Biology, 9(2), p.21.
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
11
Mata Kuliah Biologi Peri laku (B I -3201) Semester Genap, Tahun Ajaran 2017-2018
Van Uytvanck, J. and De Meester, L. 1990. Phototaxis in Daphnia magna: the influence of temperature and acidity on the phototactic behaviour of Daphnia genotypes. Journal of Plankton Research, 12(5), pp.1089-1097. Whitman, L.J., Miller, R.J. 1982. The Phototactic Behaviour of Daphnia Magna as an Indicator of Chronic Toxicity. Proc Ocla Acad Sci 62:22-33.
Praktikum Biologi Peri laku Modul II – Daphnia sp.
12